Volume 2 Nomor 2
Bulletin Quality AssuranceCenter
Edisi Januari 2007
Media Informasi Pembelajaran
Bulletin Mutu dan Kinerja Diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional/Pembelajaran (P3AI) Quality Assurance Center Universitas Muhammadiyah Surakarta Diterbitkan sebagai media komunikasid dan sosialisasi guna meningkatkan mutu pendidikan dan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif dan efisien.
Http://www.ums.ac.id/qac
Salam Upaya penjaminan mutu yang dimulai dengan fokus pada proses pembelajaran merupakan sebuah titik tolak untuk menggerakkan upayaupaya peningkatan dan penjaminan mutu berbagai penjuru aspek penyelenggaraan pendidikan di UMS. Berbagai inisiatif perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) yang dilakukan oleh tiap unit maupun terintegrasi (lintas unit) harus terus didukung secara kelembagaan maupun individu civitas UMS. Kebesaran perguruan tinggi, bahkan bila menggunakan variabel konvensional jumlah mahasiswa sekalipun, merupakan bentuk kepercayaan dari masyarakat atas terlaksananya penjaminan mutu proses pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Tentu saja keduanya, kepercayaan dan penjaminan mutu, bukanlah anugerah yang tiba-tiba muncul atau menghampiri kita.
Quality is not an accident but it is a result of planning, teamwork, hardwork, and commitment (Rockefler).
Dewan Redaksi M. Amin Sunarhadi, Kelik Wardiono, Abdullah Aly M. Muhtarom, Muchlison Anis, dan Kussudiyarsono. Alamat Redaksi: P3AI-UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura 0271-717417 ext. 365 SURAKARTA-57102 E-mail:
[email protected]
Tim Fasilitator QAC-P3AI UMS di tengah peserta Workshop Desain Pembelajaran Partisipatif bagi Dosen Universitas Bung Hatta, Padang.
Muatan edisi ini :
- Laboratorium Pembelajarab Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi UMS.....2 - Ringkasan Hasil Pengembangan Model Pembelajaran UMS........6 - Ringkasan Hasil Penelitian Tindakan Kelas........7 TEACHING IS MAKING
STUDENTS TO LEARN
Diterbitkan atas biaya ISS-TPSDP-P3AI
1
Rapat Kerja Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : Kussudiyarsono, S.E., M.Si. QA Officer Jur. Manajemen FE UMS
UMS sebagai perguruan tinggi yang cukup terpandang di Jawa Tengah dituntut untuk terus-menerus melakukan perbaikan diri agar tetap survive dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. UMS tidak bisa lagi hanya mengandalkan jumlah mahasiswa yang besar, sebagai sumber keunggulan, namun lebih dari itu harus menekankan aspek kualitas atau mutu sebagai landasan geraknya. Pada tanggal 18 Desember 2006, semua Ketua Jurusan dan QA Officer berkumpul bersama melaksanakan Rapat Kerja untuk bidang Penjaminan Mutu (Raker PENJAMU). Raker PENJAMU bertempat di Hotel Narita, Solo dari pukul 09.00 sampai dengan 17.30 WIB.
