BUNDEL GERIATRI Kumpulan Tugas dan Soal Modul Geriatri
Allah akan meninggikan orang‐orang yang beriman di antaramu dan orang‐orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (al‐Mujaadilah: 11), "Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." ('Thaahaa: 114)
TUGAS
Nama: Wulunggono NPM: 0606066405 Tugas: Kasus simulasi Tutorial 1 • •
• •
Ny W, 68 tahun, janda dengan 4 anak, dibawa ke RS karena bicara meracau sejak 1 hari sebelum masuk RS. Seminggu SMRS, pasien jatuh terpleset air seninya yang berceceran di lantai kamar saat sedang terburu‐buru ke kamar mandi. Saat itu, pasien mengeluh nyeri jika buang air kecil (BAK), anyang‐ anyangan dan sulit untuk menahan BAK manakala rasa ingin berkemih muncul. Selain agak demam, ia juga merasa mual dan nafsu makan menurun. Sejak jatuh pasien hanya terbaring di tempat tidur karena nyeri pada pangkal paha kiri. Sejak 3 hari SMRS, tiap kali makan hanya 4‐5 sendok, minum hanya 1‐2 gelas sehari. Timbul lecet di daerah bokong. Jika dibantu didudukkan oleh keluarga, pasien tidak kuat lama karena merasa pusing dan lemas, serta nyeri pada pangkal paha. 1. Apa saja learning issues di atas? o Pasien, janda 68 tahun, bicara meracau sejak 1 SMRS o jatuh terpleset air seninya yang berceceran seminggu SMRS o nyeri jika buang air kecil (BAK), anyang‐anyangan dan sulit untuk menahan BAK o demam (+), mual (+), nafsu makan menurun (+) o pasien hanya terbaring di tempat tidur sejak jatuh o nyeri pada pangkal paha kiri sejak jatuh o intake nutrisi tidak adekuat sejak 3 haris SMRS o lecet di daerah bokong o duduk tidak kuat lama karena merasa pusing dan lemas 2. Dalam konteks pengkajian paripurna pasien geriatri (comprehensive geriatric assessment, CGA), apa saja yang masih perlu dikaji/dievaluasi pada kasus tersebut (minimal 5)? o Pengkajian masalah medik (diagnosis medik) o delirium/ACS o inkontinensia uri o infeksi saluran urin o jatuh o intake kurang, kemungkinan malnutrisi o imobilitas o fraktur columna femoris o kemungkinan ulkus dekubitus o hipotensi ortostatik o perlu melakukan anamnesis sistem, alergi, penyakit keluarga, obat‐obatan, perawatan sebelumnya, operasi, dan riwayat nutrisi
Pengkajian status fungsional (diagnosis fungsional) o Menilai kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas hidup dasar sehari‐ hari o Nilai skor ADL (active daily living) o Pengkajian status kognitif o Menilai kemampuan kognitif pasien o Nilai skor AMT o Pengkajian status emosi/ afek o Menilai perasaan pasien (non verbal) melalui mimik, sikap saat berbicara, ungkapan rasa tak puas, sikap merajuk/ngambek o Nilai skor GDS (geriatric depression scale) o Pengkajian kondisi sosial o rencana pengobatan di rumah sakit o keadaan kalau nanti pulang ke rumah o Siapa yang akan merawat sementara di rumah o keadaan pasien secara finansial o hubungan dengan orang‐orang terdekat 3. Jelaskan masalah yang terdapat pada pasien berikut pengkajian masalah yang meliputi dasar perumusan masalah, patofisiologi/penyebab masalah, diagnosis banding, rencana diagnosis/pemeriksaan penunjang, rencana terapi (non farmakologik dan farmakologik), dan edukasi? Masalah Atas dasar Patofisiologi/dd Rdx Kriteria CAM delirium/ACS Bicara meracau sejak Gangguan (confusional 1 hari SMRS neurotransmiter, assessment method) hiperaktivitas axis Hipotalamus‐ Hipofisis‐Adrenal DD: demensia Fungsi ginjal, gula inkontinensia uri air seninya yang Kontrol otonom darah, urinalisis, berceceran, sulit berkurang, fibrosis untuk menahan BAK detrusor, kelemahan urodinamik sfingter DD: DM, demensia berat infeksi saluran urin nyeri jika buang air Bakteri DPL kecil (BAK), agak DD: striktur saluran Urinalisis demam urin Kultur urin jatuh terpleset Faktor eksternal EKG, DPL, uji (lantai licin akibat keseimbangan urin) o
DD: sinkop, drop attck, dizziness, CVD, PPOK, gagal jantung, malnutrisi, anemia, efek obat, dll Infeksi, depresi DPL, skor GDS, mini intake kurang, Sejak 3 hari SMRS DD: gangguan saluran nutritional kemungkinan makan hanya 4‐5 assessment (MNA) malnutrisi sendok, minum hanya cerna, efek obat 1‐2 gelas sehari ‐ imobilitas terbaring di tempat Nyeri pangkal paha, tidur sejak jatuh fraktur columna femoris DD: osteoporosis, CVD, PPOK, gagal jantung, malnutrisi, anemia, efek obat, dll fraktur columna nyeri pada pangkal Karena jatuh Foto polos daerah femoris paha kiri sejak jatuh DD: dislokasi femur pangkal paha kemungkinan ulkus lecet di daerah Luka tekan terus ‐ dekubitus bokong menerus Ukur TD posisi Hipotensi ortostatik duduk tidak kuat lama Baroreseptor yang berbaring, duduk, karena merasa pusing kurang peka berdiri DD: malnutrisi, CVD, dan lemas gagal jantung, gangguan paru Masalah Terapi Edukasi Edukasi keluarga dan delirium/ACS Haloperidol 0,5 mg dimulai dari pramuwerdha tentang penjelasan dosis terendah penyakit pasien, faktor risiko, penyebab, dan tatalaksana Orientasi personal, lingkungan yang tenang, penjelasan tindakan, motivasi, hindari pemindahan, pola tidur baik, asupan nutrisi adekuat, hindari komplikasi Edukasi pasien dan keluarga inkontinensia uri Tangani penyebab tentang penyebab dan penanganannya Bladder training, latihan otot dasar panggul, penggunaan kateter ‐ infeksi saluran urin Antibiotik (jika terbukti infeksi) Jaga kebersihan alat kelamin Edukasi pasien dan keluarga jatuh Tangani penyebab tentang penyebab jatuh, modifikasi lingkungan pasien Hindari pasien dari segala yang menyebabkan jatuh
intake kurang, kemungkinan malnutrisi
imobilitas fraktur columna femoris kemungkinan ulkus dekubitus
Tangani penyebab,omeprazol 1x40 mg, IVFD asering 500 cc/8 jam suplemen makanan, UMU balance seimbang/24 jam mengganti menu harian dengan yang disukai pasien, diet ekstra putih telur 3 butir Tangani penyebab operasi
Edukasi keluarga bagaimana mengusahakan agar pasien tetap makan cukup
Edukasi tentang komplikasi imobilisasi dan pencegahannya ‐
Edukasi pentingnya mencegah Bersihkan luka ulkus dekubitus, menerangkan bagaimana melakukan Sering membolak‐balik posisi pencegahannya pasien, minimal tiap 2 jam Hipotensi ortostatik Latihan tilting table Edukasi mobilisasi pasien 4. Buatlah kerangka masalah berdasarkan kasus tersebut yang mendeskripsikan hubungan antara satu masalah dengan masalah yang lain pada pasien tersebut!
delirium
infeksi
Inkontinensia uri
Ceceran urin
malnutrisi
Usia lanjut jatuh
fraktur
Ulkus dekubitus
imobilisasi
Hipotensi ortostatik
Referensi: Laksmi PW. Kuliah sindrom delirium akut. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM Roesheroe, AG. Kuliah sindrom geriatri. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM Soejono CH. Kuliah comprehensive geriatric assessment. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM
Nama: Wulunggono NPM: 0606066405 Tugas: Ulkus Dekubitus Ulkus Dekubitus Definisi Dekubitus adalah kerusakan /kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor, dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.1 Insidensi dan prevalensi ulkus dekubitus tinggi pada semua fasilitas kesehatan. Prevalensi pasien geriatri yang dirawat dan menderita ulkus mencapai 15%. Ulkus dekubitus dapat terjadi pada 2 minggu pertama perawatan (bahkan 5 hari di ICU).2
Faktor Risiko Faktor risiko timbulnya ulkus dekubitus adalah semua jenis penyakit dan kondisi yang menyebabkan seseorang terbatas aktivitasnya. Faktor-faktor risiko tersebut memperpanjang waktu tekanan kek kulit dan dan menurunkan resistensi jumlah tekanan. Faktor risiko yang sering pada usia lanjut adalah demam, kondisi koma, penyakit serebrovaskular, infeksi, anemia, malnutrisi, kaheksia, hipotensi, syok, dehidrasi, penyakit neurologis dengan paralisis, limfosit, imobilisasi, penurunan berat badan, kulit kering, dan eritema.3 Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit yang berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain: • • •
Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastik Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
Tipe Dekubitus Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga tipe:
1
1. Tipe normal, beda temperatur hingga 2,50C dibandingkan kulit sekitar dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik. 2. Tipe arteriosklerotik, beda temperatur kurang dari 10C dibandingkan kulit sekitar. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit arteriosklerotik ikut berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor tekanan. Perawatan diharapkan sembuh dalam 16 minggu. 3. Tipe terminal, terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat menyembuh.
Patofisiologi Terjadinya Dekubitus Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg – 33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Bila tekanan berlebih maka akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Sumbatan total pada kapiler masih reversibel bila kurang dari 2 jam. Namun, seseorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dekubitus selama dapat berganti posisi beberapa kali per-jamnya. Berikut diperlihatkan beberapa gambar ilustrasi untuk memudahkan mengerti mekanisme terjadinya dekubitus:
2
Penampilan klinis dari dekubitus Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut: ¾ Derajat I: reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet. ¾ Derajat II: reaksi yang lebih dalam lagi mencapai seluruh dermis dan lapisan subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi yang jelas dan perubahan pigmen warna kulit. ¾ Derajat III: ulkus menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau. ¾ Derajat IV: perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
Pengelolaan Dekubitus Tindakan yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:
Meningkatkan status kesehatan penderita dengan memperbaiki keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi dicukupi atau dengan mengatasi/mengobati penyakit yang ada pada penderita, misalnya diabetes yan g belum terkontrol baik. 3
Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah dengan alih posisi paling lama tiap dua jam, kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh penderita (kasur dengan gelombang tekanan udara yang berubah-ubah atau kasur air yang temperaturnya dapat diatur), balok penyangga kedua kaki, bantalbantal kecil untuk menahan tubuh penderita, atau kulit domba tebal dan lembut sebagai alas tubuh penderita.
Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium atau derajatnya, dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi (Vander Cammen, 1991). a. Dekubitus derajat I Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimasase 2-3x/hari. b. Dekubitus derajat II Perawatan perlu memerhatikan septik dan antiseptik. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda. Pergantian balut dan salep jangan terlalu sering karena justru dapat merusak pertumbuhan yang diharapkan. c. Dekubitus derajat III Usahakan luka selalu bersih dan eksudat dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan agar permeabel untuk masuk udara/oksigen dan penguapan. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan. d. Dekubitus derajat IV Selain melakukan seperti derajat dekubitus sebelumnya, jaringan nekrotik harus dibersihkan sebab dapat menghalangi epitelisasi. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan transplantasi kulit setempat.1
Pembahasan Jika melihat ulkus yang diderita oleh pasien saat kunjungan VISITE DPJP, diketahui ulkus sudah menembus dermis dan lemak subkutan. Bahkan luka sudah terlihat menggaung dan ada sedikit jaringan nekrotik. Luka tidak berbau karena sebelumnya sudah diperban. Belum tampak adanya tulang dan infeksi di sekitar luka. Berdasarkan penampilan klinis yang ada dapat disimpulkan ulkus pada pasien ini ada ulkus derajat III. Untuk penanganannya perlu pembersihan luka rutin. Perban jangan terlalu tebal agar udara/oksigen masih dapat masuk. Usahakan pasien dimiringkan tiap 2 jam sekali untuk meringankan tekanan sejenak dan mencegah iskemik kapiler di daerah tersebut.
4
Gaait Analysis Gait adallah bagaiman na kita mengggerakkan tuubuh dari suaatu tempat ke k tempat lain. Aktivitas ini lebih seriing dikerjakaan dengan berjalan, atauu berlari, atauu melompat.. Gait analyssis adalah sebbuah metode untuk u menilaai bagaimanaa kita berjalaan atau berlaari untuk menngidentifikaasi abnormaliitas biomekannik. Gait anaalysis dilakuukan dengan berjalan ataau berlari di treadmill. t Gait analysis dikonsenntrasikan pad da kaki dan tungkai. t Siklus gaait dibagi meenjadi 2 fase utama, stannce dan swinng, dengan siiklus lengkappnya terdiri dari 2 fase utaama tersebutt. Fase stancce adalah perriode di manna kaki masihh kontak denngan tanah dan d sama denngan 60% sik klus. Fase sw wing merupaakan 40%-nyya. Saat berjalan ada perriode yang disebut double d stancee, di mana kedua kaki koontak dengann tanah. Fase swing dan stance dapaat dibagi laggi menjadi: Stance •
H strike – saat di manaa heel mengeenai tanah Heel
•
Foot flat – saaat di mana seluruh telapak kaki konttak dengan tanah
•
M stance – saat di manaa kita mentraansfer berat tubuh dari belakang Mid b ke depan d
•
T off – men Toe ndorong denngan jari jem mpol untuk mendorong m tuubuh ke depaan
5
Swing •
Acceleration – periode dari Toe off ke fleksi lutut maksimum dengan tujuan agar kaki dapat terangkat dari tanah
•
Mid-swing – periode antara fleksi lutut maksimum dan pergerakan maju tibia ke posisi vertikal
•
Decleration – fase akhir swing sebelum masuk ke heel strike
Ketika berlari, proporsi yang lebih besar pada siklus adalah fase swing. Hal ini disebabkan kaki kontak dengan tanah dalam periode yang lebih pendek. Oleh karena itu, tidak ada fase double stance sehingga kedua kaki tidak menapak tanah, fase ini disebut fase terbang. Ketika kecepatan berlari semakin meningkat, fase stance akan semakin pendek.4
6
Daftar Referensi
1. Darmojo RB, Martono HH, editors. Buku ajar geriatri: ilmu kesehatan usia lanjut. Edisi pertama. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999. hal. 214-22. 2. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, editors. Hazzard’s geriatric medicine and gerontology. 6th Ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 715. 3. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. hal. 1388. 4. Sports Injury Clinic. Gait analysis [update 2009; cited 2009 October 17]. Available from: http:// www.sportsinjuryclinic.net
7
Nama: Wulunggono NPM: 0606066405 Penyakit parkinson Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang penyebabnya belum diketahui. Pasien dengan penyakit ini memiliki karakteristik resting tremor, rigiditas, pergerakan yang lambat, tulisan tangan yang kecil-kecil, dan instabilitas. Pada progesivitas penyakit ini setelah beberapa tahun, demensia akan timbul, terutama pada pasien lansia. Gangguan motorik pada penyakit Parkinson didapatkan dari hilangnya neuron-neuron berpigmen pada substansia nigra pars compacta. Substansia nigra merupakan massa sel pada midbrain yang merupakan bagian dari sistem basal ganglia yang terlibat dalam regulasi pergerakan volunter. Neuron ini mengarah ke putamen dan nukleus caudatum, di mana dopamin dikeluarkan. Neurotransmisi dopaminergik pada striatum ini merupakan langkah awal jalur sinyal yang melalui globus pallidus, nukelus subtalamikus, dan talamus hingga ke korteks motorik.1 Berkurangnya pelepasan dopamin di corpus striatum membuat neuron pascasinaps di corpus striatum menjadi hiperaktif.2 Gejala parkinson baru dimulai jika lebih dari setengah neuron dopaminergik menghilang. Walaupun mempengaruhi jalur nigrostriatal, kehilangan neuron dopaminergik ini akan menyebabkan disregulasi pada sistem traktus ekstrapiramidal (traktus yang mengontrol refleks, gerakan kompleks, dan kontrol postural) sehingga timbul gejala seperti yang disebut di atas. Levodopa Levodopa akan diabsorpsi di traktus gastrointestinal, dapat melalui blood-brain barrier (BBB) namun kadar obat akan berkurang. Setelah melalui BBB akan diubah menjadi dopamin oleh aromatik 1-amino acid decarboxilase (AAAD). Akhirnya terjadi peningkatan konsentrasi dopamin yang dapat meningkatkan konduksi neuron dan memperbaiki gejala parkinson. Sebelum masuk BBB konsentrasi levodopa akan berkurang karena terjadi breakdown sepanjang perjalanannya. Karena itu levodopa sering dikombinasikan dengan carbidopa yang merupakan inhibitor AAAD perifer untuk mencegah breakdown tersebut. Dosis levodopa yang diperlukan akan berkurang dan efek sampingnya juga akan berkurang.1 Haloperidol Haloperidol merupakan obat untuk antipsikotik. Haloperidol akan mempengaruhi efek neurotransmiter di otak. Obat ini akan memblokade reseptor neurotransmitter (terutama reseptor dopamin dan serotonin type-2) di neuron. Oleh karena dapat menghambat efek dopamin, obat ini dapat memperburuk penyakit Parkinson dan berlawanan dengan efek levodopa.3
Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) Pasien demensia seringkali memperlihatkan gejala perilaku dan problem psikologik. Gejala tersebut bervariasi dari bentuk apati dan depresi sampai agitasi dan agresif. Gejala psikotik seperti halusinasi dan waham juga dapat muncul. BPSD sering ditemukan pada pasien rawat jalan. BPSD menimbulkan hendaya baik pada pasien maupun caregiver, dan seringkali menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit. BPSD secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 bentuk, yaitu gejala yang didapat berdasarkan wawancara (anksietas, depresi, halusinasi, delusi) dan gejala yang berdasarkan observasi (agresivitas, berteriak-teriak, gelisah, wandering, disinhibisi seksual dan agresivitas verbal). Proses penyakit mempengaruhi susunan saraf pusat menyebabkan BPSD. Gejala pada BPSD dapat berbentuk depresi, anksietas, insomnia, perilaku yang tidak terkontrol, psikotik dan lainnya. Pasien umumnya dapat memperlihatkan gejala lebih dari satu, misalnya perilaku yang tidak terkontrol biasanya timbul bersamaan dengan gejala psikotik, sedangkan depresi biasanya timbul bersamaan dengan insomnia. Perubahan perilaku lainnya • Sundowning, pasien agitasi dan kebingungan pada hari menjelang malam. Hal ini diatasi dengan terus membiarkan lampu menyala saat menjelang malam. • Apati, ditandai dengan menurunnya kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari, peningkatan tanda ekstrapiramidal dan gangguan depresi. • Hiperfagia, dapat disebabkan adanya patologis pada lobus frontal. Tata laksana Tata laksana demensia bersifat paliatif, meliputi pemberian nutrisi yang tepat, berolahraga, dan supervisi dari aktivitas sehari-hari. Obat dapat membantu dalam mengatasi agitasi dan gangguan perilaku. Propranolol, pindolol, buspiron, dan valproat dilaporkan membantu mengurangi agitasi dan agresi. Haloperidol dan obat penghambat dopamin potensi tinggi lain digunakan untuk mengontrol gangguan perilaku yang akut. Beberapa pasien demensia Alzheimer menunjukkan perbaikan kognitif dan fungsi ketika diobati dengan tacrine atau donepezil. Ada beberapa studi yang melaporkan bahwa pemberian suplemen vitamin (400 sampai 600 mg sehari) dapat menghambat progresivitas demensia.4 Sumber: 1. Lewitt, PA. Levodopa for the treatment of parkinson’s disease. N Engl J Med 2008;359:2468-76. 2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002: p. 159-72 3. MedicineNet. [updated 2000 August 19; cited 2009 October 27]. Available from: http://www.medicinenet.com/haloperidol/article.htm 4. Damping, CE. Psikiatri geriatri. 2007. hal. 9
Nama:
Wulunggono
NPM:
0606066405 RESUME KERJA POLI
KERJA POLI REHABILITASI MEDIK GERIATRI Anamnesis. Pasien, Ny S, 63 tahun mengeluhkan nyeri lutut kanan dan kiri yang memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Seminggu lalu kedua lutut terasa sakit terutama saat mau duduk dan berjalan sehingga lebih banyak berpegangan untuk menghindari jatuh. Telapak kaki dan tangan kesemutan tapi tidak menjalar. Sebelumnya pasien menggunakan obat counterpain namun nyeri tidak hilang. Lima tahun lalu pasien pernah menderita stroke, sudah pulih namun pendengaran telinga kiri berkurang. Pasien sudah tidak bekerja sebagai penjahit. Pasien menikah dan dikaruniai 2 anak dan 4 cucu. Pasien menghadiri pengajian seminggu sekali. Tidak ada caregiver. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya di rumah yang berlantai keramik, penerangan cukup, kloset duduk, dan tangga berpegangan. Riwayat jatuh (-). Pasien makan 1x sehari. Pemeriksaan. Fisik: TD 125/80 mmHg (duduk), nadi 80x/menit, TB 155 cm, BB 61 kg suhu afebris. Pasien memakai kacamata, operasi retina mata kiri karena ada selaput di retina, gangguan pendengaran (+) kiri pasca stroke, OH baik, gigi palsu (+) terpasang baik. Jari kaki halux valgus sejak muda. Lutut kanan terasa lebih nyeri, bengkak (-), merah (-), kaku (-), krepitasi (+), skor VAS 5. Tes keseimbangan DBN kecuali balans satu kaki berpegangan. MMSE 29, GDS tidak menunjukkan gejala depresi, indeks Barthel 19, skor IADL 9. Impairment: OA genu, halux valgus, dan gangguan pendengaran pasca stroke. Disability (-), Handicap (-). Goal: menghilangkan nyeri di lutut. Rencana diagnosis: tes lab RF, ANA; foto polos lutut. Rencana terapi: asetaminofen, glukosamin dan kondroitin. Program rehabilitasi medik: turunkan berat badan pasien, latihan menguatkan otot hamstring selama 6 detik sehabis sholat, terapi TENS (transelectrical nerve stimulation). Evaluasi: rasa nyeri. Prognosis. Ad vitam: dubia ad bonam; ad functionam: dubia ad bonam; ad sanactionam: dubia ad malam.
