PENELITIAN INTERNAL DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGHIJAUAN DI BANTARAN ALIRAN BENDUNGAN SITU GINTUNG SEKITAR KAMPUS UMJ
Peneliti: Retnowati WD Tuti Haniah Hanafie Lili Sumarni
PUSAT STUDI LINGKUNGAN (PSL) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA (UMJ) 2014
i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN INTERNAL
Judul Penelitian
: Partisipasi Masyarakat Dalam Penghijauan Di Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung Sekitar Kampus UMJ.
Nama Bidang Ilmu Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIP/NIK c. Jabatan Fungsional d. Lembaga e. Email
: Ilmu Sosial : Dr. Retnowati WD Tuti, M.Si : 20.234 : Lektor : PSL – LPPM - UMJ :
[email protected]
Jakarta, 15 April 2014 Mengetahui Ketua PSL-LPPM-UMJ
Ketua Peneliti,
Dr. Retnowati WD Tuti, M.Si NIK. 20.234
Dr. Retnowati WD Tuti, M.Si NIK. 20.234 Menyetujui, Ketua LPPM UMJ
Dr. Susilahati, M.Si. NIK. 0324106002
ii
DAFTAR ISI
Judul Lembar Pengesahan.............................................................................................ii Daftar Isi………………………………………………………………………...iii Abstrak………………………………………………………………………….iv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1 I.1. Latar Masalah……………………………………………...................1 I.2. Pertanyaan Penelitian....................…………………………………....2 I.3. Tujuan Penelitian……………………………………………….....….3 I.4. Urgensi Penelitian…………………………………………………….3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...4 2.1. Partisipasi Masyarakat… …………………………………......…..4 2.2. Pembangunan Berkelanjutan……………………………...............….7 2.3. Sungai……………………………………………………............….13 2.4. Penghijauan………………………………................................…….20 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….………26 3.1.Pendekatan dan Metode Penelitian…………………..........................26 3.2.Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………...….26 3.3.Sumber Data………………….......………………………………….26 3.4.Teknik Pengumpulan Data…………………………........…………..27 3.5.Teknik Pemilihan Informan………………………………............…29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……..……………..........................…30 4.1. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan dan Situ Gintung...........30 4.2. Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan.....……..……………….38 4.3. Peran Pemerintah................................................................................44 4.4. Faktor Pendukung dan Penghambat....................................................49 4.5. Masukan-Masukan dari Responden ..................................................51 4.6. Bebera Hasil Pengamatan...................................................................53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….….55 5.1. Kesimpulan ..………………………………………………………..55 5.2. Saran ……..........…………………………………………………….56 Daftar Pustaka..................................................................................................58 Lampiran .........................................................................................................59
iii
ABSTRAK Penelitian ini melihat pertisipasi masyarakat dalam Penghijauan Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus UMJ dan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat dalam penghijauan Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus UMJ. Teori yang digunakan adalah partisipasi, pembangunan berkelanjutan dan konsep sungai serta penghijauan. Pendekatan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan. Teknik Analisis data yang digunakan bersifat deskriptif dengan didukung perhitungan prosentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat belum optimal. Adapun bentuk partisipasi adalah dengan cara ikut menanam, membersihkan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup serta keamanan di sekitar Bantaran aliran Situ Gintung. Selain masyarakat, pemerintah juga sangat berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Kali Situ Gintung kampus UMJ, Cirendeu. Hal ini terlihat dalam bentuk perencanaan, penghijauan, penyuluhan, pembiayaan, membuat regulasi dan pengawasan. Meskipun masyarakat dan pemerintah telah menunjukkan itikad baik dalam mengelola lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Kali Situ Gintung Kampus UMJ, Cirendeu, bukan berarti tidak terdapat kekurangan. Dari hasil wawancara, masih terdapat beberapa faktor penghambat dan juga faktor pendukungnya.
Keywords: Partisipasi, Lingkungan Hidup, Penghijauan
--00--
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Masalah Judul penelitian Penghijauan Berbasis Masyarakat Di Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta bermakna untuk menjelaskan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan Di Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang menjadi obyek studi adalah Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan. Di dalam satu dasawarsa terakhir, Indonesia mengalami banyak musibah atau bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, bahkan bencana sosial seperti konflik antar suku dan separatisme. Harus disadari keadaan ini terjadi karena Indonesia berada dalam wilayah ring of fire yang rawan bencana, yang terbentuk dari 13.466 pulau dengan 1.340 suku bangsa. Data di lapangan menunjukkan bahwa frekuensi dan magnitude bencana di Indonesia dari waktu ke waktu semakin meningkat. Begitu pula dengan jebolnya Bendungan Situ Gintung. Dampak lingkungan bencana jebolnya Situ Gintung sudah terpapar dengan sangat mengejutkan. Sisi tanggul yang jebol memang hanya sekitar 50 meter dan itu cukup menumpahkan 2.100.000 M2 air dengan kelerengan yang cukup terjal, membuat laju air turun dengan perkiraan kecepatan sekitar 300 km / jam. Akibat hantaman arus air yang deras tersebut, telah memporak-porandakan pemukiman padat penduduk di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur. Hal ini terjadi
1
justru ketika masyarakat sedang tertidur lelap di pagi hari menjelang shalat subuh. Dari 104 orang yang hilang, 90 orang telah diketemukan jenazahnya, sementara 14 orang masih dinyatakan hilang. Selain itu, 319 rumah dinyatakan rusak dan terendam, 11 gedung Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta juga mengalami kerusakan parah, dan jumlah pengungsi seketika itu, mencapai 295 kepala keluarga. Terlihat di sepanjang Aliran Bendungan Situ Gintung hingga saat ini, penghijauan masih belum optimal dilakukan, sehingga menjadi penting untuk diupayakan partisipasi masyarakat dalam penghijauan yang didukung pemda untuk mencegah atau menghindari terjadinya banjir dan tanah longsor. Di sepanjang Aliran Bendungan Situ Gintung yang tepatnya berada di belakang kampus Universitas Muhammadiyah jakarta (UMJ) telah diadakan perbaikan pembangunan aliran air yang berada tepat di sepanjang jalan dan di depan rumah penduduk sekitar Aliran Bendungan Situ Gintung.
1.2. Pertanyaan Penelitian Penelitian tersebut mempertanyakan beberapa hal, antara lain yaitu: 1). Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus UMJ ? 2). Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat dalam penghijauan Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus UMJ ?
2
1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini meliputi: 1). Untuk mengetahui dan menganalisis Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus UMJ. 2). Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat dalam penghijauan Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus UMJ.
1.3. Urgensi Penelitian Urgensi penelitian ini antara lain: 1). Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas penerapan teori partisipasi masyarakat dan teori pengelolaan lingkungan hidup. 2). Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada Kota Tangerang Selatan dalam pemberian fasilitasi Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung dan juga dalam meningkatkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi lagi.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab II ini, diuraikan tentang Partisipasi Masyarakat, Pembangunan Berkelanjutan, Sungai dan Penghijauan. Untuk lebih jelas diuraikan di bawah ini.
2.1. Partisipasi Masyarakat Secara umum, pengertian partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan. Namun dalam konteks politik, partisipasi sebagai
kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi2, yang dapat
mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah (Huntington dan Nelson dalam Budiardjo, 1998: 1). Partisipasi dapat dilakukan secara individu atau kolektif, melalui jalan damai atau kekerasan, bersifat legal dan illegal. Sedangkan A. Ramlan Surbakti (2010: 180) masih dalam konteks politik, mengartikan partisipasi sebagai keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Berikutnya Surbakti (2010: 151) juga mengatakan
bahwa partisipasi politik
adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain : mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin dan memilih wakil rakyat dalam pemilu.
4
Selain itu, Canter (Arimbi, 1993:1 dalam tesisdisertasi.blogspot.com/2010) mengartikan bahwa partisipasi sebagai feed-forward information and feedback information. Maksud dari definisi ini adalah partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang
terus berlangsung. Dengan demikian, partisipasi
masyarakat dapat diartikan sebagai komunikasi antara pihak pemerintah sebagai pembuat keputusan dengan masyarakat yang secara langsung terkena dampak dari keputusan tersebut. Dari pendapat Canter tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa masyarakat dapat memberikan respon secara positif dengan mendukung atau terlibat dalam program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau sebaliknya dapat juga menolak kebijakan yang dibuat pemerintah tersebut. Mubyarto (1997:35) mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu pelaksanaan setiap program sesuai dengan kemampuan, tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri. Nelson,
Bryant
dan
White
(1982:206
dalam
tesisdisertasi.blogspot.com/2010) menyebutkan bahwa partisipasi kolektif adalah keterlibatan kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan. Sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok dapat disebut partisipasi individual. Partisipasi yang dimaksud ialah partisipasi vertikal dan horisontal masyarakat. Yang dimaksud dengan partisipasi vertikal adalah partisipasi yang memposisikan
masyarakat sebagai bawahan atau klien dalam program atau
kegiatan tersebut. Sedangkan yang dimaksud partisipasi horisontal adalah
5
partsiapsi masyarakat yang dilakukan bersama sama dengan masyarakat lainnya, karena tidak mungkin kegiatan tersebut dijalankan sendiri. Soetrisno (1995 dalam bagasaskara.wordpress.com) memberikan dua macam definisi tentang partisipasi rakyat (masyarakat) dalam pembangunan, yaitu: pertama, partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana/ proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini diukur dengan kemauan rakyat untuk ikut bertanggungjawab dalam pembiayaan pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Kedua, partisipasi rakyat merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat, dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akn dibangun di wilayah mereka. Bank Dunia (Suhartanta, 2001 dalam bagasaskara.wordpress.com) memberikan definisi partisipasi sebagai suatu proses para pihak yang terlibat dalam suatu program/proyek, yang ikut mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif pembangunan dan pengembilan keputusan serta pengelolaan sumber daya pembangunan yang mempengaruhinya. Sumodingrat (1988 dalam bagasaskara.wordpress.com), partisipasi sebagai salah satu elemen pembangunan merupakan proses adaptasi masyarakat terhadap
6
perubahan yang sedang berjalan. Dengan demikian partisipasi mempunyai posisi yang penting dalam pembangunan. Sumodingrat menambahkan, bahwa parasyarat yang harus terdapat dalam proses pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengikutsertakan
semua
anggota
masyarakat/rakyat
dalam
setiap
tahap
pembangunan Conyers (1991 dalam bagasaskara.wordpress.com) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal, (2) Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut, (3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan ).
