Spirit Publik Volume 10, Nomor 2 Halaman 137 - 152
ISSN. 1907-0489 Oktober 2015
CAPACITY BUILDING: UNIT PENGELOLAAN SAMPAH DALAM PERSPEKTIF GOVERNANCE DI PASAR BUNDER KABUPATEN SRAGEN CAPACITY BUILDING: GOVERNANCE PERSPECTIVE ON WASTE MANAGEMENT UNIT IN SRAGEN BUNDER MARKET Kristina Setyowati, Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
[email protected]
ABSTRAK Sampah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Perspektif Governance, dengan melibatkan tiga pilar pemerintah, Yayasan Danamon Peduli dan Warga pasa ( pedagang pasar) diharapkan dapat mencapai Efektifitas Pemberdayaan Unit Pengelolaan Sampah. . Untuk lebih memberdayakan Unit pengelolaan sampah , melalui capasity building diharapkan adanya penguatan pada pengetahuan dan kemampuan manajerial serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Kata kunci : Pemberdayaan, Capacity building, Governance ABSTRACT Public waste has become national problems. As part of solving the problem the management of public waste needs to be comprehensive and integrated so the processed public waste able to provide economic benefits, healthy for people, safe for the environment and not to forget also able to change people's behavior. Governance perspective is involving three pillars: government, private and citizens. In this study this parties were represented by Sragen Regency Government as government, Danamon Peduli Foundation as private and small scale vendors as citizens. All of which were expected to bring effectiveness in empowering waste management unit. Partnership and capacity building are expected to strengthen the knowledge as well as managerial capability and capacity in the traditional market waste management. This article aims to describe the waste management with governance perspectibe in Bunder traditional market, Sragen, Indonesia.
137
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
Pertambahan
jumlah
penduduk, perubahan pola konsumsi,
pemukiman,
jumlah
timbulan
persawahan,
sungai dan lautan.
dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan
hutan,
Sampah permasalahan
menjadi nasional
sehingga
perlu
dilakukan
sampah, jenis, dan keberagaman
pengelolaannya
karakteristik sampah. Meningkatnya
secara komprehensif dan terpadu dari
daya
hulu ke hilir
beli
masyarakat
terhadap
agar memberikan
berbagai jenis bahan pokok dan hasil
manfaat secara ekonomi, sehat bagi
teknologi serta meningkatnya usaha
masyarakat,
atau
penunjang
lingkungan serta dapat mengubah
pertumbuhan ekonomi suatu daerah
perilaku masyarakat. Sebagian besar
juga memberikan kontribusi yang
sampah kota yang dihasilkan di
besar terhadap kuantitas dan kualitas
Indonesia tergolong sampah hayati.
sampah yang dihasilkan.
Sebagai contoh
kegiatan
dan
aman
bagi
kota Jakarta, pada
Kehadiran sampah sebagai
tahun 1985 menghasilkan sampah
buangan dari aktifitas domestik,
sejumlah 18.500 m3 per hari dan
komersil maupun industri tidak bisa
pada tahun 2000 meningkat menjadi
dihindari, bahkan semakin kompleks
25.700
dan meningkat kuantitasnya sejalan
sampah yang tergolong hayati ini
dengan perkembangan ekonomi dari
adalah di atas 65 % dari total
waktu
sampah. Melihat komposisi dari
ke
volume
waktu.Meningkatnya timbunan
memerlukan Pengelolaan
sampah
sampah
m3
per
hari.
Rata-rata
sumber asalnya maka sebagian besar
pengelolaan.
adalah
yang
sampah dapur, maka jenis sampah ini
tidak
sisa-sisa
akan
pengelolaan sampah yang ramah
terdegradasi oleh mikroorganisme
lingkungan
dapat
yang berlimpah di alam ini, dan
negatif
berpotensi pula sebagai sumberdaya
terhadap kesehatan juga akan sangat
penghasil kompos, metan dan energi.
menimbulkan
akan
dampak
mengganggu
kelestarian
lingkungan
baik
138
membusuk,
dari
mempergunakan metode dan teknik
selain
cepat
makanan
atau
fungsi
Sekalipun di Indonesia secara
lingkungam
legal telah ada payung hukum yang
Kristina Setyowati ,Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah : Capasity Building :UnitPengelolaan Sampahdalam Perspektif Governancedi Pasar Bunder Kabupaten Sragen
mengatur pengelolaan Sampah, yaitu
pembiayaan, karena pembutuhkan
diatur dalam Undang-Undang Nomor
biaya
18 tahun 2008, dalam pasal 4
konstruksi,
disebutkan bahwa: Pengelolaan
pemeliharaan.