personal P3AI-QAC. Pihak yang dipercaya sebagai Ketua dan Sekretaris Panitia kegiatan Raker PENJAMU adalah Kussudiyarsana, S.E., M.Si. (QA Officer FE Manajemen) dan Muchlison Anis, S.T., M.T. (QA Officer FT Teknik Industri). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dan peran QA Officer dalam upaya pembangunan penjaminan mutu UMS semakin tampak nyata. Pada abad 21, tantangan perguruan tinggi semakin berat. Perguruan tinggi tidak saja dihadapkan pada persaingan untuk mendapatkan mahasiswa yang semakin ketat, namun juga tantangan untuk memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan keilmuan dan tantangan untuk menghasilkan sumber daya handal dan bermutu bagi masyakarat. Untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, maka perguruan tinggi harus melakukan penataan diri, dan melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Upaya penjaminan mutu hanya dapat dijalankan apabila lembaga tersebut mempunyai kesamaan visi dan persepsi tentang mutu penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu Tujuan dari Raker PENJAMU ini adalah (1) pimpinan universitas, meningkatkan komitmen pimpinan fakultas dan jurusan perlu fakultas/jurusan terhadap peningkatan Pimpinan dan QA Officer duduk bersama untuk membahas duduk bersama pembangunan sistem penjaminan mutu UMS. mutu pendidikan dan pembelajaran di UMS, m e m b i c a r a k a n (2) menyamakan visi dan persepsi tentang permasalahan yang menyangkut mutu. Melalui shared vision penyelenggaraan penjaminan mutu di UMS, dan (3) diperoleh kejelasan tugas dan tanggung jawab. Melalui merumuskan peran pimpinan fakultas/jurusan dan QA Officer kejelasan tugas wewenang, dan tanggung jawab maka dalam pelaksanaan penjaminan mutu pada masing-masing masing-masing lembaga mengetahui peran dan tanggung unit kerjanya. jawab masing-masing, sehingga tidak terjadi tumpang-tindih peran antara lembaga yang satu dan yang lain. Melalui shared Membangun mutu tidak dapat dilakukan secara individual vision antar lembaga diharapkan menghasilkan seperangkat semata akan tetapi harus melalui kelembagaan, dimana ide, nilai-nilai dan standar kualitas yang disepakati bersama, pimpinan mempunyai visi dan komitmen untuk membangun dan dijalankan dengan penuh komitmen oleh segenap civitas mutu, infrastruktur, serta perangkat aturan yang mendukung akademika. peningkatan mutu. Komitmen dan kesadaran pimpinan universitas, fakultas, dan jurusan terhadap mutu akan menjadi daya dorong yang kuat bagi penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini pimpinan mempunyai peran yang sangat strategis dalam penjaminan mutu karena pimpinan merupakan panutan dan penjaga keberlangsungan penjaminan mutu. Sesi Pertama rapat kerja ini adalah Focus Group Discussion (FGD), dilakukan guna membahas mengenai Peran Kajur/PD I dan QA Officer dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu di UMS. Sesi Kedua adalah diskusi dengan menghadirkan pakar untuk membahas Dasar-dasar Penjaminan Mutu Akademik di Perguruan Tinggi. Pakar yang dihadirkan adalah dari Universitas Airlangga, Prof. Dr. M. Zainuddin, Apt. Sesi Ketiga adalah sesi diskusi mengenai Dokumen Penjaminan Mutu Akademik di Perguruan Tinggi dengan fasilitator adalah Dr. Langkah Sembiring, M.Sc., Ph.D. dari Universitas Gajah Mada. Panitia Pelaksana Raker PENJAMU terdiri atas QA Officer dan
2
Edisi Januari 2007
Pada akhirnya untuk membangun sistem mutu diperlukan langkah-langkah yang sifatnya strategis maupun teknis, yang diujudkan dalam bentuk penetapan program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang guna mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk itu diperlukan kesamaan visi dan komitmen dari semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaran pendidikan. Hasil dari Raker PENJAMU adalah butir-butir dan draft rencana penjaminan mutu yang selanjutnya akan digodok oleh Tim Perumus dimana dipilih dari peserta Raker PENJAMU.
MUTU & KINERJA
DASAR-DASAR PENJAMINAN MUTU DI PERGURUAN TINGGI SISTEM PENJAMINAN MUTU
ORGANISASI PENJAMINAN MUTU
Sistem penjaminan mutu bekerja untuk memastikan bahwa semua karakteristik dan kinerja sesuai dengan standar melalui:
Atas
ESENSI DOKUMEN PENJAMINAN MUTU TULIS APA YANG AKAN DIKERJAKAN
KERJAKAN APA YANG TELAH DITULIS
TULIS APA YANG TELAH DIKERJAKAN
Alternatif organisasi dalam istem penjaminan mutu adalah : ORGANISASI CENTRALIZED þ Pe n a n g a n a n Pe n j a m i n a n M u t u terpusat, di level Universitas saja. þ Lebih efisien secara finansial. þ Burden, organisasi besar. þ Hanya mungkin saat seluruh unsur universitas memiliki budaya kualitas yang tinggi. Organisasi seperti ini terdapat di berbagai universitas Eropa & Australia ORGANISASI DECENTRALIZED Di setiap jenjang ada organisasi yang mengkoordinir penjaminan mutu. Universitas: Pusat Penjaminan Mutu Fakultas : Satuan Penjaminan mutu Prodi /Jur : Gugus Penjaminan Mutu Tiap tingkat organisasi bersifat koordinatif, tidak ada line of command. Penentuan TUPOKSI sangat penting, agar tidak tumpang tindih.
