Jur. Embrio (3) (2) t68 -77)20fi
Peran Asam Humat Dalam Meningkatkan Daya Guna Bungkil Inti Sawit Fermentasi Sebagai Pakan Unggas Qllte Role of Humic Acid in Improving The Nutrient Use Palm Kernel Cake as Poultry Fepd)
of
Fermented
Oieh Mirnawatil), Yose Rizalt), Yetti Marlidu" du* I. Putu Ko*piung') 1) fakultas Petemakan Universitas Andalas Padang
2)galaiPenelitian Ternak (BPT) Ciawi, Bogor
ABSTRACT
This experiment was conducted to study the ability of humic acid and cellulolytic microbe in improving the quality of fermented palm kemel cake as poultry ration. The experirnent used was Completely Randomize Design with factorial 3 x 3 and 2 replications. The first factor, mold's species which were (l) Aspergillus niger (2) Penicillium sp. (3) Trichoderma harzianum. The second factor were humic acid dosage as much as (0, 100, and 200 ppm). The measured variables were: protease activity, cellulose activity, crude protein content and crude fiber contcnt of fermented palm kernel cake (FPKC). The result showed that there were an interaction between mold species and humic acid dosage on the activity of protease, cellulose, crude protein and crude fiber content of FPKC. The each factor A and B also affected highly significant G<0,01) on the activity of protease, cellulose, crude protein and crude fiber content of FPKC. The conclusion of fermented PKC with A. niger and humic acid dosage 100 ppm gave FPKC nutrition content better than Penicillium sp. and Trichoderma hazianum seen from highest activity protease (16,05 Ulml) and cellulose {20,74 Ulml) crude protein content (n ,2A%) and crude fiber (9, B I %) of FPKC KeyWords : humic acid, palm kernel cakeferrnented
PENDAHULUAN Salah satu limbah yang sangat berpotensi sebagai bahan pakan temak unggas adalah limbah dari pengoiahan minyak sawit berupa bungkil inti sawit (BIS). Bungkil inti sawit adalah hasil sampingan dari industri minyak sawit yang , dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak. Produksi minyak sawit terus mengalami peningkatan dari tahuir ke tahun. Ivfenurui PTPN (2009) laju pertumbuhan penanaman kelapa sawii meningkat setiap tahunnya sekitar l8o/o. Pada tahun 2008 terdapat areal
Perair Asam Hr-imat.........
perkebunan kelapa sawit seluas 7,0 juta Ha dengan produksi mencapai 19,2 juta ton. Tarhun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 7,3 juta Ha
dengan produksi
i9,4 juta
dan
menghasilkan BIS sebesar 15.520 ton.
Kandungan gizi BIS sangat bervariasi. Hal ini disebabkan berbagai faktor diantaranya surnber, cara
pengolahan dan ketepatan analisis dari BiS itu sendiri. Beberapa peneliti telah *_.1^-^-1.^ntc ^:_: rnsrapurKail L^L--.^ uailwa l.^,_),,,--^,^ KailuuilBail Btz,l ott. (2002) menyatakan bahwa kandungan BIS adaiair : lrahan kering
Chin
68
Jur. Embrio (3) (2) (68 - 77) 2010
-
897o, protein kasar 75,3yo,lemak kasar 2,904, serat kasar l4,3Yo, Ca 0,20Yo, P
0,54oh oh dan Cu 34 ppm. Mirnawati dkk. 2008 mendapatkan hasil sebagai berikut: bahan kering 87,30yo, protein
kasar 16,070A, serat kasar
21,30Yo,
lemak kasar 8,23Yo, Ca 0,27Yo dan
P
0,94Yo serta Cu 48,04 ppm.
Walaupun kandungan protein
kasar BIS cukup tinggi
tetapi pemanfaatannya dalam ransum unggas masih rendah, yaitu hanya 10% dalam
fermentasi masih cukup tinggi atau memperlihatkan penurunan yang tidak
signifikan dibanding
sebelum
fermentasi- Dilain pihak Cu menjadi faktor pembatas pada proses fermentasi (Vidal,2001). Penelitian 1nl menginformasikan pengolahan BIS dengan asam humat, agar diperoleh kondisi yang optimal untuk meningkatkan kualitas BIS. Asam humat adalah salah satu senyawa yang
ransum broiler (Rizal, 2000) dan itik (Supriadi, 1997). Hal ini disebabkan kualitasnya yang rendah {Garcia et al., 1999; Odunsei et al., 2002; dan Ezieshi and Olomu, 2004). Rendahnya
terkandung dalam humat substance yang merupakan hasil dekomposisi
kualitas
(Senn dan Kingman, 1973).
