Call For Proposal for Sub Recipient IND-T-MOH: Accelerating Action towards Universal Access to Quality TB Control in Indonesia
Pengendalian TB di Indonesia menunjukkan berbagai keberhasilan yang sudah diakui ditingkat global. Dewasa ini, Indonesia masih termasuk 4 besar Negara dengan beban TB tertinggi didunia. Keberhasilan ditunjukan dengan adanya peningkatan angka notifikasi TB yang sangat signifikan dan konsisten dari 32 /100.000 (tahun 2000) menjadi 136/100.000 (tahun 2011). Pada akhir tahun 2011, penemuan kasus TB mencapai 83,5 % dari 70% yang ditargetkan dan keberhasilan pengobatan TB telah mencapai 90,3 % lebih dari target 85%. Sedangkan angka kematian TB turun lebih dari 50%, dari 92/100.000 pada tahun 1990 menjadi 27/100.000 pada tahun 2010. Namun demikian laporan dalam WHO global masih menunjukkan bahwa jumlah kasusTB di Indonesia masih sekitar 5,8 % dari total kasus TB dunia dan setiap tahun terdapat 450.000 kasus baru TB dengan kematian sekitar 64.000 orang. Saat ini tantangan yang terbesar adalah belum optimalnya akses universal terhadap layanan TB berkualitas dikarenakan oleh under-reporting dan under-diagnosis, serta berbagai tantangan terkait peningkatan Multiple Drug Resistant (MDR TB), koinfeksi TB-HIV, dan penanganan TB anak. Indonesia telah menerima dana hibah dari Global Fund untuk R10 pada Juli 2011, yang kemudian digabung dengan R-8 phase 2 (MOH) menjadi SSF TB phase 1 dengan grant number: IND-T-MOH dengan Principal Recipient (PR): Direktorat Jenderal PP dan PL, Kementerian Kesehatan, dan Sub Recipient (SR), Dinas Kesehatan Provinsi serta SR Non Government Organization (NGO), Organisasi Profesi dan instansi terkait. Sebanyak 33 propinsi yang terdiri dari 482 kabupaten/kota serta 13 NGO menjadi SR GF Komponen TB. Proposal GFATM R10 sejalan dengan Strategi Nasional pengendalian TB 2010-2014, yang mencakup analisis kesenjangan keuangan untuk program pengendalian TB lima tahun kedepan dan berdasarkan rekomendasi dari hasil JEMM tahun 2007. Strategi Nasional untuk Pengendalian TB 2010-2014 memberikan strategi dalam pencapaian
MDG untuk program pengendalian TB dan mengidentifikasi kesenjangan dalam sumber pendanaan pemerintah dan lainnya untuk mempercepat program pengendalian TB di Indonesia sebagai bagian dari strategi TB. Strategi Nasional ini juga masuk dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2010-2014 yang mencakup target spesifik untukpengendalian TB. Goal: Mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait TB dan MDR-TB serta memperkuat system kesehatan di masyarakat dalam rangka meningkatkan kinerja pengendalian Tuberkulosis di Indonesia. Tujuan: 1. Memperluas intervensi yang efektif untuk mencapai akses universal dalam pencegahan dan pengobatan DOTS berkualitas dan PMDT, khususnya di daerah terpencil. 2. Menyempurnakan system kesehatan dalam konteks Pengendalian TB untuk meningkatkan sector layanan public dan mengatasi kendala yang masih ada dalam system informasi kesehatan terintegrasi, pengadaan obat & system distribusi, jumlah dan mutu layanan diagnostik, motivasi dan kemampuan pekerja kesehatan. 3. Meningkatkan peran serta komunitas dalam system penguatan Program Pengendalian TB dengan meningkatkan partisipasi yang efektif dan efisien dari CBO, FBO dan organisasi lainnya untuk mendapatkan hasil kerja yang mempunyai dampak yang terukur secara nasional. SSF Komponen TB fase 1 sudah dimulai pada Juli 2011 – Desember 2013 dan fase 2 akan dimulai pada Januari 2014 – Desember 2016. Pada fase 1, SR yang terlibat adalah 33 Dinas Kesehatan Provinsi, 13 NGO serta 4 Institusi yang merupakan SR Khusus. Pada tanggal 5 Desember 2012, CCM Indonesia menerima undangan untuk Request for Continuation Funding for IND-T-MOH, untuk itu PR MOH bersama dengan TWG/CCM mempersiapkan Concept Note untuk Grant Renewal. Mengingat pelibatan