KERJA POLI GERIATRI TERPADU Anamnesis. Ny M, 67 tahun, mengeluhkan nyeri dada kiri sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit yang didahului oleh nyeri pinggang. Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, rasa berat (+), menjalar ke lengan kiri. Sesak (+). Pasien kontrol rutin ke poli kardiologi. Pasien pernah dipasang stent Mid LAD bulan November 2007. BAK dan BAB tak ada gangguan. Riwayat jatuh (-).aktivitas mandiri sebelum sakit. Hipertensi (+) > 20 tahun. Pasien menikah dan dikaruniai 5 orang anak dan 10 cucu. Kegiatan sehari-hari hanya di rumah dan merawat cucu bersama anaknya. Pemeriksaan. Fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang, TD 150/90 mmHg, nadi 72x/menit, suhu afebris, pernapasan 20x/menit. Keadaan gizi sedang, rambut beruban, OH kurang, jantung paru abdomen DBN. Tulang belakang kifosis (+). Penunjang: CK 76, CKMB 46, Hb 11,5 g/dL, LDL 163 mg/dL, HDL 50 mg/dL. Cor angiography: stent patent non significant CAD; EKG: LVH (+); foto polos lumbal: hipolordosis lumbal; CTR: 50%. MMSE tak dilakukan, GDS: tidak menunjukkan gejala depresi. Daftar Masalah: dislipidemia, hipertensi grade I, CAD, unstable angina pektoris, LBP, dan OH kurang. Rencana diagnosis: profil lipid, ukur tensin darah rutin, EKG, uji latih, kadar troponin T atau I, CK-MB dan konsul ke bagian Gigi dan Mulut untuk masalah OH kurang. Rencana terapi farmakologis: simvastatin, captopril 2x12,5 mg, ascradia 1x80 mg, propanolol, ibuprofen, dan omeprazole serta betadine gargle. Rencana terapi non-farmakologis: ubah lifestyle, pola makan sehat, olahraga ringan dan teratur, kurangi makanan berlemak dan kurangi asupan garam, hindari pekerjaan berat, hindari berdiri lama tanpa berpegangan, dan menyikat gigi secara benar dan teratur. Prognosis. Ad vitam: dubia ad malam; ad functionam: dubia ad bonam; ad sanactionam: malam. KERJA POLI PSIKO-GERIATRI Anamnesis. Pasien, Ny S, 60 tahun, mengeluhkan gemetar pada kedua tangan serta tidak dapat berjalan tanpa bantuan sejak 1 bulan yang lalu. Empat tahun yang lalu pasien merasakan gemetar pada tangan kanan. Gejala memberat sehingga pasien tidak lagi dapat berjualan. Kemudian pasien merasa kaki kanan semakin berat ketika berjalan. Pasien berobat ke RS Budi Asih dan
didiagnosis menderita Parkinson. Sejak 3 tahun lalu pasien mulai sulit bicara dan merasa otototot wajah dan leher semakin kaku. Keluhan gemetar juga dirasakan pada tangan kiri. Pasien kontrol di RS Budi Asih selama 3 tahun. Tahun 2008 pasien berobat ke RSCM. Pasien mulai sulit berjalan dan kekakuan dirasa memberat pada kedua tangan dan kaki sehingga berjalan semakin lambat dengan membungkuk seperti robot, disertai gerakan yang terbatas. Pasien sering berhalusinasi mendengar suara, mudah curiga pada suami. Dua bulan lalu pasien mengeluh mulai sering lupa menaruh barang dan tidak bisa konsentrasi. Sejak 1 bulan lalu pasien mengalami imobilisasi karena kaku di tangan, kaki, dan leher. Kegiatan sehari-hari dibantu keluarga, makan minum kadang tersedak, riwayat jatuh selama sakit (+), ekspresi wajah kurang, dan hipersalivasi (+). Riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga (-). Pasien menikah dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hasil Skor GDS: 7 (pasien memiliki resiko depresi). Pemeriksaan. Fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang, TD 110/80 mmHg, nadi 76x/menit, suhu 360C, pernapasan 20x/menit. Jantung paru abdomen DBN. Resting tremor (+/+), bradikinesia (+), rigiditas cogwheel (+/+), gangguan BAK dan BAB (-). Daftar masalah: Parkinson dan demensia dengan gangguan psikotik. Rencana diagnosis: pemeriksaan brain CTScan, konsul ke poliklinik psikiatri, pemeriksaan DPL, TSH, kadar vitamin B12, dan elektrolit. Rencana terapi: Madopar 3 x 250 mg, Sifrol 3 x 0,375 mg, Vit B6-B12-As. Folat 3x1. Prognosis: Ad vitam: bonam; ad functionam: dubia ad malam; ad sanactionam: dubia ad malam.
LAPORAN KAJIAN INSTABILITAS POSTURAL MODUL PRAKTIK KLINIK GERIATRI
1. Identitas Pasien Nama : Ny B Usia : 72 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : tidak sekolah Alamat : Kampung Jawa Pasien rawat inap
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua kaki. Demam (-), sesak (-), muntah hitam (-), BAB hitam (-). Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terutama dirasakan pasien sekitar perut bagian bawah. Nyeri terus menerus, memberat, dan menjalar sampai pinggang belakang. Keluhan nyeri disertai perut yang membengkak semakin lama semakin besar. Bengkak seperti kantung berisi cairan. Bengkak di perut ini mengganggunya untuk berjalan.
Demam (-), jumlah BAK berkurang. Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-), batuk (-), wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1 x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan, riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit tidak bisa ditahan. Pasien memakai pampers.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada 10 tahun yang lalu karena menabrak ember yang ditaruh sembarangan. Saat setelah jatuh itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien hanya mengalami luka dengan sedikit memar. Tidak ada luka serius atau gejala lain setelah itu. Waktu itu posisi jatuh pasien terperosok ke depan.
Pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli geriatri RSCM. Pasien menerima obat captopril 2 x 12,5 mg. Pasien juga memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Penyakit diabetes (-), gangguan jantung (-), TB (-). Aktivitas mandiri (sebelum sakit), riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada. DM (-), Hipertensi (-), hepatitis (-)
Riwayat Psikososial
Riwayat Keluarga: Pasien menikah dan dikaruniai 7 orang anak. Suami pasien sudah meninggal karena depresi. Pasien juga sudah memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Pasien mengeluhkan bahwa kini anak-anak dan menantunya sudah tidak perhatian lagi dengannya dan sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya saat ia menderita berbagai penyakit dan dirawat barulah anakanaknya datang menghampiri.
Tinggal dengan siapa: Selama ini pasien tinggal dengan anak terakhirnya. Pasien sehari-hari hanya makan, tidur, dan berdagang kecil-kecilan. Pasien sering mengalami masalah dengan anak-anaknya.
2
Caregiver: Pasien kini dirawat secara bergantian oleh Ita, Sio, dan Parlin (anaknya).
Aktivitas sosial/keagamaan/rekreasi: Pasien hampir amat jarang berekreasi. Keseharianya hanya sekedar tegur sapa dengan keluarga, tetangga, dan kawan seusia. Pasien senang merangkai bunga. Pasien pun masih pergi beribadah ke gereja namun tidak rutin.
Riwayat Kepribadian: Saat ditemui pasien hampir selalu sendirian. Anak-anaknya terihat jarang menemui dan mengajak obrol. Sekalipun datang hanya menemani saja. Pasien mudah diajak bicara terutama terkait hal masa lalu dan pengalamannya. Ia pun masih ingat betul kapan dan di mana peristiwa tertentu yang ia alami. Namun, sesekali pasien langsung menangis seketika jika ditanya tentang keluarganya, terutama dalam hal perhatian.
Analisis Finansial: Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia masih berdagang kecil-kecilan. Jumlah pendapatan per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu – 600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh anakanaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.
Coping mechanism: Saat menghadapi masalah biasanya pasien lebih menyukai disimpan sendiri. Pasien mengaku terkadang ia tertawa saja saat mengingat masalah-masalahnya. Namun, seringkali pula ia bercerita panjang lebar ke orang lain mengenai anak-anak yang kurang perhatian kepadanya.
3
Waktu
Perjalanan Klinik Penyakit
Perubahan status fungsional
+/- 10 hari lalu
Perut terasa bengkak
Belum ada
+/- 10-3 hari yang lalu
Nyeri di ulu hati
Berjalan mulai terganggu
3 hari lalu hingga kini
Nyeri perut memberat di
Berjalan menjadi sulit
bagian perut bawah, perut makin membengkak, keluhan menjalar sampai pinggang belakang
4. Pemeriksaan Jasmani •
Tanda Vital o Tekanan darah : 110/70 mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri o Nadi : 88x/menit o Pernapasan : 20 x/menit o Suhu : 37°C o Berat Badan : 62 kg o Tinggi Badan : 146 cm
•
Mulut o Higiene oral : buruk o Gigi palsu : tidak ada
•
Kulit o Bercak kemerahan : tidak ada o Kelembaban : biasa o Ulkus dekubitus : tidak ada
•
Paru-paru o Sesak : tidak ada o Ekspansi rongga dada : normal, simetris o Auskultasi : vesikuler, ronki (-), mengi (-)
•
Abdomen: asites (+), nyeri tekan (-), bising usus (+) N, hati dan limpa sulit dinilai
•
Pendengaran dalam batas normal
•
Penglihatan dalam batas normal
•
Ekstremitas: akral hangat, pitting edema (+) tibia 4
•
Analisis pola jalan, sikap tubuh, dan alat bantu o Pola jalan : langkah pendek o Sikap tubuh : normal o Alat bantu : tidak digunakan
•
Muskuloskeletal o Deformitas : tidak ditemukan o Nyeri : (-)
•
Penilaian motorik Penilaian Motorik
Motorik
LGS
Tonus
Refleks
Anggota Tubuh Atas •
Bahu
Skor : 5/5
normal
hipotonus
•
Siku
Skor : 5/5
normal
hipotoni
•
Pergelangan tangan
Skor : 5/5
normal
hipotoni
•
Jari-jari tangan
Skor : 5/5
normal
Hipotoni
Positif
Anggota Tubuh Bawah
•
•
Paha
Skor : 5/5
normal
hipotoni
•
Lutut
Skor : 5/5
normal
Hipotnik
Positif
•
Pergelangan Kaki
Skor : 5/5
normal
Hipotonik
Positif
•
Jari kaki
Skor : 5
normal
hipotoni
Penilaian neurologis o Fungsi luhur
Berbahasa/memori : baik
Visuospasial/emosi : baik
o Fungsi bicara
Disfonia : (-)
Disartria : (-)
o Fungsi menelan : baik o Koordinasi
Jari-hidung : tidak dilakukan
Tumit-lutut : tidak dilakukan
Romberg : tidak dilakukan 5
•
Pemeriksaan keseimbangan
MANUVER
NORMAL
BANTUAN
ABNORMAL
Balans duduk
Stabil, mampu
Berpegangan
bangun dari kursi
dengan 1 kali
menggunakan lengan bantuan orang lain
gerakan
(pada kursi atau pada
menggunakan
alat bantu jalan)
Bersandar, butuh
lengan Balans berdiri (3‐5
Mampu tanpa
Berpegangan dengan
Meraih, sesuatu untuk
menit)
berpegangan
alat bantu/sesuatu
support, goyang tubuh
obyek
nyata
Balans bediri
Mampu berdiri pada
Mampu berdiri tetapi
ke‐2 kaki merapat
tidak dapat merapatkan kedua kaki
Balans dengan mata
Mampu berdiri
Mampu berdiri,
Gejala tidak mampu
tertutup (Romberg
tanpa berpegangan
kedua kaki tidak
atau butuh berpegangan
Test)
dengan ke‐2 kaki
merapat
pada obyek
Gerakan tidak mulus
Gejala tidak mampu
merapat Balans (360o)
Tanpa berpegangan,
berputar
gerakan mulung
atau berpegangan pada obyek
Dorongan pada
Mampu menahan
sternum 3 kali
Perlu menggerakkan
Mampu jatuh atau perlu
kaki tapi dapat
menolong untuk
menahan
mempertahankan
keseimbangan
keseimbangan Tidak mampu
Leher berputar,
Mampu tanpa
Berkurang
pasien dimimta
mencari bantuan,
kemampuan tanpa
menggerakkan leher
tidak pusing, tidak
bantuan
ke kiri dan kanan, 6
menengadah ke
nyeri
atas, sementara kedua kaki merapat Balans 1 kaki
Mampu berdiri pada
Mampu berdiri pada 1 Tidak mampu
1 kaki, 5 detik tanpa
kaki dengan
berpegangan
berpegangan
Mampu berdiri
Mampu tapi
tanpa berpegangan
berpegangan
Reaching up (pasien
Mampu berdiri
Mampu tapi
diminta mencoba
tanpa berpegangan
berpegangan
Bending down
Mampu berdiri
Mampu berdiri tapi
Tidak mampu berdiri
(pasien diminta
tanpa berpegangan
perlu menggerakkan
diam atau tegak seperti
mencoba mengambil
tubuh lengan atau
benddown atau perlu
sesuatu benda kecil
berpegangan pada
gerakan motorik
seperti ball point)
sesuatu
sehingga berdiri
Ekstensi punggung
Tidak mampu
Tidak mampu
mengambil sesuatu benda kecil seperti ball point)
Sitting down (duduk
Mampu berdiri
Perlu bantuan lengan Jatuh dari kursi, salah
kembali)
tanpa berpegangan
untuk dikursi atau
menduga gerakan
gerakan tidak tidak halus
5. Pemeriksaan Status Fungsional
Indeks ADL Barthel 7
No. Fungsi
I
II
III
1.
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
2
2
2
2.
Mengendalikan rangsang berkemih
2
2
2
3.
Membersihkan diri
1
1
1
4.
Menggunakan jamban
2
2
2
5.
Makan
2
2
2
6.
Berubah posisi dari berbaring menjadi duduk
3
3
3
7.
Berpindah/berjalan
3
2
2
8.
Memakai baju
2
2
2
9.
Naik turun tangga
2
1
1
10. Mandi
1
1
1
Total
20
18
18
I : sebelum sakit ( Mandiri ) II : saat sakit, masuk RS (ketergantungan ringan) III : saat sakit, setelah beberapa hari perawatan (Ketergantungan ringan)
Skala IADL Lawton No. Aktivitas
Skor
1.
Dapatkah menggunakan telepon
1
2.
Mampukah pergi ke suatu tempat
2
3.
Dapatkah berbelanja
3
4.
Dapatkah menyiapkan makanan
3
5.
Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga
3
6.
Dapatkah melakukan pekerjaan tangan
3
7.
Dapatkah mencuci pakaian
3
8.
Dapatkah mengatur obat-obatan
2
9.
Dapatkah mengatur keuangan
3
Total
23
6. Pemeriksaan Psikiatrik 8
•
Pemeriksaan MMSE Nilai
ORIENTASI Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5/5
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)
5/5
REGISTRASI Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu detik untuk setiap benda. Pasien 3/3 diminta mengulangi nama ketiga objek tersebut. Berilah nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar: (bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah: 3 kali ATENSI DAN KALKULASI Pengurangan 100 dengan 7, nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan 5/5 setelah 5 jawaban, atau eja terbalik “WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misal UYAHW = 2) MENGENAL KEMBALI Pasien diminta menyebut kembali 3 nama objek yang di atas tadi. Berikan nilai 1 3/3 untuk tiap jawaban yang benar. BAHASA Apakah nama benda ini? Perlihatkan pinsil atau arloji
2/2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “Jika tidak, dan atau tapi”
1/1
Pasien diminta melakukan perintah “Ambillah kertas itu dengan tangan anda, lipatlah 3/3 menjadi dua dan letakkan di lantai.” Pasien disuruh membaca, lalu melakukan perintah kalimat “Pejamkan mata anda”
1/1
Pasien diminta menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa aja)
1/1
Pasien diminta menggambar bentuk berikut ini
1/1
Skor
30/30
9
•
Pemeriksaan Penapisan Depresi (GDS)
1.
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?
Ya
2.
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan YA anda?
3.
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
tidak
4.
Apakah anda sering merasa bosan?
YA
5.
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
Ya
6.
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Tidak
7.
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
Ya
8.
Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
Tidak
9.
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda tidak dibandingkan kebanyakan orang? 11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?
Ya
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?
Tidak
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
Ya
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda?