EVALUASI DIRI PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU (Kutipan dari Borang BAN-PT) FMemiliki pedoman kebijakan dan prosedur jaminan mutu? FUnit pelaksana sangat aktif dan konsisten mengembangkan jaminan mutu? FMemiliki standar mutu sebagai dasar penjaminan mutu lembaga dan program? FSeluruh sivitas akademika bertanggungjawab dan mendukung atas keberadaan dan kegiatan unit jaminan mutu? FMemiliki dokumen hasil evaluasi diri yang sangat sistematik dan sangat operasional? FEvaluasi-diri dilakukan secara berkelanjutan dengan jadwal yang teratur? FSuluruh hasil evaluasi diri memenuhi standar yang ditetapkan oleh BAN-PT? FSeluruh hasil evaluasi-diri dimanfaatkan dalam upaya peningkatan mutu kinerja institusi? FSeluruh hasil evaluasi-diri dimanfaatkan sebagai bahan dalam menyiapkan evaluasi eksternal? FMemiliki program kajian & pengembangan sumber daya yang komprehensif? FMemiliki program kajian & pengembangan pranata kelembagaan yang komprehensif? FSelalu siap untuk diakreditasi? MUTU & KINERJA
Edisi Januari 2007
3
Laboratorium Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh : Muchlison Anis, S.T., M.T. QA Officer Jurusan Teknik Industri, UMS Koordinator Tim PHK-PMP UMS
M. Amin Sunarhadi, S.Si., M.P. Staff QAC-P3AI, UMS
Q
AC-P3AI UMS didukung Tim IT-UMS telah selesai membangun sebuah Laboratorium Pembelajaran yang Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi atau disebut Lab. Belajar TIK. Laboratorium ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di UMS terutama dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efisien dan efektif serta menarik. Lab. Belajar TIK dibangun sepenuhnya dengan menggunakan dana hibah Program Hibah Kompetisi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan (PHK-PMP) Tahun 2006 tanpa menggunakan dana pendamping dari UMS. Hibah ini merupakan hibah khusus kepada perguruan tinggi Instalasi dan uji coba swasta (PTS) yang dipilih berdasarkan kinerja peralatan maupun penjaminan mutu dan penilaian saat Pelatihan jaringan melibatkan Monitoring-Evaluasi Internal (Monev-In) untuk program mahasiswa. hibah PHK. Pada Pelatihan Monev-In, dua utusan QACP3AI UMS dinilai sebagai peserta terbaik. Lab. Belajar TIK dilengkapi dengan seperangkat PC notebook sebanyak 12 unit dan sebuah PC Tablet. Semua perangkat tersebut terjalin dalam jaringan IT-UMS sebagai basis peralatan ICT. Peralatan dan jaringan siap Peralatan pengajaran di dalam Lab. digunakan untuk mendukung Belajar TIK dilengkapi dengan multimedia terdiri berbagai pelatihan dalam dari sebuah LCD projector beserta layar lebarnya, meningkatkan dan untuk menampilkan layar monitor dalam skala yang mengembangkan lebih besar di depan kelas. Kemudian sound system pembelajaran yang efisien home teather dan VCD-DVD player disediakan dan efektif serta menarik untuk materi kuliah yang bersifat gambar bergerak. Perlengkapan furnitur dan peralatan jaringan bagi 12 pengguna secara bersama tersedia di dalam Lab. Belajar TIK. Sebuah server ditambahkan untuk mendukung server Instruktur yang QAC-P3AI UMS yang sebelumnya disediakan berkompeten disediakan melalui dana hibah TPSDP. Satu buah almari dalam pelatihan yang untuk menyimpan dokumen dan perlengkapan diselenggarakan. disediakan secara khusus bagi laboratorium ini. Suasana laboratorium terasa sejuk dengan adanya alat pendingin ruangan. Pendingin ruangan ini juga ditujukan untuk menjaga peralatan yang ada dalam suhu optimal dan menjadi lebih awet. Modul-modul pelatihan dalam bentuk cetakan, terdiri dari empat buah modul pelatihan, yaitu modul pelatihan komputer dan jaringan komputer tingkat dasar, modul pelatihan penyusunan materi kuliah dengan program power-point, modul pelatihan penggunanan jaringan komputer dan internet, serta modul pelatihan penggunaan peralatan multimedia untuk pembelajaran merupakan bentuk produksi Lab. Belajar TIK. Pemanfaatan Lab. Belajar TIK pertama kali adalah untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan dosen dalam mempersiapkan bahan dan media ajar. Pelatihan Jaringan, Internet, Microsoft Office, serta multimedia yang diadakan Tim PHK-PMP mendapatkan sambutan positif yang dapat dilihat dari antusiasme peserta. Seleksi Teaching Grant, pertemuan QA Officer, dan persiapan Tim Evaluasi PBM juga memanfaatkan laboratorium ini. Lab. Belajar TIK juga dipergunakan berbagai pelatihan kepentingan unit lain di UMS seperti pelatihan pengembangan web site, operator Perpustakaan, KRS on line, pengembangan E-Learning, perumusan database UMS, serta Jadwal Terpadu UMS. Keberadaan Lab. Belajar TIK ini semakin memperkuat manfaat dan memperluas cakupan penerima manfaat dari
4 Edisi Januari 2007
MUTU & KINERJA
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN Ringkasan Hasil Kegiatan Modelling Teaching and Learning System (MTLS) yang dilaksanakan atas biaya Dana Hibah ISS-TPSDP-P3AI Tahun 2006