BIS ini
diakibatkan oleh
tingginya kandungan serat kasar dan terdapatnya logam Cu yang dapat bersifat toksik pada ternak. Tingginya serat kasar pada BIS akan menurunkan penggunaan energi dan melindungi
molekul protein sehingga sukar diuraikan oleh protease unggas. Sedangkan Cu yang tinggi pada BIS akan mengikat senyawa protein (asam amino yang mengandung sulfur) yang menyebabkan nilai kecernaan protein BIS rendah (Babjee, 1989). Rendahnya kualitas BIS juga disebabkan karena keseimbangan asam amino yang rendah sehingga bersifat sebagai faktor pembatas (Onwudike, 1986). Untuk meningkatkan nilai guna dari BIS telah banyak dilakukan penelitian menggunakan metode fermentasi dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bersifat sellulolitik, seperti Neurosphora sitophila, Trichodermc harzianum, Aspergillus niger dan Penicillium sp. Dari hasil penelitiian disimpulkan temyata
pening-katan
protein kasar
penurunan serat kasar
dan setelah
fermentasi belum dapat memberikan hasil yang maksimal pada penggunaan BIS dalam ransum broiler. Hal ini disebabkan kandungan Cu BIS setelah Peran Asarn Humat...-.-..-
bahan organik, utamanya bahan nabati
yang terdapat dalam batu bara mud4 tanah gambut, kompos atau humus Asam humat juga efeklif dalam mengikat hara-hara mikro, seperti Cu, Zn dan Mn (Tan, 1998). Fraksi asam humat dapat berinteraksi dengan logam melalui pembentukan senyawa kheiat (Tate and Theng, 1980). Selain itu asam humat juga dapat menyediakan unsur seperti N, P dan S di dalam tanah serta mikroorganisme energi bagi (Stevenson, 1994). Ditambahkan oleh Enviromate TM (2002) bahwa asam
humat diguna-kan sebagai
sumber mineral dan zat organik yang berperan penting dalam kehidupan
mikroorganisme.
Berdasarkan infromasi di atas dipandang penting menetukan jenis kapang dan dosis asam humat yang optimum untuk meningkatkan kualitas bungkil inti sawit fermentasi.
BAHAI\ DAI\ METODB Percobaan ini dilakukan dengan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap
$Af)
dengan susunan x 3 dengan 2 l99l ). jenis adalah kapang
perlakuan pola faktorial 3 ulangan (Steel and Torrie,
Faktor A yaitu : (A1). Aspergillus niger (A2). 69
Jur. Embrio (3) (2) (68 - 7T2Arc
Penicillium sp, (A3). Z harzianum. Fak-tor B adalah penambahan asam humat yaitu 0 ppm (81), 100 ppm (82), dan 200 ppm (B3). Peubah yang diamati adalah : Aktivitas enzim protease BISF, Aktifitas enzim selulase BISF, kandungan protein kasar BISF dan kandungan serat kasar BISF.
Tabel 1. Rataan Aktifitas Enzim Penelitian (UniVml)
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Aktifitas Enzim Protease
Ratmn aktivitas enzim protease bungkil inti sa',rrit setelah fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Protease Bungkil
[nti Sawit Fermentasi Selama
Dosis Asam Humat (B)
Jenis Kapang (A)
100
200
Rataan
A. niger
l3,36bA
l6,05uA
12,g l
bA
14,07
Penicillium sp
13,6guA
13,3guB
1234"^
13,r4
T. harzictnum
g,64bD
12,40uB
l0,24ubB
10,76
Rataan
Keterangan
12,23
:
13,95
11,79
Huruf kecil yang berbeda
pada baris dan huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0,05)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antzrajenis kapang (faktor A) dan dosis asam humat (faktor B) terhadap aktifitas
Penambahan asam humat 100
ppm, peningkatan aktifitas
enzim
sangat nyata, sedangkan faktor B memberikan pengaruh nyata terhadap akti-
protease yang tertinggi adalah pada kapang A. niger. Tingginya aktifitas enzim protease pada kapang A. niger disebabkan kapang ini tumbuh lebih subur yang terlihat dari jumlah spora yang banyak, dibanding dengan kapang
fitas enzim protease BISF.
