C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI EKSODONSIA
Untuk menghindari komplikasi akibat suatu tindakan eksodonsia, operator harus memahami benar gigi yang berindikasi eksodonsia dan yang mempakan kontra indikasi eksodonsia sehingga tidak terjadi keadaan yang dapat membahayakan jiwa penderita. Operator harus mengetahui gigi-gigi yang harus dirawat melalui tindakan eksodonsia dan akibat dan tidakan eksodonsia terhadap kesehatan umum penderita. Indikasi Eksodonsia Bila sebuah atau beberapa buah gigi telah direncanakan untuk dilakukan eksodonsia maka dapat digambarkan bahwa riwayat gigi itu telah tamat. Keterangan yang meyakinkan penderita tentang keharusan melakukan tindakan eksodonsia harus dibenkan sejelas mungkin agar penderita kooperatif. Indikasi eksodonsia menunjuk kepada gigi-gigi yang harus dirawat melalui eksodonsia. Indikasi eksodonsia adalah sebagai berikut: 1. Gigi yang dipandang sebagai fokus infeksi. Gigi yang dimaksud adalah gigi yang dipandang sebagai sarang mikro-organisme yang dapat menyebarkan toksin atau pengaruhnya ke lain organ yang jauh letaknya dan tempat mikroorganisme tersebut. Sebagai eontoh adalah fokus infeksi yang terletak pada suatu gigi dapat menimbulkan gejala infeksi di daerah kulit, mata, jantung atau ginjal. Pada umumnya gigi yang dicurigai sebagai fokus infeksi adalah gigi yang nonvital, akan tetapi gigi vital juga dapat menjadi sumber infeksi yang berasal dan jaringan pendukungnya. 2. Gigi dengan jaringan pulpa non vital , pulpa infeksi akut atau kronis yang tidak mungkin dirawat melalui perawatan saluran akar gigi. 3. Gigi yang menderita penodontokiasia yang berat menunjukkan suatu kerusakan degeneratif yang sangat progresif pada tulang pendukung gigi dan keadaan im tak mungkin untuk dirawat melalui perawatan penodonsia. 4. Gigi yang tidak dapat dirawat melalui apikoektomi atau apeks reseksi. Apikoektomi adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk menghindari ekstraksi gigi pada gigi yang mendenta infeksi atau trauma dengan memotong dan membuang sepertiga ujung akar gigi beserta jaringan periapikalnya yang mengalami padaosis. 5. Gigi yang tidak dapat lagi dirawat melalui perawatan operative dentistry. Indikasi untuk eksodonsia tergantung pada perluasan karies; makin luas struktur gigi yang terlibat makin rapuh struktur giginya, makin tinggi kemungkinan gigi itu uantu diekstraksi. 6. Gigi impaksi ( impacted tooth ) yaitu gigi yang mengalami gangguan erupsi karena terhalang oleh gigi sebelahnya atau tulang sekitar yang terlalu padat. Akibat dan gigi impaksi adalah terjadinya komplokasi seperti radang, kista, kanies pada gigi yang Universitas Gadjah Mada
1
bersangkutan atau gigi sebelahnya atau komplikasi neurologis. Termasuk mi adalah gigi yang imbeded yaitu gigi yang fir erupsi di dalam tulang rahang. 7. Gigi supernumeran ( Supernumerary tooth ). Ini merupakan anomali dalam jumlah gigi, yaitu jumlah gigi yang berlebih , dapat berupa
mesiodens, paramolar, distomolar.