MODEL EVALUASI PORTOFOLIO UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI DIETISIEN DAN LIFELONG LEARNING (Setyaningrum Rahmawaty, Listyani Hidayati, Pramudya Kurnia) A good evaluation design on learning result is important to measure the students' performance in acquiring the basic competence. The design is developed based on an assumption that the condition on the learning result and the different objectives of the learning process demand a different method of evaluation. This assumption unfortunately has been ignored by many teachers, in consequence, the results of the evaluation often do not demonstrate what should be measured. The model of portfolio evaluation is a series of evaluating activities which is based on the proper relation between the learning objectives and the competence standard for every subject. This proper joint action is expected to improve the competence achievement of the students for a lifelong learning process. The product of development is obtained through several evaluating stages and revision which is ended by a final evaluation including a portfolio score, a final examination score, and a score of laboratory work each represents 40%, 30%, and 30% of scoring. The portfolio score derive from several aspects such as completeness, tidiness, selected assignments, obligatory assignments, as well as oral test. The final results of this model of evaluation development is then compared to the old or conventional model which only consider the score of final examination and the score of laboratory work with 70% and 30% for each score. The results of the study show that the model of portfolio evaluation development is better in demonstrating the students' competence compared to the conventional model. Keyword: learning evaluation development, portfolio, competence UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI MODEL SKENARIO BELAJAR BERDASAR MASALAH TERINTEGRASI (Wahyuni, Totok Budi Santoso, Isnaini Herawati, Agus Widodo) The aims of this research were (1) to obtain the developmental of the scenario intergrated problem based learning model and (2) to know can the use of scenario intergrated problem based learning increase the student's achievement. The subject of this research was all forth semestres of student of Physio Therapy department in Muhammadiyah University of Surakarta. The research conducted as long as one semester with the result was the developmental model of the Scenario intergrated problem based learning. In the and of the study, researcher obtained two results. One was that the developmental model of scenario intergrated problem based learning consits of (9) nine steps, namely (1) give a scenario, (2) clarify terms and concepts, (3) define the problem, (4) Analysis the problem with brainstroming, (5) Summarize and make a map, (6) formulate the learning objective and define the individual / self study with read a jornal, consult an expertise, etc, (7) Prepare a presentation, (8) Synthesize and do a test toward a new information, (9) Elaboration. Second, The achievement of subject of this study can be increased by the use of this method. Key words : Scenario intergrated Problem based learning SIMULASI PASAR MODAL SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (Imronudin, Kussudiyarsana, Zulfa Irawati) Process transfer of knowledge in classroom sometimes in effective or cannot achieve the goal. There are many reason why cannot achieve the goal, one of them is student boring or sometimes affraid to involve in process learning. This phenomenon happened because the design of learning not atractive or irrelevant with practice everyday live. Simulation is the kind of method that stimulate student to involve and active in process learning under attractive circumstances. In this model students learning theory in practice situation. They just applied the theory in quacy real situation and role games. Modelling simulation in theory portofolio and capital market, make the student interested in, enjoyfull, comfortable to understand the material, and shorted the gap between theory and pratice. Keyword: Attractive, Simulation, real situation. PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM BERFIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (Idris Harta, Masduki, Sri Sutarni) In line with the title, this developmental study was conducted to implement problem-based learning (PBL) model. This model was carried out in the course of Problema Pendidikan Matematika Kontemporer. Seventy-eight students who enrolled in the course were divided into 13groups of six. Each group solved five problems. During and after the study, a qualitative assessment was conducted to explore the nature of individuals' experiences with learning and teaching in PBL setting, particularly, to investigate (1) how students experience the PBL context and (2) what kinds of learning occur in the PBL setting. Each student was asked to answer 7 open questions: (1) How did you describe students role in this PBL class?, (2) How did you describe the role of teachers?, (3) How is your group working for you?, (4) What have you learned besides content?, (5) What do you perceive as the main benefit of taking this course?, (6) What did you perceive as the main challenge of taking this course?), and (7) What advice would you give to a student who is considering taking a PBL course for the first time? The student perception data will be used to inform research- and practice-based