Mengapa IAEC - Indonesian Aeronautical Engineering Center?
Engineering is the application of scientific knowledge to solving problems in the real world. While science (physics, chemistry, biology, etc.) allows us to gain an understanding of the World and the Universe, Engineering enables this understanding to come to life through problem solving, designing and building things. [www.whatisengineering.com]
Tiga kata kunci dalam dunia engineering adalah "problem solving, designing and building". Sejauh mana bangsa Indonesia menguasai 3 hal ini? Benarkah faktor "lack of engineering capabilities" yang membuat Indonesia sulit beranjak menjadi negara industri maju? Indonesia memang menikmati pertumbuhan ekonomi nomor 3 terbesar di dunia setelah China dan India. Tapi ini tidak berarti bahwa Indonesia sudah dalam track yang benar untuk menjadi negara Industri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini lebih banyak ditopang oleh tingkat konsumsi dalam negeri. Kalaupun sektor manufacturing memberikan kontribusi yang cukup besar, tapi itu masih sebatas sektor manufaturing sebagai basis produksi, sebagai tempat memproduksi barang yang di-design oleh negara lain. Artinya, Indonesia baru menjadi "tukang jahit" saja, yang nilai tambahnya sangat kecil. Kalau situasinya demikian, apakah Indonesia bisa beranjak menjadi negara Industri? Bagaimana dengan industri dirgantara kita? Terima kasih kepada pak Habibie. Berkat beliau, industri dirgantara Indonesia sudah sangat familiar dengan dunia engineering ini. Kalau di banyak industri lain pekerjaan "designing" itu masih merupakan barang mewah, industri dirgantara Indonesia sudah terbiasa dengan pekerjaan "designing" tadi. Puncaknya adalah pesawat N250 yang berhasil terbang perdana, walaupun kemudian programnya terhenti di tengah jalan. Tapi satu hal 2
yang patut kita catat, program N250 menyadarkan banyak pihak bahwa Indonesia tidak hanya pandai menjadi "tukang jahit", tapi bisa juga menjadi designer, bahkan untuk industri berbasis teknologi tinggi seperti pesawat terbang. Perlu Industri Pendukung yang Kuat Begitu sulitnya PT IPTN bangkit kembali setelah kena dampak krisis multidimensional tahun 1998, mengajarkan kepada kita bahwa struktur industri dirgantara yang sangat sentralistik selama ini ternyata sangat beresiko. PT IPTN (kini PTDI) saat ini menjadi satu-satunya motor bagi tumbuh kembalinya industri pesawat terbang di Indonesia. Dan ketika industri pendukungnya belum siap, PTDI harus mengerjakan semua hal sendirian. Tentu saja ini menjadi beban yang sangat berat bagi PTDI, yang secara finansial belum sepenuhnya pulih kembali seperti ketika masih berjaya di era pak Habibie. Ketika dukungan finansial masih sangat terbatas, mengerjakan pengembangan pesawat terbang sendirian tentu saja sangat berat dan sangat beresiko. Karena tidak ada pihak lain yang bisa berbagi tugas dan sekaligus berbagi resiko. Sehingga pengembangan pesawat N219, yang secara teknologi sebenarnya jauh lebih sederhana dibanding pesawat N250 yang pernah dikembangkan pun, sudah membuat PTDI sangat keteteran.