yang
enzim protease BISF. Faktor A memperlihatkan pengaruh
berbeda
Aktifitas eruim protease memperlihatkan bahwa pada dosis asam humat 100 ppm dengan kapang A. niger berbeda nyata lebih tinggi dibanding
kapang lain (Penicillium sp dan T. harzianum\. Pada dosis asam humat 0 ppm aktifitas enzim protease memperlihatkan per-bedaan yang tidak nyata (P<0.05) antara kapang A. niger dan Penicillium sp tetapi berbeda nyata dengan kapang T. harzianum. Pada dosis 200 ppm kapang A. niger memperlihatkan perbedaan tidak nyata dengan kapang T. harzianun, sedangkan antara kapang Penicillium dan T.
lain. Tingginya pertumbuhan kapang A. niger karena penambahan asam humat dengan kandungan zat organik dan mineral yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan. Penambahan asam humat 100 ppm tercapai kondisi pH yang cocok untuk pertumbuhan kapang yaitu pH 5. Menurut Fardiaz (1989) bahwa kapang A. niger akan tumbuh lebih baik pada kondisi keasaman atau pH yang rendah. Selanjutnya dengan tercapainya pH yang
cocok maka eruim protease bekerja lebih aktif dalam merombak protein menjadi asam amino.
harzianum memperlihatkan beda nyata.
Pe!"an Asarn H11mat.........
70
Jur. Emlrrio (3) (2) (68 - 77)2014
Asam .arnino
ini
digunakan
kapang untuk pembentukkan, ini terlihat Semakin subur pertumbuhan kapang
maka semakin banyak pula enzim protease yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasim et a1.,. (1985) bahwa terdapat hubungan positif antara pertumbuhan kapang dan produksi enzim. Sedangkan pH sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme karena itu perubahan pH berhubungan langsung dengan aktifitas katalitik enzim yang akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan kapang tersebut dan aktifitas enzim yang dihasilkannya. Rataan aktifitas erzim protease pada penelitian ini adalah 16,05 U/rnl lebih tiirggi dari yang diperoleh
Tabel
2.
dari pertumbuhan kapang yang
subur.
Sabrina (2001) yaitu 7,45 U/ml serta Nuraini (2006) yaitu 15 U/ml. Hal ini disebabkan kondisi fennentasi yang berbeda
*uufiun bahan yang berbeda.
Pengaruh Perlakuan
Terhadap
Aktifitas Enzim Sellulase Hasil analisis terhadap aktivitas eruim sellulase menuryukkan interaksi yang sangat nyata antara jenis kapang (faktor A) dengan dosis asam humat (faktor B) terhadap aktifrtas enzim selulase BISF sedangkan masing-masing
faktor
A
dan B juga memperlihatkan
pengaruh sangat nyata terhadap aktifitas enzim sellulase BISF (Tabel2)
Rataan Aktifitas Enzim Sellulase Bungkil Inti
Sawit
Fermentasi Selama
Penelitian (UniVml) Jenis Kapang
Dosis Asam Humat (B)
(A)
Rafaan 100
200
A. niger
t7
SgbA
20,74"^
16,31"o
18,15
Penicillium sp
14,77"8
77,54uc
l5,g6bA
16,09
T. harzianurn
13,5gbc
l4,gfB
l4,59uB
14,36
Rataan
15,25
17,73
15,62
Keterangan : I{uruf
kecil yang berbeda pada baris dan hurufbesar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
Hasil Uji lanjut memperlihatkan jenis kapang pada setiap dosis asam humat terhadap aktifitas enzim sellulase adalah ; pada dosis asam humat 100 ppm aktifitas enzim selulase kapang A.
