Volume 2, Nomor 2, Februari 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS INDONESIA
VOL. 2
NO. 2
HAL.154-304 FEBRUARI 2015
ISSN 2338-4557
Volume 2, Nomor 2, Februari 2015
Fax: 031 502 6288, E-mail:
[email protected]
Volume 2, Nomor 2, Februari 2015
154-167
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP DAN COMMITMENT TO CHANGE: DIMEDIASI OLEH READINESS FOR CHANGE STUDI PADA KARYAWAN PT. TELKOM DIVISI REGIONAL V SURABAYA Nurma Fitrianna, Tri Siwi Agustina
168-185
PENGARUH THE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KINERJA AKADEMIK DENGAN MOTIVASI AKADEMIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS AIRLANGGA Deva Ludian Tantyo, Siti Sulasmi, IBG. Adi Permana
186-197 198-212
EQUITY MARKET TIMING DAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN KELUARGA DI INDONESIA Chorry Sulistyowati
213-235
ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KOMITMEN KONSUMEN Budi Astuti, Desti Sumayanti
236-249
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN INSENTIF PAJAK SEBAGAI PEMODERASI. (STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA) Warsono, Yuli Ardianto
250-262 263-278
ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) IKAN TERI DI KABUPATEN KONAWE UTARA Dian Wijayanto
279-292
ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING THE INTEREST OF CUSTOMERS BCA BANK TO USE KLIK-BCA (CASE STUDY: BCA BANK KCP KALIMALANG, BEKASI) Ichwan Mochammad Buchori, Purwanto
293-304
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT UMUM TULEHU Reza Abdulmudy
PENGARUH FAKTOR SPESIFIK TERHADAP PROFITABILITAS BERDASARKAN KELOMPOK BUKU BANK DI INDONESIA Uum Sholikhah Fitria N, I Made Sudana
IMPLEMENTASI FRONTEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI COMPANY PROFILE DAN DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA Nazarinus Artasawarga Purnomo, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara
Fax: 031 502 6288 E-mail:
[email protected]
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Transformational Leadership dan Commitment to Change: Dimediasi oleh Readiness for Change Studi Pada Karyawan PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya Nurma Fitrianna dan Tri Siwi Agustina Departement Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Kampus B UNAIR, Jalan Airlangga 4 Surabaya Telp. 031-5033642, 5036584, Fax. 031-5026288 Abstrak Organizational change is a process whereby an organization change from the current state to the desired state to increase its effectiveness. These changes required the support of a leader, management, and all employees. The change will be successful if all of the organization's role in it. Someone who has a transformational leadership style will affect the readiness for change that will impact on the development and formation of commitment to change from employees. This study aimed to analyze the effect of transformational leadership toward commitment to change with readiness for change as a mediating variable. The variables used in this study are: transformational leadership, readiness for change, and commitment to change. This study uses a quantitative approach with survey method and supported by primary data from interviews and questionnaires. This study uses primary data from 70 employees, where the data is retrieved using a questionnaire distributed to permanent employees of PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya. The analysis technique used is Partial Least Square (SmartPLS 3.0). The results showed that transformational leadership does not have a significant effect on the commitment to change, transformational leadership has a significant effect on the readiness for change, and readiness for change has a significant effect on the commitment to change. This means that the readiness for change proved to be a mediating variable and fully mediate between transformational leadership and commitment to change. Keyword: Transformational Leadership, Readiness for Change, and Commitment Change
to
Pendahuluan Perubahan yang cepat dalam lingkungan bisnis, perusahaan didorong untuk melakukan perubahan agar dapat tumbuh dan bertahan dalam persaingan bisnis yang kompetitif. Dalam hal ini, terjadinya perubahan bukanlah hal yang bisa dihindari oleh perusahaan, bahkan seringkali dikatakan bahwa satu-satunya yang konsisten terjadi dalam organisasi adalah perubahan (Jex, 2002). Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan pemimpin sebagai change agent untuk memberikan motivasi, dukungan, kepada bawahan melalui sikap, tindakan, prestasi, dan kepercayaan untuk mengarahkan pada tujuan perubahan (Armenakis et al., 1993). Pemimpin sebagai change agent harus mampu meningkatkan dan mengembangkan commitment to change dari karyawan. Peningkatan commitment to change dari karyawan dapat dilakukan antara lain 154
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
dengan mempersiapkan terlebih dahulu readines for change melalui kemampuan yang dimiliki individu untuk perubahan, dalam hal ini adalah PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya. PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya diperlukan tidak hanya untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas tetapi juga untuk membuat perubahan dalam organisasi. Fokus pada penelitian ini yaitu terhadap commitment to change dari perspektif individu yang merupakan karyawan sebagai anggota organisasi dalam perubahan organisasi yang dilakukan oleh PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya. Oleh karena itu, PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya akan mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran apabila mendapat dukungan sepenuhnya dari karyawan sebagai salah satu aset penting perusahaan. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh transformational leadership terhadap commitment to change, menganalisis pengaruh transformational leadership terhadap readiness for change, menganalisis pengaruh readiness for change terhadap commitment to change, dan menganalisis peran mediasi readiness for change terhadap transformational leadership pada commitment to change. Oleh karena itu peneliti mengusulkan penelitian tentang “Pengaruh transformational leadership terhadap commitment to change yang dimediasi readiness for change pada karyawan PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya.” Kajian Teori Transformational Leadership Transformational leadership dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan mampu merubah nilai personal dari bawahan untuk mendukung visi dan tujuan dari organisasi dengan memelihara lingkungan dimana hubungan dapat dibentuk dan dengan membangun iklim kepercayaan dimana visi dapat dibagi (Bass, dalam Stone et al., 2004). Fungsi utama dari seorang pemimpin yang transformasional adalah memberikan pelayanan sebagai katalisator dari perubahan, namun di saat bersamaan juga sebagai seorang pengendali dari perubahan (a controller of change). Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam mendefinisikan transformational leadership, secara umum transformational leadership didefinisikan sebagai seorang agen perubahan (change agent). Dalam hal ini transformational leadership berusaha meningkatkan dan memperluas kebutuhan pengikut atau bawahan dan meningkatkan perubahan yang dramatis dari individu-individu, kelompok-kelompok, dan organisasi-organisasi (Antonakis et al., 2003). Avolio et al. (dalam Stone et al., 2004) membagi empat komponen perilaku yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang transformasional, yaitu idealized influence (menggambarkan perilaku ideal yang diteladani oleh para bawahannya), inspirational motivation (menggambarkan usaha pemimpin untuk memotivasi dan menginspirasi bawahannya dengan memberikan makna dan tantangan kepada pekerjaan yang ada), intellectual stimulation (menggambarkan usaha pemimpin untuk merangsang anggotanya untuk menjadi inovatif dan kreatif dalam menghadapi pekerjaannya), dan individual consideration (menggambarkan pemimpin dengan atensi yang besar terhadap kebutuhan akan pencapaian dan pengembangan bawahannya). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menggunakan gaya kepemimpinan transformational dari teorinya Avolio et al. (dalam Stone et al., 2004) sebagai variabel dalam penelitian ini dibandingkan gaya kepemimpinan yang lain Hal ini dikarenakan bahwa gaya 155
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
kepemimpinan tersebut sangat sesuai untuk membawa perubahan dan teori tersebut sudah banyak digunakan, sebagai bahan penelitian tentang konteks perubahan, mampu menjelaskan lebih detail terkait dengan peran transformational leadership dalam setiap dimensinya, dan mencerminkan dengan kondisi di lapangan yang organisasi sedang mengalami perubahan dan dibutuhkan sosok transformational leadership di dalamnya. Dalam hal ini pemimpin yang menggunakan transformational leadership style akan meningkatkan inovasi organisasi secara langsung, dengan menciptakan visi, dan secara tidak langsung dapat menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi, eksperimen, berani mengambil risiko, dan berbagi ide. Readiness for Change Menurut Holt et al. (2007) dan Armenakis et al. (1999), kesiapan (readiness) merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung inisiatif individu untuk melakukan perubahan. Kesiapan didefinisikan sebagai keyakinan, intensi, sikap, dan perilaku yang mendukung perubahan dan kapasitas organisasi untuk sukses meraihnya (Armenakis et al., 1993; Rafferty & Simons, 2006). Kesiapan individu dalam menghadapi perubahan menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap proses perubahan. Hal tersebut karena kesiapan individu untuk berubah mampu menjembatani strategi manajemen perubahan dengan keluaran yang diharapkan, yaitu kesuksesan implementasi strategi (Palmer et al., 2009). Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat dari Armenakis et al. (1993) yang menyebutkan bahwa kesiapan untuk menghadapi perubahan merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terhadap efektifitas implementasi perubahan. Peran penting tersebut dapat diperkuat oleh Berneth (2004) yang mengemukakan bahwa readiness for change menjadi faktor penting bagi kesuksesan perubahan organisasi. Holt et al. (2007) mendefinisikan readiness for change sebagai sikap komprehensif yang dipengaruhi secara simultan oleh apa yang berubah (content), bagaimana proses perubahan dilakukan (process), keadaan dimana perubahan tersebut akan berlangsung (context) dan karakteristik individu yang diminta untuk melakukan perubahan (individual attributes) yang secara bersama terefleksikan ke dalam aspek kognitif maupun emosional individu untuk cenderung menerima dan mengadopsi perubahan yang dipersiapkan untuk mengganti kondisi saat ini. Holt et al. (2007) juga membagi readiness for change menjadi empat dimensi, yaitu change efficacy (rasa percaya terhadap kemampuan diri untuk berubah), appropriateness (ketepatan untuk melakukan perubahan), management (senior leadership) support (dukungan manajemen), dan personal benefit (manfaat bagi individu). Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan teori dari Holt et al. (2007) yang menjelaskan tentang sikap secara komprehensif yang dipengaruhi secara simultan oleh apa yang berubah, bagaimana proses perubahan dilakukan, keadaan dimana perubahan tersebut akan berlangsung dan karakteristik orang yang diminta untuk melakukan perubahan yang secara bersama terefleksikan ke dalam aspek kognitif maupun emosional individu untuk cenderung menerima dan mengadopsi perubahan yang dipersiapkan untuk mengganti kondisi saat ini. Selain itu, teori tersebut sudah banyak digunakan dalam penelitian tentang perubahan dan teori ini mampu menjelaskan lebih detail terkait readiness for change dalam setiap dimensinya.
156
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajem jemen Bisnis Indonesia Vol. l. 2, 2 Nomor 2, Feb 2015
Commitment to Change Dalam konteks perubah ahan, komitmen diharapkan akan menjadii sebuah s perilaku yang positif terhadap perubahan itu sendiri. Dengan kata lain, komitmen pada da organisasi juga akan melahirkan komitmen pada perubahan pe dalam organisasi sehingga memunc nculkan dukungan pada setiap perubahan sejalan dengan de harapan dari karyawan akan kesu suksesan implementasi perubahan. Commitment to ch change akan terlihat dari aspek psikologis atau at aspek perilakunya, seperti perasaan menerima ata atau perilaku terbuka terhadap perubahan ituu sendiri (Herold et al., 2008). Herscovitch dan Meye yer (2002) membagi dimensi commitment to change menjadi tiga, yaitu affective commitmentt to t change merefleksikan hasrat seseorang ng untuk menunjukkan dukungan terhadap perubahan an yang didasari atas keyakinannya terhadap manfaat m dari perubahan tersebut, continuance commit itment to change keinginan untuk menduku kung perubahan karena kesadaran akan adanya pengo ngorbanan/biaya yang harus dikeluarkan ketik tika perubahan tersebut gagal terjadi, dan normativee commitment to change merefleksikan pera erasaan akan kewajiban mendukung perubahan terseb ebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan men enggunakan dasar teori dari Herscovitch dan Meyer er (2002) yang merupakan pengembangan n dari teori komitmen sebelumnya, sehingga dapatt menggungkapkan komitmen pada level individu ind dalam konteks perubahan. Hipotesis dan Kerangka Kon onseptual H1: Transformational Leader ership memiliki pengaruh dan signifikan terh erhadap Commitment to Change H2: Transformational Leader dership memiliki pengaruh dan signifikan terhadap te Readiness for Change H3: Readiness for Change meemiliki pengaruh dan signifikan terhadap Com mmitment to Change H4: Transformational Leader ership memiliki pengaruh dan signifikan terh erhadap Commitment to Change yang dimediasi oleh Readiness R for Change Berdasarkan analisis pada liter teratur-literatur terkait dan temuan-temuan has asil penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dal alam penelitian ini dapat digambarkan sebagai ai berikut: Gaambar Kerangka Konseptual
Transformational Leadership (X)
Readiness for Change (Z)
Commiitment to Cha hange ( (Y)
157
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Metode Penelitian Penellitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi, yaitu karyawan tetap PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya. Berdasarkan populasi tersebut, maka peneliti memiliki kriteria yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini, yaitu karyawan tetap dan karyawan yang berada pada level jabatan staff. Kemudian dari kriteria responden tersebut, maka peneliti menggunakan nonprobability sampling sebagai suatu metode pemilihan sampel dan tekniknya adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan ciri-ciri spesifik atau karakteristik tertentu yang dinilai peneliti sesuai dengan pertimbangan tema dan tujuan penelitian (Lawrence, 1999). Jumlah responden yang akan dijadikan sampel penelitian adalah 70 orang yang memenuhi kriteria tersebut dari total 150 orang. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data ialah Partial Least Square (PLS). Alasan menggunakan teknik analisis ini adalah objek penelitian atau ukuran sampel kurang dari 100 orang. Penelitian ini dirancang untuk menjelaskan efek antara variabel atau hubungan pengaruh (kausalitas) antara variabel melalui pengujian hipotesis atau melalui mengonfirmasikan hubungan pengaruh antara variabel atau konstruk. Selain itu, penelitian ini juga dapat dianggap sebagai penelitian penjelasan yang berarti penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah ada hubungan antara satu variabel terhadap variabel lain atau bagaimana salah satu variabel memengaruhi variabel lain yang diteliti. Data primer diperoleh dari hasil interview dan kuesioner tentang transformational leadership, readiness for change, dan commitment to change sebagai variabel yang diteliti. Sedangkan untuk data sekundernya diperoleh dari data pendukung, misalnya data tentang daftar absen karyawan, kebijakan-kebijakan perusahaan, dan demografi karyawan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah transformational leadership (X), readiness for change (Z), dan commitment to change (Y). Teknik Partial Least Square (PLS) digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antara transformational leadership, readiness for change, dan commitment to change berdasarkan hipotesis yang diajukan. PLS sendiri memiliki dua tahapan analisis yang merupakan inner model evaluation (untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas) dan outer model evaluation (untuk menguji sampai sejauh mana hubungan kausal antara variabel dalam penelitian ini). Hasil Penelitian dan Pembahasan Responden yang terlibat dalam penelitian in sebanyak 70 orang yaitu terdiri dari 43 lakilaki (61.4%) dan 27 perempuan (38.6%). Kemudian usia responden yang dinilai memahami dan merasakan terjadinya perubahan bisnis adalah paling dominan pada rentang usia antara 49-54 tahun sebanyak 46 orang (65.7%), 43-48 tahun 9 orang (12.9%), ≥ 55 tahun sebanyak 7 orang (10%),dan 31-42 tahun sebanyak 4 orang. Responden memiliki masa bekerja selama 29-34 tahun sebanyak 41 orang (58.6%), 23-28 tahun sebanyak 13 tahun (18.6%), 17-22 tahun sebanyak 12 orang (17.1%), 5-10 tahun sebanyak 3 orang (4.3%), dan 11-16 tahun sebanyak 1 orang (1.4%). Responden berdasarkan pendidikan terakhir dengan karyawan lulusan S1 sebanyak 41 orang (58.6%), lulusan SMA sebanyak 11 orang (15.7%), lulusan D3 sebanyak 10 orang (14.3%), lulusan D1 sebanyak 5 orang (7.1%), lulusan D2 sebanyak 2 orang (2.9%) dan lulusan S2 sebanyak 1 orang (1.4%). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Partial Least Square (PLS). Teknik PLS terdiri dari dua jenis validitas, yaitu konvergen dan diskriminan. Pada tahap pertama 158
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
pengujian, masih terdapat beberapa item yang tidak sesuai dengan ketentuan validitas konvergen dengan nilai loading factor > 0.6. Oleh karena itu, item-item atau indikator-indikator yang tidak memenuhi kondisi tersebut didrop atau dihapus sampai menghasilkan model yang cocok. Sementara itu, validitas diskriminan dapat dilakukan dengan membandingkan cross loading setiap masing-masing variabel dan dimensi di dalam pernyataan untuk variabel lain dalam model. Jika nilai cross loading dalam satu variabel atau dimensi lebih tinggi dari variabel atau dimensi lain, maka variabel atau dimensi tersebut memiliki nilai validitas diskriminan yang baik. Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui sesuai dengan validitas diskriminan. Evaluasi terakhir dalam PLS untuk evaluasi model pengukuran (outer model evaluation) dapat dilihat dari composite reliability. Indikator-indikator pernyataan atau pertanyaan dapat dikatakan reliabel apabila nilai dari composite reliability > 0.7. Selain itu, untuk dapat melihat model konstruk tersebut dinyatakan reliabel apabila melihat nilai dari cronbach alpha > 0.7. Hasil uji composite reliability dan cronbach alpha dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbach Alpha Composite Cronbach Nilai Cut Off Reliabel /Tidak Reliability Alpha Reliabel ACTC 0.926 0.899 Reliabel APP 0.882 0.833 Reliabel CE 0.890 0.813 Reliabel CTC 0.943 0.935 Reliabel CCTC 0.887 0.848 Reliabel II 1.000 1.000 Reliabel IC 0.869 0.772 Reliabel > 0.7 IM 0.919 0.890 Reliabel IS 0.945 0.927 Reliabel MS 0.899 0.813 Reliabel NCTC 0.932 0.902 Reliabel PB 0.872 0.779 Reliabel RFC 0.934 0.924 Reliabel TL 0.945 0.936 Reliabel Sumber: diolah dari data penelitian Keterangan: ACTC: Affective Commitment to Change NCTC: Normative Commitment to Change APP: Appropriateness IM: Inspirational Motivation CE: Change Efficacy IS: Intellectual Stimulation CTC: Commitment to Change MS: Management (Senior Leadership) Support CCTC: Continuance Commitment to ChangePB: Personal Benefit II: Idealized Influence RFC: Readiness for Change IC: Individualized Consideration TL: Transformational Leadership Selain melihat dari hasil uji evaluasi model pengukuran (outer model evaluation), maka langkah selanjutnya adalah dengan mengevaluasi model struktural (inner model evaluation). 159
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Evaluasi model struktural dapat dilihat salah satunya dari nilai R-Square dan goodness of fit (GoF). Berikut ini akan ditampilkan dalam tabel masing-masing nilai R-Square dan goodness of fit (GoF) yang telah diolah menggunakan SmartPLS 3.0. Tabel 2 Hasil Uji R-Square Model Penelitian Nilai Cut Off
R-Square ACTC 0.756 APP 0.864 CE 0.808 CTC 0.741 CCTC 0.843 II 0.372 IC 0.757 Kuat>0.67>Moderate>0.33>Lemah>0.19 IM 0.786 IS 0.790 MS 0.597 NCTC 0.754 PB 0.662 RFC 0.366 TL Sumber: diolah dari data penelitian
Keterangan Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Moderate Kuat Kuat Kuat Moderate Kuat Moderate Moderate -
Keterangan: ACTC: Affective Commitment to Change NCTC: Normative Commitment to Change APP: Appropriateness IM: Inspirational Motivation CE: Change Efficacy IS: Intellectual Stimulation CTC: Commitment to Change MS: Management (Senior Leadership) Support CCTC: Continuance Commitment to ChangePB: Personal Benefit II: Idealized Influence RFC: Readiness for Change IC: Individualized Consideration TL: Transformational Leadership Pada Tabel 2 dapat diketahui hasil uji R-Square yang mengindikasikan bahwa model penelitian baik. Menurut Ghozali (2012) model dapat digunakan dan dikatakan baik jika variabel endogen minimal memiliki nilai R-Square > 0.33. Sepuluh dari empat belas variabel endogen memiliki nilai R-Square > 0.67 dan empat dari empat belas memiliki nilai R-Square > 0.33. Contohnya saja, pada variabel readiness for change memiliki nilai R-Square sebesar 36.6 persen (moderate). Sedangkan sisanya 63.4 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang diukur. Setelah melakukan serangkain proses validasi model secara keseluruhan, maka yang diperlukan selanjutnya adalah melakukan pengukuran Goodness of Fit (GoF). Acuan untuk mengukur GoF index yaitu menggunakan perhitungan akar kuadrat dari perkalian nilai rata-rata communality dengan nilai rata R-Square. Goodness of Fit (GoF) index ini dikembangkan oleh Tenenhaus et al. (dalam Ghozali, 2012). Kriteria GoF adalah sebagai berikut: GoF = 0.10 bernilai kecil, GoF = 0.25 bernilai sedang, dan GoF = 0.36 bernilai besar. 160
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 3 Hasil Uji Goodness of Fit (GoF) R-Square Communality ACTC 0.756 0.845 APP 0.864 0.774 CE 0.808 0.854 Sambungan CTC 0.741 0.725 CCTC 0.843 0.754 R-Square Communality II 0.372 1.000 Bersambung IC 0.757 0.830 IM 0.786 0.834 IS 0.790 0.880 MS 0.597 0.865 NCTC 0.754 0.879 PB 0.662 0.834 RFC 0.366 0.711 TL 0.742 Rata-rata 0.699 0.823 GoF 0.758 Sumber: diolah dari data penelitian Keterangan: ACTC: Affective Commitment to Change NCTC: Normative Commitment to Change APP: Appropriateness IM: Inspirational Motivation CE: Change Efficacy IS: Intellectual Stimulation CTC: Commitment to Change MS: Management (Senior Leadership) Support CCTC: Continuance Commitment to ChangePB: Personal Benefit II: Idealized Influence RFC: Readiness for Change IC: Individualized Consideration TL: Transformational Leadership Berdasarkan Tabel 3 terlihat hasil perhitungan GoF = √ (0.699 x 0.823) = 0.758 untuk model penelitian adalah sebesar 0.758 (GoF Besar). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa performa dari pengukuran model (outer model) dan model struktural (inner model) adalah benar, karena memiliki nilai 0.758 (diatas 0.36). Artinya bahwa model penelitian ini yaitu pengaruh transformational leadership terhadap commitment to change yang dimediasi oleh readiness for change sudah benar dan layak digunakan. Model struktural yang sudah memiliki goodness of fit model dan uji predictive relevance dapat dilakukan uji signifikansi koefisiensi parameter jalur (path coefficients) pada uji inner model. Nilai uji path coefficients ialah nilai yang menunjukkan tingkat signifikansi pada pengujian hipotesis. Uji signifikansi koefisien jalur (path coefficients) dengan menggunakan metode bootstrapping. Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas item masing-masing 161
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
kuesioner yang dihasilkan melalui analisis SmartPLS dan hasil uji koefisiensi parameter jalur. Peneliti akan melakukan pengujian hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Pengujian hipotesis ini didasarkan pada nilai signifikansi > 1.96 pada T-Statistic. Jika nilai T-Statistics > 1.96 untuk tingkat signifikansi 5% (P-Values < 0.05), maka terdapat pengaruh antar variabel dan hipotesis diterima. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis Koefisie T Hipotesis Hipotesis P Values Signifikan/Ti n Jalur Statistics Pengaruh dak Signifikan (ǀO/STDE Antar Variabel Vǀ) H3 RFC CTC 0.823 12.041 0.000 Signifikan H2 TL RFC 0.605 7.264 0.000 Signifikan H1 TL CTC 0.059 0.758 0.449 Tidak Signifikan Sumber: diolah dari data penelitian
Diterima /Ditolak
Diterima Diterima Ditolak
Keterangan: CTC: Commitment to Change RFC: Readiness for Change TL: Transformational Leadership Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4 menunjukkan hasil uji hipotesis menyatakan bahwa ada dua hipotesis yang diterima, memiliki hubungan atau pengaruh positif (original sampel) serta memiliki nilai signifikansi yang cukup (T-Statistics), yaitu nilai TStatistics > 1.96 dengan nilai P-Values < 0.05. Berdasarkan analisis pada Tabel 4, berikut ini disajikan bahasan pembuktian masing-masing hipotesis penelitian: 1. Hipotesis 1: Pengaruh Transformational Leadership terhadap Commitment to Change Koefisien jalur pengaruh dari transformational leadership terhadap commitment to change adalah sebesar 0.059 dengan nilai T-Statistics sebesar 0.758 lebih kecil dari nilai T-Tabel 1.96 dengan nilai P-Values sebesar 0.449 lebih besar dari nilai signifikansi (P-Values) 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif namun tidak signifikan antara transformational leadership terhadap commitment to change. Dapat diartikan bahwa adanya gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin secara transformasional yang mengakibatkan sedikit pembentukan commitment to change pada karyawan. Dari hasil tersebut, maka hipotesis pertama ditolak. 2. Hipotesis 2: Pengaruh Transformational Leadership terhadap Readiness for Change Koefisien jalur pengaruh transformational leadership terhadap readiness for change adalah sebesar 0.605 dengan nilai T-Statistics sebesar 7.264 lebih besar dari nilai T-Tabel 1.96 dengan nilai P-Values sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai signifikansi (P-Values) 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara transformational leadership terhadap readiness for change. Dapat diartikan bahwa dengan adanya peningkatan pada transformational leadership yang akan berakibat terhadap peningkatan readiness for change secara nyata. Dari hasil tersebut, maka hipotesis kedua diterima. 162
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
3. Hipotesis 3: Pengaruh Readiness for Change terhadap Commitment to Change Koefisien jalur pengaruh readiness for change terhadap commitment to change adalah sebesar 0.823 dengan nilai T-Statistics sebesar 12.041 lebih besar dari nilai T-Tabel 1.96 dengan nilai P-Values sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai signifikansi (P-Values) 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara readiness for change terhadap commitment to change. Dapat diartikan bahwa adanya peningkatan pada readiness for change dari karyawan yang akan berakibat terhadap peningkatan commitment to change secara nyata. Menurut Baron dan Kenny (1986), terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk menunjukkan adanya efek mediasi, yaitu: 1. Ada hubungan yang signifikan antara variabel prediktor dan mediator 2. Ada hubungan yang signifikan antara variabel mediator dan criterion 3. Hubungan antara variabel prediktor dan criterion menjadi tidak signifikan ketika variabel mediator dimasukkan ke dalam model. Pada hasil uji PLS ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara transformational leadership dan commitment to change (hipotesis 1). Disisi lain, terdapat hubungan yang positif dan signifikan untuk transformational leadership terhadap readiness for change (hipotesis 2). Kemudian terdapat hubungan yang positif dan signifikan pula untuk readiness for change terhadap commitment to change (hipotesis 3). Maka dapat disimpulkan bahwa readiness for change memediasi secara penuh (full mediation) hubungan antara transformational leadership dan commitment to change (Hipotesis 4 diterima). Berdasarkan hasil analisis PLS tersebut, maka akan diuji pula deskripsi jawaban responden. Deskripsi jawaban responden akan menjelaskan respon responden tentang transformational leadership (X), readiness for change (Z), dan commitment to change (Y). Pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan teori Azwar (2006) dengan tujuan mendapatkan gambaran mengenai jawaban rata-rata dari responden atas item-item pernyataan pada indikator yang terdapat di masing-masing variabel. Berikut ini adalah kategorisasinya: Interval Kelas = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Jumlah Kelas Keterangan: Nilai tertinggi adalah 5, nilai terendah adalah 1, banyaknya kategori adalah 5. Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat diperoleh interval kelas sebagai berikut: Interval Kelas = 5 – 1 = 0.8 5 0.8 merupakan jarak interval kelas masing-masing kategori, sehingga berlaku ketentuan kategori dengan hasil sebagai berikut melalui tabel 5:
163
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 5 Kategorisasi Interval Skor Interval Kategori 1.00 ≤ a ≤ 1.80 1 1.81 ≤ a ≤ 2.60 2 2.61 ≤ a ≤ 3.40 3 3.41 ≤ a ≤ 4.20 4 4.21 ≤ a ≤ 5.00 5 Sumber: diolah dari data penelitian
Keterangan Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Berdasarkan uraian pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa mean variabel jawaban dari responden untuk variabel transformational leadership adalah sebesar 4.38 yang tergolong sangat tinggi (4.21 ≤ a ≤ 5.00). Artinya pemimpin di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya sudah menunjukkan dedikasi, karismatik, kemampuan, dan kinerja sebagai pemimpin yang baik untuk dapat mendukung commitment to change. Pemimpin dapat memberikan motivasi kepada bawahan untuk bekerja lebih baik lagi. Hal ini dapat dibuktikan dengan indikator X21 sebesar 4.61 (4.21 ≤ a ≤ 5.00) yang merupakan indikator dengan mean tertinggi. Sedangkan indikator dengan memiliki nilai mean terendah yaitu pada indikator X35 sebesar 4.20 (3.41 ≤ a ≤ 4.20). Artinya menurut bawahan pemimpin kurang dapat menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang. Meski masih tergolong dalam kategori sangat tinggi dengan nilai mean 4.21, pemimpin diasumsikan bahwa belum sepenuhnya pemimpin di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya memiliki karakteristik yang tercermin kriteria dalam transformational leadership. Kemudian untuk variabel readiness for change, dapat disimpulkan bahwa mean variabel jawaban dari responden adalah sebesar sebesar 4.20 yang tergolong tinggi (3.41 ≤ a ≤ 4.20). Artinya karyawan di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya sudah menunjukkan sikap siap secara mental, psikologis, dan fisik yang ditunjukkan oleh individu untuk berubah dengan adanya keyakinan untuk mampu melakukan suatu perubahan tersebut untuk dapat mendukung commitment to change. Dalam perubahan yang sedang berlangsung, maka responden masih memiliki status sebagai karyawan, saat perubahan tersebut akan diimplementasikan. Hal ini dapat tercermin dalam indikator Z41 dengan nilai mean tertinggi sebesar 4.31 (4.21 ≤ a ≤ 5.00). Sedangkan indikator dengan nilai mean terendah yaitu Z23 sebesar 4.06 (3.41 ≤ a ≤ 4.20). Artinya karyawan PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya kurang mampu dalam menangani dan menerapkan perubahan tersebut dengan mudah. Meski masih tergolong dalam kategori tinggi dengan nilai mean 4.20, karyawan diasumsikan bahwa pelaksanaan perubahan yang sedang berlangsung di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya tidak sepenuhnya efektif meskipun rata-rata jawaban karyawan secara keseluruhan dapat menerapkan perubahan tersebut. Selanjutnya untuk variabel commitment to change, dapat disimpulkan bahwa mean variabel dari jawaban responden adalah sebesar sebesar 4.26 yakni tergolong sangat tinggi (4.21 ≤ a ≤ 5.00). Artinya karyawan di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya telah mempunyai commitment to change saat perusahaan tersebut mengalami perubahan dengan menunjukkan sikap yakin bahwa perubahan tersebut dapat berkontribusi untuk mencapai keberhasilan, merasa adanya suatu kewajiban untuk mendukung perubahan, dan adanya “biaya” yang dikaitkan dalam 164
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
dirinya jika tidak mendukung perubahan tersebut. Karyawan PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya percaya bahwa perubahan bisnis dapat membawa nilai baru bagi perusahaan. Hal ini tercermin dalam indikator yang memiliki nilai mean tertinggi, yaitu pada indikator Y11 sebesar 4.50 (4.21 ≤ a ≤ 5.00). Sedangkan indikator yang memiliki nilai mean terendah, yaitu indikator Y22 sebesar 4.01 (3.41 ≤ a ≤ 4.20). Artinya karyawan di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya kurang merasa “nyaman” dengan proses perubahan yang dilakukan oleh perusahaan. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil uji statistik yang dilakukan pada hasil jawaban responden dengan menggunakan alat uji SmartPLS, maka didapatkan kesimpulan, sebagai berikut: 1. Transformational leadership tidak berpengaruh terhadap commitment to change. 2. Transformational leadership berpengaruh terhadap readiness for change. 3. Readiness for change berpengaruh terhadap commitment to change. 4. Readiness for change telah menjadi variabel mediasi secara penuh (full mediation) terhadap hubungan antara transformational leadership dengan commitment to change. Saran Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, maka peneliti mencoba untuk memberikan beberapa saran, yaitu bagi pihak PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya sebagai perusahaan yang telah diteliti. 1. Bagi responden Karyawan harus diberikan pembekalan lagi terkait dengan segala perubahan yang dilakukan oleh pihak perusahaan melalui pelatihan yang telah diberikan selama ini. Kemudian program-program yang telah berjalan selama ini tetap dilakukan kepada karyawan agar karyawan tersebut tetap mengembangkan dirinya dengan baik. 2. Bagi pihak perusahaan atau organisasi a. Bertepatan dengan dicanangkannya proses transformasi yang terjadi pada PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya, maka apa yang terjadi di lapangan serta hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa pentingnya peranan dari pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional (transformational leadership) secara statistik mampu meningkatkan atau memengaruhi bawahan dalam proses perubahan, serta meningkatkan kesiapan dalam perubahan. Dalam hal ini saran peneliti adalah perlu adanya peningkatan maupun mempertahankan fungsi kepemimpinan yang transformasional pada pemimpin di PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya guna menciptakan rasa percaya serta tingkat kepercayaan diri atas kemampuan sehingga tercapai tujuan organisasi. b. Jika dalam penelitian ini terdapat indikasi bahwa pemimpin PT. Telkom Divisi Regional V Surabaya telah memiliki gaya kepemimpinan yang transformasional, namun belum memiliki pengaruh yang signifikan pada commitment to change, maka saran peneliti adalah sebaiknya pemimpin juga perlu membangun hubungan (komunikasi dan tindakan) yang lebih baik dan lebih dekat lagi terhadap anggota organisasi. 3. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik dengan melakukan penelitian dengan topik yang sama, diharapkam dengan mencoba pada konteks perusahaan di industri lain yang sedang mengalami perubahan agar dapat memperkaya bahasan dan dapat mengkonfirmasi 165
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
hubungan antar variabel lebih lain. Penelitian selanjutnya, juga disarankan untuk memasukkan variabel lain, seperti faktor demografis, dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi commitment to change selain variabel dalam penelitian ini sebagai salah satu variabel yang dapat menambah analisis mengenai hubungan antar variabel menjadi lebih dalam. Kemudian juga menambahkan beberapa jenis perusahaan agar hasil didapatkan beragam serta melihat bagaimana pula kesiapan dan komitmen dari pemimpinnya sendiri terhadap perubahan. Daftar Pustaka Armenakis, A.A., et al. (1993). Creating Readiness for Organizational Change. Journal of Human Relations, 46: 681-703. Armenakis, A.A., et al. (1999). Making Change Permanent: A Model for Institutionalizing Change Intervention. Research in Organizational Change and Development, 12: 97-128. Antonakis, J., et al. (2003). Context and Leadership: An Examination of the Nine-Factor FullRange Leadership Theory Using the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of the Leadership Quarterly, 14: 261-295. Baron, R. M. & Kenny, D. A. (1986). The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51 (6): 1173-1182. Dunphy, D. & Stace, D. (1993). The Strategic Management of Corporate Change. Journal of Human Relations, 46 (8): 905-920. Ghozali, I. (2012). Konsep, Teknik, dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk Penelitian Empiris. Semarang: Universitas Diponegoro. Herold, D.M., et al. (2008). The Effects of Transformational and Change Leadership on Employees’Commitment to A Change: A Multilevel Study. Journal of Applied Psychology, 93 (2), 346-357. Herscovitch, L. & Meyer, J. P. (2002). Commitment to Organizational Change Extention of a Three- Component Model. Journal of Apllied Psycology, 87 (3): 474-487. Jex, S. M. (2002). Organizational Psychology: A Scientist-Practitioner Approach. (1st Ed.). New York: John Wiley & Sons. Keller, R. T. (2006). Transformational Leadership, Initiating Structure, and Substitute for Leadership: A Longitudinal Study of Research and Development Project Team Performance. Journal of Applied Psychology, 91 (1): 202-210.
166
Nurma Fitrianna Tri Siwi Agustina
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Lawrence, W. N. (1999). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. (3rd Ed.). New York: McGraw Hill. Neves, P. (2009). Readiness for Change: Contributions for Employee’s Level of Individual Change and Turnover Intentions. Journal of Change Management. 9 (2): 215-231. Meyer, J. P. & Herscovitch, L. (2001). Commitment in the Workplace: Toward A General Model. Human Resource Management Review, 11: 299-326. Rafferty, A. E. & Simons, R. H. (2006). An Examination of the Antecedents of Readiness for Fine-Tuning and Corporate Transformation Changes. Journal of Business and Psychology, 20 (3): 325-350. Stone, A. G., et al. (2004). Transformational versus Servant Leadership: A Difference in Leader Focus. The Leadership & Organization Development Journal, 25 (4): 349-361.
