1
TANPA RUANG
LABORATORIUM MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
KEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU DALAM EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK SMPN TERPENCIL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
A. PENGANTAR Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran merupakan produk guru yang didasarkan atas pengetahuan, pengalaman, dan dedikasinya terhadap profesinya.
Menurut
Rohani
dan Ahmadi ( 1995: 4) bahwa kunci
pokok pengajaran itu ada pada seorang guru. Guru disebut sebagai subjek pengajaran. Guru adalah pemeran utama pengajaran. Tugas utama guru di antaranya adalah menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Dengan iklim belajar mengajar yang menantang berkompetisi secara sehat serta memotivasi siswa dalam belajar, akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar yang optimal. Sebaliknya, tanpa hal itu apa pun yang dilakukan guru tidak akan mendapat respons siswa secara aktif (Usman dan Setiawati, 2000: 120). Salah satu fungsi mata pelajaran IPA menurut Sumaji, dkk (1998 :35) adalah menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Guru IPA dituntut mampu mendesain pembelajaran IPA yang ditunjang dengan pemilihan metode yang tepat dengan karakter materi.
Pembelajaran IPA mencakup pengembangan tiga domain
yaitu: pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Dalam pembelajaran IPA
2
pada hakekatnya ada dua aspek penting yang sangat menentukan, yaitu konsep sebagai produk dan ketrampilan proses sebagai proses. Konsep sebagai produk haruslah mengembangkan
diperoleh melalui kegiatan yang
ketrampilan proses. Ketrampilan proses yang
diperlukan untuk memahami sains terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Carin & Sund (1980: 6) ketrampilan itu
meliputi identifikasi masalah, observasi, membuat
hipotesis, membuat analisis, melakukan inferensi, ekstrapolasi, sintesis, dan evaluasi. Efektivitas pembelajaran terjadi apabila siswa terlibat langsung dalam
proses
pembelajaran.
Menurut
Hamalik
(2001)
bahwa
pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri dan mengeksplor aktivitas sebanyakbanyaknya, diharapkan dari aktivitas tersebut siswa mampu memahami konsep yang sedang di hadapi. Efektivitas pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu memahami alam sekitar dengan fakta-fakta yang ada dilingkungan agar pemahamannya lebih mendalam. Ada lima kompetensi yang dapat dicapai siswa, yaitu: 1) kompetensi metodologi, 2) kompetensi konseptualisasi, 3) kompetensi pemahaman konsep, 4) kompetensi aplikasi, dan 5) kompetensi nilai (Djohar ,2004). Semua
kompetensi
tersebut
akan
tercapai
apabila
skenario
pembelajaran yang dibuat guru memberi peluang kelima kompetensi tersebut tumbuh dan berkembang.
B. MASALAH Kenyataannya dari hasil pengawasan yang dilakukan, di beberapa SMP Negeri Satu Atap (Satap) yang juga merupakan SMP Negeri terpencil
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum sepenuhnya
melaksanakan pendekatan yang menekankan pada pengalaman
3
langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu memahami alam sekitar dengan fakta-fakta yang ada dilingkungan agar pemahamannya lebih mendalam. Keterbatasan media dan tidak
adanya laboratotium IPA
bagi
SMPN Satu Atap merupakan penyebab tidak selalu berjalannya proses sains dalam pembelajaran IPA. Konsep tentang belajar IPA di Laboratorium adalah pembelajaran yang dibatasi oleh dinding dan ruang laboratorium.
Proses pembelajaran dilakukan di kelas lebih
banyak metode ceramah dan tanya jawab. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa guru IPA SMP terpencil,
SMP Negeri Satu Atap
di kabupaten HST dapat
disimpulkan bahwa materi yang terlalu banyak menjadi alasan mengapa mereka menjadikan metode ceramah adalah jalan yang paling aman untuk pembelajaran tuntas materi. Pemasalahan umum lainnya adalah karena tidak adanya laboratorium untuk praktek pembelajaran IPA, sehingga proses sains atau proses ilmiah yang melekat pada pembelajaran IPA tidak selalu terlaksana.