niger lebih tinggi dibanding
dengan
dosis asam humat 0 ppm dan 200 ppm baik pada kapang Penicillium maupun pada T. harzianum. Pada dosis asam humat 0 ppm memperlihatkan perbedaan sangat nyata antara jenis kapang A. niger, Penicillium sp dan Z. harzianum. Pada dosis 200 ppm kapang A. niger berbeda tidak nyata dibanding
Pcran Asam Huma1.........
dengan kapang Penicillium tetapi berbeda sangat nyata dengan kapang L harzianum. Penambahan asam humat 100 ppm terjadi peningkatan aktifitas enzim sellulase yang tertinggi yang dihasilkan
oleh kapang A. niger. Tingginya aktifitas enzim sellulase padakapang A. niger disebabkan kapang ini tumbuh lebih subur dibanding dengan kapang yang lain. Tingginya pertumbuhan kapang A. niger pada perlakuan ini karena adanya penambahan asam humat. Hal ini disebabkan karena asam humat 11
Jur. Embrio (3) (2) (68 - 77) 2010
mengandung zat organik dan mineral yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
Tingginya aktifitas
(Stevenson, 1994
dan
Enviromate,
2002).
en:zim
enzim yang akhirnya akan mempenga-
sellulase pada penambahan asam humat 100 ppm ini juga disebabkan ter-
ruhi pertumbuhan kapang ter-sebut dan
capainya kondisi pH yang optimum untuk pertumbuhan kapang yaitu pH
sellulase terdapat pada
aktifitas enzifir.
Aktifitas enzim
tertinggi (20.74 U/rnl) kornbinasi perlakuan kapang A. niger dengan dosis asam humat 100 ppm" Pada kombinasi perlakuan ini juga terlihat terjadinya penurunan serat kasar yang juga sangat tinggi. Hal ini disebabkan tingginya aktifitas enzim mendegradasi sellulosa menjadi gukosa sehingga pada akhir fermentasi terjadi penurunan serat kasar. Hasil penelitian ini lebih besar dari yang diperoleh Harnentis (2005) yaitu 14,23 U/ml dan Sabrina (2001) yaitu 10,47 U/ml. Hal ini disebabkan kondisi fermentasi yang
5. Fardiaz (1989) menyatakan
bahwa kapang A. niger akan tumbuh lebih baikpada kondisi keasaman atau pH yang
Selanjutnya
dengan tercapainya pH yang cocok maka enzim sellulase bekerja lebih aktif dalam merombak sellulosa menjadi glukosa. Glukosa ini digunakan oleh kapang rendah.
sebagai sumber energi (Griffin et al., 1994) untuk perturnbuhan sel sehingga kapang dapat memperbanyak diri. Hai ini terlihat dari pertumbuhan kapang yang subur dilihat dari jumlah spora
yang banyak. Semakin subur
berbeda.
pertumbuhan kapang maka semakin banyak pula enzim sellulase yang dihasilkanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasim et al., (1985) bahwa
Kandungan Protein Kasar BISF
enzim. Sedangkan pH sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme karena itu perubahan pH berhubungan
humat selama penelitian dapat dilihat padaTabel 3.
Rataan kandungan protein kasar (PK) bungkil inti sawit fermentasi pada beberapa jenis kapang dan dosis asam
terdapat hubungan positif antara pertumbuhan kapang dan produksi
langsr-rng dengan aktifitas katalitik Tabel 3. Rataan Persentase Protein Kasar Bungkil Irrti Sawit Fermentasi Selama Penelitian (%) Dosis Asam Humat (B)
Rataan
Jenis Kapang (A) r00
200
A. niger
l g,g0bA
23,20u^
)) 7)a
21,81
Penicillium sp
lg,496^
2l,0guB
17,74"c
19,44
T. harzianum
t7,gfB
2oJfB
Rataan
19,09
21,46
Keterangan : Huruf
Ig,7
ubB
19,05
19,73
kecil
yang berbeda pada baris dan hurufbesar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang
berbeda sangat nyata antara jenis kapang dengan dosis asam humat 72
Jur. Embrio (3) (2) (68 - 7T 20rc
terhadap kandungan protein
kasar,
sedangkan masing-masing faktor juga memperlihatkan pengaruh sangat nyata
terhadap kandungan protein
kasar
BISF.
