ANALISIS PEWILAY ADAN, HIRARKI, KOMODlTAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKA T PADA KAW ASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang K.abupaten Purbalingga)
BUDI BASKORO
SE KOLAR P ASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 1007
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menya!ali:an bahwa tesis Anallsis Pewilayahan, Hirarlci, J
Begor, f ebruari 2007
BUD! BASKORO 'Nl\P A2530SOJ 14
AB ST RAK BUDJ BASKORO. Analisis Pewiiayahan, Hirarki, Komcditas Unggulan dan Partisipasi Masyarakat pada K11.Wl0Sll11 Agropolillm (Sludi Kasus di Bungakondllllg Kahupaten Purhalinega}. Oibimbing oleb: £RNA N RUSTIADI dan DWI PUTR.O TEJO BASKORO Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu strategi 1m111k mengurangi kesenjang11n rurtara ~rdcsaan daa pcckotaan dcngan pembangun1111 fasilitas pelayaMn standar perk.otaan di wilayah perdesaan serta metnlllldang wilayah perdesaan sebago.i potensi kegiatan ckonomi. Kawasan alll'Opolitan mempunyai katakterislik antam lain : l) memiliki porensi fisik dan daya dulcung sebagal l:awasan pertanian, 2) memiliki sekror dan komoditas tmggulan, 3) lu.15 kawasan d!lll penduduk mencapai ecoMmic of scale
riptif pasar agrlbisnis. ~) anallsis stalistik non parametrik cld-square. Hasil penelitian menunjuldaln bahwa unruk arallan penataan ruang. kswasan agropolitan Bungakondo.ng dapat dibagl mcnjadi 3 (tiga) zona. Zona I mc:rupakan hltarkl I yaitu lcawasan pusa; pertumbuhan Ul8nian, sedangkao komodibs ubggulannya adalah •nelati gambir, la
iCI Hak cipta milik Iiutitut Perunian Bogor, tah•n 2007 Rak cipta dilindllllgi Di/11T1Utg magldip tan metnpnl>
benluk 11papu11, baik ~td,fatoiopi,
AN ALIS IS PEWJLA Y ARAN, HIRARK.l, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTlSIPASI MASYARAKAT PADA KAW ASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga)
BUDI BASKORO
Teais Sebagai salah sat. syan1t mcinperolcb gelar Magister s.iDs pada Program Studi Ibaa Pereneanaan Wilayab
SF.KOLAR PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR .BOGOR 2007
Judul Tesis
: Analisis Pewilayahan, Hirarki, Komoditas Unggulan dan Partisipasi Masyarakat pada Kawasan Agropolitan (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbal.ingga)
Nama NRP
Budi Baskoro : A253050114
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dwi P~ro MSc Anggota
Diketahui
Tanggal Ujian: 29 Januari 2007
Tanggal Lulus:
0 2 MAR 2007
RIWAYATHIDUP Penulis dilahirkan di Purbalingga Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 14 Desernber 1971 dari Ayah yang bemama (Alm.} Mahmud dan Ibu yang bemama (Alm.) Kasmini. Peoulis merupakan pun pertama dari rigs bersaudara. Tahun 1990 penulis lulus dari SMA Negeri Purbalingga dan melanjvtkan Ice Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mam Yogyakarta. Lulus pcogmm sarjana pada lltltun 1996. Tahun 1998 penulis diterima sebagai PNS pada linglcungan Pemerinlah Kabuparen Purbalingga dan ditempatkan scbapi star pada Bagian Pcrekonomiaa Sekrctafiat Daerah Kabupaten Purbal ingga sampai dengan tahun 2005, saat menempuh pendidikan pascasarjana ini. Penulis menikah dengan lsti Haadayani dan telah dikaruniai dua orang anak. Penulis diterima di Program Studi llmu Pereneanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjana IJ>B pada tahun 2005. lkasi.swa pendidikan pa.scasarjana diperoleh dari Pusat PenibinaJin Pendidikan d&n Pelatihan Perencanaan Sadan Perencanun Pembangumm Nasional (Pusbindiklatrcn Bappena:;} dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
•pada semua linglcup kehilupan, kita menemukan sistem-sislem kehidupan yang berkaltan dengan sist&m k&hidupan lain serta ~ ya119 berga11tun9 pa~a jaringan laln. eatas sistenwislem kehidupan bukan roero~kan batas pemisah. melalnkan hanyaliti betas oenU!as saja. Sell1IJ3 ~sis!em kehidupan berinteraksi satu sama lain dan salir.g be!bagi sumber daya mel&wati batas-balas lersebul." -FrttfofCapra-
Yang kucinta: lsti Handayani Aisha DivaeofiantiHanifa
Ha ikal Atmajati Firdaus
PRAKATA
Assdamu'alaikum Wr. Wb Alhamduli1/ah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya, :sehingga teals ini berhasil diselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terirna kasih dan pengbatgun yang setinggi-tingginya lcepada : l. Dr. Jr. Ernan Rustiadi, M.Agr dan Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoeo sebagai dosen pemblmbing. 2. Staf pengajar dan manajemen Progran • Studi !lmu Perencanaan Wilayah IPB. 3. Pusbindiklatren Bappenas auis kesempatan beasiswa yang diberiken. 4. Pemerintah K.abupa1en Purbalingga yang telah memberikan izin belajar. 5. Bagian Perekonomian $etda ~ Purbalingga yang telah memberika.n dukwtgan bagi penulis untuk mdanjutkan tugas belajar. 6. Tcman-teman rnahasiswa I'S-PWL 1PB angkztan 2005. 7. Semua pihak yang berperan dan proses pengajaran da.n penulisan karya ilmia.h ini. Terima kasih cak terhingga kepada isteri daa anak-iUlak tercinta atas dol!doanya serta sabar berjaub311 di Plubslingga. Scmoga Allah SWT membcrikan rahrnat dan b.runia atas segala pengorbanan yang ada. Semoga lcarya tul is ini bemtanfut berman &.at basi kahzanah i I mu, terularna
dalam perencanaan wilayah. Was.:salamu'aluikum Wr. Wb Begor, Februari 2007
Budi Basl:oro
DAFTAR ISi balaman DAFTAR T ABEL
".................. .. . . . . . . . .