167
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
PENGARUH THE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KINERJA AKADEMIK DENGAN MOTIVASI AKADEMIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS AIRLANGGA DEVA LUDIAN TANTYO SITI SULASMI IBG. ADI PERMANA Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya Abstrak Kinerja akademik menjadi focus dalam penelitian ini mengingat kinerja akademik merupakan salah satu pengukur seberapa mampu mahasiswa tersebut dalam menempuh pendidikan. Penelitian ini dilakukan pada program studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 87 responden dengan menggunakan convenience sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penilitian ini adalah Hierarchical Multiple Regression dengan menggunakan alat statistik Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi the big five personality yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja akademik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga yaitu pada model 1 (extraversion, agreeableness, neuroticism, dan openness), model 2 (agreeableness, neuroticism, dan openness), model 3 (agreeableness, dan openness) Dan hasil lainnya adalah openness berpengaruh secara partial mediation terhadap kinerja akademik dengan dimediasi oleh intrinsic motivation, Agreaableness dan openness masing – masing berpengaruh secara full mediation dan partial mediation terhadap kinerja akademik dengan dimediasi oleh extrinsic motivation, dan tidak ada satupun dari dimensi the big five personality yang berpengaruh secara full atau partial mediation terhadap kinerja akademik dengan dimediasi oleh amotivation di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Keywords : the big five personality, Motivasi Akademik, kinerja akademik, extrinsic motivation, intrinsic motivation Pendahuluan Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam mendukung suatu bangsa untuk dapat bersaing dan mengimbangi kemajuan baik teknologi maupun perekonomian negara lainnya. Tantangan kompetisi global yang harus dihadapi perusahaan pada dekade mendatang akan meningkatkan pentingnya manajemen sumber daya manusia (Noe, Hollenbeck, Gerhart, & Wright, 1994). Pendapat lain mengatakan bahwa pada masa sekarang ini hanya ada satu landasan sukses untuk keunggulan bersaing yang kuat bagi perusahaan-perusahaan, yaitu bagaimana mengatur dan mengelola faktor manusia dalam perusahaan itu (Pfeffer, 1996). Indikator dalam mengukur kualitas sumber daya manusia dari suatu negara adalah dilihat dari Human Development Index (HDI). Berdasarkan HDI Report pada tahun 2012, terdapat 4 kategori yaitu Very High Human development, High Human Development, Normal 168
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Human Development, dan Low Human Development. Indonesia berada pada kategori normal human development dengan peringkat 121 dari 185 Negara. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indonesia mengalami kenaikan peringkat sebanyak 3 tingkat yaitu dari 124 menjadi 121 dari 186 negara (http://hdr.undp.org/). Data ini menunjukkan bahwa Indonesia harus lebih berusaha lebih keras supaya dapat mencapai kategori yang lebih baik. Salah satu hal penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah sebagai jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan luar sekolah sebagai jalur pendidikan informal. Jalur pendidikan formal yaitu jalur yang diselengarakan secara berjenjang dan saling berkaitan satu dengan yang lain. sedangkan jalur pendidikan informal merupakan jalur perndidikan yang tidak harus berkaitan seperti misalnya kursus, pelatihan keterampilan, dan sebagainya. Jalur pendidikan formal di Indonesia salah satunya adalah perguruan tinggi atau universitas. Jumlah universitas yang terdapat di Indonesia mencapai 100 universitas lebih. Salah satunya adalah Universitas Airlangga yang di harapkan dapat mencetak lulusan siap pakai dalam arti siap untuk berkontribusi dalam memajukan negara melalui perusahanperusahaan. Untuk dapat mencapai lulusan yang berstandard internasional salah satunya adalah setiap organisasi atau lembaga pendidikan harus bersertifikat International Organizational for Standardization (ISO). ISO merupakan badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara. Pada awalnya, International Organizational for Standardization disingkat sebagai IOS. Hal dalam bahasa Yunani, isos berarti sama (equal). ISO berdiri pada 23 Februari 1947, pada awal berdirinya ini ISO dibentuk dengan tujuan untuk membuat dan memperkenalkan standardisasi international untuk apa saja contohnya saja ukuran kartu telepon, kartu ATM bank, dan lain sebagainya. Dalam menetapkan standar yang akan ditetapkan, orgasisasi ini mengundang wakil anggotanya yang terdiri dari 130 negara untuk duduk dalam Techincal Committe (TC), Sub Committe (SC), dan Work Group (WG) (www.iso.org). ISO memiliki berbagai macam versi, salah satunya adalah ISO 9001:2008. ISO ini adalah suatu standar internasional untuk system manajemen mutu atau kualitas. Lebih dari satu juta perusahaan dan organisasi di lebih dari 170 negara yang telah mendapatkan dan melaksanakan ISO 9001:2008 ini. Berikut negara-negara yang berada pada 10 besar peraih ISO 9001 certificates terbanyak pada tahun 2011 yaitu Cina, Italy, Japan, Spain, Germany, United kingdom, India, France, Brazil, Republic of Korea (www.iso.org). Universitas Airlangga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 sejak tahun 2009, yang berarti Universitas Airlangga merupakan organisasi pendidikan yang sudah dapat dikatakan memiliki standar manajemen mutu bertaraf internasional. Pada penelitian ini berfokus pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) program studi manajemen Universitas Airlangga (www.edukasi.kompas.com). Dalam upaya mempertahankan berbagai penghargaan yang telah di raih oleh Universitas Airlangga khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Pihak departemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengadakan evaluasi tahunan yang berguna untuk melihat dan mengontrol bagaimana perkembangan yang telah dicapai terutama hasil output yang akan dihasilkan oleh perguruan tinggi yaitu mahasiswa yang berkualitas. Salah satu penilaian dari ISO di dalam dunia pendidikan adalah dengan melihat Kinerja akademik dari mahasiswa yang sedang menempuh ataupun yang telah lulus dari jurusan Manajemen FEB Universitas Airlangga. Jika dirata-rata dengan melihat jumlah lulusan berdasarkan lama waktu kelulusan, Tingkat kelulusan yang dihasilkan oleh program studi manajemen pada tahun ajaran 2011/2012 adalah sebesar 4,57. Hasil ini meningkat dari tahun ajaran 2010/2011 yang mengahasilkan lulusan pertahun dengan rata-rata 4,62. Hal ini 169
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
menggambarkan bahwa terjadi peningkatan kualitas dari mahasiswa yang dihasilkan oleh program studi manajemen Universitas Airlangga. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja akademik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 2. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap intrinsic motivation pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 3. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap extrinsic motivation pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 4. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap amotivation pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 5. Apakah intrinsic motivation berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 6. Apakah extrinsic motivation berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 7. Apakah amotivation berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 8. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan intrinsic motivation sebagai variabel intervening pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 9. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan extrinsic motivation sebagai variabel intervening pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? 10. Apakah The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan amotivation sebagai variabel intervening pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga? Landasan Teori A. The Big Five Theory
170
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Big five personality ini merupakan pendekatan yang digunakan oleh psikolog dalam menilai atau melihat kepribadian dari seseorang. Pada awalnya teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Goldberg pada tahun 1981. Tetapi dalam perkembangannya, teori Big Five berawal dari Cartell (Srivastava & John, 1999) , yang menggunakan multidimensional model struktur kepribadian Allport dan Odbert. Costa dan McCrae menyebut teori Big five personality dengan sebutan Five Factor Model. Teori ini diteliti atau dibuat berdasarkan pendekatan yang sederhana sehingga tidak hanya peniliti saja yang memahami bagian dasar kepribadian atau unit unit yang digunakan, tetapi juga orang pada umumnya atau orang (Pervin, 2005). Teori big five bukan berasal dari perspektif teori mengenai kepribadian, akan tetapi berasal dari analisis tentang bahasa sehari-hari yang digunakan oleh seseorang dalam menggambarkan dirinya dan orang lain. Meskipun big five bukan merupakan teori mengenai kepribadian, namun dalam buku yang ditulis oleh Jhon, Robins,& Pervin (2008) dikatakan bahwa secara implisit menggunakan teori dasar dari trait theory, yang mana setiap individu digambarkan memilki karakteristik masing-masing dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku. The Big Five Theory diklasifikasikan oleh Costa dan McCrae menjadi 5 dimensi yaitu extroversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience (Brehm,2002). B. Motivasi Akademik Motivasi adalah istilah yang menggambarkan sesuatu hal yang membuat seseorang melakukan tindakan, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas tugasnya (Pintrich,2003). Motivasi merupakan faktor yang penting dalam berbagai bidang, terutama pada bidang pendidikan. Hal ini penting terutama pada mata pelajaran yang dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang susah. Menurut Pintrich and Zusho (2002), motivasi akademik diartikan sebagai proses internal yang menghasut dan mempertahankan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Self-determination theory sendiri mengatakan bahwa motivasi akademik bersifat multidimensi, dan terdiri dari tiga jenis global motivasi: motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivation (Deci & Ryan, 2002). Menurut Ryan & Deci (2000), motivation dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan locus of causality yaitu Extrinsic Motivation, Intrinsic Motivation. a. Intrinsic motivation Intrinsic motivation merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri individu mengenai kesenangan untuk dirinya sendiri dan melakukan kegiatan untuk dirinya sendiri. Motivasi ini dapat meningkat apabila terdapat psychological needs of autonomy, relatedness, and competence dan didukung oleh lingkungan sosial sekitarnya (Ryan & Deci, 2000). b. Extrinsic motivation Extrinsic motivation dorongan dari dalam diri individu dalam melakukan sesuatu yang bukan untuk kepentingan dirinya sendiri (Deci,1975). Individu yang termotivasi ekstrinsik bertindak karena memperoleh dorongan yang bersifat eksternal (Ryan & Deci,2000). c. Amotivation Amotivation muncul ketika seseorang mendapatkan hasil yang tidak sesuai antara usaha yang telah seseorang keluarkan dengan hasil yang di dapatkan serta mereka tidak termotivasi secara intrinsic dan extrinsic (Ryan & Deci, 2000). 171
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
C. Kinerja Akademik Kinerja akademik merupakan hasil dari pembelajaran atau edukasi yang didapatkan seorang siswa. Dalam penelitian Komarraju et al pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa kinerja akademik dipengaruhi oleh the big five theory. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja akademik dapat dipengaruhi oleh the big five theory. Siswa yang mempunyai Neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness yang lebih dari siswa lain memiliki tingkat nilai yang tinggi. Penelitian lain menyatakan bahwa Kinerja akademik dipengaruhi dengan adanya Motivasi akademik seperti yang di simpulkan oleh Asghar hazrati et al. Semakin tinggi motivasi akademik dari siswa, maka nilai yang akan didapat akan sebanding dengan tingkat motivasi akademiknya. Dengan adanya Motivasi akademik yang tinggi dalam diri siswa, maka secara tidak langsung menyebabkan rasa ingin tahu meningkat dan pemahaman dalam memahami suatu konsep akan semakin mudah. Dapat disimpulkan bahwa Kinerja akademik merupakan hasil belajar siswa dalam hal ini adalah nilai akhir. Kinerja akademik dapat dipengaruhi oleh personality serta motivasi dari siswa. E. Hipotesis H1 = The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja akademik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H1a = Extraversion berpengaruh signifikan terhadap Kinerja akademik mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H1b = Agreeablenees berpengaruh signifikan terhadap Kinerja akademik mahasiswa pada mahasiswa Program Studi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H1c = Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap Kinerja akademik mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H1d = Neuroticism berpengaruh signifikan terhadap Kinerja akademik mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H1e = Openness berpengaruh signifikan terhadap Kinerja akademik mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H2 = The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap intrinsic motivation pada mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. H2a = Extraversion berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga.
172
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
H2b = Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H2c = Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H2d = Neuroticism berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H2e = Openness berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H3 = The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap extrinsic motivation pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H3a = Extraversion berpengaruh signifikan terhadap extrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H3b = Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap extrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H3c = Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap extrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H3d = Neuroticism berpengaruh signifikan terhadap extrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H3e = Openness berpengaruh signifikan terhadap extrinsic motivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga H4 = The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh signifikan secara parsial dan terhadap amotivation pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H4a = Extraversion berpengaruh signifikan terhadap amotivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H4b = Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap amotivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H4c = Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap amotivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H4d = Neuroticism berpengaruh signifikan terhadap amotivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. 173
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
H4e = Openness berpengaruh signifikan terhadap amotivation mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H5 = Intrinsic motivation berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H6 = Extrinsic motivation berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H7 = Amotivation berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. H8 =
The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan intrinsic motivation sebagai variabel intervening pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga.
H9 =
The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan extrinsic motivation sebagai variabel intervening pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga.
H10 = The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan amotivation sebagai variabel intervening pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Metode Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan pengujian-pengujian hipotesis dengan alat uji statistik. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga yang berjumlah 750 orang. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh program studi S-1 manajemen. yang pada akhirnya digunakan untuk mengeneralisasikan populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan convenience sampling. Dan responden yang diambil adalah sebanyak 87 orang. Teknik Analisis Data Analisis Regresi Hirarki Analisis regresi hirarki merupakan pengembangan dari analisis regresi berganda. Analisis regresi hirarki dilakukan untuk mengetahui Pengaruh The Big Five Personality terhadap kinerja akademik dengan Motivasi akademik sebagai variabel intervening. Pengolahan data menggunakan program SPSS 21.0 174
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Hasil dan Pembahasan 1. Uji Validitas Pada penelitian ini seluruh variabel the big five personality (extraversion agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) memiliki tingkat validitas yang baik kecuali pada dimensi agreeableness pada item pertanyaan 2 dan 42. Sehingga dalam penelitian ini menghilangkan item pertanyaan dari agrreableness yang tidak memiliki tingkat validitas yang cukup. Sedangkan untuk item pertanyaan motivasi akademik (intrinsic motivation, extrinsic motivation, dan Amotivation)memiliki tingkat validitas yang cukup yaitu r hitung < r tabel. 2. Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini, semua variabel yang diganakan baik the big five personality (extraversion agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) dan motivasi akademik (intrinsic motivation, extrinsic motivation, dan Amotivation) memiliki nilai reliabilitas yang cukup. Pembahasan Pembahasan pada penelitian ini berdasarkan hasil output dari pengujian dengan program SPSS versi 22.0 dimana SPSS digunakan untuk menguji regresi linier berganda hirarki. Tabel 1. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Hirarki Model 1 Model Model Model 2 1 3 Variabel Sig Sig Kinerja Kinerja Kinerja β β β .174 .046 .118 .180 .108 Extraversion .090 .235 .066 .374 .071 Agreeableness .449 .000 .444 .000 .439 Conscientiousness -.153 .033 -.144 .040 -.116 Neuroticism .546 .000 .527 .000 .492 Openness .287 .001 Intrinsic motivation .192 0,030 Extrinsic motivation .088 Amotivation .906 .911 .917 R² .005 ∆R² Sumber : Hasil pengolahan data dan penelitian
Sig .211 .330 .000 .094 .000
.028
Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda The Big Five Personality Terhadap Intrinsic Motivation
Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 175
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana 1
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
(Constant) .649 .498 Extraversion .207 .118 .180 Agreeableness -.004 .121 -.004 ConscientiousnessEli .138 .104 .126 Neuroticism -.044 .098 -.035 Openness .520 .122 .555 Sumber : Hasil pengolahan data dan penelitian
1.303 1.756 -.029 1.325 -.451 4.262
.196 .083 .977 .189 .653 .000
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda The Big Five Personality Terhadap Extrinsic Motivation Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients Model t Sig. Std. B Beta Error 1 (Constant) 1.089 .473 2.305 .024 Extraversion .356 .112 .342 3.189 .002 Agreeableness .027 .115 .032 .231 .818 ConscientiousnessEli .167 .099 .167 1.688 .095 Neuroticism -.062 .093 -.055 -.668 .506 Openness .268 .116 .315 2.315 .023 Sumber : Hasil pengolahan data dan penelitian Hasil Uji Regresi Linier Berganda The Big Five Personality Terhadap Amotivation Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients t Sig. Model Std. B Beta Error 1 (Constant) 1.469 .968 1.517 .133 Extraversion .186 .229 .114 .812 .419 Agreeableness .062 .236 .047 .263 .793 ConscientiousnessEli -.026 .202 -.017 -.129 .898 Neuroticism -.331 .191 -.185 -1.729 .088 Openness .413 .237 .310 1.740 .086 Sumber : Hasil pengolahan data dan penelitian Pengaruh The Big Five Personality Terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga, seperti yang di tunjukkan pada table 1 menunjukkan bahwa Extraversion memiliki hasil yang signifikan dalam regresi model 1 saja, Mengingat bahwa ciri dari extraversion salah satunya adalah suka mengembangkan bakat yang dimiliki dan mudah bergaul. Dalam penelitian ini, mahasiswa yang memiliki kepribadian yang mudah 176
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
bergaul serta dapat mengembangkan bakatnya sendiri dapat mendukung meningkatnya kinerja akademik mahasiswa. Agreeableness dalam penilitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa dalam semua model. Dalam penelitian ini conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan pada model 1, 2, dan 3, yang mana bila di interpretasikan bahwa mahasiswa yang memiliki personality yang tidak ceroboh, selalu berhati hati, dan menyelesaikan pekerjaan dengan efisien, dapat meningkatkan kinerja akademisnya. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki conscientiousness adalah orang yang memiliki pibadi yang konsisten. Sehingga mahasiswa yang memiliki kepribadian ini dapat meningkatkan kinerja akademiknya dengan baik. Neuroticism dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dalam model regresi 1 dan 2. Dimana orang yang tidak mudah marah, tenang, mood yang cenderung stabil maka kinerja akademiknya akan naik. Hal ini akan mempengaruhi dari sisi konsentrasi mahasiswa tersebut dalam menerima pelajaran yang didapatkan. Dengan emosi yang stabil maka tingkat konsentrasinya akan meningkat dan hal tersebut bias berdampak langsung dengan kinerja akademik mahasiswa tersebut. Dan Extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa baik pada model 1, 2 dan 3, Hal ini dapat di interpretasikan bahwa mahasiswa yang memiliki sifat yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan mempunyai ide baru dapat membantu meningkatkan kinerja akademik mahasiswa tersebut. Hasil dari hipotesis 1a, 1b, 1c, 1d, dan 1e dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komaraju (2011), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara the big five personality terhadap kinerja akademik. Pada penelitian komaraju (2011), conscientiousness, agreeableness, dan openness memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja akademik mahasiswa. Mahasiswa yang dapat mengambil manfaat dari kerjasama dengan rekannya, teliti, dan intelektual akan dapat meningkatkan hasil belajar yaitu berupa nilai akademik yang meningkat yang dalam hal ini adlaah kinerja akademik mahasiswa. Selain Komaraju (2011), penelitian lain yang mendukung adanya pengaruh the big five personality dengan kinerja akademik juga di ungkapkan oleh De Feyter et al, Narges Babakni et al (2013), dan Asghar Hazrati et al (2011)menyatakan bahwa the big five personality dapat mempengaruhi kinerja akademik. Pengaruh The Big Five Personality terhadap Intrinsic Motivation Mahasiswa S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hipotesis kedua menyatakan bahwa the big five personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, dan openness) berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation. Dalam penelitian ini, hanya hipotesis 2e saja yang diterima yaitu openness berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation mahasiswa. Hal ini di tunjukkan pada table 2 dimana yang mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05 hanyala openness. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa openness berpengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation yaitu Semakin tinggi openness maka akan tinggi pula intrinsic motivation. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa mahasiswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, pintar, dan lain sebagainya akan dapat meningkatkan motivasi yang ada dalam dirinya. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, mahasiswa akan menjadi penasaran dan ingin mengetahui berbagai hal yang mana hal ini dapa menimbulkan motivasi atau memicu motivasi yang ada dalam diri mahasiswa tersebut dalam mengahdapi tugas atau menjalani perkuliahan yang ada 177
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Dari hasil tersebut diatas, didukung dengan hasil penlitian dari komarraju (2009) yang menyatakan adanya pengaruh antara the big five personality dengan akademik motivation. Dalam penelitiannya, Komarrju (2009) menyatakan bahwa bahwa Extraversion memiliki pengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation yang mana hasil ini sejalan dan sama dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti. Selain Komarraju (2009), peneliti lain yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara the big five personality dengan motivasi akademik adalah Tim De Feter et.al (2011) dan Asghar Hazrati et.al (2011). Pengaruh The Big Five Personality terhadap Extrinsic Motivation Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa the big five personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, dan openness) berpengaruh signifikan terhadap extrinsic motivation. Pada hipotesis ketiga penelitian ini, hanya hipotesis 3a dan 3e saja yang berpengaruh signifikan dengan melihat hasil regresi keduanya pada tabel 3 diatas. Dimana extraversion dan openness memiliki tingkat signifikansi dibawah 0,05. Extraversion mempunyai pengaruh terhadap extrinsic motivation dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa yang mudah bergaul, tidak pemalu, dapat mengembangkan bakat sendiri, dan lain sebagainya dapat meningkatkan motivasi dari luar diri mahasiswa. Dapat dicontohkan bahwa mahasiswa yang memiliki sifat atau personality suka mengembangkan bakat yang dimilikinya dapat memicu meningkatnya motivasi dari luar diri mahasiswa tersebut semakin tinggi. Dan hal ini sangatlah membantu dalam hal belajar mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Sedangkan openness dapat di interpretasikan bahwa mahasiswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, pintar, dan lain sebagainya akan dapat meningkatkan motivasi dari luar dirinya. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, mahasiswa akan menjadi penasaran dan ingin mengetahui berbagai hal, yang mana hal ini dapat menimbulkan motivasi atau memicu motivasi yang ada dalam diri mahasiswa tersebut dalam mengahdapi tugas atau menjalani perkuliahan yang ada. Pengaruh The Big Five Personality terhadap Amotivation Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hipotesis keempat menyatakan bahwa the big five personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, dan openness) berpengaruh signifikan terhadap amotivation. Pada hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4, tidak ada satupun dari dimensi the big five personality yang mempunyai pengaruh terhadap amotivation. Pengaruh Intrinsic Motivation terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hipotesis kelima menyatakan bahwa intrinsic motivation berpengaruh signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa. Pada tabel 1 menunjukkan terdapat adanya pengaruh positif yang signifikan antara intrinsic motivation terhadap kinerja dengan signifikansi kurang dari 0,05. Semakin tingggi intrinsic motivation mahasiswa maka semakin tinggi pula kinerja akademik yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa dengan intrinsic motivation dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya dorongan 178
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
motivasi yang timbul dari dalam seorang mahasiswa dalam memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga kinerja akademik mahasiswa akan meningkat. Hasil diatas sejalan dengan penelitian dari Komaraju (2005), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara the big five personality dengan motivasi akademik. Selain Komaraju (2005), dalam penilitian Asghar et al (2011) dan M.H. Clark et.al (2013) juga menyatakan adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut.
Pengaruh Extrinsic Motivation terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa extrinsic motivation berpengaruh signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa. Pada tabel 1 menunjukkan terdapat adanya pengaruh positif yang signifikan antara extrinsic motivation terhadap kinerja dengan signifikansi kurang dari 0,05. Semakin tingggi extrinsic motivation mahasiswa maka semakin tiggi pula kinerja akademik yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa dengan extrinsic motivation dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya dorongan motivasi yang timbul dari luar seorang mahasiswa dalam memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Dorongan motivasi ini dapat berasal dari teman terdekat, lingkungan sekitar, budaya yang ada, dan lain sebagainya. Sehingga kinerja akademik mahasiswa akan meningkat. Hasil diatas sejalan dengan penelitian dari Komaraju (2005), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat adanya pengaruh antara the big five personality dengan motivasi akademik. Selain Komaraju (2005), dalam penilitian Asghar et al (2011) dan M.H. Clark et.al (2013) juga menyatakan adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut. Pengaruh Amotivation terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hipotesis keempat menyatakan bahwa amotivation berpengaruh signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa. Pada tabel 4.34 menunjukkan terdapat adanya pengaruh positif yang signifikan antara amotivation terhadap kinerja dengan signifikansi kurang dari 0,05. Semakin tingggi amotivation mahasiswa maka semakin tiggi pula kinerja akademik yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Dapat disimpulkan bahwa H7 diterima kebenarannya. Hasil diatas sejalan dengan penelitian dari Komaraju (2005), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat adanya pengaruh antara the big five personality dengan motivasi akademik. Selain Komaraju (2005), dalam penilitian Asghar et al (2011) dan M.H. Clark et.al (2013) juga menyatakan adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut. Pengaruh The Big Five Personality terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa dengan Intrinsic Motivation sebagai Variabel Intervening Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Hasil analisis regresi pada tabel 1 menunjukkan bahwa the big five personality yaitu openness berpengaruh terhadap intrinsic motivation. Yang mana hal ini dapat diartikan bahwa dalam penelitian ini, hanya dimensi openness saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap intrinsic motivation. Nilai beta menunjukkan bahwa semakin tinggi openness 179
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula intrinsic motivation atau motivasi dalam diri mahasiswa. Dalam tabel 1 juga menampilkan adanya pengaruh signifikan antara the big five personality dengan kinerja akademik mahasiswa. Dalam penelitian ini, dimensi the big five personality yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja akademik mahasiswa adalah extraversion, agreeableness, neuroticism, dan openness.
Gambar 4.2 Hasil Model 1 The Big Five Personality terhadap Kinerja Akademik yang dimediasi oleh Intrinsic Motivation Jadi dapat disimpulkan dari hasil diatas menunjukkan bahwa intrinsic motivation memediasi hubungan antara openness terhadap kinerja mahasiswa secara parsial (partial mediation) sebagaimana yang dijelaskan oleh Baron dan Kenny (1986). Menurut Baron dan Kenny (1986), variabel yang memiliki pengaruh mediasi secara parsial (partial mediation) diartikan bahwa variabel tersebut dapat berpengaruh langsung pada dependen variabel maupun secara tidak langsung melalui variabel intervening atau mediasi. Yang mana dalam penelitian ini openness yang memiliki pengaruh mediasi secara parsial diartikan bahwa openness dapat secara langsung mempengaruhi terhadap kinerja akademik ataupun dapat berpengaruh terhadap kinerja akademik dengan melalui intrinsic motivation. Pengaruh The Big Five Personality terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa dengan Extrinsic Motivation sebagai Variabel Intervening Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga. Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa dimensi the big five personality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap extrinsic motivation yaitu extraversion dan openness. Pada analisis regresi hirarki yang ditunjukkan pada tabel 1, terlihat adanya pengaruh antara extrinsic motivation terhadap kinerja akademik mahasiswa. Dengan signifikansi dibawah 0,05 yaitu 0,030 dan nilai beta sebesar 0,117. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa extrinsic motivation memiliki pengaruh positif terhadap kinerja akademik mahasiswa. Semakin tinggi tingkat extrinsic motivation seorang mahasiswa maka akan tinggi pula kinerja akademik yang akan di dapatkan oleh mahasiswa. Dengan memiliki 180
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
extrinsic motivation mahasiswa mendapatkan motivasi dari lingkungan yang ada disekitarnya seperti teman yang memotivasi, pengajar, dan lain sebagainya. Dukungan secara eksternal pasti akan membuat mahasiswa merasa bersemangat dalam menjalani proses belajar mengajar yang ada dalam kampus. Pada tabel regresi hirarki juga menunjukkan adanya pengaruh antara agreeableness, neuroticism, dan openness. Yang mana tingkat signiikansi ketiganya kurang dari 0,05 yaitu 0,000 pada agreeablenees dengan nilai beta sebesar 0,069, neuroticism memiliki tingka signifikansi sebesar 0,040 dengan beta sebesar -0,077, dan openness memiliki signifikansi sebesar 0,378 dan beta sebesar 0,378.
Gambar 4.3 Hasil Model 2 The Big Five Personality terhadap Kinerja Akademik yang dimediasi oleh Extrinsic Motivation Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan gagasan dari Baron dan Kenny (1986), dalam penelitian ini extrinsic motivation memediasi dimensi extraversion secara penuh (full mediation) dan openness secara parsial (partial mediation) terhadap kinerja akademik mahasiswa. Menurut Baron dan Kenny (1986), variabel yang memiliki pengaruh mediasi secara penuh (full mediation) diartikan bahwa variabel tersebut hanya dapat berpengaruh terhadap variabel dependen melalui variabel intervening atau mediasi saja. Sedangkan variabel yang memiliki pengaruh mediasi secara parsial (partial mediation) diartikan bahwa variabel tersebut dapat berpengaruh langsung pada dependen variabel maupun secara tidak langsung melalui variabel intervening atau mediasi. Yang mana dalam penelitian ini openness yang memiliki pengaruh mediasi secara parsial diartikan bahwa openness dapat secara langsung mempengaruhi terhadap kinerja akademik ataupun dapat berpengaruh terhadap kinerja akademik dengan melalui intrinsic motivation. Pengaruh The Big Five Personality terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa dengan Amotivation sebagai Variabel Intervening Mahasiswa S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Berdasarkan hasil dari regresi hirarki yang ada pada tabel 4.34 tidak ada satupun yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang dari 0,05. Dan pada hasil regresi pengaruh antara the big five personality terhadap amotivation tidak satupun memiliki tingkat signifikansi yang kurang dari 0,05. Sehingga dalam penilitian ini menyimpulkan bahwa amotivation tidak dapat memediasi hubungan antara the big five personality terhadap kinerja akademik mahasiswa. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa seseorang yang tidak memiliki motivasi baik dari dalam dirinya maupun dari luar diri seseorang tersebut, tidak dapat meningkatkan 181
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
kinerja akademik dari mahasiswa meskipun masiswa tersebut sudah memiliki kepribadian yang baik.
Gambar 4.4 Hasil Model 3 The Big Five Personality terhadap Kinerja Akademik yang dimediasi oleh Amotivation Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan diatas, maka ada beberapa simpulan yang diuraikan sebagai berikut pertama, tidak semua dari dimensi the big five personality mempunyai pengaruh terhadap kinerja akademik tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara the big five personality terhadap kinerja akademik mahasiswa. Hasil ini menunjukkan bahwa kepribadian mahasiswa ikut berperan dalam tinggi atau rendahnya kinerja akademik yang dihasilkan mahasiswa tersebut. Kedua, dalam penlitian ini ditemukan bahwa motivasi akademik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja akademik. Mahasiswa yang memiliki motivasi dalam dirinya baik secara internal maupun eksternal mempunyai tingkat kinerja akademik yang tinggi pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi akademik dari mahasiswa ikut andil dalam perolehan tinggi atau rendahnya kinerja akademik seorang mahasiswa. Ketiga, ditemukan bahwa intrinsic motivation hanya memediasi pengaruh antara openness terhadap kinerja akademik mahasiswa secara parsial (partially mediated), extrinsic motivation hanya memediasi pengaruh antara extraversion dan openness terhadap kinerja akademik mahasiswa yang masing – masing memiliki pengaruh secara penuh (fully mediated) dan secara parsial (partially mediated), dan amotivation tidak memediasi hubungan antara the big five personality terhadap kinerja akademik mahasiswa. Pengujian ini mengacu pada Baron dan Kenny (1986) mengenai mediasi.
182
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Daftar Pustaka Anshori. Muslich, Irawati S. metodologi penelitian kuantitatif. 2009 . surabaya. Pusat penerbitan dan percetakan unair UAP Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Bandura. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company. Brehm, Sharon S., Miller, Rowland S., Perlman, Daniel., & Campbell, Susan M. (2002). Intimate Relationship (3rd ed.). Boston: Mc. Graw Hill.Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., Wright, P.M. (1994). Human Resource Management : Gaining a Competitive Advantage. Illnois : Austen Press. Caers Ralf, Cladia vigna, Dries Berings. 2012. Unraveling the impact of the Big Five personality traits on academic performance: The moderating and mediating effects of self-efficacy and academic motivation. Deci, E.L. & Ryan, R.M. (2002). Handbook of self-determination research. Rochester, UK: University of Rochester Press. Deci, E. L. & Ryan, R. M. (2000). The "What" and "Why" of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry 11 (4), 227 268. Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.Semarang : Badan Penerbit Undip. John, Oliver P., Robins, Richard W., & Pervin, Laurence A. (2008). Handbook of Personality: Theory and Research (3rd ed.). New York: The Guilford Press. Komarraju, M., & Karau, S. J. (2005). The relationship between the big five personality traits and academic motivation. Personality and Individual Differences, 39, 557–567. Komarraju, M., Karau, S. J., & Schmeck, R. R. (2009). Role of the Big Five personality traits in predicting college students' academic motivation and achievement. Learning and Individual Differences. 19, 47–52. Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. 2001. Organizational Behavior . Second Edition. Boston: Irwin. Lee Nikki C, Lydia Krabbendam, et al. 2012. Academic motivation mediates the influence of temporal discounting on academic achievement during adolescence. McCrae, Robert R., & Costa Jr. Paul T. (2008). Personality in Adulthood: A Five- Factor Theory Perspective (2nd ed.). New York: The Guilford Publication. 183
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Nazir Moch, 1999, Metode Penelitian, Cetakan Ketiga, Jakarta, Ghalia Indonesia. Payne, S. C., Youngcourt, S. S., & Beaubien, J. M. (2007). A meta-analytic examination of the goal orientation nomological net. Journal of Applied Psychology, 92, 128−150. Pfeffer, M. 1996. The Art to Maintance Human Resources. New York: Mc.Graw-Hill Company. Philip J.M., & Gully S.M., (1997). Goal Orientation, Ability, Need for Achievement and Locus of Control in The self Efficacy And Goal setting Process. Journal of Applied Psychology, vol, 82 : hal 792-805. Pintrich, P. R. (2003b). Motivation and classroom learning. In W. M. Reynolds & G. E. Miller (Eds.), Handbook of psychology: Educational psychology (Vol. 7, pp. 103– 122). Hoboken, NJ: Wiley. Pintrich, P. R., & Zusho, A. (2002). The development of academic self-regulation: the role of cognitive and motivational factors. In A. Wigfield & J. S. Eccles (Eds.), Development of achievement motivation (pp. 249–284). San Diego, CA: Academic Press. Robins, Stephen P., Judge, Timothy A. (2007). Organizational Behavior: Twelfth Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat Sekaran Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma & Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, P0198SQ. Siagian, D. & Sugiarto.2000. Metode Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Srivastava, Sanjay., & John, Oliver P. (1999). The Big Five Traits Taxonomy: History, Measurement, and Theoritical Perspectives. California: University of California at Barkeley. Sugiyono, 1999, MetodePenelitianBisnis. Bandung: PenerbitAlfabeta.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Vallerand, R. J., Pelletier, L. G., Blais, M. R., Briere, N. M., Senecal, C., & Vallieres, E. F. (1992). The Academic Motivation Scale: A measure of intrinsic, extrinsic, and amotivation in education. Educational and Psychological Measurement. 52, 10031017. 184
Deva Ludian Tantyo Siti Sulasmi IBG. Adi Permana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Wood, R., and Bandura., A. (1989). Social cognitive theory of organizational management. Academy of Management Review, 14:361-384. http://hdr.undp.org (Diakses 19 April 2014) www.feb.unair.ac.id (Diakses 19 April 2014) www.iso.org (Diakses 19 April 2014) www.edukasi.kompas.com (Diakses 19 April 2014)
185
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Equity Market Timing Dan Struktur Modal Pada Perusahaan Keluarga Di Indonesia Chorry Sulistyowati
[email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya Abstrak Perusahaan keluarga memiliki peranan penting dalam perekonomian dunia, termasuk negara Indonesia. Ciri khas dari perusahaan keluarga ini adalah pendiriannya diprakarsai oleh salah satu atau beberapa anggota keluarga, kemudian dikelola bersama oleh satu keluarga mulai dari direktur, komisaris, jajaran manajer dan karyawan setelah itu diwariskan secara turun temurun kepada keturunannya. Salah satu upaya yang menjadi pilihan perusahaan keluarga untuk mengembangkan skala bisnis adalah dengan berbagi kepemilikan dengan pihak lain. Perusahaan melakukan corporate action yakni Initial Public Offering (IPO) pada pasar primer. Penelitian ini merupakan pengujian empiris equity market timing dan struktur modal pada perusahaan-perusahaan keluarga yang melakukan IPO tahun 2001 sampai dengan 2005. Kata kunci : Perusahaan keluarga, Initial Public Offering, equity market timing, struktur modal
186
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Pendahuluan Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat telah menciptakan persaingan ketat antar perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing untuk menghadapi persaingan tersebut, baik dalam teknologi, produk ataupun sumber daya manusia. Namun, setiap perusahaan akan menghadapi banyak tantangan. Salah satunya berkaitan dengan masalah pendanaan. Struktur modal perusahaan berkaitan dengan campuran atau kombinasi utang dan ekuitas suatu perusahaan. Tujuan dari kebijakan struktur modal adalah untuk memperoleh kombinasi sumber dana yang akan meminimalkan biaya modal. Studi tentang struktur modal berfokus pada dua teori: trade-off theory dan pecking-order theory. Baker dan Wurgler (2002) mencetuskan pandangan baru pada masalah struktur modal yaitu equity market timing theory. Equity market timing theory menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan akan menerbitkan equity pada saat market value tinggi dan akan membeli kembali equity pada saat market value rendah. Tujuan dari melakukan equity market timing adalah untuk memanfaatkan fluktuasi sementara biaya ekuitas terhadap biaya komponen modal lainnya, artinya perusahaan-perusahaan memanfaatkan fluktuasi biaya ekuitas dengan menerbitkan equity saat cost of equity rendah dan membeli kembali equity pada saat cost of equity tinggi. Baker dan Wurgler membangun suatu model variabel yaitu external finance weightedaverage market-to-book ratio (EFWAMB). Variabel ini digunakan oleh Baker dan Wurgler untuk melihat usaha dari suatu perusahaan dalam melakukan equity market timing. Kayhnan & Titman (2007) dan Russel & Hung (2013) memisahkan variabel EFWAMB menjadi dua komponen yaitu yearly timing (YT) dan long-term timing (LT) untuk mengukur equity market timing. Penelitian mengenai pengaruh equity market timing terhadap struktur modal menunjukkan hasil yang berbeda. Baker dan Wurgler (2002) menyatakan bahwa pengaruh equity market timing terhadap struktur modal adalah persistent yaitu lebih dari 10 tahun. Dikuatkan oleh Huang dan Ritter (2006) dalam Mahajan dan Tartaroglu (2008) yang menjelaskan bahwa pengaruh market timing terhadap struktur modal adalah persistent. Berbeda dengan penelitian Russel dan Hung (2013) bahwa pengaruh market timing terhadap struktur modal adalah tidak persistent yaitu tidak tampak pada tahun ketiga setelah IPO. Asquith dan Mullins (1986) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan cenderung menerbitkan equity dibandingkan pendanaan dengan menggunakan utang pada saat market value of equity relatif lebih tinggi dibandingkan dengan book value dan past market value, dan cenderung membeli kembali equity pada saat market value of equity relatif lebih rendah dibandingkan dengan book value dan past market value. Pada penelitian ini akan dibahas tentang equity market timing pada perusahaan keluarga di Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh perusahaan keluarga agar tetap dapat menjaga kontinuitas usahanya adalah dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) (Jovenitti, 1998). Perubahan menjadi perusahaan terbuka dapat menjadi alternatif bagi perusahaan keluarga ketika dikhawatirkan tidak ada lagi anggota keluarga yang mampu atau berkeinginan melanjutkan kepemimpinan generasi sebelumnya (Marchisio and Ravasi, 2001). Selain itu, IPO juga merupakan jalan untuk memperoleh pendanaan eksternal bagi perusahaan (Maherault, 2000). Apabila perusahaan mengalami defisit pendanaan atau kemampuan manajerial, maka go public merupakan salah satu pilihan agar perusahaan keluarga dapat memperoleh pendanaan sehingga keberlangsungan hidup dapat terjamin. Penelitian mengenai pendanaan eksternal pada perusahaan keluarga salah satunya dikemukakan oleh Gonenc et.al (2009). Peneliti tersebut menyatakan bahwa pada perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga, keputusan pendanaannya berbeda dengan perusahaan publik yakni perusahaan keluarga cenderung memilih pendanaan yang memiliki risiko lebih 187
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
rendah jika dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga. Sedangkan Kaserer et.,al (2009) menambahkan bahwa perusahaan keluarga memiliki karakteristik yang unik dalam hal pengendalian atau kepemilikannya jika dibandingkan dengan perusahaan non keluarga, hal ini terlihat pada keputusan struktur modalnya. Dengan demikian, akan ada preferensi yang berbeda antara perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga. Keterkaitan pembahasan equity market timing dengan perusahaan keluarga adalah pada keberlangsungan hidup perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kodrat (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga tidak akan dapat bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan perusahaan non keluarga. Jadi, apakah pada perusahaan keluarga teori equity market timing ini mempengaruhi struktur modalnya dan apakah dapat berlangsung secara persisten pada periode-periode setelah IPO. Penelitian ini akan membahas mengenai struktur modal perusahaan-perusahaan keluarga yang sudah go public di Indonesia terutama penerapan equity market timing pada keputusan struktur modalnya. Dengan menggunakan data setelah IPO, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran mengenai keputusan struktur modal pada perusahaan keluarga di Indonesia. Sehingga, keberlangsungan hidup perusahaan keluarga dapat lebih bertahan lama. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah equity market timing berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan keluarga di Indonesia? 2. Apakah pengaruh equity market timing terhadap struktur modal perusahaan keluarga di Indonesia persistent? Landasan Teori Struktur Modal Brigham dan Ehrhardt (2005:547) menyatakan bahwa struktur modal adalah campuran atau kombinasi antara utang dan ekuitas yang digunakan suatu perusahaan. Ross et al. (2008:4) menyatakan bahwa struktur modal perusahaan berkaitan dengan perbandingan antara ekuitas dan utang yang harus digunakan oleh perusahaan. Brigham dan Houston (1998:502) menyatakan bahwa struktur modal dapat diproksikan dengan leverage keuangan. Leverage keuangan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar total utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktivanya. Leverage dapat diukur dengan menggunakan book leverage dan market leverage (Baker & Wurgler, 2002; Kayhan & Titman, 2007; Mahajan & Tartaroglu, 2008). Book leverage menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan menggunakan utang. Dengan mengacu pada Baker & Wurgler (2002), Kayhan & Titman (2007), dan Mahajan & Tartaroglu (2008), penelitian ini menggunkan book leverage yang diukur dengan menggunakan rumus berikut: Lev =
……………………………………...…………….…… (2.1)
Book leverage menunjukkan perbandingan total utang dengan total asset, menunjukkan seberapa besar investasi perusahaan yang dibiayai dengan utang Semakin tinggi leverage perusahaan, berarti semakin tinggi tingkat utang yang digunakan perusahaan. 188
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Equity Market Timing Theory Equity market timing theory adalah teori yang diungkapkan oleh Baker dan Wurgler (2002), yang mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan akan menerbitkan equity pada saat market value tinggi dan akan membeli kembali equity pada saat market value rendah. Semakin tinggi harga saham perusahaan, maka biaya modal saham perusahaan akan semakin kecil, dan sebaliknya semakin rendah harga saham perusahaan maka semakin besar biaya modal saham perusahaan, sehingga tujuan dari melakukan equity market timing adalah untuk memanfaatkan fluktuasi sementara yang terjadi pada biaya ekuitas terhadap biaya komponen modal lainnya. Menurut Baker dan Wurgler (2002), struktur modal adalah hasil kumulatif dari usaha melakukan equity market timing di masa lalu. Baker dan Wurgler (2002) menyatakan bahwa pengaruh market timing terhadap struktur modal perusahaan di Amerika Serikat adalah persistent selama periode penelitian, yaitu selama 10 tahun, sedangkan menurut Kayhan dan Titman (2007) menyatakan bahwa pengaruh market timing terhadap struktur modal adalah persistent selama periode penelitian, yaitu selama 5 tahun. Bie dan Haan (2007) menyatakan bahwa pengaruh market timing terhadap struktur modal perusahaan di Belanda adalah tidak persistent, yaitu hanya tampak tiga tahun setelah IPO, sedangkan menurut Russel dan Hung (2013), menyatakan bahwa pengaruh market timing terhadap struktur modal perusahaan di Cina juga tidak persistent, yaitu tidak tampak pada tahun ketiga setelah IPO. Hal ini dapat disimpulkan bahwa maksud dari persistent dalam penelitian ini adalah pengaruh market timing terhadap struktur modal adalah tetap yaitu berpengaruh negatif dan signifikan selama periode penelitian. Terdapat dua versi dari equity market timing. Versi pertama adalah versi dinamis dari Myers dan Majluf (1984) dalam Baker dan Wurgler (2002) mengenai informasi asimetrik yang mengasumsikan manajer dan investor bersikap rasional, yang berarti bahwa perusahaan cenderung mengeluarkan saham secara langsung setelah keluarnya informasi mengenai nilai saham perusahaan dan investor cenderung membeli saham secara langsung setelah keluarnya informasi mengenai nilai saham perusahaan. Versi kedua melibatkan para investor atau manajer yang tidak rasional dan persepsi mispricing, artinya para manajer akan menerbitkan equity saat mereka yakin bahwa cost of equity relatif rendah dan membeli kembali equity saat cost of equity relatif tinggi. Penelitian ini ingin menguji versi kedua dari equity market timing, yaitu para manajer akan menerbitkan equity saat mereka yakin bahwa cost of equity relatif rendah dan membeli kembali equity saat cost of equity relatif tinggi. Dalam praktiknya, equity market timing menunjukkan aspek yang penting dalam menentukan kebijakan keuangan perusahaan. Terdapat bukti untuk market timing dalam empat jenis studi. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Asquith dan Mullins (1986) yang menganalisis keputusan pendanaan, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan cenderung menerbitkan equity dibandingkan pendanaan dengan menggunakan utang pada saat market value of equity relatif lebih tinggi dibandingkan dengan book value dan past market value, dan cenderung membeli kembali equity pada saat market value of equity relatif lebih rendah dibandingkan dengan book value dan past market value. Kedua, penelitian mengenai long-run stock returns. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan menerbitkan equity saat cost of equity rendah dan membeli kembali equity pada saat cost of equity tinggi. Ketiga, penelitian yang meneliti tentang peramalan pendapatan dan penerbitan equity, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan cenderung menerbitkan equity pada saat investor terlalu antusias terhadap suatu prospek pendapatan. Keempat, survei yang dilakukan oleh Graham dan Harvey (2001) dalam Baker dan Wurgler (2002). Survei ini menyatakan bahwa dua-per-tiga CFO (Chief Financial Officer) di Amerika Serikat sepakat bahwa nilai saham suatu perusahaan (undervalued atau overvalued) 189
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam menerbitkan equity dan sepakat akan menerbitkan saham pada saat nilai saham perusahaan mereka meningkat relatif tinggi. Baker dan Wurgler (2002) pertama kali meneliti mengenai implikasi jangka panjang market timing pada keputusan struktur modal. Baker dan Wurgler menggunakan market-tobook ratio, yang umumnya digunakan sebagai proksi untuk mengukur kesempatan investasi, namun dalam teorinya market-to-book ratio juga digunakan untuk melihat apakah nilai suatu ekuitas itu overvalued yaitu harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya atau undervalued yaitu harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Baker dan Wurgler (2002) membangun suatu model variabel yaitu external finance weighted-average market-tobook ratio (EFWAMB) untuk memperbaiki ukuran equity market timing. Variabel ini adalah rata-rata tertimbang market-to-book ratio dan external finance (ekuitas atau utang) suatu perusahaan di masa lampau. Variabel ini digunakan oleh Baker dan Wurgler untuk melihat usaha dari suatu perusahaan dalam melakukan equity market timing. Penelitian ini menggunakan variabel EFWAMB sebagai proksi equity market timing yang digunakan dalam penelitian Baker & Wurgler (2002), Mahajan & Tartaroglu (2008), dan Bougatef & Chishti (2010). External finance weighted-average market-to-book ratio (EFWAMB) diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: EFWAMB Keterangan: EFWAMB M/B M /B FD FD
=
+ M / B ……...………..…………….………... (2.2)
= external finance weighted-average market-to-book ratio = market-to-book ratio = rata-rata market-to-book ratio = financial deficit = e + d
e
= rata-rata financial deficit = net equity issue =
d
= net debt issue =
External finance weighted-average market-to-book ratio (EFWAMB) merupakan jumlah pembagian kovarians antara financial deficit dan market-to-book ratio dan rata-rata financial deficit ditambah rata-rata market-to-book ratio. Financial deficit merupakan jumlah modal eksternal yang digunakan oleh suatu perusahaan. Seperti yang diungkapkan Baker dan Wurgler (2002) menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan modal eksternal ketika harga sahamnya relatif tinggi lebih mungkin untuk menurunkan leverage. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajer mengambil keuntungan jangka pendek dari harga saham yang overvalued untuk membiayai kebutuhan modal dengan menerbitkan saham. Hubungan antara equity market timing dan struktur modal dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika market value sedang tinggi (overvalued), maka perusahaan cenderung menerbitkan saham dibandingkan menerbitkan utang. Dengan alasan, pada saat nilai marketto-book ratio tinggi maka perusahaan akan mendapatkan hasil penjualan saham yang lebih tinggi dibandingkan jika menerbitkan saham pada saat nilai market-to-book ratio rendah. Dengan hasil penjualan saham yang lebih tinggi dari menerbitkan saham maka pemenuhan kebutuhan modal melalui utang yang dihitung dengan rasio leverage diperkirakan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara market-to-book dengan leverage memiliki arah yang negatif. 190
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Asset Tangibility Asset tangibility merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva perusahaan yang dapat dijadikan jaminan perusahaan. Rajan dan Zingales (1995) menyatakan bahwa perusahaan yang semakin besar aktiva tetapnya akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Asset tangibility dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Rajan dan Zingales, 1995), sedangkan Baker dan Wurgler (2002) mendefinisikan asset tangibility sebagai perbandingan antara net plant, property, dan equipment dengan total asset. Penelitian ini menggunakan ukuran asset tangibility seperti definisi Rajan dan Zingales (1995), sehingga asset tangibility diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PPE =
……..……………………………………….................. (2.3)
Asset tangibility (PPE) menunjukkan seberapa besar jumlah aktiva perusahaan yang dapat dijadikan jaminan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio asset tangibility yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang besar untuk memberikan jaminan kepada kreditur Ukuran Perusahaan (firm Size) Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rajan dan Zingales (1995) menyatakan bahwa ukuran perusahaan pada dasarnya merupakan salah satu proksi dari kemungkinan kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan model dari Baker dan Wurgler (2002) dimana ukuran perusahaan diukur sebagai berikut: Size = log (Sales)………………………………………………………........... (2.4) Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Brigham dan Houston (1998:521) menyatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman sehingga kemungkinan memiliki leverage yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi leverage yang dimiliki oleh perusahaan dan sebaliknya, semakin kecil ukuran perusahaan maka semakin rendah leverage yang dimiliki oleh perusahaan. Profitabilitas (profitability) Profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Perusahaan dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menggunakan utang yang relatif kecil (Brigham & Houston, 1998:521). Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan leverage. Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan berbagai rasio profitabilitas, namun penelitian ini menggunakan Basic Earning Power (BEP) dalam mengukur profitabilitas (Brigham dan Ehrhardt, 2005:453). BEP dapat diukur sebagai berikut: BEP =
…………………………………………………….. (2.5) 191
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Selain itu, BEP berguna untuk membandingkan perusahaan dengan pajak dan tingkat leverage keuangan yang berbeda. Perusahaan Keluarga Perusahaan keluarga adalah perusahaan yang dimiliki oleh keluarga dan dikelola oleh beberapa anggota keluarga. Dalam terminologi bisnis, perusahaan keluarga terbagi menjadi dua macam. Pertama adalah family owned enterprise (FOE), yaitu perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh profesional yang berasal dari luar lingkaran keluarga. Keluarga hanya berperan sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan. Jenis perusahaan keluarga yang kedua adalah family business enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendirinya. Perusahaan tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam perusahaan oleh anggota keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Andres (2008) menyebutkan bahwa perusahaan dikategorikan dalam perusahaan keluarga apabila memenuhi setidaknya salah satu dari dua kriteria. Pertama, pendiri dan/atau anggota keluarga memegang lebih dari 25% hak suara. Kedua, jika kurang dari 25% hak suara, mereka harus berada pada kedua dewan baik dewan eksekutif dan dewan pengawas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan tergolong dalam perusahaan keluarga apabila keluarga memiliki saham minimal 25% dan jika kurang dari 25% terdapat anggota keluarga yang mempunyai jabatan pada dewan direksi atau dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan definisi perusahaan keluarga berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Andres (2008) dan peraturan mengenai kepemilikan saham suatu perusahaan yaitu perusahaan keluarga mempunyai dua definisi. Pertama, pendiri dan/atau anggota keluarga memegang lebih dari 25% hak suara. Kedua, jika kurang dari 25% hak suara, maka anggota keluarga terlibat dalam pengelolaan perusahaan dan berada pada kursi dewan baik dewan direksi maupun dewan komisaris. Initial Public Offering Perusahaan Keluarga Menurut literatur family-business, IPO adalah solusi untuk memecahkan dua masalah utama yakni kekurangan dana dan suksesi kepemimpinan (Marchisio and Ravasi, 2001). Beberapa penelitian empiris mengenai IPO berkonsentrasi pada aspek keuangan. Alasan utama menjadi perusahaan go public adalah untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan (Arkebauer, 1991). Beberapa keuntungan menjadi perusahaan terbuka bagi usaha keluarga adalah (Wagen, 1996) : Improved Marketability of Shares, Improvement of the Company’s Financial Position, Potential Increase in the Value of the Shares, Greater Visibility. Kerugian go public bagi perusahaan keluarga antara lain (Neubauer and.Lank, 1998) :Loss of Privacy, Loss of Autonomy, Increased Liability, Possibility of a Takeover, Additional Costs. Hipotesis Berdasarkan landasan teori tersebut maka dapat dibentuk hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Equity market timing berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia.
