Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2014: 78-83
77
Pengaruh Sesar Cimandiri terhadap morfologi daerah Padalarang (Iyan Haryanto dan Edy Sunardi)
PENGARUH SESAR CIMANDIRI TERHADAP MORFOLOGI DAERAH PADALARANG Iyan Haryanto1), Edy Sunardi2) Laboratorium Geodinamik, Fakultas Teknik Geologi – Universitas Padjadjaran 2) Laboratorium Sedimentologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Teknik Geologi – Universitas Padjadjaran 1)
ABSTRACT Cimandiri Fault is a regional fault that stretching from Pelabuhanratu (Sukabumi) to end up in the complex area of Mt. Tangkubanprahu – Mt. Burangrang (Subang - Northward of Bandung). Regional fault has been widely studied, but there are differences of opinion, especially regarding the type of shift. This study aimed to examine all aspects relating to Cimandiri Fault, especially along the segment Tagokapu-Cibogo (Padalarang-Citatah), so that can be known about the type of the fault. Steps and methods of research, among others, to analyze the landscape through satelite image, make observations, descriptions and measurement of geological structure elements, data processing by program using "dip" and "Paleostress" softwares. Cimandiri fault lines along the segment TagokapuCibogo, can be recognized from various aspects, among others, from the aspect of geomorphology characterized by differences in the shape and elevation of the hills; from stratigraphical aspects there are contact between rock formations of different ages; from fold structure aspects there are found standing upright rock layers; and from the aspect of fault outcrop, there were indications that the fault is generally associated with horizontal fault. From the results of the analysis showed that the lineament of Cimandiri Fault along Tagokapu-Cibogo segment, controlled by a reverse fault and normal faults that formed in different tectonic period. Keywords geomorphology, elevation, lineament, folds, faults, stratigraphy.
ABSTRAK Sesar Cimandiri merupakan sesar regional yang membentang mulai dari Pelabuhanratu (Sukabumi) hingga berakhir di daerah kompleks Gunung Tanggubanprahu-Gunung Burangrang (Subang-Bandung Utara). Walaupun sesar regional ini telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat tertutama mengenai jenis pergeserannya. Sesar Cimandiri merupakan sesar regional yang membentang mulai dari Pelabuhanratu (Sukabumi) hingga berakhir di daerah kompleks Gunung TanggubanprahuGunung Burangrang (Subang-Bandung Utara). Walaupun sesar regional ini telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat terutama mengenai jenis pergeserannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan Sesar Cimandiri terutama sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo (Padalarang-Citatah, sehingga dapat diketahui mengenai jenis dari sesar tersebut. Langkah dan metoda penelitian antara lain menganalisis bentang alam melalui citra indraja, melakukan pengamatan, deskrispsi dan pengukuran unsur-unsur strkutur geologi, pengolahan data dengan mempergunakan program perangkat lunat “dip” dan “Paleostress”. Jalur sesar Cimandiri di sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo, dapat dikenali dari berbagai aspek, antara lain dari aspek geomorfologi ditandai dengan adanya perbedaaan bentuk dan elevasi perbukitan; dari aspek stratigrafinya terdapat kontak antar formasi batuan yang berbeda umur; dari aspek struktur lipatan ditemukan kedudukan lapisan batuan yang tegak; dan dari aspek singkapan sesarnya ditemukan indikasi patahan yang umumnya berhubungan dengan sesar mendatar. Dari hasil analisis menunjukan bahwa kelurusan Sesar Cimandiri di sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo, dikontrol oleh sesar naik dan sesar normal yang terbentuk pada periode tektonik yang berlainan. Kata kunci: geomorfologi, elevasi, kelurusan, lipatan, sesar, stratigrafi.