XII
DAFf AR GA.MBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . • . .. . . . . . . . .. . . • .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .• . . • . . .
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
.
. ..
.. . ..
..
.. .. .. ..
.
PENDAHULUAN Larae Belakang
.
l
Pemmusan Masaiah
.
6
Ruang Linglcup Wilayah Penelitian . Tujuan dan Mallfaat Studi ··-········· ··-··· ., ················ ········-······
\0
II
TINJAUAN l'USTAKA Wilayah
.. •. .
.. . . ..•.
Pengembangan Wilayah
. .. ..
.. ..
. .•.
.. ..
.. . .. . .
12
.. ...•.. ..•.. .. .
..
15
Keseujangan Wilayah dan Imerregiona/ Linkage . . • . . . . .. . . . . . . . . . . . .
16
Pengembangan Kawasan Agtop<>litan Persepsi clan Partisipasi Masyatakat
19 22
..•.•...•..
METODOLOGI PENELITAN
..............................................
25 25
Metode Pengumpulan Data . ... . . ... . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . .. .. • . . . . . • Jellis dan Swnher Data . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
26
Melode analisis
30
Lokasi dan W aktu Penelitian Rancangan Penelidan
... . .. . . . . . . .. . . •• . . . .. . . . .. • . .• . . . . .. . . .. . . . . . . . . .
.. ...
27
Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Laban
30
Analisis Pusat pertumhuhan dan Pusat Pelayanan
31
Analisis Sektor Unggulan
33
Analisis Komoditas Unggulan
35
Analisis Persepsi dan Tingkat Panisipasi Masyll?akat serta Fakwr yang mempengaruhinya
38
KONDISI UMUM WILA YAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kawasan Agropolitan Bungakondang
42 45
HASIL DAN f'EMBAHASAN
Kemampuan dan Kesesuaian Laban
50
Pcnentuan Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan
57
Identifikasi Sektor Unggulan
,......................
68
Idenufikasi Komoditas Unggulan Persepsi clan Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan serta Faktor yang Mempengaruhinya ......................•.... ,.
74 84
Arahan Pengcmbangan Kawasan Agropolitan Bungakondang
96
KES!MPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
• .. . .
. .•... ..•...
107
..
**''**'"***"•••••H•H•+•••••••H•••••••••••••••••uo•••••••••••••••••••••••••••HO<•••·••h••••••
DAFT AR PUSTAKA LAMP IRAN
109
110 • .. . .•• .. . .. .
. . ..
xi
115
DAFI'AR TABEL
haiaman I
T ujuan, rnetode enalisis, data, sumber data clan output
28
2 Skalogram kawasan agropolitan ·-···································· .. ···················
32
3
Definisi opensional variabel tingkM partisipasi
40
4
Defmisi operasional variabel yang mempengaruhi tingkat partisipasi
41
5
Penggunaan lahan di Kahupaten Purbalingga
43
6
Jenis tanah di Kabupcten Purbalingga
44
7
Perkcmbangan PDRB l.Ubupatm PIB'balinllSa Tehun 1999-2004
44
8
PDRB menurut lapangan usaha Kabupeten PUJbalingga tahun 1999 dan
2004
45
9 PDRB ke.camatan-lcecamallln dalam kllwasan Agropolitan tahun 2002
46
IQ Pembagien lahan di kawuan pengcmbangan utama Rubteja 11 Pembagian 1ahan di kawuan peni;Clllbangin Cipawon
47 .
12 Pembagian !Bhan di kawasan pcngcmbanga.n BandingM 13 Pcmbagian lahandi kawasan pengembangan Kejoboog 14 Tabuiasi l:elas kesesuaian lahan rerhadap heragam Jcomoditas pada kawasaa agropclitan Bungakoodang 15 Pewilayahan pertanian pada kawasan agropolitan Bungakondang 16 Hasil analisis skalogram berdasarkan indeks perkembangan desa terstandarisasi
.• . . . . . . .
..
. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
48 48
49 53 56
60
17 Remta iudeks perkembangan kawasan pengembangan
62
l 8 Ranking him.rid desa-desa dalam k.awa.sao iwopolilaD berdasazkan basil penelitian dan master plan
64
19 Wilayah kawasan pc:ngembangan agropoli1an berdasarlaln masterplan
65
20 Wils.yah kawasan pengembangea berdasarl:an analisis skalogram
65
21 Hasil anelisis sJ.ifi share mas daser PDRB kawasan agropolitan
llungakondang tahun 2000 dan 2002 ··-············..................................... 22 Konlribusi sektor terbadap PDRB kawasan agropolit.tn Bungakondang tahun 2000 dan 2002 .. . .. .. .. . . .. ... 23. Sektor petekonomian yang termasuk sektor unggulan kawasan agrooolitan Bungakondang
_...................................
24 Penggunaan lahan pada kawasan agropolitan .l:lungakondang
xii
69
70 71
72
25 Tenaga kerja sektor pcrtanian taltun 2000 clan 2002
72
26 Hasil analisis LQ untuk komoditas pertanian
76
27 Hasil analisis LI terbadap komoditas pertanian
.
77
28 Hasil analisis SI kawasan agropolitan Bungakondang
.
78
29 Komposisi rcspondcn peoelitian
.
JO Basil tabulasi tingkat persepsi responden
.
86 87
JI Persepsi responden berdasarkan lokasi tempat tinggal clan komoditas yang dibudidayakan
.
88
32 Hasil analisis chi square hubuagan persepsi
.
88
aniara lokasi clan komoditas
dengan
33 Hasil tabulasi tingkat partisipesi responden . 90 34 Tingkat parrisipasi responden tm>adap faktor yang mempengaruhinya ... 91 35 Basil analisis chi square hubungan antara tingkat partisipasi dengan faktor yang mempengaruhinya 3 6 ZolUISi wilayah pada kawasan agropo!itan Bungakondang
.. .. .. .. .. . ..
92 .
9g
DAFl'AR GAMBAR halaman I
Keraagka klasifikasi konsep wilayah ········-........................................
13
2
Peta Iokasi penelitian
25
3
Diagram alir penelitian
4
Peta administrasi Kabupatea Purbalingga
42
5 Peta kawasaa agropolitan Bungakondang
46
6 Peta topografi kawasan agropolitan Bungakondang 7 Peta penggunaan lahan kawasan agropolitan Bungakondang
52 52
-
-...........................................
-....................................................
29
8
Peta pewi layahan pertanian kawasan agrop<>litan Bungakondang . .. .. . ..
56
9
Peta orde hirarki kawasan agropolitan Bnugakondang
63
I 0 Peta zonasi peaataan ruang kawasan agropolitan Bungakondang
99
11 Peta kelas kesesuaian lahan komrxfitu padi sawah
l 00
12 Peta kelas kesesuaian lahan komodllasjeruk
101
13 Peta keles kcscsuaian lahan komoditas melati gam bir .. .. .. .. ..
14 Peta kelas kesesuaian lahan komoditas Lada
xtV
. .. ..
1 02 103
DAFTAR LAMPIRAN
hsleman I
Peta kclas kesesuaian !ahan untuk bcragam komoditas pada kawesan agropolitan Bungakondang ···-·-· .
115
2
Hasil analisis ska!ogram .. _
122
_, __
3 PDRBkecamatan da1am kawssen agropolitan bungakondang tahun 2000 dan 2002
12~
4
Analisis komoditas unggulan sub sektor pertanian tanaman pangan ..
131
S
Analisis komoditas unggulan :sub sektor perkebunan
132
6
Analisis kornoditas unggulan sub scktor petemakan
133
7 Analisis komoditasunggulan sub selaor perikanan
I 35
8
Analisis usaha tani komoditas unggu1m
9
Kuisioner persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat
10 Dsftar responden kclompok tani sampel
.. .
.. . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
.. .... ..... ..
.. _.......................................
11 Analisis persepsi responden teibadap program agropolitan
.. .. .. .. .. .. ..
136 138 147 148
12 Anali sis tingkat partisipasi responden clan faktor yang mcmpcngaruhinya
-......................................
