1
© copyright 2015 by Penulis Muda Publisher Penulis : ShaSya Lala Editor : Luqman Taufiq Setting dan layout : Penulis Muda Publisher Desain Sampul : Tofik Dwi ISBN : 9786026783165
Cetakan Pertama, (Oktober 2015) Diterbtikan oleh Penulis Muda Publisher
[email protected] penulismudapublisher.blogspot.com
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin penerbit
2
SHASYA LALA
CLBK Cinta Lama Belum Kelar
3
Thanks To 1. Jesus Christ untuk segala kasihnya. 2. Papa & Mama yang senantiasa memberi kasih sayangnya selama ini. 3. Kakakku Rani, dan kedua adekku Naren & Satria 4. Gendut & Gomber, partner nongkrong yang rame dan nggak ada matinya; 5. Edotz Herjunot yang udah bantuin ngurusin tulisan ini. 6. Temen-temen kelas D PGSD angkatan 2009 yang rame terus. 7.
Kalian, yang udah nyempetin waktu buat baca buku ini.
4
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih – 3 Daftar Isi – 5 Satu – 7 Dua – 39 Tiga – 59 Empat – 85 Lima – 105 Enam – 125 Tujuh – 147 Delapan – 187 Sembilan – 203 Sepuluh – 237 Sebelas – 259 Tentang Penulis – 277
5
6
Satu SMA Putra Bangsa sudah terlihat sepi karena siswanya sudah masuk mengikuti pelajaran sejak 30 menit yang lalu. Seorang cewek kelihatan berlari tergopoh-gopoh untuk kesekian kalinya karena dia terlambat. Padahal, dia anak baru di sekolah ini. Yah ... sebenarnya tidak bisa dibilang anak baru juga sih, soalnya dia pernah sebentar bersekolah di sekolah ini selama satu semester saat kelas X, sampai akhirnya dia harus pindah ke kota lain karena ayahnya dipindah tugaskan. Sekarang, dia masuk lagi ke SMA Putra Bangsa dengan pangkat anak kelas XI. “Kamu lagi, kamu lagi ....” Kata satpam sekolah pada cewek bernama Aory ini. Aory cuma nyengir sambil nemplok di gerbang sekolah. “Pak, saya boleh masuk ya?” tanya Aory yang lebih akrab dipanggil Ory ini. “Nggak, nggak, lebih baik kamu pulang. Sekolah kok tiap hari terlambat, sudah pulang saja sana!” kata Pak Abdul, satpam di SMA Putra Bangsa ini sambil kembali ke posnya, tidak menghiraukan rengekan Ory. Ory pun menyerah membujuk Pak Abdul. Sebagai gantinya, dia berjalan ke arah belakang sekolah, di sana ada pagar setinggi 3 meteran yang bisa dipanjat. Cewek bernama 7
Aory Natasya ini memang super duper bandel. Cewek bertinggi badan 160 cm dengan mata bulat seperti boneka barbie menghiasi wajahnya dan hidung mancung yang mungil serta bibir tipis yang selalu menyeringai jail membuat cewek ini terlihat manis serta menggemaskan. Apalagi kalau sudah tersenyum, ada lesung pipi di sebelah kiri pipinya yang menambah daya tarik di wajahnya. Cewek ini sangat lincah, rambutnya yang terurai panjang cuma diikat santai. Baju seragamnya yang dibuat ngepres bodi memperlihatkan kalau badan cewek ini tumbuh sempurna sebagai perempuan. Roknya yang di atas lutut memperlihatkan kakinya yang mulus dan ramping. Ory memanjat pagar itu dengan mudah, tapi waktu tinggal mendaratkan kakinya ke tanah, dia terpeleset. Dan mendaratlah dia dengan tidak mulus di tanah. Dia mengaduh dan mengusap-usap pantatnya yang mendarat di tanah lebih dulu. Disaat Ory sedang asik mengusap pantatnya yang sakit, seseorang berdiri di sebelahnya, lalu dengan santainya mengulurkan tangannya. Ory mendongak melihat orang itu, lalu menerima uluran tangannya sambil meringis sementara tangan kirinya masih saja mengusap-usap pantatnya yang kotor akibat jatuh tadi. “Kebiasaan kamu nggak berubah.” Kata cowok itu, namanya Lionel, dia ketua OSIS di SMA ini, Ory kenal cowok ini karena mereka seangkatan. Mereka juga pernah dekat, bahkan bisa dikatakan dekat banget. Lionel pacar pertama Ory, mereka cuma pacaran 3 bulan, dan sebulan sebelum Ory pindah sekolah mereka putus. 8