PENDAHULUAN Sesar Cimandiri merupakan sesar regional yang membentang mulai dari Pelabuhanratu (Sukabumi) hingga berakhir di daerah kompleks Gunung Tanggubanprahu-Gunung Burangrang (Subang-Bandung Utara) (van Bemmelen, 1949). Walaupun sesar regional ini telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pen-
78
dapat terutama mengenai jenis pergeserannya. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan Sesar Cimandiri terutama sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo (Padalarang-Citatah, sehingga dapat diketahui mengenai je-
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2014: 78-83
nis dari sesar tersebut. Langkah dan metoda penelitian antara lain menganalisis bentang alam melalui citra indraja, melakukan pengamatan, deskrispsi dan pengukuran unsurunsur strkutur geologi, pengolahan data struktur dengan mempergunakan program “dip” dan “Paleostress”. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Morfologi dan Stratigrafi Melalui DEM dapat dilihat dengan jelas suatu bentuk kelurusan perbukitan yang membentang mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga mencapai komplek Gunungapi Burangrang dan Tanggubanprahu. (Gambar 1). Sebagian dari jalur Sesar Cimandiri berstatus sebagai pembatas antara fisiografi Zona Bandung dengan Zona Pegunungan Selatan. Dari data lapangan diketahui jalur pegunungan yang berada di bagian se-latan jalur Sesar Cimandiri, disusun oleh batuan berumur Eosen hingga Miosen Bawah (Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala dan Formasi Citarum; Sedangkan di bagian utaranya yang berlevasi lebih landai berumur lebih muda, yaitu Pliosen hingga Kuarter (Gambar 2). Kedua jalur pegunungan di atas memiliki lereng yang terjal hingga di beberapa tempat mendekati vertikal. Lereng terjal inilah yang membatasi morfologi perbukitan dengan lembah yang berada di utaranya (Depresi Ciranjang). Atas dasar aspek morfologinya dapat disimpulkan bahwa kelurusan Sesar Cimandiri dikontrol oleh sesar normal, yaitu pada bagian utara merupakan blok yang turun dan membentuk Depresi Ciranjang, sedangkan di bagian selatannya merupakan blok yang naik serta membentuk rangkaian perbukitan. Atas dasar ini maka bidang sesar normal Cimandiri miring ke arah utara. Selanjutnya dari aspek stratigrafi, kedudukan umur formasi batuannya juga bersesuaian, dalam hal ini pada bagian yang naik, disusun oleh
batuan berumur tua antara lain Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala dan Formasi Citarum; sedangkan pada bagian yang turun disusun oleh Formasi Beser dan batuan volkanik Kuarter. Aspek Struktur Lipatan Seluruh formasi batuan sedimen Tersier yang tersingkap di sepanjang jalur sesar Cimandiri, kondisinya sudah terlipat dengan jurus lapisan batuan umumnya berarah timurlaut-baratdaya (sesuai dengan jalur perbukitan sedimennya) dan besar sudut kemiringannya mulai dari 20° hingga mendekati 90°. Adanya perbedaan kemiringan lapisan batuan tersebut, menunjukan adanya pengaruh struktur sesar (Gambar 3). Beberapa lokasi yang menunjukan kedudukan lapisan batuannya dipengaruhi oleh proses pensesaran, antara lain di Sungai Cibogo yaitu kedudukan lapisan batuan Formasi Citarum relative tegak dan berhubungan dengan sesar naik; di daerah Citatah, ditemukan micro fold pada lapisan batulempung Formasi Batuasih yang berhubungan dengan tektonik kompresi (Gambar 3). Di dalam zona sesar Cimandiri ( di bagian selatan jalur sesar) terbentuk struktur lipatan antiklin regional (fore limb thrust). Pada penampang utaraselatan yang memotong batuan sedimen Paleogen, diketahui sebaran formasi batuan yang sama tidak menerus, atau berubah menjadi formasi lainnya yang berbeda umur. Dengan mengkompilasi data-data structural yang ditemukan di lapangan, menunjukan perubahan tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh sesar naik. Atas dasar geometri struktur lipatan, dapat disimpulkan transport tectonic adalah dari selatan ke utara. Selanjutnya juika dikaitkan dengan aspek stratigrafinya maka, struktur sesar yang mempengaruhi kondisi geologi di daerah tersebut dikontrol oleh sesar naik yang miring ke arah selatan.