guidelines and recommendations for the instructional use of PBL at the Muhammadiyah University of Surakarta. The data will be shared with faculty in the university to inform future curricular and instructional decisions. The study shows how students experience the PBL context and what kinds of learning occur in the PBL setting. Collaboration given the collaborative nature of PBL, students' perceptions are heavily impacted by their group experiences. Application of theory to real world issues, peer instruction, nature of assignments and final products as well as student allocation of tasks contribute to broaden their learning. They learned more than the contents: Participation, compromise, respect, acceptance of different approaches and working styles, interpersonal, small group and communication skills, awareness of learning preference, preparation for the Real World, accountability and responsibility for work, research skills and problem-solving abilities. In short, the PBL setting deepens their understandings. Main challenge of the model is how to maintain student contributions to the group project, getting group grade, learning course content, and accomplishing work in the group. In addition, the study left some topics for future research. Keywords: Problem-Based Learning, Critical Thinking, Problem Solving, Cooperative Learning MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI PRESENTASI KELOMPOK UNTUK PENINGKATAN KEMANDIRIAN DALAM PEMBELAJARAN STRUCTURE (Teguh Sarosa, Ariyati Prasetyorini, Mauly Halwat Hikmat) This research aims at finding the unconventional method of teaching grammar or structure through group presentation using printed media in order to proliferate students' autonomy in learning structure. Structure mastering constitutes one of language basic skill needed to support speaking and reading competencies. Good grammar will hold up the students to express their thought in written or spoken. This model is tried on second semester students of English department at Muhammadiyah University of Surakarta. The result shows the significant outcome in student's learning autonomy. This upshot is indicated by student activity in completing the assignments and student comment of teaching learning process. All students put forward their assignments with time to spare and they reveal that they are kept happy in attending the class. This model is intelligible for students with GPA close to 3.0. Students with GPA under 3.0 will get difficulties in presentation. They struggle not only for the the subject but also for the language itself. Keywords: Contextual Teaching Learning, Group Presentation, Printed Media
MUTU & KINERJA
Edisi Januari 2007
5
PENELITIAN TINDAKAN KELAS Ringkasan Hasil Kegiatan Classroom Action Research (CAR) yang dilaksanakan atas biaya Dana Hibah ISS-TPSDP-P3AI Tahun 2006
EFEKTIVITAS RANGKAIAN TEKNIK PEMBERIAN TUGAS LATIHAN,DAN TANYA-JAWAB SERTA TEKNIK PARAFRASA DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN TUTUR UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN RAGAM BAHASA (Atiqa Sabardila, Agus Budi Wahyudi) Based on the summary of the discourse analysis and evaluation, the overage of the learning mastery, and identification in term of both and paraphrasing get was level and the writing skills is as follow: (1) cycle I: 80,09% and cycle II: 79,42% for the identification of speech component; (2) cycle I: 51, 68% and cycle II: 67,39% on the identification of speech component, the decreases 0,67%; on the contrary, on the paraphrasing, it increases 15,71%. Because of planning of the learning mastery on cycle I: 25% and cycle II: 50% for the identification of the speech component; on cycle I: 30% and cycle II: 50% for the paraphrasing, two techniques are effective. Based on the evaluation of the task and effective. This effective because the character if data us causal factor. Overflow and be variation condition. The defferent character individually the knowledge has grown up in this analysis. It proves that the training techniques have grown the individual learning mastery and given focused activities. Yet, the question-answer exercise is not effective because few students made it. Thus, the breath treatment by summary of topic in the discourse has been analysis into the chard funding of the characteristic of language variation and wants the students are writes the stagnant at the identification of the speech component and makes paraphrase. This writing are takes and gives to the other club for answering in the class room. If the student are not poor the questions, so the lectures finding. Keywords: the speech component; paraphrase. PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MATA KULIAH ESSAY WRITING DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOLABORATIF (COLLABORATIVE LEARNING) (Mauly Halwat Hikmat, Qanitah Masykuroh) This action research aims at improving the students' learning autonomy and their writing capability through the implementation of collaborative learning. The research is conducted through five cycles consisting of planning, implementing, observing and reflecting. The five cycle-research shows that the