CAMPUR KODE DAN INTERFERENSI DI LINGKUNGAN KOS AVITO. Oleh Cerianing Putri Pratiwi IKIP PGRI MADIUN surel:
[email protected]
ABSTRACT The aim of this study is to describe the form of code-mixing in daily conversation between the boarders in Avito and describe the form Interference of Avito boarders conversation. From the results of data analysis can be concluded that the conversation between the boarders of Avito use code-mixing very often. The use of code-mixing is influenced by the role of identity, identification of varieties, and the purpose to interpret or explain. Mixing languages is done because of the same origin place of both speaker which come from java, speaker A mix language Indonesia to javanese because her daily conversation is used javenesewhen speak to other people ard her. Same with speaker A, the speaker B which mixes Javanese to language indonesian because she hear quotation from others used language indonesia, so speaker B language indonesian when quote someone talks. Interference occurs due to errors in the form language elements which caused by someone still use their origin language when they study or use new language. This interference occurs in the formation of words with affixes absorb other languages. Keywords: Code-mixinh, Interference, boardinghouse environment ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk campur kode pada percakapan pengguni kos Avito dan mendeskripsikan bentuk Interferensi pada percakapan pengguni kos Avito. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa percakapan pengguni kos Avito cukup banyak menggunakan campur kode. Penggunaan campur kode tersebut dipengaruhi oleh identitas peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menafsirkan atau menjelaskan. Pencampuran bahasa dilakukan karena dilatarbelakangi oleh situasi dan penutur yang sama-sama berasal dari daerah (Jawa), penutur A yang mencampurkan bahasa Indonesia ke bahasa Jawa di latar belakangi oleh keterbiasaan dalam menuturkan tuturan dengan orang. Sama halnya dengan penutur B yang mencampurkan bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dilatar belakangi oleh adanya kutipan-kutipan orang yang dibicarakan, sehingga penutur B mencampurkan bahasa Indonesia ketika mengutip pembicaraan seseorang. Interferensi yang terjadi dikarenakan kesalahan bahasa yang berupa unsur bahasa sendiri yang dibawa ke dalam bahasa atau dialek lain yang dipelajari. Interferensi ini terjadi dalam pembentukan kata dengan menyerap afiks-afiks bahasa lain. Kata Kunci : Campur Kode, Interferensi, Lingkungan Kos.
19
Dalam studi
PENDAHULUAN Bahasa merupakan hal yang sangat
penting
Dalam
untuk
kehidupan
manusia.
sosiolinguistik,
bahasa diartikan sebagai
sebuah
sistem
bunyi,
lambang,
berupa
sehari-hari
bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
manusia tidak bisa melepaskan diri
beragam dan manusiawi (Chaer dan
dari bahasa. Tanpa adanya bahasa,
Agustina, 2010:11). Bahasa dapat
aktivitas
menjadi
dikaji secara internal dan eksternal.
kurang dinamis. Wibowo (2001: 3)
Kajian internal berkaitan dengan
menyatakan bahwa bahasa adalah
struktur internal bahasa yaitu yang
sistem simbol bunyi yang bermakna
berhubungan dengan aspek- aspek
dan berartikulasi yang bersifat arbiter
linguistik dan teori linguistik semata,
dan
dipakai
sedangkan kajian eksternal berkaitan
sebagai alat berkomunikasi oleh
dengan faktor di luar bahasa yang
sekelompok
berkaitan dengan penggunaan bahasa
manusia
konvensional,
akan
yang
manusia
untuk
melahirkan perasaan dan pikiran.
tersebut
Salah satu fungsi bahasa ialah alat
kelompok
komunikasi atau interaksi. Bahasa
rakatan. Pengkajian eksternal ini
dapat digunakan untuk menyam-
melibatkan lebih dari satu disiplin
paikan pikiran, gagasan, konsep atau
ilmu, misalnya sosiolinguistik yang
perasaan seseorang kepada orang
merupakan gabungan sosiologi dan
lain.
linguistik.
