BURUNG-BURUNG DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU Jarulis Jurusan Biologi FMIPA Universitas Bengkulu, Gedung T. Unib Jl. Raya Kandang Limun Bengkulu, HP. 081368001445; email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan burung di Taman Wisata Alam Pantai Panjang Bengkulu. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai Agustus 2007 dengan metodae line transect yang panjangnya 300-500 meter setiap transek. Waktu pengamatan dilakukan pada siang hari (pukul 06.0018.00 WIB). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 61 jenis burung yang termasuk ke dalam 24 famili. Famili dengan jumlah spesies terbanyak yaitu Scolopacidae (6 spesies), sedang Rallidae, Turnicidae, Turdidae, Falconidae, Caprimulgidae, Meropidae, Capitonidae, Muscicapidae, Laniidae, Motacilidae merupakan famili-famili dengan jenis paling sedikit yaitu 1 (satu) jenis. Indeks Diversitas (H’) burung di Kawasan TWA Panjang adalah 3,05. Jenis Walet-palem Asia Cypsiurus balasiensis, Walet sapi Collocalia esculenta, Walet-sarang hitam Collocalia maxima, Bondol peking Lonchura puntulata, Bondol-tunggir putih Lonchura striata, dan Burung-gereja Erasia Passer montanus memiliki Kepadatan Relatif tertinggi yaitu 9,09 %. 13 jenis merupakan burung dilindungi dan 10 jenis diantaranya merupakan burung migran. Kata kunci : komunitas, burung, habitat, kota bengkulu, pesisir pantai PENDAHULUAN Keberadaan jenis burung pada suatu tempat sangat ditentukan oleh kondisi faktor lingkungan baik biotik maupun abiotoik dari daerah yang ditempatinya tersebut. Burung-burung jenis tertentu akan menetap dan berkembangan biak pada suatu daerah bila syarat minimal semua aspek yang dibutuhkan tersedia cukup. Ketersediaan sumber makanan, tempat bersarang, tempat bermain, bertengger dan berlindung dari hewan musuh merupakan faktor penting yang ikut menentukan kehadiran jenis burung pada suatu habitat (Pettingil, 1985; Poulin, Lefevbre and McNeil, 1992). Kehadiran hewan predator dan kompetitor juga memiliki peran penting dalam membatasi distribusi burung. Burung adalah salah satu satwa liar yang menempati habitat hutan di
Burung-Burung …………………. (Jarulis)
sepanjang garis pantai Kota Bengkulu. Bagi burung kawasan ini merupakan tempat mencari makan, tempat istirahat tidur, tempat berbiak, tempat berlindung dari musuh alami, dan tempat singgah guna mencari makan bagi burung-burung pantai yang bermigrasi dari belahan utara bumi. Selain itu, bagi burung-burung yang menetap (bukan migrasi dari belahan utara bumi) diperkirakan memanfaatkan kawasan ini sebagai tempat tujuan melakukan migrasi lokal dari daerah yang lebih tinggi. Migrasi seperti ini biasanya terjadi ketika sumberdaya makanan dan lingkungan menurun drastis ditempat aslinya akibat buruknya kondisi lingkungan. Di Kota Bengkulu terdapat beberapa kelompok hutan terfragmen dari dari jajaran hutan Bukit Barisan yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang, Hutan Kampus Universitas
142
Bengkulu, Taman Hutan Raya Rajolelo, dan Hutan Kota yang terdapat pada jalur hijau dan tamantaman perkantoran dan perumahan penduduk. TWA Pantai Panjang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 420 Tahun 1999 tentang Penunjukan Taman Wisata Alam Pantai Panjang - Pulau Baai (Reg.91) di Provinsi Bengkulu dengan luas 967,5 ha. Namun, intensitas gangguan penyempitan habitat satwa liar terus menanjak naik dari tahun ke tahun. Beberapa penyebab meningkatnya ancaman tersebut adalah aksessibilitas menuju kawasan relatif mudah, fungsi kawasan sebagai lokasi wisata, dan pembangunan yang pesat oleh pemerintah Provinsi Bengkulu. Dalam paket pembangunan kawasan wisata Kota Bengkulu yang digulir pemerintah Provinsi Bengkulu tersebut direncanakan sebagian areal TWA Pantai Panjang –Pulau Baai digunakan untuk wisata ecotourism dan wisata air. Sejumlah fasilitas yang akan dibangun untuk menunjang paket wisata tersebut adalah lapangan golf 18 hole, jembatan gantung, jalan wisata, lapangan tembak, dermaga jet sky, gedung diklat, guest house, restoran terapung, restoran, arena balap diving / olah raga air, arena bermain, boatel 5 kamar, resort jalan setapak areal parkir hutan konservasi. Rencana Pemerintah Provinsi Bengkulu membangun Kawasan Wisata Ekoturism, Kawasan Wisata Air yang dilengkapi infrastruktur Jalan Wisata di TWA Pantai Panjang diperkirakan merubah penggunaan ruang oleh burung-burung yang ada saat ini dalamnya. Perubahan penggunaan ruang TWA Pantai Panjang yang diikuti kegiatan pembersihan lahan berakibat hilangnya vegetasi pantai seluas > 11,08 ha yang
Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 142-148
diperuntukan untuk pembuatan jalan ± 3,35 km dengan lebar 8 m, lapangan tembak (120 m x 700 m), pembangunan cottage (20 kamar), boatel (5 kamar) dan pembangunan 2 buah jembatan gantung dengan panjang 200 m. Sebenarnya, burung memiliki potensi untuk dijadikan sebagai satu objek wisata menarik disamping potensi lainnya yang ada di kawasan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa komunitas burung yang ada di kawasan TWA Pantai Panjang-Pulau Baai Kota Bengkulu sedang menerima ancaman yang relatif besar akibat beberapa kegiatan pembangunan. Di lain sisi burung dapat pula dikembangkan sebagai satu objek wisata bagi pengunjung, baik domestik maupun manca negara. Namun, sejauh ini belum ada informasi ilmiah tentang burung yang hidup di TWA Pantai Panjang-Pulau Baai Kota Bengkulu. Maka dari itu, mengetahui jenis dan kepadatan burung di kawasan ini menjadi penting sebagai informasi ilmiah awal yang kemudian dapat digunakan bagi banyak pihak, baik pengelola TWA Pantai Panjang dan pengelola kawasan wisata pantai Kota Bengkulu serta peneliti burung dan masyarakat. METODE PENELITIAN Pada bulan April sampai Agustus 2007 dilakukan penelitian tentang burung di TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai menggunakan metoda line transect (Bibby, dkk., 1992) dengan panjang satu garis transek 300-500 meter. Garis transek ditempatkan di sepanjang jalurjalur jalan setapak yang sudah ada, namun jika memungkinkan peneliti akan membuat jalur khusus untuk kondisi habitat tertentu. Pengamatan burung dilakukan mulai jam 6.0010.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB.
143
Burung-burung yang berhasil diamati baik melalui kontak langsung dengan binokuler, suara (mengacu White, 1984) maupun dari sisa tanda keberadaannya dimuat kedalam daftar pencatatan yang memuat jenis dan jumlah individu burung. Burungburung hasil pengamatan tersebut diidentifikasi lebih lanjut menggunakan bukua acuan MacKinnon, dkk., (1998) dan Dickinson, dkk., (1975). Penetapan jenis burung dilindungi didasarkan pada Red List Data Book IUCN (International of Council United Nation) tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. CITES tahun 2005 digunakan untuk melihat status perdagangan tiap jenis yang ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Kepadatan Burung Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah jenis burung yang ditemukan di kawasan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu relatif tinggi. Dari penelitian ini ditemukan sebanyak 61 jenis burung yang termasuk kedalam 25 famili. Famili dengan jumlah spesies terbanyak yaitu Scolopacidae, yakni 6 spesies. Jenisjenis tersebut yaitu Gajahan besar Numenius arquata, Gajahan timur Numenius madagascariensis, Trinil ekor-kelabu Tringa brevipes, Trinil bedaran Tringa cinereus, Trinil kakikuning Tringa flavives, Kedidi goldol Calidris ferruginea. Kemudian diikuti famili Columbidae, Accipitridae, dan Ploceidae yang masing-masing ditemukan 5 jenis. Famili dengan jumlah anggota spesies yang sedikit dijumpai antara lain Rallidae, Turnicidae, Turdidae, Falconidae, Caprimulgidae, Meropidae, Capitonidae, Muscicapidae, Laniidae, Motacilidae. Anggota famili-famili ini hanya ditemukan 1 (satu) jenis. Indeks
Burung-Burung …………………. (Jarulis)
Diversitas (H’) burung di Kawasan TWA Panjang adalah 3,05. Jjenis dari famili Scolopacidae dapat dikatakan memiliki dominasi yang tinggi di TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu. Di samping jumlah jenisnya besar dan tersebar luas di dunia, burung ini biasanya bertempat hidup di pantai atau di daerah basah terbuka, dan sering dekat dengan laut. Beberapa jenis dari famili ini menyebar sampai ke tempat-tempat yang tinggi, tetapi di kawasan Sunda Besar hanya jenis Berkik gunung merah Scolopax saturata yang tinggal di hutan. Kebanyakan jenis burung ini merupakan kelompok perancah pengembara yang bermigrasi dari belahan utara bumi ke belahan selatan bumi (termasuk Sunda Besar) pada musim