Tidak
Skor
2
•
Uji Mental Singkat
Umur: 72 tahun
1
Waktu/jam sekarang: Sore jam 3
1
Alamat tempat tinggal: Jl. Sayuti Mardani
1
Tahun ini: 2009
1
Saat ini berada di mana: RS Cipto
1
Mengenali orang lain di RS (iya)
1
Tahun kemerdekaan RI: 1945
1
Nama Presiden RI: SBY
1
Tahun kelahiran pasien….jawaban pasien tidak jelas
0 10
Menghitung terbalik (20 s/d 1)
1
Skor
9
Perasaan hati (afeksi)
Labil
7. Pemeriksaan Penunjang
Darah: Hb: 8,8
Ht: 26
Limfosit: 2400
Trombosit: 73000
Elektrolit: 143 (Na)/ 4,2 (K)/ 113 (Cl)
Cr: 0,9
MCV: 99
CCT: 58,5
MCH:34
GDS: 85
SGPT: 31
Urin: Epitel: (+)
Leukosit: 2-3
Eritrosit: banyak
bakteri: (-)
Kristal: (-)
Lain-lain: EKG: ST no change, HR: 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-) USG Abdomen tanggal 18 Desember 2008; sirosis hepatis dengan asites, splenomegali, hipertensi portal
8. Diagnosis •
Medik :
Asites dengan riwayat SBP perbaikan Atas dasar: pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati, splenomegali dan hipertensi portal tahun 2008. Berdasarkan hasil PF ditemukan asites (+), edema tibia (+) pitting. Nyeri perut bagian bawah semakin lama semakin berat. Rencana diagnosis: paracentesis asites, kultur cairan asites. Rencana terapi: cefotaxime 3x1 gr, diuretik, azitromisin 1x500 mg
CAP dd TB paru + infeksi sekunder Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala berupa nafsu makan menurun dan lemas. Tidak terdapat demam. Gejala seperti sesak napas dan batu kering disangkal. Namun dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronki basah di kedua lapang paru kanan dan kiri. 11
Pasien memiliki oral higienis yang buruk. Dipikirkan pneumonia karena pasien berumur lebih dari 65 tahun dan menjalani perawatan dalam jangka waktu lama. Rencana diagnosis: sputum BTA 3x, pewarnaan Gram, Kultur bakteri, foto polos thorax. Rencana terapi: ceftriaxone 2x2 gr, azitromisin 1x500 mg, inhalasi ventolin:NaCl = 1:1/8 jam, ambroxol 3xCI
DIC dekompensata Atas dasar: pasien memiliki riwayat sirosis hati yang dapat menurunkan produksi faktor koagulasi Rencana diagnosis: kadar D-dimer, fibrinogen, PT, dan APTT Rencana terapi: transfusi FTP 900 cc, cek APTT post transisi
SH dekompensata Atas dasar: riwayat pasien menderita sirosis hati Rencana diagnosis: Rencana terapi: diet hati III 1900 kkal, lactulac 3xCI, cefotaxime 3x1 mg
Intake kurang + dispepsia Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala mual(+), perut terasa begah, nafsu makan menurun. Ada nyeri ulu hati. Rencana diagnosis: endoskopi, albumin, penimbangan berat badan tiap minggu. Rencana terapi: omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1 sendok, domperidon 3x10 mg
Hematuria Mikroskopis Atas dasar: hasil laboratorium, mual, dan hematuria. Rencana Diagnosis: tes fungsi ginjal, USG ginjal, kultur urin. Rencana Terapi: membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga kebersihan alat kelamin.
Anemia makrositer Atas dasar: dari hasil anamnesis diketahui pasien berkurang asupan makanannya. Dari hasil pemeriksaan penunjang diketahui Hb 8,8. MCV 99. Pasien pun mengalami hematuria. 12
Rencana diagnosis: retikulosist, morfologi, schilling test Rencana terapi: observasi
CAD anteroseptal Atas dasar: pasien memiliki faktor risiko CAD seperti: hipertensi Rencana Diagnosis: echocardiografi Rencana Terapi: Ascardia 1x80mg sebagai terapi untuk mencegah timbulnya infark.
Hipertensi terkontrol Atas dasar: pasien mempunyai riwayat hipertensi, namun terkontrol tiap bulannya. Rencana diagnosis: asam urat, profil lipid, EKG Rencana terapi: captopril 2x12,5 mg
Oral Higienis buruk Atas dasar: pasien mengakui sering merasa tidak nyaman di gigi. Sehabis makan terasa banyak sisa makanan di mulut. Gigi dan gusi belakang sudah banyak yang rusak dan berwarna hitam kecokelatan. Lidah kotor dan terlihat serpihan makanan. Rencana Terapi: edukasi perawatan gigi dan gusi dengan tepat. Sikat gigi 2x sehari dan kumur dengan Betadine garglin •
Psikiatrik : tidak kelainan. Pada pemeriksaan ini didapat skor MMSE penuh 30 dan nilai GDS 2 menunjukkan bahwa psikis pasien tidak ada kelainan.
•
Fungsional : ketergantungan ringan. Penilaian menggunakan indeks Barthel. Saat aktivitas sehari-hari ketika pasien sehat, pasien dapat melakukan secara mandiri. Indeks Barthel saat itu mencapai 20. Namun, setelah masuk RS didapatkan skor menjadi 18 yang berarti pasien memiliki ketergantungan ringan. Begitu juga dengan nilai IADL Scale yang hanya mencapai 23.
•
Impairment : nyeri ulu hati, bengkak perut bawah akibat asites
•
Disability : berjalan lambat, cepat lelah karena terasa berat 13
•
Handicap : aktivitas dagang menjadi terhambat (sulit mobilisasi jauh)
9. Resume •
Masalah Pasien (Kerangka Teori)
o Kajian instabilitas dan jatuh pasien Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik. Faktor risiko intrinsik meliputi faktor risiko yang ada pada pasien sedangkan ekstrinsik adalah yang terdapat di lingkungan.
Faktor risiko intrinsik dibagi menjadi 2, faktor lokal dan sistemik. Berdasarkan hasil anamnesis pasien tidak memiliki faktor risiko intrinsik lokal, melainkan sistemik. Faktor sistemik tersebut berupa penyakit yang dapat memicu timbulnya gangguan keseimbangan dan jatuh. Pada pasien ini adalah penyakit pneumonia dan gangguan jantung.
Faktor risiko ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang berada di lingkungan yang memudahkan orang lansia mengalami jatuh. Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah 3 kali jatuh di kamar mandi karena tersandung bendabenda yang ditaruh tidak pada tempatnya. Selain itu kondisi kamar mandi juga agak gelap. Selain di kamar mandi, ruangan lain dalam rumah sudah aman dari risiko jatuh. Lantai yang tidak licin, penerangan yang memadai, pegangan yang erat pada tangga.
Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan medis yang rinci, pemeriksaan fisik, pengkajian cara berjalan, dan keseimbangan, pengkajian terhadap kondisi lingkungan tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium.
14
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien sudah 3 kali jatuh dengan peyebab yang sama, yaitu tersandung barang-barang yang berceceran di kamar mandi. Dari riwayat medisnya, pasien menderita pneumonia dan gangguan jantung, tentunya sangat berpengaruh terhadap instabilitas seseorang. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan asites yang masif di perut yang melorot ke bawah jika pasien berdiri. Oleh karena itu pasien merasa sulit untuk berjalan dan mudah lelah. Selain itu dari pemeriksaan motorik didapatkan otot-otot sudah
mengalami
hipotoni yang
melemahkan kekuatan otot untuk
berkontraksi.
Berdasarkan pemeriksaan keseimbangan yang dilakukan terhadap Ny. B, didapat bahwa sebagian besar manuver keseimbangan dilakukan pasien dengan
memggunakan
bantuan.
Dimulai
dari
duduk
bangun
yang
menggunakan pinggiran bed, berdiri yang kurang dari 5 menit jika tidak berpegangan sesuatu, tidak mampu merapatkan kedua kaki. Saat diminta untuk berputar pasien dapat melakukan namun patah-patah dan perlahan. Gerakan reaching up, sitting down menunjukkan hasil butuh bantuan. Sedangkan gerakan seperti balans satu kaki, ekstensi punggung, dan bending down tidak mampu dilakukan.
o Geriatric Giant (14 i): instabilitas, infeksi, impecunity o Alat bantu jalan: pasien sampai saat ini tidak memakai alat bantu jalan. Hanya saja saat berjalan perlu ditemani atau dipapah. Jika asites, kelemahan otot, dan infeksi pneumonia sudah teratasi maka pasien kemungkianan besar dapat berjalan lebih lancar. Pasien harus diberi edukasi lebih lanjut tentang faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik yang dapat menyebabkan pasien jatuh sehingga dapat mengeclkan kemungkinannya untuk jatuh lagi..
15
•
Kerangka Masalah
Bahaya lingkungan
Gangguan cara berjalan / keseimbangan
terpleset
Proses menua jatuh
instabilitas
sincop Kelemahan otot dan refleks Penyakit medis
Faktor risiko
Kerentanan terkait usia
10. Rencana Penatalaksanaan •
Nonfarmakologi o Fisioterapi dan latihan untuk pengkondisian otot agar tidak terjadi kontraktur. o Penggunaan alat bantu jalan untuk memperbaiki stabilitas o Identifikasi lebih lanjut bahaya potensial pada kehidupan sehari-hari yang dapat menyebabkan Ny. B jatuh dan edukasi mengenai cara-cara agar bisa meminimalisasi kemungkinan jatuh
•
Farmakologi o Atasi penyakit medis umumnya. o Penggunaan diuretrik untuk mengurangi asites di perut bawah pasien. 16
•
Edukasi Keluarga o Memberi penjelasan tentang penyakit umum pasien dan terapi yang akan diberikan. o Menjelaskan faktor-faktor risiko jatuh dan instabilitas, misal dengan menaruh barang-barang yang berceceran ke tempat semula. o Menjelaskan ke keluarga pentingnya peran mereka terhadap kesembuhan pasien dan pencegahan instabilitas atau jatuh
Referensi •
Setiati S, Laksmi PW. Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007.
Nama Mahasiswa : Wulunggono
Penilai :
NPM :
Tanggal :
0606066405
17
LAPORAN KAJIAN FUNGSI KOGNITIF
Identitas Pasien
No. Rekam Medik: 327.80.56
Pendidikan
: tidak sekolah
Nama (Inisial)
Suku
: Batak
Alamat
: Kampung Jawa
Usia
:B
: 72 tahun
Jenis Kelamin
:P
Pembiayaan Kesehatan : umum Pasien rawat jalan/rawat inap
Keluhan Utama
Nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua kaki. Demam (-), sesak (-), muntah hitam (-), BAB hitam (-).
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah semakin lama semakin berat. Demam (-), jumlah BAK berkurang. Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-), batuk (-), wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1 x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan, riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit tidak bisa ditahan. Pasien memakai pampers. Aktivitas mandiri, riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menerima transfusi darah pada tahun 1976 saat melahirkan anak. Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada 10 tahun yang lalu. Saat itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien pernah didiagnosis 1
menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli geriatri RSCM. Pasien juga memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Penyakit diabetes (-), gangguan jantung (-), TB (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada. DM (-), Hipertensi (-), hepatitis (-)
Riwayat Psikososial
Riwayat Keluarga: Pasien menikah dan dikaruniai 7 orang anak. Suami pasien sudah meninggal karena depresi. Pasien juga sudah memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Pasien mengeluhkan bahwa kini anak-anak dan menantunya sudah tidak perhatian lagi dengannya dan sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya saat ia menderita berbagai penyakit dan dirawat barulah anakanaknya datang menghampiri.
Tinggal dengan siapa: Selama ini pasien tinggal dengan anak terakhirnya. Pasien sehari-hari hanya makan, tidur, dan berdagang kecil-kecilan. Pasien sering mengalami masalah dengan anak-anaknya.
Caregiver: Pasien kini dirawat secara bergantian oleh Ita, Sio, dan Parlin (anaknya).
Aktivitas sosial/keagamaan/rekreasi: Pasien hampir amat jarang berekreasi. Keseharianya hanya sekedar tegur sapa dengan keluarga, tetangga, dan kawan seusia. Pasien senang merangkai bunga. Pasien pun masih pergi beribadah ke gereja namun tidak rutin.
Riwayat Kepribadian: Saat ditemui pasien hampir selalu sendirian. Anak-anaknya terihat jarang menemui dan mengajak obrol. Sekalipun datang hanya menemani saja. Pasien mudah diajak bicara 2
terutama terkait hal masa lalu dan pengalamannya. Ia pun masih ingat betul kapan dan di mana peristiwa tertentu yang ia alami. Namun, sesekali pasien langsung menangis seketika jika ditanya tentang keluarganya, terutama dalam hal perhatian.
Analisis Finansial: Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia masih berdagang kecil-kecilan. Jumlah pendapatan per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu – 600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh anakanaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.
Coping mechanism: Saat menghadapi masalah biasanya pasien lebih menyukai disimpan sendiri. Pasien mengaku terkadang ia tertawa saja saat mengingat masalah-masalahnya. Namun, seringkali pula ia bercerita panjang lebar ke orang lain mengenai anak-anak yang kurang perhatian kepadanya.
Pemeriksaan Jasmani
Kesadaran: kompos mentis TD: 110/70 mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. Nadi 88x/menit. Suhu: 36,50C Berat badan: 62 kg
Laju pernapasan: 20x/menit
Tinggi badan: 146 cm
IMT: 29,08
Kulit: biasa, tidak ada bercak kemerahan Pendengaran: dbn Penglihatan: dbn Leher: dbn Dada: paru-paru: sonor, vesikuler, ronki basah (+/+), wheezing (-) Jantung: irama regular, murmur (-), gallop (-) Perut: hati/limpa: sulit dinilai Asites (+), edema tibia (+) pitting
3
Pemeriksaan Status Fungsional Skor Indeks ADL Barthel No. Fungsi
I
II
1.
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
2
2
2.
Mengendalikan rangsang berkemih
2
2
3.
Membersihkan diri
1
1
4.
Menggunakan jamban
2
2
5.
Makan
2
2
6.
Berubah posisi dari berbaring menjadi duduk
3
3
7.
Berpindah/berjalan
3
2
8.
Memakai baju
2
2
9.
Naik turun tangga
2
1
10. Mandi
1
1
Total
20
18
Lawton IADL Scale No. Aktivitas
Skor
1.
Dapatkah menggunakan telepon
1
2.
Mampukah pergi ke suatu tempat
2
3.
Dapatkah berbelanja
3
4.
Dapatkah menyiapkan makanan
3
5.
Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga
3
6.
Dapatkah melakukan pekerjaan tangan
3
7.
Dapatkah mencuci pakaian
3
8.
Dapatkah mengatur obat-obatan
2
9.
Dapatkah mengatur keuangan
3
Total
23
FORMULIR PENILAIAN EQ-5D Mobilitas
Saya ada masalah untuk berjalan
Perawatan diri sendiri
Saya mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri 4
Aktivitas sehari-hari
Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
Rasa
nyeri/tak Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman
nyaman Rasa cemas/depresi
Saya tidak merasa cemas/gelisah atau depresi (jiwa tertekan)
WHO UNESCAP Apakah Bapak mengalami kesulitan untuk melihat walaupun mengenakan kacamata?
1
Apakah Bapak mempunyai kesulitan pendengaran walaupun menggunakan alat bantu 1 dengar? Apakah Bapak mengalami kesulitan berjalan?
2
Bapak mengalami kesulitan mengingat sesuatu atau sulit berkonsentrasi?
2
Bapak mengalami kesulitan merawat diri sendiri?
2
Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi?
1
Pemeriksaan Psikiatrik (Status Mental dan Kognitif) Penapisan Depresi 1.
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?
Ya
2.
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan YA anda?
3.
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
tidak
4.
Apakah anda sering merasa bosan?
YA
5.
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
Ya
6.
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Tidak
7.
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
Ya
8.
Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
Tidak
9.
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda tidak dibandingkan kebanyakan orang? 11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?
Ya
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?
Tidak 5
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
Ya
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda?
Tidak
Skor
2
Pengkajian Status Mental Mini Nilai ORIENTASI Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5/5
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)
5/5
REGISTRASI Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu detik untuk setiap benda. Pasien 3/3 diminta mengulangi nama ketiga objek tersebut. Berilah nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar: (bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah: 3 kali ATENSI DAN KALKULASI Pengurangan 100 dengan 7, nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan 5/5 setelah 5 jawaban, atau eja terbalik “WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misal UYAHW = 2) MENGENAL KEMBALI Pasien diminta menyebut kembali 3 nama objek yang di atas tadi. Berikan nilai 1 3/3 untuk tiap jawaban yang benar. BAHASA Apakah nama benda ini? Perlihatkan pinsil atau arloji
2/2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “Jika tidak, dan atau tapi”
1/1
Pasien diminta melakukan perintah “Ambillah kertas itu dengan tangan anda, lipatlah 3/3 menjadi dua dan letakkan di lantai.” Pasien disuruh membaca, lalu melakukan perintah kalimat “Pejamkan mata anda”
1/1
Pasien diminta menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa aja)
1/1
Pasien diminta menggambar bentuk berikut ini
1/1
Skor
30/30
6
Uji Mental Singkat Umur: 72 tahun
1
Waktu/jam sekarang: Sore jam 3
1
Alamat tempat tinggal: Jl. Sayuti Mardani
1
Tahun ini: 2009
1
Saat ini berada di mana: RS Cipto
1
Mengenali orang lain di RS (iya)
1
Tahun kemerdekaan RI: 1945
1
Nama Presiden RI: SBY
1
Tahun kelahiran pasien….jawaban pasien tidak jelas
0
Menghitung terbalik (20 s/d 1)
1
Skor
9
Perasaan hati (afeksi)
Labil
Pemeriksaan Penunjang
Darah: Hb: 8,8
Ht: 26
Limfosit: 2400
Elektrolit: 143 (Na)/ 4,2 (K)/ 113 (Cl)
Trombosit: 73000 Cr: 0,9
MCV: 99
CCT: 58,5
MCH:34
GDS: 85
SGPT: 31
Urin: Epitel: (+)
Leukosit: 2-3
Eritrosit: banyak
bakteri: (-)
Kristal: (-)
7
Lain-lain: EKG: ST no change, HR: 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-) USG Abdomen tanggal 18 Desember 2008; sirosis hepatis dengan asites, splenomegali, hipertensi portal
Diagnosis Medik Asites dengan riwayat SBP perbaikan Atas dasar: pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati, splenomegali dan hipertensi portal tahun 2008. Berdasarkan hasil PF ditemukan asites (+), edema tibia (+) pitting. Nyeri perut bagian bawah semakin lama semakin berat. Rencana diagnosis: paracentesis asites, kultur cairan asites. Rencana terapi: cefotaxime 3x1 gr, diuretik
CAP dd TB paru + infeksi sekunder Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala berupa nafsu makan menurun dan lemas. Tidak terdapat demam. Gejala seperti sesak napas dan batu kering disangkal. Namun dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronki basah di kedua lapang paru kanan dan kiri. Pasien memiliki oral higienis yang buruk. Dipikirkan pneumonia karena pasien berumur lebih dari 65 tahun dan menjalani perawatan dalam jangka waktu lama. Rencana diagnosis: sputum BTA 3x, pewarnaan Gram, Kultur bakteri, foto polos thorax. Rencana terapi: ceftriaxone 2x2 gr, azitromisin 1x500 mg, inhalasi ventolin:NaCl = 1:1/8 jam, ambroxol 3xCI
DIC dekompensata Atas dasar: pasien memiliki riwayat sirosis hati yang dapat menurunkan produksi faktor koagulasi Rencana diagnosis: kadar D-dimer, fibrinogen, PT, dan APTT Rencana terapi: SH dekompensata Atas dasar: riwayat pasien menderita sirosis hati Rencana diagnosis: Rencana terapi: 8
Intake kurang + dispepsia Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala mual(+), perut terasa begah, nafsu makan menurun. Ada nyeri ulu hati. Rencana diagnosis: endoskopi, albumin, penimbangan berat badan tiap minggu. Rencana terapi: omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1 sendok, domperidon 3x10 mg
Hematuria Mikroskopis Atas dasar: hasil laboratorium, mual, dan hematuria. Rencana Diagnosis: tes fungsi ginjal, USG ginjal, kultur urin. Rencana Terapi: membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga kebersihan alat kelamin.