xv
149
PENDAHULUAN
Strategi pembanguoan dengan pusat pertumbuhan didasarkan pada asumsi bahwa pernbangunan dimulai pada bebaapa sektor
yang dinamis dan pada
wilayah tertentu, yang dapat membc •ibm d•mpak yang luas (spread effect) dan dampak. gandc (multiplier effect) pada scktor lain
clan wilayah yang
lebih iuas
(Stohr 1981 dalam Mercado 2002). Mcnutut Adell (1999) pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan rakyat dapat dipacu dengan investasi yang besar dan intensif pada
sektor industri dan dengm pembangunan
sarana
prasarana yang
terkonsentrasi di wilayan perkotaan. Oleh karena itu pembangunan banyak diartikan sebagai proses industrialisasi dan urbanisasL Strategi pusat pertum buhan
ini juga berhubungar, dengan pertimbaogan priorilas anggaran pembangunan pada efisiecsi ekonomi dan multiplier yang harus linggi (Harun 2006). Diharapkan strategi ini mampu memberikan dampalc peaetesan ke bawah (tricle down effecr)
dari basil pembangunan tersebut ke sektor lain dan kawasan lainnya, terutama ke kawasan perdesaan. Pro SC$ trickie down effec: dengan sendirinya akan terjadi ketika kesejahteraan di perk.otaan teicapai clan dimulai dari level yang tinggi
seperti kawasan perkotaan ke kawasan yang lebih rendah seperti kawasan hinterland dan perdesaan melalui rndrani~
hirarki perkotaan (S101tr 1981 dalam
Mercado 2002). Strategi pusat pertumbuhan banyak menemui ketidakberhasilan yang di-
alubatkan karena tricle down effect tidak tctwujud, sehiagga terj adi back wash efect yang pada akhimya mengakibatkan disparitas wilayah dan sektoral yaitu kesenjangan antara perkotaan dengan perdesaan dan antara sektor industri dengan sektor pcrtanian, Sektor industri di pedrotaan tidak berbasis pada sektor primer, yaitu
penanian, sementara sekl-0r peitanian di perdesaan bersifat
Ka.wasan perlcotaan didrikan
oleh
aktivitas ekonomi
berupa
enclave. industri,
perdagsngan, jasa dan dihuni oleh sumberdaya maausia yang berkualicas serta didukung oleh pe!ayanan infrasttuktur yang lengkap, sementara kawasan
perdesaan dicirikan oleh aktivitas pertanian secara luas, dibuni oleh sumberdaya
2
manusia denga11 tingka1 p1mdidiloo11 yang rendah, kemiskinan daJI infrastruklur YaJ\I! terbatas. Pembangunan sektor industri di perkotaan maupun di dalam rural
enclave tidak memberiken dampak multiplier tenaga keria dan pendapatan kepada seklor urban informal dan mayoritas penduduk di wilayah perdesaan. Sebagian bessr penduduk miskln di Indonesia bekerjn poda scktor per111ni1111, dari total penduduk miskin yang berjumlah 37-38 juta jiwa, sebanyak 6S % rnerupakan
kelompolc peoduduk yang bennatapencaharian sebagai petanl, Oleh karena scktor
pertanian berada di wilayah perdesaan maka sebagian besar penduduk miskin tersehut juga bertempat tinggal di perdesaan, sel:lagaimana situasi shored poverl)' dan involusi perunian di perdesaan yang digt1111barkan oleh Cliford Gee.rtt dalam Andry (2006).
Kegagalan proses pembangunan dengan pusat pertumbultan, mendorong Pemerintah berusaha untuk mengubah paradigma pemhangunan dmnomi dengan mel11kukan desentralisasi
ekonoml,
pemberian
otonomi
daerah,
ekonomi
kerakyatan d1111 pemberdayaan usaha kccil dan menengah serta pcnguatan seklor
pemaian. Paradigm11 pembanguoaa ini memberikiutjusrifikasi lell!llng pcnlingnya pemeraraan daa keberimbangan, yaitu bahwa pembangunan diarahkan pada tercapainya pemerataan dan keberimbangan yang akan mendorong pe.rlumbuhan dan keberlanjutan. Keberimbangan dan ke1t:rbitan antar wilayab (lnrerreglona/ linkage)
dalam proses pembangunan merupakan hubungan yang positif (positive .wmJ antara perkoraan dan perdesaan yang bersifat saling menguatbm. Menurut Rustiadi et al. (2006J proses h1teraksi antara wilayah perdesaan dengan wilayah perk01aan hams dalam konteks pembangunan intem:gional berimbang, dirnana tcrjadi pros1:11 pembagian nillli tambalt yang seimbang dan proporsional amara keduanya. Linkage dapat diartikan segala bentuk keterkaitan baik berupa aliran maupun interaksi antara perdesaan dan perkotaan. Salab satu bentuk /inl:a~
adalah terjadinya aliran bahan mcntah yang diambil di perdesaan sebaga.i sumberdaya menuju
perkotaaa dimana teedapat industri
traosformasi
dan
manufala.ur. Pembangunan perdesaan mempunyai keterkaitan dengan perkotaan dan mcmpunyai akses terhadap pasar di perkotaan dengan membeli
basil
peetanian di perdesaan, Denga11 demikian akan meningkatbn produktifi1<1s
3
