EVALUASI DIKLAT CAPACITY BUILDING AUDIT MUTU INTERNAL TINGKAT PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 Oleh : Harli Trisdiono, SE. MM Widyaiswara Madya LPMP D.I. Yogyakarta Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dan dampak (effect size) diklat capacity building audit mutu internal tingkat Provinsi D.I. Yogyakarta yang diselenggarakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta tahun 2015. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan didukung analisis kualitatif. Subjek penelitian sebanyak 140 orang peserta diklat yang terbagi dalam tiga rombongan belajar. Subjek terdiri dari 74 orang guru Sekolah Dasar (SD) dan 66 orang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan jenis kelamin subjek terdiri dari 50 orang Laki-laki dan 90 orang Perempuan. Data diperoleh dari hasil pre dan post test. Hasil analisis menunjukkan bahwa t-test sebesar 1,84E-15 yang berarti ≤ 0,05, sehingga keefektifannya signifikan dalam tingkat kepercayaan 95%. Diklat capacity building audit mutu internal tingkat Provinsi D.I. Yogyakarta yang diselenggarakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta tahun 2015 memiliki dampak yang besar yang ditunjukkan dari nilai effect size sebesar 0,80. Kata kunci: evaluasi diklat, diklat audit mutu, penjaminan mutu pendidikan
I.
Pendahuluan Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan merupakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 31 yang berbunyi (1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan; (2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan; (3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Merujuk pada peraturan tersebut, maka dapat diambil sebuah pedoman bahwa satuan pendidikan harus secara mandiri melakukan penjaminan mutu pendidikan. Pelaksanaan penjaminan mutu memiliki makna bahwa penjaminan mutu memiliki prosedur, standar, kontrol, dan peningkatan mutu. Salah satu titik krusial dalam penjaminan mutu adalah kontrol baik dari sisi ketaatan pada prosedur, kontrol terhadap proses pelaksanaan yang berbasis profesionalisme pelaksana, dan kontrol terhadap capaian hasil yang benar-benar dapat diukur sehingga dapat dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sebagai sebuah lembaga yang dibentuk dengan salah satu tugas dan fungsinya mendampingi satuan pendidikan melaksanakan penjaminan mutu mengembangkan sistem penjaminan mutu sesuai dengan konteks masing-masing satuan pendidikan. Sistem penjaminan mutu yang diadopsi sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (LPMP DIY) mengembangkan sistem penjaminan mutu dan mendampingi sekolah agar mampu melaksanakan penjaminan mutu. Sistem Penjaminan mutu yang dikembangkan penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan dilaksanakan dengan pendekatan siklus PDCA (Plan – Do – Check – Action) (Harmanto dkk., 2014). Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam memfasilitasi satuan pendidikan
melaksanakan penjaminan mutu pada sisi kontrol, menggunakan istilah audit mutu. Ada dua bentuk audit mutu yang dikenal yaitu audit mutu internal dan audit mutu eksternal. Audit (mutu) internal adalah proses audit yang dilaksanakan oleh atau atas nama organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi berdasarkan kriteria audit yang ditetapkan secara internal (Harmanto dkk., 2014). Penyiapan pelaksana penjaminan mutu menjadi krusial karena dibutuhkan komitmen, kapasitas, dan kompetensi sumber daya manusia pelaksana. Program pelatihan menjadi salah satu bentuk penyiapan sumber daya manusia organisasi dalam mencapai tujuannya, sehingga pelatihan menjadi kebutuhan yang esensial bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan (Detty, Christin, dan Istiharini, 2008). Pelaksanaan pelatihan yang baik akan memberikan dampak yang baik pula bagi organisasi, pemantauan pelaksanaan pelatihan diperlukan agar setiap tahapan pelatihan berjalan sesuai dengan perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan: 1) Menemukan bagian-bagian pelatihan mana yang berhasil mencapai tujuan, serta bagian-bagian pelatihan mana yang kurang berhasil, sehingga dapat dibuat langkah-langkah perbaikan; 2) Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan saran-saran dan penilaian terhadap program yang dijalankan; 3) Memberikan masukan untuk perencanaan program; 4) Memberikan masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program; 5) Memberi masukan untuk memodifikasi program; 6) Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program (Santoso, 2015). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat belajar (learning) peserta diklat capacity building audit mutu internal tingkat provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2015.
