PROF. SUWARTO MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta
Ilmu Pengetahuan Memperoleh pengetahuan melalui telaah terhadap:
PENGALAMAN
Obyek Empiris: Beragam Berulang Jalin menjalin secara teratur
EMPIRIS Fakta yang bisa dialami langsung melalui panca indera
Melalui Abstraksi Yang disederhanakan
Diperoleh pengetahuan keilmuan
KESIMPULAN (teori)
ASUMSI Obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain. Suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Setiap gejala, bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
PARADIGMA POSITIVISME PENDEKATAN KUANTITATIF Pendekatan penelitian kuantitatif mengikuti paradigma positivisme. Secara garis besar Positivisme didasarkan pada asumsi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Asumsi ontologis positivisme: Segala sesuatu adalah riil (real), nyata, sehingga di dalam fenomena/gejala sosial: apa-apa yang tidak nyata dianggap bukan fenomena sosial. apa realitas itu? Benda-benda yang ada di sekitar kita adalah obyek, dan yang ada di dalam pikiran kita bukan obyek. Segala sesuatu memiliki pola yang bersifat universal.
REALITAS Realitas bukan merupakan substansi atau kata benda. Realitas mengacu pada suatu aturan. Maksudnya, jika kita bicara tentang realitas pada umumnya, pertanyaan yang sebenarnya ialah: Bagaimana pribadi atau benda yang nyata dapat dikenal? Bagaimana kita mengetahui bahwa sesuatu itu nyata, bukan maya? Bagaimana saya mengetahui bahwa saya bukan sedang bermimpi, atau
membuat kesalahan dengan menangkap yang sebenarnya hanya maya saja, sebagai realitas? Kata realitas di sini tidak digunakan untuk suatu obyek yang khusus dan konkret, melainkan untuk kriteria tentang apa obyek yang nyata itu sebenarnya: Bagaimana obyek itu sampai menjadi nyata? Apa aturan yang digunakan untuk mengakui bahwa obyek itu nyata?
Realitas menunjukkan aturan bahwa benda yang nyata tidak
tergantung pada keinginan atau subyektif kita. Pengetahuan yang nyata hanya terwujud jika situasi nyata ditemukan atau dialami.
PARADIGMA POSITIVISME Asumsi ontologis positivisme: Individu adalah seseorang yang bebas nilai. Individu tidak dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang melekat pada individu lain. bisa melihat fenomena/gejala secara obyektif dengan menggunakan kriteria-kriteria universal.
Ilmu pengetahuan adalah cara terbaik yang dimiliki manusia untuk
memperoleh pengetahuan mengantikan akal sehat.
Segala sesuatu adalah nyata, bisa dipelajari, bersifat universal, sehingga
pendekatan ini menggunakan pola universal yang ketat.
Pola pendekatan kuantitatif beesifat baku, linier, dan bertahap.
penelitian kuantitatif harus dilakukan tahap demi tahap, secara berurutan.
Proses penelitian kuantitatif bersifat deduktif berangkat dari sebuah
konsep yang bersifat umum ke hal-hal yang brsifat khusus, dan menerapkan prinsip nomotetik yaitu hanya mengambil gejala inti saja, dengan mengabaikan gejala yang lain.
PARADIGMA POSITIVISME Asumsi aksiologis positivisme: Pendekatan kuantitatif mencari penjelasan mengapa
sebuah fenomena/gejala terjadi di dalam pola-pola yang sudah ada: Jika pola dari kejadian yang sudah ada itu bisa
dijelaskan, maka pola tersebut semakin meyakinkan dan tak terbantahkan. Jika pola yang sudah ada tidak bisa dipakai untuk
menjelaskan gejala yang sudah ada, maka dicari pola baru yang lebih universal, sehingga bisa dipakai untuk menjelaskan gejala tersebut.
Implikasi pendekatan kuantitatif Penelitian kuantitatif harus mengikuti tahap-tahap penelitian secara ketat tidak boleh melakukan kegiatan tahap kedua sebelum kegiatan tahap pertama selesai dilakukan, dan seterusnya Tahap-tahap penelitian kuantitatif Membuat rancangan penelitian Menentukan permasalahan: menjelaskan mengapa suatu gejala itu menarik dan penting untuk
diteliti.
Menentukan teori yang digunakan teori yang sudah baku. Membuat hipotesis membuat jawaban sementara atas permasalhan yang diteliti. Menentukan populasi (individu, kelompok, atau organisasi), dan sampel (pewakil dari populasi) Membuat instrumen penelitian
Umumnya dengan membuat kuesyener yang ditujukan kepada responden (sampel). Mengumpulkan data dengan menyebarkan kuesyener, dan mencari data sekunder sebagai
pendukung.
