Celoteh Anak Rumput – Seri 3
CELOTEH ANAK RUMPUT (Kumpulan Artikel dan Esai)
Haderi Idmukha
Haderi Idmukha
0
PNBB - 2012
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Celoteh Anak Rumput - Seri 3 (Kumpulan Esai) Penulis Haderi Idmukha
PNBB E-Book #8 www.proyeknulisbukubareng.com
[email protected]
Tata Letak dan Desain Tim Pustaka Hanan Penerbit Digital Pustaka Hanan Publikasi Pustaka E-Book Informasi: www.pustaka-ebook.com
[email protected]
©2012 Lisensi Dokumen E-book ini dapat disebarkan secara bebas untuk tujuan non-komersial (nonprofit) dan tidak untuk diperjualbelikan, dengan syarat tidak menghapus atau merubah sedikitpun isi, atribut penulis dan pernyataan lisensi yang disertakan.
Haderi Idmukha
1
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Pengantar Segala puji bagi Allah yang mengajarkan manusia dengan qalam. Shalawat dan salam saya sanjungkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallaahu 'alaihi wasallam. Kumpulan tulisan ini saya beri judul “Celoteh Anak Rumput”, dan e-book ini merupakan seri terakhir dari 3 serinya. Berupa kumpulan artikel dan esai yang pernah dipublikasikan di harian Banjarmasin Post dan Facebook. Ada apa dengan anak rumput? Saya menggunakan istilah ini, karena menyadari bahwa saya hanyalah rakyat jelata, orang pinggiran yang coba berceloteh lewat tulisan. Lagi pula, saya hanyalah seorang pembelajar menulis (penulis pemula), ibarat pohon, saya hanyalah anak rumput yang baru tumbuh. Namun, walau begitu, saya berharap ada hikmah yang bisa diambil dan ada manfaat yang bisa dipetik dari celotehan saya ini. Kepada Pak Heri Cahyo, saya ucapkan terima kasih karena sudah membukakan jalan bagi member PNBB (Proyek Nulis Buku Bareng) untuk mengaktualisasikan diri melalui komunitas ini dan menjalin kerja sama dengan Pustaka Ebook (www.pustaka-ebook.com). Begitu pula ucapan terima kasih kepada Mbak Evyta Ar yang berkenan bekerja sama dengan PNBB sekaligus memfasilitasi penerbitan karya member PNBB dalam bentuk E-book, sehingga bakat kami yang tergabung di PNBB bisa tersalurkan. Tak lupa juga kepada teman-teman yang tergabung di PNBB saya mengucapkan terima kasih, karena dari teman-teman lah saya terinspirasi dan termotivasi menulis. Semoga PNBB semakin Berjaya, dan semoga semangat kita terus terpacu untuk menghasilkan karya terbaik. Karena saya ini anak rumput yang baru belajar tumbuh, maka tegur sapa teman, sahabat dan para guru selalu saya harapkan. Amuntai, Kalimantan Selatan, Januari 2012 Haderi Idmukha Haderi Idmukha
2
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Daftar Isi Pengantar Daftar Isi
2 3
5. Celoteh tentang Keluarga & Agama Nak, Ayah, Ibu Kangen Kado Penganten Al-qur’an Mudah Aplikasi Jauh Lebih Penting Spirit Ibadah Haji dan Zakat dalam Meraih Kesejahteraan Keluarga Jangan Sampai Menjadi Korban Berikutnya Jadikan Ramadan Momentum Berkasih Sayang Ramadhan Bulan Latihan
4 5 7 10 11
Tentang Penulis Tentang PNBB
25 26
Haderi Idmukha
3
15 18 19 23
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
~5~ Celoteh tentang Keluarga dan Agama
Haderi Idmukha
4
PNBB - 2012
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Nak, Ayah, Ibu Kangen Ketika dzikir jum`at, saya terbayang dan teringat wajah ayah dan ibu, orang yang telah berjasa melahirkan dan membesarkan diri ini. Air mata pun mengalir deras seiring lantunan kalimat thayyibah itu. Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menjadikan lisan ini bisa berdzikir, walau kuakui masih banyak lalainya. Mengapa ingat orang tua bisa meneteskan air mata? Apakah orang tua Anda sudah tiada? Tidak. Alhamdulillah orang tua saya sampai sekarang masih sehat. Lalu mengapa bisa menangis? Di saat lisan berdzikir, hati dan pikiran merenung, apa yang sudah saya berikan kepada mereka berdua? Sudahkah saya bisa memenuhi harapan-harapan mereka? Teringat lagi saat membesarkan dan memelihara anak sendiri, berarti seperti itulah orang tua dulu membesarkan saya. Mulai menyusui, mengganti popok, memandikan, sampai membiayai sekolah. Semua usaha dan kerja keras ditujukan untuk membahagiakan anak dan keluarga, dengan harapan kelak anaknya bisa dewasa dan sukses. Begitulah kira-kira keinginan semua orang tua. Itu zaman sekarang. Bagaimana dengan orang tua saya zaman dulu? Tidak ada popok bayi, bubur dan susu bubuk seperti sekarang. Tidak ada penerangan listrik. Tapi dengan keterbatasan itu ternyata mereka mampu melalui masa-masa sulit dan membesarkan anak-anak mereka. Saya masih ingat ketika masa kecil, kami makan nasi dari beras dolog, keras (karau) berbau kapur, tidak ada pilihan lain. Alhamdulillah, ayah saya menjadi pegawai negeri. Walaupun sebagai paman Pesuruh SD, tapi beliau tetap mendapat jatah pembagian beras dolog yang berbau kapur, bahkan sudah campur belatung. Tapi masih lebih baik jika dibandingkan dengan mereka yang gagal panen, mereka makan apa? Anda bisa membayangkan berapa gaji golongan 1a saat itu, karena ayah saya hanya tamatan SD. Untuk mendapat tambahan uang, mama membantu ayah dengan membuat lampit pelepah rumbiya dan juga Haderi Idmukha
