Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN PRODUK DAUN LIDAH BUAYA (ALOE VERA L.) DI DUSUN KUWARU DAN CANGKRING PONCOSARI SRANDAKAN BANTUL The cultivation and leaf processing of Aloe vera L. in Kuwaru and Cangkringan village, Srandakan, Bantul Regency. Maria Theresia Darini1 dan Ig. Suprih Sudrajat2 1. Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 2. Prodi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman hortikultura yang menghasilkan daun, banyak dijumpai di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya kabupaten Bantul. Tanaman ini mempunyai kandungan nutrisi gizi yang tinggi dan lengkap, sehingga sangat bermanfaat sabagai bahan pangan kesehatan, industri farmasi, kosmetik dan bahan obat herbal. Dusun Kuwaru dan Cangkring merupakan daerah pasir pantai yang merupakan daerah wisata pantai sehingga banyak dikunjungi wisata baik domestik maupun manca negara. Tanaman lidah buaya di kedua dusun belum dimanfaatkan secara intensif sebagai produk olahan, masih terbatas sebagai tanaman hias dan obat penyubur rambut. Peningkatkan pemanfaatan tanaman dapat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan maka pengolahan berbagai produk olahan daun lidah buaya perlu dilakukan. Daun lidah buaya dapat diolah menjadi berbagai produk pangan kesehatan antara lain nata de aloe, jelli, krupuk, sirup, dan limbah kulit sebagai teh. Produk olahan ini masing-masing diproses secara higienis dan dikemas dengan dalam tempat (wadah) yang bersih dan aman, sehingga dapat menarik para wisatawan.Kegiatan pengabdian masyarakat IbM yang dilaksanakan kepada mitra kelompok tani nelayan ini berlangsung selama sepuluh bulan. Kegiatan ini dimulai dari sosialisasi budidaya tanaman secara intensif, pengolahan dan pengemasan produk olahan serta managemen produksi dan pemasaran produk olahan yang dilaksanakan selama 7,5 bulan. Selanjutnya masih ada waktu 2,5 bulan digunakan sebagai kegiatan pendampingan keberlanjutan dari produksi sampai pemasaran. Dengan berakhirnya kegiatan pengabdian maka kelompok tani nelayan dapat melanjutkan produksi olahan daun lidah buaya, sehingga tujuan kegiatan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan dapat tercapai. Katakunci: tanaman lidah buaya, nata de aloe, jelli, sirup, teh. ABSTRACT Aloe vera L. plant as one of the leaf producing plants are found a lot in Yogyakarta Special Territory, especially in Bantul Regency. This plant has high and complete nutrient content, which is very valuable for healthy food, pharmacy industries, cosmetics, and herbal medicines. Kuwaru and Cangkringan villages are coastal tourism areas, which have been visited by either domestic or foreign tourists. Aloe vera L. plant in those villages has not been intensively used for food products, just for ornamental plants and hair treatment. Increasing the usage of this plants could increase the income and well-being for women groups of farmers and fishermen, so it is necessary to make variable food products of Aloe vera L. leaves. The leaves 241
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
can be processed into healthy food such as nata de aloe, jelly, crackers, syrup, even the outer part of the leaf could be dried for tea. This product were hygienicly processed, packed in clean and safe package, which will attract the tourists. The action of Technology Implementation for Society was conducted during ten months. The first 7.5 months was used for socialization of the program, such as intensively growing the plants, processing and packaging food product, managing production and marketing the product. The rest of 2.5 months was assisting the extension of production and marketing. The women groups of farmers and fishermen are expected to continue the food production of Aloe vera L. leaf after this program, so that the increasing income and well-being of the groups can be realized. Keywords : Aloe vera L. plant, nata de aloe, jelly, syrup, tea.