Anemia mikrositer Atas dasar: dari hasil anamnesis diketahui pasien berkurang asupan makanannya. Dari hasil pemeriksaan penunjang diketahui Hb 8,8. Pasien pun mengalami hematuria. Rencana diagnosis: analisis hemoglobin Rencana terapi:
CAD anteroseptal Atas dasar: pasien memiliki faktor risiko CAD seperti: hipertensi Rencana Diagnosis: echocardiografi Rencana Terapi: Ascardia 1x80mg sebagai terapi untuk mencegah timbulnya infark.
Hipertensi terkontrol Atas dasar: pasien mempunyai riwayat hipertensi, namun terkontrol tiap bulannya. Rencana diagnosis: kontrol pemeriksaan tekanan darah rutin Rencana terapi: propanolol
Oral Higienis buruk Atas dasar: pasien mengakui sering merasa tidak nyaman di gigi. Sehabis makan terasa banyak sisa makanan di mulut. Gigi dan gusi belakang sudah banyak yang rusak dan berwarna hitam kecokelatan. Lidah kotor dan terlihat serpihan makanan. 9
Rencana Terapi: edukasi perawatan gigi dan gusi dengan tepat. Sikat gigi 2x sehari dan kumur dengan Betadine garglin
Psikiatrik Mild Cognitive Impairment merupakan sindrom di mana kemampuan kognitif menurun dibandingkan dengan usia dan level pendidikan, tetapi tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Prevalensi mencapai 19% pada pasien > 65 tahun (pasien berumur 72 tahun). Atas Dasar: dari anamnesis pasien dan hasil score AMT 9, fungsi memori yang tidak sesuai dengan umur dan pendidikan pasien, aktivitas sehari-hari pasien masih baik, fungsi kognitif umum masih baik, dan pasien tidak mengalami demensia. Rencana Terapi: perbaiki kondisi medis umum dan psikoterapi suportif.
Fungsional Penilaian menggunakan indeks Barthel. Saat aktivitas sehari-hari ketika pasien sehat, pasien dapat melakukan secara mandiri. Indeks Barthel saat itu mencapai 20. Namun, setelah masuk RS didapatkan skor menjadi 18 yang berarti pasien memiliki ketergantungan ringan.
Ketergantungan ringan Atas Dasar: dari anamnesis dan hasil score ADL Barthel 18. Rencana Terapi: (1) mengatasi masalah medis utama terlebih dahulu, yaitu pada pasien ini adalah asites akibat SBP, CAP dd TB paru, DIC dan SH dekompensata, CAD anteroseptal, dan intake kurang serta dispepsia. (2) Mencegah komplikasi berupa gangguan kognitif, inkontinensia. Mengkondisikan lingkungan yang lebih baik untuk melatih kemampuan adaptasi pasien. (3) mengumpulkan keluarga dan menginformasikan serta memotivasi agar pasien dapat lebih diperhatikan dan dibantu dalam aktivitasnya sehari-hari
10
Resume Kajian Fungsi Kognitif Pasien
Pasien terbaring di tempat tidur, terpasang infus, perut tampak membesar Sikap: kooperatif
Gangguan Persepsi: tidak ada
Psikomotor: tenang, sesekali cerita sambil
Proses pikir: tangensial (cerita panjang tapi
menangis
tidak
Bicara: spontan, lancar, jawaban kadang
pertanyaan)
tidak sesuai pertanyaan
Isi Pikir: produktivitas cukup
pernah
sampai
menjawab
Mood-afek: hipotim, luas, serasi
Rencana dan Target Tatalaksana •
Umum No. 1.
Masalah
Asites dengan riwayat SBP cefotaxime 3x1 gr perbaikan
2.
Terapi diuretik (ditunda Æ liat status hidrasi)
CAP dd TB paru + infeksi ceftriaxone 2x2 gr, azitromisin 1x500 sekunder
mg, inhalasi ventolin:NaCl = 1:1/8 jam, ambroxol 3xCI
3.
DIC dekompensata
4.
SH dekompensata
5.
Intake kurang + dispepsia
omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1 sendok, domperidon 3x10 mg
6.
Hematuria Mikroskopis
membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga kebersihan alat kelamin
7.
Anemia mikrositer
8.
CAD anteroseptal
Ascardia 1x80mg
10.
Hipertensi terkontrol
Propanolol
11
Oral Hygienis Buruk
Edukasi, anjuran sikat gigi 2x perhari dan kumur dengan Betadine garglin.
Khusus, terkait hasil kajian fungsi kognitif pasien 11
Rencana Diagnosis: Pemeriksaan Fungsi Kognitif (AMT dan MMSE) serial, pemeriksaan fisik neurologi, neuroimaging
Diagnosis Banding: gangguan depresi, delirium, demensia primer penyakit lain, demensia penyakit lain, demensia sekunder penyakit lain, dan demensia alzheimer.
Rencana Terapi: dimulai dengan perbaikan kondisi umum pasien dan terapi psikis suportif untuk membuat pasien lebih dapat menyesuaikan diri. Pasien hendaknya juga diajak oleh keluarganya untuk menstimulasi fungsi kognitif, mental, dan sosial. Selain itu pasien juga dapat diberikan obat-obatan inhibitor kolinesterase dan tatalaksana terhadap faktor risiko.
Nama Mahasiswa
: Wulunggono
NPM
: 0606066405
Penilai:
Tanggal:
12
LAPORAN KAJIAN FARMAKOTERAPI Identitas Pasien Nama (inisial): Tn. P Usia: 82 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Pendidikan: SKB Care giver: Istri Suku: Jawa
Alamat: Jl. Muara Baru RT 20 RW 12 No 4 Penjaringan Pembiayaan Kesehatan: Umum Pasien rawat jalan/rawat inap: rawat inap BB: 40 kg TB: 153 cm IMT: 17,08 kg/m2
No. Masalah Terapi, dosis, waktu pemberian 1. Dispepsia dengan intake NGT = diet blender DM, 1900 kilokalori sulit IVFD = NaCl 0,9% / 12 jam Omeprazol 2x20 mg Sukralfat 4x1 sendok Domperidon 3x10 mg 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
LMNH dengan suspek metastasis paru Pneumonia komunitas, dd TB paru dengan infeksi sekunder
Rencana kemoterapi setelah perbaikan keadaan umum Levofloxacin 1x 500 mg Ceftriaxon 2x2 g Chest physiotherapy Inhalasi ventolin:NaCl:bisolvon = 1:1:1/8 jam Ambroxol sirup 3xcI DM tipe 2, gula darah Diet DM 1900 kilokalori belum terkontrol Insulin reguler mulai dengan 3x8 unit, saat ini mencapai 3x12 unit Anemia mikrositik Transfusi PRC target Hb ≥ 10 g/dL hipokrom Hipoalbumin Diet ekstra putih telur 3 butir/hari Imobilisasi parsial Miring kiri-kanan tiap 2 jam Mobilisasi bertahap Inkontinensia Uri et alvi Konsul RM untuk fisioterapi Instabilitas dengan riwayat Perbaiki penerangan dan kondisi umum jatuh Oral higiene buruk Sikat gigi 3x sehari Kumur antiseptik 2x sehari Gangguan penglihatan Kontrol TD, GD, profil lipid Ekstraksi katarak jika pasien mau dan kondisi 1
12.
Gangguan pendengaran
1. 2.
Hendaya Imobilisasi Parsial Inkontinensia uri et alvi
3. 4. 5.
umum baik Konsul THT Keterangan
Rawat inap Keadaan pasien lemah dengan komplikasi dipikirkan adanya gangguan koagulasi Instabilitas dengan riwayat Gangguan penglihatan ec katarak dan retinopati jatuh Gangguan penglihatan Katarak senilis dd retinopati diabetikum Gangguan pendengaran Gangguan konduksi dd neural Pemeriksaan Penunjang Faal hati Faal ginjal
Hasil SGOT: SGPT: Albumin: Bilirubin direk/indirek: CCT hitung/ukur:
Kajian 1. Omeprazol •
Farmakodinamik Omeprazol aktif dalam kondisi asam, akan berdifusi di sel parietal lambung, terkumpul di kanalikuli sekretoar dan diaktivasi menjadi bentuk sulfonamid trisiklik. Bentuk aktif ini akan mengikat enzim H+K+ ATPase sehingga terjadi penghambatan enzim yang merupakan pompa proton.
•
Farmakokinetik Diberikan dalam bentuk salut enterik untuk mencegah degradasi zat aktif dalam zat asam, tidak mengalami aktivasi di lambung sehingga bioavailabilitasnya lebih baik. Obat dimetabolisme di hati oleh sitokrom P450 (CYP) terutama CYP2C19 dan CYP3A4.
•
Potensi interaksi Dapat mempengaruhi eliminasi obat yang mempunyai jalur metabolisme yang sama seperti warfarin, diazepam, dan siklosporin. Dapat menurunkan klirens disulfiram, fenitoin, dan obat yang dimetabolisme enzim tersebut.
•
Potensi efek samping Mual, nyeri perut, konstipasi, flatulance, dan diare. Dilaporkan pula terjadi myopati subakut, atralgia, sakit kepala, dan ruam kulit. Dapat pula menimbulkan efek rebound hipersekresi saat PPI dihentikan. 2
•
Makna klinis Diberikan untuk menekan produksi asam lambung yang berlebihan pada kondisi penyakit tertentu.1 Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri tekan epigastrium yang merupakan gejala khas tukak peptik.
2. Sukralfat •
Farmakodinamik Sukralfat akan berikatan dengan permukaan luka dan melapisinya, melindungi dari kerusakan akibat asam dan pepsin (enzim yang dapat merusak protein). Sukralfat juga mengikat garam empedu dari hati dan memproteksi lining dari kerusakan akibat asam empedu. Dapat meningkatkan produksi prostaglandin (prostaglandin dapat memproteksi lining lambung.
•
Farmakokinetik Diserap minimal dalam tubuh dan beraksi di sepanjang lining lambung dan duodenum. Sukralfat dalam kondisi asam akan membentuk crosslinking menghasilkan polimer yang lengket melapisi epitel.
•
Potensi interaksi Sukralfat dapat mengganggu absorpsi tetrasiklin, warfarin, fenitoin, dan digoksin. Dapat menurunkan bioavailabilitas siprofloksasin dan norfloksasin sehingga terjadi kegagalan antibiotik. Jangan diberikan bersamaan atau berilah dengan interval 2 jam.
•
Potensi efek samping Efek samping tersering adalah konstipasi. Perlu hati-hati pada pasien dengan gagal ginjal karena mengandung aluminium. Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil.
•
Makna klinis Untuk pengobatan tukak lambung dan tukak duodenum yang diderita pasien.2
3. Domperidon •
Farmakodinamik Merupakan reseptor D2 antagonist. Dalam sistem gastrointestinal reseptor dopamin antagonis dapat mempotensiasi stimulasi otot halus kolinergik. Dapat juga memblok dopamin D2 reseptor di CTZ di medula menyebabkan anti nausea dan antiemetik. Meningkatkan amplitudo peristaltik esofagus dan gastric emptying.3
3
•
Farmakokinetik Domperidone mengikat protein (93%) dan dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 dan hidroksilasi. Waktu paruh 7 jam. Diekskresi melalui fese (66%) dan urin (31%).
•
Potensi interaksi Karena mempercepat laju pencernaan, obat ini mempengaruhi absorpsi obat lain, misal MAOIs (furazolidone, phenelzine, selegiline, tranylcypromine).4
•
Potensi efek samping Dapat ditoleransi dengan baik karena tidak menembus blood-brain barrier sehingga gejala neuropsikiatrik dan ekstrapiramidal tak muncul. Dapat menimbulkan galactorhea, ginekomastia, impotence, dan gangguan menstruasi.3
•
Makna klinis Untuk pasien GERD, gangguan gastric emptying, dispepsia, muntah. Pada pasien domperidon berguna untuk mengatasi mual dan muntah.
4. Levofloxacin •
Farmakodinamik Termasuk golongan fluoroquinolon yang menghambat DNA girase sehingga mengganggu proses multiplikasinya dan bersifat bakterisidal.
•
Farmakokinetik Dapat diabsorpsi baik (bioavailabilitas 80-95%) dan terdistribusi dalam tubuh. Levofloxacine memiliki waktu paruh yang lama sehingga hanya perlu dosis sekali sehari. Terkonsentrasi di prostat dan ginjal. Dieliminasi melalui mekanisme renal atau sekresi tubular atau filtrasi glomerular.1
•
Potensi interaksi Dapat mengikat besi, kalsium, zink, atau magnesium dan mencegahnya diabsorpsi sehingga obat-obat yang mengandung zat tersebut (misal antasid, sukralfat, didanosine) sebaiknya diminum 2 jam lebih awal atau setelahnya. Dengan NSAID dapat meningkatkan risiko stimulasi CNS sehingga terjadi overeksitasi. Dapat mempengaruhi gula darah dan meningkatkan efek warfarin.5
•
Potensi efek samping Menimbulkan mual, muntah, diare, sakit kepala, dan konstipasi. Efek samping yang jarang yaitu mengantuk, pusing, nyeri perut, begah, dan gatal-gatal. 4
•
Makna klinis Digunakan sebagai antibiotik untuk menghentikan multiplikasi bakteri dengan mencegah reproduksi dan repair DNA. Mampu melawan bakteri gram positif seperti S. pneumoniae.3 Pada pasien ini levofloxacin berguna untuk terapi pneumonia.
5. Ceftriakson •
Farmakodinamik Obat ini bekerja dengan mengikat enzim karboksipeptidase, endopeptidase, dan transpeptidase pada sintesis membran sitoplasma. Akhirnya akan menghambat sintesis mukopeptida dinding sel bakteri sehingga dinding sel rapuh dan bakteri mati.
•
Farmakokinetik Obat ini diabsorpsi di saluran cerna dan berikatan dengan protein plasma 83-96%. Ceftriakson memiliki waktu paruh 8 jam dan diekskresi melalui ginjal.1
•
Potensi interaksi Dapat menimbulkan efek antikoagulan dengan acenocoumarol, anisindione, dicoumarol, dan warfarin. Ceftriakson dapat meningkatkan toksik terhadap ginjal jika diberikan bersama dengan gentamisin, kanamycin, netilmicin, dan neomycin.
•
Potensi efek samping Dapat menimbulkan reaksi alergi, spasme bronkus, urtikaria. Dapat bersifat nefrotoksik
•
Makna klinis Ceftriakson mampu mencapai kadar tinggi dalam cairan serebrospinal sehingga dapat mengobati meningitis, sepsis, meningokokus. Juga cocok untuk gonore, shigellosis, pneumonia. Pada pasien ini ceftriakson berguna untuk terapi pneumonia.
6. Bisolvon dan ventolin inhalasi •
Farmakodinamik Merupakan agen oral mukolitik dengan toksisitas rendah. Bisolvon bekerja pada sel penghasil mukus dengan merusak struktur asam mukopolisakarida dalam sputum mukoid sehingga mudah untuk dikeluarkan.
5
•
Farmakokinetik Dapat diabsorpsi di saluran pencernaan dan mengalami first-pass metabolisme di hati. Bioavailabilitasnya 20% dan terikat sangat tinggi dengan protein plasma. Sekitar 85-90% disekresi di urin sebagai metabolit.
•
Potensi interaksi Dapat meningkatkan konsentrasi antibiotik pada jaringan paru
•
Potensi efek samping Adakalanya terjadi efek samping pada saluran Sangat jarang : kemerahan pada kulit karena alergi.
•
pencernaan.
Makna klinis Untuk batuk berdahak, batuk yang disebabkan flu, batuk karena asma dan bronkhitis akut atau kronis. Pada pasien ini inhalasi bisolvon digunakan untuk pengencer dahak (ekspektoran).
7. Ambroxol •
Farmakodinamik Obat ini digunakan sebagai mukolitik agar memudahkan pengeluaran dahak pasien.1 Ambroxol diduga juga meningkatkan laju tansport mukosiliar di bronkus paru.6
•
Farmakokinetik Ambroxol diabsorpsi melalui saluran cerna.
•
Potensi interaksi -
•
Potensi efek samping Pada pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminase serum. Harus digunakan hati-hati pada penderita tukak lambung.1
•
Makna klinis Obat ini digunakan sebagai mukolitik pada pasien dengan respiratory distress syndrome dan sindrom bronkhitis kronik.6 Pada pasien ini ambroxol digunakan sebagai pengencer dahak (ekspektoran).
6
Kesimpulan Obat-obatan yang diberikan pada Tn.P, 82 tahun dengan masalah : 1. Dispepsia dengan intake sulit Pemberian Omeprazole, sukralfat, dan domperidone sudah tepat. Omeprazole digunakan untuk mengatasi nyeri lambung akibat berlebihnya asam lambung sehingga keluhan nyeri tekan epigastrium sudah berkurang. Sukralfat digunakan untuk melapisi lining lambung yang sudah rusak agar tidak semakin rusak oleh asam lambung yang berlebih. Sukralfat juga meningkatkan produksi prostaglandin guna melindungi lining permukaan lambung. Domperidone yang memblok reseptor D2 dopamin di CTZ terbukti mengatasi keluhan mual dan muntah pasien. 2. LMNH dengan suspek metastasis paru Pengobatan dengan kemoterapi 3. Pneumonia komunitas dd TB paru dengan infeksi sekunder Penggunaan levofloxacin perlu dikaji ulang. Walaupun bermanfaat untuk mengatasi pneumonia namun obat ini akan terkonsentrasi di daerah prostat. Pasien mempunyai riwayat pembesaran prostat tahun 2002 dan kini dicurigai kambuh lagi. Levofloxacin juga berinteraksi dengan sukralfat sehingga penggunaan sukralfat tidak efektif. Levofloxacin juga dapat meningkatkan gula darah. Pasien memiliki riwayat DM sejak tahun 1989 dan kini belum terkontrol. Pemberian ceftriakson dirasa sudah tepat. Ceftriakson memang ditujukan untuk mengobati pneumonia yang diderita pasien selama masa perawatan. Ceftriakson dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga bakteri dapat mati. Tidak ada pula interaksi obat ini dengan obat lainnya yang dipakai penderita sekarang. Namun karena ceftriakson bersifat nefrotoksik, perlu pemantauan fungsi ginjal selama masa perawatan. Pemberian inhalasi bisolvon (Bromhexin HCL) sudah tepat terbukti dari keluhan pasien, berupa dahal yang sulit dikeluarkan, berangsur hilang. Bisolvon merupakan agen mukolitik dengan toksisitas rendah yang dapat membuat dahak lebih encer sehingga mudah untuk dikeluarkan. Interaksi yang timbul akibat obat ini berupa interaksi yang menguntungkan, yaitu meningkatkan konsentrasi antibiotik pada jaringan paru. Efek samping berupa gangguan pada saluran cerna juga lebih kecil karena bisolvon digunakan dalam bentuk inhalasi. Pemberian Ambroxol perlu dikaji ulang apakah pasien benar-benar membutuhkannya. Hal ini disebabkan karena efek terapi yang mirip dengan bisolvon (bromhexin HCL). Pasien juga menderita dispepsia yang mungkin disebabkan oleh tukak lambung. Karena obat ini dapat memperparah tukak lambung, jadi sebagai rekomendasi sebaiknya obat ini dihentikan. 4. DM tipe 2, gula darah belum terkontrol Diberikan insulin reguler dan diet DM 1900 kkal. 7
5. Anemia mikrositik hipokrom Dilakukan transfusi PRC dengan target Hb ≥ 10 g/dL. 6. Hipoalbumin Diet ekstra putih telur 3 butir per hari. 7. Imobilisasi parsial Pasien dimiringkan ke kiri dan ke kanan tiap 2 jam dan mobilisasi bertahap. 8. Inkontinensia uri et alvi Konsul bagian rehabilitasi medik untuk fisioterapi 9. Instabilitas dengan riwayat jatuh Perbaiki penerangan lampu dan kondisi medis umum 10. OHB Sikat gigi 3x sehari dan kumur antiseptik 2x sehari. 11. Gangguan penglihatan Kontrol tekanan darah, gula darah, profil lipid, dan rencanakan ekstraksi katarak bila kondisi umum baik dan pasien menginginkannya. 12. Gangguan pendengaran Konsul bagian THT
8
Daftar Pustaka 1. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth (Editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2008. hal. 522; 720; 682,; 532; 678-86, 688-9, 723-26, 797-802, 813 2. MedicineNet. Sucralfat [update 2009 Oct 17; cited 2009 October 19]. Available from: http:// www.medicinenet.com 3. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10th Edition. Mc Graw Hill, 2006. 4. MedicineNet. Domperidone-oral [update 2009 Oct 17; cited 2009 October 19]. Available from: http:// www.medicinenet.com 5. Ogbru O. Levofloxacin [update 2008 Desember 15; cited 2009 October 19]. Available from: http:// www.medicinenet.com 6. Disse BG, Ziegler HW. Pharmacodynamic mechanism and therapeutic activity of ambroxol in animal experiments. Respiration. 1987;51 Suppl 1:15-22.
