PERANCANGAN RUMAH SUSUN DI KAWASAN WISATA PANTAI KOTA PADANG Agri Pratama Indra, Elfida Agus, Desy Aryanti, Red Savitra Syafril Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Jl. Sumatra, Ulak Karang, Padang, 25133, Indonesia E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Perancangan rumah susun di kawasan wisata pantai Kota Padang, Kelurahan Purus RW 03 dan RW 04 merupakan sebuah jawaban dari permasalahan terhadap kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan teori Doxiadis (1968) tentang permukiman dan peraturan daerah (RTRW) serta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan terkait pembenahan permukiman kumuh di Kota Padang. Penyelesaian permasalahan tersebut dilakukan dengan menganalisa data yang berdasarakan dari teori permukiman dan peraturan-peraturan. Berdasarkan dari teori tersebut, permukiman merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur ekistik yaitu unsur nature (alam), man (manusia), society (masyarakat), shell (lindungan) dan network (jaringan). Oleh karena itu, didalam penganalisaan dan konsep perancangan rumah susun berkaitan dengan teori dan peraturan tersebut. Penanganan yang dilakukan terhadap kawasan permukiman pada Kelurahan Purus dengan melakukan penerapan konsep rumah susun, yang sebagaimana telah tercamtum didalam rencana kawasan permukiman perkotaan (RKP) Bappeda Kota Padang. Perancangan rumah susun berkonsep adanya keintegrasian antara bangunan rumah susun dengan kawasan wisata pantai dan rumah susun yang sesuai dengan pekerjaan atau sosial budaya penghuni. Konsep perancangan rumah susun ini, agar dapat mendukung kawasan wisata pantai Kota Padang dan meningkatkan perekonomian penghuninya. Kata kunci : rumah susun, permukiman, kawasan wisata, sosial budaya
THE DESIGN OF FLATS IN THE COASTAL TOURIST AREA OF PADANG CITY Agri Pratama Indra, Elfida Agus, Desy Aryanti, Red Savitra Syafril Department of Architecture, Civil Engineering and Planning Faculty, Bung Hatta University Sumatera Street Ulak Karang, Padang, 25133, Indonesia E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstract The design of flats in the coastal tourist area of Padang City, Kelurahan Purus RW 03 and RW 04 is an answer to the problem of residential areas that are inconsistent with the Doxiadis (1968) theory of local settlements and regulations (RTRW) and the national program for community empowerment (PNPM) Mandiri Urban related to the settlement of slums in Padang City. Solving the problem is done by analyzing data based on the theory of settlements and regulations. Based on the theory, settlement is a system consisting of elements of nature, man, society, shell and network. Therefore, in analyzing and conceptualizing the design of flats associated with the theory and regulations. Handling done to residential area in Kelurahan Purus village by applying the concept of flats, which as already stated in the plan of urban resettlement area (RKP) Bappeda Padang City. The design of the flats concept is the integration between the flats with coastal tourist areas and flats that fit the work or social culture of the inhabitants. The concept of designing these flats, in order to support coastal tourism area of Padang City and improve the economy of its inhabitants. Keywords: flats, settlement, tourist area, social culture
terkecuali pada permukiman di Kelurahan
PENDAHULUAN Menurut
Peraturan
Menteri
Purus, Kecamatan Padang Barat.
Pekerjaan Umum No 60/PRT/1992, rumah susun
merupakan
Bappeda Kota Padang, didalam
bangunan
gedung
rencana kawasan permukiman perkotaan
memiliki
sistem
(RKP) menyebutkan, Kelurahan Purus
kepemilikan perseorangan dengan hak
termasuk kepada kawasan permukiman
bersama, yang
penggunaannya bersifat
kumuh, padat dan konsep dasar penanganan
hunian, untuk
mewadahi
berupa
bertingkat
yang
fungsi
dan
pemugaran,
peremajaan
dan
aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara
permukiman kembali dengan penerapan
sederhana.
peningkatan kualitas lingkungan, relokasi,
Permukiman merupakan sebuah
urban renewal, permukiman baru dan
sistem yang terdiri dari unsur-unsur ekistik
rumah susun yang telah tercantum di dalam
yaitu unsur nature (alam), man (manusia),
Undang-Undang No.1 Tahun 2011.
society (masyarakat), shell (lindungan) dan network (jaringan), Doxiadis (1968).