192
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
H2: Equity market timing berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia, secara persistent. Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, dapat diformulasikan sebagai berikut: Levt = α + β1EFWAMBt-1 + β3PPEt-1 + β4BEPt-1 + β5Sizet-1 + εt ……….……. (2.6) Dimana: α = intercept β1, β2, β3, β4, β5 = koefisien regresi Levt = variabel dependent leverage perusahaan i pada tahun t EFWAMBt-1 = variabel independent external finance weighted average market-to-book ratio perusahaan i pada tahun t-1 PPEt-1 = variabel kontrol fixed assets perusahaan i pada tahun t-1 BEPt-1 = variabel kontrol basic earning power perusahaan i pada tahun t-1 Sizet-1 = variabel kontrol ukuran perusahaan perusahaan i pada tahun t-1 εt = error Metode Penelitian Identifikasi Variabel Berdasarkan model analisis dan hipotesis penelitian, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Variabel independent, yaitu: external finance weighted average market-to-book ratio (EFWAMB). 2. Variabel dependent, yaitu: leverage (Lev). 3. Variabel kontrol, yaitu: asset tangibility (PPE), profitabilitas (BEP), dan ukuran perusahaan (Size). Definisi Operasional Variabel Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Leverage (Lev) diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Levt = ………….…………………………..……...….…… (3.1) 2. External finance weighted average market-to-book ratio (EFWAMB) diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : EFWAMBt-1
=
+ M / B ……...………..……………... (3.2)
3. Asset Tangibility (PPE) diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: …………………………...…...…………....... (3.3) PPE t-1 = 4. Ukuran Perusahaan (Size) diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Size t-1 = log (Salest-1) ………………………………………………........... (3.4) 5. Profitabilitas (BEP) diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 193
Chorry Sulistyowati BEP t-1 =
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 ………………………….………………….. (3.5)
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data tersebut dapat diperoleh melalui situs resmi BEI, dan situs yahoo finance. Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan keluarga yang melakukan IPO tahun 2001 sampai dengan 2005 di BEI. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:Perusahaan-perusahaan keluarga yang melakukan IPO tahun 2001 sampai dengan 2005 di BEI, Perusahaan dalam sektor non keuangan, Perusahaan yang memiliki data laporan keuangan lengkap yaitu lima tahun setelah melakukan IPO. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda (multiple regression) dengan program SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solution). Hasil dan Pembahasan Analisis Model dan Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan tampak bahwa selama periode penelitian, variabel equity market timing (EFWAMB) berpengaruh negatif terhadap leverage hanya pada IPO+1. Berdasarkan uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa equity market timing memiliki pengaruh yang signifikan hanya pada IPO+1, yang berarti H0 ditolak atau H11 tidak ditolak. Pengaruh negatif EFWAMB terhadap leverage hanya tampak pada IPO+1. Hal ini menunjukkan bahwa equity market timing tidak mempunyai pengaruh negatif yang persistent terhadap leverage, berarti H0 ditolak atau H12 tidak ditolak. Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengaruh negatif variabel EFWAMB terhadap leverage tampak pada IPO+1 dan IPO+4, yang berarti bahwa pengaruh equity market timing terhadap leverage tidak persistent selama 5 tahun setelah IPO. Asset tangibility mempunyai pengaruh positif terhadap leverage selama periode penelitian, kecuali pada IPO+3. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan sebelumnya bahwa perusahaan yang mempunyai rasio PPE tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan 194
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
tersebut juga mempunyai leverage yang tinggi pula. Hasil uji-t menunjukkan bahwa PPE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap leverage. Size berpengaruh positif terhadap leverage selama periode penelitian kecuali pada IPO+4. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan sebelumnya bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi leverage yang dimiliki perusahaan, dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan maka semakin rendah pula leverage yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas cenderung berpengaruh positif terhadap leverage selama periode penelitian. Hal ini sesuai dengan teori Signaling theory yaitu perusahaan dengan profitabilitas yang lebih baik lebih cenderung untuk menggunakan utang. Oleh karena itu, profitabilitas berhubungan positif dengan rasio utang. Berdasarkan hasil uji-F, diketahui bahwa selama periode penelitian tingkat signifikansi pada IPO+1 sebesar 0,037 menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas dan variabel kontrol mempunyai pengaruh yang signifikan pada IPO+1. Berdasarkan tabel 4.1 selama IPO+1 sampai dengan IPO+10, nilai adjusted R square tertinggi terjadi pada IPO+1 sebesar 0,692 berarti bahwa sebesar 69,2% variabilitasi leverage dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan variabel kontrol yaitu EFWAMB, PPE, size dan BEP, sedangkan sisanya sebesar 20,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa EFWAMB berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap leverage pada IPO+1, IPO+4 dan IPO+5. Hal ini menunjukkan bahwa EFWAMB mempunyai pengaruh negatif yang tidak persistent terhadap leverage selama IPO+1 sampai dengan IPO+5. Pada IPO+1 tampak bahwa EFWAMB berpengaruh negatif terhadap leverage, yang berarti perusahaan akan menerbitkan ekuitas daripada menggunakan utang ketika market value tinggi, sehingga leverage perusahaan menurun. Pengaruh negatif equity market timing terhadap leverage tidak secara langsung mempengaruhi struktur modal perusahaan yang dapat diukur dengan leverage. Misalnya pada IPO+1 sampai dengan IPO rasio leverage Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) justru mengalami peningkatan dikarenakan Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mempunyai leverage yang cukup tinggi. Penggunaan utang yang cukup besar dikarenakan profitabilitas Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) cenderung mengalami penurunan. Hal ini berarti pengaruh equity market timing tidak secara langsung menurunkan leverage perusahaan, karena besar kecilnya leverage juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti stabilitas penjualan, struktur aktiva dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PPE cenderung mempunyai pengaruh positif terhadap leverage, berarti semakin besar aktiva tetapnya, semakin tinggi leverage yang dimiliki perusahaan, dikarenakan perusahaan tersebut memiliki aset tetap yang besar yang dapat dijadikan jaminan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Russel dan Hung (2013) pada perusahaan di Belanda yang menyatakan bahwa PPE cenderung berpengaruh negatif terhadap leverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa size berpengaruh positif terhadap leverage selama IPO+1 sampai dengan IPO+5, kecuali pada IPO+4. Pengaruh positif size terhadap leverage menggambarkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar tingkat utang yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang mempunyai jumlah penjualan yang besar, lebih cenderung menggunakan pendanaan dengan utang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Russel dan Hung (2013) mengemukakan bahwa size berpengaruh positif terhadap leverage.
195
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BEP berpengaruh positif terhadap leverage selama periode penelitian. Hal ini sesuai dengan teori Signaling theory yaitu perusahaan keluarga dengan profitabilitas yang lebih baik lebih cenderung untuk menggunakan utang, artinya perusahaan yang mempunyai rasio BEP tinggi akan mempunyai leverage yang tinggi pula. Profitabilitas perusahaan selama periode penelitian mengalami peningkatan yang berarti kinerja perusahaan semakin efektif dan efisen dalam mengelola seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak. Kesimpulan Berdasarkan atas analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka hal-hal pokok yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut bahwa Equity market timing yang diproksikan dengan EFWAMB tidak mempunyai pengaruh negatif yang persistent terhadap struktur modal yang diproksikan dengan leverage, dan PPE,size, dan BEP berpengaruh positif terhadap struktur modal. Equity market timing yang diproksikan dengan EFWAMB memilki pengaruh negatif terhadap struktur modal hanya pada IPO+1, hal ini berarti pada saat IPO+1 struktur modal perusahaan keluarga yang melakukan IPO tahun 2001 sampai dengan 2005 yang tercatat di BEI sesuai dengan equity market timing. Pada tahun tersebut perusahaan-perusahaan keluarga merespon harga pasar saham yang terlalu tinggi (rendah) dengan cara menerbitkan (membeli kembali) saham. Perusahaan keluarga yang melakukan IPO tahun 2001 sampai dengan 2005 yang tercatat di BEI yang mempunyai aktiva tetap yang tinggi cenderung menggunakan pendanaan dengan utang dikarenakan mempunyai aktifa tetap yang tinggi yang dapat dijadikan sebagai jaminan perusahaan, yang ditunjukkan dengan pengaruh positif PPE terhadap leverage. Daftar Pustaka Asquith, P dan Mullins. 1986. Equity Issues and Offering Dilution. Journal of Financial Economics, 15:61-89. Arkebauer, K.R., 1991. Cashing out. New York: Harper Business Astrachan, Joseph, ed. 2003. Survey on Family Business. Family Business Review Baker, Malcolm, dan Jeffrey Wurgler. 2002. Market Timing and Capital structure. Journal of Finance, Volume 57:1-32. Bie T. De. dan Leo De Haan. 2007. Market Timing dan Capital Structure: Evidence for Dutch Firms. De Economist, 155:183-206. Bougatef, Khemaies, dan jameleddin Chichti. 2010. Equity Market Timing and Capital Structure: Evidence From Tunisia and France. International Journal of Business and Management, Vol:5, No:10. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 1998. Fundamentals of Financial Management. Eight Edition. Orlando: The Dryden Press. Cadbury, Sir Adrian. 2000. Family Firms and Their Governance: Creating Tomorrow’s Company from Today’s. Egon Zehnder International
196
Chorry Sulistyowati
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Kayhan, A. dan Titman,S. 2007. Firms’Histories and Their Capital Structure. Journal of Finance 60:2575-2619. Kodrat, David Sukardi. 2008. Siklus Hidup Perusahaan Keluarga di Indonesia ; Studi pada PT Nyonya Meneer. Usahawan no 06 THN XXXVII Lee, et.al. 2012. Capital Structure Timing In Markets With Different Characteristics. The International Journal of Business and Finance Research, Volume 6:53-66. Mahajan, Arvind, and Tartaroglu, Semih. 2008. Equity Market Timing and Capital Structure: International Evidence. Journal of Banking and Finance 32: 754-766. Megginson, William L. 1997. Corporate Finance Theory. USA: Addison-Wesley Educational Publishers Inc. Maherault, L. 2000. The Influence of Going Public on Investment Policy; an Empirical Study of French Family-Owned Business . Family Business Review, 8(1), 71-79. Marchisio, Gaia and Ravasi davide. 2001. Family Firm and The Decision To Go Public : A Study Of Italian IPOs. Working paper ssrn Neubauer, Fred and Alden G.Lank, 1998. The Family Business: its Governance for Sustainability . Routledge, New York Paisner, Marshall B. 1999. Sustaining The Family Business. Family Business Review Prasad,
Dev; Vozikis, George S.; Bruton, Garry D.; Merikas, Andreas .1995, "Harvesting" through Initial Public Offerings (IPOs): The Implications of Underpricing for the Small Firm . Entrepreneurship: Theory and Practice, Vol. 20, No.2
Rajan, R. and Zingales, L. 1995. What Do We Know About Capital Structure? Some Evidence from International Data. Journal of Finance 50:1421-1460. Russel, Philip S dan Ken Hung. 2008. Does Market Timing Affect Capital Strucrure?: Evidence for Chinese Firms. Working Paper. Saad, Meiyanne D. Permata dan Helson Siagian. 2011. Sentimen Investor, Kendala Keuangan, dan Equity Market Timing. Finance and Banking Journal, Volume 13:115. Setyawan, Ignatius Rony. 2011. An Empirical Studt on Market Timing Theory of Capital Structure. International Research Journal of Business Studies, volume 4:113-119. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan. Surabaya: Penerbit Erlangga.
197
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
PENGARUH FAKTOR SPESIFIK TERHADAP PROFITABILITAS BERDASARKAN KELOMPOK BUKU BANK DI INDONESIA Uum Sholikhah Fitria N. Email:
[email protected] I Made Sudana Email:
[email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
Abstrak This study aims to determine the influence of specific factors on bank BUKU groups in Indonesia. The sample was a conventional bank in 2013-2014. This study used multiple linear regression method. The dependent variable in this study are return on assets (ROA) and return on equity (ROE), while the independent variables used are size, operating efficiency (OE), capital adequacy ratio (CAR), credit risk (CR), asset management ( AM), and portfolio composition (PC). The Result from this study indicate that size has positive effect on ROA and ROE BUKU groups 1, 2, 3, and negative effect onROA and ROE on the group BUKU 4. Operating efficiency has negative effect on ROA and ROE in all BUKU groups. Capital adequacy ratio has negative effect on ROA and ROE in all BUKU groups, except on BUKU 3 has positive effect on ROA. Credit risk has negative effect on ROA and ROE in all BUKU groups. Asset management has positive effect on ROA and ROE BUKU 1,2, and 3, while on BUKU 4 has negative effect. Portfolio composition has negative effect on ROA and ROE BUKU group 1 and 2, and on BUKU 3 and 4 have positive effect. Keywords: Bank’s specific factors, profitability, BUKU groups of bank.
Pendahuluan Industri perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, hal ini didasarkan pada hasil riset Infobank tahun 2013, industri perbankan menguasai sekitar 77,99% pangsa aset industri jasa keuangan Indonesia yang kemudian diikuti oleh industri asuransi sebesar 10,12%, perusahaan pembiayaan 6,60%, dana pensiun 2,62%, BPR 1,25%, perusahaan sekuritas 0,91%, dan pegadaian 0,51% (Karnoto, 2014:23). Oleh karena itu industri perbangkan perlu diatur lebih ketat dalam menjaga kelangsungan oprasinya, mengingat kondisi masing-masing bank dilihat dari aspek permodalannya sangat hetrogen. Bank Umum Kelompok Usaha merupakan peraturan Bank Indonesia nomor 14/26/PBI/2012 pada 27 Desember 2012 dan berlaku sejak 2 Januari 2013 mengatur tentang kegiatan usaha bank dan jaringan kantor berdasarkan modal inti. Bank-bank di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 kelompok BUKU berdasarkan modal inti yang dimiliki. BUKU 1 adalah bank dengan modal inti kurang dari satu triliun rupiah, BUKU 2 adalah bank dengan modal inti satu triliun rupiah sampai lima triliun rupiah, BUKU 3 yaitu bank dengan modal lima triliun rupiah sampai 30 triliun rupiah, dan BUKU 4 dengan modal inti paling sedikit sebesar 30 triliun rupiah. Jumlah bank pada masing-masing kelompok BUKU berbeda satu sama lain. Pada kelompok BUKU 1 yang modal intinya kurang dari satu triliun, jumlahnya mencapai 44 bank, sedangkan pada kelompok BUKU 4 yang modal intinya lebih dari 30 triliun hanya berjumlah 5 bank, dan begitu pula terdapat perbedaan dengan jumlah bank yang terdapat 198
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
pada kelompok BUKU 2 dan BUKU 3. Perbedaan jumlah bank serta modal yang dimiliki di antara masing-masing kelompok BUKU menyebabkan persaingan antar bank di masingmasing kelompok intensitasnya berbeda-beda, sehingga akan memengaruhi kinerja dari masing-masing bank. Kinerja dari sebuah bank bisa dilihat dari profitabilitasnya. Tingkat profitabilitas sebuah bank bisa diukur menggunakan rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank bisa berasal dari faktor spesifik bank yaitu size, operating efficiency, capital, credit risk, asset management, dan portfolio composition. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah faktor spesifik bank yang meliputi size, operating efficiency, capital adequacy ratio, credit risk, asset management dan portfolio composition berpengaruh terhadap profitabilitas (return on asset dan return on equity) berdasarkan kelompok BUKU bank di Indonesia ? Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Pengertian dan Fungsi Bank Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Budisantoso (2006:9) fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Namun secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. Berdasarkan fungsinya, bank dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bank umum, bank sentral, dan bank perkreditan rakyat. Penelitian ini akan membahas mengenai bank umum. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional (sistem bunga) dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran atau bank komersial (UU No.9/7/PBI/2010). Jumlah bank umum di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 120 bank yang terdiri atas Bank Umum Pemerintah (PERSERO), Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSN Devisa), Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (BUSN Non Devisa), Bank Asing, dan Bank Campuran (BI, 2014:Direktori Perbankan Indonesia). Profitabilitas Bank Pengertian profitabilitas menurut Sudana (2011:22), mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan. Profitabilitas berhubungan dengan kemampuan bank untuk memperoleh laba. Banyak studi yang menemukan fakta bahwa profitabilitas bank dapat dinilai dari kondisi mikro dan makro ekonomi sebuah negara. Pada tingkat mikro, profit merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam persaingan yang ketat dalam lembaga perbankan dan sebagai sumber dana (Ali dkk., 2011). Terdapat beberapa cara untuk mengukur besarnya profitabilitas, diantaranya dengan menggunakan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).
199
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Return on asset Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar. Hal ini juga berlaku untuk bank, semakin besar rasio ROA bank menunjukkan bahwa penggunaan aktivanya semakin efisien untuk bisa menghasilkan laba. Return on equity Return on equity menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Begitu juga dengan bank yang mempunyai ROE yang tinggi berarti bisa dikatakan bank tersebut sudah semakin efisien dalam menggunakan modalnya. Faktor spesifik bank dan pengaruhnya terhadap profitabilitas Faktor spesifik bank menurut Gungor dalam Anbar dan Alper (2011) ialah faktor internal yang berhubungan dengan manajemen bank yang dapat menentukan profitabilitas. Terdapat banyak faktor internal yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank, diantaranya adalah size, operating efficiency, capital, credit risk, asset management, dan portfolio composition. Size Size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dilihat melalui jumlah aset yang dimiliki bank. Size dianggap sebagai determinan yang penting dari kinerja bank, karena ukuran bank yang besar akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Hal ini terjadi karena jumlah aset yang menjadi ukuran besar kecilnya bank menunjukkan aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional bank. Peningkatan aset yang diikuti oleh peningkatan hasil operasi akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap bank. Apabila kepercayaan masyarakat meningkat, maka masyarakat akan lebih banyak menitipkan dananya di bank sehingga akan terjadi peningkatan dana pihak ketiga (DPK). Meningkatnya DPK akan membuat bank meningkatkan investasi dengan cara meningkatkan penyaluran kredit. Peningkatan penyaluran kredit oleh bank akan meningkatkan pendapatan bunga, dengan begitu profitabilitas akan meningkat. Ramlall (2009) dan Sufian (2009) mengatakan bahwa bank yang berukuran besar akan menghasilkan profit yang lebih besar daripada bank berukuran kecil. Ukuran bank yang semakin besar dan operasionalnya mencapai skala ekonomis, akan menaikkan profitabilitas bank. Semakin kecil ukuran bank, dengan skala operasionalnya belum ekonomis, menyebabkan profitabilitasnya rendah. H1: Size (LTA) berpengaruh positif terhadap profitabilitas
200
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Operating efficiency Operating efficiency menunjukkan seberapa efisien kegiatan operasi sebuah bank. Seperti yang dinyatakan oleh Guru dkk. (2002), bahwa beban manajemen yang efisien merupakan salah satu yang paling signifikan untuk menjelaskan tingginya profitabilitas sebuah bank, sehingga besar kecilnya beban operasi dapat memengaruhi efisien tidaknya sebuah bank. Operating efficiency dapat diukur dengan menggunakan rasio BOPO. Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, sehingga keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Rasio BOPO yang tinggi menunjukkan bank kurang bisa mengendalikan biaya operasionalnya, sehingga mengindikasikan bank kurang efisien dalam mendapatkan profit, sehingga hal ini akan membuat profitabilitas bank turun. H2: Operating efficiency (OE) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Capital Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank.Besar kecilnya permodalan bank diukur menggunakan capital adequacy ratio. Menurut Dendawijaya (2001:22-23) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memeroleh dana yang bersumber dari pihak lain, seperti dana masyarakat dan pinjaman (utang) dari lembaga lain. Capital adequacy ratio merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan bank untuk menutupi penurunan nilai aktivanya sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%. Capital adequacy ratio yang tinggi akan menyebabkan profitabilitas meningkat. Hal ini karena apabila CAR tinggi, maka kemampuan bank dalam menghadapi risiko dari setiap aktiva yang mengandung risiko akan semakin baik. Capital adequacy ratio yang tinggi dan risiko yang dihadapi kecil akan membuat pendapatan bank meningkat, karena dengan modal yang besar, bank dapat mengembangkan kegiatan usahanya dan mampu meningkatkan investasi, sehingga hal ini akan berdampak terhadap meningkatnya profitabilitas. Capital adequacy ratio yang rendah akan mengganggu perkembangan usaha bank, karena modal yang dimiliki tidak cukup untuk menunjang kegiatan operasi bank dan kemampuan dalam menghadapi risiko menjadi rendah. Hal ini akan berdampak pada menurunnya profitabilitas. H3: Capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap profitabilitas Credit risk Pengelolaan risiko yang mungkin timbul dalam operasional perbankan salah satunya ialah risiko kredit. Setiap pemberian kredit oleh bank mengandung risiko sebagai akibat ketidakpastian dalam pengembaliannya. Oleh karena itu bank perlu mencegah timbulnya risiko tersebut. Menurut Rose and Hudgins (2010:182) yang dinamakan dengan risiko kredit ialah kemungkinan aset beberapa lembaga keuangan, khususnya pinjaman akan berkurang nilainya dan mungkin menjadi tidak bernilai lagi. Risiko kredit merupakan suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban 201
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya. Risiko ini merupakan perbandingan CKPN kredit terhadap total loan. Tingginya credit risk mengindikasikan bank kurang mampu mengelola kreditnya sehingga banyak kredit yang tidak terbayar yang akan menyebabkan bank mengalami kerugian, karena seharusnya kredit yang sudah terbayar bisa digunakan lagi untuk mengembangkan usaha bank misalnya melalui investasi atau diputar lagi menjadi kredit yang mampu menghasilkan pendapatan. Karena kredit yang terbayar hanya sedikit akibat risiko kreditnya yang tinggi, maka dana yang dapat disalurkan lagi akan berkurang, sehingga hal ini akan menyebabkan profitabilitas bank turun karena bank tidak bisa mengembangkan usahanya secara optimal. Credit risk yang rendah akan meningkatkan profitabilitas, karena dengan kecilnya credit risk tersebut, maka risiko gagal bayar dari debitur atas pembayaran hutangnya menjadi rendah, sehingga kemungkinan kredit yang terbayar menjadi tinggi, dan dana ini bisa digunakan kembali untuk mengembangkan usaha bank sehingga bisa meningkatkan profitabilitas. H4: Credit risk(CR) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Asset management Menurut Rose and Hudgins (2013:175), asset management menggambarkan kebijakan manajemen portofolio, kombinasi dari beberapa aset yang dapat menghasilkan pendapatan. Pihak manajemen dapat meningkatkan hasil pengembalian rata-rata aset dengan cara mengalokasikan aset secara hati-hati untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi atas pinjaman dan investasi yang dikelola dan menghindari risiko yang besar. Besar kecilnya asset management diukur dengan membandingkan operating income dengan total asset. Apabila rasio asset management bank tinggi, mengindikasikan aset seperti surat berharga, kredit yang diberikan, tagihan spot dan derivatif, serta aset lainnya dapat dikelola dengan baik, sehingga mampu menghasilkan pendapatan operasi dan akan meningkatkan profitabilitas, dan sebaliknya jika rasio asset management rendah, mengindikasikan bank tidak mampu mengelola asetnya dengan baik, sehingga aset yang ada kurang mampu untuk menghasilkan pendapatan operasi yang akan menyebabkan profitabilitas menurun. H5: Asset management(AM) berpengaruh positif terhadap profitabilitas Portfolio composition Portfolio composition merupakan komposisi portofolio pendanaan bank. Sudana (2011:6), menjelaskan bahwa terdapat dua fungsi keuangan, yaitu keputusan investasi dan pendanaan. Keputusan pendanaan berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Penelitian ini menggunakan deposito sebagai sumber dana bank. Pengertian deposito menurut Siamat (2004:96), merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank, sehingga butuh waktu lama oleh para deposan untuk mengambil uang tersebut. Hal ini dimanfaatkan bank untuk memutar kembali dana tersebut agar menghasilkan pendapatan, seperti investasi, kredit, dan sebagainya. Nasabah yang menabung dalam bentuk deposito semakin banyak, maka akan menguntungkan bank, karena tabungan dalam bentuk deposito memiliki jangka waktu tertentu untuk bisa ditarik kembali oleh deposan sehingga uang deposito tersebut bisa diubah menjadi aset dengan cara disalurkan sebagai kredit, maupun investasi lainnya yang bisa menghasilkan pendapatan. Di sisi lain bertambahnya dana deposito juga akan menimbulkan biaya bagi bank, karena seperti yang telah diketahui 202
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
selama ini deposito merupakan sumber dana yang mahal bagi bank. Hal ini akan berdampak terhadap pendanaan bank, yaitu dalam membayar biaya bunga, karena dengan bertambah banyaknya dana deposito yang ada, maka beban bunga yang harus ditanggung bank akan bertambah banyak pula. Hal ini akan menyebabkan profitabilitas bank menurun. Rasio portfolio composition yang rendah mengindikasikan total deposit yang tersedia juga rendah, sehingga beban bunga yang harus ditanggung bank akan sedikit dan hal ini menyebabkan profitabilitas meningkat. H6: Portfolio composition(PC) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Pengelompokan bank Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/PBI/2012, tanggal 27 Desember 2012 dan berlaku sejak tanggal 2 Januari 2013 tentang kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti bank, bertujuan untuk menghadapi dinamika regional dan global, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara optimal dan berkesinambungan Bank umum berdasarkan kegiatan usaha yang selanjutnya disebut BUKU adalah pengelompokan bank berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan modal inti yang dimiliki seperti tercantum pada pasal 1 ayat 4 Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/PBI/2012. Berdasarkan modal inti yang dimiliki, bank dikelompokkan menjadi empat BUKU yaitu: a. BUKU 1 adalah bank dengan modal inti 100 miliar rupiah sampai dengan satu triliun rupiah. b. BUKU 2 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar satu triliun rupiah sampai dengan kurang dari lima triliun rupiah. c. BUKU 3 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar lima triliun rupiah sampai dengan kurang dari 30 triliun rupiah. d. BUKU 4 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar 30 triliun rupiah. Metode Penelitian Identifikasi dan Difinisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel penelitian dibedakan menjadi variabel dependen, yaitu profitabilitas yang terdiri atas return on asset (ROA) dan return on equity (ROE), serta variabel independen yang terdiri atas: size; operating efficiency yang diukur dengan BOPO; capital adequity ratio (CAR); credit risk (CR); assets management (AM), dan portofolio composition (PC), yang pengukurannya secara ringkas dipaparkan pada Tabel 1.
203
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Tabel 1 Pengukuran varabel penelitian
Jenis Variabel
Variabel
Dependen
Return on asset (ROA)
Dependen
Return on equity (ROE)
Independen
Size
Independen
Operating efficiency
Independen
Capital adequacy ratio (CAR)
Independen
Credit risk (CR)
Independen
Asset management (AM)
Independen
Portfolio composition (PC)
Rumus Perhitungan Laba Sebelum Pajak 100% Rata − Rata Total Asset Laba Setelah Pajak = 100% Rata − Rata Ekuitas SIZE=Ln (total asset) Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional Modal ( = 100% ATMR CKPN kredit ( = 100% -./01 2.03 5670/839 :3;.<6 4= 100% -./01 ==6/ -./01 ?65.=8/. >( = 100% -./01 ==6/ =
Model Analisis Model analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (multiple linier regression analysis) dengan data panel (pooled data). Adapun model persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: PROFit=α + β1LTAit + β2OEit + β3CARit + β4CRit + β5AMit + β6PCit + εit Keterangan : PROFit = Profitabilitas perusahaan i pada triwulan t LTAit = Size perusahaan i pada triwulan t OEit = Operating efficiency perusahaan i pada triwulan t CARit = Capital adequacy ratio perusahaan i pada triwulan t CRit = Creditr risk perusahaan i pada triwulan t AMit = Asset management perusahaan i pada triwulan t PCit = Portfolio composition perusahaan i pada triwulan t α = intersep atau konstanta β = koefisien regresi εit = standard error Hasil dan Pembahasan Diskripsi variabel Berdasarkan data dari variabel-variabel yang telah diukur dan sudah dilakukan uji asumsi klasik, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen. Hasil uji regresi yang menguji pengaruh variabel independen, yaitu size,
204
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
BOPO, CAR, CR, AM, dan PC terhadap variabel dependen yaitu ROA dipaparkan pada tabel 2.
BUKU 4 (N=40)
Tabel 2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian BUKU 3 (N=160) BUKU 2 (N=276)
Var
Min
Max Mean
Min
Max Mean
RO A
1.98 %
4.97 %
.17%
5.50 %
RO E
3.07 %
34.41 21.81 % %
3.58 %
2.32 %
Min
Max
Mean
16.97 7.42% %
2.52 %
BUKU 1 (N=349) Min
Max
Mean
2.84% 6.43% 1.75%
1.65 30.89 14.04 120.19 106.97 16.52 19.24 11.87 % % % % % % % 63.38% %
SIZ E 31.82 34.29 33.53 29.81 33.06 31.93 27.51
31.30 30.30 25.84
30.03
28.55
50.43 70.99 63.67 39.26 97.55 78.76 29.14 173.80 78.17 54.54 OE % % % % % % % % % %
121.95 85.22 % %
CA 14.93 78.28 27.07 11.93 72.97 20.49 146.14 22.86 10.05 R % % % % % % 5.13% % % %
252.37 25.25 % %
CR .27%
4.08 %
2.46 %
.08%
5.16 %
1.71 %
10.60 .082% %
1.75 %
.0004 %
6.92 %
1.34%
26.41 %
6.90 %
1.56% 40.03% 7.28%
4.91% 1.02%
AM
1.48 %
10.82 5.70 % %
1.08 20.88 % %
PC
5.82 %
37.19 22.53 % %
8.90 62.53 35.02 78.78 36.57 49.60 % % % 5.28% % % 1.01% 82.14% %
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa variabel size dan AM berpengaruh positif terhadap ROA pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3, sedangkan pada BUKU 4 berpengaruh negatif. Variabel OE, CAR, dan CR berpengaruh negatif terhadap ROA pada kelompok BUKU 1, 2, dan 4, sedangkan pada BUKU 3 hanya OE dan CR yang berpengaruh negatif. Variabel PC berpengaruh negatif terhadap ROA pada kelompok BUKU 1 dan 2, namun berpengaruh positif pada BUKU 3 dan 4. Berdasarkan uji statistik, variabel size dan CR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3, sedangkan pada BUKU 4 berpengaruh signifikan. Variabel OE dan AM berpengaruh signifikan terhadap ROA pada semua BUKU.. Variabel CAR dan PC berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BUKU 2 dan 4, sedangkan pada BUKU 1 dan 3 tidak signifikan.
205
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 3 Pengaruh Faktor Spesifik terhadap Profitabilitas (ROA) Bank di Indonesia Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 (BUKU 1) (BUKU 2) (BUKU 3) (BUKU 4) Koefisien Sig. Koefisien Sig. Koefisien Sig. Koefisien Sig. regresi regresi regresi regresi Size .014 .655 .050 .527 .084 .574 -.256 .026* * * * OE -.114 .000 -.088 .000 -.061 .000 -.135 .000* CAR -.001 .384 -.007 .043* .009 .329 -.029 .000* CR -.017 .512 -.007 .770 -.122 .114 -.703 .000* * * * AM .021 .000 .066 .000 .104 .000 -.031 .007* PC -.001 .347 -.009 .002* .007 .207 .141 .000* Constanta 11.019 .000 7.841 .001 3.461 .472 20.248 .000 R Square .925 .835 .414 .974 Sumber: Data diolah Nilai koefisien determinasi (R2) pada semua kelompok BUKU berkisar antara 41,40% sampai dengan 97,40%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel ROA yang disebabkan oleh variabel yang diteliti berkisar antara 41,40% sampai dengan 97,40%, sedangkan sisanya sebesar 2,60% sampai dengan 58,60% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji regresi yang menguji pengaruh variabel independen, yaitu size, BOPO, CAR, CR, AM, dan PC terhadap variabel dependen yaitu ROA adalah sebagai berikut: Tabel 4 Pengaruh Faktor Spesifik terhadap Profitabilitas (ROE) Bank di Indonesia Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 (BUKU 1) (BUKU 2) (BUKU 3) (BUKU 4) Koefisien Sig. Koefisien Sig. Koefisien Sig. Koefisien Sig. regresi regresi regresi regresi Size 2.047 .000* 4.163 .000* .136 .887 -.077 .944 * * * OE -.700 .000 -.430 .000 -.337 .000 -.723 .000* * * * CAR -.048 .000 -.165 .000 -.287 .000 -.379 .000* CR -.416 .158 -.278 .334 -.391 .420 -4.190 .000* * * * AM .186 .004 .270 .041 .385 .000 -.081 .350 PC -.107 .000* -.038 .262 .109 .001* .940 .000* Constanta 18.568 .107 -72.133 .013 36.259 .236 70.123 .109 R Square .836 .485 .305 .990 Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa variabel size dan AM berpengaruh positif terhadap ROE pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3, sedangkan pada BUKU 4 berpengaruh negatif. Variabel OE, CAR, dan CR berpengaruh negatif terhadap ROE pada semua kelompok BUKU. Variabel PC berpengaruh negatif terhadap ROE pada kelompok BUKU 1 dan 2, namun berpengaruh positif pada BUKU 3 dan 4. Berdasarkan uji statistik, menunjukkan bahwa variabel size berpengaruh signifikan terhadap ROE pada kelompok BUKU 1 dan 2, sedangkan pada BUKU 3 dan 4 berpengaruh tidak signifikan. Variabel OE dan CAR berpengaruh signifikan terhadap semua kelompok BUKU. Variabel CR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE pada kelompok BUKU 1, 2, 206
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
dan 3, sedangkan pada BUKU 4 signifikan. Variabel AM berpengaruh signifikan terhadap ROE pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3, sedangkan pada BUKU 4 tidak signifikan. Variabel PC berpengaruh signifikan terhadap ROE pada kelompok BUKU 1, 3, dan 4, sedangkan pada BUKU 2 berpengaruh tidak signifikan. Nilai koefisien determinasi (R2) pada semua kelompok BUKU berkisar antara 30,50% sampai dengan 99,00%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel ROA yang disebabkan oleh variabel yang diteliti berkisar antara 30,50% sampai dengan 99,00%, sedangkan sisanya sebesar 1,00% sampai dengan 60,50% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang tidak digunakan dalam penelitian. Pembahasan Size Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel size berpengaruh positif terhadap ROA maupun ROE padabank kelompok BUKU 1, 2, dan 3. Hal ini karena semakin besar ukuran bank, tingkat efisiensi operasional bank akan semakin meningkat. Bank berukuran besar lebih mampu meningkatkan efisiensi melalui skala operasi yang ekonomis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ali dkk., (2011) bahwa size berpengaruh positif terhadap ROA, serta sesuai dengan penelitian Alper dan Anbar (2011) yang juga menyatakan bahwa size berpengaruh positif terhadap ROA. Pengaruh size terhadap ROA pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3 tersebut tidak signifikan, namun demikian, pengaruh size terhadap ROE hanya signifikan pada kelompok BUKU 1 dan 2, sedangkan pada kelompok BUKU 3 tidak signifikan. Hal ini terjadi karena bank pada kelompok BUKU tersebut yang berukuran kecil yang mampu melakukan efisiensi dengan baik, sehingga dengan aset dan modal yang kecil mampu menghasilkan profitabilitas yang besar dibandingkan bank lainnya. Khusus bank pada kelompok BUKU 4 menunjukkan hasil bahwa size berpengaruh negatif terhadap ROA maupun ROE. Hal ini karena bank pada kelompok BUKU 4 yang terdiri dari 5 bank besar yang saling bersaing dengan ketat terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga, pemberian kredit, dan jasa-jasa pelayanan lainnya yang berdampak pada peningkatan biaya yang relatif lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan. Hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa pengaruh size pada kelompok BUKU 4 hanya signifikan pada ROA dan tidak signifikan terhadap ROE. Hal ini dapat terjadi karena size diukur menggunakan logaritma total aset, hal ini berpengaruh terhadap ROA yang juga sama-sama membandingkan laba dengan total aset, sedangkan ROE membandingkan laba setelah pajak dengan modal yang dimiliki. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan aset tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap penurunan ROE. Operating efficiency (OE) Variabel OE yang diukur menggunakan rasio BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA maupun ROE pada semua kelompok BUKU. Hal ini karena semakin besar rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisien bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang dapat berakibat terjadinya penurunan laba dan akhirnya akan menurunkan profitabilitas bank, baik ROA maupun ROE, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk., (2011) bahwa OE berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE.
