ALUR KOMUNIKASI ORGANISASI DAN MEDIA MONITORING OLEH BIRO HUMAS KEMENTERIAN SOSIAL RI DALAM MENINGKATKAN PENCITRAAN ( STUDI KASUS: DIVISI HUMAS KEMENTERIAN SOSIAL RI ) Claudio Chandra Setiawan
[email protected] Dina Sekar Vusparatih S.IP., M.Ikom Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk – Jakarta Barat, Tel: (+62 21) 53 69 69 69/ Fax: (+62 21) 535 0655 Abstract Chronology of organizational communication and media monitoring by the Ministry of Social PR firm RI is a problem addressed in this study. The purpose of this study was to determine how the communication flow Ministry of Social organization in enhancing the image through media monitoring and knowing the constraints of organizational communication flow Ministry of Social Affairs in enhancing the image through media monitoring. In this study used a qualitative approach. To obtain the data in this study, the data collection techniques using semi-structured interviews and participant observation. Data analysis technique used is descriptive. With the technique of data validity through triangulation of sources. The results obtained from this research that the social ministry ri occurs implemented several communication lines that communication flow upward, downward communication flow, and the flow of communication diagonal. Barriers were found in the use of communication flow occurs in selective perception and media elements. Keywords: Organizational Communication, Flow Communications, Media Monitoring, Image Abstrak Alur komunikasi organisasi dan media monitoring oleh biro humas Kementerian Sosial RIadalah sebuah permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana alur komunikasi organisasi Kementerian Sosial RI dalam meningkatkan citra melalui media monitoring dan mengetahui kendala alur komunikasi organisasi Kementerian Sosial RI dalam meningkatkan citra melalui media monitoring. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mendapatkan data pada penelitian ini maka teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semiterstruktur dan observasi partisipan. Teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif. Dengan teknik keabsahan data melalui triangulasi sumber. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pada kementerian sosial ri terjadi beberapa alur komunikasi yang terimplementasi yaitu alur komunikasi keatas, alur komunikasi kebawah,serta alur komunikasi diagonal. Hambatan yang ditemukan dalam penggunaan alur komunikasi terjadi pada unsur persepsi selektif dan persepsi media. Kata Kunci : Komunikasi Organisasi, Alur Komunikasi, Media Monitoring, Citra
PENDAHULUAN Kementerian Sosial RI merupakan Instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas umum Pemerintahan dan Pembangunan di bidang Kesejahteraan Sosial. Salah satu landasan pembentukan Kementerian Sosial RI mengacu pada UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi, "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan" ( UUD 1945). Di samping itu, sesuai amanah yang dipikulkan oleh UUD 1945 pasal 34 ayat 2, yang berbunyi “ Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar yang menjadi salah satu pilar pokok dalam membangun kesejahteraan sosial di negeri ini”( UUD 1945). Begitu pun yang diterapkan di Kementerian Sosial RI, dalam semua organisasi tidak mungkin terlepas dari komunikasi. Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah (Muhammad, 2009). Dan biasanya terjadi di dalam dan diantara lingkungan yang besar dan luas. Di pandang dari sudut perpekstif fungsional, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan peranan orang-orang dan proses dalam menciptakan makna (Purba, 2006:112). Menurut Abdullah (2008:67-68), arus komunikasi yang ada lima arus komunikasi yaitu: arus komunikasi keatas, arus komunikasi kebawah, arus komunikasi diagonal, arus komunikasi lintas saluran, arus komunikasi intrapersonal. Yang dimana dalam melakukan komunikasi di dalam suatu organisasi diperlukan implementasi yang baik dari ke lima arus komunikasi yang sudah ada. Sehingga komunikasi dalam organisasi yang terjadi bisa berjalan dengan baik. Divisi Humas juga membuat kegiatan harian yaitu media monitoring. Untuk mengetahui apakah upaya yang dijalankan dalam media relations optimal, diperlukannya