2.2. Pembangunan Berkelanjutan Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia serta mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik adalah lingkungan yang hidup, misalnya tanah, pepohonan, dan para tetangga. Sementara lingkungan abiotik mencakup benda-benda tidak hidup seperti rumah, gedung, dan tiang listrik. selanjutnya Pengertian lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat
7
dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya. Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan millieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan l’environment. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Demikian pengertian lingkungan hidup sebagaimana dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. S.J. Mc Naughton dan Larry L. Wolf (1973) mengartikannya dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organism.
Otto
Soemarwoto (2001), seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut: Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Munadjat Danusaputro (1980), seorang ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Pajajaran mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perhuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
8
Menurut pengertian juridis, seperti yang tertulis dalam Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengertian ini hampir tidak berbeda dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan lingkungan hidup No. 23 Tahun 1997. Pengertian lingkungan hidup adalah sebuah kesatuan ruang dengan segala benda dan makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi keberlangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Lingkungan hidup mencakup ekosistem, perilaku sosial, budaya, dan juga udara yang ada. lingkungan hidup dapat mengalami kerusakan karena berbagai faktor. Faktor tersebut bisa jadi faktor alam, bisa jadi diakibatkan karena kelalaian manusia, dan bisa juga terjadi akibat kombinasi dari keduanya. Contoh-contoh kerusakan lingkungan antara lain: Banjir bandang; Tanah longsor akibat hutan yang gundul; Kebakaran hutan karena pembalakan liar; Tsunami; Gempa Bumi; Angin topan; Perburuan liar yang menyebabkan terancam punahnya beberapa spesies; Pencemaran laut yang berakibat banyaknya satwa dan tumbuhan air yang tidak dapat
hidup; Penumpukan sampah pada Aliran Bendungan yang
mengakibatkan air tidak dapat mengalir secara lancar menyebabkan
banjir;
Pembuangan sampah
di
hingga meluap dan
sembarang tempat
yang
mengakibatkan banyaknya hewan pembawa penyakit seperti lalat, tikus, dan nyamuk.
9
Untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan, manusia harus melakukan upaya pelestarian lingkungan. Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan antara lain:
Menanam kembali hutan yang gundul
Memperbanyak area hijau (penghijauan)
Mengatur pembuangan, pengelolaan, dan pendaur-ulangan sampah.
Menggunakan konsep ―green building‖ ketika membangun bangunan
Menghentikan dan menghindari eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam
Memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku pencemaran dan pengrusakan lingkungan
Melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Mengajarkan dan mengkampanyekan pola hidup ramah lingkungan kepada masyarakat
Memahami pengertian lingkungan hidup dan cara menjaga kelestariannya saja masih belum cukup. Manusia harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Manusia terlahir di Bumi, hidup di Bumi, dan akan mati di Bumi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga keindahan dan kelestariannya.
Selanjutnya terkait dengan
lingkungan hidup adalah
Pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi
10
pembangunan yang memberikan semacam ambang batas pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak, melainkan batas yang luwes yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer untuk menerima dampak kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pengelolaan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Pola pembangunan berkelanjutan lahir sebagai reaksi atas perkembangan dunia berdasarkan pola pembangunan konvensional yang dilaksanakan sejak tahun lima puluhan hingga akhir abad ke-20 (Salim, 2004). Pola pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan produksi dan kebutuhan hidup manusia saja tanpa mengindahkan kelestarian dan keberlanjutan menyebabkan berbagai macam persoalan yang timbul. Pola pendekatan secara parsial dan kurangnya pemahaman terhadap ekosistem menyebabkan pembangunan berjalan sendiri-sendiri dan akhirnya menyebabkan kerugian bagi makhluk hidup. Pendekatan menyeluruh dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya perlu dipertimbangkan karena terganggunya salah satu komponen pada sistem alam akan mempengaruhi komponen lainnya dalam sistem tersebut. Pendekatan menyeluruh adalah suatu kajian terpadu terhadap keseluruhan aspek sumberdaya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, sosial,politik dan ekonomi. Untuk dapat melakukan pengelolaan secara terpadu, ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dimanfaatkan sebagai satu unit perencanaan dan
11
evaluasi yang sistematis, logis dan rasional (Asdak, 2004). Menurut Pedoman Teknis Pengelolaan DAS terpadu, DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang sistem kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya (Departemen Kehutanan, 2003). Kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya keterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS tersebut. (Jurnal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun Terpadu April 5, 2009 Filed Under: Lingkungan — Urip Santoso @ 7:03 Am Tags: Das, Ketahun Oleh: Zulparmaidi, Sp).
12
2.3. Sungai 2.3.1. Manfaat Sungai Bagi Kehidupan Aliran Bendungan banyak terdapat di bumi ini bahkan terkadang dalam kehidupan sehari-hari Aliran Bendungan sering dijumpai dan dilewati. Aliran Bendungan itu menjadi mata pencarian sebagian orang. Seperti yang diketahui Aliran Bendungan itu adalah sumber air yang sangat bermanfaat bagi mahkluk hidup didunia ini. Beberapa manfaat Aliran Bendungan bagi kehidupan manusia, yaitu : 1). Untuk memenuhi kebutuhan air dalam sehari-hari; 2). Sumber air bagi petani-petani; 3). sebagi sarana Transportasi; 4). Sebagai sumber air minum; 5). Untuk pembangkit listrik; 6). Tempat olah raga; 7). Tempat pelihara ikan ; 8).Tempat pencari ikan; 9).Tempa nyuci dan mandi; 10)..Sumber air industri;; 11).Rekreasi; 12).Sumber bahan bangunan (pasir dan batu) Untuk itu Aliran Bendungan perlu dijaga kelestariannya,antara lain dengan cara: 1. Menjaga kelestarian hutan di bagian hulu DAS 2. Menjaga kelestarian tanah di wilayah pertanian 3. Membuat sabuk hijau di sekitar tebing aliran Sungai 4. Melarang pembuangan limbah ke Aliran Sungai. 5. Melarang pembuangan sampah di Aliran Sungai 6. Pengambilan bahan bangunan tidak berlebihan 7. Meningkatkan kegiatan prokasih
13
Cara Menjaga Kelestarian Aliran Sungai Melestarikan Hutan di Hulu Aliran Sungai agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu Aliran Sungai, sebaiknya pohon-pohon atau pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir yang sehingga menyebabkan pendangkalan Aliran Sungai (http://ryuzakifaiz.blogspot.com/2012/12/cara-menjaga-kelestarian- Aliran Sungai -di_1149.html) Cara Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan 1. Cara Memelihara Lingkungan Alam Tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan dan di pegunungan dapat berfungsi untuk melestarikan air, udara, dan tanah. Akar tumbuhan dapat berfungsi sebagai penahan air, sehingga tidak akan terjadi banjir dan erosi pada saat hujan deras. Erosi dan banjir menyebabkan lapisan tanah paling atas akan ikut hanyut. Padahal lapisan tanah paling atas adalah yang paling subur. Hutan juga disebut dengan paru-paru dunia. Tumbuhan yang ada di hutan menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida. Hal ini terjadi pada saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Oksigen diperlukan makhluk hidup untuk bernapas. a. Menjaga Kelestarian Air Setiap makhluk hidup membutuhkan air. Manusia membutuhkan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain.
14
Air untuk minum harus dimasak lebih dulu agar kuman-kumannya mati. Hewan memerlukan air untuk minum dan mandi. Tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhan dan kesuburannya. Air merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga keberadaan dan kebersihannya. Air yang kotor atau tercemar tidak dapat dimanfaatkan. Air yang kotor atau tercemar dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara lain: 1)
tidak membuang sampah di Aliran Sungai atau saluran air;
2)
melakukan kegiatan penghijuan atau penanaman pohon yang dapat berfungsi sebagai penahan dan penyimpan air;
3)
menggunakan air sesuai kebutuhan.
4)
Air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah, tetapi dialirkan ke saluran pembuangan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran air tanah.
b. Menjaga Kesuburan Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup. Semua hasil pertanian, perkebunan, tambang, dan hasil bumi lainnya berasal dari tanah. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman yang baik. Tanah yang tandus perlu diolah agar menjadi subur. Sampah dari daun baik untuk menyuburkan tanah.Untuk menjaga kelestarian tanah tanamilah tanah kosong di sekitarmu agar tidak menjadi tandus. Tanah harus diolah dengan pengairan dan pemupukan yang benar. Kelestarian tanah juga dapat dilakukan dengan cara tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sampah harus dibuang di lokasi pembuangan yang
15
semestinya. Sampah yang kita buang umumnya terdiri atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Contoh sampah organik adalah daun-daun, sisa-sisa makanan, dan sebagainya. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup. Contoh sampah anorganik antara lain kaleng, botol, dan plastik. Sampah organik dapat membusuk dan terurai oleh bakteri atau jamur sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Sementara sampah anorganik tidak dapat terurai sehingga akan merusak kelestarian tanah. Oleh karena pentingnya tanah, air, dan udara maka jagalah kelestarian tanah, air, dan udara di sekitarmu. Hal ini bertujuan agar dapat terus memberikan manfaat bagi
kehidupan.