207
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Capital adequacy ratio (CAR) Variabel CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA maupun ROE pada sebagian besar kelompok bank, dan tidak konsisten dengan teori, kecuali pada kelompok BUKU 3 menunjukkan pengaruh CAR terhadap ROA ialah positif namun tidak signifikan. Hal ini karena rasio CAR yang tinggi, menunjukkan risiko yang dihadapi bank semakin rendah, dan nasabah merasa terjamin dananya ditempatkan di bank tersebut. Pengaruh negatif terhadap ROA dan ROE yang terjadi pada hampir semua kelompok BUKU terjadi karena semakin CAR tinggi, semakin masyarakat merasa aman untuk menempatkan dananya di bank tersebut, sehingga DPK yang dapat dihimpun oleh bank akan meningkat. Peningkatan DPK ini dimanfaatkan bank untuk meningkatkan pendapatan bank salah satunya dengan meningkatkan pemberian kredit. Peningkatan pemberian kredit menyebabkan risiko kredit, seperti tidak terbayarnya kredit tersebut, sehingga bank meningkatkan kebutuhan pembentukan cadangan penurunan nilai dalam rangka mengantisipasi peningkatan risiko sejalan dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan. Dan hal ini menyebabkan profitabilitas bank turun. Berdasarkan uji statistik, pengaruh CAR terhadap ROA pada kelompok BUKU 1 ialah negatif tidak signifikan. Hal ini karena bank pada kelompok BUKU 1 memiliki modal inti paling rendah di antara kelompok BUKU yang lainnya, yaitu kurang dari 1 triliun. Bank dituntut agar mampu mengcover risiko dengan modal yang hanya sedikit tersebut, sehingga dalam pemberian kreditnya bank menjadi lebih selektif dibanding kelompok BUKU lain. Hal ini dilakukan untuk menurunkan risiko kredit yang timbul, sehingga cadangan penurunan nilai yang dibentuk pun tidak akan sebesar kelompok BUKU lain. Credit risk (CR) Variabel CR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA dan ROE pada semua kelompok BUKU. Hal ini dikarenakan jika risiko kredit semakin besar, maka cadangan kerugian untuk kredit yang bermasalah juga meningkat dan akan menurunkan laba bank serta kemampuan bank dalam menghasilkan laba, baik ROA maupun ROE. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ali dkk., (2011) bahwa CR berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya pada kelompok BUKU 4, pengaruh CR terhadap ROA maupun ROE yang signifikan, sedangkan pada kelompok BUKU lain pengaruhnya tidak signifikan terhadap ROA maupun ROE. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa CR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROAdan ROE pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3. Hal ini karena kredit yang disalurkan tinggi sehingga memiliki risiko gagal bayar, namun risiko pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3 tersebut cenderung sedikit apabila dibandingkan dengan BUKU 4. Karena kelompok BUKU 1, 2, dan 3 mempunyai pangsa pasar kredit yang lebih kecil yaitu berkisar 3% - 36% bila dibandingkan BUKU 4 yang hampir menguasai 50% pangsa pasar kredit. Hal ini membuat cadangan penurunan nilai yang dibentuk kelompok BUKU 1, 2, dan 3 cenderung kecil daripada BUKU 4, terlihat pada tabel deskriptif statistik yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata CR kelompok BUKU 1, 2, dan 3 lebih rendah dibanding BUKU 4. Selain itu, penghitungan risiko kredit menggunakan CKPN lebih akurat dibandingkan dengan yang lain, karena saat kredit debitur mengalami penurunan nilai, hal ini akan langsung terdeteksi oleh pihak bank, sehingga bank dapat dengan segera mengambil tindakan korektif supaya tidak terjadi kerugian yang lebih besar lagi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk., (2011) bahwa CR berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE.
208
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Asset management (AM) Variabel AM memiliki pengaruh positif terhadap ROA maupun ROE pada bank kelompok BUKU 1, 2, dan 3, sedangkan kelompok BUKU 4 pengaruhnya terhadap ROA maupun ROE ialah negatif. Semakin tinggi rasio AM menunjukkan semakin efisien manajemen aset yang dilakukan oleh bank, sehingga akan meningkatkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba baik ROA maupun ROE. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk., (2011) bahwa AM berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE. Kondisi ini tidak terjadi pada bank kelompok BUKU 4 yang menunjukkan AM berpengaruh negatif terhadap ROA maupun ROE. Hal ini disebabkan pengelolaan aset pada kelompok BUKU 4 tidak efektif dibandingkan kelompok BUKU lainnya. Hal ini tercermin dari nilai rata-rata AM pada tabel 4.1 merupakan yang paling rendah di antara kelompok BUKU lainnya, namun nilai rata-rata ROA dan ROEnyamerupakan nilai yang tertinggi dibandingkan semua kelompok BUKU lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurunnya rasio AM bank menyebabkan ROA dan ROE bank pada kelompok BUKU 4 meningkat. Hal ini juga disebabkan oleh tingginya risiko yang ditanggung bank pada kelompok BUKU 4 yang terdiri dari bank-bank besar di Indonesia karena aset yang dikelola sangat banyak jika dibandingkan kelompok BUKU lain. Portfolio composition (PC) Variabel PC memiliki pengaruh tidak konsisten terhadap ROA maupun ROE antar kelompok BUKU. Portfolio composition berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE pada kelompok 1 dan 2, sedangkan pada kelompok BUKU 3 dan 4 berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE. Pengaruh negatif terjadi karena semakin tinggi rasio PC menunjukkan komposisi DPK yang bersumber dari deposito yang biayanya mahal semakin besar, yang akan berakibat pada penurunan laba serta profitabilitas bank baik berupa ROA maupun ROE. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk., (2011) bahwa PC berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE. Hasil menunjukkan bahwa pengaruh PC terhadap ROA kelompok BUKU 1 dan ROE kelompok BUKU 2 ialah negatif tidak signifikan, hal ini karena walaupun deposito merupakan sumber dana mahal bagi bank kelompok BUKU 1 dan 2 yang terdiri dari bank-bank kecil, namun mereka tetap gencar mencari DPK melalui deposito karena deposito memiliki jangka waktu penarikan yang lebih lama, sehingga dana ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu. Hal tersebut menguntungkan bank, karena dapat dimanfaatkan bank untuk melakukan kegiatan operasinya yang bisa menghasilkan pendapatan. Pengaruh positif terhadap kelompok BUKU 3 dan 4 terjadi karena bank menggunakan pools of funds approach. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua kewajiban bank yang berasal dari berbagai sumber digabung secara bersamasama. Demikian pula dengan jangka waktu dan karakteristik sumber dana diabaikan dan hanya dialokasikan berdasarkan prioritas penggunaannya sesuai dengan kebijakan dan strategi manajemen bank, Siamat (146:2004). Hal ini juga dikarenakan persaingan mendapatkan DPK melalui deposito pada kelompok BUKU 3 dan 4 tidak seketat pada kelompok lain karena jumlah bank pada kelompok BUKU 3 dan 4 sedikit, sedangkan pangsa pasar mereka lebih besar daripada BUKU 1 dan 2, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan deposito. Pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA kelompok BUKU 3 disebabkan karena selain menggunakan pools of funds approach, ada saatnya bank juga menggunakan asset allocation approach, sehingga dalam prioritas pengalokasian sumber dana bank dipertimbangkan berdasar karakteristik masing-masing sumber dananya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk., (2011) bahwa PC berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE. 209
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh size terhadap ROA pada kelompok BUKU 1, 2, dan 3 positif tidak signifikan, sedangkan kelompok BUKU 4 negatif signifikan, namun demikian, pengaruh size terhadap ROE hanya signifikan pada kelompok BUKU 1 dan 2, sedangkan pada kelompok BUKU 3 tidak signifikan, dan pada kelompok BUKU 4 berpengaruh negatif tidak signifikan. 2. Variabel OE yang diukur menggunakan rasio BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA maupun ROE pada semua kelompok BUKU 3. Variabel CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA maupun ROE pada sebagian besar kelompok bank, kecuali pada kelompok BUKU 3 menunjukkan pengaruh CAR terhadap ROA ialah positif namun tidak signifikan 4. Variabel CR berpengaruh negatif signifikanterhadap ROA maupun ROE hanya pada kelompok BUKU 4, sedangkan pada kelompok BUKU lain pengaruhnya tidak signifikan terhadap ROA maupun ROE. 5. Variabel AM memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA maupun ROE pada bank kelompok BUKU 1, 2, dan 3, sedangkan kelompok BUKU 4 berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan negatif tidak signifikan terhadap ROE. 6. Portfolio composition berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE pada kelompok BUKU 1 dan 2, sedangkan pada kelompok BUKU 3 dan 4 berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran untuk penelitian selanjutnya, sebagai berikut: 1. Manajemen bank sebaiknya memperhatikan variabel size,operatingefficiency, CAR, credit risk, asset management, dan portfolio composition, karena naik turunnya variabel tersebut dapat berpengaruh terhadap ROA dan ROE bank. 2. Sampel pada kelompok BUKU 4 jumlahnya terbatas, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya dengan menambah periode pengamatan yang lebih lama sehingga jumlah observasi yang diperoleh lebih banyak. 3. Bagi investor sebaiknya berhati-hati dalam menanamkan modalnya dalam aktivitas perbankan dan agar lebih selektif lagi dalam mengambil keputusan mengenai pemilihan saham perbankan, karena bank pada masing-masing kelompok BUKU mempunyai profitabilitas yang berbeda satu dengan lainnya. Daftar Pustaka Ali, Khizer, et al. 2011. Bank-Specific and Macroeconomic Indicators of Profitability – Empirical evidence from the Commercial Banks of Pakistan. International Journal of Business and Social Science. Vol. 2, No. 6, pp. 235-242. Alper, Deger & Adem Anbar. 2011. Bank Specific and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from Turkey. Business and Economic Research Journal. Vol. 2, No. 2, pp. 139-152.
210
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Bank Indonesia. 2012. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/pbi/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank. Jakarta: http//www.bi.go.id// Bank Perdania.co.id. 2014. Infobank Golden Trophy dari Majalah Infobank, (Online), http://www.perdania.co.id/news/infobank-golden-trophy-2014/, diakses pada 15 Juni 2015). Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Edisi Pertama. Jakarta : Ghalia Indonesia. --------------------------. Indonesia.
2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta : Ghalia
Ferdian, Rully. 2014. BBM Naik, Bank Akan Berlomba Naikkan Suku Bunga, (Online). (http://www.infobanknews.com/2014/11/bbm-naik-bank-akan-berlomba-naikkansuku-bunga/, diakses pada 28 Januari 2015). --------------------.2014. 10 Bank Pencetak Laba Terbesar, http://www.infobanknews.com/2014/06/10-bank-pencetak-laba-terbesar/, pada 28 Mei 2015).
(Online), diakses
--------------------.2014. Perebutan Dana Murah Kian Terang Benderang, (Online), http://www.infobanknews.com/2014/02/perebutan-dana-murah-kian-terangbenderang/, diakses pada 29 Mei 2015). Guru B.K., Staunton, J. & Balashanmugam, B. 2002. Determinants of Commercial Bank Profitability in Malaysia. 12th Annual Finance and Banking Conference, Sidney. Haryono, Indra. 2014. Persaingan Ketat Bank Menggerus Aset, (Online), (http://www.infobanknews.com/2014/09/persaingan-ketat-bank-menggerus-aset/, diakses pada 30 November 2014). Ismail. 2010. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. Karnoto, Mohamad . Februari 2014. Mengawasi Bahaya Sistemik Bank-Bank. Infobank , hlm 23. Kurniasih, Apriyani. 2013. 10 Bank Laba Terkecil:Susut di Tengah Ketatnya Dana, (Online), http://www.infobanknews.com/2014/07/10-bank-laba-terkecil-susut-di-tengahketatnya-dana/, diakses pada 29 Mei 2015). Kusuma, Dewi Rachmat. 2014. BTPN Akuisisi 70% Saham Bank Sahabat, (Online), http://finance.detik.com/read/2014/01/20/133711/2472123/6/btpn-akuisisi-70-sahambank-sahabat-rp-600-miliar, diakses pada 15 Juni 2015). Ramlall, I. (2009). Bank-Specific, Industry-Specific and Macroeconomic Determinants of Profitability in Taiwanese Banking System: Under Panel Data Estimation. International Research Journal of Finance and Economics (34), 160-167. 211
Uum Sholikhah Fitra N. I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Rose, Peter S. & Sylvia C. Hudgins. 2010. Bank Management & Financial Services. Eight Edition. New York: McGraw.Hill ----------------------------------------------. 2013. Bank Management & Financial Services. Ninth Edition. New York: McGraw.Hill Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik; ERLANGGA, Jakarta Sufian, F., & Habibullah, M. S. (2009). Bank Specific and Macroeconomic Determinants of Bank Profitability: Empirical Evidence from the China Banking Sector. Front. Econ. China, 4 (2), 274-291.
212
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Analisis Pengaruh Experiential Marketing dan Kepuasan Konsumen terhadap Komitmen Konsumen Budi Astuti Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
[email protected] Desti Sumayanti Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Abstrak Penelitian ini berusaha untuk memperluas pengaruh experiential marketing (yaitu., rasa, merasakan, berpikir, bertindak dan berhubungan) terhadap kepuasan pelanggan serta dampak kepuasan pelanggan terhadap komitmen pelanggan, terutama dalam konteks online shop. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pengaruh positif experiential marketing, kepuasan konsumen terhadap komitmen konsumen serta untuk mengetahui variabel independent yang paling kuat mempengaruhi variabel dependent di Online Shop “Dhe_ Shop”. Metode pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linear sederhana dengan taraf signifikansi 5%, dalam mengambil keputusan dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t parsial, uji asumsi klasik, uji determinasi ganda dan uji determinasi parsial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji F dan uji t, terdapat pengaruh signifikan variabel experiential marketing yang terdiri dari sense, feel, think, act, dan relate secara bersama-sama dan parsial terhadap kepuasan konsumen. Sedangkan variabel yang dominan mempengaruhi kepuasan konsumen adalah variabel relate. Hal ini berarti relate merupakan pertimbangan utama bagi konsumen dalam memilih produk tas dan beauty care online shop “ Dhe_Shop“ sehingga dapat merasakan kepuasan. Kata kunci : experiential marketing, kepuasan konsumen, komitmen konsumen Abstract This study sought to extend the influence of experiential marketing (ie., sense, feel, think, act and relate) to customer satisfaction and the impact of customer satisfaction on customer commitment, especially in the context of the online shop.This study aims to explain the positive effect of experiential marketing , customer satisfaction with customer commitment as well as to determine the most powerful independent variable affects the dependent variable in Online Shop " Dhe_ Shop " . Statistical testing methods by using multiple linear regression analysis and simple linear regression analysis with a significance level of 5 % , in making decisions performed using the F test , t test partial, classic assumption test, test and test double determination of partial determination . The results of this study indicate that based on the F test and t-test , significant influences of variables comprising experiential marketing sense, feel , think, act , and relate together and partially to consumer satisfaction . While the dominant variable affecting customer satisfaction are variables relate . This means relate a major consideration for consumers in choosing handbags and beauty care products online shop " Dhe_Shop " so as to feel the satisfaction . Keyword : experiential marketing, customer satisfaction, customer commitment 213
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Pendahuluan Saat ini semakin marak orang berjualan melalui sistem online. Mulai dari online shopping melalui website, social media hingga smartphone. Berbelanja melalui situs online bukan lagi hal yang baru, karena adanya kemudahan yang di dapat dari pihak si penjual maupun si pembeli. Berbelanja dengan sistem online tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar, misalnya saja dengan berjualan online si penjual sudah mengurangi biaya sewa tempat dan gaji karyawan untuk usahanya. Kemudahan juga di dapat oleh si pembeli, misal kemudahan cara membayar melalui transfer antar bank dan kemudahan ini juga dapat dirasakan bagi para pekerja yang sibuk karena mereka akan dengan mudah berbelanja tanpa harus repot ke tempat perbelanjaan. Online shopping memudahkan konsumen mencari sesuatu dengan harga yang biasanya relatif murah dibandingkan dengan harus mencari ke suatu toko. Penjual yang berjualan dengan sistem online semakin lama juga semakin inovatif, misalnya mereka memberikan hadiah-hadiah atau pun bonus bagi para pelanggan setia. Sekarang ini konsumen juga bisa mencari apapun melalui online shopping. Melalui online shopping tawaran semakin beraneka ragam, ada yang menjual pakaian, makanan, bahkan jasa. Jadi, melalui online shopping memudahkan seseorang untuk berbelanja dan sekaligus berbisnis. Online store telah menjadi sebuah peluang usaha menarik yang bisa dijalankan sebagai usaha rumahan atau bisnis rumahan. Banyak kisah sukses dari para pemilik online store di Indonesia maupun dari manca negara. Perkembangan yang demikian pesat ini berjalan seiring dengan jumlah pengguna internet di dunia yang kian hari kian meningkat. Siapa di dunia ini yang tidak memerlukan informasi? Bisa dikatakan semua orang membutuhkannya, dan internet telah menjadi media penyedia informasi yang paling murah dan digemari. Online shopping menjadi trend yang mendapat sambutan hangat masa kini. Bukan saja mudah, ia turut menjimatkan masa dan tenaga karena boleh dilakukan di mana saja asalkan mempunyai akses internet. Lebih teruji lagi karena pembeli mempunyai peluang untuk merancang perbelanjaan dan membuat survey terlebih dahulu. Maraknya bisnis online menjadikan provider bisnis online untuk dapat mengatasi persaingan yang semakin ketat. Untuk itu perlu penerapan konsep inti pemasaran yaitu dengan penciptaan nilai pelanggan untuk keunggulan kompetitif. Menurut Kotler (2003), ada dua jenis pemasaran: pemasaran tradisional dan pemasaran modern. Pemasaran modern telah menyusul pemasaran tradisional karena menekankan pada konsep pengalaman pelanggan dan experiential marketing. Tantangan baru bagi konsep pemasaran adalah pengembangan experiential marketing untuk menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Menurut Pine dan Gilmore (1999), perusahaan terdepan akan menemukan bahwa medan pertempuran kompetitif terletak pada pementasan pengalaman. Experiential marketing telah menjadi konsep kontemporer yang digunakan untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen yang rumit. Alasan bahwa experiential marketing telah diperjuangkan sebagai filosofi baru pemasaran adalah bahwa pemasaran tradisional tidak memberikan titik pandang yang luas untuk memahami konsumen dan untuk menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik lagi. Bowen dan Shoemaker (1998) mengungkapkan bahwa dalam perkembangan terbaru, industri bisnis kini lebih banyak menggunakan pendekatan relationship marketing dibanding pendekatan transaksional. Hal tersebut patut dipahami mengingat pendekatan transaksional memiliki banyak kelemahan, antara lain pendekatan tersebut mudah ditiru oleh pesaing. Oleh karenanya banyak peneltian tentang experiential marketing dilakukan yang kebanyakan dihubungkan dengan kepuasan pelanggan atau loyalitas pelanggan. Sementara untuk peneltian ini berusaha untuk memperluas pengaruh 214
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
experiential marketing terhadap kepuasan pelanggan serta dampak kepuasan pelanggan terhadap komitmen pelanggan, terutama dalam konteks online shop. Salah satu yang membuat pelanggan loyal adalah ketika perusahaan mampu menyentuh sisi pengalaman pelanggan. Gentile et al. (2007) menyatakan bahwa nilai pengalaman dapat dibuat melalui pengalaman konsumsi.Pengalaman (experience) dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang melibatkan seseorang dengan ingatannya (Pine dan Gilmore, 1999). Dengan demikian menunjukkan bahwa interaksi konsumen terhadap keadaan lingkungan fisik toko telah memberi pengaruh pada kepuasan konsumen secara keseluruhan dan pengalaman belanja konsumen. Oleh karenanya, saat ini konsumen membutuhkan lebih dari sekedar produk atau jasa. Dalam hal ini, konsumen menginginkan pengalaman secara keseluruhan untuk memenuhi harapan mereka yang tinggi (Lin, et.al, 2009). Experiential marketing merupakan konsep marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi konsumen. Konsep pemasaran ini tidak hanya sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak terhadap pemasaran, khususnya penjualan, Andreani (2007). Experiential marketing dapat sangat berguna bagi perusahaan yang ingin meningkatkan merek yang berada pada tahap penurunan, membedakan produk mereka dari produk pesaing, menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah perusahaan, meningkatkan inovasi dan membujuk pelanggan untuk mencoba dan membeli produk. Ide utama dari experiential marketing adalah fokus pada pengalaman konsumen, konsumsi diperlakukan sebagai pengalaman holistik, mengakui driver tradisional dan emosional konsumsi, dan menggunakan metodologi eklektik. Experiential marketing memberikan peluang pada pelanggan untuk memperoleh serangkaian pengalaman atas merek, produk dan jasa yang memberikan cukup informasi untuk melakukan keputusan pembelian. Aspek emosional dan aspek rasional adalah aspek yang ingin dibidik pemasar melalui program ini dan seringkali kedua aspek ini memberikan efek yang luar biasa dalam pemasaraan, Andreani (2007). Inti dari experiential marketing adalah untuk membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan melalui lima aspek yaitu panca indera (sense), perasaan feel), cara berpikir (think), kebiasaan (act) dan pertalian atau relasi (relate). 1. Sense Varga dan Lusch (2004) menegaskan bahwa pengalaman indrawi konsumen memungkinkan konsumen untuk mengembangkan. Pengalaman logika untuk tujuan membentuk nilainya penilaian yang melekat pada barang dan jasa yang ditawarkan. Nilai ini terdiri dari, emosional, kognitif, nilai relasional, dan simbolis perilaku (Varga dan Lusch, 2004). 2. Feel Yang dan He (2011) menegaskan bahwa pengalaman emosional meliputi suasana hati dan perasaan dengan tujuan menciptakan pengalaman efektif yang berkisar dari suasana hati yang positif sedikit melekat pada sebuah merek untuk emosi yang kuat sukacita dan kepuasan. Perasaan yang paling kuat terjadi selama konsumsi. Perasaan yang kuat hasil dari kontak dan interaksi, dan mereka berkembang dari waktu ke waktu. Feel disebut emosi pelanggan, suasana hati dan perasaan pelanggan yang berasal dari mengkonsumsi produk dan jasa (Yang & He, 2011; Yuan & Wu, 2008). Feel dapat mengambil berbagai bentuk, dan biasanya berkisar dari mood sedang sampai intens (Yang & He, 2011).
215
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
3. Think Menurut Schmitt (1999), berpikir pengalaman adalah praktek kreatif dan teoritis, yang memerlukan praktik intelijen dalam rangka menciptakan pengalaman kognitif dan pemecahan masalah melalui keterlibatan kreatif dengan konsumen. Tujuan berpikir pengalaman adalah untuk mendorong konsumen untuk berpikir dan tertarik dengan cara yang kreatif sehingga dapat menghasilkan umpan balik evaluasi ulang kepada perusahaan dan merk. 4. Act Schmitt (1999) membahas bahwa pengalaman tindakan mempromosikan kehidupan pelanggan dengan target pengalaman-pengalaman fisik mereka, menunjukkan kepada mereka cara-cara alternatif dalam melakukan sesuatu, gaya hidup alternatif dan interaksi. 5. Relate Relate marketing merupakan kombinasi think, feel, sense, dan act marketing yang bertujuan untuk mengkaitkan individu dengan sesuatu yang berada di luar dirinya, dengan orang lain, kelompok-kelompok sosial lainnya dalam pekerjaan, etnis, atau gaya hidup, dan bahkan dengan ruang lingkup sosial yang lebih luas, seperti negara, masyarakat, dan budaya. Relate experience memungkinkan konsumen untuk membangun hubungan mereka dengan komunitas sosial dan entitas sosial melalui proses pembelian dan mengkonsumsi produk dan jasa. Dengan kata lain, relate yang dinyatakan melalui berhubungan kampanye pemasaran memungkinkan konsumen untuk perbaikan diri, menjadi dirasakan secara positif oleh orang lain dan mengintegrasikan individu untuk komunitas sosial (Schmitt, 1999). Berdasarkan konsep yang dijelaskan di atas, experiential marketing merangsang nilai pengalaman dan kepuasan pelanggan. Namun hasil penelitian Alkilani et al (2013) menyatakan sense dan feel berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, sedangkan untuk think, act dan relate tudak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Menurut Lee, Hsiao dan Yang (2011) experiential marketing dapat berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dapat terbentuk berdasarkan pengalaman masa lalunya. Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mendefinisikan kepuasan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan timbul jika hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Kepuasan konsumen adalah perasaan seseorang yang puas atau sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah produk atau jasa (Kotler , 2000). Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan.. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005). Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian. Sementara kepuasan konsumen yang berkelanjutan dapat mendukung terbentuknya komitmen. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Alkilani et al (2013). Sedangkan menurut Gounaris (2005) komitmen menyebabkan klien untuk menegakan hubungan dengan pemasar. Morgan and Hunt (1994) mendefinisikan komitmen sebagai “an exchange partner 216
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
believing that on going relationship with another is so important as to warrant maximum efforts at maintaining it; that is, the committed party believes the relationship is worth working on to ensure that it endures indefinitly.” Definisi ini hampir sama dengan yang disampaikan oleh Moorman et al. (1992) yang menyatakan bahwa komitmen sebagai keinginan yang terus – menerus untuk memelihara hubungan yang bernilai. Sebagai salah satu aspek dalam relationship marketing, komitmen merupakan keinginan yang berkelanjutan untuk membangun suatu hubungan yang bernilai (Moorman, Zaltman, dan Despandhe, 1992). Komitmen merupakan tingkatan tertinggi dalam membangun kekuatan suatu hubungan dan akan memberikan suatu keuntungan jangka panjang bagi kedua belah pihak yang berhubungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa komitmen akan ada jika hubungan benar-benar dianggap memiliki arti penting. Manakala hal ini terjadi maka dimungkinkan akan tercipta rasa memiliki terhadap suatu produk atau jasa sehingga akhirnya hal ini menjadi diferensiasi. Tujuan Penelitian Untuk menjelaskan pengaruh dimensi sense, feel, think, act dan relate terhadap kepuasan konsumen serta untuk menjelaskan pengaruh kepuasan konsumen terhadap komitmen konsumen. Metode Penelitian Penelitian kuantitatif yang dipakai dalam penelitian ini digunakan peneliti untuk mencari aktualitas dari observasi dengan menguji empiris hubungan antara experiential marketing, kepuasan dan komitmen, melalui metode deduktif hypotetik (Jankowicz, 2005). Desain penelitian deskriptif diadopsi dalam penelitian ini karena memiliki hipotesis yang jelas diuji (Malhotra, 2004). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh konsumen yang membeli tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop “.Sampel dipilih berdasarkan teknik non-probability convenience sampling (Malhorta, 2004), yaitu dengan cara pengambilan sampel dari populasi konsumen yang membeli tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop “. Jumlah sampel yamg diambil untuk melakukan penelitian ini adalah sebanyak 96 responden yang diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah sampel untuk jumlah populasi yang tidak diketahui dengan tingkat signifikansi 5% dan tingkat kesalahan estimasi 10%. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel terikat dari variabel bebas, yaitu: 1. Experiential marketing adalah variabel bebas dari kepuasan konsumen. 2. Kepuasan konsumen adalah variabel antara atau variabel intervening antara experiential marketing dan komitmen konsumen. 3. Komitmen konsumen adalah variabel terikat dari variabel experiential marketing dan kepuasan konsumen Berikut adalah definisi dari variabel-variabel tersebut yang diadopsi dari Khaled Alkilani, Kwek Choon Ling, & Anas Ahmad Abzakh. (2013), Tabel 1 memberikan rincian definisi operasi untuk konstruksi yang diuji dalam kuesioner.
217
Budi Astuti Desti Sumayanti VARIABEL Sense Feel Think Act Relate Satisfaction Commitment
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 JUMLAH ITEM 3 3 3 4 3 7 1
Tabel. 1 Definisi Operasi Variabel SKALA PENGUKURAN EMPAT POIN SKALA LIKERT Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval
Sangat setuju –sangat tidak setuju Sangat setuju –sangat tidak setuju Sangat setuju –sangat tidak setuju Sangat setuju –sangat tidak setuju Sangat setuju –sangat tidak setuju Sangat setuju –sangat tidak setuju Sangat setuju –sangat tidak setuju
Hasil dan Pembahasan Teknik analisis yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif meliputi karakteristik responden dan penilaian konsumen terhadap experiential marketing, kepuasan konsumen, dan komitmen konsumen. Sedangkan analisis statistic mulai dari uji validitas reliabilitas sampai dengan regresi dan pengujian hipotesis. Analisis Deskriptif Karakteristik Konsumen Karakteristik terhadap 96 konsumen meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan/uang saku, pendidikan, frekuensi pembelian dan sumber informasi hasil analisis deskriptif selengkapnya adalah sebagai berikut ; Jenis Kelamin Dari hasil angket yang telah disebarkan diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel.3. Tabel. 2 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki – laki 0 0% Perempuan 96 100% Jumlah 96 100% Sumber:Data primer yang diolah, 2014 Berdasarkan Tabel.2 dapat diketahui bahwa seluruhnya responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 96 orang atau 100%. Hal ini disebabkan karena produk yang ditawarkan oleh “Dhe_Shop“ adalah produk – produk kebutuhan wanita, seperti produk kecantikan. Usia Dari hasil angket yang telah disebarkan diperoleh hasil sebaran usia responden sebagaimana tampak pada Tabel.3. 218
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel. 3 Usia Responden Usia Jumlah Persentase < 20 tahun 25 26.0% 21 - 40 tahun 45 46.9% > 40 tahun 26 27.1% Total 96 100.0% Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Dari data Tabel.3 menunjukkan konsumen tas dan beautycare online shop “Dhe_Shop“ mayoritas berusia antara 21 - 40 tahun, yaitu sebesar 46,9% (45 orang). Sedangkan distribusi usia yang lain yaitu usia lebih dari 40 tahun sebesar 27,1% (26 orang), dan kurang dari 20 tahun sebesar 26% 25 orang. Kenyataan menunjukkan bahwa mayoritas konsumen adalah berusia muda. Hal ini berarti konsumen tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ adalah kelompok usia yang mempunyai tingkat aktivitas tinggi dengan produktivitas yang tinggi pula, serta menyukai trend mode. Dengan demikian usia responden cenderung mempengaruhi keputusan terhadap produk yang ditawarkan oleh tas dan beautycare online shop “Dhe_Shop“. Pekerjaan Data sebaran jenis pekerjaan responden tampak pada Tabel. 4. Tabel. 4 Pekerjaan Responden Pekerjaan Jumlah Persentase Pelajar/mahasiswa 26 Wiraswasta 8 PNS 21 IRT 17 Swasta 12 Lainnya 12 Total 96 Sumber: Data primer yang diolah, 2012
27.1% 8.3% 21.9% 17.7% 12.5% 12.5% 100.0%
Dari Tabel. 4 menunjukan pekerjaan responden mayoritas adalah pelajar/mahasiswa yaitu sebesar 27,1% (26 orang). Hal ini disebabkan karena pelajar/mahasiswa menyukai perubahan dan selalu mengikuti style terbaru, sehingga produk - produk yang ditawarkan oleh Dhe_Shop banyak disukai oleh anak muda (pelajar/mahasiswa), dimana produk tas dan beautycare yang ditawarkan oleh Dhe_Shop bervariasi dan up to date. Pendidikan Dari hasil angket yang telah disebarkan diperoleh hasil sebaran tingkat pendidikan responden seperti terlihat pada Tabel .5.
219
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Tabel. 5 Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase SMP 17 17.7% SMA 16 16.7% D3 19 19.8% S1 35 36.5% S2/S3 9 9.4% Total 96 100.0% Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Berdasar data Tabel.5 nampak mayoritas pendidikan responden adalah S1 sebesar 36,5% (35 orang). Sedangkan distribusi tingkat pendidikan yang lain yaitu SMA sebesar 16,7% (16 orang), D3 sebesar 19,8% (19 orang), S2/S3 sebesar 9,4% atau 9 orang dan SMP sebesar 17,7%. Kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan responden mayoritas adalah S1, artinya mayoritas konsumen tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ berpendidikan tinggi sehingga mampu memberikan penilaian representatif terhadap produk yang ditawarkan tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“. Uji Validitas Sebelum diperoleh data sesungguhnya maka sebuah studi dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa instrument penelitian/ kuesioner tersebut bebas dari kesalahan dan mudah dimengerti. Kehandalan ukuran yang menunjukkan kemantapan dan konsistensi dengan yang alat mengukur konsep dan membantu untuk mengevaluasi kebaikan sebuah ukuran (Cavana et al., 2001). Berdasarkan hasil uji validitas item pertanyaan dinyatakan valid semuanya, sebagaimana tampak pada Tabel.6.
Variabel Sense
Feel
Think
Act
Relate
Tabel. 6 Hasil Uji Validitas Indikator r hitung p value keterangan X1.1 0.872 0.000 valid X1.2 0.773 0.000 valid X1.3 0.771 0.000 valid X2.1 0.741 0.000 valid X2.2 0.758 0.000 valid X2.3 0.774 0.000 valid X3.1 0.690 0.000 valid X3.2 0.707 0.000 valid X3.3 0.836 0.000 valid X4.1 0.654 0.000 valid X4.2 0.548 0.002 valid X4.3 0.643 0.000 valid X4.4 0.577 0.001 valid X5.1 0.863 0.000 valid 220
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 X5.2 0.879 0.000 X5.3 0.819 0.000 Kepuasan Y1.1 0.521 0.003 Y1.2 0.584 0.001 Y1.3 0.779 0.000 Y1.4 0.532 0.003 Y1.5 0.569 0.001 Y1.6 0.683 0.000 Y1.7 0.578 0.001 Sumber : Data primer diolah, 2014
valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Dari Tabel.6 dapat diketahui nilai hasil perhitungan koefisien korelasi (rxy) seluruhnya mempunyai tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh butir dinyatakan valid. Artinya seluruh butir pertanyaan yang ada pada instrumen penelitian dapat dinyatakan layak sebagai instrumen untuk mengukur data penelitian. Uji Reliabilitas Suatu kuesioner reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam pengujian ini dilakukan dengan Uji Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 (Hair et al., 2003), maka intrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat ditunjukkan pada Tabel. 7. Tabel. 7 Hasil Uji Reliabilitas Alpha Variabel Crobach Nilai Kritis Sense 0.724 0.6 Feel 0.626 0.6 Think 0.697 0.6 Act 0.613 0.6 Relate 0.814 0.6 Kepuasan 0.697 0.6 Sumber : Data primer diolah, 2014
Status Handal Handal Handal Handal Handal Handal
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas untuk seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari nilai kritisnya yaitu 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner penelitian ini dapat dinyatakan handal/reliabel. Artinya kuesioner ini memiliki hasil yang konsisten jika dilakukan pengukuran dalam waktu dan model atau desain yang berbeda.
221
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian Untuk menjelaskan hasil penilaian responden terhadap variabel penelitian, dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada setiap variabel. Penilaian responden tertinggi adalah 4 dan skor penilaian terendah adalah 1 maka dapat ditentukan interval sebagai berikut : Interval =
skor maksimum - skor minimum 4 − 1 = = 0,75 jumlah kelas 4
Sehingga dapat ditentukan range jawaban sebagai berikut : Skor rata-rata antara 1,00 – 1,75 : Sangat tidak tepat/Sangat tidak puas/Sangat Rendah Skor rata-rata antara 1,76 – 2,50 : Tidak tepat/Tidak puas/ Rendah Skor rata-rata antara 2,51 – 3,25 : Tepat/Puas/Tinggi Skor rata-rata antara 3,26 – 4,00 : Sangat tepat/Sangat puas/Sangat tinggi Berdasarkan kriteria jawaban tersebut maka dapat dijelaskan deskriptif penilaian responden terhadap variabel penelitian sebagai berikut :
Variabel Experiential Marketing Penilaian terhadap variabel Experiential marketing meliputi penilaian pada kelima dimensi experiential marketing yaitu sense, feel, relate, think, dan act. Dari hasil jawaban responden yang telah dikumpulkan maka dapat dijelaskan distribusi penilaian responden atas variabel Experiential marketing. Berdasarkan hasil analisis deskriptif seperti pada Tabel. 8 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap Experiential marketing adalah sebesar 2,75 (tepat). Sedangkan penilaian tertinggi terjadi pada kualitas dari produk-produk online shop yang dijual di Dhe_Shop membuat ingin membeli dengan rata-rata sebesar 3,03 (tepat), dan penilaian terendah terjadi pada kehidupan social meningkat dengan menggunakan produk Dhe_Shop dengan rata-rata sebesar 2,43 (tidak tepat). Hal ini berarti konsumen telah memberikan penilaian yang tinggi terhadap experiential marketing pada tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Hasil ini menunjukkan bahwa tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ memberikan pengalaman tepat pada kepada konsumen melalui sense, feel, relate, think, dan act.
Dimensi
Sense
Feel
Tabel. 8 Penilaian Variabel Experiential Marketing Item Pertanyaan Rata-rata Kriteria Produk yang dijual di online shop Dhe_Shop sesuai kebutuhan 2.86 Tepat Layanan menyenangkan 2.80 Tepat Online shop memotivasi untuk membeli produk Dhe_Shop 2.67 Tepat Rata – rata 2.78 Tepat Nyaman dengan produk yang ditawarkan Dhe_Shop 2.54 Tepat Sangat aman untuk bertransaksi di 2.57 Tepat 222
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Dhe_Shop . Desain iklan online shop di berbagai media sosial membuat yakin dan nyaman Rata - rata Ingin mengetahui tentang produk Think Dhe_Shop. Ingin membeli produk Dhe_Shop. Produk dan layanan Dhe_Shop memusnahkan semua kabar yang tidak benar tentang online shop Rata - rata Merekomendasikan online Dhe_Sop Act pada teman – teman Kehidupan sosial meningkat dengan menggunakan produk Dhe_Shop. Kualitas dari produk –produk online shop yang dijual di Dhe_Shop membuat ingin membeli. Ingin lebih mengekplorasi kegiatan menggunakan online shop Dhe_Shop Rata - rata Antusias karena adanya layanan online Relate shop Dhe_Shop Komunitas pengguna produk online shop Dhe_Shop memudahkan bertukar pengalaman Komunitas pengguna produk Dhe_Shop menimbulkan rasa persaudaraan. Rata - rata Rata - rata total Sumber : Data primer diolah, 2014
2.54 2.55
Tepat Tepat
2.83 2.93
Tepat Tepat
2.74 2.83
Tepat Tepat
2.68
Tepat
2.43
Tidak Tepat
3.03
Tepat
2.88 2.75
Tepat Tepat
2.83
Tepat
2.91
Tepat
2.76 2.83 2.75
Tepat Tepat Tepat
Variabel Kepuasan Konsumen Dari hasil jawaban responden maka dapat dijelaskan distribusi penilaian responden atas variabel kepuasan konsumen seperti pada Tabel. 9.
223
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel. 9 Penilaian Variabel Kepuasan Konsumen Item Pertanyaan Rata-rata Puas memutuskan untuk membeli produk Kepuasan Dhe_Shop 2.71 Memilih produk Dhe_Shop adalah pilihan yang tepat. 2.80 Merasa tidak nyaman jika tidak menggunakan produk Dhe_Shop. 2.90 Berfikir benar jika menggunakan produk Dhe_Shop. 2.89 Senang jika menggunakan produk Dhe_Shop. 2.73 Mempunyai komitmen untuk menggunakan produk Dhe_Shop. 3.01 Bangga menggunakan produk Dhe_Shop. 2.95 Rata - rata total 2.85 Sumber : Data primer diolah, 2014 Dimensi
Kriteria Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas
Berdasarkan Tabel. 9 menunjukkan rata-rata penilaian responden terhadap kepuasan konsumen adalah sebesar 2,85 (puas). Hal ini berarti konsumen telah dapat terpenuhi harapannya selama melakukan pembelian pada “Dhe_Shop“, sehingga konsumen berminat menggunakan jasa toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“.
Komitmen Konsumen Komitmen dari unsur perilaku sebagai upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bernilai. Dari hasil jawaban responden maka dapat dijelaskan distribusi penilaian responden atas variabel komitmen konsumen.
Tabel. 10 Penilaian Variabel Komitmen Konsumen Dimensi
Item Pertanyaan Rata-rata Jika online Dhe_shop sudah tidak ada Komitmen maka akan menimbulkan kerugian 2.71 Rata - rata total 2.71 Sumber : Data primer diolah, 2014
Kriteri a Tinggi Tinggi
Dari Tabel. 10 menunjukkan hasil deskriptif terhadap komitmen konsumen memiliki rata-rata sebesar 2,71 (tinggi). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen telah loyal pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen akan merasa rugi jika tidak melakukan transaksi di toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“, sehingga keberadaan toko online tersebut sangat dibutuhkan oleh konsumen.
224
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Analisis Statistik Analisis statistik dalam penelitian ini ada 2 regresi, yaitu analisis regresi linier berganda dan regresi linier sederhana.
Pengaruh Experiential Marketing terhadap Kepuasan Konsumen (Model I) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan konsumen dapat dirangkum dalam Tabel. 11.