evaluasi mengenai program yang sudah dilakukan. Seorang public relations wajib untuk mengkaji ulang dan mengevaluasi pemberitaan mengenai perusahaan yang muncul di media cetak ataupun elektronik. Hal tersebut dinamakan media monitoring. Dalam melakukan evaluasi, public relations perlu melakukan kegiatan kliping dimana pengertian kliping menurut Rosady Ruslan (2010:228) adalah “suatu kegiatan memilih, menggunting, menyijmpan dan kemudian memperbanyak mengenai suatu berita (news) atau karangan (artikel), serta foto berita (photo press) pada event atau peristiwa tertentu yang telah terjadi dan dimuat di berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah berit, tabloid dan lain sebagainya yang kemudian di kliping”. Widjaja dalam bukunya menyatakan bahwa perusahaan setiap harinya diadakan monitor dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas public relations, khususnya yang menyangkut fungsi pelayanan dan pendapat umum yang tertera dalam berbagai media massa. Untuk melaksanakan kegiatan ini, ada petugas khusus yang membuat kliping, dan membaca serta menganalisa pendapat dan tulisan yang termuat di berbagai media massa, baik yang berupa tajuk rencana, surat pembaca, pokok dan artikel-artikel. (Widjaja. 2010:62). Setelah kegiatan tersebut dilakukan, hasil dari media monitoring tersebut di perbanyak sesuai dengan divisi yang bekerja sama dengan Divisi Humas, kemudian disosialisasikan ke Divisi Biro Keuangan, Divisi Biro Perencanaan, Divisi Biro Organisasi dan Kepegawaian, Divisi umum. Setelah mendapatkan rekap media monitoring, Divisi Biro Keuangan, Divisi Biro Perencanaan, Divisi Biro Organisasi dan Kepegawaian, Divisi umum. Yang bekerja sama dengan Divisi Humas akan menjalankan rencana yang sudah dibuat dan sudah di setujui oleh Menteri Sosial setelah diadakan rapat kerja untuk membahas rencana yang sudah berjalan (evaluasi) dan membahas rencana yang akan di jalankan nanti sehingga visi dan misi dari Kementerian Sosial RI bisa terwujud dalam waktu yang tidak terbuang banyak. Dalam media monitoring, berita yang di ringkasi adalah berita yang sesuai dengan permasalahan atau yang ditangani oleh Kementerian Sosial RI. Dalam media monitoring tersebut juga harus disertai informasi yang memudahkan divisi lain untuk memudahkan pekerjaan dan pengambilan keputusan. Karna apa bila tidak di berikan informasi yang sesuai dengan kenyataan dilapangan maka citra dari Kementerian Sosial RI di mata masyarakat akan buruk. Melalui evaluasi media, kita dapat mengetahui media mana yang memihak kepada suatu perusahaan, dan mana yang kurang memihak perusahaan, juga dapat melihat kemanakah ketertarikan media kepada perusahaan tersebut. Dengan melakukannya evaluasi, public relations akan terbantu untuk mengkaji dan menyusun strategi selanjutnya dalam melakukan suatu tindakan. Dampak dari
media monitoring sedikit banyaknya mempengaruhi kinerja dan kemaksimalan tim yang sudah dibuat oleh Kementerian Sosial RI, untuk melakukan kegiatan yang sudah disusun atau dibuat.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan unuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Filsafat postpositivisme memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. (Sugiyono, 2009 : 7). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama dilapangan. Dalam penelitian ini secara khusus data tersebut dikumpulkan dengan mewawancarai pihak yang dianggap mengetahui pemasalahan yang akan diteliti oleh penulis dan melakukan observasi kepada pihak internal perusahaan untuk mengetahui perilaku dan kegiatan yang dilakukan oleh responden atau subjek penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data primer ini termasuk data mentah (row data) yang harus di proses lagi sehingga menjadi informasi yang bermakna. (Kriyantono, 2012:41-42). Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Data primer ini merupakan data asli yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh periset untuk menjawab rumusan masalah dalam riset penulis. (Istijanto, 2006) Sehingga dapat disimpulkan bahwa Data Primer adalah pengambilan data yang diambil dari beberapa kegiatan yang dilakukan ( wawancara dan observasi) untuk mendapatkan data yang sah dan valid demi kegunaan penelitan. Data primer secara umum memang merupakan data utama yang didapat langsung dari narasumber terpercaya dalam perusahaan yang diteliti. Menurut Hikmat (2011:72) data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, berperan sebagai data pendukung yang fungsinya menguatkan data primer. Untuk mendapatkan data sekunder, penulis melakukan dengan melalui: 1. Dokumen Perusahaan 2. Studi Pustaka Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah, dalam Buku Metodologi Penelitian Kualitatif, halaman 153 – 156, terdapat beberapa jenis Dokumentasi, yaitu: 1. Dokumen Pribadi dan Buku Harian 2. Surat Pribadi 3. Autobiografi 4. Dokumen Resmi 5. Fotografi 6. Data Statistik Lain Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Miles dan Huberman yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: (Ardianto, 2010: 223) 1. Reduksi data 2. Display data 3. Penarikan/verifikasi kesimpulan
HASIL PENELITIAN Alur Komunikasi Organisasi Kementerian Sosial RI Untuk mengetahui Alur Komunikasi Organisasi Kementerian Sosial RI, penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber, tujuan dari wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan serta mengumpulkan data yang dimana akan digunakan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan beragam akan tetapi tertuju pada satu benang merah. Hal ini didukung berdasarkan hasil wawancara Narasumber kedua yaitu R.R Susilaningsih A.K.S selaku Kepala Bagian Pendapat Umum. Lalu berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber ketiga yaitu Benny Setianugraha M.Si, selaku
Kepala Biro Humas Kementerian Sosial RI, dari pertanyaan yang di berikan kepada kedua narasumber. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang telah dilakukan untuk penulisan ini, bahwa alur komunikasi di Kementerian Sosial RI memang terjadi secara vertikal dan horisontal. Alur komunikasi yang dijalankan oleh Kementerian Sosial sangatlah formal, ini dapat dimaklumkan karena Alur Komunikasi yang di jalankan oleh Kementerian Sosial sangatlah bertahap. Alur komunikasi sengaja dibuat vertikal dan horisontal karena dalam penggunaannya alur ini berfungsi sangat baik dalam berkomununikasi. Hal ini terlihat dari cara memberikan dan mendapatkan informasi dari atasan ( Menteri ) kepada bawahan menggunakan surat yang di sebarkan ke divisi – divisi yang ada di naungan Kementerian Sosial RI. Dalam penulisan ini juga akan dibahas kaitan antara alur komunikasi dengan citra pada Kementerian Sosial RI. Pada penulisan ini, masing menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi yang tepat. Hal ini dibenarkan oleh jawaban dari narasumber kedua yauitu R.R Susilaningsih selaku Kepala Pendapat Umum di biro humas. Ditambahkan dengan hasil wawancara dengan narasumber ketiga yaitu Sarah Kusumaningtyas S. Ikom selaku pranata humas. Dari hasil wawancara yang sudah dijalankan, dari ketiga narasumber dapat diambil kesimpulan bahwa ketika alur komunikasi belum berjalan dengan maksimal,sehingga mempengaruhi kinerja dari Kemeterian Sosial.
Citra Kementerian Sosial RI Pada penulisan ini akan dibahas tentang bagaimana citra Kementerian Sosial RI. Tentang bagaiman citra Kementerian Sosial di mata masyarakat. Karena pada dasarnya citra akan mempengaruhi penilainan masyarakat tentang kinerja Kementerian Sosial. Pada penulisan ini pun akan mewawancarai dua orang pegawai dari divisi humas tentang citra Kementerian Sosial RI, namun dilihat dari sudut pandang sebagai masyarakat biasa, bukan sebagai karyawan dari divisi humas Dari hasil observasi yang dilakukan mengenai citra Kementerian Sosial RI di mata Masyarakat, menunjukan bahwa masyarakat menyayangkan terlambatnya kinerja Kementerian Sosial RI dalam menangani bencana yang terjadi. Banyak masyarakat yang mengira BNPB adalah bagian dari Kementerian Sosial RI, akan tetapi sebenarnya BNPB adalah organisasi yang berdiri sendiri dengan tujuan kemanusiaan. Dari hasil wawancara dan observasi ditemukan satu kesatuan yang dimana bisa disimpulkan bahwa kinerja dari Kementerian Sosial RI masih kurang maksimal. Kurang tanggapnya Tim dari Kementerian Sosial masih menjadi permasalahan utama bagi Kementerian Sosial RI. Sehingga upayanya membangun citra yang positif masih belum maksimal dan masyrakat pun masih belum melihat sisi positif dari citra Kementrian Sosial RI.