Semua
itu
karunia
Tuhan
Yang
Maha
Esa
(http://athaanakcerdas.blogspot.com/2012/09/cara-memelihara-lingkungan-alamdan.html) c. Cara Memelihara Lingkungan Buatan a. Menjaga Ketertiban Lingkungan Lingkungan yang aman, tertib, dan tenteram menjadi harapan semua orang. Oleh karenanya, setiap warga harus menjaga keamanan dan ketertiban. Apa yang terjadi jika kita tidak menjaga ketertiban lingkungan? Tentu saja lingkungan tidak akan aman, banyak terjadi pencurian, kekacauan, dan berbagai keributan lain. Akibatnya warga merasa terancam dan tidak dapat hidup tenang. b. Menjaga Kebersihan Lingkungan
16
Lingkungan yang bersih merupakan dambaan setiap orang. Kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab setiap orang. c. Menjaga Kebersihan Akuarium Akuarium yang dimiliki termasuk dalam lingkungan buatan. Akuarium yang dibuat, di dalamnya berisi ikan dan berbagai benda buatan yang mirip dengan benda-benda di Aliran Sungai dan laut. Seperti, batu karang, tanaman hias, kerikil, dan sebagainya. Semua itu bertujuan agar akuarium terlihat seperti bentuk kehidupan laut yang sebenarnya, dan ikan yang ada di akuarium merasa seperti hidup di laut. Akuarium harus selalu dijaga kebersihannya. Oleh karena itu, seminggu sekali akuarium harus dibersihkan.Airnya yang kotor harus rutin diganti. Semua itu akan membuat ikan hidup dengan sehat. Akuarium yang bersih menjadi indah dipandang 2. Tidak Buang Air di Aliran Sungai Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan menjijikkan. Ekskresi juga merupakan salah satu medium yang paling baik untuk perkembangan bibit penyakit dari mulai penyakit ringan sampai ke penyakit yang berat dan kronis. Oleh sebab itu janganlah boker dan beser di sembarang tempat. 3. Tidak Membuang Sampah Ke Aliran Sungai Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan Aliran Sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga
17
membuat Aliran Sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya. 4. Tidak Membuang Limbah Rumah Tangga dan Industri Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah cair adalah dengan membuangnya ke Aliran Sungai. Namun apakah limbah itu aman dan layak untuk dibuang ke Aliran Sungai? Hal itu membutuhkan penelitian dan proses perubahan secara kimia yang tentu saja akan menambah biaya operasional perusahaan. Pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup telah membuat tata cara serta aturan untuk pembuangan limbah yang benar-benar ketat. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan kesehatan lain yang merugikan. Pentingnya fungsi Aliran Sungai untuk kita adalah sebagai saluran air adar tidak terjadi banjir ketika hujan dan banyak lagi lainya, maka dari tiu kita harus menjaga kelestarian Aliran Sungai jangan sesekali mencemari Aliran Sungai dengan membuang sampah atau yang lainya. Interrelasi kuat masyarakat manusia dengan Aliran Sungai dan kawasannya tertanam dalam spiritualitas, gerak laku, kerja dan karya budaya. Sungai pada keseluruhannya adalah habitat hidup dan sumber penghidupan. Ini menyangkut kawasan tangkapan air hujan, mata air, telaga/danau dan anak-anak Aliran Sungai (keseluruhan kawasan hulu) menuju badan Sungai dengan percabangannya, lubuk, waduk (alam maupun buatan), jaringan pengairan dan air bersih (kawasan badan),
18
sampai ke kawasan pesisiran, pantai, muara dan laut (kawasan hilir). Berbagai unsur hayati, nir-hayati dan manusia membangun ekosistem Sungai. Secara tradisional keberadaan Sungai tidak terpisahkan dengan gunung, hutan dan daratan lebih luas lagi sebagai wilayah tangkapan air hujan dan pemasok mata air, rembesan dan aliran. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan, gunung, lereng dan perbukitan. Masyarakat pemangku Aliran Bendungan dan hutan secara tradisional menerapkan
budaya
kelola
dengan
memelihara
sistem
pewilayahan
tutupan/larangan, lindung, kelola dan budidaya atau serupa dengan itu, serta memagarinya dengan norma, nilai dan adat-istiadat. Untuk pengelolaan lahan pertanian sawah yang memerlukan sistem pengairan, tata kelola air dan Aliran Bendungan diimplementasikan dalam sistem subak (Bali), ulu-ulu (Jawa Tengah), jagatirta (Jawa Timur), mapag cai (Jawa Barat), serta mungkin masih banyak lainnya sampai pada tata kelola air bagi kawasan permukiman, perladangan dan tentu juga perikanan, perhubungan serta industri dan energi. Tata kelola air dalam keprograman, menyusul hancurnya sistem tata kelola tradisional, kemudian dikembangkan dengan konsep keprograman dan dikelola komunitas masyarakat dalam P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), P3AT (Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah), Mitra Cai, HIPPA sampai juga perusahaan air minum milik daerah ataupun perusahaan air minum kemasan. Pemanfaatan
Aliran
Bendungan
juga
untuk
perhubungan
dengan
pengembangan sistem angkutan Aliran Bendungan, danau dan penyeberangan (ASDP) dengan berbagai jenis dan ukuran moda transportasi air, dari perahu dan kapal tradisional sampai bermesin; untuk pengangkutan penumpang maupun
19
barang; lintas kabupaten, propinsi maupun sampai penyeberangan antar pulau. Sungai menghubungkan berbagai daerah sealiran maupun sampai susur kawasan pantai, teluk, selat dan pulau-pulau dengan menyeberang laut. Pelabuhan besar di Sungai besar seperti Barito, Kapuas, Musi dan Mahakam dirapati kapal-kapal besar pengangkut penumpang dan barang, berbagai hasil bumi, tambang dan 33industri maupun kebutuhan yang didatangkan. Sungai selain menjadi wahana hidup dan sumber penghidupan, juga menjalin hubung kawasan pedalaman di hulu dengan kawasan hilir dan pulau-pulau seberang. Orientasi pembangunan untuk mengejar angka pertumbuhan dengan langkah
―modernisasi‖
dan
industrialisasi
dengan
didukung
eksploitasi
sumberdaya alam (tambang dan hutan), tata kelola pertanian dan perkebunan secara ekstensif dan intensif, serta pembangunan sistem jaringan transportasi darat, menurunkan derajat pemanfaatan dan harkat pengelolaan Sungai mengalami degradasi
dan
proses
kehancuran
secara
signifikan
(http://uwityangyoyo.wordpress.com). 2.4. Penghijauan Menurut Maryono (2003), sempadan sungai sering juga disebut bantaran sungai. Namun sebenarnya ada sedikit perbedaan, karena bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenang air saat terjadinya banjir (flood plain). Bantaran sungai dapat juga disebut bantaran banjir. Sedangkan sempadan sungai adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis dan lebar bantaran keamanan (Gambar bawah) yang diperlukan, terkait dengan
20
letak sungai (misal untuk area lpemukirnan dan non-pemukiman).Sempadan sungai, terutama di daerah bantaran banjir, merupakan daerah ekologi dan sekaligushidrologis sungai yang sangat penting. Sempadan sungai tidak dapat dipisahkan dengan badan sungainya yaitu "alur sungai", karena secara ekologis dan hidrologis merupakan satu kesatuan ekologi yaitu satu ekosistem sungai. Secara hidrologis sempadan sungai merupakan daerah bantaran banjir yang berfungsi "memberikan luapan air banjir ke samping kanan kiri sungai,sehingga kecepatan air ke hilir dapat dikurangi, energi air dapat diredam di sepanjang sungai,serta erosi tebing dan erosi dasar sungai dapat dikurangi secara simultan". Tipe umum penampang sungai dan penentuan lebar daerah sempadan sungai (menurut Maryono 2003), disamping itu, sempadan sungai juga merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat mekanisme 'inflow ke sungai dan' outflow ke air tanah'. Proses inflow dan outflow tersebut merupakan proses "konservasi hidrolis sungai dan air tanah" pada umumnya. Secara ekologis sempadan sungai merupakan 'habitat dimana komponen ekosistem sungai berkembang'.Komponen vegetasi sungai secara alami akan mendapatkan hara dari sedimentasi periodis darihulu dan tebing, selanjutnya komponen vegetasi ini akan berfungsi sebagai pemasok nutrisi untuk komponen fauna sungai dan sebaliknya. Proses ini merupakan pendukung keberlangsungan ekosistem sungai yang memiliki sifat terbuka hulu - hilir. Memelihara ekosistem sempadan sungai yang baik sudah dapat dipastikan, sistem konservasi air dan tanah di sepanjang sungai dapat terjaga. Lebih jauh,
21
komponen vegetasi sungai secara hidrologis berfungsi sebagai relensi alamiah sungai. Dengan demikian, air sungai dapat secara proposional dihambat lajunya ke hilir. Dampaknya adalah dapat mengurangi banjir dan erosi di sepanjang sungai. Jika sistem ekologi dan hidrologis sempadan sungai ini terganggu, misalnya dengan adanya bangunan-bangunan rumah di atasnya, proyek pentalutan sungai, pelurusan dan sudetan yang mengubah areal sempadan serta adanya penanggulan tebing sungai, maka fungsi hidrologis dan ekologis sempadan sungai yang sangal vital tersebut akan menjadi rusak total. Pengertian tentang Reboisasi dan Penghijauan merupakan program pemerintah dengan investasi yang cukup besar. Tujuan dari reboisasi dan penghijauan adalah berkaitan dengan program Kementrian Kehutanan untuk menanggulangi penyelamatan hutan;tanah dan air. Penanaman pohon dalam kegiatan reboisasi dan penghijauan tidak seluruhnya bertujuan untuk memperoleh ekonomi seperti hutan produksi/ tanaman industri, pekebunan kayu (timber estate), tetapi juga suatu program untuk penyelamatan hutan, tanah dan air terutama pada daerah-daerah kritis di daerah hulu sungai. Dengan demikian hutan dapat memberikan kembali fungsi-fungsi pokok hidrologis, orologis dan klimatologis yaitu mengatur tata air, lapisan tanah dan iklim (Riswan, 1987).Istilah reboisasi dan penghijauan sendiri seringkali membingungkan karena keduanya mengandung arti yang sama yaitu menanam kembali pohon-pohonan. Kedua istilah ini dapat dibedakan dengan jelas berdasarkan status dari kepemilikan lahan di mana aktivitas dari