Tabel. 11 Estimasi Analisis Regresi Linier Berganda r r2 Variabel Variabel Adj.R Independent Beta Sig-t partial partial Square Dependent Kepuasan (Constant) 0.758 0.597 I Sense 0.147 0.008 0.275 0.075 Feel 0.150 0.014 0.255 0.065 Think 0.107 0.048 0.207 0.043 Act 0.157 0.018 0.246 0.060 Relate 0.201 0.000 0.411 0.169 Sumber : Data primer diolah, 2014
Sig-F 0.000
Uji F dan Koefisien Determinasi . Hasil uji F seperti tampak pada Tabel.11 diketahui Sig-F sebesar 0,000<0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh secara serentak dan signifikan variabel experiential marketing yang meliputi: feel, sense, think, act dan relate terhadap kepuasan. Kemudian untuk menunjukkan berapa persen variabel kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh kelima dimensi experiential marketing, dapat dilihat dari koefisien determinasi. Dari Tabel.11 dapat diketahui koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,597 yang berarti bahwa 59,7% kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh kelima variabel experiential marketing yang terdiri dari sense, feel, think, act, dan relate. Sedangkan sisanya sebesar 40,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian
Uji t dan Koefisien Determinasi Parsial Hasil uji t pengaruh experiential marketing pada dimensi sense terhadap kepuasan konsumen diperoleh Sig-t sebesar 0,008<0,05. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan experiential marketing pada dimensi sense terhadap kepuasan konsumen. Hasil uji t pengaruh experiential marketing pada dimensi feel terhadap kepuasan konsumen diperoleh Sig-t sebesar 0,014<0,05. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan experiential marketing pada dimensi feel terhadap kepuasan konsumen. Hasil uji t pada dimensi think diperoleh sig sebesar 0,048<0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan experiential marketing pada dimensi think terhadap kepuasan konsumen. Hasil uji t pada dimensi act diperoleh sig sebesar 0,018<0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan experiential marketing pada dimensi act terhadap kepuasan konsumen. Hasil uji t pada dimensi relate 225
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
diperoleh sig sebesar 0,015<0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan experiential marketing pada dimensi relate terhadap kepuasan konsumen. Hasil koefisien determinasi parsial (r2) pada persamaan pertama diketahui pengaruh relate terhadap kepuasan adalah sebesar 16,9%, sense terhadap kepuasan adalah sebesar 7,5%, feel terhadap kepuasan adalah sebesar 6,5%, act terhadap kepuasan adalah sebesar 6% dan think terhadap kepuasan adalah sebesar 4,3%. Dengan demikian variabel experiential marketing yang dominan mempengaruhi kepuasan konsumen pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ Yogyakarta adalah dimensi relate.
Uji Asumsi Klasik Model I Uji Multikolinieritas Hasil uji multikolinieritas pada model 1 adalah sebagai berikut:
Tabel. 12 Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model 1
X1 X2 X3 X4 X5
Collinearity Statistics Tolerance VIF .775 1.290 .593 1.685 .711 1.407 .672 1.487 .656 1.524
a. Dependent Variable: Y1
Sumber : Data primer diolah, 2014 Berdasarkan Tabel. 12 menunjukkan seluruh variabel independent memiliki nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengandung gejala multikonieritas.
Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian heteroskedastisitas pada model 1 dapat dilihat pada Gambar . 1.
226
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Gambar. 1
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar..1 terlihat bahwa data residual pada model 1 persamaan regresi diketahui data menyebar diatas maupun dibawan titik 0 dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian model regresi yang diajukan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas.
Uji Normalitas Hasil pengujian Normalitas pada model 1 dapat ditunjukkan pada Gambar. 2.
Gambar.2 Uji Normalitas Dari Gambar.2 dapat diketahui bahwa sebaran data cenderung mengikuti kurva normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier telah menggunakan data berdistribusi normal.
Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model digunakan sudah benar atau tidak. Uji yang digunakan yaitu dengan uji Ramsey Test. Uji Ramsey Test merupakan suatu uji yang disebut general test of spesification atau RESET. Hasil uji linieritas dapat ditunjukkan pada Tabel.13 dan Tabel. 14 berikut :
227
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel. 13 Uji Ramsey Test Regresi OLD Model Summary Model 1
R .786a
R Square .618
Adjusted R Square .597
Std. Error of the Estimate .30962
a. Predictors: (Constant), X5, X1, X3, X4, X2
Tabel 14. Regresi NEW Model Summary Model 1
R .968a
R Square .936
Adjusted R Square .932
Std. Error of the Estimate .12731
a. Predictors: (Constant), DFFIT, X3, X4, X1, X5, X2
Hasil R2 Old = 0,618 Hasil R2 New = 0,936 (R 2 new - R 2 Old)/m (0,936 − 0,618) / 1 0,318 = = F hitung = = 454,3 2 (1 − 0,936) /(96 − 5) 0,0007 (1 - R new)/(n - k) F tabel = F(0,05;4;92)= 2,4707 Sumber: Data primer diolah, 2014
Berdasarkan hasil uji linieritas menunjukkan bahwa model regresi menunjukkan hubungan yang linier karena nilai F hitung > F Tabel (454,3>2,4707), sehingga model regresi memiliki hubungan yang linier antara variabel independent terhadap variabel dependen. Dengan demikian berdasarkan semua hasil dari uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model 1 regresi berganda dalam penelitian ini dapat dinyatakan memenuhi persyaratan untuk dilakukan penelitian dengan alat analisis regresi berganda. Pengaruh Kepuasan terhadap Komitmen Konsumen (Model II)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pengaruh kepuasan terhadap komitmen konsumen dapat dirangkum dalam Tabel. 15. Tabel. 15 Estimasi Analisis Regresi Sederhana Adj.R Koefisien Variabel Variabel regresi Sig-t Square Independent Dependent Komitmen (Constant) 0,122 0.203 II Kepuasan 0.906 0.000 Sumber : Data primer diolah, 2014
Sig-F 0.000
228
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Uji F dan Koefisien Determinasi
Hasil uji F seperti tampak pada Tabel.15 diketahui Sig-F sebesar 0,000<0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh secara serentak dan signifikan variabel kepuasan terhadap komitmen. Kemudian untuk menunjukkan berapa persen variabel komitmen konsumen dapat dijelaskan oleh kepuasan konsumen dapat dilihat dari koefisien determinasi. Dari Tabel.15 dapat diketahui koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,203 yang berarti bahwa 20,3% komitmen konsumen dapat dijelaskan oleh kepuasan. Sedangkan sisanya sebesar 79,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Uji Asumsi Klasik Model II Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas pada model 2 dapat dilihat pada Gambar.3.
Gambar.3 Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan Gambar..3 terlihat data residual pada model 2 persamaan regresi diketahui data menyebar diatas maupun dibawan titik 0 dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian model regresi yang diajukan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas. Uji Normalitas
Hasil pengujian Normalitas pada model 2 dapat ditunjukkan pada Gambar. 4. Dari Gambar. 4 dapat diketahui bahwa sebaran data cenderung mengikuti kurva normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier telah menggunakan data berdistribusi normal.
229
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Gambar.4 Uji Normalitas Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model digunakan sudah benar atau tidak. Uji yang digunakan yaitu dengan uji Ramsey Test. Uji Ramsey Test merupakan suatu uji yang disebut general test of spesification atau RESET. Hasil uji linieritas dapat ditunjukkan pada Tabel. 16 dan Tabel. 17. Tabel. 16 Uji Ramsey Test
Regresi OLD
Model Summary Model 1
R R Square .460a .211
Adjusted R Square .203
Std. Error of the Estimate .85843
a. Predictors: (Constant), Y1
Tabel. 17 Regresi NEW Model Summaryb Model 1
R .905a
R Square .818
Adjusted R Square .814
Std. Error of the Estimate .41446
a. Predictors: (Constant), DFFIT, Y1 b. Dependent Variable: Y2
230
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Hasil R2 Old = 0,211 Hasil R2 New = 0,818 (R 2 new - R 2 Old)/m (0,818 − 0,211) / 1 0,607 = F hitung = = 303,5 = 2 (1 − 0,818) /(96 − 1) 0,002 (1 - R new)/(n - k) F tabel = F(0,05;4;93)= 3,0943 Sumber: Data primer diolah, 2014 Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa model regresi menunjukkan hubungan yang linier karena nilai F hitung > F Tabel (303,5>3,0943), sehingga model regresi memiliki hubungan yang linier antara variabel independent terhadap variabel dependent. Berdasarkan semua hasil uji asumsi klasik nampak bahwa model 2 regresi sederhana dalam penelitian ini dapat dinyatakan memenuhi syarat, sehingga model tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Pembahasan
Hasil analisis regresi linier berganda model 1 menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel experiential marketing secara bersama-sama dan parsial terhadap kepuasan konsumen pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“. Signifikansi tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai p value yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5%. Hal ini berarti experiential marketing telah mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kepuasan konsumen pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“. Experiential marketing merupakan pengalaman atau peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus tertentu ( misalnya yang diberikan oleh pihak pemasar sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa). Adanya stimulus dari toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“sangat memuaskan sehingga mampu memberikan kesan yang baik pada konsumen ketika melakukan pembelian di toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“. Pada variabel sense menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“. Hal ini berarti jika experiential marketing pada dimensi sense semakin meningkat maka kepuasan konsumen juga akan semakin meningkat. Sense merupakan aspek yang berwujud dan dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat ditangkap atau dirasakan oleh panca indera manusia, meliputi pandangan, suara, bau, rasa dan sentuhan. Oleh karena itu pihak manajemen toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ perlu menggunakan sense marketing untuk lebih membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Hasil ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Alkilani et al (2013). Dimensi Feel berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen, artinya semakin baik feel maka kepuasan konsumen semakin meningkat.. Hasil ini didukung oleh penelitian Alkilani et al (2013). Feel berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. Yang dan He (2011) menegaskan bahwa pengalaman emosional meliputi suasana hati dan perasaan dengan tujuan menciptakan pengalaman efektif yang berkisar dari suasana hati yang positif sedikit melekat pada sebuah merek untuk emosi yang kuat sukacita dan kepuasan. Perasaan yang paling kuat ketika mereka terjadi selama konsumsi. Perasaan yang kuat hasil dari kontak dan interaksi, dan mereka berkembang dari waktu ke waktu. Disertai dengan perasaan positif dalam situasi
231
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
konsumsi, konsumen merangkul emosi positif (Schmitt, 1999). Dengan demikian pihak manajemen online shop perlu tetap mengelola suasana hati konsumen dengan cara melibatkan konsumen dalam event-event tertentu sehingga kepuasan konsumen dapat tercipta. Think berpengaruh signifikan positif terhadap kepuasan konsumen pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“. Hal ini berarti jika think semakin meningkat maka kepuasan konsumen pada toko online tas dan beautycare online shop “ Dhe_Shop“ juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan think champaign yang dilakukan perusahaan dengan memberi tantangan kepada konsumen, yaitu dengan cara memberikan problem-solving experiences, serta mendorong pelanggan untuk berinteraksi secara kognitif serta kreatif dengan perusahaan atau produk sepenuhnya mampu menarik minat konsumen, pelayanan jasa atau produk dengan memberikan surprise membuat konsumen merasa nyaman, sehingga pengalaman unik atau problem-solving experiences yang diberikan mampu mempengaruhi kepuasan konsumen. Menurut Schmitt (1999), berpikir pengalaman adalah praktek kreatif dan teoritis, yang memerlukan praktik intelijen dalam rangka menciptakan pengalaman kognitif dan pemecahan masalah melalui keterlibatan kreatif dengan konsumen. Tujuan berpikir pengalaman adalah untuk mendorong konsumen untuk berpikir dan tertarik dengan cara yang kreatif sehingga dapat menghasilkan umpan balik evaluasi ulang kepada perusahaan dan merek. Namun demikian hasil ini tidak sesuai dengan yang dihasil oleh Alkilani et al (2013). Pada penelitian Alkilani et al (2013) menyimpulkan bahwa act tidak berhubungan dengan kepuasan konsumen. Sementara pada penelitian ini variabel act menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen pada “ Dhe_Shop“. Hal ini berarti jika experiential marketing pada dimensi act semakin meningkat maka kepuasan konsumen juga akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena act merupakan tindakan yang berhubungan dengan keseluruhan individu untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Pesan – pesan yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan dapat menyebabkan pelanggan untuk berbuat hal – hal dengan cara berbeda. Pelanggan yang bertransaksi pada “ Dhe_Shop“ memiliki pengalaman baru dalam memilih produk dan mampu membentuk style pelanggan serta desain website mendukung konsumen untuk saling berinteraksi dengan vendor maupun konsumen lain sehingga menambah wawasan baru bagi pelanggan. Demikian pula pada variabel relate menunjukkan tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen Alkilani et al (2013), sedang pada “ Dhe_Shop“ hasilnya berkebalikan.. Hal ini berarti jika experiential marketing pada dimensi relate semakin meningkat maka kepuasan konsumen juga akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan masyarakat atau budaya. Relate menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi pelanggan untuk pembentukan self – improvement, status sosial-ekonomi dan image. Jika konsumen yang bertransaksi di “ Dhe_Shop“ semakin memiliki status sosial-ekonomi yang tinggi maka kepuasan ketika berkunjung ke situs tersebut juga semakin meningkat. Relate marketing merupakan kombinasi think, feel, sense, dan act marketing yang bertujuan untuk mengaitkan individu dengan sesuatu yang berada di luar dirinya, dengan orang lain, kelompok-kelompok sosial lainnya dalam pekerjaan, etnis, atau gaya hidup, dan bahkan dengan ruang lingkup sosial yang lebih luas, seperti negara, masyarakat, dan budaya. Berdasarkan riset, dalam prakteknya relate selalu berhubungan dengan keempat aspek sebelumnya. Sense biasanya berkaitan dengan relate, feel dengan relate, atau act dengan relate tetapi relate hampir selalu ada dimanapun. Hasil penelitian Alkilani et al (2013). untuk variabel kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen konsumen. Hal ini sesuai dengan penelitian pada online 232
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
“ Dhe_Shop“. Ini berarti jika kepuasan konsumen semakin meningkat maka komitmen konsumen juga akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena konsumen yang telah menganggap bahwa harapan konsumen telah terpenuhi atas kebutuhan-kebutuhan dasar maka loyalitas konsumen akan semakin kuat, sehingga konsumen akan meningkatkan penggunaan terhadap jasa tersebut dan konsumen merasa rugi jika tidak ada “ Dhe_Shop“. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan konsumen menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya komitmen konsumen. Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil temuan di atas dapat disimpulkan penelitian ini memberikan wawasan dan umpan balik untuk pemasaran dari online shop. Pihak manajemen online shop harus menekankan tingkat feel, sense, think, act dan relate diantara para konsumen online shop untuk tujuan meningkatkan tingkat kepuasan mereka. Administrator harus mengadopsi pendekatan terpadu untuk mengembangkan faktor penentu dalam mengevaluasi pengalaman pelanggan. Dengan meningkatkan kepuasan konsumen, hal ini akan menyebabkan tingkat yang lebih tinggi komitmen konsumen untuk berbelanja melalui online shop. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: generalisasi hasil dan kesimpulan yang diambil dari penelitian ini dibatasi oleh keterwakilan sampel di mana metode sampling non-probabilistik dan convenience sampling yang digunakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari kuesioner yang dikirim ke konsumen yang berbelanja melalui online shop “ Dhe_Shop“, akibatnya, mungkin sulit untuk mengadopsi temuan ke segmen lain pelanggan, industri, atau negara. Karena keterbatasan penelitian ini, beberapa saran yang untuk penelitian lebih lanjut seperti adopsi studi longitudinal dan teknik probability sampling. Daftar Pustaka
Andreani, Fransisca, (2007), Experiential Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran). Jurnal Manajemen Pemasaran, 2 (1), p 1-8. Bowen J, and Shoemaker, S (1998), Loyalty; a Strategy Comimitment, Corenll Quartely, Vol 2, p. 12-22.
H.R.A
Cavana, R.Y, Delahaye, B.L, Sekaran U. (2001). Applied Business Research: Qualitative and Quantitative Methods. Queensland, John Wiley & Sons. Engel, J. F, R. D. Black Well, dan P.W Miniard (1994). Perilaku Konsumen (terj), Jilid I, Edisi Pertama, Jakarta: Binarupa Aksara. Gentile, C., Spiller, N., & Noci, G. (2007). How to Sustain the Customer Experience: An Overview of Experience Components that Co-Create Value with The Customer. European Management Journal, 25(5), 395-410. Gounaris, S.P, (2005), Trust and Commitment Influences on Customer Retention: Insight from Business to Business Services, Journal of Business Research, 58, p 126 – 140. 233
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Hair, J. F. Jr., Babin, B., Money, A. H., & Samouel, P. (2003). Essential of Business Research Methods. United States of America John Wiley & Sons. Hair, J. F. J., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E., & Tatham, R. L. (2006). Multivariate Data Analysis. New Jersey: Pearson Education Jankowicz, A. D. (2005). Business Research Project (4th ed.). London: Thomson Learning Khaled Alkilani, Kwek Choon Ling, & Anas Ahmad Abzakh. (2013), The Impact of Experential Marketing and Customer Satisfaction on Customer Commitment in the World of Networks, Asian Social Science, 9 (1), p 262 – 270. Kotler, P. (2003). Marketing Insights from A to Z: 80 Concepts Every Manager Needs to Know. John Wiley & Sons, Inc. ---------- (2000), Manajemen Pemasaran di Indonesia, Alih Bahasa : AB Susanto, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat Lee, M. S., Hsiao, H. D., & Yang, M. F. (2011). The Study of The Relationships among Experiential Marketing, Service Quality, Customer Satisfaction and Customer Loyalty. The International Journal of Organizational Innovation, 3(2), 353-379. Lin,
Kuo-Ming., Chang, Chia-Ming., Lin, Zen-Pin, Tseng, Ming-Lang., Lan W. Lawrence.( 2009), Application of Experiential Marketing Strategy to Identify Factors Affecting Guests‟ Leisure Behaviour in Taiwan Hot-Spring Hotel. WSEAS Transactions on Business and Economics, Issue 5, Volume 6, p.229-240.
Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research: An Applied Orientation (4th ed.). New Jersey: Prenticall-Hall. Moorman, Christine, Gerald Zaltman & Rohit Deshpande (1992), “Relationships Between Providers and User of Marketing Research: The Dynamics of Trust Within and Between Organization,” Journal of Marketing Research, 29 (August), p.314-329. Morgan, Robert M. & Shelby D. Hunt (1994), “The Commitment Trust Theory of Relationship Marketing, Journal of Marketing, July, p. 20-38. Pine, B. Joseph., and Gilmore H. James. (1999), The Experience Economy: Work is Theatre and Every Business a Stage. Boston: Harvard Business School Press. Schmitt, H. Bernd (1999). Experiential Marketing: How to get your customer to sense, feel, think, act and relate to your company and brands. New York: The FreePress. Umar, Husein (2005). Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pusat
234
Budi Astuti Desti Sumayanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Vargo, S. L., & Lusch, R. F. (2004). Evaluating to a new dominant logic for marketing. Journal of Marketing, 68(1), 1-17. Yang, Z. Y., & He, L. Y. (2011). Goal, Customer Experience and Purchase Intention in a Retail Context in China: An empirical study, African Journal of Business Management, 5(16), 6738-6746. Yuan, Y. H., & Wu, C. (2008). Relationships Among Experiential Marketing, Experiential Value, and Customer Satisfaction. Journal of Hospitality & Tourism Research, 32, 399.
235
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak dengan Insentif Pajak Sebagai Pemoderasi. (Studi pada perusahaan pertambangan di Indonesia) Warsono1, Yuli Ardianto2
[email protected] [email protected] 1,2 FakultasEkonomi dan Bisnis, Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jakarta 12640, Indonesia Abstract This study aims toexamine the effectofcorporatesocialresponsibility(CSR) to taxaggresiveness with the tax incentive as a moderator. The study population used is the mining companies listed in Indonesia Stock Exchange. Sampling method using purposive samplingobtained by 34 companies of reach with 2011-2015. This study used Corporate Social Responsibility (as independend variable) and Tax Aggressiveness(as dependend variable) and Tax Incentive (as moderating vatriable). Tocontrol the effect of CSR to tax aggresiveness,primarily as a result of the use of moderating variable,this study used variable controls :Leverage, Size, Return on Assets (ROA), Capital Intensity and Inventory Intensity. The dependent variable in this study is tax aggressiveness. It was measured by usingproxy :effective tax rate(ETR).CSR has been carried out by using Corporate Social Responsibility Index (CSRI).Data analysis technique has been done by using Moderated Regression Analysis (MRA). The data was processed using SPSS 22. The result shows that CSR has negative influence to tax agressiveness. The higherthelevelof CSR disclosure of acorporation, thelower isthelevelof tax aggressiveness.Tax incentives is proven and capable to strenghthen the relations between CSR and Tax Aggressivenes. CSR stimultantly tested with the control variables showed similar result that it has negative influence the higherthe levelof CSR disclosure of acorporation, thelower isthelevelof tax aggressiveness. Keywords: Corporate Social Responsibility, Tax Aggressiveness, Efective Tax Rate Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruhCorporate SocialResponsibility(CSR) terhadap agresivitas pajak dengan insentif pajak sebagai pemoderasi.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Metode pengambilan sampel menggunakan purposive samplingsehingga didapatkan 34 perusahaan selama periode tahun 2011-2015.Penelitian ini menggunakan Corporate Social Responsibilitysebagai variabel independen dan Aggresivitas Pajak sebagai variabel dependen serta Insentif Pajak sebagai variabelmoderating.Untuk mengendalikan pengaruh CSR terhadap agresivitas pajakterutama sebagai akibat penggunaan variabel moderating, dalam penelitian ini digunakan variabelkontrol :Leverage, Ukuran Perusahaan, Return on Assets (ROA), Capital IntensitydanInventory Intensity. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aggresivitas pajak yang diukur menggunakan proksieffective tax rate(ETR). Pengukuran variabel CSRmenggunakan Corporate Social Responsibility Index (CSRI).Metode yang digunakan untuk menganalisis
236
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajeme men Bisnis Indonesia Vol. 2,, Nomor N 2, Feb 2015
data adalah analisis regresi lin linier berganda yang dimoderasi (Multiple Reg egression Analysis / MRA).Data tersebut diolah den engan SPSS 22. Hasil penelitian menu nunjukkan bahwa CSR berpengaruh negatiff terhadap t agresivitas pajak.Semakin tinggi CSR semakin se rendah tingkat agresivitas pajak.Ins nsentif Pajak terbukti mampu memperkuat hubunga gan antara CSR dengan Agresivitas Pajak.Pen engujian CSR secara bersama-sama dengan variabe bel kontrol menunjukkan hasil yang sama yaitu itu CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. pa Keywords: Corporate Sociall R Responsibility, Tax Aggressiveness, Efectivee Tax Rate Pendahuluan Penghindaran pajak agresif a (agresivitas pajak) dilakukan denga gan berbagai skema transaksi keuangan, baik yan ang legal maupun illegal berdampak mempen engaruhi penurunan penerimaan negara yangg digunakan untuk tujuan peningkata atan kesejahteraan masyarakat.pemungutan pajak jak di Indonesia berdasarkan self assessment nt (wajib pajak menghitung, menyetor dan me melaporkan sendiri pajak yang terutang) denga gan tulang punggung kepatuhan sukarela (voluntar tary compliance), maka seharusnya wajib pajak p menjalankan kewajiban membayar pajakk dengan benar. Namun demikian, dari sudu dut pandang logika bisnis, mereka menganggapp bahwa b pajak adalah biaya pelaksanaan usa saha (cost of doing business).Model pemikiran ini akan menyebabkan perusahaan per erusahaan berusaha mengeluarkan beban pajak seefisien s mungkin, perusahaan akan melak akukan perencanaan pajak (tax planning) yang ng bertujuan untuk meminimalkan pajak jak terutang untuk memaksimalkan laba sebelum um pajak yang optimal. (Mangoting, 1999). Strategi S manajerial untuk meminimalkan pajak m melalui tindakan agresivitas pajak menjadi fitu itur yang umum dari lanskap perusahaan di selu eluruh dunia (Lanis dan Richardson,2012) 2).Perusahaan lebih mempertimbangkan pengeluar uaran dana untuk CSR yang dapat mengurang ngi laba kena pajak. Seharusnya perusahaan tidakm kmelakukanstrategictax behaviour (perilaku pe penghindaran pajak) yang merusakhubungankonstiitutifantaranegaradanperusahaan(Avi-Yonnahh, 2008). Rendahnya tax ratio tio Indonesia disbanding negara ASEAN Ntelah mendorong Direktorat Jenderal Pajak (DJ DJP)dan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) untu tuk membuat aturan (tax policy) dan usaha lainnya ya (tax effort) yang mampu meningkatkan kep epatuhan wajib pajak dengan memperluas basis pem emajakan (baik jumlah wajib pajak maupun Per eraturan Perundangundangan yang memperluas objek ob pemajakan). Gambar ar 1 :Tax Ratio 5 Negara ASEAN Tahun 2015 20
TAX AX R RATIO 5 NEGARA ASEAN - 2015 20.00% 15.00% 10.00% 12.70 5.00% 0.00%
16.50
16.00 14.00
12.90
Fenomena agresivitass pajak tidak hanya terjadinya di perusahaann penanaman modal asing. Fenomena agresivitass pajak p juga terjadi pada perusahaan pertamba bangan.Hal ini dapat dilihat adanya ketetapan paj ajak hasil pemeriksaan DJP dan rendahnya ya tax ratio sektor 237
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
pertambangan.Pada tahun 2010 beberapa perusahaan pertambangan mempunyai tunggakan pajak dari hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masing-masing Rp1,5triliun untuk PT. Kaltim Prima Coal, Rp 376 miliar untuk PT. Bumi Resources,dan US$27,5 juta untuk PT. Arutmin (Hardianti, 2013). Disamping itu, data tax ratio sektor pertambangan menunjukkan rasio sebesar 9,4 % (Saputra, 2015). Nilai tersebut menunjukkan angka di bawah tax ratio secara nasional, yaitu sebesar 10,88 %. Fenomena ketetapan pajak dari DJP dan rendahnya tax ratio sektor pertambangan di bawah tax ratio secara nasional ini mengindikasikan terjadinya tindakan agresivitas pajak di sektor pertambangan. Dalam Undang-Undang RI No. 40 tahun2007pasal74mengenai tanggung jawab social dan lingkungan, tertulis bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Sebutan lain bagi tanggung jawab perusahaan adalah Corporate Social Responsibility (CSR). Pengungkapan CSR adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al.,1987 dalam Rosmasita, 2007). Terdapat ketentuan dalam Pasal 66 ayat 2c UU No. 40 tahun 2007, yang menyatakan bahwa semua perseroan wajib untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Dalam pandangan bisnis bahwa pembayaran CSR dan pajak adalah cost of doing businessyang mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang dan jasa untuk masyarakat (public goods and services), maka perusahaan akan merencanakan CSR dan pajak seefisien mungkin dan dimungkinkan untuk memilih salah satu dari keduanya. Penelitian akuntansi terkait CSR terhadap agresivitas pajak telah banyak dilakukan, seperti, Tongkachock dan Chaikeaw (2012) dan Gamerschlagetal (2011) meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi pengungkapan aktivitas CSR di Thailand dan Jerman. Esadan Ghazali (2010) meneliti pengaruh corporate governance terhadap luas pegungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan milik Negara Malaysia. Jose dan Lee (2007), serta Wanderleyetal (2008) meneliti luas pengungkapan CSR pada media web site perusahaan. Frostetal (2005) mensurvei luas pengungkapan CSR pada tiga media pelaporan, yakni laporan tahunan, laporan berkelanjutan, dan website perusahaan. Alvarezetal (2011) menguji pengaruh reciprocal antara praktek CSR dan inovasi. Hong dan Andersen (2011), Chichetal (2008), sertaYipetal (2011) meneliti pengaruh CSR terhadap earning management. Dan Lanis dan Richardson (2012) yang menginvestigasi pengaruh antara aktivitas CSR dan tingkat tax avoidance perusahaan. Lanis dan Richardson, 2012; Huseynov dan Klam, 2012 dalam penelitiannya membahas hubungan antara pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak dengan proksi ETR (EffectiveTaxRates), semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR dari suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajak perusahaan tersebut. Fenomena inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian penghindaran pajak agresif dengan proksi Effective Taxes Rate (ETR).ETR merupakan efektifitas pembayaran pajak perusahaan yang merefleksikan besarnya penghindaran pajak atas perhitungan tarif pajak terhadap laba perusahaan.Penelitian dikaji terhadap 34 perusahaan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015,bahwa dari 34 perusahaan pertambangan di Indonesia rata-rata melakukan Agresivitas pajak lebih rendah dibanding tarif PPh WP Badan sesuai pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar 25 %. ETR merupakan efektifitas pembayaran pajak perusahaan yang merefleksikan besarnya penghindaran pajak atas perhitungan tarif pajak terhadap laba perusahaan.ETR mereprentasikan berapa presentase perusahaan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial. Perusahaan Tambang di Indonesia rata rata telah mengungkapkan CSR sebesar 58,9 % dari 79 item indikator pengungkapan CSRI menurut GRI 3.0. Pemberian insentif 238
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
pajak bagi perusahaan pertambangan ini diberikan sesuai ketentuan pasal 6 ayat 1 UU PPh jo PP 93 tahun 2010 atau pelaksanaan ketentuan Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Telaah Teori dan Pengembangan Hpotesis Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991). TPB sangat sesuai digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku. Sebagaimana dikatakan oleh Ajzen (1991) bahwa TPB is suitable to explain any behavior which requires planning, such as entrepreneurship (TPB cocok untuk menjelaskan perilaku apapun yang memerlukan perencanaan, seperti penghindaran pajak agresif yang dilakukan melalui tax planning). TheoryofPlanned Behaviorrelevan untukmenjelaskan perilaku individu atau perusahaan dalammemenuhikewajiban perpajakannya.. Hal tersebut dilakukan sesuai kesadaran wajib pajak..Sebaliknya keyakinan yang rendah akan pentingnya membayar pajak akan menyebabkan rendahnya kesadaran untuk membayar pajak melalui perilaku penghindaran pajak. Perilaku kepatuhan pajak atau perilaku penghindaran pajak juga dibentuk oleh hal yang mempermudah atau mempersulit perilku (perceived behavioral). Hanlon dan Heitzman (2010) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat dua belas pendekatan pengukuran agresivitas pajak yang biasa digunakan oleh peneliti-peneliti perpajakan. Kedua belas pengukuran tax avoidance tersebut terdiri dari GAAPETR, Current ETR, Cash ETR, Long-runcash ETR, ETR differential, LEVX, Total BTD, Temporary BTD, Abnormal Total BTD, Unrecognized taxbenefit, Taxshelter activity, dan Marginal tax rate. Dari keduabelas pengukuran tax aggressiveness atau tax avoidance tersebut, tidak ada pengukuran dapat menangkap secara sempurna adanya agresivitas atau penghindaran pajak. Sementara itu, Lanis dan Richardson (2012) yang dalam penelitiannya menggunakan pengukuran ETR, menyatakan bahwa alas an mereka menggunakan ETR adalah karena pengukuran ini banyak digunakan dalam literatur terkait tax aggressiveness. Penelitian tentang hubungan CSR dengan Agresivitas pajak telah diungkapkan diantaranya, Rina Winarsih, Prasetyono dan M. Syam Kusufi (2013), meneliti tentang Pengaruh GCG (Ukuran Dewan Komisaris,Dewan Direksi dan Komite Audit) dan CSR terhadap tindakan Pajak Agresif (2009–2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif Perusahaan 1)Ukuran Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif Perusahaan.2)Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif Perusahaan dan 3)CSR tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif Perusahaan. I Made Surya Dharma dan Putu Agus Ardiana(2015), meneliti tentang Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan dan Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance (2012 - 2014); hasil penelitiannya membuktikan 1)Leverage berpengaruh negative terhadap Tax Avoidance, 2) Intensitas Aset Tetap berpengaruh negative terhadap Tax Avoidance, 3) Ukuran Perusahaan berpengaruh Positif terhadap Tax Avoidance dan 4) Koneksi Politik tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Roman Lanis dan Grant Richardson(2010), melakukan penelitian mengenai CorporateSocial Responsibility and Tax Aggressiveness : An emprical analysis (2008-2009). Hasil penelitian membuktikan CSR Berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan semakin rendah tingkat agresivitas pajak perusahaan. 239
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Hubungan CSR dengan agresivitas pajak dapat dijelaskan bahwa CSRmerupakanbentuktanggung jawabperusahaankepadasemua stakeholdernya.HuseynovdanKlam (2012) dalam penelitiannya menunjukkanbahwa semakintinggitingkatpengungkapan CSR darisuatuperusahaan,semakin rendah tingkat agresivitaspajak perusahaan tersebut. H1 : CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak Denganadanya ketentuan pasal 6 ayat 1 huruf i, j, k, k dan m UU PPh serta PPNo.93Tahun2010,makaakanterjadipenurunan tingkat agresivit as pajak.KarenadengandiperbolehkannyamencatatpengeluaranCSR tertentusebagaibiaya secara fiskal (deductible expenses),makaperusahaantidakperlulagimenyiasati pengeluaranaktivitasCSRnyakeposbiayayanglain.Selainitu,peraturantersebut jugamenetapkanbeberapasyaratyangharusdipenuhiagarsuatusumbangandapatdicatatsebagaipe ngurangpenghasilanbruto.Denganadanyasyarattersebut,maka dapat meminimalisirtingkat taxavoidanceperusahaan. H2 :Insentif Pajak Berpengaruh Positif (memperkuat) Hubungan CSR dengan Agresivitas Pajak Gambar 2. Rerangka Pemikiran Teoritis
Metode Penelitian Penelitianini menggunakan data kuantitatif, dan merupakan data sekunder dari laporn keungan tahunan (annual report)perusahaan pertambangan yang terdftar di Bursa Efek Indonesia (BEI 2011 s.d 2015. Pengolahan selanjutnya dikonfirmasi ke karyawan bagian akuntansi dan/atau bagian pajak yang terlibat dalam CSR perusahaan.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel menggunakan teknik menggunakan metode Purposive sampling berdasarkan penilaian (judgment) judtment samplingperusahaan pertambangan yang memenui persyaratan tertentu. Populasi perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI sampai dengan 31-12-2015 berjumlah 41 perusahaan.Jumlah Perusahaan industri pertambangandelisting dan suspend(tidak atau belum menerbitkan annual report yang konsisten selama 2011-2015) sebanyak 7 perusahaan, sehingga 34 perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini.
240
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
1.1 Definisi Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rates (ETR) yang menggambarkan persentase total beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan dari seluruh total laba sebelum pajak (Khurana dan Moser, 2009; Lanis dan Richardson, 2012). ETR menyediakan informasi mengenai efek kumulatif dari insentif pajak serta perubahan tarif pajak yang terjadi dalam suatu perusahaan. Proksi ETR dinilai menjadi indikator adanya agresivitas pajak apabila memiliki ETR yang mendekati nol; diformulsikan pembagian beban pajak penghasilan dengan laba sebelum pajak dikalikan 100 persen. Variabel Independen Variabel independen penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility (CSR). Pengungkapan CSR adalah provisi atas informasi terkait aspek sumber daya manusia, produkdan jasa, keterlibatan perusahaan dalam proyek kemasyarakatan, termasuk aktivitas social dan aktivitas terkait lingkungan lainnya (Esa dan Ghazali , 2010). Tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada laporan tahunan (annual report) perusahaan yang yang akan dinilai dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan,(79 item indikator pengungkapan CSR menurut GRI 3.0). Variabel Moderating Insentif Pajak dan berfungsi sebagai variabel moderating murni (pure moderating).Sehingga insentif pajak tidak berfungsi sebagai variabel independen (Ghozali, 2013).Pada saat syarat pembebanan CSR secara juridis fiskal terpenuhi, maka perusahaan dapat membebankan CSR secara fiskal. Dengan demikian perusahaan telah memperoleh insentif pajak (tax deduction). Sementara itu jika syarat pembebanan CSR secara fiskal tidak terpenuhi, maka perusahaan tidak memperoleh insentif pajak. Dengan demikian pengukuran insentif pajak ini bersifat kategorik (dummy varaile); kategori 1 untuk untukperusahaan yang memperoleh insentif pajak (membebankan CSR secara fiskal) dan kategori 0untuk perusahaan yang tidak memperoleh insentif pajak (tidak membebankan CSR secara fiskal). Variabel Kontrol Untuk mengendalikan agar pengaruh variabel independen (CSR) terhadap dependen (agresivitas pajak) tidak dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dan untuk mengendalikan dampak variabel moderating (insentif pajak), maka penelitian ini menggunakan lima variabel kontrol yakni Leverage (DER), Size (ukuran perusahaan), Return on Assets (Profitabilitas), Capital Intensity dan Inventory Intensity. Penggunaan variabel kontrol ini akan memperkuat model penelitian; dengan penjelasan sebagai berikut. 1. Leverage (DER); Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang (Purnasiwi, 2011).untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To EquityRatio (DER). Leverage dirumuskan dengan rasio membagi total libilities dengan equity.
241
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
2. Size; atau ukuranperusahaandiartikan sebagaisebuahskala dimana perusahaan dapatdikategorikan besar dan kecil. Pada penelitian ini ukuran perusahaan dilambangkan dengan log natural total asset (Ln). 3. Return on Assets (ROA); merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dariaktivitasbisnisnya. ROA diperoleh dari pembangian antara net income dengan total asetnya. 4. Capital Intensity; atauintensitas modal menggambarkanseberapa besar kekayaanperusahaanyangdiinvestasikandalam bentukasettetap. Capital intensitymenurutLanisdan Richardson (2012) dihitung dengan membagi Total Net Fixed Assets dengan Total Assets. 5. Inventory Intensity; disebutjuga denganintensitaspersediaan merupakansalahsatu komponenpenyusunkomposisiaktiva. Inventoryintensitymemberi gambaran akan jumlah persediaan perusahaan yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi.yang diukurdengan membandingkan antara total persediaandengantotal asetyangdimiliki perusahaan. Metode yang dipakai dalam analisis vriabel-vriabel dalam penelitian ini adlah dengan menggunakan regresi linier berganda yang dimoderasi (Multiple Regression Analysis / MRA). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ETR=α+β1CSR+ε ....1) ETR=α+β1 CSR +β1 CSR*TI + ε ….2) ETR =α+β1CSR +β2 CSR*TI + β2 DER + β3 Size + β4 ROA + β5CapInt + β6 InvInt+ ε ….3) Keterangan : ETR = effecitive tax rate /Agresivits Pajak CSR = Corporate Social Responsibility TI = Tax Incentive CSR*TI = interaksi antara CSR dan TI DER = Leverage perusahaan I pd periode t Size = Ln Total Asset ROA = Return on Asset perusahaan i pd periode t CapInt = Capital intensity InvInt = Inventory intensity α = Konstanta β1- β6 = Koefisien regresi ε = Koefisien error dalam model Dari penelitian ini diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran deskriptif mengenai hubungan antara CSR erhadapETR danInteraksi CSR denganTI terhadap ETR. 1.2 Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi gejala asumsi klasik.Pengujian yang dilakukan mencakup uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedakstisitas dan uji autokorelasi.:
242
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Tabel 1;Hasil Pengujin ASumsi Klasik
Asumsi Klasik Normalitas
Analisis P-plot
Hasil Residual berada di sekitar garis diagonal Multikolinearitas Tolerance dan VIF Tolerance > 0.1 VIF < 10 Heteroskedakstisitas Scatter-plot Residual menyebar dan tidak membentuk pola tertent Autokorelasi dU
Keputusan Data terdistribusi normal
Tidk multikol.
terjadi
Terhindar dari heteroskedakstisitas
Dapat disimpulkan
2. Hasil Penelitian dan Pembahasan Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 s.d 2015.Sampel penelitian 34 dari 41 perusahaan; sehingga n sampel berjumlah 170. 2.1 Hasil Penelitian
Tabel 2 : Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi CSR terhadap Agresivits Pajak (ETR) Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a 1 .378 .142 .100 .23993 a. Predictors: (Constant), CSR b. Dependen Variable : ETR Sumber : : icmd, BEI, data diolah Dari tabel 2 di atas diketahui nilai R sebesar 0.378 artinya korelasi (hubungan) antara CSR dengan Agresivitas Pajak cukup (Sarwono, 2006). Nilai R square sebesar 0.142 yang berarti bahwa sebesar 14.2 % variabel dependen yaitu Agresivitas Pajak dipengaruhi oleh CSR. Sedangkan sisanya (85.8 %) dipengaruhi oleh variable lain atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
243
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 3 :Hasil Uji t CSR terhadap Agresivits Pajak (ETR) Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1 (Constant) .020 .052 .382 CSR .391 .083 .340 4.691 a. Dependent Variable: ETR Sumber : icmd, BEI, data diolah
Sig. .703 .000
Berdasarkan tabel 3 di atas, variabel CSR memiliki koefisien positif sebesar 0.391 dan signifikansi sebesar 0.000 (signifikansi pada alpha 5%).Hasil t hitung atau t penelitian sebesar 4.691 lebih besar dari t tabel sebesar 1.97509. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Agresivitas Pajak (ETR) dipengaruhi oleh CSR dimana CSR berpengaruh positif signifikan terhadap ETR.Semakin tinggi nilai CSR maka semakin tinggi nilai ETR dimana nilai ETR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat agresivitas pajak yang rendah.Hasil temuan menunjukkan bahwa CSR berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak.Dengan demikian semakin tinggi CSR semakin rendah Agresivitas Pajak. Berdasarkan tabel di atas, persamaaan model regresi dapat dinyatakan sebgi berikut. Y = 0,020 + 0,391 CSR +ε Untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan pengaruh dari variabel independen (CSR) dan variabel moderating (interaksi CSR dan insentif pajak) terhadap variabel dependen (Agresivitas Pajak / ETR).Hasil uji koefisien determinasi (R2) anatara CSR terhadap Agresivitas Pajak dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 : Uji Korelasi dan Determinasi (MRA) Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 .414 .171 .164 .24072 a. Predictors: (Constant), CSR, CSRTI Sumber : icmd, BEI, data diolah Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui nilai R sebesar 0.414 artinya korelasi (hubungan) antara CSR dan CSR*TI dengan Agresivitas Pajak cukup (Sarwono, 2006). Nilai R square sebesar 0.171 berarti bahwa variabel independen CSR dan pemoderasi CSR dengan insentif pajak berpengaruh sebesar 17.1 % pada Agresivitas Pajak, sedangkan sisanya sebesar 82.9 % dipengaruhi oleh variabellain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
244
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel.5 :Hasil Uji t CSR terhadap Agresivitas Pajak (ETR) - MRA Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1 (Constant) .111 .037 3.031 CSR .340 .212 .296 3.602 CSR*TI .277 .063 .323 4.421 a. Dependent Variable: ETR
Sig. .003 .000 .000
Berdasarkan tabel 5 di atas, variabel CSR memiliki koefisien positif sebesar 0.340 dan signifikansi sebesar 0.001 (signifikansi pada alpha 5%).Hasil t hitung atau t penelitian sebesar 3.602 lebih besar dari t tabel sebesar 1.97509. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Agresivitas Pajak (ETR) dipengaruhi oleh CSR dimana CSR berpengaruh positif signifikan terhadap ETR.Semakin tinggi nilai CSR maka semakin tinggi nilai ETR dimana nilai ETR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat agresivitas pajak yang rendah.