Media Monitoring di Kementerian Sosial RI Dalam pembuatan Media Monitoring tidak akan lepas dari peranan media yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI. Media yang bekerja sama berasal dar media yang berbeda, yaitu media cetak ( koran ) dan media online. Dari media – media ini lah semua berita atau ulasan diambil dan dikumpulkan menjadi satau kesatuan yang disebut media monitoring. Dikarenakan pentingnya peran media dalam pembuatan media monitoring. Dari hasil observasi di Kementerian Sosial RI, media yang dipakai adalah media cetak, koran adalah salah satunya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa media cetak lainnya seperti majalah tidak dipakai dalam pengambilan artikel. Media online sekarang sudah masuk kedalam salah satu media yang diperhatikan oleh Kementerian Sosial RI, karena perkembangan zaman yang sudah memungkinkan orang untuk mengakses data secara mobile, maka Kementerian Sosial RI ,menggunakan keberadaan media online sebaga refrensi pembuatan media monitoring. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat ditarik benang merah, bahwa media cetak seperti koran masih dipakai untuk membuat media monitoring. Tidak menutup mata Kementerian Sosial RI pun melirik media online sebagai refrensi tambahan guna mengambil artikel yang berhubungan dengan kerja serta kinerja Kementerian Sosial RI. Dari sisi yang terkadang tidak kita ketahui, bahwa Kementerian Sosial RI membuka kerja sama dengan semua media, namun dalam pembuatan media monitoring merka masih memakai media cetak dan media online. Dari hasil observasi yang dilakukan di Kementerian Sosial RI. Dalam proses pembuatan media monitoring sangatlah tidak sembarangan, dari beberapa media yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI pasti akan memuat artikel yang sama. Dari artikel yang sama tersebut akan dipilih salah satu saja untuk dimasukan ke dalam media monitoring sehingga tidak terjadi berita ganda di dalam media monitoring. Dalam menseleksi artikel yang pantas untuk masuk ke dalam media monitoring adalah berita yang memang menyangkut tentang tanggung jawab Kementerian Sosial atau
permasalahan yang memang harusnya dilakukan oleh Kemeneterian Sosial RI, dan beberapa evaluasi dari kinerja yang sudah dilakukan oleh Kementerian Sosial RI. Dari wawancara yang sudah dilakukan, didapat informasi - informasi, dan dari hasil observasi yang sudah dilakukan. Sehinga dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembuatan media monitoring adalah proses pengumpulan beberapa ulasan atau artikel yang berhubungan dengan tugas, tanggung jawab, dan evaluasi dari Kementerian Sosial RI. Apabila ada ulasan atau artikel yang sama dari beberapa media, yang akan dimasukan kedalam media monitoring hanya akan ada satu ulasan saja. Dengan tujuan mempermudah dalam menganalisa artikel yang sudah disatukan dalam media monitoring.
Kendala pada Alur Komunikasi Organisasi Dari berbagai alur komunikasi yang digunakan pada setiap perusahaan, lembaga, organisasi. Pasti akan ada kendala yang ditemukan dalam komunikasi di organisasi tersebut. Pada bab ini, sesi wawancara menanyakan kendala apa saja yang terjadi di Kementerian Sosial RI menyangkut komunikasi Organisasi. Dari hasil Observasi pun di temukan kesulitan dalam meminta informasi atau mendapatkan informasi dalam waktu yang cepat. Sehingga memakan waktu yang luamayan lama untuk mendapatkan persetujuan atau informasi Dari hasil wawancara dan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi organisasi di Kementerian Sosial berjalan sangat formal atau berjalan sangat vertikal dan horizontal. Sehingga dapat memakan waktu yang lama untuk mendapatkan persetujuan atau mendapatkan informasi.
Kendala pada proses Pelaksanaan Media Monitoring di Kementerian Sosial RI Pada proses pembuatan media monitoring pasti akan ada hambatan yang terjadi, sehingga itu akan menjadi hambatan yang sanagat menggangu. Dari hasil observasi yang dilakukan di Kementerian Sosial RI memang SDM menjadi kendala yang sangat vital dalam prose pembuatan media monitoring. Dimana proses media monitoring itu sendiri memakan waktu yang lumayan banyak, sehingga dapat dipastikan apabila yang mengerjakan hanya beberapa orang, dan tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan maka akan menjadi kendala yang terus menerus terjadi. Dari hasil wawancara dengan kedua narasumber dan ditambah hasil dari observasi bisa disimpulkan bah kendala terbesar adalah kurangnya SDM yang membantu proses pembuatan media monitoring. Sekalipun ada SDM yang ikut membantu, secara kualitas sudah dipastikan kurang untuk mengoptimalkan kelebihan dari media monitoring tersebut.