5
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
menyadap karet. Pagi-pagi setelah shalat subuh, mama sudah berangkat menyadap karet. Kalau di musim huma, beliau juga pergi ke sawah. Bagi sayah mama adalah perempuan perkasa. Dari menyadap karet, membuat lampit pelepah rumbiya hingga bertani, semua dilakoni dengan penuh semangat demi membantu menopang ekonomi keluarga. Mengingat hal-hal seperti itu, jiwa ini tersentuh dan meneteskan air mata. Itu barangkali hanya sebagian yang bisa kita ingat. Sungguh tak terkira banyaknya kasih sayang orang tua. Apalagi ibu yang mengandung kita. Mulai dari mengidam, kita sudah bikin susah ibu, namun dengan sabar beliau melalui masa-masa mengidam itu, dan ayah pun dengan penuh kasih sayang mau bersusah payah mencarikan buah atau makanan yang diingini ibu karena menuruti kemauan sang orok. Sungguh tidak terhingga kebaikan dan kasih sayang mereka pada kita. Andai kita sanggup menggendong ibu dengan berjalan kaki, membawanya ke tanah suci, semua itu tidak akan bisa membalas jasa dan kebaikan serta kasih sayang mereka pada kita. Orang tua kita barangkali tidak pernah menuntut kalau anaknya membalas semua kebaikannya. Harapan mereka cuma satu, agar anaknya bisa bahagia. Dan kalau mereka sudah tiada, anaklah harapan mereka yang bisa mengirimkan doa-doa buat mereka. Tidak terlalu muluk harapan mereka pada kita, mereka berharap kita menjadi anak yang shaleh, itu sudah lebih dari cukup buat mereka. Begitulah kira-kira perasaan dan harapan orang tua pada anaknya. Begitulah kasih sayang orang tua pada anaknya, sepanjang hayat, sepanjang zaman. Namun, apa pembalasan kita pada mereka? Karena alasan kesibukan, kita bisa-bisanya menolak keinginan mereka untuk bertemu. “Nak, ibu kangen. Nak ayah kangen,” kata-kata inilah barangkali yang terpatri dalam jiwa-jiwa orang tua walau tak terucap. Terbukti dengan mata yang berbinar, wajah yang berseri dan raut muka yang bahagia, karena kita menemui mereka dengan membawa cucu-cucu mereka ke hadapan beliau. Beruntunglah mereka yang masih dikaruniai orang tua yang masih Haderi Idmukha
6
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
hidup, sungguh doa orang tua seperti doa Nabi pada umatnya.. Kalau sekarang kita tidak bisa menemui mereka, teleponlah, tanyakanlah kabar mereka, mintalah ridha dan doanya. Jangan lupa minta ampun dan maaf pada mereka karena kita tidak bisa menemui mereka. Tapi kalau ada kesempatan, temuilah mereka, karena tidak ada kebahagiaan dan kebanggaan selain kitalah kebahagiaan dan kebanggaan mereka itu.
Kado Pengantin Setelah lebaran puasa dan lebaran haji, banyak saudara kita yang melangsungkan hari bahagia. Bagi mereka, suasana bulan madu adalah hal yang sangat dinikmati dan menyenangkan, penuh canda dan tawa. Semuanya diliputi kebahagiaan. Dalam membina rumah tangga diperlukan saling pengertian. Hal ini perlu kita sadari, karena membina keluarga adalah menyatukan hati dua insan yang berbeda. Berbeda jenis kelamin, karakter, latar belakang lingkungan dan pendidikan, usia, bahkan berbeda penghasilan. Tidak sedikit keluarga yang dibina berakhir di pintu perceraian karena pasangan tidak mau memahami dan mengerti kekurangan dan kelebihan pasangannya. Padahal dengan kelebihan dan kekurangan pasangan itulah diharapkan saling mengisi dan melengkapi untuk mewujudkan kerjasama yang baik. Apabila terjadi kerja sama yang baik dan saling memahami, terbentuklah keluarga yang kita idam-idamkan, yaitu keluarga bahagia yang dilandasi cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang merupakan pondasi kuat yang akan menopang terwujudnya keluarga bahagia. Namun tidak hanya sampai di
Haderi Idmukha
7
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
sini saja, cinta dan kasih sayang karena Allah lah yang harus dikedepankan dalam membina keluarga, bukan cinta dan kasih berdasarkan nafsu semata. Apabila cinta dan kasih karena nafsu semata yang kita andalkan, besar kemungkinan keluarga yang kita bina akan berantakan seiring berjalannya waktu. Wajah yang cantik dan ketampanan akan memudar ditelan usia, dan ketika itulah cinta dan kasih sayang diuji. Atau ketika pasangan tidak mampu lagi memberikan kepuasan terhadap pasangannya, waktu itulah cinta mulai memudar. Saat-saat seperti itu rentan terjadinya percekcokan. Pasangan yang belum terpuaskan oleh pasangannya, kini mulai melirik yang lain. Terjadilah perselingkuhan. Apabila itu terjadi, hampir bisa dipastikan keluarga yang kita bina akan berantakan. Ujung-ujungnya akan berakhir dengan perceraian. Jadi untuk membina keluarga bahagia diperlukan cinta kasih yang dilandasi iman dan cinta karena Allah.
