i
CENTER OF INDONESIAN SHARIA INVESTMENT (CISI) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAN PENGUATAN PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ARUS BEBAS INVESTASI AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)
Oleh: Mega Ariyanti
NIIM 13010112130052
Alan Ray Farandy
NIM 12020112130081
Faiz Balya Marwan
NIM 14010412130105
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul
: Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang) : Langkah Strategis Sektor Syariah dalam Memenangkan Tujuan Indonesia pada AEC
2. SubTema 3. Ketua Kelompok a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Perguruan Tinggi 4. Anggota 1 a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Perguruan Tinggi 5. Anggota 2 a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Perguruan Tinggi 6. Dosen Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP e. No.HP
: : : :
Mega Ariyanti 13010112130052 Sastra Indonesia Universitas Diponegoro
: : : :
Faiz Balya Marwan 14010412130105 Hubungan Internasional Universitas Diponegoro
: : : :
Alan Ray Farandy 12020112130081 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro
: Ken Widyatwati, S.S, M.Hum. : 19700404 199512 2001 : 087731501575 Semarang, 14 Maret 2014
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ketua Tim
Ken Widyatwati, S.S, M.Hum. NIP19700404 199512 2001
Mega Ariyanti NIM13010112130052
Mengetahui, Pembantu Rektor III Universitas Diponegoro
Drs. Warsito, S.U. NIP 195402021981031014
ii ii
iii
Kata Pengantar Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia dengan Al Qur’an dan Sunnah. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dengan judul “Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)”. Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ken Widyatwati, S.S, M.Hum.selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, dan masukan selama penyusunan karya ilmiah ini. 2. Keluarga dan teman-teman yang telah banyak memberikan kritik, saran, dukungan, doa, dan semangat. 3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan karya ilmiah ini. Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Semarang, 14 Maret 2014
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI Halaman Judul.......................................................................................................... i Pengesahan .............................................................................................................. ii Kata Pengantar ...................................................................................................... iii Daftar Isi................................................................................................................. iv Daftar Gambar ........................................................................................................ vi Ringkasan .............................................................................................................. vii BAB I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3 1.3 Tujuan ................................................................................................................3 1.4 Manfaat ..............................................................................................................3 BAB II: Tinjauan Pustaka 2.1 Dataran Tinggi ...................................................................................................4 2.2 Sumber Daya Dataran Tinggi ............................................................................4 2.3 Ekonomi Kerakyatan ..........................................................................................5 2.4 Kearifan Lokal ...................................................................................................6 2.5 Investasi Konvensional ......................................................................................6 2.6 Investasi Syariah ................................................................................................7 2.7 Musyarakah ........................................................................................................8 2.8 Zakat ...................................................................................................................9 BAB III: Metode Penulisan 3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan ......................................................10 3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ......................................................10 3.3 Metode Analisis Data .......................................................................................11 BAB IV: Pembahasan 4.1 Potensi Kawasan Dataran Tinggi Bandungan ..................................................12 4.2 Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Dataran Tinggi ...............................13 4.3 Peluang Investasi .............................................................................................14 4.4 Center of Indonesian Sharia Investment Sebagai Solusi Alternatif .................16 BAB V: Penutup 5.1 Simpulan ..........................................................................................................24
iv
v
5.2 Saran .................................................................................................................24 Daftar Pustaka ........................................................................................................26 Daftar Riwayat Hidup Peserta ................................................................................28 Lampiran ................................................................................................................32
v
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Data Investasi Indonesia Tahun 1997-2007 .........................................16 Gambar 2.Konsep CISI ..........................................................................................17 Gambar 3.Hubungan Antar Pihak Terkait .............................................................18 Gambar 4.Mekanisme Konsep CISI ......................................................................19 Gambar 5.Sistem Bagi Hasil CISI .........................................................................22
vi
vii
RINGKASAN Dalam buku cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN dijelaskan bahwa telah disepakati adanya aliran bebas investasi dengan tata aturan investasi yang bebas dan terbuka guna meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investmen/ FDI) termasuk investasi intraASEAN. Kerja sama investasi ASEAN diimplementasikan melalui Framework Agreement on the ASEAN Investmeny Area (AIA).Pembentukan lembaga investasi yang berlandaskan kearifan lokal dan berkonsep syariah merupakan salah satu solusi alternative dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.Karya tulis ilmiah ini menyajikan deskripsi konseptual tentang lembaga investasi pro-rakyat tanpa menyingkirkan kepentingan investor dalam berinvestasi di era MEA dengan konsep syariah. Konsep tersebut akan dijelaskan dengan studi kasus di Kecamatan Bandungan dalam penerapan Center of Indonesian Sharia Investment sebagai perumusan pilot project bagi daerah-daerah serupa. Dalam karya tulis ini akan membahas beberapa hal, yaitu potensi kawasan dataran tinggi Bandungan, permasalahan pengelolaan sumber daya dataran tinggipeluang investasi dan benefitnya, dan Center of Indonesian Sharia Investment sebagai solusi alternative.Konsep pengelolaan investasi yang ditawarkan berbasis syariah atau Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) yang merupakan sebuah lembaga sebagai fasilitator dalam pengembangan potensi alam yang ada. Peran lembaga tersebut adalah mempertemukan kepentingan dari pemerintah daerah, masyarakat lokal, investor dan tenaga ahli untuk mengelola bersama-sama potensi alam yang ada.CISI mengelola setiap sumbangsih dari peran-peran yang ada secara syariah dengan sistem musyarakah yang menekankan kepada keadilan. CISI juga memetakan potensi-potensi yang ada di Bandungan untuk ditampilkan oleh investor-investor. Pemerintah berperan sebagai penciptaan lingkungan yang dapat mendukung iklim investasi dan menjalankan regulasi-regulasi yang tercantum dalam cetak biru MEA.Investor dalam maupun luar akan berperan sebagai pemberi modal guna pengelolaan potensi yang ada.Tenaga ahli berperan dalam pengelolaan investasi yang ada secara massif (tenaga pengelola dana dan aset investasi).Mayarakat lokal berperan sebagai penjaga dari kelestarian alam dalam pengelolaan potensi yang ada dan sebagai tenaga pengelola usaha. Sebagian upah tenaga ahli dan masyarakat (tenaga pengelola) disisihkan sebanyak 20% untuk dikonversi sebagai kepemilikan. Kata kunci: Investasi syariah, Arus bebas investasi, CISI