Hasil analisis terhadap protein
Hasil ini sesuai dengan yang diperoleh (Mathot et al., 1992). Pertumbuhan kapang yang baik pada kapang A. niger disebabkan penambahan asam humat 100 ppm
dimana terbentuk kondisi
yang
kasar pada dosis asam humat 100 ppm
optimum .rntuk pertumbuhan kapang A.
dan 200 ppm pada kapang A. niger memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kandungan protein kasar, tetapi berpengaruh nyata dengan dosis asam humat 0 ppm. Pada dosis asam humat 0 ppm memperlihatkan perbedaan tidak nyata antara kapang A. niger dengan Penicillium sp tetapi berbeda nyata dengan kapang T. harzianum.
niger yang ditandai dengan pH yang sesuai yaitu pH 5. Hal ini sesuai
Begitu juga pada dosis 200 ppm kapang
A. niger lebih tinggi dibanding dengan kapang Penicillium sp dan T.
harzianum, dan antata kapang Penicillium sp dan T. hsrzianum
memperlihatkan perbedaan ny ata. Pada kapang A. niger dan dosis
asam humat 100 ppm. Tingginya Protein kasar pada kapang A. niger dan ppm dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya disebabkan karena kapang A. niger tumbuh lebih subur dilihat dari jumlah spora yang tumbuh. Semakin banyak perlumbuhan kapang semakin banyak enzim yang dihasilkan sehingga makin banyak pula kehilangan bahan kering selama fermentasi. Menurut Wang et al. (1979) bahwa peningkatan protein selama fermentasi disebabkan oleh kenaikan jumlah massa sel kapang dan adanya kehilangan bahan kering selama fermentasi (Halid, 1991). Tingginya protein kasar setelah fermentasi karena adanya sumbangan protein dari tubuh kapang karena tubuh kapang tersebutjuga terdiri dari protein sel tunggal. Sesuai dengan pendapat Fardias (1988) bahwa kapang mempunyai kandungan protein kasar yang tinggi yaitu sekitar 35 - 40%. Selain itu, kapang juga menghasilkan protein dalam bentuk enzim (Saono, l98l).
dosis asam humat 100
Peran Asam Htrmat...-.....
dengan pendapat Pardiaz (1988) yang
me-nyatakan bahwa kapang A. niger akan tumbuh lebih baik pada kondisi
keasaman atau pH yang rendah. Disamping itu juga asam humat dapat mengaktifkan pertumbuhan mikroorganisme (Huck et al., 1991; Kompiang et al., 2005). Hal ini disebabkan asam humat juga dapat menyediakan unsur hara seperti N, S, dan P dalam tanah serta energi bagi aktifitas mikroorganisme (Stevenson, 1994). Ditambahkan oleh Enviromate TM (2002) bahwa asam humat sebagai sumber mineral dan zat organik berperan penting dalam kehidupan mikroorganisme, sedan gkan kapang A. niger membutuhkan unsur-unsur hara
seperti N, S, dan P di dalam pertumbuhannya (Harjo et al., 1989 dan Fardiaz, 1992). Dengan suburnya pertumbuhan kapang maka semakin banyak pula sumbangan protein dari kapang (Tangendjaja, 1993; Crueger and Crueger, 1989). Penambahan asam humat 0 dan 200 ppm memperlihatkan rendahnya kandungan protein kasar baik pada
kapang A. niger, Penicillium sp maupun T. hrtrzianum. Rendahnya kandungan protein kasar pada penambahan asam humat 0 ppm karena tidak adanya penambahan asam humat
sehingga kapang tumbuh tidak begitu subur, sedangkan dengan penambahan asam humat 200 ppm kapang juga tidak begitu subur tumbuhnya walaupun adanya penambahan asam humat. Hal
ini disebabkan pada kondisi ini pH sudah tinggi (pH 8.a) untuk kapang 13
Jur. Embrio (3) (2) (68 - 77)2810
Penicillium sp dan (pH 9.6) untuk L pertumbuhan yang kurang baik, walaupun asam humat memiliki
Harzianum, sehingga memperlihatkan
jauh lebih tinggi dari yang diperoleh
Iyayi (2004) dimana dari
hasil penelitiannya juga terjadi peningkatan protein kasar sebanyak 36Yo terhadap
kemam-puan memetabolis karbohidrat dan protein (Kucukersan et al., 2005) dan sebagai sumber mineral dan zat organik untuk meransang pertumbuhan (Enviromate, 2002; Stevenson, 1994 ) tetapi tidak dituniang dengan pH yang cocok maka kapang juga tidak akan tumbuh dengan baik. Kapang yang
tumbuh kurang baik tentu
limbah agroindustri
menggunakan
kapang A. niger.