LATAR BELAKANG Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000 ha. Luas lahan ini diperkirakan akan dapat menggantikan adanya penyusutan lahan selama 41,2 tahun, apabila laju alih fungsi lahan secara nasional mencapai 100 ha per tahun. Pemanfaatan lahan pasir pantai secara optimal berdampak positif terhadap peningkatan produktifitas lahan maupun pengendalian lingkungan akibat kerusakan erosi di wilayah pesisir pantai. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai lahan pasir pantai bagian selatan merupakan lahan marginal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman ini. Pemanfaatan lahan pasir pantai secara optimal berdampak positif terhadap peningkatan produktifitas lahan maupun pengendalian lingkungan akibat kerusakan erosi di wilayah pesisir (Ai-Dariah, 2007). Pesisir pantai selatan D I Y khususnya kabupaten Bantul, kecamatan Kretek merupakan daerah wisata pantai antara lain pantai Parangtritis, pantai Depok, pantai Baru, pantai Kuwaru, Pantai dan lain sebagainya. Daerah pantai pada musim hujan atau musim angin timur, kondisi laut air pasang. Pada saat air pasang tinggi, gelombang laut tinggi para nelayan tidak melaut. Saat nelayan tidak melaut, maka para nelayan tidak memperoleh pendapatan memenuhi kebutuhan hidup. Dalam kondisi ini banyak nelayan yang mencari pekerjaan keluar daerah, untuk mencari pekerjaan agar memperoleh pendapatan untuk menutup kebutuhan hidup. Dusun sekitar pantai khususnya Kuwaru dan Cangkring, desa Poncosari, mempunyai kelompok wanita tani, mempunyai lahan yang luas walaupun lahan marginal. Kondisi ini mendukung untuk pengembangan budidaya tanaman lidah buaya, yang dapat diolah menjadi berbagai produk olahan yang dapat dipasarkan di sekitar pantai. Produk pemasaran ini dapat untuk menggantikan pencaharian para nelayan. Tanaman lidah buaya merupakan tanaman multifungsi, dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bahan makanan kesehatan, bahan industri dan tanaman obat (Medical plant) (Tenny et al., 2005; Anonim, 2007). Oleh karena itu tanaman ini disebut tanaman yang menakjubkan Miracle plant dan sudah dikembangkan di negara – negara maju (Boudreau and Beland, 2006). Daun tanaman ini mengandung senyawa karbohidrat, protein, lignin, saponin, aloin, tanin, glukomanan, enzim – enzim, vitamin A, B1, B2, C, E dan mineral yang bereaksi saling bersinergi (Kane, 2007; Rajendran et al., 2009). Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam membawa perubahan pola konsumsi pangan dan bahan obat yang terbuat dari bahan alam nabati. Berdasarkan data World Healt Organization WHO sekitar 80 % penduduk dunia dalam perawatan kesehatan memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari ekstrak tumbuhan. Sekitar 25 % produk farmasi dunia bahan bakunya 242
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
berasal dari tumbuhan. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan obat telah menjadi sumber penting untuk obat modern ( Anonim, 2009). Potensi obat tradisional Indonesia sangat besar, dengan 9000 jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan. Farmakologis Indonesia harus mampu mengolah bahan tradisional menjadi obat yang aman bagi masyarakat. Kebutuhan obat tradisional masyarakat Indonesia saat ini mencapai 55,35 % dari kebutuhan semua jenis obat ( Herlambang, 2010). Daun tanaman ini dapat diolah menjadi nata de aloe, sari daun, dodol, jelli, krupuk dan aneka minuman sirup, serbat lidah buaya dan lain- lain (Jadnika dan Saptoningsih, 2009). Dalam pengolahan daging daun lidah buaya ini diperlukan penggunaan bahan aditif untuk menghilangkan rasa pahit (Christingsih dan Darini, 2013). Tanaman lidah buaya yang tumbuh di DIY ada empat jenis yaitu Aloe barbadensis, Aloe perriy, Aloe ferox dan Aloe vera, populasi tertinggi adalah lidah buaya dari jenis Aloe era kurang lebih 80% (Darini, 2014). Berdasarkan pemanfaatan tanaman lidah buaya di DIY pada umumnya hanya sebagai tanaman hias dan penyubur pertumbuhan rambut. Pada hal berdasarkan kandungan nutrisi gizi daun tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan kesehatan. Kuwaru dan Cangkring baik ketersediaan lahan dan kelompok wanita tani yang dengan semangat untuk meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu perlu dilakukan masukan informasi, inovasi dan tehnologi tentang pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk olahan daun lidah buaya. Hal ini sangat tepat untuk mendukung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan, dengan mewujudkan usaha industri olahan pangan kesehatan berbahan dasar daun lidah buaya .