dingin (MacKinnon, dkk., 1998 ; Holmes, dan Nash, 1999). Sebaliknya spesies dari famili-famili (Rallidae, Turnicidae, Turdidae, dan lain-lain) yang sedikit ditemukan diduga karena kawasan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu sudah terganggu yang disebabkan kegiatan masyarakat sekitar yang menggunakan TWA Pantai Panjang untuk lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan pembukaan jalan. Kegiatan-kegiatan tersebut diatas tidak saja menyebabkan burung-burung yang ada di dalam kawasan tersebut harus pindah ke tempat lain namun juga dapat menyebabkan mulainya proses penurunan populasi spesies yang berikutnya spesies ini mengalami kepunahan di alam. Jones (2002) mengatakan bahwa penurunan kualitas lingkungan dan degradasi habitat dapat menyebabkan penurunan populasi dan keanekaragaman genetik spesies tersebut. Dalam laporannya, Jarulis, Novarino, Salsabila, Kamillah, dan Djandra (2004) habitat dengan tingkat gangguan yang rendah cenderung
144
memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dibanding habitat yang menerima gangguan yang tinggi yang berasal dari kegiatan manusia. Famili Rallidae misalnya, merupakan kelompok Ayam-ayaman yang tersebar luas di dunia, namun terbatas hanya hidup di daerah rawarawa, tepi danau, rumpun bambu dan tebu, padang rumput, sawah dan hutan sekunder. Beberapa jenis bersarang di tanah dan memakan campuran pucuk tanaman, biji-bijian, dan invertebrata (MacKinnon, dkk., 1998 ; Marle and Voous, 1988). Salah satu jenis famili ini yang ditemukan yaitu Kareo padi Amaurornis phoenichurus dengan Kepadatan Relatif (KR) 0.21 %. Menurut Holmes dan Phillipps (1999) burung ini merupakan jenis burung yang umum ditemukan di semaksemak rawa di seluruh Sulawesi, dan tersebar luas di Sunda Besar dan Asia Tenggara. Umumnya hidup sendirian, kadang-kadang sepasang dengan mengendap-endap dalam semak yang yang lembab. Tinggal di pinggir danau, pinggir sungai, hutan mangrove, dan sawah bila tempat itu cukup rapat untuk bersembunyi (MacKinnon, dkk., 1998). Dari analisis Kepadatan Relatif (KR), didapatkan 6 jenis yang memiliki KR tertinggi Walet-palem Asia Cypsiurus balasiensis, Walet sapi Collocalia esculenta, Walet-sarang hitam Collocalia maxima, Bondol peking Lonchura puntulata, Bondoltunggir putih Lonchura striata, dan Burung-gereja Erasia Passer montanus dengan KR masiing-masingnya 9,09 %. Menurut Marsden, Whiffin and M. Galetti (2001) suatu jenis burung akan bertahan dan hidup dengan baik di suatu habitat bila habitat tersebut mampu memberi ruang dan makanan yang cukup bagi kelangsungan hidupnya. Burung-burung tersebut
Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 142-148
merupakan kelompok yang umum dijumpai di daerah terbuka, pemukiman, dan persawahan. Kawasan TWA Pantai Panjang terdiri atas beberapa tipe habitat antara lain hutan mangrove, persawahan, vegetasi pantai, dan pemukiman. Burung Dilindungi dan Burung Migran Kawasan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu selain dihuni oleh jenis-jenis yang umum juga ditemukan jenis-jenis dilindungi menurut Undang-undang Negara Indonesia. Berdasarkan PP. No. 7 Tahun 1999 diketahui ada 14 jenis burung dilindungi. Jenis-jenis tersebut adalah Kuntul kerbau Bubulcus ibis, Kareo padi Amaurornis phoenichurus, Elang hitam Ictinaetus malayensis, Elang Tiram Pandion haliaetus, Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster, Elang-ular bido Spilornis cheela, Baza Jerdon Aviceda leuphotes, Alcedinidae 3 jenis, dan Nectariniidae 4 jenis (Tabel 1). Burung-burung ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit di lokasi penelitian. Menurut Nordjito dan Maryanto (2001) kelompok burung yang rawan punah biasanya memiliki populasi rendah, daerah penyebarannya sempit, berperan sebagai pemangsa puncak (top predator), jenis yang berbiak dalam kelompok, jenis yang melakukan migrasi, dan megaherbivora. Selain ke-enam kelompok tersebut diatas, sebagai akibat kegiatan manusia di Indonesia masih terdapat dua kelompok burung yang rawan punah yaitu jenis yang dimanfaatkan secara besar-besaran sampai melampaui daya reproduksinya, dan jenis yang hanya dapat hidup di tengah rimba sehingga jika terjadi fragmentasi hutan akan mempersempit kawasan rimba sehingga pendukung kehidupan jenis bersangkutan akan berkurang.