79
Pengaruh Sesar Cimandiri terhadap morfologi daerah Padalarang (Iyan Haryanto dan Edy Sunardi)
Aspek Cermin Sesar Banyak ditemukan cermin sesar pada tubuh batugamping Formasi Rajamandala. Dari hasil pengamatan dan pengukuran cermin sesar, diketahui sesar mendatar yang paling banyak ditemukan, sedangkan jenis sesar lainnya relative sedikit. Bidang cermin sesar mendatar, umumnya berarah baratlaut-tenggara dan utaraselatan. Dengan demikian sesar mendatar di lokasi ini bukan sebagai sesar utama (sesar Cimandiri), melainkan sebagai sesar sekunder yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan struktur lipatan anjakan. Dikaitkan dengan aspek morfologinya, tidak ditemukan kelurusan struktur regional yang arahnya sesuai dengan bidang cermin sesar mendatar (baratlauttenggara dan utara-selatan). Selanjutnya Cermin sesar dengan pergeseran vertikal ditemukan sejajar dengan jurus lapisan batuan. Dengan menggunakan konsep triaxial stress, dapat dsisimpulkan cermin sesar tersebut berhubungan dengan sesar naik.
gian dari struktur lipatan-anjakan Jawa), diikuti oleh pergeseran secara lateral (sesar mendatar). Terbentuknya sesar mendatar di lokasi ini, disebabkan adanya perbedaan kecepatan gerak lateral di setiap segmennya. Fenomena seperti ini dikenal sebagai tear fault. Tektonik kompresi yang berlangsung pada Akhir Tersier secara berangsur menurun, sehingga terjadi proses kesetimbangan. Proses tektonik ini menghasilkan sesar normal, terutama pada daerah dengan intensitas retakan yang tinggi, yaitu di sekitar zona sesar naik Cimandiri dan puncak dari antiklin regional (Gambar 4). KESIMPULAN
Analisis Struktur Hubungan stratigrafi Formasi Bayah (Eosen Atas) hingga Formasi Citarum (Miosen Tengah) adalah selaras (martodjojo, 1984). Seluruh formasi tersebut mengalami tektonik kompresi pada umur yang lebih muda dari seluruh formasi tersebut, yaitu setelah Miosen Tengah. Dikaitkan dengan stratigrafi regional Jawa Bagian Barat, mulai dari umur Eosen Atas hingga Pliosen, hubungan stratigrafinya juga selaras, hanya pada daerah tertentu (lokal) memiliki hubungan yang tidak selaras. Atas dasar aspek stratigrafi dan deformasi batuannya, maka disimpulkan struktur lipatan dan sesar naik (termasuk di dalamnya Sesar Cimandiri) terbentuk pada periode tektonik Akhir Tersier atau PlioPlistosen. Masih pada periode tektonik yang sama, sewaktu terbentuknya struktur lipatan dan sesar naik Cimandiri (ba-
80
Kelurusan Sesar Cimandiri dikontrol oleh sesar naik dan sesar normal Sesar naik terbentuk terlebih dahulu diikuti oleh sesar mendatar dan sesar normal Sesar mendatar merupakan sesar sekunder yang tidak mengontrol kelurusan Sesar Cimandiri Seluruh struktur sesar terbentuk pada periode tektonik yang sama yaitu Akhir Tersier atau PlioPlistosen.
DAFTAR PUSTAKA Haryanto, I., 2014. Evolusi Tektonik Pulau Jawa Bagian Barat Selama Kurun Waktu Kenozoikum. Tesis Doktor, Pasca Sarjana UNPAD. (Tidak dipublikasikan). Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat, Tesis Doktor, Pasca Sarjana ITB. (Tidak dipublikasikan). van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia vol. IA : General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, (second edition 1970 – reprint), Martinus Nijhoff, The Hague.
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2014: 78-83
Gambar 1. Zona sesar Cimandiri diekspresikan dengan adanya bentuk kelurusan perbukitan dan lembah yang membujur dengan arah barat-timur (Segmen Cimandiri) hingga timurlaut-baratdaya (Segmen Rajamandala).
Gambar 2. Stratigrafi di sepanjang kelurusan sesar Cimandiri (Haryanto, 2014; dimodifikasi)
81
Pengaruh Sesar Cimandiri terhadap morfologi daerah Padalarang (Iyan Haryanto dan Edy Sunardi)
Gambar 3. Data lapangan menunjukan adanya proses pensesaran (Foto oleh Haryanto).
82
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2014: 78-83
Gambar 4. Penampang struktur utara-selatan menggambarkan kedudukan dan jenis sesar Cimandiri segemen tagokapu-Cibogo (Haryanto, 2014).
83