vii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN dijelaskan bahwa telah disepakati adanya aliran bebas investasi dengan tata aturan investasi yang bebas dan terbuka guna meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investmen/FDI) termasuk investasi intra-ASEAN. Aliran masuk investasi baru dan peningkatan investasi yang telah ada (reinvestments) akan mendorong dan menjamin pembangunan ekonomi ASEAN yang dinamis.Kerja sama investasi ASEAN diimplementasikan melalui Framework Agreement on the ASEAN Investmeny Area (AIA). Berdasarkan AIA, seluruh industri (bidang manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan serta jasa yangterkait dengan kelima sektor tersebut) wajib dibuka dan national treatment diberikan bagi investor, baik pada tahap
pa-pendirian
(pre-establishment)
maupun
pasca-pendirian
(post-
establishment). Bagi para ekonom Indonesia, anjuran Stiglitz untuk mengedepankan proses pengambilan keputusan yang demokratik itu perlu digarisbawahi. Sebagaimana diketahui Pasal 33 Undang Undang Dasar (UUD) 1945 telah sejak jauh-jauh hari menganamatkan penyelenggaraan sebuah perekonomian yang demokratik di Indonesia (Baswir, 2007). Dalam pasal tersebut tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Menurut Boediono Wakil Presiden RI saat ini yang dikutip oleh Supratikno dalam bukunya Ekonomi Nurani vs Ekonomi Naluri (2011) mengatakan bahwa globalisasi adalah kenyataan sejarah yang terus akan bersama kita, suka atau tidak suka. Dari segi ekonomi, pada intinya globalisasi adalah perluasan sistem ekonomi pasar ke arena internasional. Sikap yang terbaik dalam menghadapi globalisasi bagi suatu negara adalah pragmatis. Kita melibatkan diri di dalamnya secara cerdas. Penataan investasi yang berlandaskan kearifan lokal merupakan salah satu cara sikap cerdas dalam menghadapi MEA. Keterlibatan langsung masyarakat
2
merupakan kunci pemerataan kesejahteraan tanpa harus menutup diri oleh dunia luar. Namaban (dalam Stanis, 2005) mengatakan bahwa sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa masyarakat adat di Indonesia secara tradisional berhasil menjaga dan memperkaya keanekaragaman hayati. Sebuah realitas bahwa sebagian besar masyarakat adat masih memiliki kearifan adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Mubyarto (1988) menegaskan partisipasi merupakan kesediaan membantu berhasilnya program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti harus mengorbankan kepentingan sendiri. Selain itu, partisipasi juga dapat dimaknai sebagai bentuk keterlibatan mental sekaligus emosional seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk ikut serta menyumbangkan kemampuan dalam mencapai tujuan kelompok dan ikut bertanggung jawab atas tujuan kelompok tersebut. Menurut Bryson, Pentingnya partisipasi dalam pembangunan memberikan arti bahwa segala hal yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan ekonomi, seperti menarik investor luar, harus melibatkan warga. Daerah dataran tinggi atau pegunungan sangat banyak memiliki potensi untuk dikembangkan. Mulai dari sektor pertanian hingga sektor pariwisata. Sektor-sektor tersebut harus dikelola sehingga optimal untuk menciptakan perekonomian yang merata seperti kata Todaro (2011) dalam bukunya Pembangunan Ekonomi. Menciptakan keseimbangan yang sesuai antar ekonomi pedesaan dan ekonomi
perkotaan
haruslah
dilakukan
dalam
strategi
pembangunan.
Keseimbangan peluang ekonomi yang lebih sesuai antara pedesaan dan perkotaan tampaknya sangat penting untuk menanggulangi masalah pegangguran di pedesaan dan di perkotaan, serta untuk memperlambat laju migrasi desa-kota. Menurut Todaro beberapa penekanan utama aktivitas ini harus diletakkan pada pembangunan terpadu sektor pedesaan, reorientasi investasi sosial terhadap kawasan pedesaan, dan peningkatan infrastruktur pedesaan(Todaro, 2011). Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dibutuhkan sikap cerdas untuk memenangkan tujuan Indonesia. Pembentukan lembaga investasi
3
yang berlandaskan kearifan lokal dan berkonsep syariah merupakan salah satu solusi alternatif. Oleh karena itu, karya ilmiah ini menyajikan deskripsi konseptual tentang lembaga investasi pro-rakyat tanpa menyingkirkan kepentingan investor dalam berinvestasi di era MEA dengan konsep syariah. Konsep tersebut akan dijelaskan dengan studi kasus di Kecamatan Bandungan dalam penerapan Center of Indoneisan Sharia Investmentsebagai perumusan pilot project bagi daerahdaerah serupasehingga karya ilmiah ini berjudul “Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)”. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi kawasan Bandungan sebagai pilot project lembaga investasi CISI? 2. Bagaimana masalah pengelolaan di kawasan Bandungan? 3. Bagaimana peluang investasi di kawasan Bandungan? 4. Bagaimana mekanisme Center of Indonesian Sharia Investment (CISI)? 1.3 Tujuan Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui: 1. Potensi kawasan Bandungan sebagai pilot project lembaga investasi CISI 2. Masalah pengelolaan di kawasan Bandungan 3. Peluang investasi di kawasan Bandungan 4. Mekanisme Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) 1.4 Manfaat 1. Memperkenalkan potensi dataran tinggi Bandungan sebagai salah satu tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. 2. Memberikan sebuah gagasan berupa konsep investasi syariah sebagai upaya peningkatan dan penguatan perekonomian Indonesia dalam mengahadapi AEC 2015. 3. Menambah wawasan tentang peran pentingnya investasi syariah dalam arus bebas investasi AEC 2015.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dataran Tinggi Dataran Tinggi Dataran tinggi merupakan bagian permukaan bumi yang mempunyai relief relatif datar dengan ketinggian 500-1.500 meter diatas permukaan laut. Dataran tinggi dinamakan juga plato (plateau). Suhu di daerah dataran tinggi berkisar antara 10- 20°C. Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi material yang dibawa oleh media air, angin, es, atau gletser. Dataran Tinggi mempunyai amplitudo (perbedaan) suhu harian yang tinggi. Amplitudo suhu atau simpangan suhu adalah perbedaan suhu yang terjadai akibat adanya penurunan dan kenaikan suhu rata-rata suatu tempat dalam hal ini adalah dataran tinggi. Pada dataran tinggi suhu rata-rata berkisar 15 - 20°C di siang hari dan di malam hari hanya 10°C, bahkan pada pagi hari suhu udara dapat sedikit ekstrim dengan suhu bisa mencapai 0°C yang memunculkan embun beku. Sebagai daerah yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota, dataran tinggi atau pegunungan masih memiliki keasrian alam, kehidupan flora dan fauna serta adat istiadat yang masih terjaga. Kondisi tersebut terjadi karena belum banyaknya kebudayaan dan modernisasi yang masuk ke daerah pegunungan. 2.2 Sumber Daya dan Potensi Dataran Tinggi Dalam Ensiklopedia Webster, sumber daya didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu, sumber persediaan, penunjang atau bantuan, serta sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pikiran manusia. Sumber daya merupakan sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya merupakan komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Jadi, sumber daya dataran tinggi adalah sumber daya alam, sumber daya buatan dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomi. Pengelolaan sumber daya alam adalah usaha manusia dalam mengubah ekosistem untuk memperoleh manfaat maksimal, dengan mengupayakan kesinambungan produksi dan menjamin kelestarian sumber daya tersebut(Stanis, 2005). Dataran tinggi mempunyai banyak potensi
5