implementation of collaborative learning in teaching essay writing improves the students' learning autonomy and their capability in writing essay seen from the organization of ideas, coherence and cohesion, and the structure. Keywords: Cycle, essay writing, collaborative learning, learning autonomy UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI MIKRO MELALUI PETA KONSEP (Joko Suwandi, M. Yahya) Target of this research: developing strategy map of concept for improving study effectiveness. And the motivation of studying microeconomic in majors of education accountancy. FKIP-UMS. This research representing kind of research is holding up the education quality (improvement instructional-oriented) with population students that studying microeconomic, specially the students that already semester II with majors of education accountancy FKIP-UMS. The sample of the research is class IIa that choice with technique purposive sampling. Collecting data using format observation motivation of learn and format research process of learn with map of concept and also evaluation instrument result process of learning with free essay test. Analysis data using path methods by kemmis and taggart. The result of the research is (1) learning with concept map can give complete improving about studying microeconomic. The result of the degrees is raise up almost 52,67 at action I, becoming 77,33 at action II and at action III raise up again at 90. The improvement of the study result is signified with the grow up in understanding and the ability of the students in compiling concept map by positive effect. (2) The understanding and the ability from the students compiling concept map have positive effect at improving the motivation of the student learning. While the compiler degrees of concept map is 38,87 and the level of motivation is 45,07 and when the degrees of compiling concept map is raise up becoming 71,53 the level of student motivation is raise up too raise up as signifying becoming 69,87, and the degrees compiling concept map raise up again becoming 74,2, the level of motivation raise up and becoming 78,40. Pursuant to the result of this research, so that's mean that the implementation program will succeed with good result, the studying by using concept map is usually doing by steps as the following; (1) explaining to the students what and how concept map is using as strategy for studying. (2) Operational step here and after order the students to do brainstorming about concept that's in discussion fundamental. (3) Asking from the students to choice the main concept that has communication with discussion fundamental. (4) Asking from the students to compiling concept map and the relation between this concept with strong and clear label. (5) After the students finish compiling concept map hereafter they make as application for ending their duty (doing pos-tes ) Keyword: learning, concept map, motivation and complete study. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI ANALITIKA MELALUI STRATEGI SCAFFOLDING (Slamet Hw, Sri Sutarni) In passing of teaching grant, this research wants to know: 1) effort the teacher for increase the ability of natural existence of students by solving the problem of geometry analytical, 2) existence improvement of natural existence ability which can be indication at: (a) the ability to solve problem till 75%, (b) average class and (c) expectation of success in all of the collage subjects if the test every rotation assumed as semester test; and 3) constraint which facing during direct study process. Subject executor of action is the teacher that curator of collage subject which is collaboration with the other partner lecture and head major in the case that's following in the plain, collecting data, analyses and interesting conclusions. The subject of accepting the action is the students semester 4 major of mathematic education UMS in year 2005 / 2006 more than 43 people that collecting their data through observation methods, notes of practice and preview. Analyses data by descriptive qualification with path method covering: data discount, presentation of data and interesting conclusions. The result from the research is: 1) effort from the teacher with improving the ability of natural existence through correction: (a) study plain, (b) study execution with strategy of scaffolding that is by giving tuition and motivation specially to the students that they are in cognitive level which can developed. ( zone of proximal development ZPD ) and (c) study evaluation; 2) giving improvement: (a) ability for solving problem from 11,63% becoming 48,84% (b) for about class from 55,79 becoming 69,91 and (c) expectation of success the college subject from 44,19% becoming 81,4%; 3) constraint that's facing during the study process is : (a) existence of concentration of attention to individual causing low effective time for studying, (b) forwarding of items less as according to time allocation which in the main time., and (c) factor of place that's not supporting for executing the active learning. Keyword: Ability of natural existence, scaffolding, zone of proximal development ZPD.