Oleh
karena
itu,
bahasa
sangatlah penting untuk kehidupan
oleh
Dalam
manusia.
orang
penuturnya
sosial
dan
kemasya-
berkomunikasi
memerlukan
dalam
bahasa
seseagar
seseorang yang diajak berkomunikasi
20
mengerti dengan apa yang dibi-
lembaga serta proses sosial yang ada
carakan. Begitu juga dalam ling-
di
kungan kos. Di lingkungan kos
Sosiolinguistik merupakan bidang
banyak pengguni kos yang berasal
garapan antar dua disiplin ilmu, yaitu
dari berbagai wilayah dan mereka
linguistik
mempunyai bahasa masing-masing.
masalah kebahasaan di satu sisi,
Dalam berkomunikasi di lingkungan
dengan
kos banyak muncul variasi bahasa.
menaruh perhatian pada masalah
Variasi bahasa merupakan salah satu
sosial/masyarakat di sisi yang lain.
kajian dari sosiolinguistik.
dalam
masyarakat.
yang
disiplin
Penelitian
berkutat
dengan
sosiologi
yang
Campur kode merupakan salah
Menurut Kridalaksana (dalam
satu aspek dari saling ketergantungan
Kundharu Sadhono, 2009:4) sosioli-
bahasa (language dependency) di
nguistik
yang
dalam masyarakat multilingual. Yang
mempelajari ciri dan pelbagai variasi
dimaksud adalah bahwa di dalam
bahasa serta hubungan antara para
masyarakat multilingual hampir tidak
bahasawan dengan ciri fungsi variasi
mungkin seorang penutur menggu-
bahasa itu di dalam suatu masyarakat
nakan satu bahasa secara mutlak
bahasa. Chaer dan Agustina (2010:3)
murni
juga
faatkan bahasa atau unsur bahasa lain
merupakan
menyatakan
merupakan
ilmu
sosiolinguistik
gabungan
dari
kata
tanpa
sedikitpun
meman-
(Kundharu
Sadhono,
2009:62).
sosiologi dan linguistik. Sosiologi
Chaer
Agustina
(2004:114)
adalah kajian yang objektif dan
menyatakan bahwa campur kode
ilmiah mengenai manusia dalam
(codeing) terjadi apabila seorang
masyarakat dan mengenai lembaga-
penutur menggunakan suatu bahasa
21
dan
secara dominan untuk mendukung
Banyaknya
variasi
suatu tuturan yang disisipi dengan
dalam
unsur bahasa lainnya. Gejala campur
munculnya
kode ini biasanya terkait dengan
interferensi. Oleh karena itu, peneliti
karakteristik penutur, misal, latar
berminat untuk melakukan penelitian
belakang
pendidikan,
tentang ―Interferensi dan Campur
kepercayaan, dan sebagainya. Suwito
Kode di Lingkungan Kos Avito‖.
(1983:77)
penyebab
Pemilihan kos Avito sebagai objek
terjadinya campur kode antara lain
penelitian dikarenakan, pengguni kos
adalah (1) identitas peranan, (2)
Avito berasal dari berbagai macam
identifikasi ragam, dan (3) keinginan
daerah yang memungkinkan terjadi-
untuk menafsirkan atau menjelaskan.
nya campur bahasa dan interferensi
sosil,
menyatakan
Menurut Sadhono (2009:66),
masyarakat
bahasa
semakin
menyebabkan
campur
tinggi.
kode
dan
Masalah-masalah
interferensi adalah kesalahan bahasa
yang terdapat pada penelitian ini
yang berupa unsur bahasa sendiri
adalah (1) Bagaimanakah bentuk
yang dibawa ke dalam bahasa atau
campur
dialek lain yang dipelajari. Hampir
pengguni
sama dengan pendapat Nababan
Bagaimanakah bentuk Interferensi
(1984) yang menyatakan kekeliruan
pada
yang
Avito?
terjadi
akibat
terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua.
22
kode kos
pada Avito?
percakapan
percakapan dan
pengguni
(2)
kos
mengembangkan validitas data yang
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
diperoleh.
Untuk
menjamin
dan
metode deskriptif kualitatif. Metode
mengembangkan validitas data yang
ini menggambarkan secara objektif
dikumpulkan dalam penelitian digu-
sejumlah fenomena yang ada dalam
nakan trianggulasi. Tiangulasi adalah
kalangan mahasiswa yang kos di
teknik pemeriksaan keabsahan data
daerah Jebres Tengah. Sumber data
yang memanfaatkan sesuatu yang
dalam penelitian ini yaitu pengguni
lain di luar data itu untuk keperluan
kos Avito yang beralamatkan di
pengecekan atau sebagai pemban-
Jebres Tengah. Data dalam penelitian
ding terhadap data itu (Moleong;
ini berupa pendeskripsian bentuk
2006:
interferensi dan campur kode pada
menggunakan
kalangan pengguni kos Avito.
sumber data, dan pengamat.