pertanian sekaligus meningkatkan penghasilan masyarakat pcrdesaan yang kemudian dapa1 dipergunakan untuk membeli barang manuliiktur ltasil industri di perkotaan (UNDP 2000). Kenyataan tebh membuktikan bahwa penm strategis sektor pertani1111 sebagai fundamental ekonomi. Sek.tor pectanian juga rnerupakan pcnyumbang terbllllyilk pada anglcatan kerja, sehingga
pembanguran
sektor pertanian
memberikan pemerataan kesejahteraan pada masyaralcat banyak. Pekerja sektor pertanian pada tahun 2005 mencapai 41.814.197 orang atau 44% dari jumlab arogkatan ketja, namuo demikian selama ini pembangunan penanian kurnne diperhatikan dan lcbih banyak mengarah pada pertanian subsisten. Pernbangunan pada sektor penanian yang harus hanis rneogarah pada agroindumi dan agrobisnis yang mempunyai nilai tamball tingg~ tidak hanya pada pertanian budidaya atau an
farm saja. Selain itu juga adalah membangun sikap merital dan budaya masyaiUat pertanian menjadi berooentasl pasar dan industri, sehingga sektor pertanian tidaldah bersifal enc/a.e dan dapat menjadi penggerak utama (prfme ma11er) bagi perekooomian wilayah. Konsep yang dikembal!gkan adalah dengan mewujudkan kemandirian pembanguaan perdesaan yang didasarka11 pada potensi wilayah desa itu sendiri. Menurut Sadjad (2006) desa dan pertanian harus dirubah menjadi indllStri, yaitu dcngan desa indus1ri berbasis pertanian. Sedangkan menurut Andry (2006} proses
transformasi wilayah perdesean menjadi suatu kawasan agroindmtri suatu tuntutan nyata da\am proses perkembaagan
modemisasi
menjadi masyarakat
pertaniao karena kegiatan penanian beroda. di pctdesaan. l'llndangan inferior terhadnp desa harus dirubab dcngan memandang desa sebagai basis potC11sial
kegiatan ekonorni melalui investasi sarana dan prasarana yang menunjaog keperluan penanlan serta menganihkannya secara terpadu. Desa tidak lagi dipandang hanya sebagal wilayah pendukung perkotaan tetapi sehanisnya pembangunan wilayah perdesaan dan perkotaan secara menyani. Pengembange» kawasan potensiat dengan basis perdesaan sebagai pusat pertwnbuhan akan mentransformasikan pcrdesaan menjadi kota pettanian atau agropolitart. Salak satu konsep pembangunan pengembangan pcrdesaan dalam keranska keberimbanga1:1 anw wibyoh
adalah
agropolitan.
Agropoli1411
4
rnerupakan
strategi
pem bangsnan
keberimbangan dan sinergi antar
pusat
J)Usat
pertum buhan
dengan
konsep
deogan hiraerland, terutama dengan
memperhatikan pada kesalahan koofigunisi spasial, aktivitas ekonomi dan eptimallsasi dampak pembangunan (Pu? 1999). lntegrasi fu11gsional-spssial ini dengan mengem bangkan pllSllt pernunbuban dengan beragam ukuran dan karekteristik fungsional serta peoguubaogan k.awasan perdesaan dan sdctor penanian (Rondinel Ii 198 5 dalaln Rustiadi & Hadi 2001>). Pertama kali konsep agropolitan dikemulcakan nleh Friedman dan Douglas,
yang menyarankan suatu bentuk agropolitan sebagsi 11.ktivitas
pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah
petdCSll41l dengan
j um!ah penduduk
antara S0.000 sampai 150.000 oraog (Rustiadi & Hadl 2006). Agropolitan mcrupakan koea pertanian yang tum bub dao berkem bang karena berjalannya sistem dao useha agribisnis
serlll
mampu melayani, mendorong, merwik,
menghela kegiatan pembangunan pert.anian di wilayah sekitamya. Pembangunan kota-kota tani sebagai kota kcci! meoongah di .k:awasan penlesaan dilakukan dengan membangun fungsl pelayanan petkotaan sehingga diharapkan mampu menguraagi
ltebocora11 nila.i tambah sdttor pers:anian dan dapat dinikmati oleh
masysrakat perdesaan. Selain itu dengan tumbnhnya kota-kota kecll rnenengah, fasilitas-fasilitas peJayaoon dasar bjsa disediakan dan pasar untuk produk-produk perdesaan jug11 bisa dikernbangkan. 'J'Drnbuhnya kota-kota kecil rnenengah akan menoorong
perkernbangan
dari wilayah hinterland-nya. terutsma
Ulltuk
mentransformasikan pola pertanian peidc•••0 yang subsiseen meojadi pola pertuian komersial dan mengintegrasikan ekonomi perkota:m dan perdesaan. Disamping itu kota pcrtanian dibar.tpkan mampu mengimbangi interaksi antar wilayah secara sehat yang dapat menimbulkan aspek positif mengurangi arus urbanisasi penduduk, mencegah tcrjadinya pengangguran di perdesaan dan mendorong penduduk untuk tetap bekcrja dao beepartisipasi dalam pembangunan perdesaan, yang juga merupakan suabl pusat pertumbuhan ekonomi. Mcnuntt Me~do (2002) gambaran kawasan agropolitan adalah : I}
s.kala geograflnya
relatlf keci!, 2) proses pereocanaan dan pengambilan keputusan berdasarkan partisipasi dan aksi kooperatif pada tingkat lokal, 3) pemanfaatan teknologi dsn budaya seternpat, 4) berfungsi sebagai ~
industrial.