Pada tinjauan dari beberapa studi, didalam
melakukan
penanganan
Kota Padang merupakan Ibu Kota
permukiman perlu beberapa pendekatan
Provinsi Sumatera Barat, memiliki peran
dan tindakan yaitu tidak mengurangi
dan fungsi sebagai pusat pemerintahan,
perilaku
pendidikan, perdagangan, pariwisata dan
menanggulangi
sebagainya. Kelurahan Purus berada pada
kumuh, memanfaatkan potensi yang ada
kawasan wisata pantai Kota Padang,
dan pembangunan yang komprehensif serta
berpotensi untuk pengembangan kawasan
partisipatif.
perdagangan dan jasa, sehingga banyak
dan
kebiasan
masyarakat,
faktor-faktor
kawasan
Rumusan masalah yang menjadi
masyarakat yang dominan pedagang dan
acuan pada perancangan ini yaitu :
nelayan. Oleh sebab itu, tumbuhnya
1. Non-Arsitektural :
permukiman yang padat dan tidak teratur,
Bagaimana
menyatukan
selain dari tingkat populasi penduduk
penghuni rumah susun dengan budaya
tinggi, juga karena adanya pandangan
bergotong royong bersama antara dua
masyarakat urbanis bahwa di kota dapat
kawasan RW yang berbeda.
menyediakan kehidupan yang lebih baik. Kota Padang masuk dalam Program Nasional (PNPM)
Pemberdayaan Mandiri
Masyarakat
Perkotaan
terkait
pembenahan permukiman kumuh, tak
2. Arsitektural a. Bagaimana
perancangan
rumah
susun yang terintegrasi dengan kawasan wisata pantai Kota Padang dan sekitarnya. 1
b. Bagaimana
perancangan
rumah
serta melihat objek atau subjek pada
susun yang sesuai dengan sosial
lokasi
budaya penghuni.
permukiman RW 03 dan RW 04
c. Bagaimana
perancangan
rumah
susun dapat memberikan ruang
hubungan
antar
penghuni.
di
kawasan
Kelurahan Purus. 2. Kualitatif
terbuka hijau yang meningkatkan keakrabatan
tapak
Penelitian memecahkan
yang
masalah
dengan
menggunakan data empiris. Pada metode kualitatif ini, pemecahan terhadap
METODE PENELITIAN
suatu
permasalahan
yang
dilakukan dengan menggunakan
dilakukan pada penelitian, yaitu metode
teori dasar, dimana data-data yang
pengumpulan data dan analisa data :
telah dikumpulkan kemudian data
1. Metode Pengumpulan Data
dianalisa dikaitkan dengan sebuah
Metode
pembahasan
Pengumpulan
data
primer,
merupakan data hasil survey tapak yang dilakukan
berupa
data
observasi
dan
sekunder,
diperoleh
tentang permukiman.
kuesioner,
wawancara. dari
teori, yaitu teori Doxiadis (1968)
Data
instansi-
HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Analisa Tapak
instansi di Kota padang, studi literatur
1. Lokasi Tapak
dan internet yang berkaitan dengan
Tapak
berada
di
Kawasan
Wisata Pantai Kota padang tepatnya di
tema dan judul penelitian.
Kelurahan Purus, kecamatan Padang
2. Metode Analisa Data Data-data yang didapatkan dari
Barat,
Kota
Padang.
Yaitu
di
survey tapak, instansi-instansi, studi
permukiman RW 3 (RT 03, 04 & 05)
literatur dan internet dikumpulkan
dan RW 4 (RT 01 & 02). Luas tapak
kemudian data dianalisa. Metode yang
49,700 m2. Secara letak geografis
digunakan didalam analisa data adalah,
lokasi tapak berada di area jasa hiburan,
metode :
wisata, pantai, perdagangan, industri
1. Deskriptif
kecil/rumah
Deskriptif
merupakan
tangga,
kumuh
dan
bantaran sungai.