3
Beruntung kesadaran untuk berbagi tugas dan berbagi resiko itu sudah mulai muncul. PTDI bersama-sama dengan Kementrian Perindustrian membidani pendirian INACOM (Indonesian Aircraft and Component Manufacturers Association) yang tujuannya untuk menumbuhkan industri pendukung industri pesawat terbang di bidang pembuatan komponen pesawat terbang. Dengan tumbuhnya industri pendukung di bidang pembuatan komponen pesawat terbang ini, diharapkan beban dan resiko bagi PTDI menjadi berkurang. Karena ada industri pendukung yang siap berbagi tugas dan berbagi resiko. Tetapi karena lingkup industri pesawat terbang sangatlah luas, maka keberadaan INACOM masih perlu didukung oleh cluster industri yang lain yaitu aircraft engineering services. Hal ini penting karena dalam industri pesawat terbang peran engineering ini amatlah penting. Karena apapun yang berhubungan dengan pengembangan pesawat terbang harus dihitung, diuji dan disertifikasi, yang notabene itu semua membutuhkan peran engineering services yang sangat intensif. Dalam konteks inilah mengapa peran IAEC menjadi sangat penting. Dukungan Pustekbang LAPAN Sebagai pemegang amanah UU Penerbangan No 1 Tahun 2009, Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN 4
sangat peduli dengan tumbuhnya industri pendukung di bidang engineering services ini. Keberadaan industri pendukung bidang engineering services ini diperlukan supaya penguasaan teknologi penerbangan tidak hanya terpusat pada satu pihak saja, tetapi terdistribusi di ekosistem industri penerbangan nasional. Sehingga tanggung jawab dan resiko dalam penguasaan teknologi pun dapat terdistribusi ke banyak perusahaan di dalam ekosistem penerbangan ini. Hal ini akan menjamin sustainability penguasaan teknologi penerbangan nasional dalam jangka panjang. Karena itulah LAPAN sangat mendukung keberadaan IAEC ini dan siap membangun sinergi jangka panjang. LAPAN sangat menyadari bahwa industri pendukung bidang aircraft engineering services ini masih belum tumbuh dengan baik di Indonesia. Karena itu LAPAN berkomitmen untuk mendukung tumbuhnya industri ini dengan memastikan kehadiran pemerintah dalam setiap aspek yang bisa menumbuh kembangkan industri ini. Dukungan itu diberikan mulai dari mendorong perusahaan engineering services yang selama ini belum aktif di bidang aircraft engineering untuk mulai memasuki industri ini. Bagi perusahaan seperti ini, LAPAN akan memberikan akses pada fasilitas yang dimiliki LAPAN sehingga perusahaan tersebut tidak perlu melakukan investasi sendiri untuk 5
mengadakan peralatan atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjalanka usaha di bidang aircraft engineering services ini. Tentu saja ini semua akan dilakukan dengan bekerjasama dan bersinergi dengan IAEC. Pelatihan sumber daya manusia bidang aircraft engineering services pun juga akan dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan SDM dirgantara yang telah berpengalaman puluhan tahun di industri penerbangan tanah air maupun luar negeri. Hal ini sudah mulai dilakukan dalam beberapa bulan ini dan akan terus dilakukan secara berkelanjutan. Ini akan menjadi salah satu program unggulan IAEC bekerjasama denga Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. Membangun Ekosistem Mendorong tumbuhnya industri aircraft engineering services tentulah tidak mudah. Ada beberapa sebab mengapa upaya ini sangat tidak mudah dilakukan di Indonesia. Pertama, jiwa entrepreneurship mayoritas masyarakat kita masih sangat rendah. Jumlah pengusaha di Indonesia saat ini masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara industri maju. Untuk kawasan ASEAN saja, Indonesia masih kalah dibanding Singapura, Malaysia dan Thailand. Kedua, peluang bisnis di industri aircraft engineering 6
services ini juga masih sangat rendah. Kultur mengkonsumi dan membeli barang masih mengalahkan kultur mencipta. Inilah yang membuat peluang bisnis di bidang aircraft engineering services ini masih sangat terbatas. Alhasil kombinasi antara lemahnya jiwa entrepreneurship dan minimnya peluang bisnis inilah yang membuat tantangan menumbuhkan industri aircraft engineering services menjadi semakin besar. Karena itulah maka salah satu tugas utama IAEC adalah membangun situasi yang kondusif bagi tumbuhnya entrepreneurship di bidang aircraft engineering services ini. Tentu saja ini bukan upaya yang mudah, karena upaya ini tidak akan berhasil kalau hanya dilakukan dengan memberikan himbauan-himbauan saja. IAEC harus menciptakan peluang usaha yang cukup sehingga pelaku bisnis aircraft engineering services di Indonesia cukup nyaman untuk menekuni bisnis ini. Dalam hal ini kehadiran pemerintah melalui Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN menjadi sangat penting. Berkumpulnya para pelaku bisnis aircraft engineering services ini dalam wadah IAEC diharapkan bisa memperkuat potensi mereka melalui kolaborasi dan sinergi. Peluang bisnis yang tadinya tidak mungkin mereka kerjakan sendiri karena ketiadaan resources dan infrastruktur misalnya, menjadi mungkin mereka lakukan ketika mereka 7