sampah
bertujuan
meningkatkan
untuk kesehatan
masyarakat
dan
kualitas
lingkungan
serta
menjadikan
sampah
sebagai
sumber
daya.
tinggi
untuk
investasi,
operasi
dan
garis
besar
Secara
permasalahan pengolahan sampah di perkotaan, terkait dengan 1) Keterbatasan dana, prioritas
rendahnya
dan
perhatian
Kemudian ditindak lanjuti dengan
pemerintah maupun pmerintah
Peraturan Menteri Dalam Negeri
daerah
nomor 33 tahun 2010, yaitu: “bahwa
persampahan, sehingga anggaran
dalam
untuk
rangka
mewujudkan
terhadap
problem
pelayanan pengolahan
lingkungan yang sehat dan bersih
sampah, pengadaan/ penggantian
dari
prasrana dan sarana,
sampah,
penanganan
perlu
dilakukan
sampah
secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir”.
operasional,
biaya
biaya
perawatan
sangat kurang. 2) Keterbatsan Kapasitas Cakupan
Permasalahan
Sampah,
pelayanan, dengan keterbatasa
bukannya hanya menjadi masalah di
anggaran,
kota –kota besar saja, namum juga
keterbatasan cakupan pelayanan,
menjadi masalah di daerah-daerah
metode pengolahan dan proses
seluruh
pengolahan
itu
sampah di TPA adalah akibat hampir
ketersediaan
armad
semua
ketersediaan
Indonesia
Indonesia.
pemerintah masih
Penumpukkan
daerah
di
menganut
menyrbabkan
sendiri
(
angkut,
peralatan)
.
Disampung
itu
paradigma lama penanganan sampah
daerah
belum
kota, yang menitikberatkan hanya
menerapkan standar pelayanan
pada pengangkutan dan pembuangan
minimal, karena pada umumnya
akhir. TPA dengan system lahan
belum
urug saniter yang ramah lingkungan
sampah.
ada
SOP
pemerintah mampu
pelayanan
ternyata tidak ramah dalam aspek
139
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
Untuk
mengatasi
permasalahan tersebut, sudah saatnya
proposional
yang
lebih
lingkungan.Konsep
Permasalahan
pengelolaan
pasar Bunder Sragen, nampaknya
diterapkan,
pengolahan
yaitu
dengan
sampah
daur
pengelolahan
sampah Di Sragen, lebih fokus di
sudah
maksimasi
dan
bernuansa
sampah yang terpadu sudah saatnya
meminimalisasi
efektif
efisien.
pemerintah daerah mengubah pola pikir
secara
serta
ulang
dan
mulai
mengarah
sampah
terpadu.Penglolaan saja
pada
sampah bukan
menjadi
tanggungjwab
pengomposan disertai TPA yang
pemerintah
ramah lingkungan.Paradigma baru
(dalam hal ini Dinas Perdagangan)
penanganan sampah lebih merupakan
akan
satu siklus yang sejalan dengan
masyarakat (pedagang pasar) dan
konsep ekologi. Energi baru yang
pihak swasta (yayasan Danamon)
dihasilkan
peduli.
dari
hasil
penguraian
sampah maupun proses daur ulang dapat
dimanfaatkan
mungkin.
sudah
melibatkan
Pengelolaan sampah di Pasar Bunder Sragen, ditangani oleh 2
rangka
unit, yaitu UPS (Unit Pengelola
secara
Sampah)
sampah
komprehensif
tetapi
seoptimal
Dalam
penanganan
kabupaten Sragen saja
unit
yang
terpadu,
mengolah sampah organik menjadi
hukum,
kompos. Sedangkan unit lain adalah
dan
“Bank Sampah” , merupakan ikut
kewenangan pemerintah ( Pemda)
berperan dalam menciptakan kondisi
peran masyarakat dan dunia usaha.
pasar bunder yang bersih dan sehat
Penanganan
melalui pengelolaan sampah non
diperlukan
dan
merupakan
kepastian
kejelasan
tanggungjawab
pengelolaan
sampah
bukan lagi menjadi tanggungjawab
organik,
pemerintah saja, akan tetapi juga
pengelolaan
menjadi
pengumpulan
tanggungjawab
banyak
pihak. Dengan keterlibatan banyak pihak sampah
/stakeholder dapat
secara
sampah, sampah
Namun,
dari adalah untuk
dalam
keberlanjutannya, hingga saat ini masih
140
itu,
dijadikan uang”.