yang disediakan alam. Tanah yang subur cocok digunakan sebagai lahan pertanian. Pemandangan asri yang terjaga dan udara yang sejuk merupakan potensi wisata yang belum dimaksimalkan. Selain itu, budaya yang belum terkontaminasi budaya asing dan kekayaan budaya kesenian juga hal yang menunjang bagi potensi wisata alam. 2.3 Ekonomi Kerakyatan Ekonomi Kerakyatan adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi.Kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi ini mempunyai maksud bahwa semua kegiatan hendaknya dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia guna mewujudkan suatu Keadilan Sosial. Dalam sistem ekonomi kerakyatan, kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran perorangan maupun kelompok tertentu. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan membangun usaha yang melibatkan masyarakat.Kegiatan ekonomi kerakyatan diterapkan dalam pengelolaan sumber daya alam baik potensi di daratan maupun lautan. Menurut UUD 1945 Pasal 33, tiga prinsip dasar ekonomi kerakyatan adalah sebagai berikut: (1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2) cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; dan (3) bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Baswir, 1995).Substansi ekonomi kerakyatan juga digambarkan dengan jelas dalam Penjelasan Pasal 33 UUD l945(yang telah dihapus oleh MPR melalui amandemen keempat tahun 2002). Secara garis besar, ekonomi kerakyatan menyangkut tiga hal, yaitu: (1) partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi; (2) menikmati hasil-hasil produksi; (3) yang lebih penting kegiatan pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasionalyang berlangsung di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Ketiga unsur ekonomi kerakyatan tersebut mendasari perlunya partisipasi dari seluruh rakyat dalam rangka turut serta memiliki modal atau faktor-faktor produksi nasional. Modalbisa berwujud modal
6
material (material capital),modal intelektual (intelectual capital), danmodal institusional (institutional capital). 2.4 Kearifan Lokal Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sedangkan dalam Kamus Inggris – Indonesia, John M. Echols dan Hassan Syadily mengungkapkan bahwa local berarti setempat, sedangkan
wisdom
(kearifan) sama dengan
kebijaksanaan. Jadi, local wisdom (kearifan setempat) merupakan gagasangagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Sartini, 2004). Namaban (dalam Stanis, 2005) mengatakan bahwa sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa masyarakat adat di Indonesia secara tradisional berhasil menjaga dan memperkaya
keanekaragaman hayati. Sebuah realitas bahwa
sebagian besar masyarakat adat masih memiliki kearifan adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Aturan-aturan atau tradisi masyarakat tersebut diwarisi secara turun temurun yang
disebut juga sebagai hukum adat dan berlaku bagi
masyarakat pesisir (Stanis, 2005). 2.5 Investasi Konvensional Menurut teori ekonomi, investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Adapun beberapa pendapat mengenai pengertian dari investasi, antara lain: - Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. - Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang.
7
- Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Sebagai salah satu komponen pembentuk pendapatan nasional, investasi memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian. Ditinjau dari pelakunya, investasi dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta (Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri) dan masyarakat luas (Sukarni, 200). Menurut hasil penelitian, khusus jenis investasi sektor publik di bidang sosial dapat membawa manfaat dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan menurunkan tingkat kemiskinan (Brata, 2002). 2.6 Investasi Syariah Dalam ekonomi syariah, investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan masyarakat seacara luas(Agustianto, 2013).Dalam membahas konsep investasi syariah, yaitu konsep investasi yang sesuai dengan kaidah aturan agama Islam, maka perlu memperhatikan aspek-aspek yang menjadi bahan penentu aktivitas investasi, aspek-aspek normatif yang menjadi pemicu adanya investasi, yaitu aspek konsep kekayaan dan aspek penggunaan kekayaan. Sebagai manusia, kita hanya dapat berusaha semampu kita untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Quran Surat Saba ayat 39: “Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”.
8
Investasi dalam persepektif Islam hanya dapat dilakukan pada instrumen yang sesuai dengan syariah Islam dan tidak mengandung riba. Investasi juga hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh pihak (emiten) yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentang dengan syariah Islam.Menurut Sula (dalam Febriyanti, 2009) prinsip investasi Islam berbeda dengan prinsip investasi konvensional. Prinsip-prinsip dasar investasi Islam, meliputi: (1) Aspek material atau finansial; (2) Aspek kehalalan; (3) Aspek sosial dan lingkungan; (4) Aspek pengharapan kepada ridha Allah. 2.7 ‘Aqad Musyarakah „Aqad musyarakah adalah transaksi kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif. Pembagian keuntungan atau pendapatan berdasarkan nisbah (jumlah) yang telah disepakati (Siska, dkk:2012). Al Musyarakah adalah suatu akad dimana terjadi kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk saling menyertakan modalnya dalam suatu usaha dan mereka saling berbagi keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama serta juga berbagi kerugian menurut besarnya pernyataan modal atau sesuai dengan kesepakatan (Modul Ekonomi Islam Jilid 1, 90:2011). Landasan hukum musyarakah yang bersumber dari Al-Qur’an adalah adalah Surat An-Nisa ayat 12: “Jikalau saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutulah dalam yang sepertiga”. Landasan syariah „aqad musyarakah yang bersumber dari Al Hadits adalah dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya”(HR. Abu Dawud No. 2936 dalam kitab Al Bayu dan Hakim). Sedangkan landasan berdasarkan Ijma‟ adalah Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni, telah
berkata,
kaum
muslimin
telah
berkonsensus
terhadap
legitimasi
musyarakahsecara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya. Ketentuan syar’i transaksi musyarakah mengacu pada fatwa DSN nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah menetapkan Fatwa tentang
Pembiayaan Musyarakah memiliki beberapa ketentuan, yaitu: (1)
9
pernyataan ijab dan qabul pihak terkait; (2) pihak terkait harus paham hukum, objek aqad meliputi modal, kerja, keuntungan, dan kerugian; (3) biaya operasional dan persengketaan. 2.8 Zakat Zakat menurut arti bahasa adalah berkembang (an-namaau) dan juga berarti pensucian (tathhir). Definisi zakat secara syar’i adalah sejumlah tertentu yang wajib dikeluarkan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Zakat adalah salah satu ibadah dan salah satu rukun dari rukun Islam. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan AlQur'an dan As Sunnah. Landasan hukum zakat yang berasal dari Al Quran salah satunya tercantum dalam Surat Ar Rum ayat 39: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. Setiap muslim wajib berzakat apabila telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, yaitu muslim, aqil, baligh, dan memiliki harta yang mencapai nishab. Syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati, yaitu milik penuh (almilkuttam), berkembang, cukup nishab, lebih dari kebutuhan pokok (alhajatul ashliyah), bebas dari hutang, dan berlalu satu tahun (haul). Macam-macam harta yang wajib dizakati menurut buku fiqh terdiri dari dua macam yaitu zakat harta dan zakat fitrah. Zakat harta kemudian dibagi lagi menjadi sub bagian yaitu: (a) zakat emas, perak dan perhiasan; (b) zakat hewan dan produk hewani; (c) zakat pertanian dan hasil bumi; (d) zakat barang perdagangan; (e) zakat rikaz dan barang tambang serta; dan (f) zakat aset dan penerimaan yang diqiyaskan pada hal-hal tersebut.
10
BAB III METODE PENULISAN 3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan kegiatan studi literatur yang mendalam, yakni dengan menggunakan penulisan deskriptif dan data yang digunakan merupakan data pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh studi literatur berdasaran pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Di samping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah dengan metode: - Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun elektronik (data-data internet).