Kelebihan gigi yang mengganggu fungsi maupun estetis memerlukan tindakan eksodonsia. 8. Retensi gigi susu bila gigi permanent penggantinya telah erupsi atau segera akan erupsi pada kedudukan normal. 9. Gigi malposisi yang tidak dapat atau bukan indikasi untuk dilakukan perawatan secara ortodonsi 10. Eksodonsia dilakukan untuk keperluan mendapatkan ruang yang diperlukan untuk / pada perawatan ortodonsia, biasanya yang dicabut adalah gigi-gigi premolar pertama atau kedua. 11. Sisa akar gigi yang masih tertanam di dalam prosesus alveolaris; eksodonsia akar gigi tersrbut bertujuan untuk menghilangkan fokus infeksi atau iritasi mekams yang berasal dan sisa akar. 12. Gigi yang menyebabkan iritasi horns atau trauma pada jaringan lunak, sehingga akanmenimbulkan rathng atau perlukaan. Indikasi eksodonsia adibenkan karena mengingat letak gigi dan fungsinya, keadaan tersebut serting dijumpai pada gigi molar maksila.yang mengalami elongasi atau malposisi. Kontra Indikasi Eksodonsia
Kontra indikasi sistemik Bila dijumpai suatu kontra indikasi yang bersifat sistemik, Iangkah yang harus dilalui yaitu mendapat kepastian apakah penderita telah ada dalam pengawasan dokter ahli, apakah penyakit yang dideritanya telah dalam keadaan terkontrol. Berikut adalah daftar penyakit sistemik yang merupakan kontra indikasi dilakukan eksodonsia pada penderitanya. 1. Penyakit jantung. Riwayat kesrehatan berikut im dapat menunjukkan kecurigaan terbadap penyakit jantung dan memerlukan rujukan ke dokter spesialis. Tanda yang dapat dijadikan patookan adalah adanya tanda sesak nafas, kelelahan khronis, palpitasi, sukar tidur, vertigo. Cyanosis pada bibir lidah dan kuku dyspnoe pada eksesi; pembesaran vena sevikal; edema kaki; eksoptalmus dengan goiter; nervous ditandai dengan berkenngat terus; takikardi; petechiae. Penyakit jantung rema Universitas Gadjah Mada
2
Penderita yang mempunyai riwayat penyakit jantung rema harus mendapat konsultasi dan dokter ahli, profilaksi obat Pemsilin sebelum dan sesudah eksodonsia dilakukan. Katup jantung yang sudah mengalami kerusakan merupakan tempat transit kuman Streptokokus Vindans yang umumnya dapat ditemui dalam aliran darah sesudah dilakukan eksodonsia. Kuman tersebut akan masuk kedalam jantung melalui katup sehingga akan terjadi keadaan yang disebut Subacute Bacterial Endocarditis.
2. Penderita hamil Operator sering menghadapi penderita hamif yang akan dilakukan eksodonsia, yang menjadi masalah adalah apakah penderita tersebut akan mampu menerima perawatan eksodonsia atau [ebih baik ditunda sampai melahirkan. Meskipun diketahui bahwa bukan tindakan bedah mulut yang menjadi penyebab keguguran janin tersebut tetapi harus berhati-hati untuk menghadapi segala kemungkinan karena masyarakat yang tidak mau tahu atau tidak mengerti tentang hal itu.
3. Kelainan darah Penyakit kelainan darah yang merupakan kontra indikasi untuk dilakukan eksodonsia adalah: lekemia, purpura hemoragika, hemofihia, anemia pernisiosa. Bagi seorang dokter gigi paling sedikit harus mengetahui tanda-tanda penyakit kelainan darah tersebut agar dalam megerjakan eksodonsia atau tindakan bedah mulut Iainnya dengan aman.
Lekemia a.
Lekemia mielogenous Penderita merasa lemah, berat badan berkurang, terdapat tanda-tanda anaemia, terdapat pembesaran limpa, perut merasa mual dan kembung. Kadang-kadang demam, gangguan gastrointestinal, terdapat fenomena ptechiae, perdarahan gusi
b.
Lekemia limfatika Terdapat tanda-tanda badan makin lama mudah lelah dan lemah. Terdapat pembesaran limfonodi di seluruh tubuh. Terdapat fenomena perdarahan yaitu gusi mudah berdarah dan petechiae. Perdarahan pasca eksodonsia atau tonsilektomi
c.