pengelolaan
berjalan
disamping
banyak
persoalan
atau
Kristina Setyowati ,Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah : Capasity Building :UnitPengelolaan Sampahdalam Perspektif Governancedi Pasar Bunder Kabupaten Sragen
permasalahan yang dihadapi oleh
Governance
hanya
akan
UPS dan Bank Sampah Manunggal
terwujud jika muncul kolaborasi,
Di Pasar Bunder Sragen, permasalah
kemitraan, dan jejaring
tersebut antara lain : 1) Keterbatasan
elemen-elemen governance, yaitu
anggaran,
negara,
minimnya
operasional
biaya
UPS; 2).Keterbatasan
sektor
antar
swasta
dan
masyarakat sipil. Jejaring menjadi
pengetahuan dan ketrampilan, baik
ciri
untuk Bank Sampah Manunggal
organisasi modern saat ini, baik
maupun
UPS
organisasi
kemampuan
manajerialnya;
Keterbatasan yang
dimiliki
,
termasuk
penting
dari
pengembangan
swasta
atau
3).
publik.Peran negara tidak lagi
sarana/prasarana
hanya menjalankan fungsi-fungsi
UPS ( misalnya :
regulatif,
melainkan
hanya
tidak adanya sarana angkutan yang
menjalankan
memadai) sedangkan untuk Bank
Dengan
Sampah (tidak tersedianya tempat
menurut versi Bank Dunia hanya
arsip
bisa
sehingga
kegiatannya dengan
tidak terdokumentasi
baik).
pedagang masih dalam
administrasi
4).
Partisipasi
rendah, terutama
mensuport
sampah,
seringkali belum dipilah-pilah. Dalam paper ini mengkaji bagaimana memberdayakan kedua unit
pengelola
sampah
dengan
melalui perpektive governance , yaitu bagaimana
dan siapa yang
terlibat dalam pengelolaan sampah
fungsi fasilitatif.
demikian,
ditegakkan
governance
dengan
melibatkan aktor-aktor non negara seluas-luasnya membatasi
dan
dengan
intervensi pemerintah
(Pratikno, 2005). Hal ini dipertegas oleh
Helu
(1997:
2-4)
Bentuk
interaksi Negara / pemerintah dengan aktor lainnya
dapat digambarkan,
dalam Model segitiga Helu, yang menempatkan negara (pemerintah) sebagai aktor utama yang memiliki status khusus. Konsepsi
di pasar Bunder.
jalan
governance
mengenai
menjadi
dasar
atas
Pemberdayaan Unit Pengelolaan
perwujudan kemitraan antara Unit
Sampah
Pengelola Sampah (UPS dan Bank
Governance
dalamPerspektif
Sampah) dan
pemerintah daerah
141
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
dengan pihak swasta. Sebagaimana
daerah dapat melakukan kerja sama
dimanatkan dalam UU no 18 tahun
antarpemerintah
2008 Tentang Pengolahan Sampah
pemerintah daerah bermitra dengan
dan Peraturan
badan
Menteri Dalam
usaha
daerah
dalam
atau
pengelolaan
Negeri no 33 tahun 2010 Tentang
sampah”.
Pedoman
Masyarakat diatur dalam pasal 33 -
Pengolahan
Sampah.
Bahwa dalam pengelolaan sampah pemerintah
bisa
Sedangakan
peran
35.
melakukan
Dalam
langkah
kerjasama antara daerah maupun
pemberdayaan pengelolaan sampah
menjalin kemitraan dengan pihak
dalam perspektif Governance ini di
swasta.
perlukan
Dalam Pasal 7 (c) Dalam
peran
pedagang
pasar,
penyelenggraan
pengelolaan
peran atau keterlibatan pedagang
Sampah, pemerintah
mempunyai
pasar meliputi :
kewenangan dan
:
“memfasilitasi
mengembangkan
kerja
sama antar daerah, kemitraan dan
jejaring
pengelolaan
a.
b.
sampah
Pembiayaan
dan
c.
sebagaimana
sampah.
(1)bersumber
dari
ayat anggaran
pengangkutan,dan
(willingness to pay) yang tinggi terhadap
pada
pengumpulan,
Masyarakat memiliki kesadaran
(2)
dimaksud
kegiatan
pengolahan sampah; dan
membiayaipenyelenggaraan
pengelolaan
dalam
pemilahan,
lanjut dalam pasal Pasal 24(1)
wajib
Aktif
pengurangan,
Lebih
Pemerintah dan pemerintah daerah
kebersihan
lingkungan;
dalam
sampah”.