145
Jumlah jenis burung migran yang dijumpai dalam penelitian relatif banyak, yaitu 10 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah famili Scolopacidae (6 jenis), Hirundinidae (2 jenis), Laniidae (1 jenis), dan Accipitridae (1 jenis) (Tabel 1). Burung-burung ini biasanya melakukan migrasi pada saat dingin tiba di negara asalnya, yakni negaranegara di bagian utara bumi. Jenis Gajahan timur Numenius madagascariensis berbiak di Asia timur laut, dan pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai ke Asutralia. Baza hitam Aviceda leuphotes yang tersebar secara global di Himalaya, India selatan, Cina selatan, dan Asia tenggara bermigrasi ke Sunda Besar (Kalimantan, Sumatera, dan Jawa). Bila dilihat negara asal burung-burung yang melakukan migrasi ini ternyata sebagiannya merupakan negara yang telah dan atau sedang terjangkiti virus flu burung (avian flu). Untuk itu diduga burung-burung ini berpotensi sebagai pembawa (host) virus flu burung ke Sunda Besar yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Indonesia serta peternakan unggas, unggas domestik dan manusia. Kondisi Vegetasi Keberagaman jenis vegetasi penyusun hutan dan semak belukar di TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu dapat dikatakan kecil. Berdasarkan analisa vegetasi diketahui bahwa di kawasan ini terdapat 31 jenis tumbuhan tingkat pohon dan pancang. Kecilnya jumlah vegetasi hutan dan semak belukar di kawasan ini disebabkan karena memang biasanya kawasan hutan pantai memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang rendah, namun memiliki populasi yang relatif besar. Selain itu, diduga vegetasi di daerah ini kecil karena telah terjadi penebangan secara terus-menerus oleh masyarakat
Burung-Burung …………………. (Jarulis)
lokal sehingga terjadi penurunan populasi. Pada saat penelitian dilakukan vegetasi di kawasan ini sudah banyak ditebang baik oleh masyarakat maupun pemrakarsa proyek pembangunan kawasan wisata pantai. Kegiatan penebangan ini dilakukan pada tahap pembersihan lahan untuk pembangunan sarana prasarana penunjang kawasan wisata pantai seperti jalan, lapangan tembak TNIAL, lapangan golf, hotel, cottage, sarana olahraga, pelabuhan marina, dan mess pemda dan bank Bengkulu. Di samping berdampak terhadap hilangnya vegetasi hutan pantai di TWA Pantai Panjang kegiatan tersebut juga berdampak negatif terhadap kehidupan burung dan hewan lainnya yang semula tinggal di areal ini. Burung-burung yang tidak mampu bertahan akibat rendahnya sumber daya makanan yang tersedia akan pindah ke habitat lain di sekitarnya. Biasanya jenis-jenis yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan akan langsung bermigrasi ke habitat yang lebih aman. Jenis-jenis tersebut misalnya kelompok Capitonidae, Ardeidae, Accipitridae, dan Scolopacidae. Menurut Rahman, Salleh, and Tuen (2002) degradasi kualitas lingkungan dapat menyebabkan menurunnya keanekaan jenis burung pada suatu habitat. Burung-burung ini biasanya segera akan pindah sebagai strategi penyelamatan diri dari ancaman kekurangan sumberdaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ditemukan 61 jenis burung yang termasuk kedalam 24 famili di lokasi penelitian. Famili dengan jumlah spesies terbanyak yaitu Scolopacidae (6 spesies), kemudian diikuti famili Columbidae, Accipitridae, dan
146