Pembahasan Alur Komunikasi Organisasi Kementerian Sosial RI Pada pembahasan ini alur komunikasi organisasi Kementerian Sosial RI sedikit banyaknya sudah mengimplementasikan definisi dari Abdullah (2008:64-71) yang menjelaskan terdapat beberapa arus komunikasi dalam organisasi, berikut kegiatan atau implementasi yang dipakai oleh Kementerian Sosial RI: Setelah melakukan wawancara dengan ketiga narasumber yaitu Benny Setianugraha M. Si , Raden Roro Susilaningsih A.K.S , dan Sarah Kusumaningtyas S. Ikom dan melakukan observasi, ditariklah sebuah kesimpulan bahwa alur komunikasi di Kementerian Sosial RI berisfat formal ( upward and downward ). Apabila satukan dengan tori yang sudah ada dan sudah dikemukakan oleh para pakarnya, alur komunikasi di Kementerian Sosial RI sudah mengimplementasikan dari kelima jenis informasi yang biasa dikomunikasikankepada bawahan, yaitu : (1) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan - Informasi dari atasan sudah diberikan melalui Kepala biro masing – masing sehingga mempermudah atasan untuk langsung mengetahui kinerja dari bawahannya (2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan - sama seperti point pertama informasi untk dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan sudah di berikan tanggung jawab kepada kepala biro masing - masing (3) Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi - masih sama pada point pertama semua tanggung jawab sudah diberikan kepada kepala biro masing – masing, informasi mengenai kinerja pegawai. - informasi mengenai kinerja biasanya di lakukan pada saat rapat besar yang diadakan setelah kepala biro rapat dengan atasannya. (4) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).
-
Untuk mengembangkan rasa memiliki biasanya sudah dijelaskan dari awal ketika seseorang masuk untuk bekerja di Kementeraian Sosial RI.
Citra Citra Kemnterian Sosial RI sudah termasuk dalam beberapa jenis citra menurut Frank Jefkins (dalam Ruslan, 2004:45) yaitu : 1. Mirror Image (Citra Bayangan) 2. Current Image (Citra yang Berlaku) 3. Multiple Image (Citra Majemuk) 4. Corporate Image (Citra Perusahaan) 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan) 6. Citra Penampilan (Performance Image) Dari keenam jenis citra dan dari hasil observasi yang sudah dilakukan, Kementerian Sosial RI masuk ke jenis citra nomer satu (Citra Bayangan), dua(Citra yang Berlaku) , dan empat(Citra Perusahaan) karena citra yang di lakukan oleh Kementerian Sosial RI belum maksimal, sehingga hanya sebagian orang saja yang mengetahui bahwa citra Kementerian Sosial RI positif.