Penopang Kebahagiaan Dalam membina keluarga, di samping cinta dan kasih sayang yang berlandaskan iman dan cinta kepada Allah, diperlukan juga penopang kebahagiaan yang lain sebagai rempah-rempahnya keluarga. Firman Allah: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.(Ali Imran :14) Berdasarkan ayat di atas, dapat kita rinci penopang kebahagiaan dalam membina keluarga, yaitu: pertama, perempuan (pasangan hidup). Pasangan hidup baik sebagai suami atau istri hendaknya menjadi pasangan yang apabila dipandang dapat menyenangkan pasangannya. Suami atau istri yang shaleh lah yang diharapkan pasangan masing-masing mampu Haderi Idmukha
8
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
memberikan kebahagiaan. Kedua, anak-anak. Belum lengkap kebahagiaan sebuah rumah tangga kalau belum dikaruniai momongan. Anak adalah penerus perjuangan orang tua, tumpuan harapan dan kebanggaan. Jujur kita katakan, hampir bisa dipastikan ketika kita bertemu dengan teman atau sahabat lama, yang kita tanyakan adalah soal anak, “Sudah berapa anaknya?” Ini menunjukkan bahwa secara fitrah, kita memang membutuhkan kehadiran anak. Tentu saja anak yang kita harapkan adalah anak yang shaleh. Ketiga, harta. Sudah barang tentu harta adalah penopang kebahagiaan dalam membina rumah tangga. Dalam hal ini sebagai kepala rumah tangga, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya untuk memberikan nafkah bagi keluarganya. Ketika penopang ini belum terpenuhi, besar kemungkinan keluarga yang dibina akan mengalami goncangan. Namun, hal ini bisa saja diatasi dengan saling pengertian terhadap pasangan hidupnya, saling dukung dan saling kerja sama. Keempat, fasilitas yang memadai. Ayat di atas menyebutkan kuda pilihan. Hal ini bisa diinterpretasikan dengan rumah, kendaraan dan fasilitas lainnya. Tidak bisa dipungkiri, fasilitas hidup cukup berpengaruh dalam beraktivitas. Namun, perlu pula diingat bahwa tidak semua fasilitas hidup bisa kita miliki. Hal ini tergantung kegigihan pasangan dalam mewujudkan impian-impian itu. Lagi-lagi, pengertian dan saling dukung yang diharapkan di sini. Kelima, hewan ternak dan sawah ladang. Ini dapat kita interpretasikan dengan penghasilan atau pendapatan. Tidak salah lagi, penopang ketiga dan keempat itu akan dapat diwujudkan dengan adanya penghasilan atau pendapatan melalui kerja, bukan menjadi pengangguran. Keenam, orientasi atau tujuan hidup berumah tangga untuk mencapai Ridha Allah. Ini tergambar di penghujung ayat, bahwa di sisi Allah lah tempat kembali yang baik. Penopang kebahagiaan yang keenam ini merupakan kunci utama dari semua penopang yang dikemukakan sebelumnya. Mulai dari istri, suami, anak, harta, fasilitas hidup dan profesi Haderi Idmukha
9
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
justru akan menjadi fitnah jika tidak ditopang dengan pondasi yang keenam ini. Oleh karena itu, apapun profesi kita dan berapapun harta dan keturunan yang kita miliki, semuanya kita peruntukkan untuk meraih ridha Allah. Apabila kita bisa menerapkan enam penopang kebahagiaan ini, lengkaplah sudah kebahagiaan yang kita peroleh. Punyai istri atau suami yang shaleh, punya keturunan yang shaleh, memiliki harta yang banyak dan berkah, harta yang diperoleh dari cara yang halal, dan tujuan hidup kita jelas, yakni untuk mendapatkan ridha Allah. Dengan demikian, besar harapan kita dapat menciptakan generasi yang berkualitas, baik kualitas fisik maupun rohani, serta memiliki akhlak yang mumpuni. Semoga bermanfaat, baik bagi pengantin lama, lebih-lebih untuk pengantin baru. Selamat berbulan madu!
Al-qur’an Mudah Sebagai muslim, Al-qur’an harus dijadikan tuntunan, karena hampir semua ibadah di dalam Islam memuat bacaan Al-qur’an. Wajar kalau pemerintah Kalsel membuat peraturan bagi calon pengantin dengan mewajibkan mereka bisa-baca tulis Al-qur’an, karena sebagai keluarga baru yang akan memiliki keturunan, keluarga adalah yang pertama kali bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Sebagaimana sabda Nabi: “Didiklah anakmu dengan tiga hal; Mencintai Nabimu, mencintai ahli bait Nabi dan membaca Al-qur’an.” Ketika calon ayah dan ibu tidak bisa baca tulis Al-qur’an, sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap pendidikan anak. Begitu juga sebaliknya dengan kemampuan baca-tulis Al-qur’an yang baik, tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan anak ke arah yang lebih baik pula. Haderi Idmukha
10
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Sabda Nabi: Anak dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang menyebabkan menjadi Yahudi, menjadi Nasrani atau Majusi. Kalau dulu, pemerintah sangat memperhatikan kesehatan calon pengantin dengan mewajibkan imunisasi. Sekarang, perlu kita sambut baik kebijakan pemerintah yang mewajibkan calon pengantin bisa baca-tulis Alqur’an demi keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental calon pengantin dan generasi baru yang akan dilahirkannya. Tidak ada kata terlambat bagi yang belum bisa baca-tulis Alqur’an. Asal ada keinginan dan kemauan untuk belajar, pasti diberikan kemudahan untuk mempelajarinya, karena Al-qur’an memang mudah dipelajari. Sebagaimana diterangkan dalam Al-qur’an sendiri, yaitu: “Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajan?” (al-Qamar :17) Mempelajari Al-qur’an adalah bagian dari ibadah. Oleh karena itu, tidak ada istilah terbebani dengan adanya peraturan bagi calon pengantin yang belum bica baca-tulis al-qur’an, karena kata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-qur’an dan mengajarkannya.”
Aplikasi Jauh Lebih Penting Bulan Rajab sudah berlalu. Dari hari pertama sudah ada yang mengadakan peringatan Isra’ mi`raj Nabi besar Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, baik di rumah, langgar, mushalla dan masjid. Dari tahun ke tahun, peringatan isra’ mi`raj tidak jauh berbeda. Pengaplikasiannya yang barangkali berbeda. Lihat saja waktu antara shalat maghrib dan isya. Dulu sebelum listrik masuk desa, masih ramai anak-anak dan orang tua beribadah, membaca al-qur’an dan ibadah lainnya demi menunggu tiba waktu shalat isya. Tapi sekarang hal itu sudah jarang kita Haderi Idmukha
