perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Ketika musim kemarau tiba sering terjadi bencana kekeringan dan ketika musim penghujan tiba banyak bencana melanda negeri ini, seperti, tanah longsor, banjir, dan sebagainya. Sesungguhnya bencana kekeringan, banjir, dan tanah longsor merupakan potret dari buruknya pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia. Fenomena bencana yang terjadi itu hanyalah tanggapan alami dari adanya perubahan-perubahan keseimbangan sistem alam dalam skala DAS. Ketika komponen penyusun DAS mengalami perubahan, keseimbangan alamiahnya akan timpang, sehingga timbul fenomena-fenomena alam yang sering kali merugikan manusia yang menghuni di dalam DAS. Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km 2. Daerah Aliran Sungai (DAS) selain mempunyai fungsi hidrologis, juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan lainnya. Tetapi fungsi tersebut sepertinya hanya teori belaka, buktinya Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia banyak yang memiliki masalah. Tahun 1984 hanya terdapat 22 DAS kritis dan sangat kritis, pada tahun 1992 meningkat menjadi 29 DAS, tahun 1994 menjadi 39 DAS, tahun 1998 menjadi 42 DAS, tahun 2000 menjadi 58 DAS, dan tahun 2002 menjadi 60 DAS, ini menunjukkan bahwa dari tahun 1998 hingga 2002 terdapat 38 DAS kritis hingga sangat kritis dan mengalami peningkatan rata-rata 2 DAS setiap tahunnya (Dept. Kehutanan, 2001).
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS.
Permasalahan utama yang timbul adalah permasalahan perubahan penggunaan lahan atau alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan terjadi akibat adanya kebutuhan yang mendesak oleh manusia dan ini biasanya terjadi kearah permukiman dengan merubah fungsi lahan pertanian. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia.
Fungsi
lahan
sebagai
tempat
manusia
beraktivitas
untuk
mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia, seperti untuk tempat tinggal, tempat melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain akan menyebabkan lahan yang tersedia semakin menyempit. Timbulnya permasalahan penurunan kualitas lingkungan nantinya akan
mengganggu
keseimbangan
ekosistem.
Hal
tersebut
dikarenakan
penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan bentuk peruntukannya. Lahan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan. Perubahan tersebut dikarenakan memanfaatkan lahan untuk kepentingan hidup manusia. Kebutuhan akan lahan non pertanian cenderung terus mengalami peningkatan, seiring pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia, maka penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralihfungsi. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat mendatangkan permasalahan yang serius, antara lain dapat
mengancam
kapasitas
penyediaan
pangan.
Kecenderungan
terus
meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan perluasan lahan sebagai wadah aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Apabila perkembangan tersebut tidak dikendalikan dengan baik maka dapat terjadi konversi lahan untuk aktivitas yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukungnya yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan menyebabkan banyak penduduk yang memanfaatkan lahan yang beresiko bencana sebagai lahan permukiman. Pemanfaatan lahan yang beresiko bencana sebagai permukiman merupakan suatu bentuk ketidaksesuaian dalam pemanfaatan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi pemanfaatan lahan akan memberi tekanan terhadap ekosistem sumberdaya alam yang ada. Apabila tekanan tersebut melampaui daya dukung yang ada maka akan terjadi permasalahan degradasi lingkungan, seperti terjadinya kekritisan lahan secara fisik, erosi, tanah longsor dan kerusakan lingkungan lainnya. Lahan kritis merupakan salah satu permasalahan degradasi lingkungan yang terus-menerus terjadi. Lahan kritis disebabkan karena pemanfaatan lahan atau penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kaidahnya. Lahan dengan kemiringan lereng sangat curam yang seharusnya diperuntukkan untuk penggunaan lahan hutan dialih fungsikan untuk lahan pertanian, lahan yang sedianya merupakan kawasan lindung dialih fungsikan menjadi kawasan budidaya pertanian. Realita tersebut merupakan beberapa pemasalahan dari sekian banyak permasalahan degradasi lingkungan
yang
terjadi.