Berdasarkan tabel di atas, persamaaan model regresi dapat dinyatakan sebgi berikut. Y = 0.111 + 0,340 CSR +0.277 CSR*TI + ε Interaksi antara CSR dan insentif pajak (TI) memiliki koefisien sebesar 0,277 dan siginifikasi sebesar 0.000.Hasil t hitung 3.203 lebih besar dari t tabel sebesar 1.97519.Dari angka tersebut menujukkan bahwa variabel moderating (insentif pajak) bepengaruh dalam memperkuat hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak. Tabel6 : Uji Korelasi dan Determinasi CSR terhadap Agresivitas Pajak dengan Variabel Kontrol Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 .438 .192 .180 .24242 a. Predictors: (Constant), CSR, CSRTI, DER, SIZE, ROA, Cap-Int, Inv-Int Sumber : icmd, BEI, data diolah Dari tabel 6 di atas diketahui nilai R sebesar 0.438 artinya korelasi (hubungan) antara CSR dan CSR*TI dengan Agresivitas Pajak cukup (Sarwono, 2006). Nilai R square sebesar 0.192 berarti bahwa pengaruh variabel independen CSR dan pemoderasi CSR*TI serta variable kontrol DER, Size, ROA, Cap-Int dan Inv-Int sebesar 19.2 % terhadap Agresivitas Pajak, sedangkan sisanya sebesar 80.80 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
245
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 7 :Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) .096 .941 CSR .437 .083 .342 CSRTI .272 .068 .316 DER .056 .058 .076 SIZE .079 .133 .053 ROA .046 .150 .047 CAP-INT .068 .098 .053 INV-INT .074 .215 .028 a. Dependent Variable: ETR
t .528 2.904 3.993 .967 .653 2.610 3.462 .346
Sig. .599 .000 .000 .335 .515 .043 .045 .729
Hasil uji t untuk variabel kontrol Leverage (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak.Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak.ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak.CAP-INT berpengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak.INV- tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan tabel di atas, persamaaan model regresi dapat dinyatakan sebagai berikut. Y = 0.096 + 0,437 CSR +0.272 CSR*TI + 0.056DER + 0.079Size + 0,047ROA + 0,068CapInt + 0,074InvInt+ ε 2.2 Pembahasan 1. Pengaruh CSR terhadap Agresivitas Pajak. Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) dari menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif signifikan terhadap ETR.Dimana ETR yang tinggi menunjukkan agresivitas pajak yang rendah.Semakin tinggi nilai CSR maka semakin tinggi nilai ETR dimana nilai ETR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat agresivitas pajak yang rendah.Hasil ini menjelaskan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan aktivitas CSR, maka semakin tinggi sikap tanggung jawab yang dimilikinya dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.Dengan demikian semakin tinggi CSR perusahaan maka semakin rendah agresivitas pajaknya. Hasil pengujian tersebut menunjukkan dukungan terhadap hipotesis penelitian, dimana (pengungkapan) CSR berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil Penelitian ini sejalan dengan Dwi Ratmono, Winarti Monica Sagala (2015) dan Lanis dan Richardson (2012) yang menyatakan bahwa semaikin tinggi CSR semakin rendah Agresivitas Pajak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Dudi Wahyudi (2015) yang menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan penghindaran pajak perusahaan.
246
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
2. Pengaruh Insentif Pajak terhadap Hubungan CSR dengan Agresivitas Pajak. Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) denganModerated Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa Insentif Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak.Hasil studi yang dilakukan PIRAC mempunyai korelasi dengan hasil penelitian ini.Hasil studi empiris ini menyatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR maka semakin rendah agresivitas pajak, terutama pada saat perusahaan memanfaatkan Insentif pajak atas CSR.Sementara itu, hasil studi PIRAC mengkonfirmasikan bahwa insentif pajak berupa tax deduction atas beban CSR telah meningkatkan kesadaran perusahaan untuk mengeluarkan beban CSR. Dengan demikian semakin meningkatnya kesadaran membayar CSR (setelah diberikan insentif pajak), maka agresivitas pajak akan turun. Dengan demikian terdapat kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan studi yang dilakukan PIRAC. Hasil pengujian yang menyatakan Insentif Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak; dimana semakin tinggi pengungkapan CSR maka semakin rendah agresivitas pajak, terutama pada saat perusahaan memanfaatkan insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah berupa tax deduction.Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Amna (2010) dan Teori Pertukaran Sosial. Insentif Pajak berupa tax deductionmemberikan benefit bagi perusahaan. Konsekuensi benefit tersebut, perusahaan akan melakukan tindakan timbal balik dengan tidak melakukan penghindaran pajak (agresivitas pajak). 3. Simpulan, dan Implikasi Hasil Penelitian Hasil pengujian pengaruhCorporate Social Responsibility (CSR) terhadap Agresivitas Pajak membuktikan CSR berpengaruh positif siginifikan terhadap ETR.. Hasil pengujian pengaruh Insentif Pajak terhadap hubungan CSR dengan Agresivitas Pajak. Insentif Pajak dimaksud adalah tax deduction; dengan menggunakanMRA, Insentif Pajak sebagai variabel moderating memperkuat hubungan antara CSR dengan Agresivitas Pajak. Semakin tinggi pengungkapan CSR maka semakin rendah agresivitas pajak, terutama pada saat perusahaan memanfaatkan insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah berupa tax deduction atas CSR.Dengan insentif pajak atas beban CSR, maka perusahaan akan memperoleh tax saving (penghematan pajak). Sesuai teori pertukaran sosial, perusahaan yang memperoleh benefit dari pemerintah, maka akan melakukan tindakan timbal balik, yaitu akan meningkatkan kepatuhan pajak atau tidak melakukan agresivitas pajak. Saran yang digunakan bagi pihak yang ingin melanjutkan penelitian ini adalah; 1) menggunakan variabel-variabel independen lain, seperti Ukuran Dewan Komisaris, Karakter Eksekutif, Kepemilikan Institusional, Koneksi Politik dan Corporate Governanceyang patut diduga berpengaruh terhadap agresivitas pajak. 2) dapat menggunakan sampel penelitian pada perusahaan sektor non tambang. Hal ini untuk memberikan gambaran lain tentang luasnya pengungkapan CSR dan pengaruhnya terhadap agresivitas pajak. Dan 3) dapat menggunakan proksi lain dari agresivitas pajak seperti BookTax Difference (BTD). Daftar Pustaka Blaylock, Shevlin, dan Wilson, 2012. Tax avoidance, Large Positive Temporary BTD, and Earning Persistence, The Accouting Review, vol87, No.1, 91-120 Brojonegoro, Bambang, 2016. Hindari Pajak: 2000 PMA dibidik BKPM. https://pemeriksaanpajak.com/2016/03/29/hindari-pajak-2-000-pma-dibidik-bkpm, 247
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
29 Maret 2016 (10:16) Budiman, Judi., Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Sultan Agung. Chang, Hsiao, dan Tsai, 2013. Earnings, Institutional Investors, Tax avoidance, and Firm Value: Evidence from Taiwan, Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 98-108 Dedi Diah Cahyono, Rita Andini, Kharis Raharjo, 2016. Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size), Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada perusahaan yang listing BEI pada periode 2011-12013, Journal of Accounting, Vol. 2 No. 2 Freeman, R. Edward (1984), 2015. A Survey of Sustainability Reporting Practices of Australian Reporting Entities, Australian Accounting Review, Vol.15 no.1 Gamerschlag, Moller, Verbeeten, 2011. Determinants of Voluntary CSR disclosure: Empirical Evidence From Germany, Rev Manag Sci, 5:233-262 Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21. Edisi7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Hanlon dan Heitzman, 2010. A Review of Tax Research, Journal of Accounting and Economics, 50, 127-178 Hidayanti, Alfiyani Nur & Herry Laksito.(2013). Pengaruh Aantara Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Diponegoro Journal of Accounting,2(2): 1-12. Negoro, Haryo Abduh, 2013. SDM Yang Berkarakater Meyongsong DJP Gemilang Pajak Kemimpinan dan Masa Depan Lintas Generasi. DJP Kanwil Jawa Tengah I Tahun 2013 Prastowo,Yustinus,2016.Apa.PerbedaanPraktik.PenghindaranPajakdanPenggelapanPajakhtt p://bisniskeuangan, kompas.com/read/2016/04/14/083000826/, 12-11-2016 (12:30) Ratmono Dwi, Sagala Winarti Monika, 2015. Pengungkapan Corporate Social responsibility (CSR) sebagai sarana legitimasi : Dampak terhadap tingkat Agresivitas Pajak. Jurnal Nominal / Volume 2/ 2015 Republik Indonesia, 2007.UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Republik Indonesia, 2007.UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Republik Indonesia, 2008. UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Rodriguez, Elena Fernandez and Arias, Antonio Martinez, 2014 “Determinants of The ETR in The BRIC Countries”. http:/ressearchgate.net, 09-01-2017 (09:41) Saputra, Eko, 2015. Membunuhindonesia.net/.../kejahatan-keuangan-di-sektor-pertamb..., 248
Warsono Yuli Ardianto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
30-12-2016 (08:30) Wahyudi, Dudi, 2015. Analisis Empiris Pengaruh CSR Terharadap Penghindaran Pajak. Jurnal Lingkar Widyaswara 2 (4): 13-15 Watson, Luke, 2011. “Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness: An Examination of Unrecognized Tax Benefits”. Social Science Research Network Watson, Luke, 2012. “Corporate Aggressiveness: An Examination of Unrecognized Tax Benefits. Pennsylvania : The Pennsylvania State University Winata, Fenny 2012.“Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013”. Tax Accounting Review, Vol. 4 No. 1 Winarsih, Rina, Prasetyono dan Kusufi, M. Syam. 2014. “Pengaruh Good Corporate Goverment dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif.” Simposium Nasional Akuntansi XVII.Mataram www.global reporting.org (15 September 2016, 16:40) http:// www.pirac. Org /2012/05/22/ sumbangan-sosialperusahaan/ (07-11-2017, 16:00) Yoehana, Maretta. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak.Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
249
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Ikan Teri di Kabupaten Konawe Utara Value Chain Analysis of Anchovy Fish in North Konawe Regency Oleh Dian Wijayanto Staf Pengajar Jurusan Perikanan FPIK Universitas Diponegoro Kampus FPIK Undip, Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang, Semarang, 50275. HP. +62815 954 2717, Email:
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis value chain, marjin pemasaran, marjin keuntungan dan nilai tambah dari perikanan teri yang melibatkan nelayan, pengolah ikan teri kering, hingga pedagang ikan teri kering di Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan para pemangku kepentingan. Data sekunder diperoleh dari publikasi dan dokumen terkait yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis menggunakan analisis value chain, disertai perhitungan marjin pemasaran, marjin keuntungan dan nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan bagan perahu menikmati marjin pemasaran (15%) dan marjin keuntungan (12%) yang terbesar, selanjutnya diikuti oleh pengolah ikan teri dan pedagang ikan teri. Total nilai tambah perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara adalah sebesar Rp. 6.325/kg teri kering. Kata Kunci: Konawe Utara, marjin keuntungan, marjin pemasaran, nilai tambah, teri, value chain. Pendahuluan Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah menjadi salah satu sentra produksi ikan teri. Kabupaten Konawe Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Konawe, yaitu berdasarkan pada UU No 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara. Posisi Kabupaten Konawe Utara berada pada koordinat 02º97’-03º86’ Lintang Selatan dan 121º49’-122 º49 Bujur Timur. Kabupaten Konawe Utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan Kabupaten Konawe di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan Laut Banda, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe. Luas wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah 500.339 ha serta memiliki perairan seluas 11.960 Km2. Kabupaten Konawe Utara terdiri dari 10 kecamatan, yaitu: Sawa, Motui, Lembo, Lasolo, Molawe, Asera, Andowia, Oheo, Langgikima dan Wiwirano. Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Utara adalah 57.077 jiwa. Pada tahun 2014, sekitar 59,81% dari angkatan kerja penduduk Kabupaten Konawe utara bekerja pada kelompok sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan (BPS Kabupaten Konawe Utara, 2015)1.
250
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 1. Jumlah Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Tahun 2014 Jenis Armada Penangkap Ikan Jumlah Kapal Perikanan Perahu Tanpa Motor 1.018 unit Perahu Motor Tempel 632 unit Kapal Motor 189 unit Alat Penangkap Ikan Pukat 876 unit Payang 50 unit Jaring 301 unit Pancing 1.194 unit Lainnya 5.818 unit Sumber: BPS Kabupaten Konawe Utara (2015)1 Tabel 2. Produksi Perikanan Tahun 2014 Jenis Jumlah Produksi Tangkap dan Budidaya Produksi Budidaya Tambak 2.243,70 ton Produksi Budidaya Kolam 48,22 ton Produksi Perikanan Tangkap 11.766,87 ton Produksi Perikanan Laut Produksi Ikan 4.485,0 ton Produksi Kepiting 6.942,0 ton Produksi Udang 97,5 Kg Produksi Kerang 117,9 ton Produksi Ikan Lainnya 16,2 ton Produksi dan Nilai Produksi Perairan Umum Produksi Perairan Umum 108,30 ton Nilai Produksi Perairan Umum Rp. 2.695 Juta Produksi dan Nilai Produksi Perikanan laut Produksi Perikanan Laut 11.658,57 ton Nilai Produksi Perairan Umum Rp. 314.781 Juta Sumber: BPS Kabupaten Konawe Utara (2015)1 Ikan teri (Stolephorus sp.) termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai jual tinggi. Harga ikan teri relatif beragam, tergantung jenis produk, daerah, kualitas produk dan musim ikan teri. Harga ikan teri secara harian mengalami fluktuasi. Harga ikan teri termasuk mahal, dimana ikan teri kering harganya dapat mencapai Rp. 80.000/kg. Terdapat beberapa jenis ikan ancovies di dunia, yaitu 145 spesies dalam 17 genera yang tersebar di Samudera Hindia, Samudera Atlantik, Samudera Pasifik dan Laut Mediterania. Ikan anchovies termasuk komoditas perdagangan perikanan yang utama di dunia. Produksi anchovies di dunia di dunia mendekati 10,5 juta ton pada tahun 2009, dimana produksi terbesar berasal dari jenis anchoveta (peruvian anchovy), yaitu mencapai 65%. Sedangkan jenis Stolephorus sp yang banyak teradapat di perairan Indonesia, produksinya sekitar 3% dari produksi anchovies di dunia. Pada tahun 2009, Indonesia sebagai produsen ikan teri berada pada peringkat 8 dunia, dengan jumlah produksinya sebesar 203,7 ribu ton. Lima besar produsen anchovies terbesar di dunia adalah Peru, Chilie, China, Turki dan Jepang. Perdagangan anchovies di dunia yang paling besar dalam bentuk beku (frozen). Jepang merupakan produsen utama ikan teri beku di dunia. Korea Selatan merupakan produsen ikan teri asin terbesar di dunia. Peru merupakan 251
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
produsen ikan teri “preserved dan prepared” (termasuk dalam bentuk kaleng, dan diproses dengan minyak olive) terbesar di dunia. Negara pengimpor ikan teri segar dan beku antara lain Spanyol, Turki dan Italia. Sedangkan negara pengimpor ikan teri asin yang utama di dunia antara lain Spanyol, Italia, Maroko dan Albania. Negara pengekspor ikan teri segar dan beku antara lain Italia, Kroasia, Perancis, dan Yunani. Negara pengekspor ikan teri “preserved and prepared” antara lain Maroko, Peru, Italia dan Spanyol. Negara pengekspor ikan teri asin antara lain Argentina, Kroasia, Spanyol dan Italia (Eurofish International Organisation, 2012). Oleh karena itu, ikan teri dapat dikategorikan produk bernilai jual tinggi dan prospektif dipasarkan, baik di dalam negeri maupun perdagangan internasional. Keberadaan ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara relatif ada sepanjang tahun, atau tidak mengenal musim. Oleh karena itu, Kabupaten Konawe Utara berpotensi untuk dikembangkan sebagai sentra industri berbahan baku ikan teri. Terkait dengan pengembangan industri perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara, maka diperlukan kajian komprehensif, termasuk kajian valau chain (rantai nilai) ikan teri, mulai dari produsen (nelayan), hingga konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis value chain, marjin pemasaran dan marjin keuntungan dari para pelaku usaha produksi ikan teri, mulai dari nelayan, pengolah ikan teri, hingga pedagang ikan teri. Selain itu juga dihitung nilai tambah dari perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian terapan, yaitu untuk menghasilkan temuan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah, khususnya permasalahan value chain ikan teri di Kabupaten Konawe Utara. 1. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan para pemangku kepentingan, antara lain nelayan bagan perahu dengan fish target-nya adalah ikan teri, pengolah ikan teri kering, pedagang ikan teri olahan, penyuluh perikanan dan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi dan dokumen terkait yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Konawe Utara, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Konawe Utara dan DKP Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling. 2. Analisis Value Chain Value chain merupakan seluruh proses yang diperlukan untuk menyediakan barang atau jasa melalui beberapa fase produksi, mendistribusikan ke konsumen akhir dan termasuk layanan purna jual. Terdapat perbedaan antara value chain dan supply chain, dimana supply chain lebih fokus pada efisiensi biaya untuk mengoptimalkan keuntungan, sedangkan value chain menekankan pada penciptaan nilai tambah dalam mengoptimalkan keuntungan. Analisis value chain dilakukan dengan mengidentifikasi pelaku value chain, marjin keuntungan masing-masing pelaku, serta permasalahan yang dihadapi beserta dengan penyebab dan alternatif solusinya. Menurut Gudmundsson (2006), secara umum analisis value chain untuk produk seafood meliputi: harvesting, primary processing, secondary processing, wholesale, retail dan consumer. Untuk usaha penangkapan ikan, diantaranya diperhitungkan bagi hasil anak buah kapal (ABK), biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan 252
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
alat tangkap, biaya tetap, biaya lain-lain dan marjin. Sedangkan pada secondary processing diperhitungkan biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya energi, biaya pengemasan, biaya transportasi, biaya pemeliharaan, biaya overhead, biaya lain-lain dan marjin. Penelitian analisis value chain telah dilakukan para peneliti, diantaranya Achchuthan and Kajananthan (2012), Odebiyi, et al. (2013), Dzanja, et al. (2013), Jung (2014), Phiri, et al. (2013), Kabu and Tira (2015), Acharyu, et al. (2015), O'Neill (2013), serta Mwirigi and Theuri (2012). Gambar 1. Pelaku Value Chain Ikan Teri Pensuplai Faktor Produksi
Nelayan Bagan Perahu
Pengolah Ikan Teri Kering
Pedagang Ikan
Konsumen Lokal dan Luar Daerah
3. Analisis Marjin Keuntungan dan Marjin Keuntungan Untuk menganalisis marjin keuntungan dan marjin pemasaran, dipergunakan beberapa rumus sebagai berikut (Phiri, et al., 2013): MM = SP – PP MP = SP – (PP + MC) ME = FP/(MCT+MMT) FP = SP – MC Dimana MM adalah marketing margin, MP adalah marketing profit, SP adalah sale price, PP adalah purchase price, serta MC adalah marketing cost. Sedangkan ME adalah marketing efficiency index, FP adalah net price, MCT adalah total marketing cost, MMT adalah total marketing margin. Jika ME ≥ 1, maka saluran distribusi dapat dikatakan efisien dan jika ME<1, maka saluran distribusi dapat dikatakan tidak efisien. Hasil dan Pembahasan Produksi teri Indonesia memiliki tren naik. Pada tahun 2005, Indonesia memproduksi ikan teri sebesar 151.926 ton dan meningkat menjadi 191.094 ton pada tahun 2013, dimana terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 3,28% per tahun. Kabupaten Konawe Utara termasuk dalam WPP 713, yang meliputi Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali. Produksi ikan teri di WPP 713 mengalami juga fluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, produksi teri di WPP 713 mencapai 21.819 ton (14,4% dari produksi nasional) dan naik menjadi 26.489 ton (13,9% dari produksi nasional) pada tahun 2013 (KKP, 2104). Menurut BPS Prov. Sulawesi Tenggara (2013), produksi ikan teri kering Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 15.335 ton dengan nilai sebesar Rp. 690 miliyar pada tahun 2012. Produksi perikanan laut Kabupaten Konawe Utara mencapai 19.679 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 82 miliyar. Kabupaten Konawe Utara mengandalkan sub sektor perikanan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi utama. Sektor pertanian (termasuk perikanan) menyumbang PDRB sebesar 42,82% pada tahun 2014, dengan laju pertumbuhan riil PDRB sebesar 8%. Sedangkan sumbangsih sub sektor perikanan merupakan yang terbesar dalam sektor pertanian, yaitu mencapai 39,62%. PDRB perikanan atas dasar harga berlaku Kabupaten Konawe Utara mencapai Rp. 413.083,97 juta pada tahun 2014 atau sekitar 16,96% dari total PDRB, dengan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 10,01% (BPS Kabupaten Konawe Utara, 2015)2. 253
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Kecamatan Lasolo merupakan salah satu fishing base utama perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara. Pada tahun 2014, penduduk Kecamatan Lasolo yang bekerja di sub sektor perikanan adalah 1.783 orang atau 24,52% dan jumlah rumah tangga perikanan laut (penangkapan) sebanyak 546 RTP (74%), sedangkan rumah tangga perikanan budidaya sebesar 189 RTP (26%) (BPS Kabupaten Konawe Utara, 2015)3. Uraian di atas menunjukkan bahwa potensi produksi ikan teri di Kabupaten Konawe Utara dapat diandalkan bagi pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan di Kabupaten Konawe Utara. 1. Usaha Bagan Perahu Keberadaan bagan perahu di Kabupaten Konawe Utara telah menggeser keberadaan bagan tancap. Hasil tangkapan bagan perahu yang lebih besar menyebabkan nelayan bagan tancap beralih menggunakan bagan perahu. Nelayan yang memulai usaha di Kabupaten Konawe Utara merupakan pendatang (yaitu dari Suku Bugis) dan pernah terjadi konflik dengan nelayan setempat. Namun, konflik tersebut telah terselesaikan, dan nelayan setempat justru mengadopsi teknologi bagan perahu yang dibawa nelayan pendatang. Bagan perahu termasuk dalam klasifikasi lift nets, dimana bagan perahu di Kabupaten Konawe Utara berbahan baku utama dari kayu dan bambu. Bentuk jaring persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari kayu dan bambu. Jenis jaring yang di gunakan adalah jaring waring. Bagian tengahnya terdapat bangunan rumah (berukuran 4 meter x 9 meter) yang berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat penyimpanan mesin. Bagan perahu dilengkapi roller sebagai alat bantu untuk menarik jaring. Panjang perahu adalah 26 meter, lebar 2 meter dan tinggi 3 meter. Sedangkan lebar sayap bagan adalah 24 meter. Katir atau sayap bagan berada di samping kanan dan kiri, dimana katir terbuat dari bambu dan terpasang secara vertikal dan horisotal, dengan panjang katir 26 meter. Jaring yang digunakan berukuran 0,5 cm, luas waring 5.000 m2 dengan bahan waring menggunakan polyphropylen. Untuk menopang tiang utama, digunakan kawat baja berjumlah 400 biji berdiameter 8 mm. Kawat ini di pasang di tiang utama dan dipancangkan di kerangka bagan. Tiang utama terbuat dari kayu ulin dengan lebar 25 cm, tinggi 11 meter dan tiang utama berjumlah. Lampu yang digunakan sebanyak 60 buah lampu, terdiri dari 2 buah lampu merkuri dengan tenaga 200 watt, dan 58 buah lampu TL dengan tenaga 25 watt. Roller terdiri dari 4 buah (2 buah roller utama dan 2 buah roller). Serok digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan. Basket digunakan sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir, berbahan sterofoam dan jumlahnya adalah 30 buah. Mesin bantu menggunakan mesin diesel berdaya maksimum 2.200 watt dan berbahan solar. Cara pengoperasian alat antara lain: setting sekitar 15 menit, immersing selama 3-4 jam dan hauling. Sebelum dilakukan pengangkatan jaring, maka dilakukan pemadaman lampu secara bertahap, mulai dari bagian sayap bagan, dan terakhir lampu bagian tengah. Setelah dinding jaring mulai terlihat, lampu bagian tengah di padamkan sehingga ikan tertangkap oleh jaring. Setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung pada ujung dilepas dan jaring dibawa mendekati dek kapal melewati kerangka bagan. Jaring kemudian ditarik menuju dek. Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke dek kapal dengan menggunakan serok, dan selanjutnya dilakukan penyortiran ikan.
254
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 3. Marjin Keuntungan dan Marjin Pemasaran Nelayan Bagan Perahu Jenis Biaya dan Harga Jual Rp/Trip Rp/Kg Basah Penyusutan Aset Kapal dan Mesin
109.890
246
Bahan Bakar Minyak
560.000
1.254
60.000
134
500.000
1.120
4.762
11
48.352
108
1.043.478
2.337
146.520
328
2.473.002
5.538
Retribusi Sandar Kapal
5.000
11
Retribusi Penjualan Ikan
57.933
130
4.348
10
Es Batu Perbekalan Perijinan (SIUP dan SIPI) Oli Gaji ABK Perawatan Aset Jumlah Biaya Produksi, 273 trip/thn (a)
Komunikasi Jumlah Biaya Penjualan (b)
151
Harga Jual (c)
6.487
Marjin Pemasaran (d = c - a)
949
Marjin Keuntungan (e = c - a - b)
798
Asumsi Produksi dan Harga Asumsi Rata-Rata Produksi (Kg/Trip) Asumsi Harga Rata-Rata (Rp/Kg)
Nilai 447 6.487
Hasil penelitian membuktikan bahwa marjin pemasaran usaha bagan perahu adalah sebesar 15%, sedangkan marjin keuntungan sebesar 12%. Marjin tersebut bersifat moderat. Terbukti bahwa usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan perahu di Kabupaten Konawe Utara relatif menguntungkan. Sedangkan proporsi biaya terbesar adalah gaji anak buah kapal, pengadaan bahan bakar dan perbekalan. Oleh karena itu, pengaturan kerja 8 ABK perlu diatur agar efisien dan efektif sehingga menghasilkan tangkapan yang optimal. Demikian pula dengan pengadaan bahan bakar, perbaikan teknologi yang lebih hemat bahan bakar perlu dipertimbangkan oleh setiap pelaku usaha bagan perahu di Kabupaten Konawe Utara. 2. Usaha Pengolahan Ikan Teri Ikan teri yang ditangkap oleh nelayan dibawa di fishing base, dimana pangkalan pendaratan ikan di Desa Tinobu sebagai pusat kegiatan perikanan teri masih bersifat alamiah, tanpa didukung oleh dermaga, dan jetty. Hasil tangkapan nelayan selanjutnya dibeli oleh masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai pengolah ikan. Ikan teri segar tersebut dicuci dengan air laut dan dikeringkan dengan mengandalkan panas matahari. Kalau cuaca sedang panas, maka proses penjemuran dapat berlangsung dalam 2 hari. Setelah ikan teri sudah kering, maka ikan teri tersebut dibeli oleh para pedagang yang datang ke lokasi. 255
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 4. Marjin Keuntungan dan Marjin Pemasaran Pengolah Teri Kering Jenis Biaya dan Harga Jual Rp/Hari Rp/Kg Kering Penyusutan Aset Peralatan Pendukung Konsumsi Harian Bahan Baku Perawatan Aset
7.308
116
366
6
50.000
794
2.043.462
32.436
8.791
140
Jumlah Biaya Produksi, 273 hari/thn (a) Bahan Kemas Komunikasi
33.491 63.000
1.000
1.587
69
Biaya Penjualan (b)
1.069
Harga Jual (c)
36.000
Marjin Pemasaran (d = c - a)
2.509
Marjin Keuntungan (e = c - a - b)
1.440
Asumsi Bahan Baku Basah (Kg/Hari) Rendemen (%) Bahan Jadi (Kg/Hari)
Nilai 315 20% 63
Hasil penelitian membuktikan bahwa marjin pemasaran usaha pengolahan teri kering adalah sebesar 7%, sedangkan marjin keuntungan sebesar 4%. Marjin tersebut lebih kecil dari usaha bagan perahu, namun resiko gagal bisnis dari bagan perahu relatif lebih besar dibandingkan pengolahan ikan teri kering. Ikan teri kering memiliki daya tahan/awet relatif lama, bahkan dapat mencapai 6 bulan hingga 1 tahun. Sedangka usaha bagan perahu, memiliki resiko gagal menangkap ikan dalam jumlah yang menguntungkan, tergantung kondisi perairan dan keahlian nelayan dalam menangkap ikan. Proporsi biaya terbesar adalah pengadaan bahan baku, oleh karena itu penanganan bahan baku (ikan teri segar) menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha pengolahan ikan teri kering. 3. Usaha Pedagang Ikan Teri Pedagang ikan teri kering berasal dari Kabupaten Konawe Utara, maupun dari Kota Kendari. Penjualan ikan teri kering mencakup pemasaran lokal (Kabupaten Konawe Utara) dan lintas daerah (Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama Kota Kendari).
256
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 5. Marjin Keuntungan dan Marjin Pemasaran Pedagang Teri Kering Jenis Biaya dan Harga Jual Rp/Hari Rp/Kg Kering Pembelian Ikan Kering, 15 hari per bulan (a)
14.400.000
36.000
37.850
158
BBM
127.500
531
Bahan Kemas
240.000
1.000
40.000
167
300.000
1.250
Penyusutan Aset
Perawatan Aset Perbekalan dan Akomodasi Biaya Penjualan, 300 Hari per Tahun (b)
3.106
Harga Jual (c) Marjin Pemasaran (d = c - a) Marjin Keuntungan (e = c - a - b) Asumsi Pembelian Ikan Teri Kering (Kg/Hari), 15 Hari/Bulan Penjualan Ikan Teri Kering (Kg/Thn) Penjualan Ikan Teri Kering (Kg/Hari), 300 Hari/Tahun
40.000 4.000 894 Nilai 400 72.000 240
Hasil penelitian membuktikan bahwa marjin pemasaran usaha bagan perahu adalah sebesar 10%, sedangkan marjin keuntungan sebesar 2%. Marjin keuntungan usaha penjualan ikan teri memang lebih kecil dibandingkan dengan usaha bagan perahu dan pengolahan ikan teri kering, namun omsetnya adalah yang paling besar per pelaku. Resiko gagal usaha dari penjualan ikan teri kering juga relatif kecil dibandingkan usaha bagan perahu, mengingat daya tahan teri kering yang relatif lama. Proporsi biaya terbesar adalah biaya pembelian barang dagangan (ikan teri kering). Oleh karena itu, penanganan barang dagangan harus mendapatkan prioritas perhatian, agar tidak mengalami kerusakan dan dapat terjual dengan optimal. 4. Analisis Nilai Tambah Berdasarkan hasil analisis marjin keuntungan dari pelaku usaha bagan perahu, pengolah teri kering dan pedagang teri kering, maka dapat dihitung nilai tambahnya dari nelayan hingga ikan teri kering diterima oleh konsumen.
257
Dian Wijayanto
Pelaku Nelayan Bagan Perahu Pengolah Ikan Teri Kering Pedagang Ikan Teri Kering
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Tabel 6. Nilai Tambah Perikanan Teri Biaya Marjin % Biaya Harga Jual Produksi Penjualan Keuntungan Kontribusi (Rp/Kg (Rp/Kg (Rp/Kg (Rp/Kg Nilai Kering) Kering) Kering) Kering) Tambah Rp. 6.487 Rp. 5.538 X Rp. 151 x 5 Rp. 798 x 5 63% 5 = Rp. = Rp. 753 = Rp. 3.991 (basah) x 5 = 27.692 Rp. 32.436 Rp. 36.000 Rp. 33.491 Rp. 1.069 Rp. 1.440 23% Rp. 40.000
Rp. 36.000
Rp. 3.106
Rp. 894
14%
Nilai Tambah Keterangan: 1 Kg teri kering memerlukan 5 Kg teri segar (basah)
Rp. 6.325
100%
Hasil analisis nilai tambah menunjukkan bahwa kontributor terbesar nilai tambah adalah nelayan bagan perahu, yang mengeksploitasi sumberdaya perairan. Selanjutnya, diikuti oleh pengolah ikan yang melakukan transformasi produk, dari ikan segar menjadi ikan kering. Sedangkan pedagang ikan teri kering memberikan nilai tambah terkait dengan distribusi, yaitu dari produsen dibawa ke konsumen. Apabila nilai tambahnya ingin dinaikkan, maka proses value chain perlu diperbanyak, yaitu melalui diversifikasi produk bernilai tambah tinggi, misal dengan pendirian pabrik ikan teri kaleng untuk keperluan ekspor dan perdagangan nasional. Terkait dengan nilai marekting efficiency index (ME=3) yang nilainya lebih dari 1, maka mengindikasikan bahwa saluran distribusi perikanan teri Kabupaten Konawe Utara yang berlaku sekarang bersifat efisien. Pensuplai Faktor Input
Penangkapan Teri Rp 3.991/Kg; 63%
Pengolahan Teri Rp 1.440/Kg; 23%
Distribusi/ Perdagangan Rp. 894; 14%
Gambar 2. Value Chain dan Margin Keuntungan Perikanan Teri Tabel 7. Kontribusi Peran Pelaku Usaha Perikanan Teri Pelaku Proses Pensuplai Faktor Input • Membeli atau memproduksi faktor input yang diperlukan oleh nelayan bagan apung, diantaranya bambu, kayu, jaring, lampu, mesin, bahan bakar minyak, dan perbekalan (diantaranya beras, gula, kopi, teh, minyak goreng, gas LPG), dsb. • Menjual faktor input yang diperlukan untuk operasi penangkapan ikan teri kepada nelayan bagan perahu Nelayan Bagan Perahu • Merancang dan membangun alat tangkap bagan perahu • Mengeksploitasi sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara • Mendistribusikan hasil tangkapan ikan teri ke fishing base untuk dijual ke pengolah ikan teri Pengolah Ikan Teri Kering • Membersihkan ikan teri hasil tangkapan nelayan dan menjadikan ikan teri segar sebagai bahan baku ikan pengolahan ikan teri kering untuk meningkatkan daya 258
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Pelaku
• Pedagang Ikan Teri Kering
• •
Proses tahan waktu keawetan ikan teri untuk kepentingan konsumsi masyarakat Mengemas ikan teri kering dan menjualnya kepada pedagang ikan teri kering Membeli ikan teri kering dari para pengolah ikan. Mengemas kembali ikan teri kering yang dibeli dari para pengolah ikan teri, serta mendistribusikannya kepada konsumen, baik masyarakat Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe, Kota Kendari, maupu kabupaten lain di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Analisis Permasalahan dan Alternatif Solusi Untuk pengembangan perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara, maka perlu diidentifikasi permasalahan dan pengembangan alternatif solusinya. Menurut Parke (2014), perbaikan kinerja value chain dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (1) perbaikan rencana, legal, dan kerangka manajemen sumberdaya, (2) meningkatkan kuantitas, keteraturan dan keberlanjutan produksi, (3) memperbaiki kualitas dan keamanan produk, (4) mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai pelanggan, (5) meminimalkan biaya transaksi, dan (6) memperbaiki kapasitas pelaku agar mampu beradaptasi dengan teknologi dan pengembangan pasar.
Tabel 8. Analisis Permasalahan dan Alternatif Solusi Tahapan Value Chain Pelaku: Pensuplai Faktor Input Permasalahan • Harga faktor input tertentu masih relatif mahal Penyebab • Jumlah pensuplai di dekat lokasi fishing base masih terbatas dan beberapa • Biaya pengiriman yang tinggi dan ketergantungan terhadap pensuplai faktor produksi tertentu dari Makassar dan Surabaya, seperti pengadaan mesin. Alternatif • Perbaikan infrastruktur transportasi agar biaya logistik semakin efisien Solusi • Pendirian koperasi perikanan yang dapat menyediakan faktor produksi dengan biaya yang wajar. Pelaku: Nelayan Bagan Perahu Permasalahan • Produksi per trip masih relatif tinggi (325-525 Kg/trip), namun cenderung mengalami penurunan secara time series • Harga jual ikan teri hasil tangkapan relatif rendah • Inefisiensi proses bongkar hasil tangkapan • Suplai BBM masih mengandalkan penjual BBM eceran dengan harga relatif mahal Penyebab • Kemungkinan sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara sedang mengalami deplesi. • Belum ada tempat pelelangan ikan (TPI) yang dapat mendorong terbentuknya harga yang saling menguntungkan bagi nelayan, pedagang ikan dan pengolah ikan. • Belum terdapat fasilitas pelabuhan perikanan yang memadai 259
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tahapan Value Chain • Belum tersedia stasiun penyedia BBM (SPDN) bersubsidi untuk nelayan dengan kapal < 30 GT Alternatif • Perlu penelitian mengenai MSY (maximum sustainable yield) dan Solusi kebijakan kuota penangkapan ikan teri agar kelestarian terjaga. • Perlu pembangunan pelabuhan perikanan yang didukung fasilitas pokok (termasuk dermaga dan jetty), fungsional (termasuk TPI dan SPDN) dan penunjang yang memadai. Pelaku: Pengolah Ikan Teri Kering Permasalahan • Lokasi pengolahan belum memenuhi memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi sehingga kualitas ikan teri kering belum optimal • Pengemasan produk masih sederhana Penyebab • Pelaku usaha pengolahan ikan teri kering belum menguasai prinsipprinsip hygiene dan sanitasi • Pengemasan yang menarik dan baik belum dianggap penting Alternatif • Perlu dilakukan pembinaan mutu dan standarisasi kualitas produk teri Solusi kering. Pelaku: Pedagang Ikan Teri Kering Permasalahan • Pengemasan produk masih sederhana • Biaya transportasi dan distribusi masih relatif tinggi Penyebab • Pengemasan yang menarik dan baik belum dianggap penting • Kondisi infrastruktur transportasi masih belum memadai Alternatif • Perlu dilakukan pembinaan mutu dan standarisasi kualitas produk teri Solusi kering. • Perlu pembangunan infrastruktur pendukung agar perekonomian perikanan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa masing-masing pelaku dalam value chain perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai tambah. Marjin pemasaran dan marjin keuntungan yang terbesar dinikmati oleh nelayan bagan perahu, diikuti oleh pengolah ikan teri dan pedagang ikan teri. Total nilai tambah perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara adalah sebesar Rp. 6.325/kg teri kering. Saran Sebaiknya perlu dilakukan pembinaan mutu terhadap pelaku usaha perikanan teri yang masih bersifat tradisional, agar produknya semakin sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi. Selain itu, juga perlu diteliti level eksploitasi sumberdaya ikan teri yang lestari (maximum sustainable yield atau MSY) untuk menghindari resiko deplesi sumberdaya ikan teri yang menyebabkan penurunan produksi dan kelangkaan sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara. Apabila hasil kajian selanjutnya menunjukkan bahwa eksploitasi sumberdaya ikan teri masih dapat ditingkatkan, maka dapat dirancang pengembangan industri teri olahan untuk meningkatkan nilai tambah dan pemasarannya tidak hanya di Provinsi Sulawesi Tenggara.
260
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Sdr. Muhammad Agung Dharmawan yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi. Daftar Pustaka Achchuthan, S., and Kajananthan, R. 2012. A Study on Value Chain Analysis in Dairy Sector Kilinochchi District, Sri Lanka. Global Journal of Management and Business Research, 12(21): 1-14. BPS Kabupaten Konawe Utara, 20151. Kabupaten Konawe Utara dalam Angka 2015. BPS Kabupaten Konawe Utara. pp. 385 BPS Kabupaten Konawe Utara. 20152. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Konawe Utara Menurut Lapangan Usaha 2010-2014. BPS Kabupaten Konawe Utara. pp.85 BPS Kabupaten Konawe Utara. 20153. Kecamatan Lasolo Dalam Angka 2015. BPS Kabupaten Konawe Utara. pp.123. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2013. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2013. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. pp. 458. Dzanja, J., Kapondamgaga, P. and Tchale, H. 2013. Value Chain Analysis of Beef in Central and Southern Malawi (Case Studies of Lilongwe and Chikhwawa Districts). 4(6): 92102. Eurofish International Organisation, 2012. Overview of the world’s anchovy sector and trade possibilities for Georgian anchovy products. Eurofish International Organisation. pp. 40. Gudmundsson, E., Asche, F. and Nielsen, M. 2006. Revenue Distribution Through The Seafood Value Chain. FAO. pp. 42. Jung, S.C. 2014. The Analysis of Strategic Management Samsung Electronics Company through the Generic Value Chain Model Company. International Journal of Software Engineering and Its Applications. 8(12): 133-142. Kabu, E., and Tira, D.S. 2015. Value Chain Analysis Towards Sustainability: A Case Study of Fishery Business in Kota Kupang, Indonesia. International Journal of Economics and Financial Issues. 5(Special Issue): 150-156. KKP. 2014. Statistik Perikanan Tangkap Di Laut Menurut Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), 2005-2013. KKP. pp. 448 Mwirigi, F.M and Theuri, F.S.. 2012. The Challenge of Value Addition in The Seafood Value Chain Along The Kenyan North Coast. International Journal of Business and Public Management 2(2): 51-56.