C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya
kegiatan-kegiatan
tersebut
secara
terkendali (Anonim, 2007). Menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka. Pengertian lainnya
menurut Emha (2002),
laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain. Peranan laboratorium menjadi sangat penting, karena laboratorium merupakan pusat
proses
belajar
mengajar untuk
mengadakan
percobaan,
4
penyelidikan atau penelitian (Ar1, 2007). Laboratorium sebagai tempat bagi para peserta didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya (Emha,2002). Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan pelatihan atau percobaan
terkait
dengan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang dibatasi oleh
ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka
misalnya lingkungan sekolah dan pembelajaran tidak tertutup juga untuk juga alam yang sangat berperan bagi siswa. Pembelajaran berbasis lingkungan merupakan salah satu solusi karena ketidak adaan sarana ruang laboratorium yang dimiliki sekolah. Pembelajaran berbasis lingkungan adalah laboratorium alam yang dapat dikembangkan agar siswa memperoleh pengalaman lebih terkait dengan yang dipelajarinya sehingga siswa dapat dengan mudah memahami fakta dan konsep-konsep yang dipelajari. Salah satu jenis lingkungan yang dapat dipakai sebagai sumber belajar menurut Hamalik (2013) adalah lingkungan alam meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sasaran belajar,media belajar, sumber
belajar,
dan
sarana
belajar..
Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar atau praktek bahan alam yang di bawa ke kelas. Hal ini bisa diartikan selain pembelajaran di kelas pembelajaran bisa juga dilakukan juga di luar kelas dengan tujuan agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, tercipta pembelajaran aktif
dan
menyenangkan.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar diharapkan wawasan dan pengetahuan peserta didik akan berkembang tidak terbatasi oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab siswa dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
5
Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna, sebab peserta didik dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar. Pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak yang lebih meningkat. Desain serta strategi pembelajaran berbasis lingkungan perlu mendapat pembinaan pengembangan secara berkelanjutan bagi guruguru IPA di SMP Satap sebagai solusi untuk mengatasi ketiadaan ruang laboratorium di sekolah mereka. Supervisi akademik adalah jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru dalam pembelajaran. dilanjutkan dengan tindak lanjut berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Supervisi yang dilakukan pada SMPN terpencil SMPN Satap di beberapa SMPN d kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah model supervisi tradisional dengan tahap awal adalah melakukan wawancara sebagai pra-observasi. Pada pada tahap ini Pengawas atau supervisor melakukan wawancara yang
berfokus masalah
pada desain RPP
terdahulu ke desain RPP berbasis lingkungan, tahap observasi dengan melihat guru mengajar serta post-observasi
dilakukan setelah
observasi kelas selesai, supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan
6
dilakukan. Kegiatan tersebut di atas diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam efektivitas pembelajaran. Hal tersebut bersesuaian dengan konsep bahwa supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Sasaran
utama
supervisi
akademik
adalah
kemampuan-
kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan
hasil
penilaian
untuk
peningkatan
layanan
pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat. Pada pembinaan yang dilakukan melalui supervisi akademik untuk guru-guru IPA SMPN terpencil yang belum memiliki Laboratorium IPA yaitu SMPN 3 satap BAT dan SMPN 4 Satap BAT dengan tahapan yang dilakukan oleh pengawas dalam supervisi akademiknya adalah a.Tahap perencanaan Tahap perencanaan dilakukan dengan diawali supervisi awal pada proses pembelajaran. Hasil evaluasi observasi awal digunakan untuk
merencanakan
pembinaan
selanjutnya.
Pada
tahap
perencanaan ini pengawas sekolah mempersiapkan hal-hal sebelum observasi dilaksanakan, antara lain persiapan lembar wawancara. Pengawas Sekolah menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, menyajikan gambaran sekilas kegiatan yang akan dilaksanakan, melaksanakan temu awal dan wawancara tentang
konsep RPP
yang akan dilaksanakan guru , lembar observasi supervisi. b. Tahap pelaksanaan Tahap ini diawali dengan pembimbingan desain RPP berbasis lingkungan yang berbentuk pembelajaran di kelas menggunakan bahan/media yang ada di alam atau pembelajaran di luar kelas
7
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media/sarana dalam pembelajaran. Observasi adalah lanjutan dari tahapan pelaksanaan desain RPP yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat
ada
kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, mengamati situasi proses pembelajaran, dan mengamati hasil keseluruhan dari tindakan tersebut. c. Tahap Akhir Pengawas Sekolah dan guru melaksanakan diskusi, refleksi terhadap proses
pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan,
melaksanakan refleksi dan membuat simpulan tentang pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran IPA .