Nama Mahasiswa : Wulunggono NPM : 0606066405
Penilai:
Tanggal: 9
MAKALAH UJIAN KASUS PASIEN GERIATRI
oleh : Wulunggono NPM: 0606066405 Kelompok H
Penguji: Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD
MODUL PRAKTIK KLINIK GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2009
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
2
1. Identitas Pasien……………………………………………………………….
3
2. Riwayat Medis………………………………………………………………...
3
3. Anamnesis Sistem……………………………………………………………..
6
4. Pemeriksaan Psikiatri…………………………………………………………..
7
5. Pemeriksaan Status Fungsional………………………………………………..
9
6. Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………
9
7. Formulir Penilaian EQ-5D……………………………………………………..
13
8. WHO_UNESCAP……………………………………………………………..
14
9. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………
14
10. Resume………………………………………………………………………….
15
11. Masalah………………………………………………………………………….
16
12. Pengkajian Masalah, Diagnosis, Penatalaksanaan………………………………
17
13. Kerangka Masalah……………………………………………………………….
24
14. Prognosis………………………………………………………………………..
24
15. Impairment, Disability, Handicap……………………………………………….
25
16. Edukasi…………………………………………………………………………..
25
LAMPIRAN DAN LEMBAR FOLLOW UP........................................................... DAFTAR REFERENSI .........................................................................................
27 38
2
1. Identitas Pasien No. Med Rec
: 327 80 56
Nama
: BN
Usia
: 72 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: tidak sekolah
Suku
: Batak (ayah dan ibu)
Agama
: Protestan
Alamat
: Jl. Sayuti Mardani No. 20 RT 005/RW 06
Telepon
:-
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga / Pedagang
Nama Pengasuh
: Ita dan Parlin (anak)
Nama Kerabat Terdekat : Ita Tanggal Pertama Berobat : 1 Oktober 2009 Pembiayaan
: Umum
2. Riwayat Medis
Keluhan Utama
Nyeri perut yang memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua kaki. Keluhan demam, sesak napas, muntah hitam, dan BAB hitam, disangkal. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah makin lama semakin berat. Pasien tidak demam. Frekuensi dan jumlah BAB berkurang. Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-). Batuk (-), suara napas wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan (riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit BAK tidak bisa ditahan). Pasien memakai pampers.
3
Aktivitas masih dengan bantuan caregiver. Riwayat jatuh (+), gangguan penglihatan (-) dan gangguan pendengaran (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada 10 tahun yang lalu karena menabrak ember yang ditaruh sembarangan. Saat setelah jatuh itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien hanya mengalami luka dengan sedikit memar. Tidak ada luka serius atau gejala lain setelah itu. Waktu itu posisi jatuh pasien terperosok ke depan.
Pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli geriatri RSCM. Pasien juga memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Pasien menerima obat captopril 2 x 12,5 mg. Penyakit diabetes (-), gangguan jantung (-), TB (-). Aktivitas mandiri (sebelum sakit), riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).
Riwayat Pembedahan
Tidak ada
Riwayat Rawat Inap Rumah Sakit
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-). Pasien juga menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan pasien.
Riwayat Alergi
Tidak ada
4
Riwayat Kebiasaan •
Pasien memiliki kebiasaan minum teh dan kopi 2 gelas per hari saat sehat.
•
Pasien sering dipijat atau diurut saat pasien merasa ngilu atau capek.
Obat-Obatan Saat Ini
Saat ini pasien meminum obat Aldactan, Lasix, Lactuna, Sucralfat, dan Levofloxacin dengan dosis yang sesuai dengan resep dokter.
Riwayat Kemasyarakatan, Keagamaan, Kegemaran •
Pasien amat jarang melakukan rekreasi bersama keluarga.
•
Kegiatan keagamaan ke gereja jarang dilakukan (tidak rutin setiap minggu).
•
Silaturahmi dengan keluarga jarang dilakukan, begitu juga dengan teman seusia.
•
Pasien dulu sering merangkai bunga, namun beberapa tahun belakangan tidak melakukannya lagi.
•
Pasien sekarang berdagang kelontong kecil-kecilan
Analisis Keuangan
Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia berdagang kelontong kecil-kecilan. Jumlah pendapatan per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu – 600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh anakanaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.
Analisis Gizi
Dalam satu hari pasien biasanya mengkonsumsi sepiring nasi dengan semangkok sayur serta 1 lauk pauk (ikan, ayam, daging, telur). Pasien makan 3x/hari. Pasien juga sering mengkonsumsi lauk-pauk nabati seperti tempe sebanyak 1 potong/hari. Segelas susu sapi dan sepotong buah-buahan juga masih dikonsumsi minimal 1x seminggu. 5
Saat dirawat di rumah sakit, pasien mengaku makan lebih sedikit sekitar setengah porsi makan harian. Pada pemeriksaan status nutrisi mini, pasien mendapat total nilai 15 (malnutrisi).
Analisis Rumah
Pasien tinggal dengan anak bungsu di rumah dengan dua lantai. Pasien tinggal di kamar lantai bawah. Dinding rumah dibuat dari tembok. Sumber air berasal dari jet pump. Menurut pengakuan pasien, lantai rumah dibuat dari keramik dan tidak licin. Penerangan dalam rumah cukup baik. Pasien mengatakan sering menaiki tangga ke lantai 2. Pijakan tangga cukup pas di kaki dan pegangannya tidak licin. Kamar mandi pasien berada di dalam rumah dengan model WC duduk. Pasien tidak ada kesulitan dalam menggunakannya.
Genogram
Pasien menikah 1x. Suami pasien sudah meninggal dan menurutnya akibat stres. Pasien dikaruniai 7 orang anak (3 laki-laki dan 4 perempuan) lahir sehat dengan 2 anak gugur dalam kandungan. Dari anak-anaknya, pasien memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Gambaran genogram sulit didapatkan karena keterangan dari pasien kurang memadai dan pasien enggan membicarakan masa lalu dengan keluarganya.
3. Anamnesis Sistem (tanggal 17 Oktober 2009)
Secara umum, pasien merasa kesehatannya baik: Penglihatan
: Pasien memakai kacamata untuk membaca. Jika melihat bacaan langsung kurang jelas. Pasien mengeluhkan mata kiri lebih kurang jelas dibandingkan mata kanan.
Pendengaran : Pasien merasa pendengaran masih baik. Saat diajak bicara masih bisa mendengar walau dengan cara berbisik. Tes gesekan jari juga masih mendengar. Mulut
: keadaan mulut kurang bersih. Banyak terlihat sisa-sisa makanan. Pasien mengeluhkan sering ada sisa makanan di gigi bagian belakang namun sulit untuk membersihkannya. Kadang juga terasa gatal. Pasien masih bisa makan dengan nyaman. 6
Kardiovaskular: keluhan nyeri dada, sesak napas, terbangun di malam hari karena sesak, sesak jika tidur tanpa bantal disangkal. Pasien mengalami bengkak di kedua tungkai bawah. Paru
: pasien tidak mengalami sesak napas dan tidak demam. Keluhan batuk ada, berdahak, namun sesekali saja.
Pencernaan
: sejak perawatan di rumah sakit nafsu makan menurun. Makan menjadi setengah porsi dibanding saat sehat. Pasien mengaku tidak ada gangguan menelan, gangguan mengunyah atau rasa makanan yang berubah. Pasien merasakan nyeri perut bawah dan sekitar ulu hati terus menerus, namun masih bisa ditahan. Pasien merasakan perutnya terasa kembung dan begah. BAB lancar dan tiap hari.
Saluran kemih : pasien mengaku tidak mengompol, tidak ada rasa nyeri saat berkemih, pancaran tidak berkurang dan air kemih tidak menetes. Pasien hanya sering bangun malam untuk kencing. Dalam semalam dapat kencing hingga 7 kali. Darah
: Pasien tidak pernah merasakan keluhan lebam di kulit, perdarahan yang sukar berhenti, maupun perbesaran kelenjar getah bening.
Endokrin
: pasien mengaluhkan banyak keringat, terutama di tubuh sebelah kiri. Saat berjalan untuk keluar buang air juga cepat merasa lemas. Berat badan berkurang dibandingkan saat sehat. Pasien mudah mengantuk. Saat malam hari pasien sering mengeluhkan kedinginan.
Saraf
: pasien merasa penglihatan mata kiri lebih tidak jelas dibandingkan dengan mata kanan. Pendengaran tidak berkurang. Beberapa hari ini pasien merasakan kesemutan di ujung-ujung ekstremitas yang menetap. Terkadang pasien sesekali merasakan seperti tertusuk jarum di bagian yang kesemutan.
4. Pemeriksaan Psikiatri (Status Mental dan Kognitif)
Pasien mengaku tidak mengalami penurunan daya ingat. Saat ditanya tentang penyakitnya ia menceritakan secara kronologis. Masa lalunya pun diceritakan dengan lancar. Pasien hanya terlihat murung dan langsung menangis jika ditanyakan mengenai keluarganya, terutama soal perhatian. Pasien mengatakan bahwa ia sering tidak dipedulikan oleh anak-anaknya. Namun, saat sakit anak-anaknya baru mengunjungi. Pasien menganggap segala penyakit pasti mampu disembuhkan Tuhan. Jadi, penyakit yang ia derita tak membuatnya putus asa. Pasien ingin segera sembuh dari penyakitnya agar dapat berdagang lagi. 7
Berdasarkan anamnesis, didapatkan: •
Gambaran Umum o Penampilan: Pasien berpenampilan sesuai usianya. Tubuh pasien agak membungkuk. Perut seperti memiliki kantung dan melorot ke bawah. Pakaian terlihat rapi. o Perilaku dan aktivitas psikomotor: pasien nampak tenang, ekspresi wajah pasien normal, dan tidak pernah melakukan gerakan yang tidak perlu. o Sikap terhadap pemeriksa: sangat kooperatif
•
Suasana Perasaan o Mood : eutimia. o Afek : luas dan serasi o Pada pemeriksaan Geriatric Depression Scale (Lampiran 2) pasien mendapat skor 2 (tidak ada kecenderungan depresi). Pasien juga tidak termasuk dalam kriteria depresi menurut DSM IV atau ICD 10.
•
Pembicaraan: spontan, lancar, volume kecil, jawaban kadang tidak sesuai dengan pertanyaan. Pasien seringkali berbicara tangensial.
•
Persepsi: tidak ada gangguan persepsi.
•
Pikiran o Proses pikir : koheren. o Isi pikir
•
: tidak ada gangguan.
Kesadaran dan Fungsi Kognitif o Kesadaran
: kompos mentis
o Fungsi Kognitif
: pada pemeriksaan MMSE skor total 30 (normal) (lampiran 3)
sedangkan pada pemeriksaan AMT skor total 9 (normal). •
Penilaian: tidak ada gangguan.
•
Pengendalian impuls: tidak ada gangguan.
•
Tilikan: pasien merasa sakit, mengetahui penyebab penyakitnya, dan mau melaksanakan terapi yang dianjurkan (poin tilikan 6).
•
Reality Testing Ability: tidak dilakukan.
8
5. Pemeriksaan Status Fungsional
Pada pemeriksaan indeks ADL barthel (lampiran 5) didapat nilai 20 (mandiri) saat pasien sehat, saat dirawat di rumah sakit skor indeks ADL menjadi 18 (ketergantungan ringan) pada tanggal 16 Oktober 2009. Skor berkurang pada aktivitas berjalan dan naik turun tangga. Pada tanggal 18 Oktober skor pasien masih menetap di poin 18 (ketergantungan ringan). Selain itu pada pasien juga dilakukan pemeriksaan Lawton IADL Scale (lampiran 6) dan memperoleh skor 23 (ketergantungan).
6. Pemeriksaan Fisik (tanggal 15 September 2009) •
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
•
Kesadaran
•
Tanda Vital
•
: Kompos Mentis
o Tekanan Darah
: 110/70 mmHg (berbaring, duduk, dan berdiri)
o Nadi
: 88 x/menit (berbaring, duduk, dan berdiri)
o Laju Pernapasan
: 20 x/menit
o Suhu Tubuh
: 37 0C
Status Gizi o Berat Badan
: 62 kg
o Tinggi Badan : 1,46 m o
IMT
o LLA
: 29.08 kg/m2 : 23 cm
•
Kepala
: deformitas (-), nyeri tekan sinus (-).
•
Rambut
: beruban, mudah dicabut, agak jarang.
•
Kulit
: tidak kering, tidak bercak merah, tidak ada tanda keganasan, ulkus (-)
•
Telinga
: deformitas (-), nyeri tekan (-), mendengar suara normal (+), alat bantu dengar (-), impaksi serumen (-).
•
Mata
: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tak langsung +/+, katarak +/-, dapat
membaca huruf koran dengan kacamata.
•
Mulut
: kebersihan mulut buruk, gigi palsu (-), sisa-sisa makanan (+)
•
Leher
: derajat gerak dalam batas normal, pembesaran tiroid (-), trakea di tengah, tekanan vena jugularis 5-2 cmH2O, bekas luka (-), massa (-), perbesaran 9
kelenjar getah bening (-). •
Dada
•
Paru
: massa (-)
o Inspeksi o Palpasi
: simetris statis dan dinamis. : ekspansi dada simetris, fremitus kanan dan kiri sama.
o Perkusi
: sonor pada kedua lapang paru.
o Auskultasi
: bunyi dasar bronkial, ronkhi basah +/+, wheezing -/-
•
Jantung
: irama jantung regular, bunyi I-II normal, murmur (-), gallop (-).
•
Pembuluh darah : bising a. karotis (-/-), bising a. femoralis (-/-), denyut nadi a. dorsalis pedis (+/+), denyut a.tibialis posterior (+/+).
•
Perut o Inspeksi
: buncit (+), asites (+), perubahan warna (-)
o Palpasi
: dinding abdomen lemas, hepar dan limpa sulit dinilai, tidak
ada nyeri tekan, massa (+) di kuadran kanan atas, ballotement (-) o Perkusi
: shifting dullness (+)
o Auskultasi
: bising usus abnormal (banyak sekali, > 4 kali/menit)
•
Punggung : nyeri ketok CVA -/-.
•
Rektum/anus
: tidak diperiksa
•
Alat Kelamin
: tidak diperiksa
•
Ekstremitas
: akral hangat, edema tungkai (+) pitting, tidak ada luka/bisul, sianosis
(-), clubbing finger (-) •
Otot dan Kerangka o Tulang belakang
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Bahu
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Siku
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Tangan
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Panggul
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Lutut
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Kaki
: deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
10
•
Saraf o Penghidu
: tidak diperiksa
o Ketajaman penglihatan (kasar) : normal o Lapangan penglihatan (kasar) : normal o Fundus
: tidak diperiksa
o Pupil
: bentuk lonjong
o Ptosis
: (-)
o Nistagmus
: (-)
o Gerakan bola mata
: normal
o Sensasi kulit bola mata
: normal
o Sensasi kulit rahang atas
: normal
o Sensasi kulit rahang bawah
: normal
o Otot kunyah
: tidak diperiksa
o Refleks kornea
: (+)
o Refleks mandibula
: tidak diperiksa
o Raut muka simetris
: normal
o Kekuatan otot wajah
: normal
o Pendengaran
: normal
o Uvula
: normal
o Refleks telan
: tidak diperiksa
o Otot trapezius
: normal
o Otot sternokleidomastoideus : normal o Lidah •
: normal
Sensorik o Raba
: anggota tubuh atas (+/+), anggota tubuh bawah (+/+)
o Tajam, getar, suhu tidak diperiksa •
Motorik o Bahu
: kekuatan 5, hipotonus
o Siku
: kekuatan 5, hipotonus
o Pergelangan tangan
: kekuatan 5, hipotonus
o Jari tangan
: kekuatan 5, hipotonus
o Paha
: hipotonus
o Lutut
: hipotonus
11
o Pergelangan kaki
•
: hipotonus
o Refleks patella
: +/+
o Refleks achiles
: +/+
Koordinasi o Jari ke hidung : tidak dilakukan o Tumit ke lutut : tidak dilakukan o Romberg
•
: tidak dilakukan
Evaluasi Keseimbangan Manuver
Penilaian
Keterangan
Balans duduk bangun dari kursi
Bantuan
Berpegangan menggunakan lengan (pada tempat tidur)
Balans berdiri (3-5 menit)
Bantuan
Berpegangan pada pinggiran tempat tidur
Balans berdiri
Bantuan
Mampu berdiri tetapi tidak dapat merapatkan kaki
Balans dengan mata tertutup (Romberg
Bantuan
test)
Mampu berdiri, kedua kaki tidak merapat
0
Balans (360 ) berputar
bantuan
Gerakan tidak mulus
Dorongan sternum 3 kali
abnormal
Mau jatuh atau perlu menolong untuk mempertahankan keseimbangan
Leher berputar, pasien diminta
Bantuan
Berkurang
menggerakkan leher ke kiri dan kanan,
kemampuan tanpa
menengadah ke atas sementara ke 2
bantuan
12
kaki merapat Balans satu kaki
Bantuan
Berdiri satu kaki dengan berpegangan
Ekstensi Punggung
Abnormal
Tidak mampu
Reaching up (Pasien mencoba
Bantuan
Mampu tapi
memindahkan benda dari rak yang
berpegangan
cukup tinggi dengan cara meregangkan tubuh atau berjinjit) Bending down (Pasien diminta
Bantuan
Mampu berdiri tapi
mencoba mengambil sesuatu benda
perlu
kecil seperti ball point)
menggerakkan tubuh lengan atau berpegangan pada sesuatu
Sitting down (duduk kembali)
Bantuan
Perlu bantuan lengan untuk duduk di tempat tidur
Pola analisis jalan : langkah pendek-pendek Get up and go test : saat bangun berpegangan pada tempat tidur Sikap tubuh Alat bantu
: kifosis : tidak menggunakan alat bantu
7. Formulir Penilaian EQ-5D
Mobilitas
Saya ada masalah untuk berjalan
Perawatan diri sendiri
Saya mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri
Aktivitas sehari-hari
Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
Rasa
nyeri/tak Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman
nyaman Rasa cemas/depresi
Saya tidak merasa cemas/gelisah atau depresi (jiwa tertekan) 13
8. WHO_UNESCAP Apakah Bapak mengalami kesulitan untuk melihat walaupun mengenakan kacamata?
1
Apakah Bapak mempunyai kesulitan pendengaran walaupun menggunakan alat bantu 1 dengar? Apakah Bapak mengalami kesulitan berjalan?
2
Bapak mengalami kesulitan mengingat sesuatu atau sulit berkonsentrasi?