22
penanaman pohon ini dilakukan. Dikatakan "reboisasi"
jika aktivitas
penanaman pohon dilakukan pada Iahan-Iahan yang ada di kawasan hutan, dan lahan ini dikuasai atau dimiliki oleh negara yang sudah dikukuhkan dengan undang-undang sebagai suatu kawasan hutan. Disebut "penghijauan" apabila kegiatan penanaman pohon-pohonan dilakukan pada lahan yang status kepemilikannya sebagai hak milik rakyat. Dengan dasar status kepemilikan tanah, program penghijauan kelihatannya menghadapi permasalahan yang jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan program reboisasi.Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa meski pemerintah telah berupaya menyelamatkan kawasan atau sumber daya hutan, ternyata sampai tahun 2003 terlihat bahwa sumber daya hutan tidak semakin membaik, bahkan sebaliknya, angka penebangan hutan (deforestation)sebesar 1,6 juta hektar per tahun pada periode 1985-1997, meningkat menjadi lebih dari 3 juta hektar per tahun (Anonim 2003). Dengan makin meningkatnya perambahan hutan oleh penduduk lokal dan meningkatnya pembalakan liar (illegal logging) pada tahun 2004, akan merupakan ancaman terhadap upaya perbaikan pengelolaan hutan. Di satu pihak ingin memperbaiki, di pihak lain bahkan merusak hutan, hanya untuk kepentingan atau maksud keuntungan komersiil saja. Kecenderungan perubahan ekosistem bantaran sungai tidak terlepas dari pengaruh social ekonomi, beperapa kerusakan ekosistem DAS diakibatkan oleh faktor-faktor sosial ekonomi antara lain: a.Perambahan dan pembukaan hutan sampai saat ini masih tetap berjalan, sekalipun lahan tersebut sebenarnya tidak layak untuk dijadikan lahan
23
pertanian atau perkebunan dikarenakan kondisinya yang terlalu curam, serta penanaman jenis yang tidak sesuai atau cocok dengan kondisi lahan tersebut. b. Sistem kepemilikan tanah yang tidak jelas, dimana banyak terdapat lahanlahan kebun milik orang Jakarta yang menjadi lahan tidur yang tidak terurus. c. Terus berlangsungnya kegiatan pembangunan fisik, terutama perumahan atau vila-vila dibeberapa kawasan resapan air, seperti di daerah Cisarua, Ciawi, Mega mendung, Sukaraja, Babakan Madang, Rancamaya dan beberapa tempat lainnya. d. Luasnya lahan kritis yang perlu dikembalikan kedalam kondisi normal, sehingga dapat menjadi daya dukung terhadap konservasi air dan tanah. e. Kurangnya pembinaan dan pengendalian pemanfaatan tata rilimg pada kawasan lindung .f. Kurangnya upaya pelestarian flora dan fauna untuk keanekaragaman jenis, sehingga dapat menciptakan keserasian dan keseimbangan lingkungan g. Lemahnya aparat penegak hukum dalam menangani upaya pelestarian lingkungan, misainyaterhadap pembukaan dan perambahan hutan, serta pencegahan terhadap bangunan-bangunan liar. h. Kurangnya sarana yang dapat mendukung konservasi agar tetap terjaganya kelestarian
dan
kebersihan
serta
keseimbangan
lingkungan,
seperti
tersediaanya tempat-tempat penampungan dan pembuangan sampah, sehingga masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai tidak membuang sampah atau lirnbah rumah tangga langsung ke sungai
24
i. Susahnya mencari lapangan pekerjaan dan lemahnya perekonomian masyarakat pedesaan yang tinggal di sekitar kawasan hutan atau DAS, yang kemudian menjual tanahnya dan keeenderungan untuk membuka lahan baru dengan menebang hutan di sekitarnya.Sehubungan dengan status dan hak kepemilikan tanah, dimana masyarakat yang memiliki tanah atau kebun dan ladang menggarap dan menanami kebunnya sesuai dengan keinginannya masing-masing dimana mereka menanam dengan jenis- jenis yang berlainan, sehingga menjadi kebun yang bersifat multi manfaat, dimana pada saat dibutuhkan tinggal diambilnya, misal kebutuhan kayu untuk rumah buahbuahan yang pada musim buah sebagian hasilnya dapat dijual untuk mencukupi kebutuhan ekonomi mereka.Model ini bisa dijadikan satu contoh model dimana terlihat keseimbangan Ekologi yang serasi dan membentuk satu ekosistem kebun dengan jenis-jenis yang lebih heterogen, dan dapat menjadi daya dukung sistem konservasi air dan tanah, karena mempunyai sistem perakaran dan tajuk yang berlainan serta memiliki kerapatan yang mirip dengan hutan yang asli, seperti yang dijumpai di salah satu sub DAS Cipaku dan sub DAS Ciapus. Komposisi ini antara lain pohon yang menjadi penyusun kanopi utama adalah jenis:-Mangga (Mangifera indica). Durian (Durio zibethinus)-Cengkeh (Syzygium aromaticum) – Pala (Myristica fragran) – Nangka (Artocarpus integer) dan- Melinjo (Gnetum gnemon).
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pertimbangan pemilihan Pendekatan Kualitatif karena mendasarkan diri pada pendekatan Post Positivism, penelitian ini berbasis pada faktual/fenomena di lapangan. Oleh karena itu pendekatan kualitatif menjadi pilihan dalam penelitian tersebut. Begitu pula analisis data dalam penelitian tersebut, menggunakan Analisis Data Kualitatif, dengan
pertimbangan
data
yang
diperoleh
sudah
secara
detil
dapat
menggambarkan kondisi lapangan yang dibutuhkan. Sementara, metode penelitian menggunakan Deskriptif. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian tersebut di Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar Kampus Universitas
Muhammadiyah
Jakarta.
Pemilihan
Lokasi
ini
berdasarkan
Pengamatan oleh tim peneliti pada bulan Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014. 3.3. Sumber Data : Informan, Peristiwa/Tempat, Dokumen. Secara urut diuraikan satu persatu di bawah ini : 3.3.1. Informan, Data primer diperoleh dari Informan. Pada awalnya informan di kalangan pejabat BLHD dan Kelurahan Cirendeu dengan Teknik Purposif. Teknik Purposif dilakukan dengan pertimbangan untuk mendapatkan orang
26
yang paling mengetahui tentang Penghijauan pada aliran bendungan Situ Gintung. Informan masyarakat juga secara Purposif. Jumlah keseluruhan 18 orang. 3.3.2. Peristiwa, Sebagai sumber data, yang dimaksud peristiwa dalam penelitian tersebut adalah peristiwa yang terjadi dalam Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan Bendungan Situ Gintung. 3.3.3. Dokumen, Dokumen sebagai sumber data dalam penelitian tersebut dapat berupa cetakan maupun rekaman video dari berbagai proses Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan Bendungan Situ Gintung. Terdapat beberapa dokumen, rekaman/CD, dan cetakan. 3.4. Teknik Pengumpulan Data: Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik : 1) wawancara mendalam; 2).Dokumentasi; dan 3) Observasi/Pengamatan. Berikut di bawah ini diuraikan secara singkat ketiga teknik pengumpulan data tersebut. 3.4.1. Wawancara Untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam, dilakukan wawancara dengan informan pertama yang sengaja dipilih. Pemilihan informan tersebut dengan pertimbangan bahwa yang bersangkutan memahami dan memiliki banyak informasi tentang proses Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan Bendungan Situ Gintung.
27
Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dapat menghasilkan data primer. Selain data primer tersebut dibutuhkan pula data sekunder yang diperoleh dari telaah dokumentasi. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang kedua adalah Teknik Dokumentasi. 3.4.2. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Terdapat beberapa alasan mengapa digunakan sumber ini. Pertama, sumber dokumentasi dan rekaman selalu tersedia dan murah. Kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. Ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya. Keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas, dan sumber dokumentasi dan rekaman tidak reaktif. Dokumentasi merupakan bahan tertulis maupun berbentuk suara yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu yang berwujud rekaman, laporan, dan lain-lain juga berupa gambar /foto atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa.
Teknik ini digunakan
disamping untuk mencatat data yang terdapat dalam dokumen, tetapi juga untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang kondisi dokumen. Selain wawancara dan dokumentasi dibutuhkan pula observasi/pengamatan. 3.4.3. Observasi
28
Pada
saat memasuki lapangan, dibuat catatan lapangan tentang apa saja
yang terlihat dalam pengamatan seperti rumah penduduk sekitar bantaran bendungan, sampah, kebersihan air, tempat sampah, tanaman yang ada di bantaran bendungan. 3.5. Teknik Pemilihan Informan Dalam penelitian ini, semua informan baik dari Pemda maupun masyarakat yang diwawancarai dipilih dengan Teknik Purposif. 3.5.Teknik Analisis Data dan Uji Keabsahan Data 3.5.1. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut dengan deskriptif analisis. 3.5.2. Teknik Triangulasi Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui pemeriksaan silang melalui sumber lainnya. Artinya, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dicroscek dengan dokumentasi yang ada kemudian dicroscek lagi dengan hasil pengamatan tim peneliti (Moleong, 2000:178).
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .
Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran Kota Tangerang Selatan dan Situ Gintung sebelum dan setelah jebol; partisipasi masyarakat dalam penghijauan di Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung Sekitar kampus UMJ, Cirendeu dan bagaimana peran pemerintah serta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.
4.1. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan dan Situ Gintung Pembentukan Kota Tangerang Selatan Berdasarkan UU Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan, dengan Geografi sebagai berikut: Luas Wilayah
:
147,19 Km2.