berkumpul dan berkolaborasi. Dalam konteks kolaborasi dan sinergi itulah maka spesialisasi para anggota IAEC mesti diatur sedemikian rupa sehingga kolaborasi dan sinergi itu bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam hal inilah maka program penbinaan anggota yang dilakukan oleh IAEC secara terus menerus dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Pada saatnya, ketika industri industri aircraft engineering services ini sudah tumbuh dan membesar, insya Allah industri pesawat terbang di Indonesia bisa tumbuh kembali. Sehingga sektor industri dirgantara ini bisa memberikan kontribusi yang cukup signifikan pagi pertumbungan ekonomi nasional. Hal ini sangat memungkinkan karena potensi technology spillover dan trickle down effect industri pesawat terbang termasuk yang paling tinggi dibandingkan dengan industri yang lain. Standardisasi dan Sertifikasi Salah satu peluang besar yang dapat ditekuni para pelaku bisnis aircraft engineering services adalah bidang standardisasi dan sertifikasi. Industri dirgantara adalah industri yang sarat dengan standardisasi dan sertifikasi. Tuntutan safety yang tidak dapat ditawar-tawar menjadikan kebutuhan standardisasi dan sertifikasi menjadi sangat tinggi. Semua produk dirgantara yang jumlahnya ribuan itu 8
harus disertifikasi dengan benar sebelum dipasang di pesawat terbang. Peluang inilah yang harus ditangkap oleh pelaku industri aircraft engineering services. Apalagi pemerintah melalui LAPAN dan PTDI sudah mencanangkan program pengembangan pesawat terbang nasional dengan tingkat kandungan dalam negeri yang akan terus ditingkatkan. Tentu saja standardisasi dan sertifikasi produk dirgantara memerlukan peralatan uji yang sangat mahal. Dalam hal ini, kembali kehadiran pemerintah melalui Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN menjadi sangat penting. Komitmen Pustekbang LAPAN yang bekerjasamaa dengan IAEC dalam bidang standardisasi dan sertifikasi ini harus dimanfaatkan oleh seluruh anggota IAEC yang menekuni bidang bisnis yang sangat potensial ini. Dalam hal standardisasi dan sertifikasi, IAEC akan menjalin kerjasama yang erat dan harmonis dengan otoritas penerbangan Indonesia yaitu DKUPPU. Kerjasama yang akan difasilitasi oleh IAEC ini sangat penting supaya seluruh anggota IAEC memilki pemahaman yang sama mengenai standardisasi dan sertifikasi produk dirgantara yang berlaku di Indonesia, sehingga tujuan utama DKUPPU untuk menjamin tingkat keselamatan produk-produk dirgantara di Indonesia dapat dicapai. Selain DKUPPU, IAEC juga akan bekerjasama 9
dengan kementrian dan lembaga yang terkait seperti Kementrian Perindustrian, dan lain-lain. IAEC ingin membantu merekatkan hubungan kerjasama seluruh pemangku kepentingan dirgantara Indonesia. Kerjasama dan Sinergi Aircraft Engineering Services adalah industri yang baru tumbuh di Indonesia. Dibandingkan dengan India misalnya, kita ketinggalan 10-15 tahun. Saat ini India sudah menjadi penguasa pasar aircraft engineering services dunia. Berkat kerjasama yang sangat intensif diantara seluruh stakeholders industri dirgantara di negaranya, dalam waktu yang tidak terlalu lama India telah menjelma menjadi kekuatan besar di industri aircraft engineering services. Walaupun hanya ada 1 perusahaan India yang menjadi supplier tier-1 Airbus, tapi 9 perusahaan tier-1 Airbus yang lain kebanyakan mempekerjakan para insinyur India juga. Alhasil, secara de facto, India lah penguasaha pasar (outsourcing) aircraft engineering services. Bagaimana dengan Indonesia? Sebelum India menjadi penguasa pasar aircraft engineering services ini, sebenarnya banyak insinyur Indonesia ex PT IPTN yang terlebih dahulu bekerja di Airbus dan atau supplier Airbus. Tetapi setelah ada arus besar insinyur India membanjiri Eropa, secara perlahan peran insinyur Indonesia menjadi berkurang 10
dan digantikan para insinyur India tersebut. Pertanyaannya, bagaimana kita mengejar ketertinggalan ini? Apakah kita akan berdiam diri saja? Kita mesti mulai dari mana? Bekerjasama dengan IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia-Jerman), IAEC sedang merintis kerjasama global di bidang aircraft engineering sevices ini. Target telah ditetapkan, dan peta jalan (road map) juga sedang disiapkan. Tetapi ini bukan satu-satunya program kerjasama yang akan dilakukan oleh IAEC. Di dalam negeri, program kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) industri dirgantara akan terus digalakkan. Kerjasama dan sinergi dengan seluruh stakeholders industri dirgantara dalam negeri ini akan menjadi program prioritas IAEC, karena ini akan menjadi medium yang penting untuk membangun pasar engineering services nasional. IAEC ingin menciptakan pasar di dalam negeri melalui kerjasama dan sinergi, sehingga ekosistem industri aircraft engineering services akan terbangun. Setelah pasar itu terbangun, insya Allah para pelaku bisnis bisa mengembangkan kemampuan dan kapasitasnya untuk menekuni bisnis ini dalam jangka panjang. Pengembangan Bisnis Pada waktu pendirian IAEC, notaris menjelaskan 11