Mengolah dan menganalisis data Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data (biasanya menggunakan teknik
statistik). Pengolahan data tidak boleh dilakukan sebelum semua data terkumpul. Kemudian melakukan analisis data untuk menunjukkan apakah hipotesanya bisa dibuktikan generalisasi dari hasil yang didapat.
Membuat laporan penelitian: menuangkan semua hasil kegiatan penelitian (mulai dari
rancangan, sampai analisis / pembuktian hipotesis) ke dalam sebuah laporan penelitian.
UNSUR-UNSUR PENELITIAN ILMIAH A. Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomenon sosial ataupun fenomenon alami. Misalnya: Untuk menggambarkan komunikasi manusia dikenal
konsep-konsep: komunikasi verbal, non-verbal, intrapersonal, interpersonal, antarbudaya, dll. Untuk menggambarkan pergerakan penduduk dikenal
konsep migrasi dan mobilitas. Beberapa konsep yang biasa dipakai dalam penelitian
sosial antara lain: angkatan kerja, pengangguran, sikap terhadap kontrasepsi, stratifikasi sosial, interaksi sosial, perilaku memilih (choice behavior), alineasi, dan partisipasi.
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama, contoh: Konsep kumpulan sosial (collectivity in social life) dipakai oleh para sosiolog untuk menggambarkan: Kelompok massa publik, kerumunan.
Konsep perilaku memilih (choice behavior) dipakai oleh peneliti komunikasi untuk menerangkan fenomena: memilih media, memilih acara televisi, dan banyak fenomena memilih lainnya.
B. Proposisi Proposisi adalah pernyataan (statement) tentang sifat dari realita
yang dapat diuji kebenarannya.
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan untuk pengujian empiris. Dalil (laws) adalah proposisi yang mempunyai jangkauan (scope) yang
lebih luas dan telah mendapatkan banyak dukungan empiris.
Biasanya, proposisi adalah pernyataan tentang hubungan antara dua
konsep atau lebih. Contoh:
Proposisi 1: "modernitas suami-istri adalah salah satu faktor penentu perilaku kontraseptif mereka", lebih sering kita jumpai daripada Proposisi 2: "pasangan-usia-subur di Indonesia cenderung menggunakan kontrasepsi moderen." Proposisi pertama menghubungkan dua faktor dan menganggap bahwa satu faktor adalah penyebab dari faktor lainnya, sedangkan proposisi yang kedua hanya menunjukkan distribusi suatu faktor.
C. Teori Merupakan sarana pokok untuk menyatakan hubungan
sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori. Merupakan rangkaian yang logis dari satu proposisi atau
lebih. Merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan
meningkatkan abstraksi pengertian-pengertian maupun hubungan-hubungan pada proposisi. Teori dibentuk oleh sejumlah prinsip, yang analog dengan
rancangan untuk sebuah bangunan secara keseluruhan.
TEORI bisa diibaratkan rancangan suatu bangunan di dalam dunia arsitektur TEORITISI ibarat seorang arsitek (orang yang merancang bangunan).
Unsur/komponen TEORI: Konstruk (construct): Suatu pengertian di dalam teori yang memiliki definisi khusus, berbeda dengan definisi umum dari kata-kata itu atau yang ada di kamus. kata benda. Seorang teoritisi harus mempertimbangkan konstruksi-kontruksi di dalam teorinya seperti
seorang arsitek yang mempertimbangkan material dalam merancang sebuah bangunan.
Konstruk ibarat batu bata, semen, dan pasir dalam sebuah bangunan. Di dalam komunikasi
non verbal, “materialnya” antara lain: senyuman, sentuhan, atraksi fisik, atau nada bicara.
Hubungan antar kontruk: Bagaimana konstruk-konstruk itu bekerja sama. Bagaimana berbagai aspek dari bangunan akan dikombinasikan. hubungan antar kontruksi merupakan kata kerja. Contoh: “batu bata, semen dan pasir yang bekerja bersama secara alamiah harus bekerja dengan baik”. Konstruk-konstruk bisa dikombinasikan secara:
reversibel (bisa dibalik) – “jika x maka y dan jika y maka x” - atau ireversibel (tidak bisa dibalik) – “jika x maka y” saja.
deterministik (menentukan) – “jika x maka selalu y” – atau stokastik (berakibat berurutan) – “jika x maka mungkin y”
sekuensial (berurutan) – “jika x maka kemudian y” – atau koekstensif (sama-sama terjadi) – “jika x maka y juga”
sufficient (keniscayaan) – “jika x, dan hanya x saja, maka y” – atau kontingensi (bersyarat) – “jika x maka y, tetapi hanya jika z saja”
tak tergantikan – “jika x maka y tidak ada yang lainnya” – atau terdigantikan – “jika x maka y, tetapi jika z-pun maka y juga”.