2
Bapak mengalami kesulitan merawat diri sendiri?
2
Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi?
1
Catatan: 1
: tidak mengalami kesulitan
3 : sangat mengalami kesulitan
2
: sedikit mengalami kesulitan
4 : tak mampu sama sekali
9. Pemeriksaan Penunjang •
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Tanggal 15/10/09
16/10/09
18/10/09
Darah Perifer Hb
11,1
10
Leukosit
4000
2800
Hitung Jenis
0/0/87/5/7
0/0/0/89/6/4
Trombosit
77000
47000
LED
15
54
Fungsi Hati Albumin
2,2 (berkurang)
Hematologi PT
14,4
17,5 (meningkat)
PT kontrol
12,1 (menurun)
11,5 (menurun)
APTT
42,5 (meningkat)
48,1 (meningkat)
APTT kontrol
30,6
33,1 14
Fibrrinogen
228,5 (menurun)
109,2 (menurun)
D-dimer
3300 (meningkat)
1800 (meningkat)
•
Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi (14/10/09): menunjukkan hasil varises esofagus grade III
•
Pemeriksaan Urinalisis: epitel (+), leukosit 2-3, eritrosit banyak, bakteri (-), kristal (-)
•
Pemeriksaan EKG: ST no change, HR 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-)
•
Pemeriksaan USG Abdomen: sirosis hepatis + asites, splenomegali, hipertensi portal
10. Resume
Pasien, wanita berumur 72 tahun, sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluhkan perutnya terasa membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini disertai bengkak pada kedua kaki. Keluhan demam, sesak napas, muntah hitam, dan BAB hitam disangkal. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah yang semakin memberat. Pasien tidak demam, frekuensi dan jumlah BAB berkurang, nafsu makan menurun, mual (+), BAB dan BAK tidak ada gangguan. Riwayat jatuh (+), gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-). Pasien pernah menderita sirosis hati tahun 2008 dan kontrol rutin. Hipertensi terkontrol dengan minum captopril dari poli geriatri RSCM.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, nadi 88x/menit, laju napas 20x/menit. Dan suhu 370C. Indeks massa tubuh 29,08 kg/m2. Pemeriksaan kepala, rambut, kulit, telinga, leher, dan dada dalam batas normal. Pasien melihat dengan jelas dengan kacamata. Keadaan oral buruk. Paru bunyi bronkhial, ronkhi basah di kedua lapang paru. Jantung dan pembuluh darah dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen menunjukkan buncit (+), asites (+), hati dan limpa sulit dinilai, massa (+) di kuadran kanan atas, shifting dullness (+), bising usus abnormal (+). Ekstremitas akral hangat dengan edema pitting (+) di kedua tungkai. Otot dan kerangka dalam batas normal kecuali kekuatan tonus yang sudah menurun di keempat ekstremitas.
Pada pemeriksaan darah perifer didapatkan Hb 11,1 dan 10. Demikian pula didapatkan leukopenia dan trombositopenia. LED menunjukkan penurunan di awal saat masuk rumah 15
sakit dan meningkat lagi hingga 54. Pada pemeriksaan kadar albumin didapatkan albumin 2,2 g/dL, termasuk hipoalbumin. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan PT dan APTT meningkat, fibrinogen yang menurun, dan kadar D-dimer yang meningkat.
Pemeriksaan status mental dan fungsi kognitif pasien baik. Skor total BAI pasien sebelum masuk rumah sakit 20 (mandiri), pada saat masuk rumah sakit 18 (ketergantungan ringan) dan selama perawatan 18 (ketergantungan ringan). Pada pemeriksaan status nutrisi mini didapatkan hasil pasien menderita malnutrisi (skor 15).
11. Masalah 1. Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis 2. DIC decompensata 3. CAP dd TB paru + infeksi sekunder 4. Sirosis hepatis decompensata 5. Dispepsia perbaikan 6. Hematuria perbaikan 7. CAD anteroseptal 8. Anemia makrositer 9. Hipertensi terkontrol 10. Oral higiene buruk 11. Gangguan pendengaran 12. Gangguan penglihatan 13. Hipoalbuminemia 14. Malnutrisi
16
12. Pengkajian Masalah, Diagnosis, Penatalaksanaan
1. Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis Pengkajian: Asites disebabkan karena vasodilatasi splanknik. Peningkatan resistensi hepar karena sirosis menyebabkan hipertensi portal, pembentukan formasi vena kolateral, dan shunting ke sirkulasi sistemik. Hipertensi portal menyebabkan peningkatan produksi vasodilator yang membuat arteri splanknik berdilatasi. Akibat sirosis yang parah vasodilatasi splanknik pada akhirnya membuat volume darah arteri berkurang dan tekanan arteri menurun. Dengan fungsi homeostasis tubuh akan mempertahannkan tekanan arteri dengan vasokontriktor dan faktor antinatriuretik yang membuat retensi sodium dan cairan. Vasodilatasi splanknik dan hipertensi portal juga membuat permeabilitas kapiler intestinal meningkat dan terjadilah akumulasi cairan pada rongga abdomen. Spontaneous bacterial peritonitis dikarakteristikan dengan infeksi spontan cairan asites tanpa sumber infeksi infeksi intraabdomen. Penyakit ini terjadi pada 10-30% pasien dengan asites. SBP melibatkan translokasi bakteri dari lumen intestinal ke nodus limfe yang akhirnya akan menyebar secara sistemik dan menginfeksi cairan asites.1 Atas dasar: •
Didapat pembesaran perut sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, Nyeri perut (+).
•
Sejak 3 hari demam(-), mual (+), BAB hitam (-).
•
Pasien didiagnosis sirosis hepatis sejak 2 tahun dengan kontrol teratur di poli geriatri.
•
Pf: perut buncit (+), lemas, hati limpa sulit dinilai, nyeri tekan (-), BU (+) abnormal, shifting dullness (+).
•
Lab: SGOT/PT normal, bilirubin meningkat
•
USG (18/10/09): sirosis hati, splenomegali, hipertensi portal
Rencana diagnosis: •
Punksi asites, alkaline phosphatase, marker hepatitis
Rencana terapi: •
O2 2 liter/menit jika sesak
•
IVFD venflon
•
Diet hati 1700 kkal 17
•
Cefotaxime 3x1 g
•
Azitromisin 1x500 mg
•
Lactulac 3 CI
•
Lasix 1x2 amp dan aldactone 1x100 mg
2. DIC decompensata Pengkajian: Disseminated intravascular coagulation (DIC) disebabkan karena pengeluaran material prokoagulan ke dalam sirkulasi atau kerusakan sel endotel yang menyebabkan aktivasi koagulasi dan jalur fibrinolitik sehingga terjadi deposisi fibrin yang tersebar dalam sirkulasi. DIC dapat disebabkan karena infeksi sistemik, malignansi, atau penyakit lain seperti penyakit hepar.2 Atas dasar: •
Perdarahan (-), PT: 2,72, APTT: >200 kontrol 33,6
Rencana Diagnosis: hemostasis serial Rencana terapi: transfusi FTP 900 cc, cek APTT post transfusi
3. CAP dd TB paru + infeksi sekunder Pengkajian: Community-aquired pneumonia (CAP) dimulai di luar rumah sakit atau didiagnosis dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit pada pasien yang berada dalam perawatan panjang selama 14 hari atau lebih. Mekanisme pertahanan pulmoner (refleks batuk, sistem pembersihan mukosiliaris, dan respon imun) secara normal akan mencegah infeksi saluran napas bawah dari aspirasi sekresi orofaringeal yang mengandung bakteri atau inhalasi aerosol yang terkontaminasi. CAP terjadi jika ada defek pada salah satu atau lebih mekanisme defensif normal dari host atau ketika terjadi pemasukan infeksi dalam jumlah besar atau patogen yang virulensinya tinggi.3 Atas dasar: •
Pasien mengeluh batuk (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, dan napas berbunyi
•
PF: bunyi paru vesikuler, Rh (+/+), wheezing (-/-)
•
Lab: leukosit 2400
18
Rencana Diagnosis: •
Roentgen thorax
•
Sputum BTA 3x, Gram, dan kultur
Rencana terapi: •
O2 2 liter/menit
•
Inhalasi V:B:N = 1:1:1/6 jam
•
Cefotaxime 3x1 g
•
Ambroxol: 3xCI
4. Sirosis hepatis decompensata Pengkajian: Sirosis terbentuk ketika penyakit liver kronik atau apapun yang membuat destruksi difus sel-sel parenkim liver dan pembentukan formasi nodul-nodul. Destruksi difus ini menyebabkan terjadinya disorganisasi arsitektur lobular dan vaskular, dan melemahkan survival dan fungsi dari sel-sel hati. Karena peningkatan insidensi sirosis berhubungan dengan infeksi virus hepatitis C kronik, kemungkinan pasien dengan HCV menderita sirosis pada dekade berikutnya.4 Atas dasar: •
Riwayat diagnosis sirosis sejak 2 tahun dan rutin kontrol di poli geriatri
•
PF: sklera ikterik, abdomen: asites masif
•
USG: kesan sirosis hepatis + asites
•
Lab: albumin menurun, SGOT meningkat, SGPT normal, bilirubin meningkat
Rencana Diagnosis: •
USG abdomen ulang
•
Pungsi arteri
•
Albumin, SGOT, SGPT, alkaline phosphatase
Rencana terapi: •
Diet hati III 1900 kkal
•
Lactulac 3xCI
•
Cefotaxime 3x1 mg
19
5. Dispepsia perbaikan Pengkajian: Dispepsia dibagi menjadi dispepsia fungsional dan dispepsia akibat penyebab organik. Dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang berlangsung > 3 bulan tanpa penyebab organik dan merupakan 60% dari seluruh dispepsia. Dispepsia lainnya disebabkan penyebab organik seperti infeksi H. pylori atau konsumsi NSAIDs.5 Atas dasar: •
Mual (+), muntah (-)
•
PF abdomen: buncit, lemas, hati limpa sulit dinilai
•
Saat ini keluhan mual berkurang dan makan sampai habis
Rencana Diagnosis: elektrolit serial Rencana terapi: •
Omeprazole 2x20 mg
•
Sukralfat 3xCI
6. Hematuria perbaikan Pengkajian: Hematuria tanpa disertai proteinuria, atau sel-sel lain, atau cast mengindikasikan bahwa perdarahan berasal dari traktus urinarius. Ekskresi normal sel darah merah sekitar 2 juta sel per hari. Hematuria didefinisikan sebagai 2 sampai 5 sel darah merah per high-power field (HPF) dan dapat dideteksi dengan dispstick. Penyebab umum hematuria ini adalah batu, neoplasma, tuberkulosis, trauma, dan prostatitis.6 Atas dasar: didapatkan eritrosit (3+), dipikirkan hematuria mikroskopik ec. Infeksi dd batu Rencana Diagnosis: •
Kultur urin
•
Urinalisis serial /3 hari
•
USG ginjal
•
Hemostasis serial
Rencana terapi: observasi dan UMU seimbang
20
7. CAD anteroseptal Pengkajian: Coronary artery disease (CAD) terjadi ketika arteri-arteri yang menyuplai darah ke otot jantung menjadi keras dan sempit. Hal ini disebabkan karena penumpukan kolesterol dan material lain, yang disebut plaque, pada dinding dalam pembuluh koroner. Ketika tumpukan ini semakin besar, semakin sedikit aliran darah yang dapat mengalir. Hasilnya otot jantung tak mendapat darah atau oksigen yang dibutuhkan. Akhirnya akan menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. CAD juga dapat membuat otot jantung lebih lemah sehingga menjadi gagal jantung dan aritmia.7 Atas dasar: didapatkan QS di III, V1-2, T di V4-6, dipikirkan CAD anteroseptal Rencana diagnosis: echocardiography Rencana terapi: ascardia 1x80 mg
8. Anemia makrositer Pengkajian: Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukupke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit. Anemia makrositer adalah anemia dengan mean corpuscular volume (MCV) > 95 fl. Anemia ini dapat disebabkan karena defisiensi gizi, terutama karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin) dan atau asam folat. Defisiensi tersebut terutama dapat terjadi karena intake kurang dan malabsorpsi.8 Atas dasar: didapatkan Hb: 8,8; MCV: 99; dipikirkan anemia makrositer ec. defisiensi folat dan B12 Rencana diagnosis: Retikulosit, morfologi, schilling test, folat serum, vitamin B12 serum Rencana terapi: observasi, terapi asam folat 1 mg/hari per oral, kristalin B12 2 mg/hari per oral.
9. Hipertensi terkontrol Pengkajian: Hipertensi merupakan elevasi kronik tekanan darah yang >140/90. Etiologi yang tidak diketahui sekitar 80-95% dari pasien (hipertensi esensial). Hipertensi juga dapat terjadi akibat faktor lain, disebut hipertensi sekunder. Hipertensi ini disebabkan karena stenosis arteri renal, penyakit tiroid, gangguan kardiovaskular dan lain-lain. Hipertensi ditentukan 21
oleh cardiac output dan resistensi perifer. Cardiac output ditentukan oleh stroke volume dan heart rate, sedangkan stroke volume ditentukan oleh kontraktilitas otot jantung dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh perubahan anatomi dan fungsi dari arteri-arteri kecil dan arteriol.5 Atas dasar: •
Didapatkan riwayat hipertensi dengan tidak teratur minum obat
•
Tekanan darah: 120/80 mmHg, dipikirkan hipertensi terkontrol
Rencana diagnosis: •
Profil lipid, ukur tensi darah rutin, dan echocardiography
Rencana terapi: captopril 2x12,5 mg
10. Oral higiene buruk Pengkajian: Atas dasar: didapatkan karies (+), dipikirkan OH buruk Rencana diagnosis: konsultasi bagian Gigi dan Mulut Rencana terapi: •
sikat gigi 2x per hari
•
betadine gargle 3x per hari
11. Gangguan pendengaran Pengkajian: Atas dasar: didapatkan pendengaran berkurang (+) Rencana diagnosis: tes penala, konsul bagian THT Rencana terapi: observasi 12. Gangguan penglihatan Pengkajian: Atas dasar: •
didapatkan penglihatan berkurang
•
PF: arkus senilis (+/+)
Rencana diagnosis: tes visus sederhana, tes konfrontasi, periksa nervus II, III, IV, IV, refleks cahaya langsung dan tak langsung, konsul bagian Mata Rencana terapi: observasi 22
13. Hipoalbuminemia Pengkajian: Hipoalbuminemia adalah kondisi di mana serum albumin < 2,5 g/dL. Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh penurunan sintesis hepatik akibat penyakit liver kronik atau malnutrisi berkepanjangan. Hipoalbuminemia juga dapat disebabkan hilangnya albumin secara masif melalui urin dan feses.5 Atas dasar: didapatkan albumin 2,48 g/dL ec intake kurang Rencana diagnosis: Rencana terapi: diet extra putih telur 4 butir per hari, atasi penyebab hipoalbumin dan intake sulit.
14. Malnutrisi Pengkajian: Malnutrisi dihasilkan dari intake yang inadekuat, proses pencernaan yang abnormal, pengeluaran energi berlebihan, atau gagalnya metabolisme energi oleh proses penyakit. Atas dasar: adanya penurunan nafsu makan, penyakit kronik, total penilaian nutrisi mini (Lampiran 1) 15 (malnutrisi). Rencana diagnosis: Rencana terapi: ekstrak putih telur 3 butir untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
23
13. Kerangka Masalah
Dispepsia
Varises esofagus
Penglihatan
Gangguan sensorik
Nyeri Ulu hati
pendengaran
hipertensi
Wanita 72 tahun
CAP
Hipertensi portal Hipoalbuminemia
CAD
infeksi
OH buruk
sirosis
Asites masif
hematuria
malnutrisi
Anemia makrositer
14. Prognosis •
Quo ad vitam
: dubia ad malam
•
Quo ad sanactionam
: dubia ad malam
•
Quo ad functionam
: dubia ad malam
24
15. Impairment, Disability, Handicap •
Impairment o Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis o DIC decompensata o CAP dd TB paru + infeksi sekunder o Sirosis hepatis decompensata o Dispepsia perbaikan o Hematuria perbaikan o CAD anteroseptal o Anemia makrositer o Hipertensi terkontrol o Oral higiene buruk o Gangguan pendengaran o Gangguan penglihatan o Hipoalbuminemia o Malnutrisi
•
Disability o Sulit berjalan jauh o Cepat lelah o Nyeri ulu hati
•
Handicap: o Tak bisa berdagang lagi
16.
Edukasi •
Menginformasikan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit-penyakit yang muncul berhubungan satu sama lain, dimulai dari penyakit sirosis yang telah terdiagnosis sejak tahun lalu.
•
Diberitahukan juga informasi mengenai infeksi berulang terutama untuk mencegah timbulnya community-aquired pneumonia yang seringkali menyerang lansia yang memang rentan penyakit. Pasien atau caregiver diajarkan bagaimana menyikat gigi yang baik dan benar agar kesehatan dan kebersihan mulut terjaga sehingga risiko infeksi berkurang.
25
•
Menganjurkan pasien tetap beraktivitas walaupun minimal untuk mencegah dampak dari imobilisasi. Aktivitas minimal dapat berupa jalan-jalan pagi sekitar rumah, melakukan hobi pasien (merangkai bunga), atau olahraga ringan untuk mengembalikan tonus otot yang menurun.
•
Mencegah malnutrisi lanjut akibat intake yang kurang dan penyakit sirosis. Caregiver mungkin dapat lebih membuat variasi makanan agar pasien tetap lahap menyantap asupan makanan. Perlu diperhatikan asupan air dan garam. Makanan yang dibuat perlu dikurangi asupan garam karena pasien memiliki riwayat hipertensi.
•
Mengatur ulang kondisi rumah terutama di lokasi-lokasi pasien sering jatuh, seperti memberi pegangan pada WC dan kamar mandi, menyingkirkan barang-barang yang berserakan di lantai, memberi penerangan dalam rumah yang cukup, dan membuat benda-benda pribadi pasien mudah dijangkau.
•
Menginformasikan pasien dan keluarga tentang perlunya kontrol kesehatan secara teratur dan mengedukasi keluarga tentang pentingnya partisipasi dan perhatian keluarga terhadap penyembuhan pasien.
26
Lampiran 1 Penilaian Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment/MNA) Nama: BN Jenis Kelamin: Perempuan Tgl: 17/09/09 Usia: 72 tahun BB: 62 kg TB: 146 cm Nama Pewawancara/Pemeriksa: Wulunggono No 1
Penilaian Antropometri 2
Indeks Massa Tubuh: BB/TB (dalam m )
Nilai 3
a. <19 = 0 b. 19‐21 = 1 c. 21‐23 = 2 d. >23 = 3 2
Lingkar lengan atas (cm)
0,5
a. <21 = 0 b. 21‐22 = 1 c. >22 = 1 3
Lingkar betis (cm)
0
a. ≤31 = 0 b. >31 = 1 4
BB selama 3 bulan terakhir
1
a. Kehilangan BB > 3 kg = 0 b. Tidak tahu = 1 c. Kehilangan BB antara 1‐3 kg =2 d. Tidak kehilangan BB = 3 Penilaian Umum 5
Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau rumah sakit)
0
a. Tidak = 0 b. Ya = 1 6
Menggunakan lebih dari 3 obat per hari
1
a. Tidak = 0 b. Ya = 1 7
Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
0
a. Tidak = 0 b. Ya = 1 8
Mobilitas
1 27
a. Hanya terbaring atau di kursi roda = 0 b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah = 1 c. Dapat pergi keluar rumah = 2 9
Masalah Neuropsikologis
2
a. Demensia berat dan depresi = 0 b. Demensia ringan = 1 c. Tidak ada masalah psikologis = 2 10 Nyeri tekan atau luka kulit
1
a. Ya = 0 b. Tidak = 1 Penilaian Diit 11 Berapa banyak daging yang dimakan setiap hari?