Kandungan Serat Kasar BISF (%) Rataan kandungan serat kasar bungkil inti sawit fermentasi dengan berbagai jenis kapang dan dosis asam humat selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
akan
(SK)
memberikan sumbangan protein dari tubuh kapang yang kurang baikjuga. Dari data diatas terlihat adanya peningkatan protein kasar BIS sebanyak 44Yo yaitu dari l6,A7a menjadi
23,20yo setelah fermentasi- Hasil ini
Tabel 4. Rataan Persentase Kandungan Serat Kasar Bungkil
Inti Sawit
Fermentasi Selama Penelitian (7") Dosis Asam Humat (B) Jenis Kapang (A)
0
Rataan
200
100
A. niger
13,Oguo
g,g
Penicillium sp
l233bB
T. Harzianum Rataan
1"t
I 1,910"
1r,57
l2,o2bB
73,57u8
12,64
17,67u^
14,98bA
17,54u^
16,73
14,36
12,27
14,31
Keterangan : Huruf kecil berbeda pada baris dan huruf besar berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
Hasil analisis menunjukkan
interaksi yang antara jenis
kapang
dengan dosis asam humat terhadap kandungan serat kasar BISF, sedangkan
masing-masing faktor A dan B juga memperlihatkan pengaruh sangat nyata terhadap kandungan serat kasar BISF. Hasil uji lanjut diperoleh bahwa pengaruh perlakuan jenis kapang pada setiap dosis asam humat terhadap serat kasar adalah sebagai berikut : Kandungan serat kasar pada dosis asam humat 100 ppm kapang A. niger lebih rendah dibanding dengan dosis asam humat 0 ppm dan 200 ppm baik pada kapang Penicillium sp mauplrn pada T. Peran Asatn Flrunat........
harzianum. Pada dosis asam humat 0 ppm memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) antara kapang A. niger dengan Penicillium tetapi berbeda
nyata (P<0.05) dengan kapang
harzianum. Pada dosis 200
T.
ppm
kapang A. niger berbeda nyata (P<0.05) lebih rendah dibanding dengan kapang
Penicillium sp dan T. harzianum, begitu juga antara kapang Penicillium sp dan T. harzianum memperlihatkan perbedaan yang nyata. Pada perlakuan kapang A. niger dan dosis asam humat 100 ppm disebabkan karena kapang A. niger dapat tumbuh lebih baik pada kondisi 74
Jur, Embrio (3) (2) (68 - 77)2010
ini dengan penambahan
asam humat
serat
kasar sebanyak
36,A60A terhadap
100 ppm dimana pada dosis ini tercapai
limbah agroindustri
kondisi optimal untuk pertumbuhan kapang yaitu pH 5. dimana pH yang
kapang A. niger.
cocok untuk pertumbuhan kapang. Hal ini sesuai dengan pendapat Fardiaz (1989) yang menyatakan bahwa kapang A. niger akan tumbuh lebih baik pada kondisi keasaman atau pH yang rendah. Semakin banyak pertumbuhan kapang semakin banyak pula enzim sellulase yang dihasilkan, sehingga serat kasar substrat bungkil inti sawit menurun pada akhir fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasim et aI., (1985)
KESIMPULAN
yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara pertumbuhan dan produksi enzim sellulase.