261
Dian Wijayanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Odebiyi, O.C, George, F.O.A, Odulate, D.O., Agbonlahor, M.U. and Olaoye, O. 2013. ValueChain Analysis for Coastal Fisheries Development in Nigeria. Global Journal of Science Frontier Research Agriculture and Veterinary. 13(11): 6-15. O'Neill, E.D. 2013. A Value Chain Analysis of the Tuna Industry in Ghana. Thesis. Universidade do Algarve. pp. 125. Parke, A. 2014. Value Chain Approaches In Fisheries Planning. CRFM, Policy Brief No. 4, September 2014. Pp 1-8. Phiri, L.Y., Dzanja, J., Kakota, T. And Hara, M. 2013. Value Chain Analysis of Lake Malawi Fish: A Case Study of Oreochromis spp (Chambo). International Journal of Business and Social Science. 4(2): 170-181.
262
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Implementasi Frontend Website Dinamis Sebagai Company Profile dan Delivery Order Restaurant Hotel Olympic Surabaya Nazarinus Artasawarga Purnomo1,*, Rinabi Tanamal 2, dan David Boy Tonara3 1 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra 2 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra 3 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra
[email protected] Abstrak. Teknologi informasi sangat berkembang pesat pada saat ini, salah satunya adalah website. Website membantu sebuah perusahaan untuk menunjang media promosi terhadap produk – produk yang dimiliki. Restoran Hotel Olympic Surabaya merupakan restoran yang membutuhkan media promosi online dan juga dapat melakukan proses delivery order. Kebutuhan website yang difokuskan untuk delivery order berguna untuk mendapatkan target baru melalui media online. Berdasarakan masalah yang ada, pihak Technovision memberikan solusi berupa website delivery order. Website tersebut dapat menambah penjualan melalui online dengan delivery order. Metode yang akan digunakan adalah metode RAD (Rapid Application Development). Langkah pertama menganalisa aliran proses bisnis Restoran Hotel Olympic (business modeling), langkah kedua adalah data modeling, langkah ketiga adalah mengamati proses – proses yang dapat dijabarkan melalui aktivitas diagram, langkah keempat adalah melakukan application generation, dan langkah terakir adalah melakukan testing dan turnover dengan melakukan proses UAT ( User Acceptance Test). Hasil akhirnya adalah Restoran Hotel Olympic Surabaya membuat website delivery order untuk membantu kenaikan penjualan online serta untuk mempromosikan restoran tersebut. Kata Kunci: Restoran Hotel Olympic Surabaya,website, dinamis, e-commerce, delivery order 1. 1.1
Pendahuluan. Latar Belakang. Saat ini merupakan jaman yang sudah memasuki jaman yang modern, segala sesuatu yang dikerjakan sangat membutuhkan bantuan kemajuan tehnologi yang sangat berkembang pesat saat ini. Website merupakan suatu kemajuan teknologi yang sudah dibutuhkan untuk membantu kinerja dari suatu perusahaan untuk berkembang walaupun perusahaan tersebut baru startup. Website membuat pasar dari perusahaan tersebut menjadi lebih besar, yang dahulu hanya offline saja kini perusahaan juga bisa online dengan bantuan website tersebut. Pengaruhnya juga dapat sebagai media promotion , meningkatkan penjualan melalui media online, menambah profit melalui iklan yang dipasang di website, selain itu juga dapat sebagai sumber informasi untuk kemajuan bisnis. Menurut kutipan yang diambil data statistik resmi dari (APJII) Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia, untuk tingkat pembelanjaan online di Indonesia, adalah 22.8% (14 juta) dari 63 juta pengguna internet di Indonesia, 34.6% beranggapan takut terjadinya penipuan, dan 13.8% sisanya beranggapan barang online cenderung mahal. Namun pihak APJII beranggapan bahwa pembelanjaan online di Indonesia akan terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan berkembangnya teknologi.
263
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Kemudian berlanjut pada data survery APJII pada tahun 2012, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 63 juta penduduk, dan diproyeksikan terus naik mencapai 139 juta penduduk pada tahun 2015. Survei yang dilakukan APJII tersebut merupakan jalinan kerjasama dengan pusat Badan Statitistika Indonesia, dengan populasi sampel rentang usia 12 - 65 tahun, dilakukan di 42 kota dan 31 propinsi. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi market online di Indonesia sangat tinggi, dan akan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan. Website E-commerce dapat juga diterapakan pada bisnis restoran, dimana website yang dibentuk merupakan website delivery order. Website yang diterapkan pada restoran dengan cara pembelanjaan / pembelian menu – menu yang tersedia secara online. Delivery order sendiri memliki kriteria dan prosedur yang tergantung di setiap restoran yang memakai delivery order, karena setiap delivery order antara satu restoran dengan restoran yang lain tidak sama. Untuk website delivery order restoran yang terdapat di Hotel Olympic Surabaya yang memiliki nama Oresto memiliki cara pembayaran untuk pemesanan menu makanan / minuman yaitu cash on delivery (COD). Dengan menggunakan sistem COD diharapkan dapat menarik minat dari 34.6% populasi sampel yang beranggapan takut terkena penipuan. Dari sudut pandang tersebut, dapat dilihat bahwa peluang bisnis ini adalah sangat dibutuhkan saat sekarang, karena menurut proyeksi dari data survey APJII, pengguna internet dari tahun ketahun akan terus berkembang. Pembuatan website dlivery order yang akan diterapakan kepada restoran Hotel Olympic Surabaya atau yang bernama Oresto diharapkan dapat meningkatkan jumlah penjualan take away . Berdasarkan data – data penjualan yang didapatkan dari pihak restoran tercatat bahwa pada bulan Agustus, September, Oktober terhitung omset penjualan dari 3 bulan terakir adalah sebesar Rp.83.487.800. Nilai rata-rata penjualan yang dihasilkan untuk setiap bulannya adalah Rp. 27.829.266,- dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per bulannya. Dengan demikian diharapkan juga banyak peminat / pembeli menu makanan / minuman untuk take away dapat meningkat pada bulan – bulan berikutnya dengan adanya website delivery order tersebut. 1.2
Rumusan Masalah. 1. Bagaimana membuat sebuah website dynamic menggunakan konsep prinsip website usability kepada Hotel Olympic Surabaya? 2. Bagaimana Website delivery order yang telah dibuat dapat di implementasikan kepada Hotel Olympic Surabaya?
1.3
Ruang Lingkup Penelitian. Pembuatan sebuah buah website dan satu buah design brosur untuk pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya. Jenis website yang diinginkan pihak client adalah website dynamik untuk company profile dan delivery order. Website company profile dan delivery order dibuat menggunakan framework PHP Codeigniter, dengan spesifikasi fitur yang diinginkan oleh pihak client adalah terbatas untuk wilayah Surabaya, dan minimum price Rp 40.000. Fitur yang diinginkan oleh pihak klien dalam website yang akan dibuat adalah terdapat akun yang dapat mengatur semua kendali yaitu dengan menggunakan master account, kemudian juga terdapat seseorang yang dari pihak klien yang akan mengoperasikan website untuk delivery order yang akan di pegang oleh resepsionis yang akan mengecek setiap order yang masuk dalam website, resepsionis akan mendapatkan admin account untuk dapat melakukan penerimaan order. Untuk user akan diberikan fitur untuk dapat melakukan register 264
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
dan juga dapat melakukan order setelah guest mendapatkan user account. Website yang dibuat mempunyai fokus design untuk desktop, yang akan digunakan sebagai tampilan untuk profil restoran dan untuk delivery order. Framework yang digunakan untuk pembuatan website tersebut adalah PHP Codeigniter, Pembayaran dilakukan menggunakan konsep cash on delivery, yakni dilakukan pembayaran ditempat lokasi antar. Untuk menimalisasi terjadinya pembatalan, pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya akan melakukan panggilan telepon ke pihak buyer terlebih dahulu setelah mendapatkan notifikasi order. Apabila terjadi pembatalan, nomor telepon buyer tersebut akan direkap dalam database pembatalan. Kategori makanan yang dijual adalah berdasarkan menu makanan restaurant Hotel Olympic Surabaya saat ini, dan dapat ditambahkan sewaktu-waktu. Kontrak tidak meliputi biaya maintenance, selepas selesainya project.
2.
Landasan Teori.
2.1
Pengertian Website. Mengutip pernyataan (O'Brien, 2006:262) dalam bukunya berjudul "Introduction to Information Systems" didefiniskan website merupakan salah satu wadah yang menawarkan informasi dan hiburan, serta situs transaksi e-commerce antara bisnis dan pemasok serta pelanggan. Dalam hal ini, dapat dengan jelas disimpulkan kegunaan sesungguhnya dari website adalah beragam, bergantung bagaimana pemilik memfungsikan website miliknya. Sebuah website dapat menghasilkan sebuah keuntungan dalam bentuk profit, apabila website difungsikan dan didesign sebagai e-commerce. 2.2
Aplikasi Web Based. Mengutip pernyataan (Abdul Kadir, 2005:3), aplikasi web-based adalah program yang menggunakan HTTP sebagai protokol komunikasi dan menyampaikan informasi berbasis web kepada pemakai dalam bentuk HTML. Applikasi yang telah dirancang dan disimpan dalam web server yang diakses, akan berkerja dibalik layar, sehingga pihak user yang mengakses hanya akan diberikan hasil data dalam bentuk tampilan visual HTML. 2.3
Web Server. Mengutip kutipan dari (Jennifer, 2012: 42), web server menjawab request dari browser client untuk spesifik data / file (atau mengeksekusi sebuah script), dan menampilkan kembali dalam bentuk visual kepada pengakses. 2.4
Web Usability Istilah web usability adalah penyebutan suatu tampilan yang telah di visualisasikan. Sederhananya, webs usability merupakan semua hal yang berkaitan dengan tampilan visual di komputer anda, seperti tampilan gambar, tampilan program, sebuah tombol yang dapat diinteraksikan, dan berbagai macam lainnya. Fungsi web usability sebenarnya adalah untuk me-visualisasikan suatu hal sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pengguna. 2.4.1 10 Prinsip dari Web Usability Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell", sebuah website yang baik harus menerapkan 10 Prinsip dari Web usability: 1. Memberikan content yang seimbang antara visual content dan 2. Tidak menggantungkan content pada warna. 3. Menggunakan CSS dengan baik dan sesuai proporsi. 265
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
4. Bahasa digunakan dengan jelas. 5. Table / diagram yang digunakan di visualisasikan secara menarik. 6. Rutin untuk melakukan maintenance, khususnya untuk halaman yang mengandung script / teknologi terbaru. 7. Rutin untuk melakukan crosscheck bahwa link atau media yang di display dalam web berjalan dengan baik. 8. Design dapat digunakan dalam setiap device. 9. Menggunakan teknik dan prinsip penulisan HTML dari W3C. 10. Alur navigasi website harus jelas. 2.3 Web Accessbility Techniques Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell", berikut adalah teknik untuk mengaplikasikan prinsip website accessibility: • • • • • • • • • • • 3.
Start with meaning Provide alternatives Use zoom layouts Remember that order counts Make your forms explicit Test javascript extensively Facilitate users moving around the page Allow text to scale Make use of the focus state for links Handle color intelligently Use CSS background image carefully
Analisa dan Perancangan Sistem.
Activity Diagram untuk Melakukan Forget Password Berikut ini merupakan activity diagram yang menjelaskan user untuk melakukan forgot password. 3.1
266
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Gambar 1 Activity Diagram untuk Melakukan Forgot Password
Activity Diagram untuk Melakukan Register Berikut ini merupakan activity diagram yang menjelaskan user untuk melakukan register. 3.2
267
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Gambar 2 Activity Diagram untuk Melakukan Register
268
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
3.3
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Activity Diagram untuk Melakukan Submit Order Berikut ini merupakan activity diagram yang menjelaskan user untuk melakukan submit
order.
Gambar 3 Activity Diagram untuk Melakukan Submit Order 269
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
3.4
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Sequence Diagram Registrasi Member
Gambar 4 Sequence diagram aktifitas registrasi member Untuk melakukan delivery order, guest harus melakukan registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan akun user. Guest akan menginputkan data profile guest yang ingin mendaftar. Data – data yang diminta adalah email, name, address, phone, password, repassord, menginputkan captcha untuk bisa sign up. 3.5
Sequence Diagram Login
Untuk bisa melakukan delivery order, user harus melakukan login terlebih dahulu. User akan mengisi form login dengan berisikan email dan password yang seusai dengan data yang sudah terdaftar. User akan menekan tombol submit, kemudian user akan dihadapkan dengan tampilan fitur – fitur yang ada pada akun user. User dapat melakukan new order, list order, history.
270
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Gambar 5 Sequence diagram aktifitas Login 3.6
New Order
Use Case ini berjalan ketika user ingin melakukan kegiatan memilih menu makanan ataupun minuman yang ada di halaman new order
Gambar 6 (Diagram Use Case, proses pemilihan menu bagi user) 271
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Nama Use Case
Pemilihan menu order
Aktor
User
Tujuan
1.User melakukan pemilihan menu order yang akan disorder. 2.User dapat melakukan fitur search untuk memilih menu yang lebih spesifik sesuai dengan menu yang diinginkan. 3.User menginputkan quantity yang diinginkan sesuai dengan yang mau di order. Diagram ini menggambarkan alur bagaimana user ingin melakukan pemilihan item menu untuk diorder
Deskripsi
1.User harus sudah melakukan login terlebih dahulu.
Pra – kondisi
2.Dapat mengakses user panel. 3.User account tidak dalam keadaan diblokir (harus aktif). Item yang sudah dipilih akan masuk ke dalam cart setelah melakukan proses add pada menu. Di dalam cart akan terlihat kalkulasi total harga dan juga kuantitas yang sudah user inputkan.
Pasca – kondisi
Aliran Utama Aktor
Tanggapan Sistem
1. Membuka halaman new order pada 2. Sistem website akan menampilkan seluruh halaman create order di dalam www.o- list menu yang ada di dalam new order yang resto.com/backend/order/create. tentu saja yang tersedia / ready stock. 4.Sistem akan menerima inputan dari user, 3.User akan melakukan tindakan kemudian sistem akan melakukan fungsi search menginputkan item yang tersedia pada pada data tabel yang akan ditampilkan sesuai kolom search. dengan inputan. 5.Inputan data tabel yang diinputkan oleh user jika ditemukan maka ditampilkan menu spesifik. 6.User akan melakukan inputan untuk quantity berupa inputan integer yang akan di masukkan ke kolom quantity untuk menentukan jumlah yang akan di order.
272
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
7.User melakukan add dengan menekan 8.Sistem akan merecord data quantity yang tombol add , untuk menentukan jumlah sudah diinputkan oleh user dan item yang akan dipesan dan dicatat ke memindahkannya ke dalam keranjang / cart. dalam kerangjang / cart. Aliran Alternatif : Inputan quantity selain integer 1.user mencoba memasukkan inputan pada 2.Sistem akan memeberikan pemberitauan kolom quantity yang seharusnya angaka kepada user berupa notifikasi bahwa inputan menjadi bukan integer (abc,!?><) yang diinputkan user hanya integer
4. 4.1
Pengujian dan Implementasi. Strategi Implementasi
Strategi untuk implementasi aplikasi website ini terdapat beberapa proses untuk mendapatkan proyek ini. Restoran Oresto yang awalnya bernama coffee shop tersebut ingin mengembangkan bisnis menuju online. Kami menawarkan pada pemilik toko yaitu Bpk. Sugeng untuk pembuatan aplikasi website delivery order dan klien mensetujuinya. Kami menganalisis segala proses yang ada pada restoran Oresto agar kinerja aplikasi yang kami buat sesuai dengan standart operating procedure (SOP) restoran ini. Kami membuatkan desain sistem untuk aplikasi tersebut dan kemudian melakukan pertemuan dengan programmer yang ada. Setelah aplikasi website sudah selesai maka, kami akan melakukan testing terlebih dahulu kemudian aplikasi tersebut akan diimplementasikan pada restoran klien. Setelah program sudah selesai diimplementasikan maka kami akan melakukan pengujian dengan klien kami, dan kami akan mengajarkan kepada klien kami untuk cara pemakaian aplikasi website tersebut yang sudah online beralamat www.o-resto.com. Untuk menguji kelayakan kualitas aplikasi tersebut maka, kami akan menggunakan User Acceptance Test. 4.1.1 Analisis Kebutuhan klien Analisi kebutuhan ini harus dilakukan terlebih dahulu agar kami dapat mengerti apa saja yang dibutuhkan oleh pihak klien dan juga memberikan solusi yang tepat bagi klien. Untuk mengetahuinya kami melakukan wawancara singkat terhadap owner dari restoran Oresto mengenai kebutuhan restoranya, agar setiap proses order maupun SOP sama dengan pihak restoran kehendaki. Setelah kita melakukan wawancara, dapat menganalisis kebutuhan klien bahwa, klien membutuhan website delivery order untuk membantu restoran Oresto tersebut yang awalnya melayani hanyak offline menjadi juga melayani online dengan diimplementasikan website www.o-resto.com. 4.1.2
Desain Sistem
Tahap selanjutnya adalah mendesain sistem yang sesuai dengan hasil wawancara terhadap pihak restoran (owner) dan juga berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan sebelumnya. Tujuan dari desain sistem sendiri agar sesuai dengan alur kerja yang dimiliki oleh pihak restoran Oresto.
273
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara 4.1.3
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Pertemuan dengan Outsource
Kami melakukan pertemuan dengan pihak outsource setelah selesai melakukan proses rancang desain sistem. Setiap rancangan desain sistem yang kita buat harus dijelaskan secara terperinci kepada pihak programmer agar pihak outsource mengerti dengan betul permintaan yang kami ajukan sehingga tidak akan terjadi salah komunikasi antar pihak kami dengan pihak programmer. Pertemuan dengan pihak outsouce bertujuan agar aplikasi yang dibuat sesuai dengan permintaan yang diminta oleh pihak klien. 4.1.4
Implementasi Aplikasi
Tahap implementasi, aplikasi yang sudah melalui beberapa pengujian akan diimplementasikan ke restoran klient tersebut. Aplikasi yang akan diimplementasikan akan dilakukan pengecekan lagi untuk memastikan aplikasi tersebut berjalan dengan baik. 4.1.5
Pengujian Aplikasi
Tahap selanjutnya adalah pengujian aplikasi website yang sudah dibuat. Aplikasi yang sudah selesai dibuat akan diuji / dilakukan testing untuk mengecek aplikasi website tersebut sudah sesuai dengan keinginan dari pihak klien. Untuk menyempurnakan aplikasi wesbsite ini selain pengecekan aplikasi juga ada pengecekan terhadap adanya bug maupun error yang ada pada applikasi tersebut 4.1.6
Revisi Aplikasi
Pada tahap revisi tersebut, kekurangan yang didapat setelah melakukan implementasi aplikasi tersebut akan disempurnakan sesuai dengan permintaan klien. 4.1.7
Implementasi Revisi Aplikasi
Setelah melakukan revisi aplikasi yang diminta oleh pihak klien maka, aplikasi tersebut akan diimplementasi kembali ke restoran klien. Bila klien masih memiliki revisi terhadap aplikasi tersebut maka, akan dilakukan lagi revisi aplikasi dan juga implementasi kembali hingga aplikasi tersebut sesuai dengan keiinginan klien. 4.1.8
Input Data
Untuk melengkapi aplikasi website tersebut, dibutuhkan data yang real dari restoran Oresto tersebut. Memasukkan data – data restoran seperti gambar lokasi, suasana restoran, makanan, minuman, dan harga dari setiap makanan dan minuman dalam website www.oresto.com. 4.1.9
User Acceptance Test (UAT)
User Acceptance Test digunakan untuk pengujian aplikasi website tersebut tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa owner dari resotran Oresto tersebut dapat menggunakan aplikasi tersebut berserta dengan fitur – fitur yang dibuatkan dengan baik. 4.1.10 Closing Project
274
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Closing Project berakir pada proses pelunasan pembuatan program aplikasi website, dan juga memberikan module training kepada klien yang akan digunakan untuk mengoprasikan website tersebut tanpa harus didampingi oleh kami. 4.2
Pengjujian Aplikasi
Pengujian aplikasi ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi tersebut sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan perancangan yang sudah dibuat serta sesuai dengan keinginan dari pihak restoran Oresto (klien). Pengujian aplikasi tersebut juga menggunakan User Acceptance Testi (UAT). Fungsi dari UAT sendiri untuk menguji setiap fitur aplikasi apakah sudah berjalan dengan semestinya. 4.2.1 Skenario Pengujian Pada tahap skenario pengujian akan dijelaskan tentang beberapa fitur yang ada pada setiap role id yaitu sebagai master, admin, user. Pengujian scenario dilakukan dengan menggunakan User Acceptance Test (UAT) agar setiap fitur yang ada dapat dinyatakan suskes sesuai dengan yang diharapkan. 4.2.1.1 Fitur Login Pada Bagian ini setiap akun harus login terlebih dahulu untuk dapat melakukan tugasnya sperti master, admin, user. Login form akan muncul pada halaman order pada website http://www.o-resto.com/backend/login. Untuk melakukan login tersedia field email dan field password. Login berhasil maupun gagal akan mendapatkan notifikasi berupa tulisan yang terdapat di pojok kanan atas, bila berhasil akan berwarna hijau, jika gagal maka akan berwarna merah. 4.2.1.2 Perbedaan Fitur dan Akses login Akeses login terdiri dari 4 golongan / kategori yaitu, guest merupakan aktor yang belum memiliki akun, dan harus melakukan registrasi untuk mendapatkan user akun, user adalah aktor yang sudah memiliki akun dan bisa melakukan delivery order, admin merupakan bagian dari administrasi yang akan mengoperasikan setiap ada order yang akan masuk, master merupakan akun dengan priviledge tertinggi. Berikut tabel yang akan menjelaskan setiap fitur dari setiap akun secara teperinci. Akses Login Fitur Guest
User
Admin
Master
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
Melihat Gallery Daftar Menu
✓
✓
✓
✓
Registrasi akun baru
✓
✓
✓
✓
Forgot Password
✓
✓
✓
✓
Melihat Profile)
Gallery
Menghubungi Kontak
Membuat Order
(Company
melalui
Form
✓
275
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Print Invoice Order
✓
✓
✓
Melihat History Order
✓
✓
✓
Reject
✓
✓
Confirm
✓
✓
Deliver Order
✓
✓
Finish
✓
✓
List Data Member
✓
✓
Blokir
✓
✓
Unblokir
✓
✓
Add New
✓
✓
List Data Menu
✓
✓
Enable
✓
✓
Disable
✓
✓
Cancel
Update Status Order
Member
✓
Menu ✓
Edit Add New
✓
✓
Edit
✓
✓
Disable
✓
✓
Enable
✓
✓
Add New
✓
✓
Edit
✓
✓
Disable
✓
✓
Enable
✓
✓
Employee
Vehichle
Add New
✓
Edit
✓
Blokir
✓
Unblokir
✓
Admin
276
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Add New
✓
✓
Edit
✓
✓
Update Status
✓
✓
Claim
✓
Melihat Data Sales Report Melihat data menu favorit 4.3
✓
✓
User Acceptance Testing (UAT)
UAT merupakan sebuah penguijian sebuah aplikasi yang ditunjukan kepada pengguna aplikasi tersebut, dengan menggunakan beberapa skenario pengujian (testing) setelah aplikasi sudah selsai di buat 4.3.1
Training dan Pengujian UAT
Pada tahap ini user akan mengalami tahap pengujian menggunakan UAT. YTH. Bapak Sugeng Santoso adalah owner dari restoran Oresto Surabaya telah menjalani UAT. Training dilakukan pada tanggal 19 mei 2014, dan training tersebut berlangsung di restoran Oresto Surabaya. Metode untuk melakukan training tersebut adalah praktek langsung, dimana semua fitur dari website tersebut akan berjalan fungsi dan penggunaanya yang tepat melalui GUI (Graphical User interface) yang sudah dibuat. Modul Training juga disertakan untuk penggunaan aplikasi tersebut, sehingga diharapkan melalui modul training ini, dapat membantu materi pelatihan untuk kedepannya. 4.4
Nilai Enterpreneurship Tugas akhir tentang implementasi ini memilki beberapa nilai entrepreneurship sebagai berikut: 4.4.1
Aspek Opportunity
Pada aspek opportunity ini sangatlah bagus dalam bidang industri teknologi dan juga binis online (e-commerce) yang berkembang sangat pesat pada era moderen ini. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin lama semakin membaik, diharapkan dapat memberikan dampak yang bagus terhadap dunia bisnis. Kebutuhan manusia akan teknologi dalam bidang jasa pembuatan website atau aplikasi – aplikasi sebagai sarana untuk menunjang bisnis, terutama yang bergerak pada bidang e-commerce. Website sebagai saran untuk promosi dan juga untuk memperkenalkan produk – produk baru yang akan di jual di pasaran akan dengan cepat tersebar luas. Website selain untuk tempat memperkenalkan produk, juga dapat digunakan sebagai tempat advertising yang bagus mempromosikan ke pasaran. Mengingat harga untuk pembuatan website / aplikasi yang relative dapat terjangkau oleh perusahaan – perusahaan kecil maupun besar. Dengan adanya website, perusahaan – perusahaan yang akan memulai bisnis mereka akan sangat terbantu dengan adanya website / aplikasi. 4.4.2
Aspek Market Sensitivity
Aspek market sensitivity sangat berguna untuk memposisikan kita bergerak pada bidang apa yang sedang trend saat ini. Dengan mengetahui trend saat ini, maka kita dapat bergerak 277
Nazarinus Artasawarga Purnomo Rinabi Tanamal David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
pada bidang tersebut dan juga dapat lebih focus dalam menjalani suatu bidang, karena kita sudah mengerti bidang apa yang akan menjadi trending topic. Untuk pengerjaan proyek tugas akhir ini, melihat bahwa peluang pada bisnis makanan sudah terlihat banyak peminatnya, teknologi untuk melakukan share gambar beserta lokasi tempat gambar sangat membantu untuk bidang makanan. Teknologi yang sangat membantu bidang promosi adalah instagram. Dengan aplikasi instagram, dapat share gambar yang dapat dilihat oleh setiap followers yang dimiliki sehingga informasi dapat tersebar luas dengan mudah dan sangat cepat. 4.4.3
Aspek Creative and Innovative
Jenis penerapan dari implementasi setiap website berbeda antara satu dengan penerapan yang lainnya. Kami memposisikan diri sebagai konsultan terhadap proyek yang ditawarkan, selain meposisikan diri kami sebagai pembuat jasa website / aplikasi. Kami berharap ide / konsep yang kami berikan dapat memberikan kontribusi / solusi yang terbaik untuk perkembangan bisnis makanan saat ini. 5.
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil dari rancangan desain aplikasi, implementasi dan juga pengujian dari website www.o-resto.com yang merupakan website dinamis untuk restoran Oresto Surabaya, dapat disimpulkan bahwa : 1. 2. 3.
Website yang dibuat untuk melakukan delivery order sudah sesuai dengan keinginan klien kami. Tampilan – tampilan navigasi maupun fitur yang ada, sudah dapat dipahami dengan baik. Tampilan yang user friendly.
Daftar Pustaka. Agus Saputra. 2011. Trik dan Solusi Jitu Pemrograman PHP. IKAPI., Jakarta. APJII. (2012). Data Statistik Pengguna Internet di Indonesia.Diakses tanggal 22 May 2014. < http://www.apjii.or.id/v2/read/page/halaman-data/9/statistik.html>. APJII. (2012). Perilaku Pengguna Internet Berbelanjan Online.Diakses tanggal 22 May 2014.
. Jennifer Niederst Robbins. 2006. Web Design In a Nutshell. California: O'Reilly Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Jakarta: Univeritas Gadjah Mada, Salemba Empat. O’Brien, J.A. 2006. Introduction To Information System,12 ed. Arizona : Mc Graw Hill. Williams & Sawyer. 2007. Using Information Technology: Pengenalan Praktis Dunia Komputer. Yogyakarta: Andi.
278
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING THE INTEREST OF CUSTOMERS BCA BANK TO USE KLIK-BCA (CASE STUDY: BCA BANK KCP KALIMALANG, BEKASI) 1
Ichwan Mochammad Buchori1, Purwanto1 Faculty of Business, President University, Indonesia Abstract
This research has an objective to analyze the factors that affecting the interest of customers BCA bank yo use KlikBCA inKCP Kalimalang, Bekasi. BCA is the market leaader of internet banking in Indonesia with its KlikBCA. Now, the number of KlikBCA user is increasing both individual and business. Until 2009, the number of KlikBCA user increase become 1.7 million costumers from 1.2 million in 2008. The purpose of this research is to analyze the factors which have impact to the customers interest to use KlikBCA. Variables used in this this research are: independent variable (ease of use, convenience, privacy, and feature avaiability). While the dependent variable is the interest to use. The results are: ease of use and feature availability are not significant impact to the interest to use, while convenience and privacy are significant impact to the interest to use. Keywords: KlikBCA, ease of use, convenience, trust, and feature avaiability. 1. Introduction How to improve service quality and satisfying customers is one thing which is the goal for every company, both service and industrial companies. Many products has produced by various types, quality and packaging in which the whole thing is only intended to attract customers, so that customers tend to perform activities to obtain the product. Therefore, every company is required to be able to create the best products with specifications that customer satisfaction can be met. In this current year, technology advances are already very sophisticated, it is believed to contribute substantially to the significant growth in the services sector, especially banking services. Information technology (IT) is very significant role in supporting the competitiveness of each company, for example in terms of the creation or delivery of new service, operational, for customer services, and the establishment of a centralized customer service department, and accurate marketing database development. One of use of shape IT is Internet Banking. The presence of internet banking already making the customers of bank easily to access the services that already given from the bank itself. Internet Banking already brought a fundamental change in the type of banking services, that initially using manual techniques to self-service using a goods. Over the last few years, commercial banks have introduced Internet-based banking system to improve operations and reduce costs. Internet banking is one of many products ranging services offered by commercial banks in Indonesia. In general, the technology and the level of internet banking usage in Europe by customers is the highest (Scheider, 2004). Internet Banking actually is the reason for most customers used for every transaction. Because the ease and usefulness, began many bank customers in Indonesia using internet banking in banking transactions. The number of Indonesian customers who use internet banking in 2001 amounted to 293 351 people. This amount is then increased to 424 063 279
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
people in 2004. The total internet banking transactions in 2001 reached Rp 7.45 trillion and increased in 2004 to Rp 35.51 trillion per year. This is actually one of commercial bank in Indonesia already implement the use of internet banking system on banking services and the market leader in Internet banking market, it is Bank Central Asia (bank BCA). BCA is one of the biggest commercial bank Indonesia that already implement the use of internet banking system on their services. The level of use of Internet banking itself is already very high for this time and known as KLIKBCA. Based on the Bank's annual report in 2009, recorded an increase of 20% for the number of transactions through Klik-BCA from 135 million to 162 million transactions transactions with a total transaction valued at Rp114, 6 billion. This is certainly supported by the reliability and excellence of product Klik-Bank internet banking product compared with other commercial banks. In the MARS study conducted by Imam (2007), has been study the consumer profile of Indonesia to the percentage of the number of internet banking users to bank customers in Indonesia, which is shown in Table 1. Table 1. Total Customer Percentage of Internet Banking Users No Brand Percentage (%) 1 Klik-BCA 64.3 % 2 Internet Banking Mandiri 9.5 % 3 HSBC Internet Banking 11.9 % 4 Permata Net 9.5 % 5 BII Internet Banking 4.8 % Total 100 % Source: Penelitian MARS 2007 Based on the data in table 1 above, Klik-BCA in the first ranked with a total percentage of 64.3% of the number of internet banking users, amounting to approximately 3,000,000 people. Then HSBC is 11.9%,Mandiri Banking and PermataNet internet banking of 9.5%, and BII internet banking of 4.8%. This shows that almost all BCA bank customers has using and become a loyal customer product services of klik-BCA. 2. Literature Review Self-Service Technology Self-service technology (SST) is an intermediate technology that allows consumers to produce their own services without relying on the company employees, for examples of services is through the internet. Meuter, et al. (2000) explained that there has been a lot of evidence of technological innovation will continue to increasingly influence consumer interaction with businesses where this interaction will be an important criterion for long-term success of the company's business. This issue is now being implemented by the developed company at this time. This has attracted the attention of us to conduct research to determine: (1) what are the factors that lead to consumer satisfaction or dissatisfaction with service-SST, (2) is there any difference with interpersonal services, (3) how satisfied or dissatisfied are consumers perceived with respect to attribution, behavioral complaints, information by word of mouth (word-of-mouth-WOM), and intention to re-purchase. The reason companies use SST are due to several reasons, which are: (1) many forms of service are done through technology, (2) 280
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
many companies that have used SST, (3) technology provides the ability for consumers to learn, receive information, train yourself , and provide their own services. Marketing The importance of a company's marketing activities undertaken to achieve the objectives of the company that trying to put marketing at the center and guide the activities of all units produced towards the achievement of corporate goals. To get the achievement of the company's it must required a marketing concept. The concept of marketing is the key to achieving organizational goals consists of determining the needs and wants of target markets and deliver the expected satisfaction more effectively and efficiently (Kotler, 1997). According to Kotler (2001), the marketing concept consists of four things: (1) target market, (2) customer needs, (3) integrated marketing, (4) the ability to generate profits. The concept started from a well-defined market, focuses on customer needs, coordinates all the activities that will affect customers, and produces profits that satisfy customers. Consumer Behavior To know the consumer, it need understanding of consumer behavior that a manifestation of the whole activity of the human soul itself. According to Engel, et al. (1994), consumer behavior is an action that is directly involved in obtaining, consuming, and spent products and services, including the decision preceding and following on this action. Consumer behavior is the individual activities are directly involved in the services, including the decision-making process. There are two important elements of the meaning of consumer behavior, there is: (1) the decision-making process, (2) physical activity that involving individuals in assessing, acquiring and using economic goods and services (Swastha, 1990). According to Kotler and Armstrong (2001), there are several factors that influence consumer behavior, which is among psychological factors. As the kinds of psychological factors, among others: (1) Motivation is a need that is sufficiently stimulated to make someone look for the satisfaction of their needs, (2) Perception is the process where someone choosing, organize, and interpret information to form a picture meaning of the world, (3) learning is the change in individual behavior that exists from experience, (4) Confidence is descriptive thinking of someone about something, and attitude describe assessments, feelings, and relatively consistent tendency of a person to an object or ideas. Internet Banking Internet banking that also known as“online banking or e-banking”, according to wikipedia is doing transactions, payments, and other transactions via the internet with a website that owned by bank with security systems. Nowdays, many banks are provide services via internet banking. The implementation of an Internet banking application or the application of information technology that continue to develop and be used to answer the wishes of banking customers who want fast service, safe, comfortable, inexpensive and available at any time (24 hours / day, 7 days / week) and can be accessed from anywhere either that of HP, Computer, laptop / notebook, PDA, and so on.
281
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
Internet Banking in Indonesia Based on data from Bank Indonesia, customers who transact through internet banking in 2009 reached into 2.5 million, far greater than the customers in 2008 that amounted to only 1.5 million customers. Added client that automatically increase the value of Internet banking transactions. If the transaction value for the year 2008 amounting to Rp 207 billion from 79 million transaction, then in 2009, the value of transactions through internet banking increased to Rp 1.502 trillion from more than 250 million transactions (Indonesian Banking Highlights, 2009). From the data above, it can be seen that internet banking in Indonesia has increased rapidly in recent years. Table 2.2 below shows the bank in Indonesia that has internet banking facility along with the first year of the service and the address of the site: Ease of Use According to Davis (1989) defines ease of use as the degree to which a person believes that information technology (IT) can be easily understood. According to Goodwin (1987); Silver (1988), in Adam, et al. (1992), intensity of used and the interaction between the user (users) with the system also can show us the ease of use. The system is used more often has indicate that IT is better known, easier to operate and easier to use by users. Based on the definition above, it can be concluded that the ease of use will reduce the effort (either time and energy) to learn someone in IT. The comparison of ease gives an indication that the people who use IT to work more easily than people who work without the use of IT (manually). IT users believe that IS (information system) is more flexible, easy to understand and easy to operateor compartible as characteristic ease of use. Davis (1989) provide some indicators of the ease of use of IT among others, include: 1) information technology (IT) is very easy to learn. 2) IT will doing easily what is desired by the user. 3) the users skill will grow up by using IT. 4) IT is very easy to operate. Several previous studies indicate that the perception of ease of used are the main factors that influence the use of internet banking (Davis, 1989; Venkatesh and Davis, 2000; Pikkarainen, et al., 2004). Convenience Convenience means BCA customers feels that the Klik-BCA is flexible in terms of time and place . According to Poon (2008 ), Internet banking provides a higher level of comfort which allows customers to perform banking transactions anytime and anywhere. If compared with the banking transactions without using aninternet banking , for example with interpersonal transactions , internet banking provides more benefits and convenience. For example, if you want to pay bills or transfer money, when through branch office, the customer have to wait long to conduct the transactions. This is certainly give less provide convenience for customers . It is different if the transaction is done by internet banking. If you are using internet banking, the transaction is done by accessing internet banking websites (can be done with a PDA, Notebook, PC and so on) whenever and wherever the customer is located. This is surely will save customers time, especially for busy customers. According to Poon (2008), there are some constructs which are indicators of the convenience an internet banking system, as follows: (1) Customers can access internet banking anytime, anywhere, (2) There is no queuing, (3) Saving time if compared with the conventional banking method, (4) the cost of bank interest are cheap if the customers 282
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
perceive that the internet banking system that is convenient, so the customer will feel satisfied with the services of internet banking, then they will be interested to use it in the future. Several previous studies (Hong, et al., 2001; Fu, et al., 2003; Pikkarainen, et al., 2004; Poon, 2008) showed the results of convenience can bring a psitive influence towards intention to use internet banking. Privacy To be able to maintain long-term relationships with its customers, the bank needs to keep the concept of customer satisfaction. In order to survive in the era of e-banking, the bank must have loyalty customer who trust in the exelence of online services. As the proliferation of Internet crimes such as burglary account, Privacy factor becomes very important in the use of internet banking in banking transactions. The concept of trusworthy means that customer trust in the reliability of the banks to ensure the securities and privacy of customers account. Security means that the use of Internet banking is safe, the risk of lost of data or a little bit information, and the low risk of hack. While privacy means that all matters related to the user's personal information is safe, and no third party can know. According to Gerrard and Cunningham (2003), the dubious trustability aspects customers on security and privacy policy banks. Privacy has a significant effect on the willingness of customers to engage in online financial transactions and the provision of confidential information (such as user id and password privacy, personal accounts, etc.). In term of used of internet banking, most of user doesn’t know at all the risk and privacy from the internet banking. They just assume that the banks already noticed the security and privacy, when the users don't know how strong the security and privacy of the informaton system of internet banking. Therefore, customer confidence is an important factor that encourage customers to banking transaction. According to Jia, Shen (undated), there are some constructs which are indicators of privacy, there are : (1) the bank's security system, (2) the system of bank secrecy, (3) security and privacy, and (4) compensation for losses due to reasons security and privacy. Several previous studies on privacy (Gefen, Karahanna, et al., 2003; Gefen and Straub, 2003;, and Jia, Shen, undated), shows that privacy have a positive affect towards the intention to use internet banking. Features Availability Actually, feature is a special aspects, have a characteristics, special services, a variety of advantages which are integrated or brought in a product is exposed to customers, social or public. Nowdays, so many features exists in a variety of media, such as the Internet websites, smartphone, magazines, television and others. feature is a marketing system that can attract customers to buy or use the product that provided by the company. According Ainscough and Luckett (2000), the equipment for customer interactivity is an important criterion that attract the attention of customers in the delivery of internet banking services. Gerrard and Cunningham (2003) also identified another important factor in the success of internet banking is the ability of innovation to face the needs of customers using feature availability are different on the website. Features is mean things what can be done by customers using internet banking. According to Poon (2008), there are some constructs which are indicators of the availability of features an internet banking system, such as: the ease of access to information 283
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
about products and services, the diversity transaction services, the diversity of features, and product innovation. Figure 2. Theoretical Framework
Ease Of Use (X1) H1
Convenience (X2) Privacy (X3)
H5
H2
H3
The Interests to Use (Y)
H4
Features Availability (X4) Source: Adjusted by researcher based on Sauca Ananda (2011) 3. Methodology A sample is a part of the population that is selected by carefully in order to represent the population (Sugiyono, 2003). Therefore samples drawn from the population should be representative population. In this study required a minimum number of respondents by the researcher is 80 respondents. Based on the level of difficulty in finding respondent of the user internet banking, the number of respondents is required as well as the limited time owned, so the samples of this study are all banking customers using internet banking services in the Kalimalang. Customers who become in this sample is not restricted how long been using internet banking, because in this study contained respondents expect get the customers who have been long using internet banking also a new user who using internet banking, so it can be obtained describe the variability of the data in the customer's decision to continue using internet banking in the future or not. Validity Test Validity is important to measure whetjer the test measures what the researcher actually wished to measure (Cooper & Schindler,2006) . The Researcher used Pearson’s Correlation to the test validity of the instruments being used. Validity test is done by correlating the score of each variable or each questions with the total score. If the variables have the maximum score, the variable is valid. And the researcher will test the validity of the Analysis of ease to use, convenienve, privacy and also feature availability. In Pearson correlations, results are between -1 and 1. A result of -1 means that there is a perfect negative correlation between the two values at all, while a result of 1 means that there is a perfect positive correlation. Most research will very rarely get a correlation 0, -1 or 1. Result would
284
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
be somewhere in between. The closer the value of r gets to zero, the greater the variation the data points are around the line of best fit. Reliability Test Reliability test is important to measure whether test supplies consistent result (Cooper & Shiner,2006) . The researcher used Cronbach alpha in explanatory research for reliability. And the researcher will test the reliability of the expectation and perception of the 4 dimensions such as ease to use, convenienve, privacy and also feature availability. The rating of questionnaire used five Likert Scale where analysis of the data will be scores. The participant is asked very poor, poor, fair, good, and excellent with each statement. And a scale value 1 for very poor, 2 for poor, 3 for fair, 4 for good and 5 for excellent. Each score of that 5 dimension will be measure into variable test to know whether the each question is reliable or not using the Cronbach Alpha Formula. The Cronbach’s Alpha formula is as follows (Lind, Marchal and Mason, 2002): Classical Assumption Test 1) Normality Test Normality test aim to test the regression model the dependent and independent variables have a normal distribution or not. All researchers want the test will be good and a normality test called good if the data distributed normally or close to normal and also this test can uses the graphic analysis and statistical analysis. The test determined looking for the spread of dots on the diagonal line. If the data spread around following the diagonal lines its mean the test is normality, if the data spread away from diagonal line, it means the regression is rejected or do not meet the assumption of normality said Ghozali, 2005. 2) Multicolinearity Test According to Ghozali (2005), the multicollinearity test aims to test whether the regression model found the correlation inter independent variables, it supposed to be the test there is no correlation with the independent variables. To detect the positive or negative evidence of multicollinearity in the regression model is by analyzing the correlation matrix of independent variables. This test can be seen from tolerance value or variance inflation factor (VIF). As a basis of reference it can be concluded (Ghozali, 2006): a. If the tolerance values > 0,1 and VIF value < 10, it can be conclude that, there is no multicollinearity among the independent variables in the regression model. b. If tolerance value < 0,1 and VIF value > 10 , it can be conclude that, there is any multicolliearity among the independent variables in the regression model. 3) Heterodasticity Test The possible existence of heterodasticity is major concern in the application of regression analysis, including the analysis of variance, because the presence of heterodasticity can invalidate statistical test of significance that assume the effect and residual (error) variance and uncorrelated and normlly distributed. A good regression model if there 285
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
are not homoscedasticity and heterodasticity. (Lawrence, Glenn, and Guarino). Heterosdecascity can be identified if there is a specific pattern like dot which a regular pattern and also to detect the negative heteroscedascity, it can be shown if there is no clear pattern and the dot spread above and bellow the zero on the Y axis. Testing the Hypotheses Multiple Regression Analysis In this study, researcher uses the multiple regressions to analyzing the ease of use, convenience, privacy and feature availability toward the interests of use KlikBCA. This research aim to find out how far the dependent variable can be affected to the independent variables. T-Test The T-Test will analyze the partial relationship between of each independent variables (coefficient α = 0.05) and the dependent variable. (Supranto, 2004) 1. H01 : β1 = 0 or if significant < α, H0 accept (Ease of Use has no relationship toward the interests to use) Hα1 : β1 ≠ 0 or if significant < α, H0 accept (Ease of Use has relationship toward the interests to use) 2. H02 : β2 = 0 or if significant < α, H0 accept (Convenience has no relationship toward the interests to use) Hα2 : β2 ≠ 0 or if significant < α, H0 accept (Convenience has relationship toward the interests to use) 3. H03 : β3 = 0 or if significant < α, H0 accept (Privacy has no relationship toward the interests to use) Hα3 : β3 ≠ 0 or if significant < α, H0 accept (Privacy has relationship toward the interests to use) 4. H04 : β4 = 0 or if significant < α, H0 accept (Feature availability has no relationship toward the interests to use) Hα4 : β4 ≠ 0 or if significant < α, H0 accept (Feature availability has relationship toward the interests to use) F-Test For the F-test is the test to support the researcher to see the entirely affecting of the independent variables with the dependent variables. The standard significant level of this test is 5% or α = 0.05 and f-test can be calculated following this formula based on Gujarati, 2003: Equation 3.3 F-Test ( − 1) =
(1 −
)
−
286
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
Where: R2 = Coefficient determination K = The number of coefficient regression N = The number of sample a. H0 : β1 = β2= β3 = β4 = 0 or if significant F > α, accept β0 b. Hα : at least there is no one β1 ≠ 0, if significant F < α, reject H0. Multiple Linear Regression Researcher tested this instrument by testing the multiple regression models, the regression used for generalizing functional relationship between variable the interests to use KlikBCA, explained in the following this formula: Equation 3.4 Multiple Regression Formula = 0 + 1. 1 + 2. 2 + 3. 3 + 4. 4 +
Regression Coefficient Test (R2) According to Priyanto (2008), regression coefficient test is aim to measure the ability how much the percentage variance of independent variable in multiple regression model in explaining the variance of dependent variable. The calculation of determination coefficient value is formulated as follows (Gujarati, 1999): =
=1
R2 = approaching 1 (100%) it means, the ability independent variables provide almost all needed information to predict the variance of dependent variable. 4. Result and Discussion Testing Model (F-Test) F-Test is conducted to determine the effect of the independent variables with the dependent variable simultaneously.