Purpura hemoragika Mempakan keadaan defisiensi asam askorbat atau disebut scurvy. Pada keadaan yang lanjut akan teijadi perdarahan gusi danfragilitas kapiler sehingga akan meidah terjadi perdarahan, terdapat petechiae dan echymosis. -
4. Diabetes melitus Universitas Gadjah Mada
3
Tanda- tanda penyakit DM ini adalah poliuri ( banyak kencing), polidipsi (banyak minum ), dan polifagi (banyak makan). Dalam keadaan akut berat badan merosot dan badan lemah, pmritus, penyembuhan luka terhambat, gangguan penglihatan, parestesi dan neuritis. Hal ini disebabkan karena kadar gula darah yang tinggi. 5. Nefritis Pada keadaan radang ginjal ini terjadi dysuria, hematuria, albuminuria, penderita merasa kedinginan dan menggigil, uremia,xerostomia dan haitosis. Pencabutan gigi akan memperparah keadaan nefritis. Rawat darurat eksodonsia penderita nefritis sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli.
6. Toksik goiter Tanda - tandanya adalah sebagai benkut: nerveus, tremor emosi tidak stabil, takikardi, palpitasi, kenngat keluar berlebihan, glandula thyroid membesar secara difus (kadang - kadang tidak), exopthalmus, berat badan turun Pada penderita ini tidak boleh dilakukan tondakan bedah mulut termasuk eksodonsia, karena dapat menyebabkan keadaan krisis tiroid yang disertai dengan cardiac embrasment dan kegagalanjantung. Penderita sebaiknya dikujuk ke dokter ahli untuk mendapatkan perawatan sebelum menerima tindakan bedah. 7. Jaundice Tanda-tandanya adalah kulit berwarna kekuning-kuningan desebut bronzed skin, konjungtiva juga berwama kekuningan, juga mukosa rongga mulut. Tindakan eksodonsia pada penderita akan menyebabkan prolonged haemorrhage yaitu perdarahan yang berlangsung lama, maka sebelum pencabutan gigi sebaiknya penderita dirujuk thhulu ke dokter ahli untuk mendapatkan perawatan. 8. Sifihis Pada penderita sifihis daya tahan tubuhnya sangat rendah sehingga sangat mudah berkembang suatu infeksi pasca bedah dan penyembuhan luka terhambat. Perawatan sifihis perlu dilakukan terlebuh dahulu sebelum melakukan tinthka bedah mulut atau eksodonsia.
9. Malignansi oral Pada malignansi oral yang mendapatkan terapi radiasi atau kemoterapi aktivitas selsel jaringan rendah, seliingga daya resistensinya kurang terhadap infeksi. Eksodonsia yamg dilakukan akan menyebabkan penyembuhan jaringan yang tidak baik bahkan dapat terjadi osteoradionekrosis. Apabila perawatan radiasi memang terpaksa harus Universitas Gadjah Mada
4
dilakukan maka semua gigi-gigi pada daerah yang akan terkena radiasi dicabut terlebih dahulu. Kontra indikasi eksodonsia setempat Selain kontra indikasi eksodonsia sistemik yang bersifat umum seperti diatas ada kontra indikasi setempat yang umunmya menyangkut suatu infeksi akut janngan sekitar gigi. Misalnya: a. infeksi gingival akut yang disebabkan oleh infeksi spirochaeta atau streptokokus. b. Infeksi perikoropnal akut yang banyak terjadi pada erupsi parsial molar ketiga mandibula. c. Sinusitis maksilans akut, terutama yang menyangkut kontra indikasi eksodonsia premolar dan molar maksila. Alasan melarang eksodonsia dengan keadaan tersebut di atas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi septikemia.
Universitas Gadjah Mada
5