11
- Dokumenter
Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan.Pada metode ini penulis hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen yang diperlukan. - Intuitif Subjektif
Intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas. 3.3 Metode Analisis Data Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan pendekatan penulisan yang digunaan, penulis menganalisa data-data yang diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada.Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka), maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif. Proses analisis data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak balik dan berinteraktif, yang terdiri dari: - Pengumpulan data (data collection) - Reduksi data (data reduction) -
Penyajian data (data display)
- Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification)
12
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Potensi Kawasan Dataran Tinggi Bandungan Kecamatan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupeten Semarang. Kecamatan Bandungan memiliki luas wilayah 4.823,30 km², batas wilayah Kecamatan dari sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumowono, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bergas dan Bawen, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kendal, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa. Jarak dari ibukota kabupaten 24 km, dan jarak dari ibu kota provinsi 45 km, sehingga menyebabkan desa ini kurang begitu ramai dari padatnya lalu lintas maupun bangunan-bangunan berukuran besar. Kecamatan Bandungan terdapat di kaki Gunung Sumbing dan kaki Gunung Ungaran. Tanah vulkanik dan suhu pegunungan menjadikan sebagian besar wilayah di Kecamatan Bandungan sebagai wilayah pertanian baik tanaman bunga maupun sayuran dengan masyarakatnya mayoritas bercocok tanam. Desa-desa di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang ini menjadi obyek wisata yang cukup dinikmati oleh masyarakat, baik dari dalam kota maupun luar kota.Adapun objek wisata yang terkenal yaitu Candi Gedongsongo. Di Kecamatan Bandungan banyak terdapat obyek wisata yang menarik, misalnya saja di daerah Sidomukti. Di sana terdapat arena outbound yang menantang dan pemandangan yang indah. Dengan kondisi lingkungan di Bandungan yang berpotensi sebagai tempat wisata, di sana banyak di bangun Hotel, Motel, dan Villa sebagai sarana penginapan bagi wisatawan. Di Bandungan juga terdapat potensi hortikultura. Potensi hortikultura Kabupaten Semarang sangat beragam. Mulai dari komoditas sayur mayur, buahbuahan hingga bunga hias potong termasuk bunga krisan yang menjadi andalan sebagian besar petani di Kecamatan Bandungan dan Sumowono. Berdasarkan “Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 2010” yang diterbitkan BPS Kabupaten Semarang, panen sayur mayur tahun 2009 terhitung baik dan rata-rata mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi komoditas cabai seluruh jenis mencapai 57.422 kuintal, meningkat dibanding tahun
13
sebelumnya yang hanya 55.350 kuintal. Kobis/ kol (205.916 pada 2009, 128.986 kuintal
pada
2008),
tomat
(74.930/2009,
61.253/2008),
petsai/
sawi
(167.865/2009, 103.381/2008). Sedangkan jumlah produksi komoditas buahbuahan pun demikian. Alpokat (76.211 kuintal/2009, 72.647/2008), mangga (64.457/2009,
31.917/2008),
durian
(62.038/2009,
27.627/2008),
pisang
(87.029/2009, 57.279/2008). Untuk produksi bunga krisan pada tahun 2010 tercatat 100.953.700 tangkai yang berasal dari 1.285.800 meter luas lahan panen. Bunga hias ini dipasarkan di tingkat nasional hingga ke Bali, Jawa Timur dan Yogyakarta. Adapun beberapa tempat wisata yang berada di sekitar Kabupaten Semarang yang mampu dijangkau dari Kecamatan Bandungan, yaitu Pantai Marina, Pantai Maron, Pantai Tirang, Kampoeng Wisata Taman Lele, Pagoda Buddhagaya Watugong, Masjid Agung Jawa Tengah, Lawang Sewu, Masjid Besar Kauman, Masjid Raya Baiturrahman, Kelenteng Sam Poo Kong, Kelenteng Tay Kak Sie, Gereja Blenduk, Candi Tugu, Air Terjun Kali Pancur, Kawasan Wana WisataPenggaron, Kawasan Wisata Sidomukti, Rawa Pening, Curug Benowo, Curug Lawe, Taman Margasatwa Bonbin Semarang, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Museum Jamu Nyonya Meneer, MURI Museum Rekor Dunia Indonesia, Museum Ronggowarsito, dan Museum Mandala Bhakti. Jika dilihat dari potensi wisata di Kabupaten Semarang terutama di Kecamatan Bandungan sendiri maka terlihat bahwa begitu banyak potensi yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Semarang, terutama di Kecamatan Bandungan yang masih belum dimaksimalkan potensi wilayahnya. 4.2 Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Dataran Tinggi Daerah dataran tinggi identik dengan daerah tertinggal. Hal ini sulit dipungkiri karena letak geografinya yang tinggi dan jauh dari jalur transportasi utama (jalan nasional) sehingga sulit untuk dikembangkan. Diantara kesulitan itu adalah minimnya transportasi dan komunikasi. Padahal, terdapat potensi-potensi ekonomi yang tersimpan pada dataran tinggi seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Permasalahan lain yang selama ini dihadapai dalam mengelola potensi sumberdaya dataran tinggi adalah kurangnya sumber dana dan
14
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kedua hal tersebut berhubungan erat dengan tingkat produktivitas dan kemampuan dalam mengelola sumberdaya dataran tinggi sehingga tanpa ketersediaan modal dan kualitas SDM yang memadai, maka pembangunan wilayah dataran tinggi tidak akan berjalan optimal. Rendahnya SDM akan menyebabkan rendahnya pendapatan yang berakibat pada semakin meningkatnya kemiskinan masyarakat yang tinggal di dataran tinggi. Kemiskinan membuat mereka tidak mampu untuk meningkatkan kualitas hidup dan inovasi. Kemiskinan juga berakibat sulitnya mengakses pendidikan yang tinggi
sehingga
terhambatnya
transfer
pengetahuan.
Guna
membangun
perekonomian suatu wilayah, maka perlu adanya usaha untuk membangun, meningkatkan, dan memberdayakan SDM sehingga dapat mendukung program pembangunan dataran tinggi. Masalah selanjutnya berkaitan dengan ketersediaan sumber dana sebagai modal untuk pengelolaan sumberdaya dataran tinggi. Kekurangan dana untuk pengelolaan sumberdaya dataran tinggi disebabkan oleh kemiskinan struktural dan super-struktural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau variabel eksternal di luar individu, seperti struktur sosial ekonomi masyarakat, ketersediaan insentif atau disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan, ketersedian teknologi, dan ketersediaan sumberdaya pembangunan khususunya sumberdaya alam
(Nijikuluw,
2001).