SR non provinsi pada fase 1 dirasakan sangat bermanfaat dan membantu untuk memberikan daya ungkit terhadap beberapa indikator kunci, maka direncanakan pelibatan yang lebih luas sebagai mitra PR MOH dalam SSF TB fase 2. Pada fase 2 ini ada beberapa mekanisme pelibatan mitra, yaitu: 1. Melibatkan kembali SR yang sudah bergabung difase 1 2. Melakukan evaluasi bagi mitra potensial dan diminta menjadi SR (sebelumnya hanya sebagai implementing unit) 3. Membuka peluang bagi mitra yang belum terlibat melalui call for proposal Ketiga mekanisme tersebut diatas akan melalui proses seleksi oleh Technical Working Group (TWG) TB dan Kementerian Kesehatan. Dalam pelibatan mitra, Service Delivery Area (SDA) yang telah ditetapkan oleh PR komponen TB adalah penguatan Health System Strengthening (HSS) dan Community Health System Strengthening (CSS). Tujuan yang hendak dicapai serta SDA terkait dapat dilihat dibawah ini. Objective 2: Strengthened health systems with focus on improving quality of service delivery and optimizing TB case management •
SDA 2.1. Service Delivery Accelerating public and private hospital involvement from 30% to 80% by 2014. Activities focus on implementation of ISTC; adopting quality DOTS as a criteria for hospital accreditation; networking between hospitals and health centers for more effective referral; and lab quality assurance system strengthening
•
SDA 2.4. Health Financing: To improve financing to ensure optimal accountability of funding and embedding planning for TB control in national and local development budgets (APBN, APBD), gradually phasing out external donor support. The activities are mainly establishment of network, advocacy, lobby and integrated planning.
•
SDA 2.5 Health Information System:Indonesia is categorized as high impact country. More enriched and impact measurements should be encouraged as basis for future policy direction.
Objective 3: Strengthened community systems to empower communities for sustained TB control •
SDA 3.1. Monitoring and Documentation of community and government interventions: activities supporting implementation of the amended Indonesian ACSM Framework, including enhanced participation of NGOs in national consultative forums.
•
SDA 3.2. ACSM: supporting local NGO’s to actively engage and advocate with decision makers in
district parliaments; Implementation of the recently
developed advocacy tools; supporting NGOs in development of advocacy messages and campaigns •
SDA 3.3.
Building community linkages, collaboration and coordination:
fostering linkages between NTP and communities by engaging women and youth organizations as well as HIV /AIDS NGOs and other local NGOs/FBOs in suspect identification, referral for laboratory examination and treatment monitoring. •
SDA 3.4. HR Skill building for service delivery, advocacy and leadership: capacity building of NGOs currently engaged in TB control:leadership training for policy and advocacy roles at national levels and management, planning, monitoring & evaluation, gender auditing.
•
SDA 3.6. Service availability, Use and Quality: interventions under this SDA mainly encompass development
of a general guideline and a protocol for
engagement of local NGOs describing the minimum standards for quality DOTS services;development of referral systems between local NGOs and local health services •
SDA 3.7 Monitoring & Evaluation, Evidence Building: this SDA mainly entails community monitoring and evaluation of their involvement with feedback mechanism, including on linkage, referral systems, and clinical services
Padafase 2 ini tidak hanya komponen CSS yang menjadi focus area kegiatan SR, namun juga komponen HSS. SR calon mitra bisa dari Organisasi Kemasyakatan, LSM lokal, Organisasi Keagamaan, Organisasi profesi, Lembaga Penelitian, serta organisasi lain yang bisa memberikan kontribusi positif terhadap pengendalian TB. SR calon mitra yang berminat harus segera mengajukan proposal dengan prinsip proposal yang “low cost- high effectiveness- high sustainability”. Diharapkan para mitra yang nantinya terlibat dalam fase 2 ini akan mengungkit pencapaian target dan indikator Program Pengendalian TB. Proposal ditujukan kepada PR Kemenkes IND-T-MOH, Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung, c.q. Sub Direktorat Tuberkulosis, Jl. Percetakan negara 29 Gedung B lantai 4. Deadline waktu pengajuan proposal untuk fase 2 ini adalah tanggal 20 Februari 2013. Selanjutnya proses review proposal oleh tim dilakukan pada tanggal 20-28 Februari dan pengumuman kandidat SR akan dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2013. Penetapan SR akan dilakukan setelah proses verifikasi oleh LFA pada bulan April 2013.