panjang lebar mengenai beberapa jenis badan hokum yang ada di Indonesia dan menyarankan bentuk badan hukum "perkumpulan" yang paling sesuai dengan visi dan misi IAEC ini. Badan hukum "perkumpulan" atau yang lebih dikenal dengan "asosiasi" dipilih karena IAEC adalah kumpulan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama yaitu aircraft engineering services. Kemudian notaris juga menjelaskan lebih lanjut bahwa secara legal asosiasi memang didirikan untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki bisnis yang sejenis. Dan disinilah tantangan sebuah asosiasi, karena asosiasi didorong untuk terus memperbanyak anggotanya sebanyak mungkin. Terus terang penjelasan notaris ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus IAEC. Saat ini bisnis aircraft engineering services ini belum tumbuh di Indonesia. Bagaimana kita bisa memperbanyak anggota IAEC kalau bisnisnya sendiri belum tumbuh? Menurut Pak Teddy P. Rachmat, berbisnis itu layaknya bermain layang-layang. Kalau kita ingin layang-layang kita cepat terbang tinggi, maka kita mesti mencari tempat yang anginnya kencang. Begitu pula dengan bisnis. Kalau kita ingin bisnis kita cepat berkembang, kita mesti mencari bidang bisnis yang "anginnya kencang" juga. Bagaimana dengan industri
12
aircraft engineering services? Apakah anginnya cukup kencang? Atau sepoi-sepoi saja? Itulah tantangan terberat IAEC. Kita semua tahu bahwa peluang bisnis di bidang aircraft engineering services ini tidak sekencang bidang bisnis yang lain. Kita semua maklum bahwa kita berkumpul di IAEC ini bukan hanya untuk berbisnis, karena bisnisnya sendiri memang belum berkembang. Tapi kita berkumpul di sini demi idealisme untuk mengembangkan sektor bisnis itu sendiri. Karenanya bidang pengembangan bisnis IAEC mesti berpikir keras bagaimana pasar itu bisa diciptakan. Kita tidak boleh menunggu, tetapi harus proaktif menciptakan pasar bagi tumbuhnya industri ini. Karena itulah bidang pengembangan bisnis mesti bekerja erat dengan bidang kerjasama dan sinergi, sehingga upaya menciptakan pasar itu bisa dilakukan dengan lebih baik. Pengembangan Teknologi Inisiasi pendirian IAEC ini diawali dengan diskusi mengenai pentingnya pendekatan baru dalam menguasai teknologi pesawat terbang. Pendekatan baru yang ditawarkan oleh IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia-Jerman) pada waktu itu adalah membangun kemitraan strategis (strategic partnership) antara Indonesia dengan industri 13
pesawat terbang global seperti Airbus. Pendekatan ini berbeda dengan apa yang sudah dilakukan Indonesia selama ini yang menganut strategi mengembangkan secara mandiri pesawat terbang nasional. Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN sebagai pemegang amanah UU Penerbangan menyambut antusias gagasan ini karena akan mempercepat penguasaan teknologi penerbangan sesuai amanah UU tersebut. Karena selain mengembangkan pesawat terbang secara mandiri, bangsa ini secara paralel akan mengembangkan teknologi pesawat terbang dengan pendekatan kemitraan strategis dengan pemain global yang sudah terbukti kemampuannya. Peran inilah yang akan diambil oleh IAEC sebagai mitra Pustekbang LAPAN. IAEC akan mengkoordinasikan kemitraan strategis diantara pelaku bisnis aircraft engineering services nasional. IAEC akan membantu memberikan arah bagi pengembangan teknologi seperti apa yang dapat dilakukan melalui kemitraan strategis ini. Dengan perencanaan dan koordinasi yang baik, diharapkan pengembangan teknologi pesawat terbang dapat dilakukan dengan bergotong-royong, dengan berkolaborasi, sehingga lebih banyak pihak yang terlibat dalam pengembangan teknologi pesawat terbang ini. Sehingga selain pendekatan top-down yang telah berjalan saat ini, pendekatan bottom-up juga akan digerakkan untuk menguasai teknologi 14
pesawat terbang. Gerakan akar rumput inilah yang diharapkan akan memberikan angin segar bagi perkembangan teknologi pesawat terbang Indonesia. Siapa tahu dengan pendekatan yang berbeda ini hasilnya juga akan berbeda. Akhirnya kami berharap semoga langkah kecil kami di IAEC ini bisa memberikan kontribuai yang positif bagi bangsa ini yang sedang berjuang keras untuk menjadi bangsa yang lebih mandiri di bidang teknologi pesawat terbang. Semoga.
15