5
Agropolitan menjadi program nasional oteh Pemerintab lnd<>nesia sejak tahun 2002 yang rnerupakan kcrja sama Departernen Pertan ian dan Departemen Pekerjaan Umum dengan melibalkan perguruan tingg], Program agropolitm ini bertujuan untuk rneningkatkan kcsejalltaun
reasyarakat pcrdesaaa dengan
meuiogkatkaa pendapatan petani dan membenhn kesernpatan pekerjaan alternBlif diluar pertanian bagi masyarakar penlesaan. Program ini terrnasuk pembangunan inti-astnlttur sepecti jalan dan inflll5tntktur pelengbp pe!dagangan laiMya seperti pssar, Dalam strulctur tata nung agropolitan terdapat tingkatan atau hiralki wilayah desa yang diseleksi berdasarbn suatu penelitian yang pada akhimya
ter
infrastruktur
dipusatkan. Pusat agropolitall ini mesijadi pusat pertumbuhan yang kemudian dapat memberikan efek ganda
ba8i wilayah desa hint~rlandnya(Elestianto
2005).
Program agropolitan dimulai pada tahun 2002 dengan rintisan pada S kabupaten, dalam perl<embangannye sampai tahun 2005 sctidaknya kbih dari 98 kabupaten di 33 propinsi yang menyelenggarakan program agropolitan ini. Dalam laporan akhir kinerja dan perspettif pengembangan agropolitan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pettanian Departemen Pertanian pada tahun 2004, terdapat tiga
indikl!ror uiama seb;igai rep=ntasi d.ui sasaran yang
mcngindikasikan keberbasilan penge111bangan agropoliian, y3i1u pcngembangan
lnftastruktur, sistem dan usaha agribisnis dan pengembangaa SDM. Dari basil analisa kinerja pencapaian sasaran terseblJt diperoleh hasil sebagai berikut : I . Pengembangan
sarana dan prasaraoa fisik dinilai berhasil, sedangkan
kelembagaon agribisnis dan rcncana tata roang wilayah (RTRW) masih perlu pcmantapan. 2. Pengembangan agribisnis yang mencakup
sistem csaha, kelembagaan
ekonomi dan kemitraan belum berjalan optimal. 3. Fasilitas Pemerintah dalam pengembangan SOM (juga saraea dan pl'nSllnUUI fisik) telah bcrjalan dengan baik, namun belum memberikan manfitat dan dampak yang optimal yang diiadikasikan oleh partisipasi masyarakat, perluasan ke.sernpatan kerja, pe:ningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat semi
peserta ptogralll
densao kioerja yang varlatif,
6
PtrllDlllSU
Masalab
Konsep pembangunan yang tel.ah dijalankan selama ini ternyata masih belum mampu meningkatkan kesejal!teraan masyarakat perdesaan, terutama
petani. Bahkan terdapat kerendenmgan menyebabkan terjadinya kesenjangan yang semakin lebsr antara wilayah perdcsaan dengan petkotaan. Ketimpangan pembaogunan antara perdesasn clan pedrotaan te~but menimbulkan berbagai implikasi, antara Jai11 :
l. Ketertinggalan
kehidupan
perkembangao
soslal-ekonomi
perdesaan
dibandingkan wilayah perlcotaan, seperti reodahnya kesejahteraan, tingkat pendidikan, produktifaas, terbatasoya lapangan pekerjaan, kurangnya akses transp<>rtasi dan perrnodalan sct1a lainnya. 2.
Kescnjangan pertumbuhan
wllayah perdesaan dan perkotsan )'llllg
antara
disebabkan karena lemwya ketestait3n kegiatan ekonom i antara perdesaan
daa perkotaan, Strategi agrepolitan merupabn
konscp pembangcnan perdesaan yang
merupekan kritik tc:rhadap strategi ~
penumbuban dan disesuaikan dengan
kondisi negara-eegara berlcem q pembangunan infrastruktur
wilayah
yang
setara kota di
di Asia. Agropolitan rnerupakan suam model
meng,andalkan desentralisasi,
pembangunan
perdesaan dengan kegiatan agribisnis yang
terkonsentrasi di perdcsaan yang aku raendorong kegiatan perekonomian
masyarakal. Program agropolaan yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia dilwapkan mampu mengurangj kcscojangan antar wilayah dan sektoral, terutama
antara lcawasan perdesaan dengan perlrotaan. Pernbangunan yang tidak berimbang secara spasial menimbu!kan huh1.mpt yang saling melernahkan antara kota dengan desa, yang pada akhimya dapat menimbuikan konflik sosiat antic
kawasan. N11111un demikian apakah l::onsep agropolitan da!am petaksanaannya mampu memberikan
dampak
mengurangi dampak kesenjangan
positif begi antar
pengembangan wilayah serta
wilay3h torsebut.