Sedangkan
kemiskinan
super-struktural
adalah
kemiskinan yang disebabkan karena variabel-variabel makro yang tidak begitu berpihak pada pembangunan nelayan. Kebijakan tersebut meliputi kebijakan fiskal, moneter, ketersediaan hukum dan perundang-undangan, kebijakan pemerintah yang diimplementasikan dalam proyek dan program pembangunan (Nijikuluw, 2001). 4.3 Peluang Investasi Perkembangan investasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010, realisasi investasi meningkat sebesar 33,4 % jika dibandingkan tahun 2009 (Indef, 2011). Pada tahun 2013, realisasi investasi meningkat sebesar 26,4% dibandingkan tahun 2012. Akumulasikan realisasi investasiproyek penanaman modal dari triwulan I sampai IV tahun 2013 adalah
15
sebesar Rp 398,6 triliun yang terdiri dari realisasi investasi triwulan I Rp 93 triliun, triwulan II Rp 99 triliun, triwulan III Rp 100,5 triliun dan triwulan IV Rp 105,3 triliun. Data lain menyebutkan, pada triwulan IV 2013 realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai angka Rp 34 triliun dan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 71 triliun sedangkan total realisasi investasi PMDN selama tahun 2013 mencapai Rp 128 triliun dan realisasi investasi PMA sebesar Rp 270,4 triliun.Jika dilihat secara year on year, pertumbuhan PMDN 2013 merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2010 dengan kenaikan hingga 39%. Perkembangan realisasi investasi PMDN periode Januari-Desember 2013 berdasarkan 5 sektor usaha terbesar adalah listrik,gas dan air dengan capaian Rp 25,8 triliun, pertambangan Rp 18,8 triliun, industri makanan Rp 15,1 triliun, transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp 13,2 triliun serta industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi dengan nilai Rp 8,9 triliun.Sedangkan untuk realisasi PMA berdasarkan lima sektor terbesar adalah pertambangan US$ 4,8 miliar, industri alat angkutan dan transportasi US$ 3,7 miliar dan industri logam dasar, barang logam dan mesin elektronik US$ 3,3 miliar. Selain itu, menurut hasil surveiAsia Business Outlook The Economist Corporate Network yang dilakukan pada tahun 2012 terhadap 207 eksekutif senior perusahaan besar, Indonesia berada di peringkat 3 Asia setelah Cina dan India sebagai lokasi investasi pilihan. Berdasarkan data realisasi investasi tahun 2010 sampai 2013 setiap triwulan mengalami kenaikan yang cukup signifikan baik PMDN maupun PMA. Hal tersebutmenunjukkan minat investor baik investor domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia masih tinggi.Data survei juga menunjukkan bahwa Indonesia cukup menarik untuk melakukan investasi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam Outlook Ekonomi Indonesia BI 2008-2012) sejak tahun 1997 sampai dengan 2007 investasi sektor perdagangan, hotel dan restoran belum mengalami peningkatan secara signifikan. Kondisi tersebut dapat terlihat dari gambar berikut:
16
Gambar 1. Data Investasi Indonesia Tahun 1997-2007
Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa investasi di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai penunjang pariwisata lebih rendah dibandingkan dengan investasi di bidang jasa yang mengalami peningkatan cukup siginifikan. Guna menyinkronkan antara tingginya potensi kawasan dataran tinggi dan besarnya peluang investasi di Indonesia, selanjutnya penulis akan menjelaskan mengenai alternatif solusi yang ditawarkan yaitu konsep Center of Indonesian Sharia Investment (CISI). 4.4 Center of Indonesian Sharia Investment sebagai Solusi Alternatif Sesuai dengan Pasal 33 Undang Undang Dasar (UUD) 1945, Indonesia harus tetap condong pada keterlibatan rakyat sebagai suatu sistem demokrasi ekonomi dalam era globalisasi ini. Sebagai pemain yang cerdas dalam permainan ekonomi yang kini telah terbentuk Mayarakat Ekonomi ASEAN, Indonesia memiliki peluang yang sama besar dengan negara-negara lain di ASEAN. Potensi Indonesia yang telah dijelaskan di bagian atas sebelumnya adalah kelebihan khusus yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, apabila Indonesia tidak bertindak secara bijak maka potensi tersebut tidak akan berkembang optimal bahkan dapat dikuasai
oleh
negara-negara
lain.Salah
satu
yang
dibutuhkan
dalam
pengembangan potensi Indonesia adalah dana yang cukup besar atau modal. Modal dapat berasal dari dalam maupun luar negeri sehingga ditawarkanlah suatu
17
konsep sebuah lembaga investasi yang berlandaskan kepada kearifan lokal dan berkonsep syariah yaitu Center of Indonesian Sharia Investment(CISI). Pada karya tulis ilmiah ini dijelaskan konsepCISI dengan menggunakan studi kasus di Bandungan, sebuah daerah di Kabupaten Semarang, yang termasuk dalam daerah pegunungan atau dataran tinggi. Alur konsep CISI akan diterangkan dalam gambar berikut ini: Pemerintah: Keterbatasan Anggaran
Investor (PMDN dan PMA): Masalah Penempatan Modal Potensi Alam Bandungan
Masyarakat Lokal: Masalah Modal
Tenaga Ahli
Center of Indonesian Sharia Investment (CISI)
Pengembangan Potensi berbasis Syariah
Mengentaskan Kemiskinan
Memberdayakan Masyarakat Lokal
Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Gambar 2. Konsep CISI
Konsep pengelolaan investasi di Bandungan berbasis syariah atau Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) adalah sebuah lembaga yang menjadi fasilitator dalam pengembangan potensi alam yang ada dalam hal ini di Bandungan. Peran lembaga tersebut adalah mempertemukan kepentingan dari pemerintah daerah, masyarakat lokal, investor dan tenaga ahli untuk mengelola bersama-sama potensi alam yang ada.
18
Investor Pemerintah Daerah
CISI
Tenaga Ahli
Masyarakat Lokal
Gambar 3. Hubungan Antar Pihak Terkait
Permasalahan pada pengelolaan potensi alam adalah salah satunya modal. Bagi pemerintah daerah anggaran terbatas membuat potensi di daerahnya belum bisa dikembangkan secara maksimal. Bagi masyarakat lokal permasalahan modal atau kapabilitas mengelola potensi Bandungan juga merupakan salah satu permasalahannya. Maka dari itu, dibutuhkan seseorang yang memiliki dana berlebih yang mau mengelola potensi alam atau dalam hal ini investor untuk mendukung pengembangan potensi di Bandungan. Investor dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. Dengan adanya MEA, maka hal tersebut merupakan hal yang positif bagi pengelolaan potensi alam yang ada. Adanya aliran bebas investasi diharapkan dapat mengembangkan potensi alam Indonesia yang jarang disentuh oleh investor. Investor dan tenaga ahli dapat mengembangkan potensi Bandungan melalui CISI, jadi pengembangan potensi Bandungan tidak hanya bertumpu kepada pemerintah dan masyarakat lokal saja. Dalam pengelolaan investasi tersebut CISI menerapkan konsep syariah guna menjamin mekanisme pengelolaan yang lebih adil dan memberdayakan masyarakat lokal. CISI mengutamakan keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap proyek pengembangan potensi di Bandungan. Konsep bagi hasil Musyarakah dalam syariah membuat setiap pihak yang terlibat memiliki peran yang sama. Beda dibandingkan dengan investasi konvensional yang membuat pemilik modal memiliki dominan yang sangat besar dalam suatu proyek. Suatu konsep yang adil dalam perekonomian sangatlah diinginkan bagi setiap masyarakat, terlebih bagi masyarakat yang hidup miskin. Bahkan lebih jelas lagi dijelaskan oleh Arnstein (1969:216) bahwa partisipasi warga dapat digambarkan sebagai pendistribusian kekuasaan diantara anggota masyarakat itu sendiri.