Mengapa menggunakan active learning ? Dalam setiap Workshop Desain Pembelajaran Partisipatif dengan peserta dari dalam maupun luar UMS, Tim Fasilitator QAC-P3AI UMS melakukan kajian tipe belajar. Hasilnya adalah dari 637 alumni (dosen maupun guru) mencapai hasil belajar yang efektif dan efisien bila prosesnya melibatkan semua potensi visual, audio, dan kinestetik (gerakan fisik). Hanya ada 3 orang yang memiliki tipe dominan pada salah satu potensi.
MUTU & KINERJA
Edisi Januari 2007
6
I TEG JARAN A R ST BELA PEM
BROKEN
POSTER
Beragam jenis strategi pembelajaran partisipatif memiliki harapan untuk (1) memperkuat tingkat partisipasi atau keterlibatan semua individu peserta pembelajaran dan (2) menggiring peserta ajar untuk memecahkan masalah secara mandiri. Penerapan sebuah strategi pembelajaran diaharapkan dapat memberikan dampak pada kedua hal tersebut sehingga peserta ajar dapat memperoleh pengalaman belajar langsung. Penerapan strategi pembelajaran, selain memudahkan pemahaman, akan meningkatkan ingatan materi ajar karena keterlibatan peserta pembelajaran dalam memecahkan masalah. Salah satu strategi pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Tim Fasilitator P3AI-UMS adalah menggunakan media visual gambar yang dipotong-potong kemudian peserta diminta menyusunnya sebagai obyek yang utuh. Strategi pembelajaran ini disebut sebagai Broken Poster. Ada pula yang menyebut strategi ini sebagai Puzzle. Langkah-langkah yang dilakukan pengajar dalam strategi Broken Poster adalah sebagai berikut. 1. Tentukan topik. Penentuan topik dalam setiap pertemuan dimaksudkan untuk memberikan batasan mengenai apa yang akan dibahas dan dipelajari dalam pertemuan tersebut. Selain menyebutkan topik, pengajar dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta ajar berdasarkan obyek yang didapatkan setelah disusun secara utuh. c2 a2 2. Membuat kelompok-kelompok peserta ajar yang berukuran sedang (4-6 orang). Jumlah anggota kelompok yang tidak terlalu besar akan memberikan kesempatan lebih banyak kepada Potongan seragam b2 setiap peserta ajar untuk memberikan pendapatnya Potongan acak dibandingkan bila jumlah anggota kelompok lebih besar. 3. Membagikan potongan-potongan gambar. Potongan dapat berdasarkan bentuk pola tertentu yang seragam atau secara acak. Potongan seragam digunakan bila gambar utuhnya dapat dikategorikan rumit. Penggunaan potongan acak dapat memicu penggunaan otak kanan lebih banyak. 4. Memberikan waktu untuk menyusun gambar utuhnya. Pengajar sebaiknya selalu mengamati dan memberikan dorongan kepada semua kelompok untuk menyusun potongan gambar secepatnya. Harapannya adalah agar semua kelompok dapat menyelesaikan dalam waktu yang bersamaan atau tidak ada kelompok yang tertinggal. 5. Melakukan konfirmasi gambar utuh yang disusun kepada semua kelompok. Konfirmasi ini untuk memeriksa apakah semua kelompok telah berhasil menyusun potongan secara lengkap dan menjadi gambar yang dimaksud untuk kepentingan pembelajaran. Pada kesempatan ini, pengajar juga berkesempatan memberikan batasan atau konteks pembahasan agar tetap sesuai topik. 6. Memberikan waktu untuk pembahasan oleh kelompok. Setelah dipastikan bahwa gambar yang tersusun adalah benar selanjutnya setiap kelompok menjawab pertanyaan atau permasalahan yang telah diberikan. 7. Memberikan kesempatan kepada tiap kelompok melakukan presentasi. Isi Presentasi tiap kelompok sesuai dengan pertanyaan atau permasalahan. Pengajar dapat meminta tanggapan dari kelompok lain terhadap presentasi kelompok. 