Fenomena-fenomena
tersebut
akan
merusak
keseimbangan ekosistem lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan lingkungan hidup diatasnya. Ketidakseimbangan lingkungan hidup terjadi apabila komponen hayati dan non hayati tidak mampu saling melengkapi satu sama lain sehingga timbul masalah baru pada satu sisi. Terjadinya degradasi lahan dan kualitas lingkungan hidup tersebut perlu mendapatkan penanganan yang serius, agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan yang semakin serius. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (suistainable develompment) di Indonesia,
prinsip dasar yang
berkaitan dengan permasalahan lahan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan lahan secara memadai bagi seluruh penduduk Indonesia dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 seluruh sektor pembangunan dengan mempertimbangkan aspek daya dukung dan asas-asas konservasi lahan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan, salah satu aspek penting dalam penataan ruang adalah amanat untuk memperhatikan masalah daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan merupakan kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997). Pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan daya dukung lingkungan hidup karena sumberdaya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan lahan dan air. Daya dukung lahan suatu wilayah merupakan parameter yang memperlihatkan perbandingan antara kebutuhan dan kemampuan lahan. Dinamika pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan akan mengakibatkan menurunnya kualitas lahan. Apabila daya dukung lahan dilampaui, maka akan terjadi degradasi lahan atau penurunan kualitas lahan, dan apabila degradasi atau penurunan kualitas. lahan tersebut berlangsung secara terus menerus maka akan menimbulkan permasalahan lingkungan yang sangat serius. Daya dukung dan daya tampung lingkungan seharusnya menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, RTRW Propinsi, dan RTRW Kota/ Kabupaten. Hal tersebut tercermin dalam UndangUndang No. 26 Tahun 2007 bahwa pemerintah harus menyusun rencana tata ruang wilayah nasional (Pasal 19 Ayat 5), pemerintah daerah provinsi harus menyusun rencana tata ruang wilayah provinsi (Pasal 22 Ayat 4), dan pemerintah daerah kabupaten harus menyusun rencana tata ruang wilayah kabupaten (Pasal 25 Ayat 4), dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. Sistem pemanfaatan ruang pada dasarnya mengandung dua komponen utama yaitu komponn penyedia ruang (supply) dan komponen pengguna ruang (demand). Komponen penyedia ruang meliputi potensi sumberdaya alam dan fisik binaan, sedangkan komponen pengguna ruang meliputi penduduk dengan segala aktivitasnya, baik aktivitas konsumsi maupun aktivitas produksi. Imbangan antara tingkat pemanfaatan sumberdaya lahan dan daya dukung dapat dijadikan ukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 kelayakan setiap program pembangunan. Sumberdaya lahan dipakai secara layak apabila daya dukung dimanfaatkan sepenuhnya (optimal). Dalam hal daya dukung tidak dimanfaatkan secara penuh, maka pembangunan tidak akan efektif. Sebaliknya apabila pemanfaatan sumberdaya lahan melampaui daya dukung, maka pembangungan menjadi tidak efisien dan cenderung menurunkan kualitas
mensyaratkan diketahuinya kemampuan daya dukung lingkungan saat ini, dan melalui suatu analisis perlu diduga kapan dan seberapa jauh kemampuan daya dukung tersebut dapat ditingkatkan. Berbagai permasalahan lingkungan akhir-akhir ini seperti bencana banjir di Kota Surakarta pada tahun 2007, bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar, mengindikasikan bahwa DAS Bengawan Solo sedang bermasalah. Mengingat Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu ekosistem, maka fenomena banjir di Kota Surakarta merupakan akumulasi dari sub-DAS
sub-DAS yang ada
di Bengawan Solo Hulu. Salah satu sub-DAS yang ikut mensuplai air ke Bengawan Solo dari Kabupaten Karanganyar adalah Sub-DAS Jlantah, disamping Sub-DAS Samin, Sub-DAS Walikan, Sub-DAS Grompol, dan Sub-DAS Mungkung. Pernyataan tersebut didukung permasalahan-permasalahan yang terjadi di DAS Bengawan Solo berikut : Bengawan Solo mengalami kerusakan paling parah dan kritis sehingga
sepanjang daerah aliran sungai terpanjang di Jawa tersebut. Setelah sehari sebelumnya dua anak Bengawan Solo meluap dan memutus jalur utama Jatim-Jateng di kawasan Sragen, kemarin giliran warga di Kabupaten (Dikutip dari www. jpnn.com pada Selasa, 03 Januari 2012). Bencana banjir yang terus melanda Dusun Daleman, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, setiap tahunnya membuat cemas. Terlebih pada musim penghujan kali ini. Setiap kali sungai bengawan solo meluap, selalu merendam permukiman warga yang tepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 tip dari liputan6.com pada Senin 09 Desember 2013) Sub-DAS Jlantah tepatnya berada di lereng Gunungapi Lawu bagian barat daya. Hulunya berada di kompleks Gunungapi Lawu Tua yang dikenal dengan Gunungapi Jobolarangan. Variasi