11
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
temui di masjid dan langgar, seolah waktu tertelan oleh suara TV dan aktivitas mencari rezeki. Bahkan ada saja saudara kita yang terangterangan meninggalkan kewajiban shalat. Salahkah peringatan yang selama ini kita laksanakan? Tentu saja tidak salah. Peringatan justru diperlukan untuk mengingatkan kita pada esensi peringatan itu sendiri. Esensi peringatan Isra’ wal mi`raj adalah pelaksanaan shalat lima waktu, dan pelakasanaannya secara berjama’ah adalah kesunnahan yang sangat dianjurkan. Peringatan memang diperlukan, namun yang paling diperlukan adalah aplikasi dalam keseharian. Pengaplikasian shalat dan akhlak anakanak kita yang sudah mengalami degradasi akibat dari kurangnya keteladanan orang tua sendiri. Bagaimana anak-anak bisa mengaplikasikan shalat berjama’ah dan mengisi waktu-waktu tertentu dengan ibadah yang lain, kalau kita sebagai orang tua tidak pernah mengajak dan memberikan contoh. Kita cuma pintar menyuruh dan belum cerdas dalam mengajak dan memberi contoh. Selain itu, pengajaran di sekolah pun nampaknya masih terjebak pada pertanyaan yang bersifat hafalan. Berapa raka’at shalat zhuhur? Shalat berapa kali dalam sehari semalam? Orang non muslim pun akan bisa menjawab pertanyaan keagamaan seperti itu kalau memang mereka belajar. Yang kurang adalah aplikasi dan contoh teladan dari gurunya. Parahnya, guru yang lain seolah membebankan tanggungjawab hanya kepada guru agama saja, padahal semua guru yang mengaku beragama Islam memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak agar bisa mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan saja, berapa banyak sekolah yang melaksanakan shalat dhuha, dan berapa banyak sekolah yang melaksanakan shalat zhuhur berjama’ah? Dari sekian sekolah yang melaksanakan shalat zhuhur berjama’ah, tidak semua guru ikut shalat berjama’ah, seolah shalat berjama’ah yang dilakasanakan di sekolah bukan tanggungjawabnya dan bukan kewajibannya. Padahal di sinilah letak kunci keberhasilan pendidikan, yakni aplikasi dan contoh teladan dari gurunya ditunjang
Haderi Idmukha
12
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
keteladan dari orang tuanya di rumah. Kalau kita telusuri lagi ke kantor-kantor pemerintah atau perusahaan, berapa banyak pimpinannya yang mengajak bawahannya melaksanakan shalat zhuhur berjama’ah? Saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak shalat. Mereka yang bekerja di kantor atau perusahaan juga shalat, namun masih terkesan mengulur-ngulur waktu, seolah bukan suatu hal yang penting. Yang penting adalah kerja dan kerja, apalagi menuju ke arah shalat berjama’ah masih jauh panggang dari api. Sekali lagi, shalat berjama’ah sangat perlu kita galakkan, karena hal sedemikian menunjukkan semarak kebersamaan antara orang tua dan anak, kebersamaan antara guru dan muridnya, antara pimpinan dan bawahannya, serta antara pemerintah dan rakyatnya, karena shalat berjama’ah adalah jantungnya umat Islam. Kalau aplikasi shalat berjama’ah ini mulai terwujud di berbagai instansi, di desa dan di kota, di terminal dan pasar, yang pelaksanaannya di awal waktu, saya yakin dengan kebersamaan, tidak ada persoalan yang berat yang tidak terselesaikan. Semua persolan yang menimpa kita tidak lain adalah ujian, baik persolan negara atapun persolan pribadi sebagai rakyat biasa. Karena kita sudah berusaha mengutamakan persoalan agama dan menomorsatukan Tuhan, mudah saja bagi Allah membebaskan kita dari berbagai persoalan hidup, asal kita mau kembali kepadaNya. Sayangnya, selama ini kita masih berkutat dengan kekuatan akal dan kepintaran dalam menyelesaikan persolan negara dan kehidupan pribadi, seolah kita adalah manusia super yang selalu bisa mengatasi segala persoalan. Lihat saja, bagaimana mereka yang di sana bersidang? Maunya mengatasi persoalan negara dan bangsa ini, namun yang dipertontonkan kepada kita saat shalat zuhur tiba, malah mereka justru berani menunda-nunda shalat dan takut menunda sidang. Padahal justru keberanian menunda sidang untuk melaksanakan shalat adalah kunci dari pemecahan persoalan sebenarnya. Minta dan ikut sertakanlah Allah dalam menyelesaikan persoalan bangsa ini. Kita pun miris menyaksikan, ketika semua siswa dan guru-gurunya Haderi Idmukha
13
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
disuruh berdiri dan bersemangat sekali menyambut kedatangan pejabat pemerintah yang berkunjung ke sekolah. Namun, ketika panggilan mengahadap Allah dikumandangkan, kita justru santai saja. Pantas saja persoalan datang bertubi-tubi, ujian demi ujian terus menghantam kita, dan akhlak anak negeri semakin merosot. Padahal persoalan itu justru sebagai peringatan bahwa kita memang lemah. Kita diingatkan bahwa segala persoalan tidak mungkin terselesaikan kalau tidak ada campur tangan Allah. Penyadaran untuk kembali kepada Allah perlu kita kedepankan. Walau negara kita bukan negara Islam, paling tidak kita adalah negara yang pemeluk Islamnya terbesar. Tunjukkan keislaman kita bahwa Islam membawa kedamaian, kebaikan dan rahmat untuk semesta alam dengan jalan aplikasi nyata. Saatnya kita tidak hanya berteori, tetapi aplikasi yang terpenting. Peringatan isra’ mi’raj memang penting, tapi aplikasi esensi peringatannya jauh lebih penting. Mulai dari diri sendiri dan keluarga kita, ajaklah anakanak kita melaksanakan shalat berjama’ah di tempat adzan berkumandang. )-٢٣١- ك َو ْالعَا ِق َب ُْة لِل َّت ْق َوى(طه َْ ُك ِر ْزقاْ َّنحْ نُْ َنرْ ُزق َْ ُل َنسْ أَل ْ َ ك ِبالص َََّلِْة َواصْ َط ِبرْْ َعلَ ْيهَا َْ ََو ْأمُرْْ أَهْ ل “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang Memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaha: 132)
Haderi Idmukha
14
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Spirit Ibadah Haji dan Zakat dalam Meraih Kesejahteraan