8. Pengajar melakukan klarifikasi terhadap presentasi yang telah disampaikan tiap kelompok. Pada kesempatan ini, pengajar sekaligus memberikan secara lugas materi pembelajaran yang dimaksudkan melalui ceramah interaktif dimana hal-hal penting dapat diminta dicatat oleh peserta pembelajaran. Tips dalam pelaksanaan Strategi Broken Poster Topik Strategi Broken Poster dapat digunakan untuk memulai materi ataupun untuk melakukan review pada materi sebelumnya. Pembelajaran yang dimaksudkan untuk memulai materi dapat meminta presentasi kelompok berisi deskripsi obyek bila dimaksudkan untuk review maka presentasi kelompok diarahkan pada untuk menggali maslaah pada gambar atau sekaligus memecahkan masalah yang tampak pada obyek. Pembagian kelompok Pembagian kelompok pada kelas besar (peserta ajar > 30 orang) dapat didahului dengan membaginya menjadi dua kelompok besar. Selanjutnya tiap kelompok besar dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil. Misalnya peserta ajar ada 60 orang maka didapatkan dua kelompok besar (kelompok A dan B). Selanjutnya setiap kelompok besar dibagi menjadi 5 kelompok (A1 sampai denganA5 dan B1 sampai dengan B5). Gambar Selain menggunakan gambar yang dipotong-potong, bila memungkinkan, pengajar dapat menggunakan benda sesungguhnya. Misalnya untuk pembelajaran mengenai bagian-bagian interior maka pengajar dapat membagikan potonganpotongan elemen dari lampu hias, kursi, dan meja knockdown pada setiap kelompok. Pertanyaan/Permasalahan Pertanyaan/permasalahan yang diajukan dapat berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Misalnya diberikan pertanyaan berdasarkan urutan dari sub bagian materi pembelajaran saat itu. Ada kelompok yang akan merumuskan definisi, penerapan materi pembelajaran di kehidupan sehari-hari, dan metode dan teknik dari materi pembelajaran tersebut
MUTU & KINERJA
Edisi Januari 2007
7
GALERI Pasca penandatanganan kerja sama UMS dan ITENAS Bandung, Rektor UMS Prof. Dr. Bambang Setiaji (nomor 2 dari kiri) bersama Rektor ITENAS Prof. Ir. Djuanda Suraatmadja (nomor 3 dari kiri), meninjau Kantor QAC-P3AI UMS. Melalui kerja sama tersebut, ITENAS mewajibkan seluruh dosennya mengikuti Workshop Desain Pembelajaran Partisipatif yang dikembangkan QAC-P3AI UMS (4-5 Desember 2006).
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
Staf QAC-P3AI UMS (dari kiri ke kanan M.Amin S, M.Muhtarom, dan Abdullah Aly) bersama Staf CTSD UIN-Yogyakarta (Dr. Sekar A Ariyani dan Bermawy Munthe) berkolaborasi sebagai Tim Fasilitator Training of Trainers Desain Pembelajaran Partisipatif di ITENAS Bandung (29-30 Januari 2007)
QAC-P3AI UMS diundang memberikan Workshop Desain Pembelajaran bagi Dosen di Institut Teknologi Nasional Bandung (Angkatan I & II pada 5-10 Juni 2006 dan Angkatan III pada 31 Januari - 7 Februari 2007)
Tim Studi Banding Universitas HAMKA Jakarta sedang menerima penjelasan mengenai aktivitas yang dilakukan QAC P3AI UMS (7-8 Desember 2006) QAC-P3AI UMS diundang memberikan Workshop Desain Pembelajaran Partisipatif bagi Dosen di Universitas Bung Hatta (2-5 Oktober 2006)
Penyerahan kenang-kenangan Tim Studi Banding Universitas Pancasakti Tegal kepada QAC-P3AI UMS (8 November 2006)
Suasana Evaluasi Laporan Kemajuan Pekerjaan (Progress Report Evaluation ) Hibah Pengajaran 2006 yang diselenggarakan QAC-P3AI UMS 2006 dengan dana TPSDP.
MUTU & KINERJA
Edisi Januari 2007
8