Pertumbuhan kapang
Berdasarkan hasil percobaan disimpulkan bahwa bungkil inti sawit (BIS) yang difermentasi dengan A. niger dan dosis asam humat 100 ppm memberikan kandungan gizi BIS yang baik dibandingkan dengan kapang Penicillium sp dan Trichoderma, dilihat dari aktifitas enzim protease tertinggi (16.05 U/ml) dan sellulase tertinggi (20,74 U/ml), kandungan protein kasar tertinggi (23.200 ), serat kasar terendah
(9,81%) dari bungkil
yang subur pada perlakuan asam humat dapat
fermentasi (BISF).
mengaktifkan pertumbuhan mikroorganisme (Huck et al., 1999; Kompiang et al., 2005). Hal ini disebabkan karena asam humat juga dapat menyediakan unsur hara seperti N, S, P dalam tanah serta energi bagi aktifitas mikro-
DAFTAR PUSTAKA
organisme (Stevenson, 1994)
serta
zat organik untuk meransang pertumbuhan (Enviromate, 2002) sedangkan kapang A. niger membutuhkan unsur-unsur hara seperti N, S, dan P di dalam pertumbuhannya ( Harjo et aI., 1989 dan Fardiaz,1992). Dengan subumya pertumbuhan kapang A. niger maka semakin banyak pula enzim sellulase yang dihasilkan untuk rnemecah sellulosa menjadi glukosa akibatnya semakin menurun serat kasar pada akhir fermentasi. Hasil ini sesuai mineral dan
dengan yang didapat oleh Susanto
(2002) dan Smith (1988) yang menyatakan bahwa A. niger mampu menurunkan kandungan serat kasar. data diatas terjadi
Dari
penurunan serat kasar sekitar 53,94yo yaitu dari 2l,30Vo menjadi 9,81 Yo. Hasil ini jauh lebih tinggi dari yang didapat oleh Iyayi (2004). Dari hasil penelitiannya juga terjadi penurunan Peran Asam Humai........-
menggunakan
Babjee,
A.M.
inti
1989. The Use
sawit
of Palm
Kernel Cake, As Animal Feed. FAO, Regional Office for Asia and The Pasific. Bangkok.
Chin, F.Y. 20A2. Utilizazion of palm kernel cake (PKC) as feed in
Malaysia. Asian
Livestock,
FAO Regional Office Bangkok, Thailand, pp.19-23 Crueger, W., A. Crueger. 1989. Biotechnology. A texfbook of In-
dustrial microbiology. Sinauer Associates lnc, USA.
Enviromate,
T. M.
humic acid
(
20A2. Effect of
on animal and
literature review and current research), Effects of humic acid, Enviromate Inc. 8571. Boat Club Road, Forth Worth, Texas 76719. http//www.envi romateinc. com/ humans
eff-ect she asp.
75
-
Jur. Embrio (3) (2) (68 - 77)201t
Ezhieshi. E. V and J. M. Olomu.2004. Comparative Performance of Broiler Chickens Fed Varying
Levels of Palm Kernel Cake and Maize Offal. Journal of Nutrition 3 ($: 254-257. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU IPB dengan LSI IPB Bogor
Iyayi, E. A. 2004. Changes in the cellulose, sugar and crude protein contens of agroindustrial by-products ferment-
ed with
Aspergillus hiner, Aspergillus flavus and Penicillium sp. African Journal of Biotechnology 186
A., A. G. Gemat., J. G. Murilo. 1999. The effect of four levels palm kernel meal in broiler diets. Ceibq 40 : 29 29s.
Griffin, D.H.
1994.
Fungal
Physiology, 2 Fd. A. John Wiley & Sons, Inc. Publication.
New York.
Halid,
I. 1991. Perubahan Nilai Nutrisi Onggok yang Diperkaya Nitro-
gen Bukan Protein selama Proses Fermentasi
pp
- I 88.
Kassim, E.A., Garcia, C.
Vol 3, (3)
I.M.
Ghazi., Z.A.
Nagieb. 1985. Effect of of cellulosic waste produc-tion on the of cellulose enzymes by Trichoderma reesei. J. of Ferment. Technol. 6 (3) ; 129 - r93 pretreatment
Kompiang, Desmayati., Z. T. Haryati.,
Suprijati, 2005.
Peningkatan
Efektifitas Probiotik. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN 2004. Buku II : Ternak NonRuminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor 156-169.
dengan
Biakan Kapang. Thesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor
Hamentis, Mirnawati", Mirzah. 2005. Teknologi Pengolahan Bungkil lnti Sawit Untuk Meningkatkan Daya Gunanya sebagai Pakan
Ternak Unggas.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing. XIII. Dediknas.