330).
Penelitian triangulasi
ini teori,
Instrumen utama dalam peneliti-
Teknik yang digunakan dalam
an ini adalah peneliti. Alat yang
pengumpulan data adalah simak,
digunakan yaitu catatan lapangan dan
rekam dan teknik catat. Sehubungan
alat perekam
handphone
dengan penelitian ini data diperoleh
untuk pengumpulan data selama
dari sumber data yang dilakukan
proses observasi berlangsung.
dengan cara menyimak dan mendata
berupa
Data yang telah digali, dikum-
ujaran pengguni kos Avito. Data
pulkan, dicatat harus diusahakan
yang diperoleh kemudian diolah
kemantapan dan kebenarannya. Oleh
dengan
karena
dan
pengolahan data. Teknik pengolahan
ditentukan cara yang tepat dalam
data merupakan upaya untuk mencari
itu,
harus
dipilih
23
menggunakan
teknik
dan menata secara sistematis catatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan
Bentuk
rekaman
sehingga
hasil
dapat
pengamatan menghasilkan
Campur
Kode
pada
percakapan pengguni kos Avito
pemahaman yang tepat terhadap data tersebut.
Langkah-langkah
dalam
teknik pengolahan data dilakukan
A. Hasil Penelitian
dengan cara sebagai berikut: (a)
Data ini diambil di kos Avito
mengidentifikasi data dalam bentuk
yang beralamatkan di Jebres Tengah
dokumentasi, (b) mengklasifikasikan
pada saat selesai menonton film di
masing-masing data yang relevan
kamar salah satu pengguni kos.
sesuai dengan masalah yang diteliti.
Peristiwa Tutur:
(c) mendeskripsikan masing-masing data
yang
telah
A
: Sesuk pada muleh gak? (besok semua pulang nggak?)
diklasifikasikan
sesuai dengan masalah yang diteliti.
B
: Aku muleh. (Aku pulang)
C
: Aku nggak pulang kayaknya
Teknik penyajian data meliputi tiga
mbak, banyak tugas. D
tahap yaitu (a) reduksi data, (b)
: Aku pengen pulang tapi takut kebanjiran lagi.
sajian data, dan (c) mengambil
B
kesimpulan.
: Mboh ki, kok gak ndang didandani to talange ki. Ben udan mesti banjir, kesel leh ngepel. (Tidak tahu ini. Kenapa tidak segera dibenahi talangnya. Tiap hujan mesti banjir, capek mengepel)
A
: Lha iya, bayar larang-larang barang kok. (Lha iya, sudah membayar mahal kok)
24
C
: Kemarin udah tak smsin lo
kabeh sak kosan. Nggak bayar
mbak, katanya masih nungguin
langsung
tukangnya.
(Terutama kamarku. Tidak cepat
A
: Emang tukangnya dari mana?
dibenahin semua pindah dari
C
: Nggak tahu mbak, dari Jakarta
kos. Tidak membayar langsung
mungkin (tertawa)
ditinggal kabur).
B
: Tak bawain dari Panekan wae piye?
(Aku
bawakan
B
dari
: Iyo, trus bayarano dewe. (Iya,
:
Iya
nggak
semester
apa-apa
ngarep
aku
: Aku yo gelem nek bab kabur-
kabur) A
lalu kamu yang membayar) B
kabur.
kaburan. (Aku juga mau kalau
Panekan saja gimana?) A
ditinggal
: Senenganmu kabur-kaburan wae Kus. Mendingan bersihin
tapi
kamarku ki lo.
nggak
B
: Iyo no. Eh, dibalesi iki.
bayar kos, gratis tis. (Iya tidak
C
: Dibalesin apa mbak?
apa-apa, tapi semester depan
B
: Masih nunggu tukang, mungkin
aku tidak membayar kos, gratis
lusa baru kesitu.
tis)
A
A
: Ciyus? (Serius?)