Tidak lama lagi para calon jama’ah haji akan bertolak ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Melihat realita begitu banyaknya calon jama’ah haji yang antri menunggu giliran keberangkatan yang begitu lama, terpikir dan terbayang di benak saya, ternyata warga Indonesia banyak yang kaya. Ibadah haji hanya bisa dilaksanakan oleh orang yang mampu, mampu secara fisik dan mampu secara finansial. Realita ini sungguh sangat menggembirakan. Namun, di satu sisi kita juga merasa sedih karena masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih banyak pengangguran, gelandangan dan pengemis. Kemiskinan adalah suatu keniscayaan. Namun, bukan berarti si miskin harus pasrah menyerah dengan nasib. Allah berjanji kepada hambaNya, bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak mau mengubahnya. Mau tidaknya si miskin mengubah nasibnya adalah persoalan yang cukup rumit. Si miskin tidak akan mampu mengubah pola hidupnya kalau pengetahuan ke arah itu sangat minim. Oleh karena itu, perlu dorongan dari luar, baik dari pemerintah sendiri maupun masyarakat sekitar yang peduli dengan nasib si miskin. Berapapun jumlah bantuan pemerintah, BLT misalnya, semua itu bukannya menjadi solusi yang terbaik. Menurut hemat saya justru hal itu menjerumuskan masyarakat ke arah yang lebih parah, yaitu terjebak di dalam kemalasan. Ibarat memberikan ikan yang langsung dapat dinikmati. Tapi alangkah lebih baik kalau yang diberikan adalah kailnya, supaya ada pemikiran untuk mendapatkan ikan, bukan hanya sekadar menanti bantuan orang lain. Kita
akui
Haderi Idmukha
bahwa
pemerintah 15
sudah
berupaya
maksimal
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
memperhatikan masyarakat miskin dengan program-program yang terencana dan matang. Sebut saja misalnya PNPM-Mandiri Perdesaan, program ini sangat membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan pembangunan desa. Upaya pemerintah menurut hemat saya sudah optimal. Namun, ada sisi lain yang perlu mendapat perhatian khusus, yakni ketertinggalan dalam masalah pendidikan. Ini yang menyebabkan mereka miskin. Oleh karena itu bantuan dengan program yang matang tadi perlu diimbangi dengan program-program pendidikan atau pelatihan yang berpihak kepada masyarakat miskin secara gratis, agar mereka pintar dan pola hidup mereka berubah ke arah kemajuan. Program seperti ini yang perlu diupayakan oleh pemerintah. Sudah barang tentu pendidikan adalah kunci utama. Lihat negaranegara lain yang perhatian pemerintahnya terhadap pendidikan sangat besar, bisa dipastikan masyarakatnya sejahtera. Seperti negara Malaysia, perhatian terhadap pendidikan sangat mereka utamakan, mulai dari sarana sampai pada kesejahteraan guru-gurunya. Tidak heran mulai dari pemerintahnya sampai pada warga masyarakat umum yang memiliki kelebihan harta, mereka rela mengorbankan hartanya untuk merekrut orang-orang yang berkualitas dari negara-negara tetangga termasuk Indonesia untuk mengajar menjadi imam-imam masjid di negara mereka. Semiskin-miskinnya di desa, menurut hemat saya masih mending, karena ikan mungkin masih bisa mencari tanpa membeli, sayur kangkung masih bisa memetik di sawah tetangga yang tumbuh secara liar. Namun, kalau tinggal di kota, semuanya serba uang. Untuk sewa rumah kontrakan, yang tak mampu menyewa terpaksa tinggal di kolong jembatan. Untuk memenuhi hak perut terpaksa memulung sampah yang hasilnya pun tidak seberapa. Melakoni profesi pengamen jalanan pun dilakukan, bahkan hingga menjadi pengemis. Realita sosial seperti ini sudah lazim di kota-kota besar. Yang memperparah keadaan justru ada pihak–pihak tertentu yang memanfaatkan situasi pengemis untuk mengambil keuntungan sepihak dengan mengorganisir mereka. Ini juga menjadi masalah baru yang cukup Haderi Idmukha
16
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
rumit. Kita menyadari bahwa tidak semudah membalik telapak tangan untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Namun, perlu adanya sinergi dari komponen masyarakat lainnya untuk mengupayakan agar bisa keluar dari masalah kemiskinan yang membelenggu mereka. Peran serta ulama sangat kita perlukan dalam memberikan penerangan tentang pola hidup seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, peningkatan iman dan takwa, karena iman dan takwa adalah modal dasar untuk mendapatkan keberkahan dari bumi dan langit. Islam sangat manganjurkan umatnya sejahtera dunia dan akhirat, sebagaimana doa yang senantiasa kita panjatkan. Hal itu juga tersirat dari ibadah haji dan zakat. Spirit ibadah haji ini perlu kita miliki dan kita sebarkan pada saudara-saudara kita, karena dengan spirit ini kita akan terpacu untuk mengubah nasib kita ke arah yang lebih baik. Secara lahiriyah, ibadah haji tidak mungkin bisa kita laksanakan kalau kita menyandang status miskin. Namun kita juga tidak menutup kemungkinan dengan adanya keajaiban, si miskin dapat menunaikan ibadah haji karena bantuan orang lain. Begitu pula dengan zakat, tentu ada harta yang dizakati. Badan Amil Zakat di bawah naungan Kementerian Agama juga patut diperhitungkan. Dengan optimalisasi dan pengorganisasian yang terarah, bisa dijadikan sarana untuk mengupayakan masyarakat miskin keluar dari kemiskinannya. Elemen yang lain adalah masyarakat miskin itu sendiri. Hendaknya jangan sampai melupakan kearifan lokal, seperti gotongroyong atau tolong-menolong dengan pola arisan. Semua itu bisa dijadikan sebagai sarana untuk keluar dari masalah kemiskinan. Dengan spirit ibadah Haji dan Zakat, sekarang saatnya kita ubah nasib kita sendiri. Yakinlah bahwa Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Allah akan mengubah nasib kita ke arah yang lebih baik, kalau kita berusaha untuk berubah ke arah yang lebih baik, baik dari segi ekonomi (dunia) maupun dari segi ibadah (untuk akhirat). Haderi Idmukha
17
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Bagi calon jama’ah haji, saya ucapkan selamat jalan, semoga meraih titel haji mabrur. Semoga kembali ke tanah air dalam keadaan selamat dengan membawa pesan-pesan kesejahteraan untuk kita semua.