287
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
Table 2. F-Test b
ANOVA
Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
df
Mean Square
2.992
4
.748
17.351
75
.231
F
Sig. .017a
3.233
Total 20.343 79 a. Predictors: (Constant), ease of use, convenience, privacy, feature availability b. Dependent Variable: interest to use Source: Statistical Product Solution and Solution Services (SPSS) v 16 Based on the table above, researcher obtained the result indicate of significant value is 0.017 which is smaller than the = 0.05 or 5%. So, it can be concluded that the variable ease of use, convenience, privacy and feature availability significantly affect the interest to use. Testing Coefficient (T-Test) T-Test is conducted to look the relationship of each independent variable. To test whether each independent variables significantly affects to dependent variable with the α = 0.05 Table 3. T-Test Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
2.990
.729
Ease of use
.101
.091
Convenienc e
.301 -.107
Privacy
Beta
t
Sig.
4.103
.000
.119
1.103
.273
.117
.276
2.566
.012
.052
-.219
-2.039
.045
Feature -.005 .092 -.006 -.059 Availability a. Dependent Variable: i Source: Statistical Product Solution and Solution Services (SPSS) v 16
.953
For the Ease of Use obtained the test statistic t = 1.103 with the significant is 0.273. Coefficient of ease of use t test result indicate the significant level of 0.273 which is higher than 0.05 or < 5%. It means there is no significant relationship between ease of use and the
288
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
interests to use and can be concluded that there is evidence to reject H0. Alternate hypothesis is reject. For the Convenience obtained the test statistic t = 2.566 with the significant value is 0.012. Due to the coefficient of convenience, t result indicate the significant level of 0.012 which is smaller than 0.05 or 5%. So, it means there is significant relationship between convenience and the interests to use. It can be concluded that there is evidence to reject H0 and accepted H1. Privacy got the t tes statistic t = -2.039 and has significant value 0.045. Due to the coefficient of privacy, t result indicate the significant level of 0.045 which is smaller than 0.05 or 5%. it means that there is significant relationship between the interests to use. It can be concluded that there is evidence to reject H0 and accepted H1. From the table above, for thefeature availability has got the t test statistic -0.059 and has significant value higher than 0.05 or 5% is 0.953. So, H1 is reject and it can be conclude that feature availability has negative or no significant influence to the interests to use. Coefficient of Determine Test (R2) The coefficient of determine test is measure how far the contribution of independent variables to dependent variable. The higher of R2 will be better for the study, because the independent variables more capable to explain the dependent variable. There is the value of R2 in this test based on calculation using SPSS. Table 4. Coefficient of Determine Test (R2) Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
.884a .747 .602 a. Predictors: (Constant), f, e, p, c b. Dependent Variable: i 1
Std. Error of the Estimate 3.48098
From the table above, it can be seen the value of R2 is 0.747. its means the indicate of 74.70% the interests to use have influence to four independent variables. While remaining 25.30% have influenced by other factors outside this research method, such as efficiency, fulfillment, trust and reliability. Multiple Regression Result In this research, regression model was used to analyze the significant effect from independent variables towards depandent variable. Regression model was to explain the causes and effects from independent variable by looking the value of standardized coefficient beta from each independent variable. Y = 0.119 X1 + 0.276 X2 - 0.219 X3 - 0.006 X4
289
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
Interpretation of the Result Ease of Use Based on the result of this research indicates that the variable of ease of use has no significant influence to The interests to use. From the T-Test , the significant value of integration is 0.273 which is higher than α = 0.05. The explanation of no significance of this variable is that the difference ease of use from all BCA customer in area Kalimalang. It could describe as continual shifting of different interests to use KlikBCA. ease of use of a product is something that is desired by the customer. in theory ease of use according to Davis (1989) to defines ease of use as the degree to which a person believes that information technology (IT) can be easily understood. ease of use will reduce the effort (both time and energy) someone in learning something new, including KlikBCA. Convenience Based on the result of this research indicates that variables of convenience who has significant influence and positive relationship to the interests to use. From the T-test, the significant value of integration is 0.012 which is lower than α = 0.05 or 5%. If convenience is increasing, the interests to use is also increasing. BCA customers feels that the KlikBCA is flexible in terms of time and place. Privacy Based on the result of this research indicates that the variable of privacy has significant influence to The interests to use. From the T-Test , the significant value of integration is 0.045 which is lower than α = 0.05 or 5%. The explanation of significance of this variable is that the difference privacy from all BCA customer in area Kalimalang. It could describe as continual shifting of different interests to use KlikBCA. As the proliferation of Internet crime such as account hacking a factor of privacy becomes very important in the use of internet banking in banking transactions. The concept of this trust means that customers trust the reliability of the banks to ensure the safety and privacy customer account. While confidentiality means that all matters relating to the user's personal information confidential, no third party can know. Feature Availability Based on the result of this research indicates that the variable of Feature Availability has no significant influence to The interests to use. From the T-Test , the significant value of integration is 0.953 which is higher than α = 0.05 or 5%. The explanation of no significance of this variable is that the difference Feature Availability from all BCA customer in area Kalimalang. It could describe as continual shifting of different interests to use KlikBCA. Nowdays as a global era, feature as a equipment for customer interactivity is an important criterion that attract the attention of customers in the delivery of internet banking services. Gerrard and Cunningham (2003) also identified another important factor in the success of e290
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
banking, the ability of innovation to address the needs of customers using the feature availability are different on the website. 5. Conclusions Convenience has significant relationship toward the interest to use. It can be shown from the significance value of convenience. Convenience has positive relationship toward the interest to use by looking at the numeric / number of beta. It shows that the relationship of convenience toward the interest to use is positive strong relationship. It shows by the way customers think, feel and act toward a particular aspect of their desire. The value of expressive function is represented by convenience that has been created and serves to express the customers individual values and self-concept. The various functions of convenience lead to the customers overall convenience toward engaging in the given the interest to use, thus influencing behavioral intention. Beside that, ease of use and convenience based on the multiple regression models has significant value toward the interest to use. It can showed from the significant value. Privacy also has a significant relationship toward the interets to use. It can be shown from the significance value of privacy. Privacy has positive relationship toward the interest to use by looking at the numeric / number of beta. It shows that the relationship of privacy toward the interest to use is positive strong relationship. It shows by the way customers think, feel and act toward a particular aspect of their desire. The value of expressive function is represented by privacy that has been created and serves to express the customers individual values and self-concept. The various functions of privacy lead to the customers overall toward engaging in the given the interest to use, thus influencing behavioral intention. Based on the multiple regression models, the variable ease of use and feature availability has no significant value toward the interest to use. It can showed from the significant value of ease of use and feature availability. The significance value of ease of use and feature availability not compiled the requirement to become a significant relationship. It shown by the theory. Ease of use and feature availability are not necessarily competence, but it is descriptive of opinions are formed when people evaluate the importance of things they believe to factually correct. Among all of variables, Convenience and privacy is the significant variable toward the interest to use on personal factors of customers to choose using Klik BCA. References Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Tjiptono, Fandi dan Gregorius Chandra. “ Service Quality Satisfaction”. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. Umar, Husein. “Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen”, Gramedia, Jakarta,2010. Herawati, Jajuk dan Prayekti, M.Si. “ Pengaruh dimensi internet banking service quality dan Kepercayaan nasabah terhadap kepuasan nasabah”. AKMENIKA UPY. 2011.
291
Ichwan Mochammad Buchori Purwanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, 2015
Monalisa, Siti dan Erma Suryani. “ Pengaruh Kualitas Layanan Internet Banking terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank dengan Menggunakan Sistem Dinamik”. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. 2013. Saha, Parmita dan Yanni Zhao. “Relationship between Online Service Quality and Customer Satisfaction”. Lulea University Of Technology. 2005. Vebrika ST, Helza. “Pengaruh Kualitas Jasa Internet Banking Terhadap Kepuasan Konsumen, Thesis. Universitas Gunadarma, 2007. Zeithaml, et al. “Service Quality Delivery Through Web Sites: A Critical Review of Extant Knowledge”, Academy of Marketing Science, 2002. http://www.bca.co.id/id/about/hubunganmedia/2010_juni_03_bca_raih_dua_penghargaan/20 10_ju ni_03_bca_raih_dua_penghargaan.jsp http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai-63-jutaorang http://www.merdeka.com/uang/pengguna-online-banking-indonesia-tercepat-diasiatenggara.htm http://www.bca.co.id/id/about/about_bca_landing.jsp http://ictwatch.com/id/ http://marsnewsletter.wordpress.com/2008/02/01/klik-bca-dan-m-bca-masihmenjadi-pilihan/ www.klikbca.com
292
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Penerapan Balanced Scorecard sebagai Alat Penilaian Kinerja Pada Rumah Sakit Umum Tulehu REZA ABDULMUDY DOSEN UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON [email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui kinerja Rumah Sakit Umum Tulehu berdasarkan penilaian kinerja secara tradisional, berdasarkan penilaian kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard dan Mengetahui perbandingan antara penilaian kinerja secara tradisional dengan pengukuran menggunakan balanced scorecard. Metodologi penelitian yang digunakan ialah dengan pendekatan deskriptif komparatif, yaitu dengan menjelaskan perbandingan antara pengukuran kinerja yang dilakukan pihak rumah sakit dengan pengukuran kinerja berdasarkan balanced scorecard. Hasil perbandingan tersebut akan digunakan untuk menilai manakah di antara kedua jenis penilaian yang dianggap lebih baik dan bisa menggambarkan keadaan Rumah Sakit Umum Tulehu yang sesungguhnya. Alat analisis yang digunakan ialah Balanced Scorecard, yaitu penilaian dengan menggunakan empat perspektif yang terdiri dari: Perspektif keuangan, Perspektif pelanggan, Perspektif proses bisnis internal, serta Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Tulehu dengan mengolah elemen-elemen yang menjadi tolak ukur dalam penilaian kinerja dengan konsep balanced scorecard. Dari analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Perspektif keuangan Balanced Scorecard dalam RSUD Tulehu dinilai kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat pendapatan yang dicapai dari tahun 2010 ke tahun 2011. Padahal tingkat perubahan biaya semakin meningkat dari tahun ke tahun. peningkatan biaya ini dipengaruhi karena difungsikannya rumah sakit yang baru, sehingga dibutuhkan dana yang banyak untuk melengkapi sarana dan prasarana guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki karyawan, maka akan meningkatkan kualitas jasa yang diberikan sehingga akan menarik banyak minat masyarakat untuk terus melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut, sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan rumah sakit. Kata kunci : Kinerja, Balanced Scorecard Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai dan cocok untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan berkembang. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah organisasi. Pengukuran tersebut antara lain dapat digunakan sebagai dasar menyusun sistem imbalan atau sebagai dasar penyusunan strategi organisasi atau perusahaan. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik memicu 293
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggung jawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan kata lain, kinerja institusi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang mereka peroleh atas pelayanan instansi pemerintah. Kondisi ini mendorong peningkatan kebutuhan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap para penyelenggara negara yang telah menerima amanat dari rakyat. Para pemimpin dan manajer sektor publik di abad ke-21 menghadapi perubahan lingkungan strategis secara substansial. Semakin langkanya persediaan sumber daya alam, semakin besarnya tuntutan akuntabilitas serta ketatnya persaingan dalam penyediaan layanan publik dari sektor swasta telah mengubah medan operasional (operational landscape) agen-agen sektor publik. Konsep lama yang hanya mengukur kinerja sektor publik dari sudut efisiensi keuangan belaka sekarang sudah tidak memadai. Selain efisien sacara biaya, fokus perhatian para manajer agen sektor publik kini mutlak juga diarahkan secara serempak pada kemampuan inovasi dalam memenuhi kebutuhan yang dikehendaki masyarakat. Disinilah letak pentingnya pengukuran kinerja sektor publik secara komprehensif. Kinerja mana yang sekarang harus didukung oleh kapasitas teknologi, pengetahuan, dan keterampilan pekerja serta inovasi baru sebagai kunci mencapai kinerja pelayanan yang optimal. Untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka diperlukan suatu sistem pengukuran kinerja yang handal dan berkualitas, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek nonkeuangan. Hal ini mendorong Kaplan dan Norton (2000) untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut dengan Balanced Scorecard. Konsep Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (2000) merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang memasukkan empat aspek/perspektif di dalamnya, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Financial Perspective (Perspektif Keuangan). Customer Perspective (Perspektif Pelanggan). Internal Business Perspective (Perspektif Proses Bisnis Internal). Learning and Growth Perspective (Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan).
Rumah Sakit Umum Tulehu merupakan salah satu rumah sakit yang berada di wilayah Maluku. Dalam beberapa tahun terakhir ini, RSU Tulehu menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari pembangunan gedung-gedung baru yang semakin menunjang pelayanan kepada pasien. Selain itu, pelayan askes dan jamkesmas yang sebelumnya harus diurus di kota Ambon, kini telah tersedia di Rumah Sakit Umum Tulehu, sehingga memudahkan pasien dalam mengaksesnya, terutama bagi pasien yang kurang mampu. Namun, di antara beberapa perkembangan yang ada, terdapat pula keluhan-keluhan tentang pelayanan yang di berikan oleh pihak rumah sakit, mulai dari sikap perawat dalam menghadapi pasien sampai penjelasan dokter yang kurang memadai. Olehnya itu, diperlukan sebuah sistem penilaian kinerja yang dapat menggambarkan seluruh aspek yang ada, sehingga tuntutan atas pertanggungjawaban penyelenggara rumah sakit sebagai salah satu instansi pemerintah dapat terpenuhi. Dengan dasar uraian tersebut, maka penulis ingin menerapkan elemen-elemen balanced scorecard untuk mengukur kinerja di Rumah Sakit Umum Tulehu, kemudian akan dibandingkan dengan hasil pengukuran kinerja standar yang selama ini digunakan di RSU Tulehu tersebut.
294
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Hasil perbandingan tersebut, diharapkan dapat menjadi acuan agar RSU Tulehu dapat menjadi lebih baik dari sekarang. 1.2 Masalah Pokok “Bagaimanakah kinerja Rumah Sakit Umum Tulehu dengan mengacu pada penilaian menggunakan metode Balanced Scorecard ?” 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus, yaitu pengumpulan data dengan mengambil beberapa elemen dan kemudian masing-masing elemen diteliti. Kesimpulan yang ditarik hanya berlaku untuk elemen-elemen yang diselidiki saja. Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Tulehu dengan mengolah elemen-elemen yang menjadi tolak ukur dalam penilaian kinerja dengan konsep balanced scorecard. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1) Mengetahui kinerja Rumah Sakit Umum Tulehu berdasarkan penilaian kinerja secara tradisional. 2) Mengetahui kinerja Rumah Sakit Umum Tulehu berdasarkan penilaian kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard. 3) Mengetahui perbandingan antara penilaian kinerja secara tradisional dengan pengukuran menggunakan balanced scorecard. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu rumah sakit sebagai organisasi sektor publik dalam melakukan pengukuran kinerja yang mampu mencerminkan seluruh aspek dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard yang mungkin dapat diterapkan di masa yang akan datang. Tinjauan Pustaka 2.1 Balanced Scorecard (BSC) Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, sebagai alat pengukuran kinerja. Menurut Kaplan dan Norton Balanced Scorecard merupakan seperangkat pengukuran yang memberikan para manajer tinjauan komprehensif suatu unit bisnis. Pengukuran yang dimaksud mencakup ukuran-ukuran finansial yang kemudian dilengkapi dengan ukuran-ukuran operasional seperti kepuasan pelanggan, proses bisnis internal, inovasi dan pertumbuhan organisasi. Atkinson (1997) mengungkapkan “suatu set dari target dan hasil kinerja yang digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur kinerja yang diarahkan kepada gabungan faktor kritis dari tujuan organisasi.” 295
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
a. Balanced Scorecard sebagai Sebuah Sistem Pengukuran Kinerja Menurut Ittner (2001) kelebihan ukuran kinerja non keuangan bila dibandingkan dengan ukuran kinerja keuangan sebagai berikut: 1) Ukuran kinerja non keuangan mempunyai keterkaitan yang lebih dekat dengan strategi jangka panjang perusahaan, misalnya kepuasan konsumen, posisi perusahaan terhadap pesaingnya atau program pengembangan produk baru merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk meraih dan meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan di masa depan. Faktor-faktor ini tidak dapat diperlihatkan dalam ukuran kinerja keuangan. 2) Lingkungan bisnis yang sangat kompetitif menghendaki sebuah perusahaan untuk memiliki aset tak berwujud seperti, loyalitas konsumen dan sumber daya manusia berkualitas. Meskipun hal ini sulit untuk dihitung tetapi ukuran kinerja non keuangan dapat menyediakan indikator-indikator pengganti, misalnya loyalitas pelanggan dapat diukur melalui prosentase pelanggan yang melakukan pesanan berulang dan kualitas sumber daya manusia dapat digambarkan oleh prosentase karyawan yang telah mengikuti pelatihan dan pendidikan. 3) Ukuran kinerja non keuanngan dapat menjadi indikator kinerja keuangan perusahaan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan Kaplan dan Norton yang menghasilkan konsep pengukuran kinerja masa depan yang disebut Balanced Scorecard memperluas perspektif tidak hanya pada perspektif keuangan saja, tetapi juga perspektif non keuangan karena perluasan ini akan menjanjikan kinerja keuangan berjangka panjang. b. Penerjemahan Visi dan Misi melalui Balanced Scorecard Visi merupakan ungkapan pandangan masa depan yang berisi keinginan atas kondisi atau kinerja yang hendak dicapai dalam jangka panjang. Visi dapat pula diartikan sebagai obsesi dari para perencana strategi sebagai representasi para stakeholder. PDAM Kabupaten Maluku Tengah (Masohi) sesuai fungsi dan tugasnya yang diemban sebagai Badan Usaha Milik Daerah mempunyai visi “Terpenuhinya Pelayanan Air Bersih Berorientasi Kepuasan Pelanggan dan Kemandirian Perusahaan.” Misi adalah ungkapan mengenai maksud pendirian perusahaan serta alasan keberadaannya, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut dan harapan daripada stakeholder utamanya. Pernyataan misi membantu memberikan pengertian yang jelas untuk apa sebenarnya perusahaan didirikan sehingga mempertajam objektifitas, meningkatkan kesepakatan dan tanggung jawab seluruh jajaran dalam mencapai tujuan. Adapun misi perusahaan adalah: 1) Kebutuhan air bersih 2) Menurunkan tingkat kehilangan air. Memberikan pelayanan air bersih dengan lebih terbuka, tanggap dan peduli terhadap masalah-masalah pelanggan. 3) Peningkatan kemampuan dan kesejahteraan sumber daya manusia. 4) Meningkatkan pendapatan 5) Meningkatkan cakupan pelayanan dalam memanfaatkan animo masyarakat.
296
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan ialah dengan pendekatan deskriptif komparatif, yaitu dengan menjelaskan perbandingan antara pengukuran kinerja yang dilakukan pihak rumah sakit dengan pengukuran kinerja berdasarkan balanced scorecard. 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk dimanfaatkan. Data primer disini dapat berupa data rekapitulasi sensus tahunan rawat inap, data rekapitulasi sensus tahunan rawat jalan, data akuisisi pasien, data retensi pasien, serta neraca Rumah Sakit Umum Tulehu dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, akan dilakukan wawancara kepada beberapa pihak yang dianggap dapat menggambarkan kinerja dari Rumah Sakit Umum Tulehu. 3.2 Alat analisis Alat analisis yang digunakan ialah Balanced Scorecard, yaitu penilaian dengan menggunakan empat perspektif yang terdiri dari: 1) 2) 3) 4)
Perspektif keuangan Perspektif pelanggan Perspektif proses bisnis internal Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Hasil dan Pembahasan 4.1
Laporan Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu
Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu setiap tahunnya membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang kemudian diberikan kepada Biro Keuangan Provinsi Maluku. Laporan kinerja akuntabilitas instansi pemerintah itu sendiri berisi tentang tujuan, sasaran strategis, kebijakan dan program yang telah ditetapkan berdasarkan visi dan misi, strategi pencapaian kinerja organisasi secara menyeluruh, dan juga analisis akuntabilitas kinerja kegiatan berdasarkan program dan kebijakan yang telah ditetapkan dalam sebuah rencana strategis organisasi. Di dalam analisis akuntabilitas, terdapat penilaian kinerja Rumah Sakit Umum Tulehu yang sesuai dengan standar penilaian jasa pelayanan kesehatan nasional, yaitu Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Leangth of Stay (ALOS), Bed Torn Over (BTO), Turn Over Internal (TOI), Gross Death Rate (GDR), Net Death Rate (NDR), jumlah pasien rawat jalan dan jumlah pasien rawat inap. Penilaian kinerja akan dilakukan dengan memberikan skor terhadap masing-masing aspek kinerja yang terlibat. Skor 1 akan diberikan untuk hasil kinerja yang dinilai “baik”, skor 0 akan diberikan pada hasil kinerja yang dinilai “cukup”, dan skor -1 akan diberikan untuk hasil kinerja yang dinilai “kurang”. 297
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Penilaian kinerja ini dilakukan dengan membandingkan rasio dari tahun ke tahun. Rumah sakit tidak mampu mencapai nilai BOR yang ideal, meskipun sempat menunjukkan angka 65% pada tahun 2013, namun kembali berkurang menjadi 33 % pada tahun 2014, sehingga BOR dinilai “kurang” dan diberi nilai -1. Untuk ALOS, angka yang dicapai berada di dalam rentang standar ideal yaitu sebesar 4,3 hari, maka untuk ALOS dinilai “baik” dan diberi skor 1. Angka BTO dinilai “baik” dan diberi skor 1 karena angka tersebut berada di dalam rentang standar ideal. Angka TOI rumah sakit berada di luar rentang standar ideal, oleh karena itu dinilai “kurang” dan diberi skor -1. Tabel 4.1 Laporan Pengukuran Kinerja RSUD Tulehu dengan Standar Nasional Standar 2012 2013 2014 Rata-rata Ideal 55 % 65 % 33 % 51 % 65-85 % BOR 5 hari 4 hari 4 hari 4,3 hari 3–12 hari ALOS 34 kali 25 kali 27 kali 28,67 kali >10 kali BTO 6 hari 5 hari 9 hari 6,67 hari 1-3 hari TOI 2,4 ‰ 0,04 ‰ 34 ‰ 12, 15 ‰ <45 ‰ GDR 1,0 ‰ 0,02 ‰ 19 ‰ 6,67 ‰ <25 ‰ NDR Kunjungan 14.479 23.147 16.946 rawat jalan Kunjungan 2.800 6.875 3.083 rawat inap Sumber : Bagian Rekam Medik RSUD Tulehu Untuk GDR dinilai “baik” dan diberi skor 1, karena berada di dalam rentang batas ideal. Begitu pula dengan NDR, yang juga berada di dalam rentang batas ideal sehingga dinilai “baik” dan diberi skor 1. Untuk jumlah pasien rawat jalan dinilai “cukup” karena meskipun sempat mengalami peningkatan jumlah pada tahun 2013, namun berkurang pada tahun 2014, sehingga diberi skor 0. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap juga dinilai “cukup” karena mengalami penurunan pada tahun 2014 dan kemudian diberi skor 0. Berikut ini disajikan daftar skor untuk tiap-tiap kinerja yang dinilai berdasarkan standar nasional.
298
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Tabel 4.2 Skor Pengukuran Kinerja RSUD Tulehu dengan Standar Nasional Indikator Skor BOR -1 ALOS 1 BTO 1 TOI -1 GDR 1 NDR 1 Kunjungan rawat jalan 0 Kunjungan rawat inap 0 Total Skor 2 Sumber : Data diolah Pengukuran kinerja keuangan meliputi pertumbuhan pendapatan dan perubahan biaya. Pengukuran ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan dari tahun ke tahun. Selanjutnya rasio-rasio tersebut diberi skor -1 bila “kurang”, 0 bila “cukup”, dan 1 bila “baik”. Tabel 4.3 Pendapatan Rumah Sakit Umum Tulehu Tahun Pendapatan 2009 2010 Rp 804.335.114 2011 Rp 775.813.458 Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh dari tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami penurunan, maka untuk indikator pendapatan dinilai “kurang” dan diberi skor -1. Tabel 4.4 Belanja Rumah Sakit Umum Tulehu Tahun Belanja 2012 2013 Rp 14.901.566.355 2014 Rp 21.821.033.641 Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dari penjabaran penilaian kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu diatas, maka dapat dirangkumkan antara skor pengukuran kinerja RSUD Tulehu dengan standar nasional dengan skor penilaian kinerja keuangan RSUD Tulehu.
299
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Tabel 4.5 Skor Penilaian kinerja RSUD Tulehu Indikator Skor BOR -1 ALOS 1 BTO 1 TOI -1 GDR 1 NDR 1 Kunjungan rawat jalan 0 Kunjungan rawat inap 0 Pendapatan -1 Belanja 1 Total Skor 2 Rata-rata 0,2 Sumber : Data diolah
4.2 Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu dengan menggunakan Balanced Scorecard: a) Perspektif Keuangan 1. Pertumbuhan Pendapatan Tabel 4.6 Pendapatan Rumah Sakit Umum Tulehu Tahun Pendapatan 2012 2013 Rp 804.335.114 2014 Rp 775.813.458 Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Hal ini seharusnya menjadi perhatian utama rumah sakit agar dapat terus meningkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanannya agar dapat semakin menarik minat masyarakat untuk berobat ke RSUD Tulehu. 2. Perubahan Biaya Tabel 4.7 Belanja Rumah Sakit Umum Tulehu Tahun Belanja 2012 2013 Rp 14.901.566.355 2014 Rp 21.821.033.641 Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan 300
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
Data diatas memang menunjukkan adanya kenaikan biaya untuk melengkapi sarana dan prasarana demi menunjang pelayanan kepada masyarakat. b) Perspektif Pelanggan 1. Retensi Pelanggan Pada perusahaan jasa seperti rumah sakit, retensi pelanggan akan tercapai apabila pasien lama kembali untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tetapi mereka datang tidak dengan penyakit yang sama melainkan untuk pengobatan lebih lanjut atau untuk check up kesehatan saja . Tabel 4.8 Total Tingkat Retensi Pasien RSUD Tulehu 2012 2013 2014 100 % 100 % 100 % Pasien rawat jalan 100 % 100 % 44,84 % Pasien rawat inap 100 % 72,42 % Total retensi pasien 100 % Sumber : Data diolah Angka-angka pada tabel di atas merupakan jumlah rata-rata total tingkat retensi pasien dari bagian rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Umum Tulehu. Dari angka-angka tersebut, dapat diartikan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu ternyata mampu mempertahankan jumlah pasiennya. 2. Akuisisi Pelanggan Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rumah sakit telah mampu menarik pasien baru untuk setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2013 untuk bagian rawat inap, jumlah pasien baru melebihi jumlah pasien lama sebelumnya, sehingga tingkat akuisisi pelanggan melebihi 100%. Tabel 4.9 Total Tingkat Akuisisi Pasien RSUD Tulehu 2012 2013 2014 1,80% 12,38% 4,16% Pasien rawat jalan Pasien rawat inap 17,74%% 137,07 % 9,77% 74,73% 2,08% Total retensi pasien Sumber : Data diolah *Keterangan : karena kesulitan memperoleh data, maka diberi tanda strip (-). c) Perspektif Proses Bisnis Internal 1. Proses Inovasi a. Sailing Medical Services (SMS) Tujuan dari program ini adalah merintis sebuah pelayanan kesehatan yang mobile di Propinsi Maluku. Hal ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa dalam rangka pencapaian 301
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, perlu diupayakan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi seluruh rakyat Indonesia. Pelayanan kesehatan harus dapat menjangkau seluruh masyarakat dimanapun berada, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil, perbatasan, atau di pulau-pulau terluar yang pada umumnya miskin. b. Home Visite Home visite merupakan salah satu kegiatan luar gedung rumah sakit yang dilakukan terhadap pasien pasca rawat di RSUD Tulehu. Hal ini didasari juga upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil proses pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit, sehingga apabila terjadi hal-hal tertentu dapat segera ditangani. Kegiatan ini meliputi pemberian makanan tambahan (PMT) serta penyuluhan kesehatan masyarakat rumahm sakit (PKMRS). 2. Proses Operasi Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu telah menjalankan proses operasionalnya sesuai dengan standard dan prosedur yang telah ditetapkan dari Dinas Kesehatan, yaitu standar pelayanan unit kerja, standar pelayanan rumah sakit, dan standar keperawatan. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan rumah sakit sebagai usaha untuk meningkatkan proses pelayanan kepada pasien, antara lain: kemudahan dalam sistem pembayaran, kemudahan mendapatkan Askes, pemeriksaan laboratorium, dukungan moril kepada pasien, keramahan para karyawan rumah sakit sehingga membuat suasana rumah sakit menjadi nyaman. d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1. Rasio Pelatihan Karyawan Tabel 4.10 dan 4.11 menunjukkan adanya penurunan persentase pencapaian anggaran untuk program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Hal itu mungkin disebabkan karena pihak rumah sakit sangat mengontrol biaya yang akan dikeluarkan. 4.3 Penilaian dengan Menggunakan Balanced Scorecard Setelah memaparkan data-data yang ada, langkah selanjutnya adalah menilai apakah kinerja rumah sakit baik atau tidak. Kinerja rumah sakit ini diukur dengan membandingkan dari tahun ke tahun dan target yang telah ditetapkan, hal ini digunakan karena adanya keterbatasan dalam memperoleh data dari rumah sakit.
Tabel 4.13 Ikhtisar Kinerja RSUD Tulehu dengan Balanced Scorecard Perspektif Kriteria Skor Perspektif Keuangan a) Pencapaian Pendapatan Kurang -1 b) Perubahan Biaya Baik 1 Perpsektif Pelanggan 302
Reza Abdulmudy a) Retensi Pasien b) Akuisisi Pasien Perspektif Proses Bisnis Internal a) Proses Inovasi b) Proses Operasi Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan a) Rasio Pelatihan Karyawan b) Komitmen Karyawan Total Skor Rata-rata Sumber: Data Diolah
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015 Baik Baik
1 1
Baik Baik
1 1
Kurang Baik
-1 1 4 0,5
Dan untuk perspektif yang terakhir, yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, poin yang dinilai adalah rasio pelatihan karyawan dan komitmen karyawan. Untuk rasio pelatihan karyawan dinilai “kurang” dan diberi skor -1 karena dilihat dari target dan realisasi biaya program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur yang menurun dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa rasio pelatihan karyawan semakin berkurang. Sedangkan untuk komitmen karyawan dinilai “baik” dan diberi skor 1 karena rumah sakit ternyata mampu mempertahankan jumlah karyawannya bahkan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Penutup 5.1 Kesimpulan a. Balanced Scorecard dapat diterapkan sebagai alat penilaian kinerja pada Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu, karena dengan Balanced Scorecard semua aspek dapat diukur. Hal ini selaras dengan pihak rumah sakit yang ingin meningkatkan kinerja dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. b. Perspektif keuangan Balanced Scorecard dalam RSUD Tulehu dinilai kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat pendapatan yang dicapai dari tahun 2010 ke tahun 2011. Padahal tingkat perubahan biaya semakin meningkat dari tahun ke tahun. peningkatan biaya ini dipengaruhi karena difungsikannya rumah sakit yang baru, sehingga dibutuhkan dana yang banyak untuk melengkapi sarana dan prasarana guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Ketidakstabilan perspektif keuangan ini juga mungkin disebabkan karena pihak rumah sakit masih kurang memberikan pelatihan terhadap karyawankaryawannya, padahal kegiatan pelatihan tersebut akan berguna dalam mengembangkan kemampuan karyawannya. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki karyawan, maka akan meningkatkan kualitas jasa yang diberikan sehingga akan menarik banyak minat masyarakat untuk terus melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut, sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan rumah sakit. 5.2 Saran 1. Rumah sakit sebaiknya lebih memperhatikan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dalam Balanced Scorecard, karena perspektif ini cukup penting dan akan berpengaruh terhadap perspektif-perspektif lainnya.
303
Reza Abdulmudy
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 2, Feb 2015
2. Rumah sakit sebaiknya lebih fokus pada pemberian pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat sehingga masyarakat akan semakin tertarik untuk berobat ke RSUD Tulehu. Hal ini tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan rumah sakit. 3. Pihak rumah sakit sebaiknya menggunakan konsep Balanced Scorecard dalam melakukan penilaian kinerja karena dengan balanced scorecard semua aspek akan dapat dinilai, bukan hanya aspek keuangan tetapi juga aspek non keuangan. REFERENSI Indonesia, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta. Mulyadi, Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard, Salemba empat, Yogyakarta. 2005 Nasucha Chaizi, , Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktek, Grasindo, Jakarta. 2004 Nawawi Hadari, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2003 Kaplan Robert S. dan Norton David P, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Erlangga, Jakarta. (terjemahan) 2000. Bastian Indra, , Akuntansi Sektor Publik , edisi pertama, badan penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta .2001 Niven Paul R, Balanced Scorecard Diagnostics: Mempertahankan Kinerja Maksimal, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta. 2007. Pasolong Harbani, 2008, Teori Administrasi publik, Alfabeta, Bandung Sucipto, Agus. Analisis Ratio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil yang Go Publik di BEJ), Tesis Universitas Brawijaya Malang. 2002. Srinivasan. Analisis Kinerja Perusahaan Berbasis Balanced Scorecard. Tesis. Universitas Padjajaran. 2000. Swasto. Bambang. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengaruhnya Terhadap Kinerja dan Imabalan, Cetakan Pertama, Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Ilmu Administrasi 1996, www.hospitalReport.ca., Balanced Scorecard in Ontario Hospitals Acute Care 2001-2002. Diakses 18 Oktober 2007. Whittaker menyatakan “Pengukuran Kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas” (1993) `
304
Balanced Scorecard Bank’s specific factors BUKU groups of bank Commitment to Change Convenience Corporate Social Responsibility Delivery order Dinamis Ease of use E-commerce Efective Tax Rate Equity market timing Experiential marketing Extrinsic motivation Feature availability Initial Public Offering Intrinsic motivation Kepuasan konsumen Kinerja Kinerja akademik KlikBCA Komitmen konsumen Konawe Utara Marjin keuntungan Marjin pemasaran Motivasi Akademik Nilai tambah Perusahaan keluarga Profitability Readiness for Change Restoran Hotel Olympic Surabaya struktur modal Tax Aggressiveness Teri The big five personality Transformational Leadership Trust Value chain. Website
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
293, 294, 295, 296, 297, 300, 302, 303, 304 198 198 154, 155, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165 279, 282, 283, 284, 286, 288, 289, 290, 291 236, 237, 238, 241, 242, 247, 248, 249, 263, 264, 265, 270, 273, 275, 278 263, 278 279, 282, 284, 286, 288, 290, 291 263, 264, 265, 277, 236, 237 186, 187, 188, 189, 190, 192, 193, 194, 195, 196, 197 213, 214, 215, 216, 217, 218, 222, 225, 226, 231, 232, 233, 234, 235 168, 170, 171, 173, 174, 175, 176, 178, 179, 180, 181, 182 279 186, 187, 192, 197 168, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 177, 178, 179, 180, 181, 182 213, 215, 216, 217, 218, 223, 224, 225, 226, 229, 231, 232, 233 293, 294, 295, 296, 297, 298, 299, 300, 302, 303, 304 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182 279, 286, 287, 290, 292 213, 217, 218, 224, 228, 229, 232, 233 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 258, 259, 260, 250, 252, 253, 255, 256, 257, 258, 260 250, 252, 253, 255, 256, 257, 260 168, 171, 172, 174, 175, 177, 178, 179, 182 250, 252, 257, 258, 260 186, 187, 188, 192, 194, 196, 197 198, 210, 211, 212 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 167 263, 264 186, 187, 188, 189, 190, 192, 193, 195, 196 236, 237, 239, 249 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260 168, 170, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166 279, 83, 89, 90, 250, 252, 253, 258, 259, 260, 261, 262 263, 264, 265, 266, 272, 273, 274, 275, 277, 278
Nurma Fitrianna, Tri Siwi Agustina TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP DAN COMMITMENT TO CHANGE: DIMEDIASI OLEH READINESS FOR CHANGE STUDI PADA KARYAWAN PT. TELKOM DIVISI REGIONAL V SURABAYA
154
Deva Ludian Tantyo, Siti Sulasmi, IBG. Adi Permana PENGARUH THE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KINERJA AKADEMIK DENGAN MOTIVASI AKADEMIK SEBAGAI VARIABEL INTERVINING PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS AIRLANGGA
168
Chorry Sulistyowati EQUITY MARKET TIMING DAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN KELUARGA DI INDONESIA
186
Uum Sholikhah Fitria N, I Made Sudana PENGARUH FAKTOR SPESIFIK TERHADAP PROFITABILITAS BERDASARKAN KELOMPOK BUKU BANK DI INDONESIA
198
Budi Astuti, Desti Sumayanti ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KOMITMEN KONSUMEN
213
Warsono, Yuli Ardianto PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN INSENTIF PAJAK SEBAGAI PEMODERASI. (STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA)
236
Dian Wijayanto ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) IKAN TERI DI KABUPATEN KONAWE UTARA
250
Nazarinus Artasawarga Purnomo, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara IMPLEMENTASI FRONTEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI COMPANY PROFILE DAN DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA
263
Ichwan Mochammad Buchori, Purwanto ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING THE INTEREST OF CUSTOMERS BCA BANK TO USE KLIK-BCA (CASE STUDY: BCA BANK KCP KALIMALANG, BEKASI)
279
Reza Abdulmudy PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT UMUM TULEHU
293
@ Rp. 400.000 @ Rp. 1.000.000 @ Rp. 200.000
Fax: 031 502 6288 E-mail: [email protected]
Fax: 031 502 6288 E-mail: [email protected]