Proses pengem bangan kawasan agropolitan ini tidaldah mudah karena
membueshkan pcmahaman-pemallillnlln yang !ebih mendalam antara la in !erhlldap karakterisrik wilayah peroesaeo bail( secara spasial maupon secara ekonomi serta kebutuhan pembangunan infrastruktur. S.:lain i!u juga harus mengfntegrssikan
7
pembangunan sektor pertanian del>gan pengembangan perdesaan. Pelaksanaan
program sgropohtac yang telah dilalmkan selama ini masih memiliki kelemahan, Beberapa masalah yang terjadi dabm pelaksaoaan pengembangan agropolitan antara lain penyusunan master plan yang tidak rnelibatkan peran aktif sem ua stakeholder, tidak meeggambarkan kcmunpuan kawasan agropolitan, kurangnya
koordinasi entar stakeholder dalam pereocamum. petaksanaan dao pengembangan agropolitan, kelembagaan yang kurmig mendu.lcung pengernbangan kawasan agropolnan, dan kurangnya peoguasaan informasi pasar dan modal. Se!ama ini program agropolit.an masih me11gandalkan peran pemerintah, sebingga tanpa keterlibatan
semua
stakeholder
abn mus!3hil
menjadi
program
yang
betkelanjutan setetah proyek bcrakhir. Selain itu juga terjadi bias hanya ?AC)a
pembaoguBan fisik wila)'llh, seperti pcmbangunan jalan, pasar, dan terminal, belum menyentuh pada peningb.tu sumberdaya sosial, sum berdaya manusia dan teknologi yang menjadi titik lemah wilayah perdesaan. Menurut Rustiadi et al. 200Sb tenlapet beberapa kriteria yang dapat
dipergunakan untuk menentuksn kmaktcristlk wilayah pengembaagan kawasan agropoli1an, yaitu : I. Memi I iki daya dukung dan l)OtertSi fisik wilay.:ih yang memadai sebagai kawasan pertanian (kesesnaian lahan dan agrokl i mat); 2. Memilild komoditas dan prodllk olahan pertanian unggulan. 3. Luas kawasan dan jumlah penduduk yang cukup mernadai untuk tercapainya economic of scole clan economic of 3COpe (kawasan mernpunyai radius 3-10 km, mc:ncakup beberapa desa bingga gabungan sebagian 1-3 kecamata.n). 4. Tersedianya prasarana dan sarana pemukiman yang culrup memadai untuk standar perkotaan. S. Tersedianya prasarana dan sanna produksi yang memadai serta bcrpibak pada kepentingan masyarakat lcka L 6. A~anya satu atau beberapa pusac prlayanan skaia kota kecil yang terinlegrasi secara fungsional dengan kawasan srodulcsi di sekitamya. 7. Adanya sistem manajemen kawasan deoglin otonomi yang cukup. S. Adanya sistem penataan ruang kawusan yang terencana dan terkendali,
a 9. Bcrkembangnyn aktivitas sektor-sektor sekunder (pengolahan) dan tcrsier (jasa dan finansial). IO. Kelembagaan ekonomi komunitas lokal yang kuat. 11. Akses masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi (terutama lahan) yang mencukupi. Pembangunan
sektor
per111nfan
sebagai
prioritas
ul4m&
dlllam
pengcm~an kawasan agropolitan bcrorientasi peda agribisnis, bcJJ)roduktifi1as tinggi, eflsien dan berkelanju1a11. Pcngembangan kawasan agropolitan sebagai
kawasen pertanian tidak terlepas dari kemampuan wilayah terscbut dalam mcmproduksi komoditas sesuai dengan kcmampuan dan kesesuaian lahannya. Dengan demikian diperJukan SWIRi pe.rerteanaaa ta!a guna laluui dengan pewilayaban komodit:ls pertanian berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan. Pcwilayahan komoditas pertanian bertuj\1811 untuk mc:ngetahui k.omoditas telab diusahakan secara optimal juga untuk mengeuhui potensi komoditas penanian yang dapat dikembangkan, menetapkan area penanaman clan lcomoditaspotensial, bCl'Sbla ekonomi dan tertata dcngan balk agar diperoleh sistem usaha tani yans berkelanjutan. Pewilayahan komodims pertmtian ini juga bcrkaitan dcngan tata guna lahan dan tatA ruang agropolitan. Dalam pertumbuhan
kawasan bagi
agropolitan
wilayah
terbentuk
hinter/andnya.
desa-desa
Rerkemhangnya
sebagai
pusat
desa
pusat
pertumbuhan tersebut diharapkan memberikan dampak positif bagi perkembangan wilayah di sekitamya.