Langkah-langkah Kegiatan Langkah kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan kelompok tani nelayan dalam pengembangan olahan daun lidah buaya sebagai upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi tentang macam-macam olahan daun lidah buaya dan penyediaan peralatan yang dibutuhkan di dusun Kuwaru dan Cangkring. 2. Pelatihan pengolahan nata de aloe yang higien. 3. Pelatihan pengolahan sirup lidah buaya. 4. Pelatihan pengolahan jelli lidah buaya. 5. Pelatihan pengemasan berbagai olahan lidah buaya. 6. Penyuluhan mengenai pemasaran dan keberlanjutannya setelah kegiatan ini selesai.
MEDOTE PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan pengabdian dengan menggunakan metode partisipasi aktif, agar dalam pelatihan dapat melibatkan langsung antara pelatih dengan mitra. Dengan demikian dalam semua kegiatan pelatihan, semua kendala dan kesulitan dapat segera diatasi. Kelompok wanita tani nelayan sebagai mitra mempunyai peranan sangat penting dari sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program, meliputi : 1. Berperan aktif dalam diskusi untuk menentukan prioritas yang akan dilaksanakan dari berbagai permasalahan yang ada. 2. Berperan aktif dalam penyuluhan, pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh tim dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) sesuai dengan rencana yang sudah disepakati. 3. Berperan aktif dalam penyelenggaraan kegiatan seperti mendorong anggota kelompok petani nelayan, penyiapan bahan, menentukan waktu dan tempat pelaksanaan serta perlengkapannya. 243
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Saat ini pengembangan budidaya dan pengolahan tanaman lidah buaya belum dilakukan. Untuk dapat berhasilnya pelaksanaan program Ipteks bagi masyarakat petani nelayan digunakan metode partisipasi aktif dari para pemangku kepentingan yang terkait, yaitu perguruan tinggi, pengusaha dan pemerintah daerah (dinas terkait). Secara lebih rinci sebagai berikut: 1. Sosialisasi budidaya tanaman dan berbagai olahan produk daun lidah buaya 2. Memperkenalkan alat-alat yang akan digunakan untuk olahan daun lidah buaya 3. Memanfaatkan bahan dasar daun lidah buaya sebagai produk olahan yang nilainya tinggi 4. Pelaksanaan proses pembuatan produk olahan daun lidah buaya 5. Pelatihan cara pengemasan serta pemasaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Manfaat kegiatan pengabdian meningkatkan diversifikasi tanaman di lahan pasir pantai dan hasil olahan daun lidah buaya yang dapat memberikan nilai tambah atau sebagai pengganti mata pencaharian kelompok wanita tani pada saat petani nelayan tidak dapat melaut karena gelombang besar. Secara rinci luaran yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah produk olahan daun lidah buaya sebagai: 1. Nata de aloe yang higienis, dikemas dengan menggunakan gelas plastik danditutup dengan cup sealer, sehingga mudah dinikmati konsumen. 2. Sirup lidah buaya yang enak rasanya, diproses dengan menggunakan blender dan penyaring serta penambahan sedikit gula pasir 3. Jelli lidah buaya dengan aluminium foil yang aman, rapi, awet sehingga dapat menarik konsumen 4. Teh daun lidah buaya dikemas dengan plastik atau aluminium foilyang aman dan rapi sehingga praktisuntuk dinikmati konsumen. 5. Pendampingan Usaha tani produk olahan daging daun lidah buaya, yang telah dipasarkan pada Pameran di Kepatihan dalam rangka Award Iptek D. I. Yogyakarta pada tanggal 27 – 31 Juli 2016. 6. Pendampingan peserta pameran produk olahan daun lidah buaya di Taman Pintar D. I. Yogyakarta pada tanggal 18 – 22 Agustus 2016.