Media Monitoring Tentang Proses Media Monitoring Dari wawancara yang sudah dilakukan, didapat informasi - informasi, dan dari hasil observasi yang sudah dilakukan. Sehinga dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembuatan media monitoring adalah proses pengumpulan beberapa ulasan atau artikel yang berhubungan dengan tugas, tanggung jawab, dan evaluasi dari Kementerian Sosial RI. Apabila ada ulasan atau artikel yang sama dari beberapa media, yang akan dimasukan kedalam media monitoring hanya akan ada satu ulasan saja. Dengan tujuan mempermudah dalam menganalisa artikel yang sudah disatukan dalam media monitoring. Ketika dibandingkan antara kegiatan observasi serta hasil wawancara dan teori yang dikemukakan oleh Rosady Ruslan dan Widjaja maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan media monitoring di divisi humas Kementerian Sosial RI sudah berjalan dengan baik dan sudah dijalankan sesai dasar – dasar yang benar.dimulai dari siapa yang mengerjakan dan menganalisa pendapat erta tulisan – tulisan yang di muat di berbagai media cetak dan media online. Dalam melakukan kegiatan atau proses media monitoring Divisi Humas sudah melakukan kegiatan sesuai dengangan definisi dari Rosady Ruslan yaitu : evaluasi, humas perlu melakukan kegiatan kliping dimana pengertian kliping menurut Rosady Ruslan (2010:228) adalah, “suatu kegiatan memilih, menggunting, menyijmpan dan kemudian memperbanyak mengenai suatu berita (news) atau karangan (artikel), serta foto berita (photo press) pada event atau peristiwa tertentu yang telah terjadi dan dimuat di berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah berita, tabloid dan lain sebagainya yang kemudian di kliping.” Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat ditarik benang merah, bahwa media cetak seperti koran masih dipakai untuk membuat media monitoring. Tidak menutup mata Kementerian Sosial RI pun melirik media online sebagai refrensi tambahan guna mengambil artikel yang berhubungan dengan kerja serta kinerja Kementerian Sosial RI. Dari sisi yang terkadang tidak kita ketahui, bahwa Kementerian Sosial RI membuka kerja sama dengan semua media, namun dalam pembuatan media monitoring merka masih memakai media cetak dan media online. Dari perbandingan antara hasil wawancara dan obervasi serta teori yang ada Divisi Humas Kementerian Sosial RI sudah bekerjasama dengan media yang tepat. Dan membungkusnya dalam media yang tepat. Hanya saja ketika berita sekarang sudah bisa diakses melalui online, maka Divisi Humas Kementerian Sosial RI juga mengambil beberapa artike dari media online, akan tetapi masih dengan standar unsur dan masalah yang terjadi di masyarakat.
Kendala Kendala pada Komunikasi Organisasi Ketika menjalin komunikasi dalam organisasi terdapat beberapa penghalang atau hambatan yang dapat terjadi, yaitu seperti (2010:59): 1. Persepsi selektif 2. Emosi 3. Media 4. Faktor psikologi
5. Faktor pendidikan 6. Faktor budaya 7. Ketrampilan mendengarkan Dari hasil wawancara dan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi organisasi di Kementerian Sosial berjalan sangat formal atau berjalan sangat vertikal dan horizontal. Sehingga dapat memakan waktu yang lama untuk mendapatkan persetujuan atau mendapatkan informasi. Dari teori dan hasil wawancara serta observasi dapat disimpulkan bahwa kendala terjadi pada unsur persepsi selektif dan media. Dikarenakan cara melihat dan mendengarkan setiap individu berbeda beda, bahkan setia perusahaan atau instansi pemerintah pun berbeda beda. Lalu media, media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Terkadang salah memilih media bisa juga membuat individu lain merasakan hal yang berbeda.lalu keterampilan mendengar, dikarenakan alur informasi yang sangat formal maka, harusnya setiap karyawan mempunyai cara mendengar perintah, atau inspeksi dari atasan agar tidak salah persepsi dengan pesan yang dikirimkan.
SIMPULAN DAN SARAN Alur Komunikasi yang terjadi di Kementerian Sosial RI menggunakan empat dari lima alur komunikasi yaitu, ke atas, kebawah, dan lintas saluran dan intrapersonal. Alur komunikasi keatas digunakan ketika memberikan hasil media monitoring yang telah di buat oleh Divisi Humas lalu di berikan kepada biro yang bekerja sama dan kepada Menteri Sosial. Alur komunikasi kebawah digunakan ketika ada peraturan atau regulasi serta informasi dari Menteri Sosial RI kepada biro yang ada dibawah kepemimpinannya. Lalu alur komunikasi lintas saluran atau diagonal digunakan ketika memberikan hasil media monitoring kepada divisi yang bekerja sama dengan Divisi Humas. Lalu komunikasi Intrapersonal dipakai alam perbincangan atau percakapan serta bertukar informasi antar individu yang bekerja di Kementerian Sosial RI Kendala yang ditemui dalam penggunaan alur komunikasi organisasi Kementerian Sosial RI disimpulkan bahwa kendala terjadi dikarenakan cara melihat dan mendengarkan setiap individu yang berbeda beda. Lalu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan masih susah untuk diterima dengan cepat oleh bawahan. Sumber daya manusia yang masih kurang dalam mengerjakan media monitoring dan kurang kompetennya orang-orang yang membantu pengerjaan media monitoring. Dan birokrasi yang terlalu rumit, yang diterapkan dalam penyampaian pesan dan untuk membahas suatu evaluasi dan program rencana kerja . Dengan melihat dari simpulan sebelumnya maka menghasilkan saran, yaitu Kementerian Sosial RI, agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik, perlu juga mengimplementasikan semua alur komunikasi lalu memaksimalkannya agar bisa mencapai Visi dan Misi dari Kementerian Sosial RI. Dikarenakan Kementerian Sosial RI masih mengimplementasikan empat dari lima alur komunikasi, seharusnya Kementerian Sosial RI bisa memakai kelima alur komunikasi, karena apa bila alur komunikasi sudah baik maka, pesan atau informasi akan mudah diketahui oleh semua pihak yang bekerja di Kementerian Sosial RI. Saran bagi Kementerian Sosial RI dalam kendala yang ditemui dalam penggunaan alur komunikasi organisasi adalah lebih bisa mengurangi kesalah pahaman antar karyawan (PNS). Dan mempercepat informasi yang dibuat dengan cara menyesuaikan media yang digunakan oleh karyawan atau orang-orang yang bekerja di Biro yang melakukan tugasnya secara berbeda-beda. Dalam proses Media Monitoring, sumber daya yang digunakan sangat kurang secara jumlah yang mengerjakan dan kurang dalam kompeten, sehingga menjadi salah satu penghambat pengerjaan dan penyebaran. Saran yang di berikan adalah Kementerian Sosial RI dalam melakukan seleksi yang diadakan pemerintahan menggunakan kesempat dengan sebaik-baiknya dalam memilih orang yang berkompeten, yang dimana akan bekerja di Kementerian Sosial RI, dan menempatkan orang yang telah dipilih untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang diapunya oleh orang yang telah dipilih dan sesuai dengan latar belakang pendidikan. Lalu tentang Birokrasi pemerintahan yang terlalu rumit, bisa diperbaiki lagi dengan tujuan pesan atau informasi bisa sampai dengan cepat dan bisa dikerjakan dengan cepat.
REFERENSI Buku: Ardianto, Elvirano. (2011). Metodologi Penelitian untuk Public Relation Kuantiatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Cutlip, Scott. M. (2006). Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Effendi, O.U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya Hikmat, M. Mahi.2011. Metode Komunikasi Suatu Pengantar : Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Istijanto, (2006), Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kriyantono, Rachmat. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group Masmuh, Abdullah. (2008). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press. Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Muhammad, Arni. (2007). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Pace, R. Wayne, dan Faules, Don. F. (2010). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Karyawan. Bandung: Rosda. Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Ruslan, Rusady. (2004). Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ruslan, Rosady. (2010). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi; Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Satori Djam’ an., Komariah Aan. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Purba. Amir, dkk. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press. Sugiyono. (2012). Metode Penelitia Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 27 Tahun 1992 tentang Hak dan Kewajiban Warganegara,. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 34 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial dan Negara Kesejahteraan,. Sekretariat Negara. Jakarta. Wardhani, Diah. (2008). Media Relations Sarana Membangun Reputasi Perusahaan : Graha Ilmu Widjaja, H.A.W. (2010). Komunikasi, Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. Jurnal: Donald K. Wright. (2005). The role of corporate public relation executives in the future of employee communications. Alessandr a Mazzeu. (2010). I Internal communication for employee enablement: Strategies in American and Italian Companies. Yerni Monita Kasenda. (2013). Peranan Humas Dalam Membangun Citra Perushaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura. Evawani Elysa Lubis. (2012). PERAN HUMAS DALAM MEMBENTUK CITRA PEMERINTAH . Fiska Amalia. (2012). KEGIATAN MEDIA MONITORING HUMAS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANGERANG DALAM MEMPERBAIKI CITRA PERIODE TAHUN 2011. Lain - lain: Buku Kehumasan Kementerian Sosial RI Website Kementerian Sosial RI: http://www.kemsos.go.id/
RIWAYAT PENULIS Binusian ID Full Name E-mail Address Phone number Gender Birth Place / Date Nationality Marital Status Religion
: 1301045740 : Claudio Chandra Setiawan :
[email protected] : Pondok Pekayon Indah Blok B9 No.11 Jl. Elang III Bekasi Selatan 17148 : Mobile: (+62) 878 8082 0682 : Male : Jakarta/ 16 September 1991 : Indonesian : Single : Catholic