Pembagian Wil. :
7 Kecamatan, 49 Kelurahan & 5 Desa
Batas Wilayah Utara
:
DKI & Kota Tangerang
Timur
:
DKI & Kota Depok
Selatan
:
Kabupaten Bogor & Kota Depok
Barat
:
Kabupaten Tangerang
Letak Kota Tangerang sangat strategis, karena merupakan : -
Perbatasan dengan Ibukota Republik Indonesia, Jakarta
-
JORR II serta Jalan Tol Merak
-
Double Track Kereta Api
-
Pintu Gerbang Propinsi Banten
30
-
Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong
-
Pusat Permukiman skala besar
-
Pusat Pendidikan : Universitas Terbuka, Univeritas Islam Negeri Jakarta, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Deskripsi kependudukan dan ekonomi Kota Tangerang Selatan pada tahun 2007, yaitu : – Jumlah Penduduk
: 1.051.374 Jiwa
– Kepadatan Penduduk
: 6. 973 Orang/km2
– PDRB ADH Berlaku
: 5,26 Trilyun Rp.
– PDRB per Kapita
: 5,042 Juta Rp
– Laju Pertumbuhan Ekonomi: 6,51% Lokasi Bencana Situ Gintung ; Kelurahan Cirendeu- Kecamatan Ciputat Timur
Kelurahan Cirendeu –
Luas Wilayah
: 3,07 Km2
–
Terdiri
: 12 RW dan 52 RT
–
Jumlah Penduduk
: 23.500 Jiwa
–
Laki-laki
: 11.964 Jiwa
–
Perempuan
: 11.536 Jiwa
Kondisi Umum Situ Gintung (Sebelum Bencana): Luas
: 21,49 Ha
Lokasi Selatan
: Kel. Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Sumber Air
: Air Pembuangan lingkungan
31
Pemanfaatan : Reservoar/Irigasi/wisata
Status Pengelolaan: Pemerintah pusat dan pemerintah daerah Citra Satelit
(sebelum bencana 27 Maret 2009) SITU GINTUNG Lokasi : Desa Cirendeu, Ciputat Timur
*) Sumber : Google Earth
Gambar : Situ Gintung dari Udara
Akibat Jebolnya Situ Gintung : •
Tanggul yang jebol
: ± 50 Meter
•
Korban Meninggal
: 100 orang
•
Korban Hilang
: 14 orang
•
Total Pengungsi
: 1048 orang (295 KK)
•
Anak Usia Sekolah
: 171 orang
•
Rumah terendam & rusak: 319 unit/rumah
•
Gedung
: 11 unit
32
BENCANA SITU GINTUNG
• • • •
: 50 Meter : 100 orang : 14 orang : 1048 orang (295 KK) • Anak Usia Sekolah : 171 orang • Rumah terendam & rusak: 319 unit/rumah • Gedung : 11 unit Photo; courtesy of BBC-Indonesia, AFP
Tanggul yang jebol Korban Meninggal Korban Hilang Total Pengungsi
*) berdasarkan data lapangan tgl. 6 April 2009 Pkl 15.00 WIB
Jumlah Kepala Keluarga Dan Jumlah Jiwa Yang Terkena Musibah Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 295 KK dan jumlah Jiwa sebanyak 1048 Orang yang tersebar di 7 wilayah RT dan 3 RW, terdiri dari : 1) 451 orang (RT 04/08) 2) 240 orang (RT 03/08) 3) 257 orang (RT 01/08) 4) 42 orang (RT 04/02) 5) 19 orang (RT 03/02) 6) 16 orang (RT 04/11) 7) 23 orang (RT 05/11)
33
BENCANA SITU GINTUNG
• • • •
: 50 Meter : 100 orang : 14 orang : 1048 orang (295 KK) • Anak Usia Sekolah : 171 orang • Rumah terendam & rusak: 319 unit/rumah • Gedung : 11 unit Photo; courtesy of BBC-Indonesia, AFP
Tanggul yang jebol Korban Meninggal Korban Hilang Total Pengungsi
*) berdasarkan data lapangan tgl. 6 April 2009 Pkl 15.00 WIB
Areal Genangan Banjir ± 10 Ha; RW 2 (2 RT), RW 8 (3 RT), RW 12 (1 RT) Wilayah Rusak Parah : Kampung Gintung; Kampung Poncol Posko-posko Pengungsian antara lain : 1) Univ. Muhamadiyah Jakarta 2) STIE Ahmad Dahlan 3) Tenda Depsos 4) Balai pertemuan warga 5) Rumah2 warga sekitar Terdapat banyak kerusakan karena bencana Situ Gintung, yang meliputi : Jalan Gunung Raya rusak parah-jalannya putus; jembatan Jl STIEA Ahmad Dahlan rusak sedang pagar dindingnya; Jl STIE Ahmad Dahlan rusak ringan- tertimbun lumpur; Irigasi rusak sedang- tertimbun lumpur ; Masjid Jabalul rahmah rusak ringan -Kerusakan Pagar dan keramik halaman; Pemukiman masyarakat pada 4
34
RT dengan 165 unit- rusak berat, ringan dan hilang- struktur bangunan rumah Semi Permanen dan Non Permanen; Gedung Kampus UMJ - tertimbun lumpur; Taman pemakaman Umum banjir dan lumpur; Kendaraan roda 2 dan 4 terendam air dan lumpur; Kelompok petani Jaring Apung Budi daya Air tawar; usaha kelontong dan lainnya terendan lumpur. yang bila ditaksir Kerugian karena bencana Situ Gintung tersebut mencapai sekitar dua puluh tiga milyard tujuh ratus tujuh
puluh
tiga
juta
delapan
ratus
dua
puluh
enam
ribu
rupiah
(Rp.23.773.826.000,-). Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Data Kerusakan Infrastruktur & Kendaraan
NAMA
KONDISI
Jl. Gunung Raya
KERUGIAN
KETERANGAN
Rusak Berat
15.000.000
Putus
Rusak Sedang
25.000.000
Pagar Dinding
Jl. STIE Ahmad Dahlan
Rusak Ringan
150.000.000
Tertimbung Lumpur
Irigasi
Rusak Sedang
800.000.000
Tertimbum Lumpur
Mesjid Jabalul Rahmah
Rusak Ringan
144.000.000
Kerusakan Pagar dan Keramik Halaman
Permukiman Masyarakat (Lokasi 4RT, jumlah 165 Unit)
Rusak Berat, Rusak Ringan, dan Hilang
7.232.996.000
Struktur Bangunan Rumah Semi Permanen dan NonPermanen
Jembatan Jl. Ahmad Dahlan
STIE
Gedung UMJ
11.740.000.000
TPU
50.000.000
Kendaraan Roda 2
66.000.000
Kendaraan Roda 4
1.440.000.000
Kelompok Petani Jaring Apung Budidaya Air Tawar Usaha Kelontong yang lainnya
dan
JUMLAH
995.830.000
1.115.000.000 23.773.826.000
35
Rehabilitasi Situ Situ Gintung akan dikembalikan fungsinya sebagai KAWASAN KONSERVASI Fungsi Situ : Melestarikan air Mengawetkan air Mengisi air tanah kawasan sekitar
Pertimbangan dalam penanggulangan situ gintung antara lain : 1) Penanggulangan kawasan situ gintung harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem dengan kawasan hulu dan hilirnya 2) Mengutamakan peruntukan ruang dengan tingkat kerawanan fisik alami dan tingka resiko tinggi sebagai kawasan lindung 3) Mengacu pada peraturan dan pedoman terkait bidang penataan ruang 4) Memperhatikan aspek aktifitas manusia yang telah ada sebelumnya (kondisi sebelum bencana) dan dampak yang ditimbulkan 5) Menghormati hak-hak yang dimiliki oleh orang Konsep Revitalisasi Kawasan Situ Gintung Daerah Hilir Situ : •
Normalisasi Saluran Pembuang
•
Pembebasan daerah sempadan saluran pembuang
•
Revitalisasi permukiman
•
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
36
Lokasi Situ : •
Perbaikan konstruksi Dam
•
Pengerukan Situ
•
Penataan kawasan sekitar situ
•
Pembebasan pada daerah sempadan situ
Daerah Hulu Situ : •
Vegetasi Pepohonan pada Ruang Terbuka
•
Rehabilitasi (lahan Rusak)
•
Limitasi area terbangun (KDB & KLB )
Program Penanggulangan : 1). Penyelenggaraan penanggulangan bencana a. Penetapan kebijakan pembangunan Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan Situ Gintung Pendataan kembali kepemilikan tanah di sekitar situ Pematokan Batas Situ b. Kegiatan pencegahan bencana Program relokasi bangunan pada daerah rawan bencana c. Penempatan kembali (resettlement) para pengungsi Rusunawa / Rusunami Perumahan sederhana 2).Perbaikan Kawasan Situ Gintung 1) Perbaikan prasarana, sarana dan utilitas Kawasan Situ Gintung 2) Revitalisasi fungsi Situ Gintung
37
3). Pemberdayaan masyarakat sekitar Situ
Pembentukan Mitigasi bencana (early warning system)
Pelibatan masyarakat peduli kawasan situ
4).Inventarisasi kawasan-kawasan rawan bencana lainnya di Tangerang Selatan
4.2. Partisipasi Masyarakat dalam Penghijauan. Untuk melihat bagaimana penghijauan berbasis masyarakat di Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung Sekitar Kampus UMJ, Cirendeu, maka yang harus dipotret adalah
bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan penghijauan tersebut. Oleh karena itu, berikut dijelaskan tentang bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan penghijauan di Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung Sekitar Kampus UMJ, Cirendeu. Namun selain bentuk partisipasi masyarakat, akan dijelaskan pula tentang rencana pengelolaan
penghijauan,
bagaimana
pembiayaan
pengelolaan
dan
pengawasannya. 1) Rencana Pengelolaan Penghijauan Sejak tangl 27 Maret 2009 terjadi tragedi jebolnya Situ Gintung di daerah Cirendeu Kota Tangerang Selatan (Tangsel), yang menelan korban jiwa sekitar 97 orang, maka setelah musibah tersebut, pemerintah melalui Kementerian (dulu Depatemen) Pekerjaan Umum mulai membangun aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung menjadi lebih teratur dan rapi di sertai dengan penghijauan.