B
: Yup (Iya)
D
: Kamarku banjirnya parah lo mbak,
stres
nganti didandani. D
aku
: Semua berdoa, gak udan
ngene
ki.
: AMIN....
Pembahasan
(Kamarku banjirnya parah lo
Terjadi campur kode ketika
mbak, stres aku kalau begini) C
penutur
: Kamarku iya parah. Kasurku
dan
B
berbicara
menggunakan B1 yaitu bahasa Jawa
basah semua. B
A
: Jajal tak sms pak kos maneh.
kemudian ditanggapi oleh penutur C
(Coba aku sms bapak kos lagi) A
dengan B2 yaitu bahasa Indonesia
: Yo ndang smsen, omongo
lalu ditanggapi penutur D dengan
banjir maneh. (Iya, buruan kamu sms, bilang kalau banjir lagi) D
menggunakan
B2
yaitu
bahasa
: Terutama kamarku. Nggak Indonesia. Karena dilatar belakangi
ndang didandani pada pindah
25
oleh daerah asalnya yaitu bahasa
bahasa Jawa, menyesuaikan bahasa
daerah (Jawa) yang mana ketika si
yang digunakan penutur B. Penutur
penutur B menanggapi pembicaraan
C menanggapi dengan menggunakan
penutur A dia menggunakan bahasa
bahasa Indonesia. Kemudian penutur
daerah, yang keduanya sama-sama
A menanggapi tuturan penutur C
berasal dari kelompok daerah yang
dengan
sama. Maka terjadilah unsur campur
Indonesia, sesuai dengan bahasa
kode mencampurkan B1 ke B2 yaitu
yang dipakai penutur C yaitu bahasa
bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
Indonesia, lalu penutur C menjawab
Jika dilihat dari percakapan di
menggunakan
bahasa
pertanyaan dari penutur A dengan
atas, penutur A memulai pembi-
menggunakan
caraannya
Penutur B menyambung percakapan
bahasa
dengan Jawa
menggunakan
yang
kemudian
bahasa
Indonesia.
penutur A dan C dengan menggu-
ditanggapi oleh penutur B yang
nakan
bahasa
menggunakan bahasa Jawa juga, lalu
bahasa
Jawa.
penutur
menanggapi dengan menggunakan
C
menanggapi
menggunakan
bahasa
dengan
Indonesia.
bahasa
Jawa.
Indonesia Lalu
campur
penutur
Penutur
A
B
Penutur D juga menanggapi penutur
menanggapinya masih menggunakan
A
bahasa Indonesia yang dicampur
dengan
Indonesia.
menggunakan Kemudian
bahasa
penutur
B
dengan
bahasa
Jawa.
Kemudian
menanggapi pembicaraan penutur C
penutur A mencampurkan bahasa
dan D dengan menggunakan bahasa
gaul atau bahasa alay yaitu kata
Jawa ragam kasar. Lalu ditanggapi
―ciyus‖ untuk menegaskan ujaran
oleh penutur A dengan menggunakan
26
penutur B dan penutur B menjawab
ngan dan kebiasaan. Pencampuran
dengan kata ―yup‖.
serpihan kata (bahasa Indonesia) di
PENUTUR A
dalam bahasa Jawa yang digunakan
Penutur
A
dalam
ini merupakan peristiwa campur
berbahasa Jawa kadang menyelipkan
kode. Maka muncullah ragam bahasa
serpihan-serpihan bahasa Indonesia,
Indonesia yang kejawa-jawaan yang
untuk lebih jelas dapat dilihat dari
sedikit menyelipkan bahasa gaul.
ujaran berikut:
PENUTUR B
A
: Ciyus?
A
:
yang
Penutur
Senenganmu
kaburan
kabur-
wae
Mendingan
yang
dalam
berbahasa Jawa kadang menyelipkan
Kus. bahasa Indonesia, untuk lebih jelas
bersihin
dapat dilihat dari ujaran berikut:
kamarku ki lo. A
B
: Semua berdoa, gak udan
B
nganti didandani.
: Tak bawain dari Panekan wae piye?