Jangan Sampai Menjadi Korban Berikutnya Sepekan ini, santer berita artis terjerat narkoba. Memang dunia artis identik dengan dunia hiburan, dan dunia hiburan identik pula dengan narkoba. Namun, pernyataan ini bukan berarti semua artis pengguna dan pengedar narkoba. Memang tidak bisa disangkal bahwa dunia hiburan rentan dengan narkoba. Yang punya pondasi kuat saja bisa terjebak dengan narkoba karena pengaruh lingkungan, apalagi yang berada di dunia hiburan. Dunia hiburan adalah ladang yang empuk tumbuh kembangnya narkoba. Sekali saja kita terjerat dalam perangkap narkoba, sulit untuk melepaskannya. Akibatnya, profesi dipertaruhkan, harga diri pun hilang, karir hancur berantakan, bahkan jiwa pun bisa melayang sia-sia karena narkoba. Semua orang tahu bahaya narkoba, namun mangapa masih banyak orang yang mengedarkan dan menggunakannya? Tidak hanya di kota besar, narkoba sudah merambah pedesaan. Bukan hanya artis, bahkan sekarang sampai pada anak-anak sudah mengenak narkoba. Mengapa? Syaithan sebagai musuh memang terus mengintai, membujuk dan merayu kita untuk mengikuti jejaknya, baik syaithan dalam bentuk manusia, maupun syaithan dalam bentuk jin. Upaya pemerintah dan instansi terkait pun belum maksimal dalam menangani peredaran narkoba. Hhukum masih terasa mandul
Haderi Idmukha
18
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
ketika berhadapan dengan kasus narkoba, ditambah kontrol sosial masyarakat kini mulai berkurang, seakan tak peduli dengan apa yang terjadi di lingkungannya. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya pun kini seolah hanya harta saja yang menjadi ukuran, yang penting, harta tercukupi seolah tanggungjawab sudah selesai. Padahal persoalan dan tanggung jawab orang tua pada anaknya terletak pada semua aspek, termasuk membentengi anak agar tidak terjebak dalam perangkap narkoba. Tanggung jawab pribadi masing-masing yang mulai melemah adalah penyebab utama hal ini. Artinya keimanan dan kesadaran dalam beragama mulai menurun, sehingga mudah tergoda dengan apa yang disebut kejahatan dan kemaksiatan, yang memang sengaja dihembuskan syaithan dan tentaranya. Begitu pula soal narkoba, yang sangat menjanjikan finansial yang banyak dan kesenangan yang melambungkan angan. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan perangkap narkoba, janganlah sampai kita dan anak kita menjadi korban berikutnya. Amin.
Jadikan Ramadhan Momentum Berkasih Sayang Ramadhan, sepuluh hari pertama adalah rahmat, sepuluh hari yang kedua maghfirah, dan sepuluh hari yang terakhir pembebasan dari api neraka. Fase-fase tersebut bukan berarti Allah memberikan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka terbatas pada tiga fase tersebut. Hal ini dimaksudkan hanya sekadar penggambaran keistemewaannya saja. Sangat dianjurkan di fase pertama memperbanyak memohon rahmat Allah, fase kedua memperbanyak istighfar, dan fase terakhir dengan memperbanyak minta pembebasan dari api neraka, sebagai mana yang sering dikerjakan dan dianjurkan ulama-ulama terdahulu dengan doa-
Haderi Idmukha
19
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
doa tertentu dan jumlah bilangan tertentu pula. Begitu pula tidaklah salah kalau kita memahami bahwa dari awal sampai akhir Ramadhan adalah rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Kalau seandainya ada seseorang meninggal dunia di hari ke lima bulan Ramadhan, lalu apakah ia hanya berhak mendapat rahmat saja, sementara ampunan dan pembebasan dari api neraka tidak ada hak? Tentu saja tidak, karena ampunan dan pembebasan dari api neraka adalah bagian dari rahmat itu sendiri, berarti secara keseluruhan bulan Ramadhan adalah bulan rahmat, bulan ampunan dan bulan pembebasan dari api neraka, yang tentunya akan didapat oleh orang yang benar-benar beribadah di bulan Ramadhan. Berbicara mengenai hak, tentu saja kita sebagai orang yang beriman meyakini bahwa kita hanya sebatas meminta dan berusaha memberikan pengabdian yang terbaik dengan penuh keikhlasan. Masalah diberikan rahmat, pengampunan dan pembebasan dari api neraka adalah hak prerogatif Allah. Namun, yakinlah bahwa dengan kebaikan-kebaikan yang kita kerjaaan, sesunguhnya menambah keyakinan pengharapan kita kepada rahmat Allah itu sendiri, karena sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janjiNya kepada orang-orang beriman yang shaleh dan bertakwa. Bahkan, ketika kita dapat berbuat kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan ini pun merupakan bagian dari Rahmat dan Kasih Sayang Allah yang diberikan kepada kita. Sangat tepat kalau bulan Ramadhan ini kita jadikan sebagai momentum berkasih-sayang. Kita jalin kasih-sayang dan kebersamaan dalam keluarga. Kita tumbuhkan kasih-sayang bertetangga, bermasyarakat, bernegara, bahkan kepada makhluk Allah yang lain. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah yang Maha Pengasih mengasihsayangi orang yang memiliki kasing-sayang. Kasih sayangilah orang yang di muka bumi, niscaya mengasihsayangi orang yang ada di langit.” Ramadhan memang sangat diistimewakan dari bulan-bulan yang lain, karena di bulan inilah Al-qur’an diturunkan. Di bulan ini pula lailatul Haderi Idmukha
20
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
qadr diberikan. Apabila beribadah berkebetulan dengan malam qadr, maka pahalanya sama seperti beribadah selama seribu bulan. (simak kembali Alqur’an Surah Al-Qadr). Dan di bulan ini pula kita diperintahkan berpuasa. Sebagaimana firman Allah; “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Q.S: Al Baqarah: 183). Keistemewaan seperti itu memang sudah menjadi rancangan Allah, yang merupakan nikmat sebagai perwujudan kasih sayang Allah kepada umat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dalam setahun, bulan Ramadhan teristimewa dari sebelas bulan yang lain, begitu pula dalam seminggu ada satu hari yang diistimewan dari hari-hari yang lain, yaitu Jum’at. Mengingat keistimewaan tersebut, hendaknya kita sebagai umat Islam menghormati dan mensucikannya dengan mengisi bulan ini dengan berbagai aktivitas keagamaan yang dilakukan secara bersungguh-sungguh penuh keikhlasan mengharapkan ridha Allah SWT. Kalau sebelum Ramadhan kita masih terkesan hanya memikirkan kepentingan pribadi dan keluarga kita saja, hendaknya bulan Ramadhan ini kita coba alihkan perhatian kepada orang lain. Kalau sebelum Ramadhan keperluan belanja dalam sehari mencapai lima puluh ribu, biasanya di bulan Ramadhan akan meningkat. Namun, peningkatan itu jangan sampai hanya terfokus pada keluarga saja, tetapi hendaknya peningkatan belanja itu karena untuk membantu keperluan orang lain. Hal ini yang dimaksudkan sebagai wujud kepedulian terhadap orang lain sehingga Ramadhan akan lebih bermakna. Sebagaimana firman Allah, “Bertolong-tolonganlah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan jangan bertolong-tolongan dalam berbuat dosa dan permusuhan” Sabda Nabi: “Allah akan menolong hambaNya, selama hamba itu Haderi Idmukha
21
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
mau menolong saudaranya” (Al Hadits). Mengamati geliat ekonomi di bulan Ramadhan ini, nampaknya sangat terasa nuansa perbedaannya dengan bulan yang lain. Beraneka makanan, mulai dari kue untuk takjil dan lauk-pauk siap saji, bisa kita dapati dengan mudah untuk memanjakan lidah dan nafsu kita. Apakah ini termasuk dari keberkahan Ramadhan? Boleh jadi merupakan bagian keberkahan Ramadhan, sebagai bukti kemurahan rahmat Allah. Namun, perlu pula dicermati dan perlu kehati-hatian. Kalau pola konsumsi kita saat melaksanakan buka puasa justru terkesan berlebih-lebihan, maka bukan keberkahan yang akan kita dapati, tapi terjatuh pada mubadzir yang dibenci Allah. Padahal tujuan utama puasa Ramadhan adalah pengendalian diri dari nafsu syaitaniyah dan nafsu hayawaniyah dengan menyedikitkan makan, bukan sebagai jalan balas dendam sebagai pemuas hawa nafsu. Hal ini dimaksudkan mengurangi kecenderungan manusia yang bersifat hewani yang dibangsakan pada bumi (kerendahan karakter), menuju manusia yang bersifat malaikat yang dibangsakan pada langit, ketinggian karakter yang terpuji. Jadi, dengan berpuasa, akan membentuk manusia yang berkarakter terpuji, taqwa lahir dan batin, sehingga akan terwujud kasih sayang yang hakiki yang bersumber dari kasih sayang Allah. Apabila negara yang kita cintai ini terdiri dari manusia-manusia yang berkarakter terpuji, jelas dan pasti rahmat dan kasih sayang Allah akan meliputi negeri ini, terbebas dari segala macam musibah dan bencana. Semoga, amin.