Menjaga
d.
biaya
pemberian
pengelolaan
saran,
usul,
pengaduan, pertimbangan, dan
pendapatan dan belanjanegara
pendapat
serta anggaran pendapatan dan
peningkatan pengelolaan sampah
belanja daerah.
di wilayahnya.
Sementara
upaya
dalam
Permendagri no 33 tahun 2010 kerjasama
dalam
dan kemitraan diatur
dalam pasal Pasal 26 : ”Pemerintah
Sementara keterlibatan pihak Swasta,
sangat
diperlukan
dalamlangkah pemberdayaan dalam pengelolaan sampah di Pasar Bunder
142
Kristina Setyowati ,Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah : Capasity Building :UnitPengelolaan Sampahdalam Perspektif Governancedi Pasar Bunder Kabupaten Sragen
ini, adapun peran yang Swasta yang sangat diperlukan meliputi :
tehnis pengolahan sampah (mulai dari pengumpulan/pengangkutan, incinerator, daur ulang, landfill, yang
dilakukan
professional,
dengan
transparan
dan
dari
kinerja
pemerintahan,
dengan
memusatkan
perhatian
pada
dimensi
sumber
pengembangan daya
manusia,
penguatan
organisasi, reformasi kelembagaan atau lingkungan” ( dalam Keban, 1999).
danaccountable.
efektivitas
responsivitas
Bantuan Dana opearsioanl dan
dll)
efisiensi,
Diperlukan perangkat kebijakan
Capacity building pada unit
dalam pengelolaan sampah oleh
pengelola sampah di pasar Bunder
swasta seperti kemudahan dalam
Sragen, yaitu
memenuhi ketentuan dan adanya
Sampah (UPS) dan Bank Sampah
intensif
Manunggal
yang
menarik
dari
(Unit Pengolahan
adalah
bagaimana
pemerintah terhadap swasta yang
membangun kapasitas kelembagaan
melakukan
yang mencakup
bisnis
pengolahan
terutama
sampah.
dalam
organisasi Capacity
Building
Pemberdayaan
:
Unit
dalam
Pengelola
Dalam rangka untuk lebih memberdayakan
unit pengelolaan
sampah di Pasar Bunder Sragen, maka
langkah
yang
dilakukan
adalah dengan melakukan Capacity building pada unit –unit pengelola sampah. Menurut Grindel capacity building
didefinisikan
“serangkaian ditujukan
strategi untuk
sebagai yang
meningkatkan
aspek,
pengembangan
dan manajemen; dan
pengembangan
sumber
daya
manusia. a.
Sampah
beberapa
Pengembangan Organisasi dan Manajemen Tantangan kelembagaan UPS dan Bank Sampah
diantaranya
adalah
bagaimana
menciptakan Perencanaan yang baik,
pengangaran,
pengorganisasian,
koordinasi,
kominikasi
dan
pengawasan
terhadap
kegiatan
dilakukan stakeholders,terutama
yang seluruh para
143
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
pengelola dan pihak pemerintah
pemberdayaan masyarakat muncul
maupun pihak mitra.
sebagai tanggapan atas kenyataan
b. Pengembangan Manusia
Sumber
pelatihan,
penyuluhan, edukasi
sosialisasi
dan
sebagai
ketenaga
dalam meningkatkan
pengetahuan
danketrampilan
dibutuhkan
termasuk
personil,
di
dalamnya
peningkatan
kemampuan
menerapkan teknologi tepat guna untuk
masyarakat di pedesaan, kawasan terpencil dan terbelakang .
proses
pengembangan kerjaan
adanya kesenjangan yang belum tuntas terpecahkan terutama antara
Diperlukan
yang
Daya
meningkatkan
produktivitas kerja.
Pemberdayaan ditentukan
oleh
pemberdayaan Menurut
konsep
Prijono
Pranarka
proses pentahapan pemberdayaan masyarakat, yaitu : (1).
tahap
inisiasi, dimana pemberdayaan pada tahap ini berasal dari pemerintah , dan untuk rakyat;
(2). Tahap partisipatoris, dimana
masyarakat
pemberdayaan
sebenarnya
pada
pemerintah
kata
dan
.