Efektivitas pembelajaran IPA yang dilaksanakan dapat terlihat dari aktivitas penuh dari siswa dalam proses pembelajaran. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Veithzal (1999) mengemukakan bahwa “efektivitas tidak hanya dilihat dari sisi produktivitas, tetapi juga dilihat dari sisi persepsi seseorang” demikian juga dalam pembelajaran, efektivitas bukan sematamata dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai konsep yang ditunjukan dengan nilai hasil belajar tetapi juga dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diikuti. Efektivitas pembelajaran IPA di beberapa sekolah terpencil di SMPN 3 Satap BAT dan SMPN 4 Satap BAT dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung.
Efektivitas
pembelajaran
IPA
berbasis
8
lingkungan dapat dilihat dari beberapa proses pembelajaran pada SMPN Satap berikut: Beberapa pembelajaran IPA di SMPN 3 Satap BAT berbasis lingkungan. Pembelajaran menggunakan media atau bahan-bahan alam yang dibawa ke kelas. Percobaan untuk menentukan asam basa menggunakan larutan dari air perasan belimbing wuluh, air jeruk nipis, air garam
dan air sabun dengan alat indikator kertas lakmus. Efektivitas
pembelajaran dapat dilihat dari foto keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran berikut:
Pembelajaran lainnya pada kompetensi cahaya dan ekosistem dengan pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran di SMPN 4 Satap BAT juga untuk beberapa materi tertentu menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan. Pembelajaran kompetensi memahami ciri-ciri makhluk hidup dengan media/bahan daun putri malu dengan pembelajaran di luar kelas. Proses pembelajaran berjalan dengan sangat menyenangkan, siswa aktif, siswa mencoba menyentuh daun putri malu dan juga mencoba-coba menyentuh daundaun lain di sekitarnya. Siswa menyentuh daun pada ujungnya, tengah daun dan pangkal daun . Efektivitas pembelajaran terlihat saat siswa menemukan
konsep
rangsangan
pada
makhluk
hidup
dengan
menghubungkan fakta-fakta yang ditemuinya pada makhluk hidup di lingkungan sekolahnya. Hal ini dapat dilihat pada foto aktivitas siswa pada pembelajaran :
9
Pembelajaran lainnya pada materi sifat asam basa pada bahan makanan dengan Kompetensi Dasar melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dengan indikator melakukan percobaan untuk mengetahui sifat asam dan basa dengan menggunakan kembang sepatu, bunga mawar, dan kunyit. Keterlibatan siswa dalam menemukan konsep asam basa sangat baik. Siswa dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Pada pembelajaran berbasis lingkungan tersebut memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai Penerapan
tujuan desain
pembelajaran RPP
sesuai
berbasis
dengan
lingkungan
yang
diharapkan.
dengan
mengambil
media/bahan alam menghasilkan respon siswa yang sangat baik meskipun
pembelajaran
tersebut
dilakukan
di
kelas.
Efektivitas
pembelajaran tersebut juga dapat dilihat pada foto pembelajaran di bawah ini:
10
Setiap metode atau strategi yang dilakukan pada suatu pembelajaran, memungkinkan terdapatnya kekurangan-kekurangan. Refleksi dari hasil observasi kelas yang dilakukan pengawas sekolah melalui supervisi akademik proses pembelajaran sangat diperlukan untuk revisi desain RPP dan proses pembelajaran berikutnya. Refleksi yang mungkin dari proses pembelajaran yang memuat aktivitas penuh dari siswa adalah siswa akan merasakan
bahwa
pembelajaran
itu
adalah
pembelajaran
yang
menyenangkan. Siswa tengelam dalam keasyikan proses sains yang dilakukan, tetapi lupa terhadap tujuan dan simpulan yang harus dibuat dalam pembelajaran tersebut.