II.
Kajian Teori A. Penjaminan Mutu Pendidikan Menurut Permendiknas Nomor 63 tahun 2009 tujuan antara penjaminan mutu pendidikan adalah terbangunnya sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) termasuk: a. terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal; b. pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program
pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah; c. ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal; d. terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program pendidikan; e. terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah. Penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan menggunakan pendekatan PDCA, dengan membangun sistem dokumentasi, pemantauan, dan evaluasi berbasis bukti fisik. Penjaminan dilakukan berpedoman pada delapan standar nasional pendidikan, sehingga secara umum dimaksudkan untuk memenuhi dan/atau melampaui standar nasional tersebut. Satuan pendidikan selaku pelaksana pendidikan menetapkan standar sesuai dengan kondisi aktual. Manajemen memegang peran penting dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Kepala sekolah memegang peran penting untuk menyediakan lingkungan yang kondusif untuk penjaminan, kualitas, dan akuntabilitas pendidikan (Shadreck dan Hebert, 2013). Pelaksanaan penjaminan mutu dilakukan dengan membangun sistem, mengimplementasikan, melakukan evaluasi, dan mengembangkan standar. Evaluasi dilakukan oleh pihak internal (manajemen) maupun pihak ekternal (pemangku kepentingan pendidikan lainnya). SPMP yang dikembangkan LPMP D.I. Yogyakarta menggunakan pendekatan audit dalam evaluasi sistem dan pelaksanaannya. Audit ditekankan pada audit internal dengan menggunakan kriteria internal, sedang pada audit eksternal melalui mekanisme yang ada yaitu akreditasi sekolah oleh Badan Akreditasi.
B. Audit Mutu Audit mutu merupakan salah satu langkah dalam proses penjaminan mutu sesuai dengan sistem manajemen mutu yang dikembangkan oleh International
Organization for Standardization (ISO). Pelaksanaan audit dituangkan dalam standar ISO ISO 19011, Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengadopsi aturan tersebut dalam standar SNI 19-19011. Audit mutu dapat dilaksanakan secara internal dan eksternal. Audit internal dilaksanakan oleh, atau atas nama organisasi itu sendiri untuk mengkaji ulang manajemen dan tujuan internal lainnya, serta dapat menjadi dasar untuk “pernyataan diri kesesuaian organisasi”. Audit eksternal mencakup audit pihak kedua dan pihak ketiga. Audit pihak kedua dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi, seperti pelanggan, atau personel lain atas nama pelanggan. Audit pihak ketiga dilaksanakan oleh organisasi eksternal yang melakukan audit secara independen, seperti organisasi yang memberikan registrasi atau sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan standar (ISO 19011; SNI 19-19011). Adopsi terhadap pemahaman audit yang dikembangkan oleh ISO dan BSN
mengharuskan
satuan
pendidikan
yang
melaksanakan
program
penjaminan mutu melakukan audit. Audit dalam sistem penjaminan mutu pendidikan apabila ditinjau dari sisi akreditasi dan penjaminan mutu yang dilaksanakan ada dua hal yaitu audit internal dan audit eksternal, audit eksternal dikenal dengan istiah akreditasi. Sinergitas antara audit inernal dan audit eksternal dalam pelaksanaan di satuan pendidikan adalah dalam menyamakan setiap dokumentasi yang ada. Audit dilaksanakan berbasis dokumen yang ada pada satuan pendidikan, maka kesamaan dokumen akan membawa dampak signifikan terhadap tumbuhnya budaya mutu di satuan pendidikan.