(1996: 2) menyatakan ada tiga
Pemberdayaan mengacu
pentahapan
masyarakat
oleh pemrintah
Sedangkan
juga
berasal
dari
bersama
masyarakat,
pemerintah
bersama
empowerment , yaitu upaya untuk
oleh
mengaktualisasikan
yang
masyarakat; (3). Tahap emansipasi,
Konsep
dimana pemberdayaan berasal dari
pemberdayaan
masyarakat
rakyat ,oleh rakyat , dan untuk
mencakup
community
rakyat dan didukung pemerintah
dimiliki
potensi
masyarakat.
pengertian
development masyarakat
(pembangunan )community
based
development ( pembangunan yang bertumpu pada masyarakat ) dan community
driven
development
(pembangunan yang diarahkan atau digerakkan masyarakat ) (Randy & Riant,
144
2007:74-75).
bersama masyarakat.
Paradigma
Sementara
menurut
Sulistiyani (2004: 83) tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses pemberdayaan masyarakat , meliputi :
(1)
tahap
pembentukan
penyadaran perilaku
dan
menuju
perilaku sadar dan peduli sehingga
Kristina Setyowati ,Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah : Capasity Building :UnitPengelolaan Sampahdalam Perspektif Governancedi Pasar Bunder Kabupaten Sragen
merasa membutuhkan peningkatan
kerja
kapasitas diri; (2) tahap transformasi
dirumuskan
kemampuan
dengan lima pilar yaitu : 1).
berupa
pengetahuan
wawasan
,
kecakapan,
perusahaan.
CRS
harus
sebagai
Pengembangan
kegiatan
kapasitas
SDM,
ketrampilan agar terbuka wawasan
pada lingkungan sekitarnya; 2).
dan memberikan ketrampilan dasar
Penguatan ekonomi bagi masyarakat
sehingga dapat mengambil peran di
sekitarnya;
dalam
hubungan
pembangunan;
(3)
tahap
3).
Pemeliharaan
relasional
antara
peningkatan kemampuan intelektual,
korporasi dan lingkungan sosialnya ;
kecakapan
4). Perbaikan tatakelola perusahaan
ketrampilan
sehingga
terbentuklah
insiatif
dan
kemampuan
inovatif
untuk
mengantarkan pada kemandirian. Dalam
pemberdayaan
yang
bebarapa model. Untuk
Pemberdayaan Sampah
UPS
Pasar
dan
Bunder
Bank
(
corporate);
good
governance
5).
Pelestarian
lingkungan, fisik
soisal budaya
termasuk kearifan lokal.
masyarakat maupun unit /badan dikenal
baik
Dalam
langkah
pemberdayaan pengelolaan
terhadap Sampah
Unit
di
Pasar
dengan
Bunder ( yaitu unit UPS dan Bank
menggunakan model pemberdayaan
Sampah Manunggal Pasar Bunder)
melalui
diperlukan pendekatan Governance.
CSR,
yaitu
model
pemeberdayaan masyarakat melalui
Proses
program
Sosial
Bank Sampah Manunggal di Pasar
sering
Bunder Sragen ini melibatkan tiga
disebut dengan Program Kemitraan-
pilar dalam governance, yaitu :
Bina
PK-BL).
Pemerintah ( dalam hal ini Dinas
Landasan pemikiran CSR, bahwa
Perdagangan), Masyarakat pasar(
setiap perusahaan harus memegang
dalam hal ini adalah pedagang
prinsip 3P ( profit, people dan
pasar)
planet)
terlibat
Tanggungjawab
perusahaan
(CSR)
Lingkungan
atau
(
artinya selain mengejar
keuntungan
dan
pihak
adalah
UPS
swasta
Pihak
dan
yang
Yayasan
harus
Danamon peduli, dan dalam rangka
kesejahteraan
pemberdayaan ini pihak UNS untuk
masyarakat dilingkungan wilayah
mengadakan pemberdayaan melalui
memperhatikan
perusahaan
pemberdayaan
145
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
Capcity
building.