Kucukersan,
S., K. Kucukersan.,
I,
Colpan., E. Goncuoglu., Z. Reisli., D. Yesilbag. 2005. The effect of humic acid on egg production and egg traits of laying hen. Vet. Med-Czech, 50,2005, (9):406-410
Mathot P., Debevere C., Walhain P., Baudart E., Thewis A., Brakel
J. Harjo, S., N. S. Indrasti., T. Bontacut.
1989.
Biokonversi,
Pemanfaatan limbah Industri Pertanian. PAU Pangan dan Gizi, Bogor. Huck, T.A., N. Porter., M. E. Bushell. 1991. Effect of Humates on
Microbial Activity
Gen.
Microbiol. Vol. 137. Issue Pages. 2321-2329.
10.
1992. Composition of nutritive value for rats of Aspergilus niger solid fermented barley. Anim Feed Scie. Technol, 39 (3-4):227 - 237
Nuraini, 2006. Potensi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan sumber beta karoten dan
pengaruhnya terhadap ayam broiler dan petelur. Disertasi. Program Pascasarjana Unand.
76
Jur. Emtrrio (3) (2) (68 - 77) 2010
Interscience &. Sons. New York. 496 pp.
Odunsei, A. A.., T. O. Akande., A. S. Yusup., R. J. Salam. 2002. Comparative utilization high
inclusion rate of four agro industrial by products in the diet of egg type chickens. Arch Zootec 51 :465 - 468.
Supriadi, 1997. pengaruh penggunaan
bungkil inti sawit organ fisiologis
itik
terhadap
periode
pertumbuhan. Skripsi Faterna Universitas Andalas. Padang.
Onwudike. O. C. 1986. Palm kernel meal as a feed for poultry l. Composition of palm kernel
meal and availability of its amino acid to chick. Anim Feed Sci Technol, 16 :179 - 186.
A- 2002. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai media tumbuh jamur. Warta PPKS. Vol. 10. (1): 15 - 19
Susanto,
Tan, K.H. 1998. Soil Preparation
PTPN. 2009. Luas Perkebunan Sawit
and
Sampling, Analysis.
Nasional. http://www.datacon.
Marcel Dekker. Inc. New York.
co.id.
408 pp.
Sabrina., Nuraini., M.H. Abas., Boyon., Zein, 2001. Peningkatan Kualitas Bungkil Inti Sawit
R.
Tangondjaja,
B., P. Paffyusra.
1993.
Bungkil inti sawit dan pollard
gandum yang
difermentasi dengan Rhizopus oligosporus untuk ayam pedaging. Ilmu dan
Melalui Pendekatan Biotek-
nologi dengan Berbagai Jenis Kapang, Laporan Penelitian
Petemakan 6(2):30-33
Hibah Bersaing, Dikti.
Tate,
K. R.,
B.K.G. Teng.
1980.
Saono, S., W. Budiman. 1981. Penggunaan Beberapa Jenis Kapang untuk Pembuatan Oncom. Bogor.
Organic matter and interaction with in organic soil constituen, dalam B. K. G. Theng (ed) Soil with available chargc. N. Z" Soc. Soil Sei. Lower Hut New
Senn, T.L., A.R. Kingman.1973.
Zealand.
view
of
A ReHumus and Humic
Acids. Research Series Report No. 145. South Carolina Agricultural Experiment Sta-tion, Clemson, Sc.
Smith, J.E., K.E. Aidodo. 1ggg. Growth of fungi on solid substrates, Physicology of Industrial Fungi. Blackwell Scientific Publication . 249-269. Stevenson, F.J. 1994. Humus ChemisGenesic, Cornposition,
try,
Reactions. A
Peran Asarn Hrrmat.........
Vidal, M.T., M. Poblet., M. Constant and A. Bordons. 2001. Inhibitor effects of copper and dichlofluanid on Oenococus oeni and malolactic Fermentation. Am J. Enol Vitie . 52(3) 223 229.
Wang, D.LC., C.L. Coney, AL. Demain, P. Dunnif A.F. Rumherey, clan M.D. Lily. 1979. Fermentation and Enzymes Technology.
John
Wiley and Sons. New York.
Wiley-
1'7