Gambar 1. Produk Nata de Aloe
Gambar 2. Produk Sirup Aloe
244
Gambar 3. Produk Teh Aloe
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 4. Produk Jelly Aloe
Gambar 5. Produk Krupuk Aloe
KESIMPULAN Dengan telah terlaksananya semua kegiatan pengabdian masyarakat di dua Dusun yaitu Kuwaru dan Cangkring di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul sesuai dengan yang telah diprogramkan. Kegiatan – kegiatan itu meliputi: budidaya tanaman lidah buaya baik di pot maupun di lahan, pengolahan berbagai produk olahan daun lidah buaya, terbentuknya kelompok wanita tani Mekarsari dan Eka Lestari di kedua dusun, pendampingan produksi dan pemasaran produk olahan. Untuk menjaga keberlanjutan pengolahan produk dilakukan monitoring dari tim pengabdian tiap 4 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA Ai- Dariah, 2007. Kesuburan tanah. Balai Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Anonim, 2007. Final report on safety assessment of Aloe extract leaf juice, aloe flower extract. Intern. Journal of Toxicology 26: 1- 50 Anonim, 2009. Nutritional quality of crop as affected by management practice Agric. Res. Survive. U.S. Depart. Agric. 8 pp. Boundrea, M.D. and Beland, F.A. 2006. An evaluation of the biological and toxicological properties of Aloe barbadensisMill.,Aloe vera L. Journal of Envieron. Sci. and Healt 24 (1): 153 – 158. Christiningsih, R. dan Darini, M. Th. 2013. Penambahan bahan aditif pada perlakuan awal pengolahan produk daun lidah buaya (Aloe vera L.). Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian AGROS, ISSN. 1411-0172, 15(2): 322-329. Darini, M. Th. 2014. Identifikasi fenotif jenis – jenis tanaman lidah buaya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian AGROS ISSN. 1411-0172, 16 (2): 432 – 440. Juli 2014. Herlambang, 2010. Potensi tanaman obat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Comps.Com. Jadnika, A. dan Saptoningsih, 2009. Budidaya dan Pengolahan. Meraub laba dari olahan lidah buaya. Agro Medika Pustaka Press. 111 p. Kane, N. 2007. Aloe for acid reflux, you’ ve seem aloe juice at the healt food Store. http://findararticle.com/p/article.uni-nOFKA/is-4-69.
245
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Rajendra L., Suvamalata, G., Ravishankar, G. A. and Venkataraman L. V. 2009. Aloe vera miracle plant its medicinal and tradisional uses in India. Journal of Pharmac. and Phytochem 1(4): 118 – 124. Tenny, S., Sari, E. dan Usri K. 2005. Penggunaan gel daun lidah buaya (Aloe vera L.) untuk pengobatan stomatis aftosa (sariawan) di desa Ciburial kecamatan Cimenjan kabupaten Bandung. Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Padjajaran.
SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah
Nama Penanya
Asal Institusi
Igu. Supriah Sudrajat
J.J.Siang
UKDW Yogyakarta
Mohon dijelaskan lebih spesifik tentang proses pengabdian, karena penjelasan lebih pada technical term Aloevera
mengajarkan budidaya pada saat pengabdian(tidak sampai dewasa - tanamannya). Tanah pasir menggunakan pupuk2 organik yang digunakan. Hasil berbeda antara tanah pasir dan tanah biasa. Lidah buaya ditanam ditanah apapun tidak masalah. Yg penting kena matahari cukup.
Igu. Supriah Sudrajat
Universitas Sarjanawiyat a Tamansiswa
Bagaimana lahan yang cocok untuk budidaya Aloevera?
paling cocok di dataran rendah + hamparan luas ( kena matahari)
Seriwati Ginting
Universitas Kristen Maranatha Bandung
Apakah ada perbedaan "hasil" yang diperoleh dengan penggunaan media yang berbeda (tanah dan polyback)?
daerah cangkriman tanah berpasir perlu ditambah pupuk kompos karena korosifnya tinggi. Kulit lidahbuaya dikupas, daging dipotong kecil2 trus diproses jadi aloevera decompo, dagingnya buat jus, kerupuk - dibuat jadi tepung trus dikeringkan dan dipotong2
Isi Pertanyaan
246
Jawaban