Secara
visual
pada gambar berikut :
proses pemberdayaan dapat dilihat
Gambar 1 : Proses Pemberdayaan Unit Pengelolaan SampahDi Pasar Bunder Sragen Permasalahan pengelolahan
maksimasi
daur
ulang
dan
sampah Di Sragen, lebih fokus di
pengomposan disertai TPA yang
pasar Bunder Sragen, nampaknya
ramah lingkungan.Paradigma baru
sudah
pada
penanganan sampah lebih merupakan
pengolahan sampah terpadu, dengan
satu siklus yang sejalan dengan
bermitra dengan Yayasan Danamon
konsep ekologi. Energi baru yang
Peduli.
dihasilkan
mulai
mengarah
dari
hasil
penguraian
sampah maupun proses daur ulang Unit Pengelolaan Sampah
dapat
Untuk
mungkin.
mengatasipermasalahan
dimanfaatkan Berikut
seoptimal gambaran
tersebut,
proses pengolahan sampah versi
sudah saatnya pemerintah daerah
YDP dalam mengimplementasikan
mengubah pola pikir yang lebih
Undang-Undang No 8 tahun 2008
bernuansa
Tentang Pengelolaan Sampah.
lingkungan.Konsep
pengelolaan sampah yang terpadu sudah
saatnya
diterapkan,
yaitu
dengan meminimalisasi sampah serta
146
Spirit Publik Volume 10, Nomor 2 Halaman 137-152
ISSN. 1907-0489 Oktober 2015
Gambar 2. Proses Pengolahan Sampah Pasar Versi YDP Proses tersebut diharapkan Untuk itu, Unit Pengolahan
sesuai dengan metode dan tehnik pengelolaan
sampah
yang
berwawasan
lingkungan
sehingga
dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan
masyarakat
dan
lingkungan, Sebagimana diutarakan oleh
Hasisuwarno
(2010)
pengelolaan sampah mempunyai 2 aspek, yaitu : 1) Pengurangan , dilakukan dengan cara pembatasan timbunan, pendauran ulang, dan pemanfaatan kembali Reduce,
reuse,
Penanganan dengan
recycles).
Sampah
cara
( 3R =
:
dilakukan pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan akhir limbah
2).
dan
Sampah ( UPS) Pasar Bunder ini, diresmikan Tanggal 10 April 2008. Hasil
kerjasama
antara
Pemkab
Sragen
dan
Yayasan
Danamon
Peduli
(CSR
Bank
Danamon).
Tujuan pendirian UPS Pasar Bunder adalah : 1). Mampu mengurangi (reduce) volume sampah yang di buang
ke
tempat
pembuangan
sampah akhir (TPA) ; 2). Dapat mengkonversi (reuse & recycle) sampah
menjadi
barang
yang
berguna bagi masyarakat seperti pupuk kompos.Manfaat : 1). Pupuk kompos yang di hasilkan oleh Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder
147
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
dapat memperbaiki struktur tanah
kemasan
pertanian yang mulai rusak akibat
penyimpanan.
penggunaan
pupuk
kimia
dan
6).Gudang
yang
Sementara pedagang sudah
overdosis; 2). Setiap unit pengolahan
ikut berperan aktif, terutama dalam
sampah pasar mampu menyerap
pemilahan
sedikitnya 3 orang pekerja sehingga
unorganik, meskipun sampah organik
sedikit banyak membantu mengatasi
yang dibawa ke tempat pengolahan
masalah
masih
pengangguran;
3).
sampah
sekitar
organik
20-30%,
dan
sehingga
Meringankan beban Pemda dalam
masih harus memilah lagi”. Jumlah
mengelola sampah
sampah yang di olah antara 1 – 1,5
mengurangi
karena dapat
beban
Tempat
ton sampah organik per hari, mampu
Pembuangan Sampah Akhir serta
menghasilkan sekitar 300 kg kompos
mengurangi
/ hari
biaya
pengangkutan
sampah ke TPA
Untuk (biaya
Pengelolaan
kompos
diprakarsai, melalui kemitraan antara Pemerintah Daerah (dalam hal ini adalah
Dinas
didalamnya Pasar)dengan Peduli
(
Perdagangan, ada
Bidang
Yayasan YDP).
Danamon Pemerintah
menyediakan fasilitas tempat /lahan dan
pegelola
manusianya)
(sumberdaya
sedangkan
YDP
pengadaan alat produksi dan biaya pembanungan
fisik.