19
Musyarakah tidak hanya berpihak kepada masyarakat lokal saja, tetapi juga kepada investor sebagai pemilik dana. Pembagian risiko terhadap proyek yang
dikerjakan
merupakan
salah
satu
contoh
keberpihakan
terhadap
perlindungan investor. Ketika semua unsur sudah terlibat aktif, maka mulai dari pemerintah, masyarakat, investor akan benar-benar mengawasi berjalannya sebuah proyek yang akan menguntungkan semua pihak. Berikut ini adalah gambar lebih jelas bagaimana mekanisme konsep dari Center of Indonesian Sharia Investment(CISI): Pemerintah Daerah
Investor
Tenaga Ahli
Political Will dan CISIaset
Dana
keahlian maupun Dana
Masyarakat Lokal
SDM, aset maupun Dana
aset Penyertaan modal (Musyarakah)
s
CISI
Potensi Bandungan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif n
Gambar 4. Mekanisme Konsep CISI
Gambar tersebut menjelaskan mekanisme dari setiap peran yang terlibat dalam pengembangan potensi alam Bandungan. Pemerintah berperan sebagai regulator untuk menjamin terciptanya iklim investasi yang kondusif, lebih dari itu apabila pemerintah memiliki CISI-asset berupa tanah maka pemerintah dapat ikut serta dengan berinvestasi melalui CISI-asset tersebut. Intervensi pemerintah tidaklah banyak seperti apa yang dikatakan oleh Schumpeter, hanya sebatas penciptaan lingkungan yang dapat mendukung iklim investasi dan menjalankan regulasi-regulasi yang tercantum dalam cetak biru MEA. Investor dalam maupun luar akan berperan sebagai penyuntik modal guna pengelolaan potensi yang ada. Investor dapat memilih paket investasi yang telah dipetakan oleh CISI untuk melihat seberapa besar prospek atau harapan hasil dari
20
investasi-investasi
yang
ada.
Misalnya,
investor
dapat
memilih
untuk
mengembangkan atau menginvestasikan dananya di bidang pertanian atau pariwisata. Bandungan menawarkan potensi investasi dengan pengembalian jangka pendek, menengah, dan panjang sesuai dengan jenis proyek yang diambil. Tenaga ahli berperan dalam pengelolaan investasi yang ada secara masif. Sumbangsih dari tenaga ahli berupa tenaga dapat dikonversikan menjadi kepemilikan sebagian dari proyek tersebut. Upah yang didapat harus disisihkan minimal 20% untuk dikonversi menjadi kepemilikan usaha yang ia kelola. Hal tersebut bertujuan agar usaha yang berjalan dapat melibatkan semua pihak secara maksimal dengan mengikutsertakan sebagai pemilik usaha. Sebagai pemilik usaha maka kinerja yang diharapkan akan maksimal untuk mendapatkan pengembalian yang maksimal juga. Jadi, tenaga ahli mendapat upah juga sekaligus bagi hasil yang dikelola oleh CISI. Mayarakat lokal mempunyai peran penting dalam kegiatan ekonomi tersebut, masyarakat lokal merupakan penjaga dari kelestarian alam dalam pengelolaan potensi yang ada. Dalam jangka panjang proyek tersebut diharapkan tidak akan menimbulkan eksternalitas negatif berlebihan yang akan berdampak kepada masyarakat secara keseluruhan yang tinggal di sekitar tempat usaha. Seperti tenaga ahli, upah yang diterima akan dipotong minimal 20% untuk dikonversi sebagai kepemilikan. Harapannya sama dengan yang telah dijelaskan di atas, untuk menanamkan rasa memiliki yang dalam untuk pengelolaan sumber daya alam yang ada, terlebih lagi masyarakat lokal berdomisili di daerah proyek tersebut. Bagi masyarakat lokal yang memiliki aset juga dapat memberikan sumbangsih CISI-asset guna berjalannya proyek tersebut, dan akan mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan nantinya. Meskipun bagi hasil yang didapat oleh tenaga ahli dan masyarakat lokal bisa dibilang kecil, namun hal tersebut merupakan salah satu insetif untuk berkembang luasnya suatu usaha. Pengembalian investasi apabila asumsinya untung maka akan mendapat hasil yang lebih guna menunjang kehidupan masyarakat.
21
CISI mengelola setiap sumbangsih dari peran-peran yang ada secara syariah dengan sistem musyarakah yang menekankan kepada keadilan. CISI juga memetakan potensi-potensi yang ada di Bandungan untuk ditampilkan oleh investor-investor dalam maupun luar. CISI mempunyai peran pengelola investasi sekaligus pemasaran potensi yang ada di Bandungan. Maka dengan adanya CISI diharapkan potensi-potensi yang belum tersentuh atau kurang berkembang dapat terekspos ke masyarakat luas hingga luar negeri. Asumsi proyek pengembangan agrowisata hortikultura di Desa Bandungan Kawasan pegunungan maupun dataran tinggi sekitar pegunungan yang akan digunakan sebagai tempat agrowisata hortikultura Desa Bandungan merupakan aset daerah. Aset yang dimiliki oleh Pemda akan digunakan untuk proyek investasi. Penggunaan aset tersebut akan dikompensasi dengan 20% kepemilikan dari total investasi. Misalnya, total nilai investasi adalah
Rp
1.000.000.000,00 dengan rincian investasi sebagai berikut: 1. Kebutuhan Tenaga Ahli sebesar Rp 100.000.000,00 2. Kebutuhan Tenaga Pengelola (Masyarakat Lokal) sebesar Rp 200.000.000,00 3. Kebutuhan Non Tenaga Kerja sebesar Rp 700.000.000,00 Total investasi sebesar Rp 1.000.000.000,00 belum mencerminkan total kebutuhan dana yang sesungguhnya. Hal tersebut dikarenakan adanya biaya upah yang tidak dibayarkan sepenuhnya karena akan dikonversi menjadi kepemilikan sehingga kebutuhan riil dana adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan Tenaga Ahli (80%)
: Rp 80 .000.000,00
2. Kebutuhan Tenaga Pengelola (80%)
: Rp 160.000.000,00
3. Kebutuhan Non Tenaga Kerja
: Rp 700.000.000,00
Total Dana Riil yang dibutuhkan
: Rp 940.000.000,00
22
Berdasarkan total kebutuhan riil tersebut dibandingkan dengan kontribusi dari masing-masing pihak maka dapat diperoleh rincian kepemilikan usaha sebagai berikut: Pemerintah Daerah (dana, aset)
: 10%
Investor Domestik (dana, aset)
: 76,5% (700jt : 1000jt X 90%)
Tenaga Ahli
: 4,5% ( 50jt : 1000jt X 90%)
Masyarakat Lokal (tenaga pengelola) : 9 % (100jt : 1000jt X 90%) Total
: 100% Proporsi kepemilikan usaha dari masing-masing pihak akan menentukan
besarnya kerugian yang akan ditanggung. Semakin besar proporsinya, maka semakin besar juga kerugian yang akan diperoleh demikian juga sebaliknya. Sedangkan, pembagian keuntungan antara masing-masing pihak berdasarkan pada nisbah yang disepakati pada akad di awal. Guna lebih memahami sistem bagi hasil (pembagian keuntungan maupun kerugian) yang akan diperoleh masingmasing investor maka akan dijelaskan dalam gambar berikut: Pengelolaan Potensi Wilayah
Laba Kotor
Laba Bersih
Zakat CISI
Pemerintah Daerah Investor Tenaga Ahli Masyarakat Lokal Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5. Sistem Bagi Hasil CISI
23
Gambar di atas menjelaskan mengenai konsep bagi hasil investasi dengan asumsi investasi tersebut memperoleh laba. Hasil dari pengelolaan potensi agrowisata di Desa Bandungan akan menghasilkan laba kotor. Besarnya laba kotor tersebut akan dipotong zakat apabila telah mencapai nisab. Selain pemotongan untuk zakat, laba bruto juga akan dipotong dengan biaya operasional CISI. Apabila telah dipotong dengan zakat dan biaya operasional maka akan menghasilkan laba bersih. Selanjutnya, laba bersih tersebut yang akan dibagikan kepada semua pihak yang terkait (pemerintah daerah, investor, tenaga ahli, dan masyarakat lokal) berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Ketika proyek investasi mengalami kerugian, maka tidak akan dikenakan zakat dan biaya operasional CISI, sedangkan besarnya kerugian tersebut akan dibagi kepada semua pihak yang terkait berdasarkan proporsi kepemilikan. Pemilihan konsep investasi berbasis syariah memberikan nilai tambah dibandingkan investasi konvensional karena tidak mengandung unsur bunga dan ketika terjadi kerugian maka akan ditanggung bersama.