Audit
mutu
(internal)
yang
dilakukan
satuan
pendidikan
dimaksudkan untuk memastikan bahwa setiap prosedur, proses organisasi, dan produk organisasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kekawatirkan pelaksanaan audit mutu internal pada satuan pendidikan adalah pada integritas pemangku kepentingan internal satuan pendidikan. Budaya mutu dan budaya profesionalisme menjadi tantangan yang harus dijawab oleh satuan pendidikan. Tantangan internal dalam pelaksanaan audit mutu di satuan pendidikan dapat diatasi dengan sikap Auditor yang menerapkan dan memegang teguh asas berikut: 1. Asas Integritas. 2. Asas Objektivitas. 3. Asas Kerahasiaan. 4. Asas Kompetensi. 5. Asas Independen (Unud, 2011), dan memegang prinsip
auditor dan pelaksanaan audit (Kallmeyer, Kretschmar, Below, 2012). Auditor dalam melaksanakan tugas berdasarkan prinsip integritas profesional yang dimiliki, sebagai tenaga profesional auditor, pelaksanaan audit yang berhasil dan berdaya guna ditentukan oleh integritas, sikap adil, dan profesionalisme. Integritas auditor dan audit memberikan kepastian bahwa pelaksanaan audit sesuai dengan kejujuran dan kebenaran tanpa ada dorongan lain. Audit dilakukan sesuai dengan kondisi objektif yang ada dan berdasarkan kriteria yang berlaku untuk setiap pelaksanaan dan tempat sehingga berkeadilan. Kompetensi auditor sesuai dengan bidang yang diauditnya baik secara sistem manajemen mutu maupun substansi auditee. Kompetensi auditor dalam substansi penting maknanya agar setiap pemeriksaan sesuai dengan fakta yang ada. Audit dilakukan oleh auditor independent yaitu auditor yang tidak memiliki kepentingan apapun selain menjalankan tugas untuk memastikan kesesuaian antara pelaksanaan dengan kriteria atau standar.
C. Evaluasi Diklat Pendidikan dan pelatihan (diklat) berfungsi dalam peningkatan kualitas sumberdaya organisasi.
manusia Secara
untuk
umum
menghadapai
pendidikan
dan
tantangan pelatihan
perkembangan bertujuan
untuk
memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka, terutama dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kepemimpinan atau manajerial yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi (Tuasikla, 2014). Peningkatan kecakapan dan keterampilan diawali dengan peningkatan pengetahuan, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya, personil dibekali pengetahuan yang cukup untuk mencapai kecakapan dan keterampilan yang diperlukan. Pelaksanaan diklat yang efektif akan membantu organisasi mencapai tujuan (Tuzun, 2005). Organisasi selalu berkembang dan menghadapi perkembangan tantangannya. Kecakapan dan keterampilan sumberdaya manusia yang dimiliki belum tentu mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang terus berkembang. Salah satu cara dalam menghadapi hal tersebut adalah pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan, memodifikasi perilaku, dan meningkatkan kompetensi (Loos dan Fowler, 1999) sumberdaya manusia agar mampu menjawab tantangan yang dihadapi untuk kemajuan organisasi. Keefektifan diklat
perlu
dievaluasi
sehingga
dapat
dilakukan
pengembangan
pelaksanaannya. Evaluasi
diklat
adalah
kegiatan
mengukur
pencapaian
diklat
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Bagiyono, 2012) dan penilaian atas diklat yang telah terlaksana (Hardjana, 2001). Pengukuran pencapaian dilakukan agar dapat dianalisis penyebab ketidaktercapaian dan pendukung ketercapaian tujuan. pengukuran dan penilaian dilakukan terhadap metode pelatihan yang digunakan, karakteristik keterampilan atau tugas yang terlatih, dan pilihan kriteria evaluasi pelatihan karena terkait dengan efektivitas diamati dari program pelatihan (Arthur, Bennett, Edens, dan Bell, 2003). Salah satu model evaluasi pelatihan dikembangkan oleh Kirkpatrick & Kirkpatrick (2006) dengan mengembangkan empat tingkat evaluasi program pelatihan yaitu level 1 reaksi, level 2 belajar, level 3 perilaku, dan level 4 hasil. Reaksi terhadap pelaksanaan diklat adalah evaluasi terhadap pelaksanaan dan materi diklat dalam persepsi peserta. Peserta diminta memberikan reaksi pelaksanaan diklat dalam satu hari untuk mengetahui kondisi pembelajaran sebagai bahan perbaikan pada hari berikutnya. Level belajar adalah evaluasi yang dilakukan terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Evaluasi perilaku dilakukan setelah selesai diklat untuk mengetahui perubahan perilaku alumni diklat. Sedang evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui dampak diklat terhadap organisasi. Tujuan evaluasi pelatihan adalah : 1. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga dapat dibuat langkahlangkah perbaikan yang diperlukan. 2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan. 3. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari. 4. Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan selanjutnya (Bagiyono, 2012; Paulsen dan Dailey, 2002; Nasrul, 2009. Keefektifan diklat sangat ditentukan oleh paham/tidaknya peserta terhadap tujuan, kontinuitas diklat, penerapan materi diklat dalam pelaksanaan tugas (Saad dan Mat, 2013), cara memilih peserta, jadwal, koordinasi program (Kirkpatrick dan Kirkpatrick, 2006), motivasi, sikap, dan emotional intelligence (Punia dan Kant, 2013).
III. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data diperoleh dengan melakukan tes awal dan tes akhir. Subjek penelitian sebanyak 140 orang guru peserta diklat capacity building audit mutu internal tingkat Provinsi D.I. Yogyakarta yang diselenggarakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir dengan menggunakan t-test dan effect size.
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Peserta diklat berdasarkan tempat tugas mengajar terdapat 74 orang guru Sekolah Dasar (SD) dan 66 orang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan jenis kelamin peserta terdiri dari 50 orang Laki-laki dan 90 orang Perempuan. Peserta diklat berasal dari sekolah jejang SD dan SMP yang menjadi sasaran piloting pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diklat dibagi dalam tiga rombongan belajar untuk
memaksimalkan proses. Data diambil dari hasil pre dan post test. Hasil capaian nilai pre dan post test tersaji pada grafik 1. Berdasarkan hasil pre dan post test sebagaimana tersaji pada grafik 1 terlihat bahwa ada peserta yang mengalami penurunan nilai antara hasil post dengan pre test, ada yang tetap, dan ada yang mengalami peningkatan. Sebanyak 19 orang atau 13,57% peserta mengalami penuruan nilai. Penurunan ini disebabkan beberapa hal antara lain: 1) beberapa peserta tidak dapat secara penuh berkonsentrasi mengikuti diklat karena beberapa tugas sekolah yang tidak dapat ditinggalkan, meskipun secara prosentase kehadiran masih di atas 80%; 2)
terdapat konflik pemahaman antara sebelum mengikuti diklat dengan setelah mengikuti diklat yang menyebabkan pemahamannya justru menjadi tidak sesuai. Sebanyak 19 orang atau 13,57% peserta tidak mengalami perubahan nilai, sehingga dapat dikatakan tidak ada proses pembelajaran pada sebagian peserta ini.
Grafik 1. Nilai Pre dan Post Test 100 90 80 70
Nilai
60 50
PRE
40
POST
30 20 10
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97 103 109 115 121 127 133 139
0 Kode Peserta
Hasil pengolahan data tersaji pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Data pre dan post test peserta Rata-rata tes awal Rata-rata tes akhir t-test Standar Deviasi Pretest Efect Size
56,75 66,86 0,00000000000000184 12,636663 0,80
Rata-rata nilai post test (66,86) meningkat dibandingkan dengan rata-rata nilai pre test (56,75). Kenaikan nilai sebesar 10,11 point atau 17,81%. Kenaikan nilai rata-rata secara prosentase sangat kecil, sehingga kalau dilihat dari
perbandingan
ini
peningkatannya
tidak
memuaskan.
Analisis
dengan
menggunakan t-test menunjukkan bahwa nilai t-tes sebesar 1,84E-15 yang berarti ≤ 0,05 maka dalam diklat capacity building audit mutu internal tingkat provinsi D.I. Yogyakarta yang diselenggarakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta terjadi peningkatan pembelajaran untuk rata-rata peserta. Berdasarkan effect size (0,80) terlihat bahwa nilainya besar, dengan demikian secara statistik, diklat capacity building audit mutu internal yang dilaksanakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta pada tahun 2015 mempunyai efek yang besar terhadap perubahan pengetahuan dan keterampilan peserta. Beberapa pendukung tercapainya pembelajaran dan efeknya terhadap pengetahuan dan keterampilan peserta diklat antara lain: 1) peserta memahami arti pentingnya materi diklat sebagai bekal bagi sekolah dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan khususnya dalam tahap evaluasi melalui audit mutu internal; 2) peserta mendapat fasilitasi yang cukup sehingga dapat memahami materi diklat dengan baik.