38
Penataan penghijauan Bantaran Aliran bendungan Situ Gintung yang telah dibuat oleh pemerintah, perlu mendapat perawatan yang intens, baik dari masyarakat, maupun pemerintah daerah, dalam hal ini kelurahan maupun kecamatan serta Badan
lingkungan hidup Daerah (B LINGKUNGAN
HIDUPD). Keikutsertaan atau partisipasi masyarakat memang sangat diperlukan untuk menjaga dan mengelola serta membuat penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. Namun hal ini perlu dimanage sedemikian rupa yang perlu dimotori oleh pemerintah (pemerintah daerah) selaku penguasa tunggal wilayah Bantaran Aliran bendungan. Oleh karena itu untuk melibatkan partisiapasi masyarakat, diperlukan perencanaan terlebih dahulu untuk mengajak masyarakat memahami apa yang diinginkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah dalam menjaga lingkungan sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, termasuk masalah penghijauannya. Dari hasil wawancara terhadap 18 informan, diperoleh hasil bahwa yang menyatakan ada rapat sebelumnya untuk membicarakan pengelolaan dalam menjaga
lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Aliran
BendunganSitu Gintung sebanyak 15 orang (83,33%). Sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu hanya 1 orang (5,56%) dan yang menyatakan tidak ada hanya 2 orang (11,11 %). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa persoalan pengelolaan penghijauan di aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, telah diplanning terlebih dahulu.
39
Pertemuan atau rapat untuk membicarakan masalah pengelolaan lingkungan hidup termasuk masalah penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung dipelopori oleh pihak pemerintah dalam hal ini termasuk pemerintah daerah, kelurahan, kecamatan dan PU, karena sebanyak 27, 78 % menyatakan demikian dan ditambahkan pula sebanyak 27,78 % menyatakan bahwa pihak pemerintah bersama sama dengan RT dan RT yang mengadakan rapat atau pertemuan tersebut. Sedangkan 22,22 % menyatakan hanya dari RT dan RW, 5, 56 % menyatakan ide pertemuan tersebut dari LSM dan 16,66 % tidak menjawab. Dari jawaban tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah bersama-sama atau menggandeng masyarakat dalam hal ini melalui Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) membicarakan masalah pengelolaan lingkungan hidup atau penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. 2) Penyuluhan Selain rapat atau pertemuan, untuk menjaga dan mengelola penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, ternyata ada penyuluhan, karena sebanyak 72,22 % (13 orang) menyatakan bahwa ada penyuluhan. Penyuluhan tersebut berasal dari pemerintah bekerjasama dengan Rukun Tetangga dan Rukun Warga 33,33 % (6 orang). Sedangkan yang menyatakan bahwa penyuluhan itu berasal dari RT/RW sebanyak 5 orang atau 27,78 %. Dan salah seorang
(5,56%) informan
menyatakan bahwa
penyuluhan tersebut berasal dari Balai Besar Wilayah Aliran bendungan
40
Ciliwung Cisadane, yaitu salah satu instansi pemerintah yang berada di bawah Kementerian PU yang diberi wewenang mengawasi wilayah sekitar aliran Bantaran Aliran bendungan, termasuk Aliran bendungan Situ Gintung. Selain itu, terdapat 1 orang (5,56 %) menyatakan penyuluhan itu diterima dari Posyandu. Dengan melihat jawaban responden yang beragam, maka dapat dikatakan bahwa penyuluhan itu dilakukan oleh pemerintah
dengan
melibatkan keikutsertaan masyarakat melalui RT dan RW. Artinya bahwa penyuluhan tersebut diperlukan kedua belah pihak sebagai simbiosis mutualisme, saling membutuhkan. Pemerintah membutuhkan partsiapsi masyarakat dalam menjaga dan mengelola
penghijauan di sekitar aliran
Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, masyarakat juga membutuhkan uluran tangan untuk menjaga eksistensi Situ Gintung, agar tidak menimbulkan bencana yang dapat merugikan masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam menjaga kesinambungan lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Aliran Bendungansitu Gintung sangat diperlukan. 3) Bentuk Partisipasi Masyarakat Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pemeliharaan lingkungan hidup termasuk masalah penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung bagaikan simbiosis mutualisme, saling membutuhkan antara
pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, pada bagian ini,
dijelaskan tentang bentuk partisipasi (keikutsertaan) masyarakat dalam melaksanakan penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung.
41
Dari hasil wawancara terhadap 18 responden, ditanyakan apakah masyarakat ikut menjaga lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Situ Gintung,
maka yang menjawab masyarakat bekerjasama dengan tokoh
masyarakat dan pemerintah sebanyak 44,44 % (8 orang), yang menjawab masyarakat saja sebanyak 22,22 %, yang menjawab masyarakat dan tokoh masyarakat sebanyak 16,66 %. Sedangkan yang hanya menjawab tokoh masyarakat 5,56 %, PU sebesar 5,56 %. Dari jawaban tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat ikut berpartisipasi menjaga lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. Adapun bentuk partisipasi yang paling banyak dilakukan masyarakat adalah menanam dan menyapu sebanyak 44,44 %. Sedangkan kerja bakti (bersih-bersih) sebanyak 27,78 %, menyapu saja sebanyak 16,66 % dan menanam saja 5,56 % serta menjaga keamanan 5,56%. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa bentuk partisipasi masyarakat cukup bagus dengan melaksanakan tidak hanya penanaman, tetapi juga menjaga kebersihannya. 4) Pembiayaan Memelihara
lingkungan hidup termasuk masalah penghijauan,
memang membutuhkan biaya dan ternyata anggaran tersebut ketika ditanyakan kepada responden, jawabannya ada anggarannya. Yang menjawab ada sebanyak 9 orang atau sebanyak 50 %.
Anggaran tersebut berasal dari
pemerintah. Hal ini dinyatakan oleh responden sebanyak 44,44 %. Dan
42
sebanyak 38,89 % menyatakan tidak tahu. Sebanyak 5,56 % menyatakan bahwa anggaran tersebut juga berasal dari pungutan orang-orang yang berjualan di sekitar aliran Bantaran yang dipungut oleh tokoh masyarakat. Sedangkan 5.56 % lainnya menyatakan dari PU dengan mengirim tim khusus untuk memelihara lingkungan hidup di sekitar Bantaran Aliran Bendungan Situ Gintung. 5) Pengawasan Setelah aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung dibangun dengan baik dan dipelihara dengan melakukan penghijauan, ternyata diperlukan pengawasan untuk keberlanjutan pembangunan dan penghijauan tersebut, agar tidak menjadi rusak hingga dapat berakibat fatal bagi masyarakat. Dari 18 responden, 15 responden (83,33%) menyatakan ada pengawasan. Pengawasan tersebut lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah 27,78% (5 responden), masyarakat 16,66 % (3 responden), Pemerintah 22,22% (4 responden), tim khusus PU 22,22 % (4 responden) dan keamanan 5,56 % ( 1 reponden). Intinya bahwa pengawasan terhadap lingkungan hidup dilakukan oleh masyarakat bersama- sama dengan pemerintah. Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa penghijauan berbasis masyarakat di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, kampus UMJ, Cirendeu, tidak hanya terbatas pada bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk menanam dan membersihkan, tetapi juga meliputi perencanaan sampai
43
pengawasan terhadap masalah
lingkungan hidup, termasuk masalah
penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. Tampaknya dalam mengelaola
lingkungan hidup di sekitar aliran
Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, pemerintah tidak sendirian, tetapi juga melibatkan partisipasi masyarakat sejak awal, hingga pengawasan. Hal ini harus diapresiasi dan dilegalkan baik secara konvensional maupun regulasi, sehingga perhatian dan tanggunjawab antara pemerintah dengan masyarakat untuk menjaga kelestarian ; lingkungan hidup di sekitar Bantaran Aliran Bendungantetap lestari dan terjaga, sehingga masyarakat diharapkan dapat menjaga bencana yang ditimbulkan akibat ulah manusia yang tidak menghiraukan persoalan
lingkungan hidup. Sebagai contoh yang pernah
terjadi di Situ Gintung pada tahun 2009. Semoga hubungan networking yang baik antara pemerintah dengan melibatkan masyarakat, terus berlangsung, tidak hanya di Aliran bantaran situ Gintung, tetapi terhadap situ-situ lainnya, karena Pemda Kota Tangsel masih memiliki banyak Situ. Selain itu, kerjsama tersebut diharapkan juga di segala bidang atau sektor sehingga kemajuan dan kesejahteraan rakyat dapat segera tercapai.
4.3.Peran Pemerintah. 1. Perencanaan Sejak tragedi Situ Gintung tahun 2009, pemerintah berusaha menjaga Bantaran Situ Gintung dengan melibatkan partisipasi masyarakat,
44
agar masyarakat dapat menjaga, melakukan pengawasan. Oleh karena itu, perencanaan
untuk
menjaga
lingkungan
sekitar
bantaran
telah
direncanakan oleh pemerintah dengan pertemuan dengan masyarakat sekitar Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. Pertemuan ini pernah dilakukan pemerintah, karena sebanyak 22,22 % responden mengatakan pernah, 22, 22% lainnya mengatakan pernah tapi jarang, 22,22 % mengatakan tidak tahu, yang mengatakan jarang saja sebanyak 16,66 % dan 16,66 % mengatakan tidak ada. Dari jawaban responden tersebut di atas, jika disimpulkan, maka dapat dikatakan bahwa pemerintah pernah melakukan pertemuan, meskipun intensitasnya jarang dalam rangka membicarakan bagaimana masyarakat harus menjaga lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. 2. Penghijauan Meskipun di atas telah dijelaskan partisipasi masyarakat dalam penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, tetapi bukan berarti pemerintah tidak turun tangan membantu penghijuan, karena dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selain melakukan penghijauan (27,78%), pemerintah juga melakukan pembersihan (27,78 %). Sedangkan 22,22 % mengatakan pemerintah juga ikut melaksanakan keduanya ditambah dengan perawatan dan 5,56% mengatakan perawatan saja, serta 5,56 % mengatakan melakukan penghijauan dengan LSM dan (5,56%) lainnya mengatakan penghijauan dengan penebaran benih ikan.