Jumlah
karyawan baru 3 orang, Sedangkan peralatan yang dimiliki meliputi :1). Mesin pencacah; 2).Mesin pengayak kompos;
3)
4).Timbangan;
148
Bak
Pengomposan;
5).Mesin
penjahit
biaya
produksi
operasional
awalnya
ada
dukungan dana dari pemerintah dan YDP, berikutnya menggunakan dari hasil produksi yang terjual. Karena hasil produksinya bisa dijual ke petani padi (20%-30%) dan paling banyak diambil petani tebu (70%80%), namun pada tahun 2013 sudah ada sumpport dari Dinas untuk tambahan
incentif
bagi pegelola
kompos. Hambatan
yang paling
dirasakan armada
adalah untuk
tidak
adanya
mengangkut
“
Tletong” / kotoran hewan untuk bahan campuran”
Kristina Setyowati ,Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah : Capasity Building :UnitPengelolaan Sampahdalam Perspektif Governancedi Pasar Bunder Kabupaten Sragen
Operasional buka setiap hari
Bank Sampah “ Manunggal” Bentuk
kepedulian
lain
kamis,
setiap
buka
mampu
terkait dengan pengelolaan sampah,
menghimpun sampah non organik
pada tahun 2013 dibentuk Bank
dari pedagang sekitar 100 – 200
Sampah,yang merupakan kerjasama
kg.Setelah sampah di setor ke Bank
antara
dengan
Sampah lalu oleh pengelola sampah
Yayasan Danamon Peduli dan Adira
tersebut disalurkan ke pengepul,
CSR. Bank Sampah terbentuk tgl 19
hasil penjualan dibagikan lagi ke
juni 2013.Tujuan
penabung setelah dipotong bagi hasil
Pemkab
Tujuan
Sragen
ikut
Bank Sampah : berperan
dalam
untuk pengelola bank sampah.
menciptakan kondisi pasar bunder yang
bersih
dan
sehat
melalui
Namun,
untuk
keberlanjutannya
hingga saat ini
pengelolaan sampah non organik,
kedua
disamping itu , dari pengelolaan
tersebut
sampah,
maksimal, dikarenakan : 1). Untuk
adalah
pengumpulan
sampah untuk dijadikan uang” . Bentuk
kemitraan
Unit
pengelola
kurang
sampah
berjalan
secara
UPS, masalah yang utama karena : :
Kurangnya biaya operasional;
Pemerintah ( dalam hal ini yang
Sedangkan
bertanggung jawab adalah Dinas
Manunggal masalah yang utama
Perdagangan)
adalah : keterbatasan pengetahuan
menyediakan
perannya tempat,
adalah sedangkan
untuk
Bank
2)
Sampah
Manajerial.
Yayasan Danamon Peduli dan Adira
Untuk itu UNS (sebagai
CSR menyediakan : Peralatan dan
unsur Perguruan Tinggi)
modal. Sarana Prasarana yang ada di
kegiatan
Bank
Masyarakat memfasilitasi bagi UPS
Sampah
:Timbangan; Tabungan;
Pasar
Bunder
melalui
Pengabdian
Pada
Kalkulator;
Buku
dan Bank Sampah Manunggal
Kipas Angin;
Meja
Pasar
Bunder
di
melalui
Capacity
dengan
harapan
Kursi; Alat tulis. Sementara Peran
Building,
pedagang : sebagai pengelola bank,
bisamembangun
nasabah bang ( yang menetorkan
kelembagaan
sampah un organik)
beberapa aspek, terutama dalam pengembangan
kapasitas yang
mencakup
organisasi
dan
149
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
manajemen;
dan
pengembangan
sumber daya manusia.
bantuan
langsung
capacity building yang di lakukan
dengan peningkatan pengetahuan :
UNS
baik secara
Pengabdiannya:
opearsional selain
biaya
opearsional . Berikut bentuk-bentuk
Capacity building dilakukan
manajerial,
untuk
itu
maupun
melalui
kegiatan
diberikan
Tabel :Capacity Building bagi UPS dan Bank Sampah Manunggal Bank Sampah Manunggal Pemahaman tentang pengelolaan Sampah dengan perspektif governance dari UNS Pembekalan Bidang manajemen : Neraca pembukuan
Bentuk Kegiatan
UPS
Penguatan Pengetahuan
Pemahaman tentang pengelolaan Sampah dengan perspektif governance dari UNS Pembekalan Tehnik pengelolaan Sampah yang benar oleh BLH Sepatu Booth dan Kaos Kaos bagi pengelola bagi pengelola dan kaos buat incentif bagi para nasabah bank sampah Uang Tunai sebesar 2 Uang Tunai sebesar 2 juta rupiah juta rupiah
Penguatan kompetensi
Sarana Penunjang
Bantuan Operasional
Pemanfaatan
Bantuan
Pemanfaatan
Oprasional bagi UPS digunakan
Operasional
selama 2 bulan dari ( tgl 26 Juni – 25