Prinsip: suatu pernyataan tentang bagaimana konstruk dan hubungan-hubungan bekerja bersama. Prinsip adalah kombinasi antara konstruksi dan hubungan Di dalam metafora bahasa, sebagai kalimat. Misalnya: “kata bukanlah benda”, “semua komunikasi
adalah persuasi”
D. Variabel Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Konsep badan bukan variabel badan tidak mengandung pengertian adanya nilai yang bervariasi. Konsep-konsep, biasanya dapat diubah menjadi variabel dengan memusatkan pada aspek tertentu dari konsep tersebut tinggi badan, berat badan. 1. Variabel kategorikal (categorical variables), yaitu variabel yang mempunyai dua golongan (dikotomi) Seks (laki-perempuan), atau bergolongan ganda (politomi) jenis pekerjaan (Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Pedagang, Petani, Buruh Tani, Tukang) 2. Variabel bersambungan (continuous variables), yaitu variabel yang memiliki rangkaian nilai yang mempunyai jarak-jangkau (range) tertentu. harus mempunyai nilai jenjang (ranking); nilai yang lebih besar berarti memiliki kualitas yang lebih besar. sikap terhadap kebijaksanaan pemerintah (sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju).
E. Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu disajikan dalam bentuk pernyataan (statement) yang menghubungkan secara tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit) satu variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya. Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria: Pertama, hipotesis harus menggambarkan hubungan antar variabelvariabel. Kedua, hipotesis harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut. Variabel-variabel yang dicantumkan dalam hipotesis harus dapat diukur. Besar serta arah hubungan antara variabel-variabel tersebut harus jelas. Ada dua jenis hipotesis: Hipotesis relasional: menunjukkan hubungan antara dua variabel variabel pengaruh dan variabel terpengaruh Hipotesis deskriptif: karakteristik suatu sampel menurut variabel tertentu, contoh: Proporsi orang-orang desa berpendidikan tinggi yang membaca koran lebih besar daripada yang berpendidikan rendah.
PERUMUSAN MASALAH Ketika penelitian tidak memiliki hipotesis (jawaban sementara), maka
yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan masalah sesuatu yang jarang dilakukan jika menggunakan pendekatan kuantitatif. Masalah penelitian adalah sesuatu yang harus dijawab oleh peneliti melalui penelitiannya biasanya dalam bentuk pertanyaan. Contoh: “bagaimana hubungan antara terpaan iklan rokok dengan kebiasaan merokok?” Masalah adalah perbedaan antara harapan dengan kenyataan ketika di dalam teori dinyatakan bahwa: “orang yang mendapatkan banyak terpaan iklan rokok tertentu akan lebih memilih rokok yang diiklankan itu“, tetapi kenyataannya tidak demikian, atau teori itu meragukan, maka peneliti bisa merumuskan masalah penelitian dengan membuat suatu pertanyaan seperti tersebut di atas. Merumuskan masalah penelitian sering dimulai dengan melakukan identifikasi masalah-masalah yang mungkin bisa dipecahkan, kemudian memilih satu atau dua masalah yang paling bisa dipecahkan melalui penelitian, sesuai dengan kondisi sumberdaya (waktu, tenaga, dan biaya) yang dimiliki.
TEORI Deduksi (logika)
ALAM IDE Penyusunan: •Konsep •proposisi
Inferensi statistik
GENERALISASI EMPIRIS
HIPOTESIS / PERUMUSAN MASALAH
Pengujan Hipotesis ALAM MATERI/NYATA
•Identifikasi variabel •Perumusan definisi operasional
•Penyederhanaan informasi •Inferensi statistik Induksi
OBSERVASI Pengukuran
•Penyusunan instrumen •Pemilihan sampel
Buku Acuan Baker, Therese L. 1994. Doing Social Research. Second
Edition. McGraw Hill, Inc., New York – Toronto. Baxter, Leslie A., and Earl Babbie, 2004. The Basics of Communication Research. Thomson- Wadsworth, Australia – United State. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Stacks, D.W., S.R. Hill Jr., and M Hickson III. 1991. An Introduction of Communication Theory. Holt, Rinehart and Winston, Fort Worth – Tokyo.