45
Intinya bahwa pemerintah telah melakukan penghijauan di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung. Penghijauan ini selain untuk peresapan air, penahan longsor, keindahan, keteduhan dan penghasil oksigen yang dibutuhkan manusia. 3. Penyuluhan Peran
pemerintah
dalam
menjaga
aliran
Bantaran
Aliran
BendunganSitu Gintung tidak hanya melibatkan partisipasi masyarakat, tetapi juga mengadakan penyuluhan, sosialisasi atau himbauan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa sebanyak 38,89 % mengatakan pemerintah pernah mengadakan sosialisasi dan 11,12 % mengatakan pernah dan sering serta 16,66% mengatakan pernah, tapi jarang. Sedangkan hanya 16,67 % mengatakan jarang dan 11,12 % mengatakan tidak pernah, serta 5,56 % mengatakan tidak tahu. Dari jawaban responden di atas, dapat dikatakan bahwa pemerintah pernah melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung dalam rangka menjaga lingkungan hidup. Hal ini sangat penting dilakukan oleh pemerintah sebagai pemegang tanggungjawab dalam melakukan pengawasan
lingkungan
hidup sekitar bantaran Aliran bendungan, terutama Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung yang pernah mengalami musibah kebocoran, sehingga menelan korban jiwa. Untuk menjaga agar tidak terulang lagi, maka dibutuhkan perhatian pemerintah dalam menjaga lingkungan hidup
46
dengan melakukan penyuluhan, sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat, agar masyarakat juga mengetahui, memahami dan menyadari bahwa lingkungan sekitar aliran Bantaran Aliran Bendunganperlu untuk dijaga, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat. Penjagaan tersebut tidak hanya sekedar melihat dan mengawasi tetapi menjaga dengan berbagai cara dan bentuk. Oleh karena itu penyuluhan atau sosialisasi itu dibutuhkan. 4. Pembuatan Regulasi Untuk mencegah agar tragedi Situ Gintung tidak terulang lagi, maka pemerintah perlu membuat suatu aturan (regulasi), khususnya mengatur tentang bantaran Aliran bendungan, sehingga masyarakat mengetahui dan dapat
menghidari pembangunan di sekitar bantaran.
Ternyata PP No. 38 Tahun 2011 telah diatur mengenai Aliran bendungan, termasuk masalah bantaran. Namun sebelum itu, juga terdapat PP No. 35 tahun 1991 tentang Aliran bendungan. Ketika ditanyakan kepada responden, apakah pemerintah telah membuat regulasi, maka 55,56 % mengatakan ada regulasi, 27,78 % mengatakan tidak tahu, dan 16,66% mengatakan tidak ada. Dengan demikian, ternyata masyarakat telah melek akan adanya aturan yang dibuat pemerintah dan semoga memahami aturan yang dibuat tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini pemerintah daerah yang diwakili Walikota/Bupati perlu memberikan perhatian agar regulasi yang dibuat pemerintah dapat dipahami masyarakat.
47
5. Penyediaan Anggaran Masalah anggaran pemeliharaan lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung, ternyata masyarakat kurang mengetahuinya, karena hanya 27 ,78 % yang mengatakan ada, 55,56 % mengatakan tidak tahu dan 16,66 % mengatakan tidak ada. Meskipun masyarakat kurang mengetahui masalah anggaran, namun bukan berarti Bantaran Situ Gintung tidak terawat, karena selama pengamatan peneliti, Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung tampaknya cukup terawat dan hal ini didukung oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa perawatannya dilakukan oleh Tim khusus yang dibantu oleh Kementerian PU. 6. Pengawasan Pengawasan lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Aliran BendunganSitu Gintung ternyata dilakukan oleh masyarakat melalui RT/RW bekerjasama dengan Pemerintah dengan membentuk Tim khusus (27, 78%). Prosentase ini yang paling terbesar. Sedangkan 16.66 % mengatakan melalui RT/RW dan lainnya terbagi dalam jawaban yang bervariatif, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.2. Daftar Prosentase Jawaban No Jawaban Jumlah Responden 1. Melalui RT/RW, Pemerintah dan Tim 5 Khusus 2. Melaui RT/RW 3 3. Melalui RT/RW dan Pemerintah 2 4. Melalui Pemerintah dan Tim Khusus 2 5. Melalui Pemerintah 2 6. Tidak Tahu 1 7. Masyarakat 1 8. Melalui RT/RW dan Tim Khusus 1 9. Tim Khusus 1 7. Jumlah 18 Sumber: data Primer
% 27,77 % 16.66 % 11,11 % 11,11% 11,11 % 5,56 % 5,56 % 5,56 % 5,56 % 100
48
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kerjsama antara masyarakat yang dikoordinir RT/RW dengan pemerintah dalam hal ini PU dan pemda Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pertamanan, Pemakaman dan Kebersihan Kota Tangsel) 4.4.Faktor Pendukung dan Penghambat. Berikut ini dijelaskan tentang faktor pendukung, faktor penghambat, masukan-masukan dari responden dan hasil pengamatan responden di lapangan. 1. Faktor Pendukung . a. Keinginan masyrakat untuk melestarikan lingkungan b. Masyarakat aktif untuk menjaga lingkungannya c. Masyarakat yang berada di dekat bantaran kali aktif menyiapkan tempat sampah diberbagai tempat, untuk menjaga kebersihan lingkungan. d. Peralatan kebersihan lengkap (misalnya: pemotong rumput) e. Masyarakat berperan aktif untuk mnjaga lingkungan f. Pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk menjaga
lingkungan
hidup di sekitar Bantaran Kali Situ Gintung. g. Masyarakat ikut berpartisipasi dan pemerinah juga peduli untuk menjaga lingkungan hidup. h. Pihak PU Kota Tangsel juga membantu memotong rumput i. Adanya petugas khusus dalam memelihara lingkungan hidup disekitar bantaran kali Situ Gintung.
49
j. Masyarakat asli daerah sekitar Bantaran Kali Situ Gintung aktif menjaga dan memelihara lingkungan hidup. k. Alat-alat kebersihan yang disediakan oleh PU, masyarakat aktif dalam menjaga lingkungan serta kepedulian dari LSM atau mahasiswa. 2. Fator Penghambat a. Anggaran yang sering terlambat b. Penerangan lampu kurang c. Banyak sampah dari kawasan Wisata Situ Gintung. d. Peralatan masih kurang mendukung, sehingga sering meminjam ke warga sekitar untuk melakukan bersih bersih. e. Peralatan masih kurang memadai kalau mengadakan kerja bakti, sehingga masyarakat harus membawa sendiri-sendiri. f. Masih ada yang membuang sampah sembarangan g. Anggaran masih kurang (tidak lancar) h. Adanya satgas yang kurang aktif melakukan tugasnya i. Adanya masyarakat yang mengambil ikan dan di khawatirkan akan merusak lingkungan. j. Pembuangan sampah sembarangan yang dilakukan oleh masyarakat luar bantaran kali. k. Banyak anak muda yang siring nongkrong. l. Kurangnya terdapat plang (tulisan) yang bertuliskan himbauan atau larangan. m. Kurangnya kesadaran dari masyarakat luar.
50
n. Kesadaran yang masih kurang dari masyarakat luar untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup di sekitar Bantaran Kali Situ Gintung. o. Banyak pendatang yang kurang aktif dan tidak menjaga lingkungan hidup. p. Masyarakat luar yang membuang sampah sembarangan, pengadaan bak sampah yang disediakan Pemda Kota Tangsel tidak berjalan efektif karena tidak ada petugas yang mengangkut dan mengelola sampah tersebut dari Pemerintah Daerah Kota Tangsel, sehingga sampah menjadi menumpuk dibak sampah tersebut.
4.5.Masukan-Masukan dari Responden a. Untuk Pemda : Harus diperhatikan lagi fasilitas umumnya b. Untuk Masyarakat:
Hendaknya lebih menjaga keamanan lingkungan sekitar situ gintung
Jangan buang sampah sembarangan, dimohon kesadaran dari masyarakat untuk memelihara lingkungan hidup
c. Secara Umum: 1) Kesadaran dari semua pihak untuk saling mnjaga lingkungan sekitar 2) Sebuah sekali perlu diadakan kerja bakti, sehingga lingkungan hidup terjaga.
51
3) Kerjasama antar kementerian Pu dengan masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran kali yang beriringan untuk menjaga lingkungan hidup. 4) Aman, bersih, dan tidak bermasalah di sekitar lingkungan bantaran kali 5) Pemda hendaknya membuat aturan yang jelas tentang pemeliharaan
lingkungan hidup dan dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat terkait dengan peraturan tersebut. 6) Mengharap seluruh komponen termasuk Pemda Kota Tangsel, PU dan masyarakat bersama sama untuk menjaga lingkungan hidup. 7) Sama-sama menjaga kelestarian lingkungan hidup, merawat dan menjaga lingkungan sekitar Bantaran Kali Situ Gintung jangan sampai tercemar lingkungannya serta jangan sampai berserakan sampahnya. 8) Agar sekitar Bantaran Kali Situ Gintung
tetap terjaga
kebersihan, kenyamanan, dan keamanannya. 9) Perlu adanya pemagaran kali agar lebih baik 10) Perawatan tanaman yang ada disekitar kali lebih ditingkatkan. 11) Menjaga kebersihan dan keamanan dilakukan secara bersamasama antara aparat pemda dengan seluruh masyarakat baik masyarakat sekitar kali dan masyarakat luar/pengunjung.
52
12) Perlu pengawasan dari PU langsung atas aset yang dimiliki, terutama masalah keamanan. 13) Perlu sosialisasi, bagaimana cara yang baik untuk menjaga lingkungan sekitar Bantar Kali. 14) Mengharap untuk dilakukan perwatan rutin, ada petugas yang melakukan pengawasan secara rutin
4.6.Beberapa Hasil Pengamatan
Masalah penerangan belum bagus
Fasilitas umum belum maksimal
Cukup baik, para pedagang menyadari untuk membersihkan lingkungan
setelah berjualan.
Masyarakat juga turut andil dalam memelihara lingkungan hidup dengan
menanam pohon produktif.