Haderi Idmukha
22
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Ramadhan Bulan Latihan Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam. Sewajarnya kita sebagai umat menghormati dan mensucikannya dengan mengisi bulan tersebut dengan berbagai aktivitas keagamaan, mulai dari puasa di siang harinya, shalat tarawih di malam harinya, shalat tasbih dan shalat tahajjud, memperbanyak membaca Al-qur’an, istighfar, shalawat dan zikir-zikir lainnya. Apapun profesi kita, apakah sebagai petani, nelayan, tukang ojek, abang becak, karyawan sebuah perusahaan, pegawai negeri atau swasta, pedagang, dan lain sebagainya, apapun strata sosial yang kita sandang, mulai dari rakyat jelata yang miskin, fakir dan papa, sampai pada pejabat yang berlimpah harta, kaya atau miskin, bangsawan ataupun non bangsawan, orang alim ataupun yang awam, semuanya, apabila mengaku sebagai orang beriman, maka diwajibkan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, karena yang dipanggil adalah orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah; “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang – orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Q.S: Al Baqarah: 183) Tidak ada alasan untuk meninggalkan puasa, walaupun ia seorang fakir atau miskin, ataupun pekerja berat. Justru dengan ibadah puasa itulah kita dilatih untuk bersabar. Dan bagi yang memiliki kelebihan harta bisa berlatih merasakan lapar dan dahaga yang biasa dirasakan oleh orangorang yang kurang beruntung, sehingga timbul rasa simpati pada mereka dengan memberikan sedikit kelebihan harta yang dimiliki. Sebagai orang yang beriman, momentum Ramadhan ini perlu kita manfaatkan untuk meningkatkan keimanan dan keyakinan kita. Yakinlah bahwa Allah akan memberikan ganjaran yang terbaik bagi kita yang benarbenar meyakini janji-janji Allah. Yakinlah bahwa Allah tidak mungkin mengingkari janjiNya. Jangan sampai terbetik dalam hati kita kekhawatiran dengan urusan-urusan ekonomi yang akhir-akhir ini tidak menentu. Jangan terlalu dipikirkan harga sembako yang melunjak pada bulan Ramadhan ini. Haderi Idmukha
23
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Namun, yakinlah dengan janji Allah, bahwasanya Dia akan menjamin urusan rezeki kita, apabila kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam ibadah, apalagi di bulan Ramadhan ini. Sebagaimana Hadits Qudsi: “Bersungguh-sungguhlah beribadah kepadaKu, niscaya Aku penuhi hatimu dengan rasa kaya, dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rezeki. Janganlah kamu menjauhi Aku, (dengan berbuat maksiat dan meninggalkan kewajiban), niscaya Aku penuhi hatimu dengan kefakiran, dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan” Berdasarkan hadits Qudsi tersebut, sebaliknya hendaknya kita juga meyakini bahwa perbuatan maksiat akan mempersulit penghidupan kita, baik di dunia ataupun akhirat. Ooleh karena itu dengan tibanya bulan Ramadhan ini, tempat-tempat yang mengundang perbuatan maksiat hendaknya ditutup, seperti tempat hiburan malam dan warung-warung makan yang sengaja buka di siang hari Ramadhan. Kita berharap, dengan ditutupnya tempat-tempat hiburan malam dan warung-warung makan di siang hari, suasana Ramadhan terasa lebih khidmat. Dan membawa kesan yang mendalam, sehingga berlanjut khidmatnya ibadah pasca ramadhan. Semoga Ramadhan tahun ini membuat diri dan bangsa kita lebih baik. Amin.