0
A. 1x makan = 0 B. 2x makan = 1 C. 3x makan = 2 12 Asupan protein terpilih
0
a. Minimal 1x penyajian produk‐produk susu olahan (susu, keju, yoghurt, es krim, dll) per hari Ya Tidak b. Dua atau lebih penyajian produk‐produk kacang‐kacangan (tahu, tempe, susu kedelai, dll) dan telur per minggu. Ya Tidak c. Daging, ikan, dan unggas tiap hari (ayam, sapi, kambing, kerbau, kerang‐ kerangan, teri, burung, dll) Ya Tidak Untuk jawaban ya : 1
= 0
2
= 0,5
3
= 1
13 Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayuran atau buah‐buahan per hari
1
a. Tidak = 0
28
b. Ya = 1 14 Bagaimana asupan makanan 5 bulan terakhir karena hilangnya nafsu makan, masalah
1
pencernaan, atau kesulitan menelan. a. Kehilangan nafsu makan yang berat = 0 b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1 c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2 15 Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, the, susu, dll) yang dikonsumsi per hari.
1
a. < 3 cangkir = 0 b. 3‐5 cangkir = 1 c. >5 cangkir = 2 16 Pola makan
1
a. Tak dapat makan tanpa bantuan = 0 b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1 c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2 Penilaian Diri 17 Apakah mereka tahu mereka memiliki masalah gizi?
1
a. Malnutrisi = 0 b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1 c. Tidak ada masalah gizi = 2 18 Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, bagaimana mereka menilai
1
kesehatan mereka sekarang? a. Tidak baik = 0 b. Tidak tahu = 0,5 c. Baik = 1 d. Lebih baik =2
Total Penilaian
15
(Maksimal 30 poin) Skor Indikator Malnutrisi:
Skor 24 = gizi baik
Skor 17‐23,5 = beresiko malnutrisi
Skor < 17 = malnutrisi
29
Lampiran 2 GERIATRIC DEPRESSION SCALE No. Pertanyaan
Jawaba
Skor
n 1.
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?
Ya
0
2.
Apakan anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau Ya
1
kesenangan anda? 3.
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
Tidak
0
4.
Apakah anda sering merasa bosan?
Ya
1
5.
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
ya
0
6.
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada tidak
0
anda? 7.
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
Ya
0
8.
Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
Tidak
0
9.
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak
0
mengerjakan sesuatu yang baru? 10. Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan daya ingat anda Tidak
0
dibandingkan dengan kebanyakan orang? 11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?
Ya
0
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?
Tidak
0
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
Ya
0
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
Tidak
0
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda?
Tidak
0
TOTAL
2
30
Lampiran 3 MMSE Nilai
Nilai
Max
Responden
Sekarang ini (tahun ?), (musim?), (bulan?), (tanggal ?), (hari?)
5
5
2.
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (RS), (lantai)
5
5
Registrasi
3
3
benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata 5
5
No
Pertanyaan
Orientasi
1.
Sebutkan 3 objek: tiap satu detik, pasien disuruh mengulangi nama 3.
ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar: buku, pensil, kertas
Atensi dan Kalkulasi Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang
4.
“W A H Y U”
Mengenal Kembali
5.
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi
Bahasa
6.
Pasien disuruh menyebut: pensil, buku
3
3
2
2
1
1
3
3
“pejamkan mata”
1
1
10.
Pasien disuruh menulis dengan spontan (tulis apa saja)
1
1
11.
Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini
1
1
30
30
7.
8. 9.
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “JIKA TIDAK DAN ATAU TAPI” Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di lantai” Bahasa Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat
TOTAL
31
Lampiran 4 ABBREVIATED MENTAL TEST No. Pertanyaan
Jawaban
Skor
1.
Umur .......... tahun (72 tahun)
Benar
1
2.
Waktu / jam sekarang ........ ........ (pukul 3 sore, Benar
1
jawaban pasien: sore Hari jam 3‐an) 3.
Alamat tempat tinggal .......... (Jl Sayuti Mardani)
Benar
1
4.
Tahun ini .......... (2009)
Benar
1
5.
Saat ini berada di mana .......... (RSCM)
Benar
1
6.
Mengenali orang lain di RS (dokter, perawat, dll)
Benar
1
7.
Tahun kemerdekaan RI .......... (1945)
Benar
1
8.
Nama Presiden RI .......... (SBY)
Benar
1
9.
Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir Salah
0
....(jawaban tidak jelas) 10.
Menghitung terbalik (20 s/d 1) .......... (bisa)
TOTAL
Benar
1
9
Perasaan Hati: labil
32
Lampiran 5 Indeks ADL Barthel (Skor BAI) Jenis kegiatan
I
II
III
IV
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
2
2
2
2
Mengendalikan rangsang berkemih
2
2
2
2
Membersihkan diri
1
1
1
1
Menggunakan jamban
2
2
2
2
Makan
2
2
2
2
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
3
3
3
3
Berpindah/berjalan
3
2
2
2
Memakai baju
2
2
2
2
Naik turun tangga
2
1
1
1
Mandi
1
1
1
1
Total
20
18
18
18
I
: Sebelum sakit
II
: Saat masuk rumah sakit
III
: 17 Oktober 2009
IV
: 18 Oktober 2009
33
Lampiran 6 Lawton IADL Scale No.
Aktivitas
Skor
1
Dapatkah menggunakan telepon
1
2
Mampukah pergi ke suatu tempat
2
3
Dapatkah berbelanja
3
4
Dapatkah menyiapkan makanan
3
5
Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga
3
6
Dapatkah melakukan pekerjaan tangan
3
7
Dapatkah mencuci pakaian
3
8
Dapatkah mengatur obat‐obatan
2
9
Dapatkah mengatur keuangan
3
Total
23
Keterangan
: 1 = mandiri
2 = butuh bantuan
3 = ketergantungan
34
Lampiran 7
Follow-Up Pasien
Sabtu, 17 Oktober 2009 S
: lemas, makan tidak enak karena terasa pahit sedikit Tidak nyaman saat berjalan Æ perut membesar
O
: Keadaan umum: sakit sedang T= 120/70 mmHg (berbaring dan duduk)
N= 56x/menit
S= 37o C
P=20x/menit Kompos mentis Paru: bunyi vesikuler, Rh -/-, wheezing -/Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen: nyeri tekan (-), BU (+) normal Ekstremitas: hangat A
: SBP perbaikan DIC decompensata CAP dd Tb Paru + infeksi sekunder perbaikan SH Dispepsia perbaikan Hematuria mikroskopik CAD anteroseptal Anemia makrositer Hipertensi terkontrol Oral higiene buruk Gangguan penglihatan Gangguan pendengaran Hipoalbumin Malnutrisi
P
: proligasi Levofloxacin 1x50 mg Lasix 1x40 mg Lactulac 3xCI Sucralfat 3xCI 35
Aldactone 1x100 mg Omeprazole 2x20 mg Protransfusi FTP 500 cc Asam folat 1x3 tablet Vitamin B12 3x1 tablet
Follow-Up Pasien
Minggu, 18 Oktober 2009 S
: pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, tapi masih bisa ditahan Pasien mengeluhkan kesemutan di ujung jari tangan dan kaki Kaki terasa sangat dingin jika menyentuh lantai Mulut tidak nyaman, ada sisa-sisa makanan
O
: Keadaan umum: sakit sedang T= 120/70 mmHg (berbaring dan duduk)
N= 66x/menit
S= 37,1o C
P=18x/menit Kompos mentis Kepala: tidak ada benjolan, deformitas (-), perubahan warna (-), rambut tidak mudah copot Telinga: tidak ada perubahan warna, deformitas (-), serumen (-) Mulut: OH buruk, sisa makanan (+), arkus faring simetris tidak kemerahan Leher: JVP 5-2 H2O, bruit carotis (-), penggunaan otot bantu napas (+), KGB tidak teraba Jantung: tidak dinilai Paru: tidak dinilai Abdomen: asites (+), nyeri tekan (-), bising usus (+) abnormal, hati teraba keras, limpa sulit
dinilai,
Ekstremitas: pitting edema (+) Nervus Kranialis: dalam batas normal
A
: SBP perbaikan DIC decompensata CAP dd Tb Paru + infeksi sekunder perbaikan SH 36
Dispepsia perbaikan Hematuria mikroskopik CAD anteroseptal Anemia makrositer Hipertensi terkontrol Oral higiene buruk Gangguan penglihatan Gangguan pendengaran Hipoalbumin Malnutrisi P
: proligasi Levofloxacin 1x50 mg Lasix 1x40 mg Lactulac 3xCI Sucralfat 3xCI Aldactone 1x100 mg Omeprazole 2x20 mg transfusi FTP 500 cc
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Gines P, Cardenas A, Arrroyo V, Rodes J. Management of cirrhosis and ascites N Engl J Med 2004; 350: 1646-54. 2. Mehta AB, Hoffbrand AV. Haematology at a glance. 1st Ed. Blackwell science; 2000: 889. 3. Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatment. 44th Ed. McGraw-Hill/Appleton & Lange; 2004. 117. 4. Schiano TD, Bodenheimer HC. Complications of chronic liver disease. 2nd Ed. New York: McGraw-Hill; 2003. 43. 5. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s of manual medicine. 17th Ed. New York: McGraw-Hill; 2009. 246; 693. 6. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s of manual medicine. 16th Ed. New York: McGraw-Hill Professional; 2004. 246. 7. U.S. National Library of Medicine. Coronary artery disease. [cited 2009 October 26]. Available from http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/coronaryarterydisease.html 8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. 622; 643.
38
KUMPULAN SOAL
Pre-Test / Post-Test Geriatri, 15 & 24 September 2008 2. Yang bukan penyebab xerostomia adalah... a. Obat xerogenik b. Pergeseran condylus c. Radiasi orofaring d. Kelenjar saliva rusak e. Kurang minum 3. Tahapan kerapuhan menuju kematian adalah....... a. Sehat → rapuh → disabilitas → hospitalisasi → institusi → kematian b. Sehat → disabilitas → rapuh → hospitalisasi → institusi → kematian c. Sehat → rapuh → disabilitas → kematian d. Sehat → disabilitas → rapuh → hendaya → kematian e. Sehat → disabilitas → hendaya → hospitalisasi → kematian 4. Di bawah ini yang salah mengenai malnutrisi ..... a. b. BB 30 kg dan TB 150 cm merupakan indikator malnutrisi c. d. e. BAB / BAK di tempat tidur merupakan bukti objektif malnutrisi 6. Kapasitas fungsional seseorang..... a. Sangat spesifik pada tiap orang b. Dapat dirancang untuk semua orang, kecuali geriatri c. Dapat dirancang untuk semua orang termasuk geriatri d. e. 7. Yang dapat menyebabkan ulkus dekubitus... a. BAB di tempat tidur b. Dikatakan ulkus dekubitus jika terdapat ekskoriasi c. Malnutrisi dan anemia d. Imobilisasi lama dan pada orang kurus e. 8. Ny. B, 72 tahun, dibawa ke RS dengan keluhan bicara meracau. Malam sebelumnya Ny. B mengeluh sakit ulu hati karena makan asam dan pedas. Oleh anaknya diberi simetidin yang bersifat antikolinergik. Keluhan ulu hati berkurang. Sebelumnya Ny. B aktif di yayasan amal sehari-harinya. Penyebab Ny. B masuk RS adalah... a. Penyakit jarang ditemui
b. Penyakit ringan sehingga tidak perlu buruburu c. Penyakit menular d. Penyakit genetik dan tidak bisa sembuh e. Penyakit gawat darurat 9. Teori tadikal bebas dapat menjelaskan proses penuaan karena... a. Radikal bebas ada di seluruh proses tubuh b. Radikal bebas merupakan hasil konjugasi yang dapat merusak protein c. Radikal bebas memerlukan mitokondria d. Radikal bebas memerlukan penanganan yang optimal agar masalah selesai e. Radikal bebas 10. Pasien wanita, usia 70 tahun, tidak mau makan minum, lemah, berbaring saja. Ada batuk, namun tidak berdahak. Timbul inkotinensia urin. Sindrom geriatri yang ditemukan pada pasien... a. ACS, imobilitas, inkontinensia, impecunity b. Delirium, imobilitas, imkontinensia, inanition c. Impecunity, instabilitas, imobilitas, inkontinensia d. Impecunity, iatrogenesis, imobilitas, inkontinensia e. Impecunity, imobilitas, isolasi, ............... 12. Pernyataan yang benar di bawah ini: a. Puncak vitalitas seseorang pada usia 30-40 tahun setelah itu menurun b. Puncak vitalitas seseorang pada usia 40-50 tahun setelah itu menurun c. Ambang kerapuhan akan dilewati oleh setiap manusia d. Ambang kerapuhan akan dilewati seseorang jika berumur panjang e. Ambang kerapuhan tidak akan dilewati oleh orang usia muda 13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali: a. Meningkatkan efisiensi kerja jantung b. Menurunkan kadar epinefrin c. Meningkatkan IMT d. Mengontrol kadar gula darah e. Meningkatkan densitas tulang 14. Teori penuaan telomer... a. sel kekurangan enzim telomerase sehingga mati dini b. AGEs>> sehingga gagal fungsi c. sel mati karena apoptosis d. kekurangan telomerase sehingga tidak mampu replikasi e. telomere ujung sel NK memendek
16. Proses menua pada ginjal menyebabkan jumlah neuron menurun yang berakibat... a. Fungsi filtrasi menurun sehingga masa paruh obat memendek b. Fungsi filtrasi meningkat sehingga masa paruh obat memanjang c. Fungsi filtrasi menurun sehingga ekskresi obat terganggu d. Fungsi filtrasi meningkat sehingga efek obat berkurang e. Fungsi filtrasi meningkat sehingga bersihan obat meningkat pula 17. Untuk melengkapi P3G: a. Subjective G…..A….. b. MMSE c. Antropometri d. Faal kognitif dengan CT scan otak e. ADL Barthel dengan anamnesis system 18. Berikut ini pernyataan yang SALAH... a. gejala malas makan & minum dapat merupakan tanda-tanda awal dari sebuah penyakit berat (mungkin infeksi) pada pasien geriatri b. imobilisasi dapat terjadi sebagai akibat kondisi tubuh yang melemah dan metabolisme yang memburuk c. impak feses dapat menyebabkan inkontinensia urin d. demam dan batuk produktif tidak selalu dijumpai pada pasien geriatri yang menderita pneumonia e. imobilisasi pada pasien geriatri dapat mengakibatkan stroke 21. Tn. Y, 72 tahun, penjual voucher pulsa telepon, dibawa ke rumah sakit oleh istrinya karena mendadak mengalami disorientasi waktu dan tempat serta bicaranya tidak nyambung. Beberapa minggu terakhir pasien mengeluh sulit tidur sehingga atas nasihat temannya, kemarin malam ia membeli obat tidur di toko obat dan meminumnya supaya bisa tidur. Faktor risiko terjadinya disorientasi yang dialami Tn. Y..... a. Adanya gangguan status fungsional sedang b. Adanya gangguan fungsi kognitif c. Alergi obat tidur d. Usia pasien e. Aktivitas fisik yang tidak sesuai dengan usianya yang lanjut 22. Di bawah ini yang menyebabkan kerapuhan..... a. b. c. d. Berkurangnya massa otot, fungsi eksekusi, dll..