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan mengamati
2
2. KDH (10%)
: 4,970 m2
3. KLB (3,5)
: 173,95 m2
4. GSP
: 100 m
5. GSS
:5m
Gambar 1 : Lokasi Tapak Sumber: Google Earth, Tahun 2016 Gambar 3 : Zoning existing tapak
Batasan tapak :
Sumber : Observasi Lapangan, Tahun
1. Utara
: RW 08 /Rusunawa
2. Selatan
: RW 02 /Purus 2
3. Barat
: Laut (samudera hindia)
Ada enam zona yang terdapat pada
4. Timur
: Permukiman Kelurahan
lokasi tapak di permukiman RW 03 (RT 03,
Purus
2016
04 & 05) dan RW 04 (RT 01 & 02) Kelurahan
Purus
yaitu
jalan,
zona
perdagangan & jasa, bangunan hunian, zona kegiatan nelayan, sungai.
2. Penduduk Kepadatan
penduduk
pada
lokasi tapak di permukiman RW 03 (RT 03, 04 & 05) dan RW 04 (RT 01 & 02) Kelurahan Purus sangat padat, dimana Gambar 2 : Ukuran Tapak Sumber : Peta Blad/TRTB Kota Padang, Tahun 2013
tingkat populasi penduduk yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab kekumuhan lingkungan permukiman. Jumlah kepala keluarga di permukiman
Luas tapak
: 49,700 m2
1. KDB (50%)
: 24,850 m2
Purus didalam 1 rumah terdapat sampai
3
9 kepala keluarga, dan paling kecil 1 kepala keluarga. Komilasi data pada lokasi tapak di permukiman RW 03 (RT 03, 04 & 05) dan RW 04 (RT 01 & 02) Kelurahan Purus (Non fisik) tahun 2015: Gambar 4 : Analisis Nature (Alam) Sumber : Analisis, Tahun 2017
2. Man (Manusia) Manusia
di
permukiman
mayoritas pedagang dan nelayan, maka
Tabel 1 : Komilasi Data di RW 03 Sumber : Kantor Kelurahan Purus, Tahun 2016
perlu
meningkatan
perekonomian
masyarakat, walaupun berada di tempat tinggal, tetapi masyarakat tetap bisa beraktifitas/bekerja sehari-harinya.
di
kebutuhan
kehidupan biologis,
emosional dan nilai moral manusia dapat terwujud dengan kesesuaian
Tabel 2 : Komilasi Data RW 04 Sumber : Kantor Kelurahan Purus, Tahun 2016
perilaku,
aktifitas,
pekerjaan/sosial
budaya masyarakat baik ruang dalam Analisa data primer dan sekunder
maupun ruang luar..
dengan mengaitkan toeri permukiman, Doxiadis (1968) : 1. Nature (Alam) Kondisi alam pada lokasi tapak di permukiman berupa laut, Sungai, topografi,
lintasan
matahari
dan
vegetasi. Kondisi alam di permukiman
Gambar 5 : Analisis Man (Manusia)
seperti laut, masyarakat permukiman
Sumber : Analisis, Tahun 2017
menggantungkan hidupnya pada laut atau kawasan wisata pantai.
3. Society (Masyarakat) Masyarakat, terdapat beberapa kelompok masyarakat yaitu kelompok 4
nelayan, kelompok ibu-ibu arisan dan
maka adanya penambahan/penunjang
kelompok-kelompok
interaksi
beberapa ruang selain dari hunian
masyarakat di warung/kedai. Pada
seperti ruang depan/teras dan ruang
umunya masyarakat beragama islam
belakang/area kerja penghuni.
dengan suku minangkabau, masyarakat sering pergi ke mesjid untuk shalat berjamaah dan sering duduk-duduk di warung/kedai. Pada pagi dan sore hari masyarakat
perpergian
atau
mulai
beraktifitas berdagang. Oleh karena itu, maka untuk kawasan dan rumah susun
Gambar 7 : Analisis Shell (Lindungan) Sumber : Analisis, Tahun 2017
perlu adanya tempat-tempat aktifitas masyarakat yang menunjang kegiatan
5. Network (Jaringan)
sosial masyarakat, kelengkapan sarana dan
adanya
keintegrasian
antara
kawasan rumah susun dengan kawasan wisata pantai Kota Padang.
Jaringan seperti jalan, limbah, sampah, air hujan, listrik dan kebakaran di permukiman, membuat masyarakat hidup pada kondisi
yang kurang
manusiawi dan sangat membahayakan dikemudian hari, seperti banjir dan kebakaran.