Kemungkinan lainnya adalah siswa bisa
menyimpulkan dengan benar karena dalam Lembar Kerja memuat tahapan-tahapan proses dari fakta menuju konsep dari yang sederhanan ke lebih kompleks, sehingga siswa bisa menyimpulkan dan mengingat konsep
dalam
pembelajaran
dengan
benar
dan
perlu
pembelajaran
yang
merupakan
bantuan
pemantapan dari guru. Keberhasilan
proses
efektivitas pembelajaran
ciri
dari
dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya
adalah tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta suasana evaluasi. Dari beberapa faktor tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi membentuk suatu kesatuan guna mencapai keberhasilan belajar yang tinggi. Hal ini bersesuaian dengan yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain (2006:109) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik
di
antaranya
yaitu:
tujuan,
guru,
peserta
didik,
pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta suasana evaluasi.
kegiatan
11
D. KESIMPULAN DAN HARAPAN 1. Kesimpulan Salah satu fungsi mata pelajaran IPA adalah menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Guru IPA dituntut mampu mendesain pembelajaran IPA yang ditunjang dengan pemilihan metode yang tepat dengan karakter materi. Dalam pembelajaran IPA pada hakekatnya ada dua aspek penting yang sangat menentukan, yaitu konsep sebagai produk dan ketrampilan proses sebagai proses. Konsep sebagai produk haruslah diperoleh melalui kegiatan yang mengembangkan
ketrampilan proses.
Efektivitas pembelajaran IPA yang dilaksanakan dapat terlihat dari aktivitas penuh dari siswa dalam proses pembelajaran. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Bagi sekolah-sekolah terpencil yang tidak memiliki ruang laboratorium seharusnya tidaklah menghalangi “proses ilmiah” dalam pembelajaran IPA, banyak yang bisa diperbuat guru untuk mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu solusi dari ketidak adaan laboratorium IPA di sekolah adalah mendesain dan melaksanakan pembelajaran berbasis lingkungan yaitu dengan pembelajaran di dalam kelas dengan bahan/media yang berasal dari alam atau pembelajaran di luar kelas memanfaatkan alam sebagai media untuk mengamati faktafakta dan konsep. Peran pengawas sekolah dalam pengembangan kemampuan guru untuk mengatasi permasalah di sekolah
haruslah nyata.
Salah satu solusi permasalahan pembelajaran di sekolah adalah supervisi akademik dengan tahapan pra observasi, observasi proses pembelajaran dan post observasi yang digunakan bersama
12
sebagai refleksi. Refleksi untuk revisi desain RPP dan proses pembelajaran berikutnya.
2. Harapan Begitu banyak permasalah yang kita hadapi di dunia pendidikan.
Salah satu masalah tersebut adalah rendahnya
mutu pendidika di Indonesia yang tidak terlepas dari keterkaitan dengan peran dan tanggung jawab optimal guru sebagai pendidik. Merujuk pada Undang-undangNo 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan untuk memenuhi harapan sesuai dengan tuntutan undang-undang guru dan dosen tersebut diatur lagi Permen Diknas No.16 tahun 2007 tentang rambu-rambu kompetensi yang harus dimilki oleh guru, seharunya lah bahwa guru selalu berusaha meningkatkan kompetensinya untuk pengabdian tugas yang berkualitas. Sikap terbuka dari semua praktisi pendidikan untuk selalu bekerjasama harus terjalin baik untuk terbaik.
mutu pendidikan yang
13
DAFTAR PUSTAKA A. Ghani Rahman .2014.Metodologi Penelitian Sekolah.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada ------. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Ilmu Pengetahuan Alam. Dirjen Dikdasmen. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Rineka Cipta. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2010. Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan. Jakarta: Ditjen PMPTK Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2010. Supervisi Akademik. Jakarta: Ditjen PMPTK Kementerian Pendidikan Nasional. Hamzah B,Uno dan Nurdin.2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:Bumi Aksara. Musfiqon, Bahak Udin By Arifin.2015. Menjadi Pengawas Sekolah Profesional.Sidoarjo:Nizamia Learning Center. A. Ghani Rahman .2014.Metodologi Penelitian Sekolah.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada Winkel,W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.
ARTIKEL TANPA RUANG LABORATORIUM MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU DALAM EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK SMPN TERPENCIL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
OLEH ANTON NORTASIAH RAHMI, M.Pd. NIP. 19700820 199303 2 010 (Pengawas MIPA SMP Disdik Kab. Hulu Sungai Tengah)
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016