perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan istilah yang sudah banyak dikenal orang, baik dikalangan orang-orang awam, akademisi, maupun ahli-ahli psikologi dan pendidikan. Berpikir adalah suatu hal yang dipandang biasa-biasa saja yang diberikan Allah kepada manusia. Tetapi dengan berpikir, manusia menjadi makhluk yang dimuliakan. Berpikir mendasari hampir semua tindakan manusia dan interaksinya.
Salah satu jenis berpikir yaitu berpikir kreatif. Berpikir
kreatif sangat diperlukan pada setiap bidang kehidupan khususnya matematika. Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Pehkonen (dalam Abdul Aziz Saefudin, 2011: 21) menyatakan bahwa berpikir kreatif sebagai kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan pada intuisi dalam kesadaran. Dengan demikian, logika dan intuisi digunakan dalam berpikir kreatif secara bersama-sama. Tingkat berpikir kreatif seseorang dapat dipandang sebagai suatu rangkaian yang dimulai dari tingkat terendah sampai tertinggi. Menurut Silver (dalam Tatag Yuli Eko Siswono, 2008: 23) menjelaskan ada tiga indikator yang dinilai dalam berpikir kreatif adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas, dan kebaruan (novelty). Ketiga indikator tersebut sangat mempengaruhi tingkat berpikir kreatif. Tingkat berpikir kreatif ini terdiri dari 5 tingkat sebagai berikut: (a) tingkat 4 (sangat kreatif) yaitu siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam memecahkan masalah matematika, (b) tingkat 3 (kreatif) yaitu siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah, (c) tingkat 2 (cukup kreatif) yaitu siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah, (d) tingkat 1 (kurang kreatif) yaitu siswa mampu menunjukan kefasihan dalam memecahkan masalah, dan (e) tingkat 0 (tidak kreatif) yaitu siswa tidak mampu menunjukan ketiga indikator berpikir kreatif.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berpikir kreatif sering dikaitkan dengan pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan pemecahan masalah memerlukan aktivitas berpikir, salah satunya yaitu aktivitas berpikir kreatif. Salah satu pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari bisa dikatakan sebagai pemecahan masalah kontekstual, yaitu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, dari sesuatu yang menghambat untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan bukanlah kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, pemecahan masalah dipandang sangat penting karena mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa yang diyakini dapat ditransfer atau digunakan siswa ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian
pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui secara umum apakah permasalahan mengenai tingkat berpikir kreatif dalam pemecahan masalah ada atau tidak. Penelitian pendahuluan dilakukan pada 17 januari 2013 dengan memberikan tes tertulis mengenai pemecahan masalah aritmatika sosial kepada seorang siswa SMP kelas VII dengan berinisial IA. Hasil penelitian pendahuluan yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil penelitian pendahulu, siswa berinisial IA dalam pemecahan masalah aritmatika sosial yaitu dapat menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanya, tetapi tidak dapat memberikan jawaban masalah yang beragam dan benar. Selain itu, siswa berinisial IA tidak dapat membuat rencana pemecahan dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Berdasarkan hal tersebut, siswa berinisial IA berada pada tingkat berpikir kreatif 0. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa berinisial IA tidak mampu memecahkan masalah padahal seharusnya dalam tingkat berpikir kreatif, siswa diharuskan memberikan jawaban beragam, dan bernilai benar dalam memecahkan masalah. Hal lain yang menarik yaitu dimana siswa berinisial IA tidak menggunakan persentase dalam pemecahan masalah aritmatika sosial, meskipun persentase telah diajarkan disekolah.
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu yang mempengaruhi berpikir kreatif adalah motivasi. Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu perbuatan. Pada dasarnya motivasi merupakan suatu keinginan, niat, kebutuhan, atau kemauan yang ada di dalam diri siswa. Keinginan ini yang menentukan apakah suatu perbuatan dimulai, diteruskan, dibawa ke arah tertentu, dan akhirnya dihentikan (Suharnan, 2011: 100). Oleh karena itu, pengaruh motivasi pada diri siswa tidak dapat diabaikan terkait berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah. Menurut Yunus dan Ali (2009), motivasi siswa sangat berpengaruh terhadap pemecahan masalah matematika. Motivasi yang dimiliki siswa dapat merangsang dalam memecahkan masalah. Siswa akan merasa bangga jika mampu memecahkan masalah. Rasa bangga yang dimiliki siswa dapat mendorong motivasi siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Perbedaan gender mempengaruhi motivasi siswa, Meece (2006) mengemukakan bahwa motivasi siswa masih ada perbedaan dalam gender. Selain itu, Potur (2009) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gender melalui berpikir kreatif . Menurut Zhu (2007), terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam strategi pemecahan matematika. Secara umum, perbedaan gender antara anak laki-laki cenderung memiliki pencapaian bidang matematika daripada anak perempuan (Meece, 2006). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat bagaimana profil tingkat berpikir kreatif siswa SMP dalam pemecahan masalah ditinjau dari motivasi dan gender. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tingkat berpikir kreatif siswa SMP laki-laki motivasi tinggi dalam pemecahan masalah? 2. Bagaimanakah tingkat berpikir kreatif siswa SMP perempuan motivasi tinggi dalam pemecahan masalah?
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Bagaimanakah tingkat berpikir kreatif siswa SMP laki-laki motivasi sedang dalam pemecahan masalah? 4. Bagaimanakah tingkat berpikir kreatif siswa SMP perempuan motivasi sedang dalam pemecahan masalah? 5. Bagaimanakah tingkat berpikir kreatif siswa SMP laki-laki motivasi rendah dalam pemecahan masalah? 6. Bagaimanakah tingkat berpikir kreatif siswa SMP perempuan motivasi rendah dalam pemecahan masalah? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: 1. Tingkat berpikir kreatif siswa SMP laki-laki dalam pemecahan masalah sesuai langkah-langkah Polya ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi tinggi. 2. Tingkat berpikir kreatif siswa SMP perempuan dalam pemecahan masalah sesuai langkah-langkah Polya ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi tinggi. 3. Tingkat berpikir kreatif siswa SMP laki-laki dalam pemecahan masalah sesuai langkah-langkah Polya ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi sedang. 4. Tingkat berpikir kreatif siswa SMP perempuan dalam pemecahan masalah sesuai langkah-langkah Polya ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi sedang. 5. Tingkat berpikir kreatif siswa SMP laki-laki dalam pemecahan masalah sesuai langkah-langkah Polya ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi rendah. 6. Tingkat berpikir kreatif siswa SMP perempuan dalam pemecahan masalah sesuai langkah-langkah Polya ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi rendah.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat secara teoritis Memberikan sumbangan pengetahuan pada pendidikan matematika, sehubungan dengan tingkat berpikir kreatif.
2.
Manfaat secara praktis Memberikan informasi kepada guru matematika mengenai tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP. Hal ini bermanfaat bagi guru dalam merancang strategi pembelajaran mengenai berpikir kreatif yang akan diterapkan di kelas.
commit to user 5