V. Simpulan dan Saran a.
Simpulan 1.
Keefektifan diklat capacity building audit mutu internal tingkat provinsi D.I. Yogyakarta yang diselenggarakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta dapat dikatakan tinggi terlihat dari nilai t-test sebesar 1,84E-15 yang berarti ≤ 0,05, sehingga keefektifannya signifikan dalam tingkat kepercayaan 95%.
2.
Diklat capacity building audit mutu internal tingkat provinsi D.I. Yogyakarta yang diselenggarakan oleh LPMP D.I. Yogyakarta tahun 2015 memiliki dampak yang besar yang ditunjukkan dari nilai efect size sebesar 0,80.
b.
Saran 1.
Dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek kesesuaian materi diklat dengan kebutuhan peserta, analisis fasilitator, dan analisis bahan diklat.
2.
Dilakukan
pendampingan
mengimplementasikan hasil diklat.
kepada
alumni
diklat
untuk
Daftar Pustaka
Arthur, W., Bennett, W., Edens, P. S., & Bell, S. T. (2003). Effectiveness of Training in Organizations: A Meta-Analysis of Design and Evaluation Features. Journal of Applied Psychology Vol. 88, No. 2 , 234–245. Bagiyono. (2012). Evaluasi pelatihan teknik mengajar berdasarkan model empat level evaluasi pelatihan Kirkpatrick. Seminar Nasional VIII SDM Teknologi Nuklir, 31Oktober 2012 (pp. 319 - 325). Yogyakarta: STTN BATAN & PTAPB-BATAN. BSN. (2005). Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Detty, R., Christin, & Istiharini. (2008). Evaluasi Ke-efektifan Program Pelatihan “Know Your Customer and Money Laundering” di Bank X Bandung . National Conference on Management Research 2008. Makasar: National Conference on Management Research. Hardjana, A. M. (2001). Training SDM Yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius. Harmanto, Sulistiyani, T., Mustari, Rifai, A., & Munandar, A. (2014). Panduan audit mutu internal di Satuan Pendidikan. Sleman: LPMP DIY. Kallmeyer, W., Kretschmar, S. C., & Below, F. v. (2012). The ISO 19011:2011 – Successful preparation and conducting of audits. Cologne: TÜV Media GmbH, TÜV Rheinland Group. Loos, G. P., & Fowler, T. (1999). A Model for Research on Training Effectiveness. Cincinnati: National Institute for Occupational Safety and Health. Nasrul, M. (2009). Evaluasi Program Pelatihan. Medik , 39 - 44. Paulsen, C. A., & Dailey, D. (2002). A Guide for Education Personnel: Evaluating a Program or Intervention. Washington, DC: American Institutes for Research. Punia, B., & Kant, S. (2013). A Review of Factors Affecting Training Effectiveness Visà-vis Managerial Implications and Future Research Directions . International Journal of Advanced Research in Management and Social SciencesVol. 2 No. 1 January 2013 , 151-164. Saad, A. M., & Mat, N. B. (2013). Evaluation of Effectiveness of Training and Development: The Kirkpatrick Model. Asian Journal of Business and Management Sciences Vol. 2 No. 11 , 14-24. Santoso, B. (2015). Evaluasi Pelatihan. Retrieved 7 10, 2015, from The Indonesian Coral Reef Foundation: http://www.terangi.or.id Shadreck, M., & Hebert, C. (2013). Quality and Accountability in Education: What Say. Educational Research International Vol. 2 No. 2 , 165-173. Tuasikal, A. (2014, Februari 20). Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Tribun-Maluku.Com , pp. http://www.tribun-maluku.com/2014/02/tujuandan-manfaat-pendidikan-dan.html.
Tuzun, I. K. (2005). General Overwiew of Training. Journal of Commerce & Tourism Education Faculty, Year: 2005 No: 1 , 144 - 156. Unud. (2011). Kode Etik Auditor Audit Mutu Akademik Internal Universitas Udayana. Denpasar: Universitas Udayana.