Ploceidae yang masing-masing ditemukan 5 jenis. Famili dengan jumlah anggota spesies yang sedikit dijumpai antara lain Rallidae, Turnicidae, Turdidae, Falconidae, Caprimulgidae, Meropidae, Capitonidae, Muscicapidae, Laniidae, Motacilidae. Anggota famili-famili ini hanya ditemukan 1 (satu) jenis. Indeks Diversitas (H’) burung di Kawasan TWA Panjang adalah 3,05. Tiga belas jenis merupakan burung dilindungi menurut perundang-undangan Indonesia, dan burung migran 10 jenis. Habitat burung di kawasan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu telah mengalami penyempitan vegetasi akibat pembangunan sarana prasarana wisata pantai yang telah bergulir sejak tahun 2006. Saran Penelitian ini terbatas dalam kajian jenis-jenis burung yang terdapat di kawasan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu. Untuk itu penelitian berikutnya yang dapat dilakukan adalah kajian populasi burung migran yang berpotensi sebagai pembawa virus flu burung (avian influenza virus), kajian ekologi burung kuntul di muara Air Jenggalu, dan sejumlah topik lainnya. DAFTAR PUSTAKA Adhikerana, A.S., S. Komeda, S. Wijamukti and A. Marakarmah. 1998. The Birds of Gunung Halimun National Park, West Java: With Particular Reference to Altitudinal Distribution. Research and Conservation of Biodiversity. Vol IV:121138. Bibby, J.C., D.B. Neil, and A.H. David. 1992. Birds Census Techniques. Harcourt Brace Jovanovic Publisher. London.
Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 142-148
BPS Kota Bengkulu. 2006. Kota Bengkulu Dalam Angka. BPS Kota Bengkulu. Bengkulu. Hulbert, A.H. and J.P. Haskell, 2004. The Effect of Energy and Seasonality on Avian Species Richness and Community Composition. The American Naturalist. 161(1):83-97. Jones, J. 2002. Habitat Selection Studies in Avian Ecology. Actrical Review. The Auk. 118 (2). Hal;557-562. Jarulis, W. Novarino, A. Salsabila, S.N. Kamillah, dan M.N. Jhandra. 2004. Bird Community Structure and Their Conservation Effort at Singgalang Mount, West Sumatra. Final Report to Oriental Bird Club (OBC), England. Jarulis, dan N. Duya. 2006. Distribusi Altitudinal Burung-burung di Kawasan Hutan Wisata Bukit Kaba, Bengkulu. Exacta. Vol. IV No.2 2006 : Hal;77-83. Jarulis. 2006. Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal oleh Burungburung di Kawasan Kampus Kandang Limun Universitas Bengkulu. Gradien. Vol. 3. No.1 Januari 2006. Hal;237246. Krebs, J.R., N.B. Davies. 1987. An Introduction to Behavioral Ecology. Oxford. Black Well Scientific. London. MacKinnon, J., K. Phillipps dan B.V. Balen. 1998. Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. BirdlifeIndonesia Program. Bogor. Marsden, S.J., M.Whiffin and M. Galetti. 2001. Bird Diversity and Abundance in Forest Fragment and Eucalyptus
147
Plantation Around an Atlantic Forest Reserve, Brazil. Biodiversity Conservation 10:737-751. Nurwatha, P.F. 1995. Penggunaan Habitat Secara Vertikal pada Komunitas Burung di Taman Kota Kotamadya Bandung. Skripsi Sarjana Biologi Universitas Padjajdaran. Bandung. Tidak dipublikasikan. Noerdjito, M., I. Maryanto, S.N. Prijono, E.B.Waluyo, R. Ubaidillah, Mumpuni, A.H. Tjakrawidjaja, R.M. Marwoto, Heryanto, W.A. Noerdjito, dan H. Wiriadinata. 2005. Kriteria Jenis-jenis Hayati yang Harus Dilindungi Oleh dan Untuk Masyarakat Indonesia. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. Poulin, B., G. Levebvre and R. McNeil. 1992. Tropical Avian Phenology in Relation to Abundance and Exploitation of Food Resources. Ecology 73(6):2295-2309. Rahman, M.A., M.A. Salleh, and A.A. Tuen. 2002. Bird Diversity of the Crocker Range National Park, Sabah, Malaysia. ASEAN of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC). http://www.arbec.com.my/pdf /art. 16 Januari 2007. Soerianegara dan Indrawan, 1978. Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. White, T. 1984. A Field Guide to the Bird Song of South-East Asia.
Burung-Burung …………………. (Jarulis)
148