ketinggian Sub DAS Jlantah antara 700 meter hingga lebih dari 2000 meter di atas permukaan air laut dengan morfologi berupa relief yang kasar dan lembah yang dalam juga terjal. Sub-DAS Jlantah mempunyai karakteristik lahan yang sangat bervariatif, dimana daerah hulu mempunyai fungsi utama sebagai kawasan resapan air utama dan pengatur tata air. Sebagai daerah resapan, maka keberadaannya perlu dilestarikan agar terjadi keseimbangan ekosistem di dalam DAS tersebut. Dalam rangka penyusunan tata ruang wilayah, mengingat Sub- DAS Jlantah merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo hulu yang mempunyai fungsi penting sebagai daerah resapan air, maka perlu dilakukan analisis mengenai daya dukung lingkungannya dengan menilik pada faktor-faktor penyebab permasalahan di daerah aliran sungai, agar pemanfaatan lahan sesuai dengan daya dukung sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem khususnya di DAS Bengawan Solo hulu. Mengingat pentingnya fungsi DAS Jlantah sebagai kawasan lindung maka perlu diteliti tingkat kekritisan lahannya, sehingga dapat diketahui kualitas DAS Jlantah dalam menjaga fungsi lindungnya. Untuk keperluan pengembangan budidaya, maka perlu diteliti kemampuan lahannya, sehingga dapat diketahui kemampuan lahan DAS Jlantah dalam menjaga ekosistem pertaniannya. Untuk keperluan pengembangan kawasan, maka perlu diteliti indeks kemampuan wilayahnya, sehingga akan dapat diketahui potensi lahan di DAS Jlantah. Mengingat
pengembangan
pembelajaran
(bahan
ajar)
mengenai
pelestarian lingkungan hidup perlu ditambahkan, maka daya dukung lahan dapat dijadikan acuan atau pedoman pengembangan pembelajaran goegrafi disekolahsekolah. Pembelajaran geografi akan memberikan kenampakan fenomena geosfer yang sesungguhnya sehingga peserta didik sangat tertarik untuk pembelajaran geografi
lebih mendalam
lagi.
Untuk pendidik sendiri,
commit to user
pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 pembelajaran ini lebih dikuatkan untuk memperkaya, memperdalam, dan mempersiapkan bahan ajar mengenai permasalahan lahan yang terjadi serta kaitannya dengan lingkungan sekitar. Pendidik tidak perlu mencontohkan fenomena geosfer yang jauh dari karakter lingkungan tempat tinggal peserta didik tetapi pendidik dapat memberikan contoh fenomena geosfer di lingkungan sekitar peserta didik. Beberapa hal diatas melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Lahan Pertanian di Daerah Aliran Sungai Jlantah Hulu Kabupaten
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dihasilkan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kekritisan lahan di DAS Jlantah Hulu tahun 2013 ? 2. Bagaimana daya dukung lahan DAS Jlantah Hulu tahun 2013
melalui
pendekatan kemampuan lahan? 3. Bagaimana daya dukung lahan DAS Jlantah Hulu tahun 2013 berdasarkan indeks kemampuan wilayahnya ? 4. Bagaimana arahan penggunaan lahan yang optimal di DAS Jlantah Hulu tahun 2013? 5. Bagaimana implementasi hasil penelitian untuk pembelajaran geografi pada standar kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di kelas XI semester II ? C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan, dapat diketahui tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan DAS Jlantah Hulu tahun 2013 2. Untuk mengetahui daya dukung lahan DAS Jlantah Hulu tahun 2013 melalui pendekatan kemampuan lahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 3. Untuk mengetahui daya dukung lahan DAS Jlantah Hulu tahun 2013 berdasarkan indeks kemampuan wilayahnya. 4. Untuk mengetahui arahan penggunaan lahan yang optimal di DAS Jlantah Hulu tahun 2013. 5. Untuk menyusun materi ajar geografi pada standar kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di kelas XI semester II. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini khususnya untuk bidang geografi adalah tentang perencanaan wilayah. Diantaranya : a. Sebagai pengembangan ilmu geografi khususnya dalam bidang perencanaan wilayah. b. Sebagai
pedoman
dalam
menyusun
perencanaan
wilayah
dengan
memperhitungkan permasalahan lahan seperti, lahan kritis, rendahnya kemampuan lahan dan penurunan daya dukung lahan sehingga pengelolaan wilayah untuk arahan pemanfaatan ruang dapat dikelola secara maksimal. c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk peneliti-peneliti selanjutnya khususnya mengenai daya dukung lahan. 2. Manfaat Praktis Manfaat paraktis dari penelitian ini adalah : a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pemerintah setempat terkait kekritisan lahan, kemampuan lahan, daya dukung lahan, dan daya dukung lahan ditinjau dari indeks kemampuan wilayahnya. b. Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan acuan pemerintah setempat untuk pengembangan perencanaan wilayah sehingga pemanfaatan tata ruang dapat dikelola secara maksimal. c. Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran mata pelajaran Geografi SMA untuk Kelas XI Semester II Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada standar kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.
commit to user