e. 24. Hirarki tertinggi seorang manusia adalah..... a. Mampu berjalan b. Mampu bergerak c. Mampu bekerja d. Memiliki endurance e. Mampu berperan sesuai fungsinya 25. Tremor fisiologik... a. Waktu istirahat b. Tambah berat saat cemas c. Meningkat pada penggunaan alkohol d. Meningkat pada penggunaan b-bloker e. Bersifat familial 26. Penanda neuroendokrin yang berkaitan dengan kerapuhan... a. Penurunan testosteron, estrogen, GH, DHEA, kortisol b. Penurunan testosteron, estrogen, GH, DHEA, penurunan simpatis c. Penurunan testosteron, estrogen, GH, DHEA, kortisol dan simpatis meningkat d. Penurunan testosteron, estrogen, GH, DHEA, menigkatnya kortisol, simpatis, dan IL-6 e. 27. Program skrining untuk latihan jasmani diperlukan pada... a. Usila yang akan memulai latihan sedang b. Usila yang akan memulai latihan ringan c. Usila yang akan memulai latihan berat d. Usila yang memiliki risiko kardiovaskuler e. Usila yang akan memulai latihan 28. Teori DNA yang benar... (ini gw kg yakin, kayaknya salah soal tapi klo terpaksa gw bakal jawab E) a. Mutasi somatik & DNA error ................ b. Mutasi somatik – radiasi → DNA membuat protein baru c. DNA error: sel membuat protein yang salah → mengganggu faal d. ................... e. Apoptosis & DNA repair sama-sama adanya ketidakmampuan DNA dalam hal ”the feasibility” (fidelity hrsnya) 30. Untuk memperbaiki gangguan fungsi, harus dilakukan: a. Faktor penyebab gangguan fungsi harus dihilangkan b. Harus digunakan alat bantu yang sesuai c. Latihan kebugaran menjadi pilihan d. Sekalipun gangguan fungsional masih ada,program rehab masih bisa dilakukan
e. Usila harus memiliki min 50% kapasitas fungsional 32. Manajer bank, tidak mau makan, hanya ingin makan bubur dan minum jus buah. Gigi palsu sudah lama tidak diperiksa. Masalahnya............ a. .................. b. DM c. Gigi palsu longgar karena diresorbsi d. Papil atrofi e. Masalah ekonomi sosial 33. Yang tidak termasuk sindrom geriatri: A. Inanition B. Intoksikasi C. Inkontinensia urin D. Infeksi E. Instabilitas 34. Dasar penilaian potensi rehab medik pasien usila adalah.... a. Usia b. Gender c. Jenis penyakit d. Kemampuan fungsional e. Prognosis penyakit 35. Pria, 75 tahun dating ke poli geriatri karena penurunan nafsu makan. Pernyataan yang benar mengenai penuaan pada GI: a. Enzim pencernaan yang emningkat Æ sering mual b. Air liur bertambah Æ sering tersedak c. Gigi tidak lengkap dan gerakan lambung lambat d. Gerak kerongkongan lambat tapi kosong cepat e. Gerak usus besar meningkat Æ diare 36. Pilihlah pernyataan yang benar tentang INSTABILITAS POSTURAL... a. tidak berhubungan dengan gagal jantung atau infark jantung b. akan selalu menyebabkan jatuh c. dapat mengakibatkan osteoporosis d. dapat merupakan gejala dari penyakit sistemik yang berat (seperti pneumonia) e. salah satu komplikasi adalah stroke 39. Berikut ini pernyataan yang SALAH mengenai sindrom delirium akut / ACS... a. FR meliputi gangguan fungsi kognitif dan malnutrisi (?) b. Untuk mendeteksi ACS diperlukan pemeriksaan CT Scan otak c. ACS dapat timbul pada pasien usia lanjut pasca operasi
d. Faktor lingkungan dan kurang tidur dapat mengakibatkan ACS e. ACS berkaitan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan lama rawat pasien 40. Di bawah ini hal yang benar mengenai inkontinensia urin adalah... a. b. Inkontinensia uri tipe overflow hanya bisa terjadi pada laki-laki c. Inkontinensia uri tipe stress terjadi pada hiperplasia prostat d. Inkontinensia uri akut terdiri dari stress, overflow, campuran, dll e. Impaksi feses dapat menyebabkan inkontinensia uri akut 42. Yang bukan dapat terjadi pada pasien ACS adalah... (seinget gw kaga ada jawabannya) a. Perubahan pola tidur dan .......... b. Halusinasi sulit dibedakan dengan mimpi buruk c. Kesulitan memusatkan perhatian tidak dapat dinilai karena penurunan kesadaran d. e. 43. Konstipasi pada lansia... a. Makan sedikit dan malas ke toilet b. c. Gangguan penyerapan serat dan sari makanan d. Defisit enzim-enzim pencernaan e. Malas minum karena rasa haus hilang 44. Tatalaksana non-farmakologik sembelit... a. Kurangi garam dan b. Meningkatkan konsumsi serat dan aktivitas fisik c. Minum pencahar dan meningkatkan aktivitas fisik d. Pemberian laksatif stimulan e. Konsumsi serat 125 g/hari 45. Agar mendapatkan data yang akurat pada orangtua diperlukan... a. Harus selalu pertanyaan terbuka b. Bertanya dengan nada cepat dan keras c. Dapat dilakukan pertanyaan tertutup d. Pertanyaan diulang e. Bertanya pada care giver 46. Tatalaksana pasien jatuh..... a. Latihan jasmani, misal Tai Chi b. Kurangi ambulasi karena takut jatuh c. Walker untuk pasien jatuh karena hemiparesis pasca stroke
d. Pemberian ....................... untuk pasien yang tidak bisa transfer karena jatuh e. Semua kegiatan dibantu care giver 48. Akibat fatal dari imobilitas: a. Tromboemboli paru b. CVD c. PAD (Peripheral Arterial Disease) d. DM e. PPOK 50. Pernyataan yang salah tentang keseimbangan elektrolit pada manula... a. Dehidrasi pada mnula seringkali telat penatalaksanaannya karena gejala tidak spesifik b. ............. c. Tanda-tanda dehidrasi adalah hipotensi postural d. Manula yang dehidrasi harus diberikan infus e. Diperlukan pemantauan input & output secara ketat 1. Penilaian CGA yang paling tepat untuk pasien ini adalah... 2. Pada pasien geriatri, gangguan pada mulut disebabkan, kecuali... a. Licken planus b. Sjogren syndrome c. Alzheimer d. e. 3. Pasien geriatri yang mengalami komplikasi.. a. Terapi promotif b. Terapi kuratif c. Terapi rehabilitatif d. e. 4. Inkontinensia urin pada pasien imobilisasi... a. Gluteus maximus ... b. Hipersensitivitas saraf simpatis c. Hipoaktif n. Vagus d. e. Gangguan transfer (fungsional) 5. Faktor risiko ekstrinsik Tn. Y jatuh... a. Osteoporosis b. Tersandung c. Karpet terlipat d. Drop attack e. Fraktur 6. Untuk melengkapi P3G.. a. Penilaian status fungsional dg subjektif global assessment b. Psiko-afektif dg mini mental status examination c. Status nutrisi dg anamnesis dan antropometri
d. Faal kognitif dg CT-Scan otak e. Activity daily living dg anamnesis sistem 7. yang benar tentang demensia a. menurunnya daya ingat b. c. d. e. 8. yang dimaksud dengan frailty/kelumpuhan adalah.. (sesuai kuliah) 9. kelainan pada sendi tmj memiliki ciri ??????? a. deviasi rahang > 2 mm b. nyeri otot kunyah pada palpasi c. nyeri tmj saat palpasi d. e. 10. pernyataan yang benar a. kalori 50 kgBB = 2200 kkal b. protein 50 kgBB = 5 gr c. diet vegetarian d. serat 125 g e. 11. Muskuloskeletal pada geriatri... a. Tulang keropos, cairan sendi berkurang, massa otot menghilang b. c. d. e. 12. Pada pasien geriatri harus, kecuali...... a. b. c. Dilakukan penyesuaian dosis karena ada penurunan fungsi hati d. e. Tidak boleh diberikan obat yang ekskresinya lewat ginjal
1. Menurut CGA, yang benar adalah… a. ? b. ? c. ? d. ? e. Fungsi sehari‐hari mengunakan Barthel ADL index, sebelum dan sesudah masuk RS 2. Sindrom geriatri yang dialami oleh Ny. W adalah… a. …, imobilisasi, iatrogenik, ACS b. Delirium, inkontinensia, imobilisasi,… c. Imobilisasi, delirium,…,… d. Kognitif impairment, imobilisasi, delirium e. …,….,kognitif impairment 3. Pemeriksaan penapisan fungsi kognitif… a. Tes IQ b. ? c. ? d. MMSE e. GDS 4. – 5. – 6. Faktor ekstrinsik bapak ini jatuh… a. Osteoporosis b. Karpet terlipat c. OA genu d. Mata katarak e. ? 7. Perjalanan dari rapuh menuju kematian… a. ? b. ? c. ? d. Sehat‐fraility‐disabilitas‐hospitalisasi‐institusi‐kematian e. ? 8. Teori radikal bebas yang mendukung proses menua menjelaskan bahwa… a. Radikal bebas dibentuk di mitokondria b. Radikal bebas merupakan hasil konjugasi protein c. Radikal bebas terjadi di seluruh tubuh d. Pembersihan radikal bebas mencegah efek patologis e. Teori radikal bebas menjelaskan proses kematian sel
9.
10.
11.
12.
Ny. B, 80 th, bicara meracau dan disorientasi. Kemarin malam nyeri ulu hati dan diberikan simetidin oleh anaknya (simetidin mengandung efek antikolinergik). Diagnosis kerja… a. Psikotik akut b. Demensia Lewy body c. ACS d. Vascular Cognitive impairment (VCI) e. Demensia Alzheimer yang progresif Latihan jasmani teratur pada usia lanjut bermanfaat untuk… a. Menurunkan efisiensi kerja jantung b. Meningkatkan kadar hormone epinefrin c. Menurunkan IMT d. Menaikkan kadar gula darah e. Menurunkan densitas massa tulang Berdasarkan teori pemendekan telomere, kematian sel terjadi karena… a. Sel mengalami apoptosis b. Telomer pada sel NK mengalami pemendekan c. ? d. Kekurangan telomerse sehingga sel kehilangan kemampuan replikasi e. ? –
13. Pada pemeriksaan paripurna, pemeriksaan yang diperlukan adalah… a. Menilai fungsi kognitif dengan CT‐scan b. Kap. Fungsi oral Æ SGA c. Psikoafektif Æ mini mental examination d. … Æ ADL e. Nutrisi Æ antropometri 14. Hirearki tertinggi aktivitas fungsional seseorang… a. Mampu bergerak b. Mampu bekerja c. Mampu berperan sesuai fungsi d. Aktif dalam kehidupan sehari‐hari e. … endurance 15. Tn. Y, 76 th dibawa ke RS karena disorientasi waktu dan tempat. Sebelumnya Tn.Y susah tidur dan meminum obat tidur. Faktor risiko pada Tn.Y… a. Usia b. Alergi obat c. Gangguan fungsi kognitif d. Gangguan fungsional
16. 17.
18. 19.
20.
21. 22.
e. Aktivitas sosial yang tidak sesuai Penyebab fraility.. Pencetus ACS adalah… a. Stroke, tumor b. Hipoglikemia, defisiensi testosterone, pneumonia c. Hipoglikemia, hiperkolesterolemia, hiponatremia d. Hipoglikemia, hiperkalemia e. TIA,… Pengukuran instabilitas postural menggunakan… Kondisi dominan yang mempengaruhi rongga mulut pasien geriatri adalah… a. Karies b. Parafungsi c. Kandidiasis d. ? e. Disfungsi sendi TMD Perubahan pada sistem neuroendokrin dan sistem imun usia lanjut yang menyebabkan kerapuhan adalah… a. Penurunan testosterone, estrogen, GH, DHEA, kortisol, IL‐6, aktivitas simpatis b. Penurunan testosterone, estrogen, GH, kortisol, peningkatan aktivitas simpatis, IL‐6 c. Penurunan testosterone, estrogen, GH, DHEA, peningkatan kortisol dan IL‐6 d. Penurunan testosterone, estrogen, GH, kortisol, peningkatan DHEA dan IL‐6 e. Penurunan testosterone, estrogen, GH, peningkatan DHEA, kortisol ‐ Potensi rehab medic seseorang didasarkan pada… a. Usia b. ? c. ? d. ? e. Status fungsional f. ?
23. Yang termasuk geriatric giants… a. Inanition b. Intolerance c. Intoxication d. Independence e. …
24. Yang dimaksud rapuh/fraility adalah… a. Kehilangan kemampuan dasar b. Penurunan kemampuan kognitif dan disabilitas c. Penurunan kemampuan berjalan, lemah, letih, massa otot menurun, aktivitas fisik normal d. Keterbatasan fungsi social e. Penurunan kecepatan berjalan, lemah, letih, massa otot turun, aktivitas fisik kurang 25. Apa yang dialami Tn. X? a. Stress b. Sosio ekonomi c. ? d. Gigi palsu longgar karena resorpsi e. ? 26. Penyebab penurunan nafsu makan pada pasien geriatri yang berhubungan dengan GI tract adalah… a. Kemungkinan usus melambat tapi ekskresi cepat b. Gerakan usus besar meningkat sehingga diare c. Gigi tidak lengkap dan lambung melambat d. Air liur berlebih e. Enzim pencernaan… 27. ‐ 28. Terapi nonfarmakologis konstipasi… a. Kurangi makan garam b. Kurangi serat dan latihan jasmani c. ? d. ? e. ? 29. Konstipasi pada pasien geriatri dapat terjadi karena… a. Enzim‐enzim pencernaan berkurang b. Malas makan dan malas ke toilet c. Serat yang diserap kurang d. Kebiasaan dari muda e. ? 30. Konstipasi terjadi di usia lanjut karena… a. Enzim pencernaan turun b. Kurang minum c. Jarang makan dan malas ke toilet
31.
32.
33.
34.
d. Penyerapan lemak dan sari makanan menurun e. Air liur berkurang Untuk menggali informasi penting pada usila… a. Bertanya diulang‐ulang b. Tanyakan pada caregivernya c. Selain pertanyaan terbuka, perlu pertanyaan tertutup d. Pertanyaan terbuka saja e. Bertanya dengan suara keras Tata laksana jatuh pada pasien usia lanjut… a. Melarang ambulansi karena takut jatuh b. Rehabilitasi medic dan latihan fisik c. Semua aktivitas didampingi caregiver d. Menggunakan walker pada pasien yang jatuh karena hemiparesis pasca stroke e. Memberikan bifosfonat pada pasien yang tidak dapat transfer karena jatuh Akibat fatal imobilitas… a. ? b. Tromboemboli c. CVD d. ? e. PAD Penyebab inkontinensia urin pasien geriatric yang mengalami mobilisasi… a. Kelemahan otot detrusor b. Hipoaktivitas N. vagus c. Hipoaktivitas gluteus maksimus d. Hiperaktivitas saraf simpatis e. Penurunan kemampuan transfer (fungsi)
35. – 36. – 37. – 38. Faal kognitif… a. Kepribadian, afek, kesadaran b. Kalkulasi, bahasa, registrasi c. Tilikan, memori, fungsi eksekutif d. Demensia, depresi, gangguan penyesuaian e. Attitude dan memecahkan masalah
39.
40.
41.
42.
43.
??? a. Pelebaran jantung di ventrikel kiri b. Penumpukan lemak di katup c. Ada jaringan ikat di lumen d. ? e. ? Penyebab turunnya kemampuan aktivitas aerobik pada usia lanjut karena perubahan aktivitas olahraga dan… a. Adanya depresi b. Ada perubahan komposisi tubuh c. Ada perubahan efisiensi kerja jantung d. Ada penurunan fungsi kognitif e. Hilangnya kemampuan sensorik Penyesuaian dosis beberapa obat pada pasien geriatri harus dilakukan karena… a. Penyerapan oral meningkat b. Asupan makanan meningkat c. Ekskresi ginjal meningkat d. ? e. Lemak tubuh meningkat Interaksi obat sering terjadi pada pasien geriatric karena… a. Metabolisme obat cepat b. Absorbsi obat lebih cepat c. Distribusi obat leih cepat d. Pasien geriatric pada umumnya mengalami lebih dari 1 penyakit e. Penggunaan obat anti‐inflamasi lebih banyak pada pasien geriatri Pengaruh distribusi obat pada geriatri adalah… a. Bertambahnya miksi b. Tidak mempengaruhi efektifitas obat c. Digitalis…? d. ? e. Obat larut lemak lebih banyak diekskresi
44. Mobilisasi dini pada Ny. A adalah upaya… a. Kuratif b. Rehabilitatif c. Prevensi primer d. Prevensi sekunder e. …
45. Wanita geriatri, sering pergi ke fitness center untuk latihan otot. Latihan tersebut dapat mencegah kontraktur karena dapat mencegah… a. Sarkopenia b. ? c. Penurunan kadar lemak d. Penurunan IMT e. ? 46. Ny, C, 62 tahun, rutin berolahraga di fitness center. Angkat beban dan latihan aerobic. Tujuan angkat beban pada pasien ini adalah… a. Penambahan massa otot (mencegah sarkopenia) b. Meningkatkan risiko jatuh c. Menurunkan massa lemak intraabdomen d. Menurunkan saraf simpatis ke otot e. Menurunkan efisiensi jantung 47. Tn. S, 74 tahun, datang ke RS dengan gangguan berbicara dan bahasa. Kelainan yang mungkin ditemukan pada imaging… a. Gambaran hipodens pada temporoparietal lobus temporal kanan b. Gambaran hipodens pada bagian frontal kiri bawah belakang c. Gambaran hipodens pada bagian frontal kanan bawah belakang d. Gambaran hipodens pada bagian supramarginal lobus parietal e. Gambaran hipodens pada bagian atas lobus temporal kanan 48. Tn. A, 78 th, menderita diabetes dan hipertensi. Pasien dibawa ke rumah sakit karena menderita stroke iskemik. Paresis N VIII, X, XI, XII. Tidak bisa menelan. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa… a. ? b. ? c. FEES d. Rontgen OMD e. Barium enema 49. Latihan‐latihan jasmani untuk lansia… a. Senam jantung sehat, senam diabetes, senam osteoporosis b. Latihan kardiorespirasi, latihan kekuatan otot, latihan kelenturan, senam osteoporosis c. Latihan kardiorespirasi, kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan d. Latihan kardiorespirasi, kekuatan otot, kelenturan, koordinasi e. Latihan kardiorespirasi, kekuatan otot, kelenturan, senam diabetes 50. Laki‐laki, 70 th, 2 hari tidak nafsu makan, gigi sakit, gusi berdarah, sulit buka mulut. Hygene mulut buruk, karies, karang, abrasi servikal dan atriksi oklusal gigi. Hal yang menyebabkan sulit buka mulut… a. Periodontitis b. Kandidiasis oral
c. Burning mouth syndrome d. Fokal infeksi di rongga mulut e. Temporo Mandibular Disorder
1. Paripurna P3G & CGA: A. Psikoafektif B…… C. Nutrisi Æ mengukur tinggi lutut D. ADL E. MMSE 6. Kemampuan/ kemajuan (gw ga bisa baca tulisan david^^) fungsional (??) 12. Pernyataan yang benar di bawah ini: A. Puncak vitalitas seseorang pada usia 30‐40 tahun setelah itu menurun B. Puncak vitalitas seseorang pada usia 40‐50 tahun setelah itu menurun C. Ambang kerapuhan akan dilewati oleh setiap manusia D. Ambang kerapuhan akan dilewati seseorang jika berumur panjang E. Ambang kerapuhan tidak akan dilewati oleh orang usia muda 13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali: A. Meningkatkan efisiensi kerja jantung B. Menurunkan kadar epinefrin C. Meningkatkan IMT D. Mengontrol kadar gula darah E. Meningkatkan densitas tulang 17. Untuk melengkapi P3G: A. Subjective G…..A….. B. MMSE C. Antropometri D. Faal kognitif dengan CT scan otak E. ADL Barthel dengan anamnesis system 24. Hierarki tertinggi Æ mampu menjalankan fungsi 26. Kadar hormon pada usila 30. Untuk memperbaiki gangguan fungsi, harus dilakukan: A. Faktor penyebab gangguan fungsi harus dihilangkan B. Harus digunakan alat bantu yang sesuai C. Latihan kebugaran menjadi pilihan D. Sekalipun gangguan fungsional masih ada,program rehab masih bisa dilakukan E. Usila harus memiliki min 50% kapasitas fungsional 33. Yang tidak termasuk sindrom geriatri: A. Inanition B. Intoksikasi C. Inkontinensia urin D. Infeksi E. Instabilitas
35. Pria, 75 tahun dating ke poli geriatri karena penurunan nafsu makan. Pernyataan yang benar mengenai penuaan pada GI: A. Enzim pencernaan yang emningkat Æ sering mual B. Air liur bertambah Æ sering tersedak C. Gigi tidak lengkap dan gerakan lambung lambat D. Gerak kerongkongan lambat tapi kosong cepat E. Gerak usus besar meningkat Æ diare 43. Konstipasi pada orang tua disebabkan oleh: A. Malas makan + malas ke WC B. Kebiasaan…..(?) C. Gangguan penyerapan serat dan sari makanan D. Jarang merasa haus E. Gangguan enzim pencernaan 48. Akibat fatal dari imobilitas: A. Tromboemboli paru B. CVD C. PAD (Peripheral Arterial Disease) D. DM E. PPOK
1. Paripurna P3G & CGA: A. Psikoafektif B…… C. Nutrisi Æ mengukur tinggi lutut D. ADL E. MMSE 6. Kemampuan/ kemajuan (gw ga bisa baca tulisan david^^) fungsional (??) 12. Pernyataan yang benar di bawah ini: A. Puncak vitalitas seseorang pada usia 30‐40 tahun setelah itu menurun B. Puncak vitalitas seseorang pada usia 40‐50 tahun setelah itu menurun C. Ambang kerapuhan akan dilewati oleh setiap manusia D. Ambang kerapuhan akan dilewati seseorang jika berumur panjang E. Ambang kerapuhan tidak akan dilewati oleh orang usia muda 13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali: A. Meningkatkan efisiensi kerja jantung B. Menurunkan kadar epinefrin C. Meningkatkan IMT D. Mengontrol kadar gula darah E. Meningkatkan densitas tulang 17. Untuk melengkapi P3G: A. Subjective G…..A….. B. MMSE C. Antropometri D. Faal kognitif dengan CT scan otak E. ADL Barthel dengan anamnesis system 24. Hierarki tertinggi Æ mampu menjalankan fungsi 26. Kadar hormon pada usila 30. Untuk memperbaiki gangguan fungsi, harus dilakukan: A. Faktor penyebab gangguan fungsi harus dihilangkan B. Harus digunakan alat bantu yang sesuai C. Latihan kebugaran menjadi pilihan D. Sekalipun gangguan fungsional masih ada,program rehab masih bisa dilakukan E. Usila harus memiliki min 50% kapasitas fungsional 33. Yang tidak termasuk sindrom geriatri: A. Inanition B. Intoksikasi C. Inkontinensia urin D. Infeksi E. Instabilitas
35. Pria, 75 tahun dating ke poli geriatri karena penurunan nafsu makan. Pernyataan yang benar mengenai penuaan pada GI: A. Enzim pencernaan yang emningkat Æ sering mual B. Air liur bertambah Æ sering tersedak C. Gigi tidak lengkap dan gerakan lambung lambat D. Gerak kerongkongan lambat tapi kosong cepat E. Gerak usus besar meningkat Æ diare 43. Konstipasi pada orang tua disebabkan oleh: A. Malas makan + malas ke WC B. Kebiasaan…..(?) C. Gangguan penyerapan serat dan sari makanan D. Jarang merasa haus E. Gangguan enzim pencernaan 48. Akibat fatal dari imobilitas: A. Tromboemboli paru B. CVD C. PAD (Peripheral Arterial Disease) D. DM E. PPOK