Haderi Idmukha
24
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Tentang Penulis Haderi Idmukha adalah anak pertama dari pasangan suami istri Ideris dan Hamdanah. Lahir di Amuntai, 15 Agustus 1973. Sarjana Fakultas Tarbiyah, IAIN Antasari Banjarmasin, ini memulai pendidikan dasarnya di SDN Karya Sejati (SDN Garunggang), melanjutkan ke MTsN Amuntai dan MAN 1 Amuntai. Aktivitas sehari-harinya adalah Guru pada Ponpes Darul Ulum Amuntai Kalimantan Selatan. Dua hari menjelang ulang tahunnya yang ke-38, alhamdulillah ia bisa mewujudkan mimpinya, menerbitkan buku perdananya dengan judul “Mudah Menulis Cerpen” (2011) terbitan LeutikaPrio. Tidak berselang lama, ia kembali menerbitkan buku dengan judul “Sekarang Saatnya, Belajar Menulis dengan Menulis” (2011). Ayah dari tiga orang anak ini berdomisili di Jalan Amuntai-Tanjung, Desa Panangkalaan RT 4 nomor 46, kec. Amuntai Utara, Kab. Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Kode Pos 71471. Suami dari Lailawati, S.Ag ini dalam mengembangkan kemampuan menulisnya, ia juga aktif di PNBB (Proyek Nulis Buku Bareng), sebuah komunitas menulis dan menerbitkan buku. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca terkait tulisantulisannya. Untuk menghubungi penulis, anda bisa menggunakan sarana berikut: Facebook: Haderi Idmukha http://www.facebook.com/profile.php?id=100000718449566 Email:
[email protected] HP: 085248787982
Haderi Idmukha
25
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Tentang PNBB PNBB Bagiku - Mamane Kirana -
Akhir Juni 2011 yang lalu, saya menepati janji dengan seorang teman di Malang (Mbak Asriana Kibtiyah) yang saya temukan dalam FB, sambil menyelam minum air, sekalian saya coba hubungi temanteman yang suka menulis, yang berada di Malang. Gayung bersambut, bertemulah saya pada waktu itu dengan beberapa teman baru di dunia maya secara riil. Bersama Pakde Cahyo, Ust. Halimi, Mas Erryk sekeluarga, Mbak Ira, Mbak Henu, Mbak Choirun Nisa, Mbak Osya, Mbak Faricha, dll. Mbak Ana tampil sebagai tuan rumah, membuka kopdar tersebut, kemudian masing-masing memperkenalkan diri. Masukan dari ust. Halimi sangat mengesankan saya. Dari survey yang dilakukan oleh teman beliau di Madinah, andil umat muslim dalam tulismenulis masih dalam persentase yang memprihatinkan bila dibanding penduduk dunia. “Mengapa kita tak mengambil peluang tersebut untuk syiar?” tanya beliau saat itu, yang langsung saya setujui dalam hati dan menyimpannya dalam memori. Walau saya pribadi rada canggung dalam kopdar tersebut, tetapi keramahan teman-teman baru sungguh mengesankan, penuh persahabatan dan senyuman. Kalau tak salah, saya menemukan teman-teman baru di jejaring maya ini ketika sepulang dari Jakarta untuk suatu keperluan. Sepulang dari pertemuan tersebut, saya mulai add teman-teman yang menurut anggapan saya sudah mumpuni dalam menulis. Dimulai dari add Pak Heri Cahyo dan setengah memaksa untuk senantiasa ditag tulisan-tulisan beliau ke note saya, dengan alasan ingin belajar menulis dan istilahnya pengen meguru. Semula niatan saya ingin menulis sebagai persiapan andaikata Haderi Idmukha
26
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
suatu saat saya tak lagi diizinkan berkegiatan di luar rumah, saya masih mampu mengerjakan sesuatu yang diharapkan masih berbau manfaat, minimal bagi diri saya, keluarga, mudah-mudahan orang lain juga merasakan manfaatnya, insyaAllah. Aamiin. Lantas saya add juga teman-temannya Pakde Cahyo dan temanteman baru waktu ke Jakarta yang memiliki hobi sama. Berselang beberapa bulan kemudian, ketika membuka lapak saya di FB, tiba-tiba muncul grup PNBB dengan sendirinya. Semula saya tak mengerti mengapa bisa ada di lapak saya dan dengan maksud apa. Maklum perkara teknologi memang saya akui jauh dari yang disebut pinter. Tetapi dengan mempelajari sejenak, pahamlah saya yang membuat adalah Bapak Kepsek di sekolah menulis maya, dan beliau memasukkan saya sebagai salah satu murid di kelas maya tersebut. Merasa tak keberatan dan senang mendapatkan banyak teman dengan canda dan rusuhnya yang khas, akhirnya saya keterusan setiap buka FB, didahulukan buka lapak sekolah PNBB dan ikut menyimak dan menikmati candaan teman-teman, sesekali saya ikut nimbrung ngasih komen. Dari pertemanan maya, sedikit demi sedikit saya mempelajari karakter teman-teman yang rata-rata tanggap dan ringan tangan, suka menolong, terutama membantu kerepotan kepsek seperti mengedit dll, dengan senang hati, seperti mas Erryk, Ugan Abrar, Mbak Ratu Marfu’ah, Mbak Siti Zumaroh, Uda Hazil, Mas Aditya, Mas Bambang Ikbal, Mbak Evyta, Mas Akung dan yang lainnya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu dengan jumlah peserta ratusan. Belum lagi jika ada yang curhat, selalu saja beramai-ramai berusaha memberi masukan. Juga jika ada yang tak dimengerti dan ditanyakan di lapak PNBB, umumnya si penanya mendapatkan berbagai masukan yang menggembirakan, termasuk saya. Beragam daerah, beragam pulau, beragam agama, beragam suku bangsa tak menghalangi minat dalam belajar menulis, layaknya Bhinneka Tunggal Ika hehe. Bahkan bukan hanya menulis, saya juga bisa mendapatkan manfaat yang lain, terutama masalah teknologi dalam level sederhana mulai saya dapatkan sedikit demi sedikit. Haderi Idmukha
27
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Hanya saja dalam membuka lapak PNBB, kalau tak hati-hati bisa lupa daratan tak ingat lautan, heboh sangat kata orang Melayu. Apalagi jika Om Akung Krisna yang gaul mulai menulis yang gokil, alamat deh kaya orang gimana gitu yang membaca komen-komen tulisan beliau hehe. Nah sebagai akibatnya, agenda saya yang sudah dijadwalkan seringkali kocarkacir hehehe. Karena itu saya termasuk murid yang sering membolos dengan terpaksa dan tak diniatkan membolos, hanya masalah ketidakberdayaan untuk tak merasa asyik. Dan saya tidak menyarankan teman-teman lain mengikuti jejak saya yang kurang terpuji. Sekalipun sering membolos, saya adalah murid yang patuh dan rajin ngerjain PR (:P), sekalipun jarang dapat pertamax. Untuk itu saya pribadi sangat berterima kasih kepada Pakde Heri Cahyo yang memprakarsai adanya PNBB dan telah memasukkan saya sebagai salah satu anggota sekaligus murid. Mudah-mudahan hal tersebut dihitung sebagai amal beliau kelak. Aamiin wa Jazakallah.
Haderi Idmukha
28
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012
Celoteh Anak Rumput – Seri 3
PNBB - 2012