Ory cuma nyengir kuda mendengar kata-kata Lio. Setelah berdiri, Ory membersihkan roknya yang kotor. “Thank’s ya, Yo ... Lo baik deh!” kata Ory masih sambil nyengir. “Gue ke kelas dulu ya?” kata Ory sambil menonjok pelan lengan Lio. Seperginya Ory, Lio masih memandang Ory yang berlari kecil dengan langkah riangnya. Ada rindu yang tergambar jelas di mata Lio, cewek itu masih seperti yang dulu. Muka yang selalu ceria, seragam yang sama, tas yang sama, cara ikatan rambut yang sama, sepatu yang sama, hanya satu yang terlihat beda, sekarang Lio tidak lagi memilikinya. Ory tidak langsung masuk kelas, karena dia akan menunggu sampai pergantian jam berikutnya. Ory berjalan ke lantai dua sekolah untuk bersembunyi sampai pergantian jam. Suasana sekolah terlihat lengang, tidak ada siswa lain yang sedang berada di luar kelas seperti Ory saat ini. Saat melewati sisi belakang kelas XII IPS 1, Ory sengaja berjalan agak menunduk karena khawatir guru kelas saat itu, bisa melihat Ory lewat jendela sedang berjalan menenteng tas di jam pelajaran. Beruntung Ory memiliki tubuh yang cukup „imut‟. Jadi perjuangannya untuk menunduk tidak perlu dilakukan secara ekstrem. Sambil berjalan menaiki tangga, Ory tanpa sadar memikirkan Lio. Baru kali ini mereka bertatap muka sejak Ory kembali ke sekolah ini, bahkan sejak mereka putus. Harus diakui, Lio sekarang jadi semakin ganteng, dengan darah blasteran yang mengalir di tubuhnya, Lio memang punya paras yang membuat banyak wanita klepek-klepek. Kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya tajam, bibirnya berwarna merah alami karena tidak mungkin dia memakai lipstik. Bagi Ory yang 9
kecil imut-imut, tinggi badan Lio jadi sangat menjulang tinggi ketika mereka bersebelahan. Sesampainya di loteng, tiba-tiba ada yang melemparnya dengan buntalan kertas. “Lo, telat juga, Nyet?” tanya sang pelempar kertas. Ory mengusap-usap kepalanya dengan cemberut, nggak sakit sih, tapi kan dia kaget, orang lagi ngelamun. “Kampret lo, ngagetin gue, sialan!” kata Ory memaki temannya itu. Dia adalah Juna, teman dekat Ory dari SMP yang punya hobi sama dengan Ory, yaitu TERLAMBAT. “Lebay banget sih Lo, gitu aja kaget, lagi mikirin apa, Lo?” tanya Juna sambil melihat hapenya, sepertinya sedang sms-an. “Gue mikir, kenapa gue mau temenan sama orang kayak lo sebegini lamanya.” Kata Ory seadanya lalu duduk di sebelah Juna. “Oh, jadi ceritanya lo mikirin gue?” tanya Juna dari hp beralih melihat ke arah Ory. “Jangan-jangan lo naksir gue ya?” lanjut Juna dengan memasang tampang serius. Ory memandangnya dengan tatapan jijay. “Sorry Ry, gue udah punya Tamara, gue tipe cowok setia.” Kata Juna sok romantis. “Najis, Lo!” kata Ory menoyor kepala Juna. Bukannya marah, Juna malah tertawa bahagia. “Gue heran, Tamara kena sakit model apa sih, bisa mau sama kampret macem lo.” kata Ory heran. 10