Kata-kata yang bercetak tebal
B
merupakan wujud bahasa Indonesia
: Iya nggak apa-apa tapi semester ngarep aku nggak bayar kos, gratis tis.
yang digunakan oleh penutur A. Kata
Kata-kata yang bercetak tebal yang bercetak miring merupakan merupakan wujud bahasa Indonesia wujud
dari
bahasa
gaul.
Dari yang digunakan oleh penutur B. Dari
peristiwa di atas dapat disimpulkan peristiwa di atas dapat disimpulkan bahwa penutur A mencampurkan dua bahwa penutur B mencampurkan dua bahasa sekaligus secara bersamaan bahasa sekaligus secara bersamaan yaitu bahasa gaul dan bahasa Jawa ke yaitu bahasa gaul dan bahasa Jawa ke dalam
bahasa
Indonesia
karena dalam
dilatarbelakangi oleh faktor lingku-
27
bahasa
Indonesia
karena
dilatarbelakangi
oleh
faktor
D
: Kamarku banjirnya parah lo mbak, stres aku ngene
lingkungan dan kebiasaan.
ki. PENUTUR C
D
Penutur C dalam berbicara
: Terutama kamarku. Nggak ndang
pada
pindah kabeh sak kosan.
selalu menggunakan bahasa Indone-
Nggak sia tidak resmi. Berikut paparan
bayar
langsung
ditinggal kabur.
datanya: C
didandani
Kata-kata yang bercetak tebal :
Aku
kayaknya
nggak
pulang
mbak,
banyak
merupakan wujud dari bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur D.
tugas. C
: Kemarin udah tak smsin lo mbak,
katanya
masih
nungguin tukangnya. C
hal
di
disimpulkan
bahwa
atas
dapat
penutur
D
mencampurkan dua bahasa sekaligus
: Nggak tahu mbak, dari secara bersamaan yaitu bahasa Jawa
Jakarta mungkin (tertawa) C
Berdasarkan
:
Kamarku
iya
ke
parah.
Kasurku basah semua.
dalam
bahasa
Indonesia.
Pencampuran serpihan kata bahasa
Kutipan di atas menunjukkan Jawa di dalam bahasa Indonesia yang bahwa penutur C dalam bertutur digunakan ini merupakan peristiwa menggunakan bahasa Indonesia tidak campur kode. resmi. Bentuk Interferensi pada percakapan pengguni kos Avito Hasil Pengamatan
PENUTUR D Penutur D dalam berbahasa
Data ini diambil di kos Avito Indonesia
kadang
menyelipkan yang beralamatkan di Jebres Tengah
bahasa Jawa, untuk lebih jelas dapat pada saat selesai menonton film di dilihat dari ujaran berikut: kamar salah satu pengguni kos.
28
Peristiwa Tutur: A
A
(Iya,
: Sesuk pada muleh gak? (besok
semua
B
nggak?) : Aku muleh. (Aku pulang)
C
:
Aku
kayaknya
nggak
pulang
mbak,
banyak
depan aku tidak membayar kos, gratis tis)
: Mboh ki, kok gak ndang didandani to talange ki. Ben
A
: Ciyus? (Serius?)
B
: Yup (Iya)
D
: Kamarku banjirnya parah lo mbak, stres aku ngene ki.
udan mesti banjir, kesel leh
(Kamarku banjirnya parah
ngepel. (Tidak tahu ini. tidak
lo mbak, stres aku kalau
segera
begini)
dibenahi talangnya. Tiap C
hujan mesti banjir, capek
B
: Lha iya, bayar larang-
A
kok)
katanya
(Coba
aku
sms
: Yo ndang smsen, omongo
banjir lagi) D
: Emang tukangnya dari
: Terutama kamarku. Nggak ndang
didandani
pada
pindah kabeh sak kosan.
: Nggak tahu mbak, dari
Nggak
Jakarta mungkin (tertawa) B
: Jajal tak sms pak kos
kamu sms, bilang kalau
masih
mana? C
parah.
banjir maneh. (Iya, buruan
: Kemarin udah tak smsin lo
nungguin tukangnya. A
iya
bapak kos lagi)
iya, sudah membayar mahal
mbak,
Kamarku
maneh.
larang barang kok. (Lha
C
:
Kasurku basah semua.
mengepel) A
: Iya nggak apa-apa tapi
tidak apa-apa, tapi semester
: Aku pengen pulang tapi
Kenapa
yang
bayar kos, gratis tis. (Iya
takut kebanjiran lagi. B
kamu
semester ngarep aku nggak
tugas. D
lalu
membayar)
pulang
B
: Iyo, trus bayarano dewe.
bayar
langsung
ditinggal kabur. (Terutama
: Tak bawain dari Panekan wae piye? (Aku bawakan dari Panekan saja gimana?)