Gambar 6 : Analisis Society (Masyarakat) Sumber : Analisis, Tahun 2017
Gambar 8 : Analisis Network (Jaringan)
4. Shell (Lindungan) Untuk
jenis
tipe
Sumber : Analisis, Tahun 2017
hunian
penghuni, berdasarkan dari standar type rumah
susun,
wawancara
dan
hasil
kuesioner
pekerjaan/kondisi
kehidupan penghuni. Karena jumlah dan luas tipe hunian berdasarkan dari pelaku keluarga dan pekerjaannya,
Konsep 1. Konsep Tapak Konsep yang dimana, area-area saling berkaitan, terhubung dengan akses yang mudah dijangkau, dapat 5
meningkatkan perekonomian penghuni
keterhubungan
rumah susun dan konsep tapak yang
lainnya seperti area hunian, bedagang dan
saling
kawasan
nelayan, ketiga area ini bertujuan agar
rumah susun dengan kawasan wisata
adanya kemudahan kejangkauan penghuni
pantai Kota Padang.
didalam melakukan sesuatu aktifitas dan
mendukung
antar
satu
area/zona
dengan
dapat meningkatkan hasil perekonomian bagi para penghuni pedagang maupun nelayan.
2. Konsep Pola Jalan Konsep pola jalan pada tapak rumah susun adalah konsep pola grid, dimana ada kemudahan akses di dalam menjangkau zona-zona yang ada pada tapak dan dapat meningkatkan kegiatan perekonomian Gambar 9 : Konsep Zoning Makro Sumber : Analisis, Tahun 2017
kemudahan
masyarakat sirkulasi
serta
saat
terjadi
bencana alam seperti tsunami maupun kebakaran.
Gambar 10 : Konsep Zoning Mikro
Gambar 11 : Konsep Pola Jalan
Sumber : Analisis, Tahun 2017
Sumber : Analisis, Tahun 2017
Pada konsep zoning mikro diatas,
3. Konsep Hunian Konsep hunian rumah susun
terdapat 5 area/zona, dimana adanya adalah
dimana
hunian
tersebut, 6
sesuai/terpenuhinya biologis,
emosional,
perilaku,
aktifitas,
kebiasaan/sosial
kebutuhan nilai pekerjaan
budaya
moral, dan
penghuni.
Pada tipe hunian, ada 3 tipe yaitu tipe 28, 36 dan 45 m2 dan setiap tipe hunian,
Gambar 13 : Konsep Type Hunian
di luar luas tipe yang di rencanakan ada
Sumber : Analisis, Tahun 2017
penambahan luas ruang/area untuk pekerjaan
dan
ruang
untuk
4. Konsep Bentuk Massa Bangunan
bersosialisasi antar penghuni berupa teras/ruang interaksi.
Untuk
menciptakan
bentuk
yang serasi, adanya kesatuan bentuk pada tiap-tiap blok, mempertahankan area
bangunan/hunian
dengan
kawasan
yang
wisata
dekat (hunian
pedagang dan nelayan) dan bentuk yang memudahkan segala aktifitas/pekerjaan penghuni serta bentuk yang dapat masuknya cahaya matahari maupun udara merupakan konsep dari bentuk massa bangunan.
Gambar 14 : Konsep Bentuk Massa Bangunan Gambar 12 : Konsep Hunian
Sumber : Analisis, Tahun 2017
Sumber : Analisis, Tahun 2017
7
5. Konsep Fasad Bangunan Konsepnya adalah fasad yang menutupi antara bangunan hunian dengan kawasan wisata, yaitu pada bagian sisi barat bangunan/kawasan wisata dengan bentuk kisi-kisi/vertical yang sejajar, panjang dan pendek. Fasad yang bertujuan untuk menutupi segala
aktifitas/pekerjaan
penghuni
(pedagang, nelayan dll) di balik fasad bangunan,
agar
view/penglihatan
manusia terhadap bangunan hunian nyaman
dan
dapat
menunjang
keindahan kawasan wisata pantai Kota Padang.
Gambar 15 : Konsep Fasad Bangunan Sumber : Analisis, Tahun 2017
8
Site plan, terlihat pada gambar adanya ruang terbuka hijau, bangunan dan kawasan yang saling terintegrasi antara bangunan rumah susun dengan kawasan wisata pantai, dimana diantara kedua kawasan tersebut ada ruang terbuka hijau/taman sebagai penyatu.