24
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Kecamatan Bandungan terdapat di kaki Gunung Sumbing dan kaki Gunung Ungaran. Tanah vulkanik dan suhu pegunungan menjadikan obyek wisata yang menarikdengan pemandangan yang indah. Di Bandungan juga terdapat potensi hortikultura yang sangat beragam. Salah satu yang dibutuhkan dalam pengembangan potensi Indonesia adalah dana yang cukup besar atau modal. Modal dapat berasal dari dalam maupun luar negeri sehingga ditawarkanlah suatu konsep sebuah lembaga investasi yang berlandaskan kepada kearifan lokal dan berkonsep syariah yaitu Center of Indonesian Sharia Investment (CISI). CISI adalah sebuah lembaga yang menjadi fasilitator dalam pengembangan potensi alam yang ada dan berperan mempertemukan kepentingan dari pemerintah daerah, masyarakat lokal, investor dan tenaga ahli untuk mengelola bersama-sama potensi alam yang tersebut. Dalam pengelolaan investasi tersebut, CISI menerapkan konsep syariah guna menjamin mekanisme pengelolaan yang lebih adil dan memberdayakan masyarakat lokal. CISI mengutamakan keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap proyek pengembangan potensi di Bandungan. Konsep bagi hasil Musyarakah dalam syariah membuat setiap pihak yang terlibat memiliki peran yang sama. 5.2 Saran 1. Adanya keterlibatan dan kerjasama yang baik antara pemerintah, investor, tenaga ahli, dan masyarakat lokal dalam mengembangkan potensi Kecamatan Bandungan dan sebagai objek percontohan pengembangan potensi wilayah dataran tinggi. 2. Seluruh pihak terkait bertanggung jawab dan mampu melaksanakan perannya dalam melaksanakan konsep Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) sehingga mampu meningkatkan dan menguatkan perekonomian di Indonesia dalam AEC 2015. 3. Pemerintah diharapkan dapat lebih meningkatkan promosi peluang investasi sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi.
25
4. Investor diharapkan dapat menanamkan modalnya di kawasan dataran tinggi, mengingat potensi kawasan dataran tinggi merupakan peluang investasi yang menjanjikan dengan tingkat fluktuasi keuntungan dan kerugian yang relatif stabil. 5. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan kawasan dataran tinggi. 6. Tenaga ahli diharapkan dapat membentu masyarakat dan pemerintah dalam optimalisasi pengembangan potensi kawasan dataran tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA Agustianto. 2013. “Investasi Syariah Menguntungkan Dunia dan Akhirat”. Artikel. www.iaei-pusat.org. Diakses pada tanggal 3 Maret 2014. Arnstein RS. 1969. “A Ladder of Citizen Participation”. Journal of the American Institute of Planners 35:216-224. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Bandungan dalam Angka 2013. Semarang: Badan Pusat Statistik. Baswir, revrisond.1995. Ekonomi Kerakyatan Ekonomi Rakyat dan Koperasi Sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional. Baswir, Revrisond. 2007. Membuka Topeng “Konsesus Washington” dalam Esai – Esai Nobel Ekonomi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. bisnis.liputan6.com. 2013.Indonesia Masuk3 Negara Teratas Untuk Tujuan Investasi Asia. Bryson, John M, 1995. Strategic Planning for Public and Non Profit Organizations : A guide to Strengthening and Sustaining Organizational Achievement. Jossey-Bass Publishers : San Francisco. Departemen Agama RI. 2001. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Pustaka Agung Harapan. Hapsari, Eunike Celia. 2013. Perempuan Buruh Gendong di Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Bandungan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang). Semarang: UNNES. Hestiyanto, Yusman. 2008. GEOGRAFI 1 Kelas X. Yudhistira. Diambil dari luthfifatah.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 Maret 2014. Karim, Adiwarman A. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani. Kartasasmita, Ginandjar. 2001. “Membangun Ekonomi Rakyat untuk Mewujudkan Indonesia Baru yang Kita Cita-Citakan”. Bandung. Diambil dari sumber www.ginandjar.com. KSEI Mizan FEB Undip. 2011. Modul Ekonomi Islam Jilid 1 (Edisi Revisi). Semarang: KSEI Mizan FEB Undip. Mubyarto. 1988. Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. Jakarta: LP3ES. NN. 2013. Data Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Semarang. Semarang: -. Pradini, dkk. 2012. “Pemberdayaan Kawasan Pesisir Melalui Sharia Investment Center (SIC) Sebagai Upaya Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Kearifan Lokal”. PKM tahun 2012. Universitas Diponegoro.
27
Stanis, Stefanus. 2005. Pengelolaan Sumber daya Pesisir Dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro. Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka. Supratikno, Hendrawan. 2011. Ekonomi Nurani VS Ekonomi Naluri. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2011. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. www.bapepam.go.id. “Fatwa Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000”. Diakses pada tanggal 4 Maret 2014. www.pdfqueen.com. “Panduan Zakat”. Diakses pada tanggal 4 Maret 2014. ________________. “Analisis Aplikasi Metode Perhitungan Zakat Perusahaan”. E-journal. Diakses pada tanggal 4 Maret 2014. ________________. “Musyarakah”. Diakses pada tanggal 4 Maret 2014. ________________. “Zakat”. Diakses pada tanggal 4 Maret 2014. www.semarangkab.bps.go.id. “Luas Wilayah Menurut Kecamatan”. Diakses pada tanggal 11 Maret 2014. www.seputarsemarang.com. “Daftar Obyek Wisata di Semarang”. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014.