Baik, tetapi hanya sekitar lingkungan dekat Rt.03 saja.
Dari segi kebersihan sudah baik, karena pengelolaan sampah yang
terkoordinir
Masyarakat sekitar bantaran kali yang merasa memiliki lingkungan,
menjaga lingkungan dengan baik.
Kepedulian masyarakat, dukungan dari Pemda Kota Tangsel dan petugas
yang menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan.
Penerangan cukup baik
53
Cukup baik, karena melihat permasalah-permasalahan dalam pemeliharaan
dan pengelolaan lingkungan hidup di sekitar Bantaran Kali Situ Gintung masih bisa dapat diatasi walaupun belum dapat diselesaikan secara menyeluruh.
Cukup baik, ttapi masih perlu pembenahan untuk membuat masyarakat
lebih peduli terhadap menjaga dan memelihara lingkungan hidup.
Pembangunan di sekitar Bantaran Kali Situ Gintung sudah cukup baik
(Standar).
Masih ada pembuangan sampah sembarangan,
Masih terdapat rumput yang masih tinggi, karena belum dipotong
Cukup baik, karena kesadaran akan memelihara lingkungan hidup sudah
cukup dari masyarakat sekitar kali namun kesadaran dari masyarakat luar yang masih kurang baik dalam memelihara lingkungan hidup
Belum baik, karena masih ada yang membuang sampah sembarangan dari
masyarakat luar atau pengunjung yang datang.
Cukup baik, karena terdapat partisipasi masyarakat yang tinggal disekitar
bantaran kali, namun masyarakat luar atau pengunjung yang datang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar bantaran kali.
Baik, karena orang peduli untuk melakukan pengelolaan
lingkungan
hidup, namun dari pemda belum ada petugas khusus untuk melakukan pengawasan.
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil dan pembahasan penelitian, maka pada Bab ini dijelaskan tentang kesimpulan, saran dan rekomendasi.
5.1.Kesimpulan Ditinjau dari hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: Penghijauan Berbasis Masyarakat di sekitar Bantaran aliran Situ Gintung Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cirendeu telah terlaksana, karena masyarakat telah menunjukkan partisipasinya walaupun belum optimal. Adapun bentuk partisipasi adalah dengan cara ikut menanam, membersihkan dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup serta keamanan di sekitar Bantaran aliran Situ
Gintung. 1) Selain masyarakat, pemerintah juga sangat berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Kali Situ Gintung kampus UMJ , Cirendeu. 2) Adapun peran pemerintah dapat dilihat dalam bentuk perencanaan, penghijauan, penyuluhan, pembiayaan, membuat regulasi dan pengawasan. 4). Meskipun masyarakat dan pemerintah telah menunjukkan itikad baik dalam mengelola lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran Kali Situ Gintung Kampus UMJ, Cirendeu, bukan berarti tidak terdapat kekurangan. Dari hasil
55
wawancara, masih terdapat beberapa faktor penghambat dan juga faktor pendukungnya.
5.2.Saran 1) Pemerintah Daerah Kota Tangsel atau penanggungjawab pengawasan wilayah sekitar aliran Bantaran Bendungan, perlu melakukan pengawasan secara rutin. 2) Sosialisasi atau penyuluhan harus intens dilakukan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran kali khususnya di Bendungan Situ Gintung, baik bagi masyarakat sekitar maupun dari luar (pengunjung). 3) Sosialisasi atau penyuluhan dalam bentuk tulisan (papan) sangat diperlukan, agar masyarakat luar/pengunjung dapat mengetahui himbauan-himbauan atau larangan-larangan yang harus ditaati oleh mereka ketika memasuki Bantaran Bendungan Situ Gintung. 4) Perhatian Pemerintah Daerah atau instansi yang bertanggungjawab perlu memberikan perhatian, khususnya dalam bentuk pembiayaan. 5. Masalah kebersihan, keamanan dan penerangan perlu mendapat perhatian, khususnya kepada petugas yang telah ditunjuk. a) Intensitas komunikasi perlu ditingkatkan antara
pemerintah dengan
masyarakat sekitar bantaran Kali Situ Gintung. b) Pengawasan perlu ditingkatkan intensitasnya oleh instansi yang bertanggungjawab.
56
c) Masyarakat luar/pengunjung perlu disadarkan agar ikut
memelihara
lingkungan hidup di sekitar aliran Bantaran kali Situ Gintung. d) Masyarakat sekitar bantaran kali, lebih pro aktif lagi untuk menjaga lingkungan hidup di sekitar wilayahnya, tanpa menunggu aba-aba dari pemerintah daerah maupun pemerintah.
--00--
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Budiarjo, Miriam. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: yayasan Obor Indonesia. Mubyarto. 1997. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Penerbit LP3ES. Surbakti, A.Ramelan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta, PT Grasindo. Soemarwoto, Otto. 2001. Pengantar Lingkungan Kependudukan. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Hidup
dan
Perundang-Undangan dan Karya Ilmiah : Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Departemen Kehutanan, 2003. DAS.
Lingkungan
Hidup
Zulparmaidi. 2009. Filed Under: Lingkungan dalam Jurnal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun Terpadu April 5.
Internet : http://athaanakcerdas.blogspot.com/2012/09/cara-memelihara-lingkunganalam-dan.html diakses tanggal 10 Desember 2014. http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/05/pengelolaan-daerah-aliranSungai -das-ketahun-terpadu diakses tanggal 10 Desember 2014. https://bagasaskara.wordpress.com/2011/10/12/partisipasi-masyarakat-teoriringkas diakses tanggal 12 Desember 2014. http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/09/teori akses tanggal 12 Desember 2014.
partisipasi masyarakat di
--00--
58
LAMPIRAN LAMPIRAN I : Pedoman Wawancara 1. Informan No: ......... A. Identitas 1. Nama
:
2. Jenis kelamin
:
3. Umur
:
4. Pendidikan
:
5. Pekerjaan
:
6. Status di masyarakat :
B. Partisipasi Mayarakat 1. Siapa yang menjaga
lingkungan hidupdi sekitar aliran Bendungan Situ
Gintung? a. Masyarakat
c. Tokoh Masyarakat
e. Tidak tahu
b. Pemda
d. Tokoh Agama
f. Sebutkan.....
2. Dalam bentuk apa masyarakat terlibat menjaga lingkungan hidup aliran Bendungan Situ Gintung ini? a. Menanam
c. Cuek
b. menyapu
d. Tidak tahu
e. Sebutkan.....
3. Apakah pernah diadakan rapat dalam membicarakan pengelolaan dalam menjaga lingkungan hidup di sekitar bantaran aliran Situ Gintung ini? a. Ada
c. Tidak tahu
b. Tidak ada
d. Sebutkan....
4. Kalau ada, siapa yang menyelenggarakan? a. RT/RW
b. Pemda/kel/kec/PU
5. Apakah ada penyuluhan untuk
menjaga
c. Sebutkan...... lingkungan hidup di sekitar
bantaran aliran Situ Gintung ini? a. Ada
c. Tidak tahu
b. Tidak ada
d. Sebutkan....
59
6. Kalau ada penyuluhan, dari siapa penyuluhan tersebut? a. RT/RW
b. Pemda/kel/kec/PU
7. Apakah ada anggaran untuk pemeliharaan
c. Sebutkan...... lingkungan hidup di sekitar
Bantaran Bendungan ini? a. Ada
c. Tidak tahu
b. Tidak ada
d. Sebutkan....
8. Kalau ada, dari siapa anggaran tersebut? a. RT/RW
b. Pemda/kel/kec/PU
c. Sebutkan......
9. Apakah ada pengawasan yang dilakukan untuk menjaga lingkungan hidup di sekitar bantaran Bendungan Situ Gintung? a. Ada
c. Tidak tahu
b. Tidak ada
d. Sebutkan....
10. Kalau ada, dari siapa yang pengawasan tersebut? a. RT/RW
b. Pemda/kel/kec/PU
c. Sebutkan......
C. Peran Pemerintah 1. Apa yang telah dilakukan pemerintah/pemda dalam menjaga lingkungan hidup ( LINGKUNGAN HIDUP) di sekitar bantaran kali aliran Situ Gintung ini? a. Melakukan penghijauan
d. Membiarkan
b. Merawat
e. Tidak tahu
c.
f. Sebutkan.....
2. Apa
Membersihkan prnah
pemerintah/pemda
mengadakan
pertemuan
dengan
masyarakat dalam rangka menjaga/pemeliharaan lingkungan hidup di sekitar Bantaran Bendungan Situ Gintung? a. Pernah
c. Sering
e. Tidak tahu
b. Tidak pernah
d. Jarang
f. Sebutkan.......
3. Apakah pemerintah pernah memberikan himbauan/sisoalisasi kepada masyarakat tentang pemeliharaan lingkungan hidup di sekitar bantaran Bendungan Situ Gintung? a. Pernah
c. Sering
e. Tidak tahu
60
b. Tidak pernah
d. Jarang
f. Sebutkan.......
4. Apakah ada peraturan yang dibuat pemerintah dalam rangka menjaga lingkungan hidup di sekitar Bantaran Bendungan Situ Gintung ini? a. Ada
c. Tidak tahu
b. Tidak ada
d. Sebutkan.......
5. Apakah ada anggaran dari pemerintah yang dikeluarkan rutin untuk pemeliharaan
lingkungan hidup di sekitar bantaran Bendungan Situ
Gintung ini? a. Ada
c. Tidak tahu
b. Tidak ada
d. Sebutkan.......
6. Bagaimana cara pemerintah melakukan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan hidup di sekitar bantaran Bendungan Situ Gintung ini? D. Faktor Pendukung Dan Penghambat 3. Apa faktor pendukung dalam memelihara lingkungan hidup di sekitar bantaran Bendungan Situ Gintung ini ? 4. Apa fator penghambatnya? 5. Apa masukan dari Bapak/Ibu/Sdri untuk Pemda dan masyarakat terkait dengan Partisipasi masyarakat dalam penghijauan Aliran Bendungan Situ Gintung sekitar kampus UMJ ?
--00--
61
62