Gambar 16 : Site Plan Sumber : Analisis, Tahun 2017
9
Blok plan, rumah susun yang sesuai dengan sosial budaya. Salah satunya penghuni nelayan, dimana adanya akses atau jembatan penghubung antara kawasan bangunan dengan laut.
Gambar 17 : Blok Plan Sumber : Analisis, Tahun 2017
10
Gambar 18 : Denah Sumber : Analisis, Tahun 2017
Gambar 19 : Tampak Sumber : Analisis, Tahun 2017
11
Gambar 20 : Perspektif Interior Sumber : Analisis, Tahun 2017
Gambar 21 : Perspektif Eksterior Sumber : Analisis, Tahun 2017
terhadap
KESIMPULAN Perancangan
di
Kelurahan Purus ini, dengan melakukan
kawasan wisata pantai Kota Padang
penerapan perancangan konsep rumah
merupakan
dari
susun yang sesuai dengan karakteristik
kawasan
sosial budaya masyarakat permukiman
permukiman, yang tidak sesuai dengan
seperti hunian yang dekat dan mudah
teori permukiman dan peraturan RTRW
didalam
aktifitas
Kota
Secara
umum
permasalahan
Padang.
susun
permukiman
di
sebuah
rumah
kawasan
jawaban
terhadap
Didalam
penanganan
pekerjaan penghuni. konsep
dan
desain
12
perancangannya, mendukung
rumah
kawasan
meningkatkan
susun
yang
Putra, A. S. (2013). Rumah Susun Kali
wisata
dan
Jagir di Surabaya. Program Studi
perekonomian
masyarakat/penghuni
Arsitektur,
Universitas
Kristen
Petra, 1. Ratih Wahyu Dyah I, E. B. (2010, Desember). Penataan Permukiman
DAFTAR PUSTAKA Bappeda
Kota
Padang
didalam
di Kawasan Segiempat Tunjungan
Pendampingan
Penyusunan
Kota.
Rencana
Permukiman
Daerah, 2. Sofyan, M. Y. (2006,
Kawasan
Perkotaan (RKP), tahun 2015
Jenderal Cipta Karya didalam Panduan Sosialisasi RTBL, tahun 2009 C.
Kota
dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang, Tahun 2010-2030 SNI Nomor 2003-1733 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan
A.
1968.
Ekistic,
An
Introduction to the Science of Human
Tata
Agustus).
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat
Doxiadis,
Jurnal
Settlements.
London:
Hutchinson of London.
Lingkungan Perumahan SNI 03-7013-2004 Tata cara perencanaan fasilitas lingkungan rumah susun sederhana
Neufert, Ernst, Terjemahan Ir. Sjamsu
Undang – Undang RI No.20 Tahun 2011
Amril. 1989. Data Arsitektur Jilid 1.
pengertian Rumah Susun, Rumah
Penerbit Erlangga: Jakarta
Susun
Neufert, Ernst, Terjemahan Ir. Sjamsu Amril. 1989. Data Arsitektur Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05-PRT-M-2007 Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah
Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Program Permukiman
Pekerja
Industri.
Pascasarjana Institut
Sepuluh November, 4.
Teknologi
Umum,
Rumah
Susun
Khusus, Rumah Susun Negara, dan Rumah susun Komersial Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman Wardhani, D. K. Perancangan Permukiman Dan Rumah Tinggal Pengrajin Gerabah. Tesis. https://www.scribd.com/doc/30180716/ST UDI-Tentang-Kota-PadangPermasalahan-Permasalahan-Kota. Diakses 10 September 2016
13
http://www.kabarnagari.com/2016/11/kelu rahan-purus-raih-juara-satudalam.html. Diakses 10 September 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Kot a_Padang. Diakses 27 September 2016 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc /Bab2DOC/2012-2-01209 AR%20Bab2001.doc. Diakses 05 Oktober 2016 http://dilihatya.com/2916/pengertiansosial-budaya-menurut-para-ahli. Diakses 08 Oktober 2016 http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/38761/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 09 Oktober 2016 https://myhealing.wordpress.com/2009/12/ 29/manusia-yang-manusiawi/. Diakses 09 Oktober 2016 http://tationk.blogspot.co.id/2015/01/jenisjenis-penelitian-kualitatif-dan.html. Diakses 16 Oktober 2016 http://www.archdaily.com, 2016
14