Manunggal
agustus)
1. Sablon 75 kaos
dengan rincian sebagai
Bagi
Biaya Bank Sampah
berikut :
2. Kresek tempat sampah
1. Solar sebanyak 70 lt X 2 = 140 lt
3. Sosialisasi melalui radioland
2. Pembelian EM4 17 botol X 2 =
4. Sarung tangan plastik
34 botol 3. Pembelian oli mesin sebanyak 4lt 4. Pembelian Sak 60 buah 5. Pembelian bambu 15 buah 6. Pembelian Saringan
150
5. Sarung tangan kain 6. Sosialisasi bagi pedagang Selama 3 bulan ( konsumsi) Dengan dilaksanakan nya capacity building terhadap Unit
Kristina Setyowati ,Didik Gunawan S,Faizatul Ansoriyah : Capasity Building :UnitPengelolaan Sampahdalam Perspektif Governancedi Pasar Bunder Kabupaten Sragen
pengelola sampah ( UPS ) dan
keterlibatan dari ketiga pilar, yaitu
Bank
diharapkan
Pemerintah ( dalam hal ini Dinas
peningkatan
Perdagangan)
Sampah
adanya
ini,
: (1)
kemampuanmanajerial UPS
dan
bank
pengelola
Sampah);
peningkatan
wawasan
ketrampilan
dasar
Yayasan
,
pihak
Danamon
swasta
Peduli)
(
dan
(2)
masyarakat ( para pedagang ) secara
dan
bersama-sama mengembangkan Unit
tehnik
pengelolaan sampah. Disamping itu
pengolahan sapah (untuk UPS) dan
Pemberdayaaan
kemampuan akuntansi perbankan
sampah melalui capacity building
untuk
diharapkan adanya penguatan pada
(Bank
sampah);
mengembangkan
(3)
jejaring
pengetahuan
Unit
dan
kerjasama antara UPS dan Bang
manajerial
Sampah dengan
sumber daya manusia
pemerintah, dan
Pengelolaan
kemampuan
peningkatan
kapsitas
sektorprivat(perusahaan); dan (4) meningkatkan
pengembangan
IPTEKS, terutama ilmu administrasi publik. Lenih lanjut , pemberdayaan melalui
bantuan opearsional
(
sebagai stimulan ) diharapkan kedua Unit pengelola
sampah di pasar
Bunder bisa lebih efektif dalam operasionalnya, sehingga diharapkan keberlanjutannya
dan
semakin
berdaya.
Kesimpulan Efektifitas pemberdayaan Sampah
proses
Unit
Pengelolaan
dengan
persepektif
Governance dapat diharapkan untuk keberlangsungannya. Karena adanya
REFERENSI HadiSuwarno, Djatmiko, 2010, Peran Pemerintah Daerah Dalam Menciptakan Kota /Kabupaten yang Sehat, Melalui Pengelolaan Kebrersihan yang Berkesinambungan”, Kementrian Dalam Negeri, Unpublished Helu, I., F., 1997, State Society and Governance in Melanesia, Discussion Paperof Research School of Pacific and Asian Studies, 3rd Edition, Australia:The Australian national University. Keban, Yeremias T., Capacity Building sebagai Prakondisi dan Langkah Strategis bagi Perwujudan Otonomi Daerah di Indonesia, dalam JKAP Vol. 3 No.2, Nopember, MAP UGM, Yogyakarta, 1999 Masrdiasmo, 2002, Otonomi& Manajemen Keuangan Daerah, ANDI , Yogyakarta Nadhir, M., 2009, Memberdayakan 151
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.137-152
Orang Miskin Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat, Lamongan: YAPSEM Nawawi, Ismail, 2006, Pembangunan dan Problema Masyarakat: Kajian Konsep, Model, Teori dari Aspek Ekonomi dan Sosiologi, ITS Press, Surabaya. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Pranarka, A.M.W & Vidhyandika Moeljarto, 1996, Pemberdayaan ( Empowerment) , Centre For Strategic and International Studies, Jakarta. Pratikno,2005, “Good Governance and Governability,” Jurnal Ilmu Sosial danIlmu olitik, Vol. VIII No. 3, Maret 2005 Randy R. Wrihatnolo & Riant Nugroho D, 2007, Manajemen
152
Pemberdayaan : Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat , Elex Media Komputindo, Jakarta . Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gava Media, Yogyakarta --------------------, 2010, “ Peran Pemerintah Daerah Dalam Menciptakan Kota /Kabupaten yang Sehat, Melalui Pengelolaan Kebrersihan yang Berkesinambungan” , Konvensi III Pengolahan Sampah Menjadi Kompos” di Probolinggo, Kementrian Dalam Negeri, Unpublished. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 tahun 2010