29
kamarku.
Tidak
cepat
dibenahin
semua
pindah
penutur B dan C menyelipkan kata-
dari kos. Tidak membayar langsung ditinggal kabur). B
kata yang menyerap afiks-afiks lain
: Aku yo gelem nek bab yaitu
kabur-kaburan. (Aku juga
:
Senenganmu
kaburan
kabur-
wae
Mendingan
kata
lihat pada tingkat morfologi sufiks (-
Kus. in) itu tidak ada, ini merupakan
bersihin
kekeliruan
kamarku ki lo. B
: Iyo no. Eh, dibalesi iki.
C
: Dibalesin apa mbak?
B
: Masih nunggu tukang,
akibat
yang
terjadi
terbawanya
sebagai
kebiasaan-
kebiasaan dalam ujaran bahasa Ibu atau dialek ke dalam bahasa (dialek
mungkin lusa baru kesitu. A
menyebutkan
nungguin, bawain, balesin. Jika di
mau kalau kabur) A
dengan
: Semua berdoa, gak udan
kedua) dan ini merupakan peristiwa
nganti didandani. D
penyimpangan norma dari salah satu
: AMIN....
bahasa atau lebih.
Pembahasan Dari hasil paparan di atas jika
Bentuk-bentuk tersebut dikata-
kita lihat penutur B dan C dalam
kan
pembicaraannya terkadang menyelip-
karena bentuk-bentuk tersebut sebe-
kan ujaran suatu bahasa terhadap
narnya ada bentuk yang benar, yaitu
bahasa
mencakup
menunggu, membawakan, memba-
pengucapan dalam tata bentuk kata
las, tetapi tidak digunakan sesuai
bidang morfologi.
konteksnya. Maka berdasarkan data-
lain
yang
Interferensi ini terjadi dalam
sebagai
bentuk
interferensi
data di atas jelas bahwa proses
pembentukan kata dengan menyerap
pembentukan
afiks-afiks bahasa lain. Dapat dilihat
interferensi pada tingkat morfologi
dari hasil rekaman di atas yaitu
tersebut mempunyai bentuk dasar
30
kata
yang
disebut
berupa kosa kata bahasa Indonesia
ke bahasa Indonesia dilatar belakangi
dengan
oleh adanya kutipan-kutipan orang
afiks-afiks
dari
bahasa
daerah.
yang dibicarakan, sehingga penutur
SIMPULAN
B mencampurkan bahasa Indonesia
Percakapan
pengguni
kos
ketika
mengutip
pembicaraan
Avito cukup banyak menggunakan
seseorang. Interferensi yang terjadi
campur kode. Penggunaan campur
dikarenakan kesalahan bahasa yang
kode
oleh
berupa unsur bahasa sendiri yang
identitas peranan, identifikasi ragam,
dibawa ke dalam bahasa atau dialek
dan keinginan untuk menafsirkan
lain yang dipelajari. Interferensi ini
atau
Kebebasan
terjadi dalam pembentukan kata
penggunaan bahasa yang dilakukan
dengan menyerap afiks-afiks bahasa
oleh penutur dan lawan tutur di atas
lain.
tersebut
dipengaruhi
menjelaskan.
semata-mata dilakukan dengan faktor kebiasaan.
Pencampuran
dilakukan karena
DAFTAR PUSTAKA Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
bahasa
dilatarbelakangi
oleh situasi dan penutur yang sama-
Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2010, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
sama berasal dari daerah (Jawa), penutur
A
yang
mencampurkan
bahasa Indonesia ke bahasa Jawa di
Moloeng, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
latar belakangi oleh keterbiasaan dalam menuturkan tuturan dengan orang. Sama halnya dengan penutur
Nababan. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia.
B yang mencampurkan bahasa Jawa
31
Saddhono, Kundharu. 2009. Sosiolinguistik: Teori dan Analisis. Surakarta: UNS Pres.
Suwito. 1983. Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset. Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.
32