28
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA 1. Ketua A. Identitas Diri 1
Nama Lengkap
Mega Ariyanti
2
Jenis Kelamin
P
3
Program Studi
Sastra Indonesia
4
NIM
13010112130052
5
Tempat dan Tanggal Lahir
Jombang, 15 Mei 1994
6
E-mail
[email protected]
7
No.Telepon/ HP
085648766681
B. Riwayat Pendidikan SD Nama Institusi
SMP
SMA
SD N Tugu
SMP N 1
SMK N 1
Kepatihan II
Jombang
Jombang
Jombang Jurusan Tahun
Multimedia Masuk- 2000-2006
2006-2009
2009-2012
Lulus C. Penghargaan yang pernah didapat No
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Tahun
Penghargaan 1
2
Finalis Lomba Karya Cipta
Institut Teknologi
Maritim Nasional (LOKARINA)
Sepuluh November
SAMPAN7 ITS
Surabaya
Sertifikasi
Keahlian
Bidang Komputek Surabaya
2013
2012
Multimedia 3
Pendanaan
Program
Hibah Pemkab Jombang
2012
PKM Dikti
2014
Kewirausahaan 4
Lolos
Pendanaan
Pengabdian Masyarakat 5
Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Universitas Brawijaya
2013
29
Mapelar 6
Finalis Pekanas 2 Unram
Universitas Mataram
2013
D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “EDWARD (Education with Art of Digital) Metode Pembelajaran Tingkat SD Berbasis Multimedia di SDN Pesarean 1 Desa Pesarean Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal”. 2. Program Hibah MITI tahun 2013 berjudul “Pengolahan Rebung Bambu Bermutu Rendah menjadi Keripik Rebung Sambung (KRS) Guna Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Dukuh Sambung serta Mendukung Program One Village One Product”. 3. Lomba Karya Cipta Maritim Nasional (Lokarina) SAMPAN7 ITS tahun 2013 “Formulasi Limbah Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) dan Karaginan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Dasar Pasta Gigi Ramah Lingkungan Non Sodium Lauryl Sulfate (SLS)”. 4. LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Terpadu”. 5. LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly (Character Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Menggunakan Metode Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”. 6. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia (Aktualisasi Karakter Asli Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam Al-Fattah Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”.
2. Anggota 1 A. Identitas Diri 1
Nama Lengkap
Alan Ray Farandy
2
Jenis Kelamin
L
3
Program Studi
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4
NIM
13010112130052
30
5
Tempat dan Tanggal Lahir
Semarang, 20 Maret 1994
6
E-mail
[email protected]
7
No.Telepon/ HP
085640346503
B. Riwayat Pendidikan SD Nama Institusi
SMP
SD Islam Sultan SMP N 2
SMK N 7
Agung 03
Semarang
Semarang
Jurusan Tahun
SMA
Otomotif Masuk- 2000-2006
2006-2009
2009-2012
Lulus C. Penghargaan yang pernah didapat No
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Tahun
Penghargaan 1
Finalis Foccus Group Discussion Universitas Indonesia
2013
Nasional Journalist Days 2013 BOE FE UI : The Age of Information and Media Literacy 2
Juara 3 LKTIN PSEC
Unpad
2013
D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. Sosialisasi Manfaat Ekonomi pada Penggunaan Pupuk Organik pada Petani Padi Melalui Set-Up Bank Kotoran Hewan (Studi Kasus pada Petani Padi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) (kelompok, tahun 2013) 2. Al-Qur’an dan Ekonomi, Sedekah Melipatgandakan 7 – 700 Kali. (tahun 2013) 3. Loveindonesia.com Sebagai Sarana Mengoptimalkan Potensi Kekayaan Indonesia. (kelompok, tahun 2013) 4. Pengembangan Mobil Listrik E&C ITS dengan Mengkombinasikan Strategi Sumber Daya Manusia, Pendanaan, dan Kebijakan Pemerintah Sebagai Basis Menuju Green Teknologi. (Kelompok, 2013) 3. Anggota 2 A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Jenis Kelamin 3 Program Studi
Faiz Balya Marwan L Hubungan Internasional
31
4 5 6 7
NIM 14010412130105 Tempat dan Tanggal Lahir Batang, 11 Januari 1994 E-mail
[email protected] No.Telepon/ HP B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SD N Jambangan MTs Sunan SMK Diponegoro 01 Kalijaga Bawang Banyuputih Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan Tahun Masuk- 2000-2006 2006-2009 2009-2012 Lulus C. Penghargaan yang pernah didapat No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun Penghargaan 1 Juara 1 Lomba GPBN SMK Pemkab Batang 2011 Tingkat Kabupaten Batang, Mata Lomba Kewirausahaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemkab Batang 2 Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Universitas Brawijaya 2013 Mapelar 3 Lolos Pendanaan PKM-M Dikti 2014 4 Lolos Pendanaan PKM-K Dikti 2014 D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Terpadu”. 2. LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly (Character Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Menggunakan Metode Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”. 3. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia
(Aktualisasi
Karakter
Asli
Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam Al-Fattah Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”. 4. PKM-K Dikti tahun 2013 berjudul “Karangan Bunga Reusable Sebagai Peluang Usaha Prospektif dan Ramah Lingkungan di Semarang”.
32
LAMPIRAN
33
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Ketua Tim
: Mega Ariyanti
Asal Universitas
:Universitas Diponegoro
NIM
: 13010112130052
Alamat
: Dsn. Beyan Ds. Pandanwangi no.187, Jombang
dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul ”Center of Indonesian Sharia
Investment
(CISI)
Sebagai
Upaya
Peningkatan
dan
Penguatan
Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)”, yang Lomba
diikutsertakan
dalam
Paper ACCOUNTS (Andalas Accounting Events) 2014 adalah benar
merupakan karya kami dan karya tulis tersebut belum pernah menjadi finalis atau memenangkan perlombaan sejenis di tempat yang lain. Demikian
pernyataan
ini
dibuat
dengan
sebenar-benarnya.
Jika
kemudian menyalahi aturan, karya kami berhak didiskualifikasi dari perlombaan tersebut. Semarang, 14 Maret 2014 Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ketua Tim
Ken Widyatwati, S.S, M.Hum. NIP 19700404 199512 2001
Mega Ariyanti NIM 13010112130052
Mengetahui, Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Drs. Mujid Farihul Amin, M.Pd NIP 196902181994031001
34
DATA-DATA TERKAIT 1. Peta Lokasi Kecamatan Bandungan
Sumber : Katalog BPS: 1102001.3322101 “Kecamatan Bandungan Dalam Angka 2013”
35
2. Data Sarana Perekonomian
Sumber : Katalog BPS: 1102001.3322101 “Kecamatan Bandungan Dalam Angka 2013”
36
3. Data Lapangan Usaha Utama
37
Sumber : Katalog BPS: 1102001.3322101 “Kecamatan Bandungan Dalam Angka 2013”