Kawasnn agropolitan yang terdiri dari dcsa-dcsa
mempunyai karak1eris1ik yang berbeda, terutama jwnlah dan jenis inlillsmlklur terbangun. yang pada akhirnya akan tetjadi hirarki desa-dcsa. Hirarki desa tcrsebut menunjukkan tingkat perkembaogan wilayah dimana desa Y8J18 berhirarld tinggi cenderung menjadi pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan, Secara spesial pusat aktivitas ini juga merupakan pusat aktivicas ekonomi dan aliren produk serm
bareng. Seb~gai kawasan pengembangan, kawasan agropoliian diilarapkan clapal menjadi suatu daerah pertumbuhan baru yang dapat memherikan andil dalam pengembangan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik manfaat terbadap kawasan itu sendiri maupun terbad:ip wilayah sekitar agropolitan yang
lebih luas, Berdasarkan kualitas dall kuaotitas sumberdaya ekonoml yang dimiliki malca dapat diketahui stjallhmana Jawasan agropolitan mampu memberikan sumOOllgannya terhadap meningjcatkan perekonomian daerah. Oalam mendorong pengembangen sektor pertanisn sebagai basis ekonorni kawasan agropclitan
dilakukan dcngan
mengoptimalba
sumbcrdaya
lokal melalui penctapan
komodilJIS unggulan berdasarkan kamggulan komparatif dan kompetitif yang dimilild oleh setiap kornoditas, Komoditas unggulan adalah komoditas andalan )'llllg memiliki posisi straregis. beidssarkan pertimbangan telcnis {kondisi ttnall dan iklim) maupun sosial ekonomi dat! kelernbagaan (penguasaan teknologi,
kemampuan sum berdaye manusia, iofrastnil"tllr, dan kond isi sosial budaya se tempat),
Pengem bangan
agropolialll
di\akukan
deugan
pemberdayaan
masyarakat agar mampu mengcmbangj<111 usaha komoditi unggu Ian berdasarkan kesesuaian kemampuan lahan dan lcondisi sosial budaya daerah. Pemherdayaan masyan.kat tidak saj a diarahkan
p<1a upaya peningkatan
produksi clan
produktivitas komoditi pertan ian tempi juga pada pengembangan usaha dengan sistem agribisnis laim1ya yang meodllim11g usaha agribisnis kornoditi cnggutan kawasaa agropolitan yaitu agribisnis bulu, agribisnis hllir (pcmasaran, pengolahan hasi l, sortasi dan grading) serta industrijasa dan pe layanan. Keberhnsilan pclakS8naan progam agropolitan ditentukan keterlibatan
sernua stakeholder secara beesama-ssma, Salah sanmya adalah keterlibatan dan partisipasi masvarakat. Hal ini dibrenab.n merupakan
suaru
meningbtbn
proses
pemberdayaan
kesejahteraan masyarakst.
pembanguoan pada dasarnya
yang mempunyai
tujuan untuk
Dengan demikian masyarabt
merupakan aktor utama dalam proses pembangunan, bukan sckedar obyek semata, Pattisipasi masyarakat dalam peogembangan kawasan agropolitan ini dimulai dari proses perencanaen, pelal:sanaan sampai dengan evaluasi program sena dalam rangka
meWIJjullkan
program
~l>angan
lcawasan agropolitan
yang
berkelanjutan. Dari berbagai uraian tersebut diatas rnaka beberapa perrnasalahan yang dapat dirumuslaut dalam penelitiaa iniadalah : I. Bagaimaaa pewilayehen komoditti perunian dapat dipetakan dalam kawasao agropolitan sesuai dengae kernasnpuan dan kesesuaian lahan? Apakah tata
1J
ruang kawasan agropolhan telah mengacu pada pewilayahan komoditas yang sesuai clan poiensial? Bagimana
kailaM}'ll
clengan tata gUJ1a lahan dan rata
ruang kawasan agropolilllll? 2. Apakah secara spasial keberadaan desa-desa dan fasilitts·fusilitas pclayanan yang tersedia da!am kawasan agropolitao Bagaimaua
sudah
bisa diide11tifikasi?
struk.lur hi111rki dalain kawasan agropolitan
dengan pusat
pemunbuhan dan kawasan hinJerlandnya yang mampe memberikan dampak pembangunan secara optimal? 3. Apakah sektor dan komoditas unggulan dalam kawasan agropolitan dapat dlideotifikasi?
Sektor
dan
lromodiw
unggu!an
mana
yang
daEJlft
dike1nbangkan dan mc:njadi prime nwver bagi kawasan agropolitan? 4. Bagaimana persepsi ntasyaralcat terhadap program agropolitan dan till8kat panisipasi masyarakat
dalaJn pengembangan kawasan agropolitan? Faktor-
fillctor apa saja yang berpengalllh
dalam temadap
tingkat partisipasi
masyarakat tcrscbut? Rua11g Li1gli.1p \Vilayah Penelilian Pene!itian ini dilaksanakan di kawasan agropolitan "Bungakondang" di Kabupaten Purl>alingga Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten J>urbalingga berada di bagian barar daya Propinsi Jawa Tengah, tcrdiri atas 18 (delapan belas) kecamatan dan 239 (dua ratus tiga puluh sembilan) dcsalkelurahan.
Secara geografis
Kabupaten Purbaliagga terletak pada posisi 101° 11' - 110° 18' Bujur Timur dan
1' 10' - 7" 29' Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Purbalingga seluas 77.764,122 ha yang merupakan bagian 3,08% dari luas wilayah Propinsi fawa
Tengah yang sebesar 3.254.000 ha dengan jum!ah penduduk pado, tahun 2Q04 sebanyak 871.840 jiwa. Pcmerinlllh Kebupaten PUibalingga sejak tahun 2005 mclaksanakan program ix:ngembangan kawasan agropolltan. Kawasan agropolitan tersebut terdiri dari 4 (empal) kecamatan yaitu Bukateja, Pengadegan, Kejohong dan Kaligondang dengan 34 (tiga puluh empat) desa, tersebut diberi nama "Bungakondug''
Kawasan agropolitan
yang menipakan akronim dari 4 kecametan
yang dijadikan kawa.san tersebut, Wilayllh kawasan agropolitan seluas 110,90 km2, jumlah penduduk eksisting pada tahun 2004 adalah 137.853 jiwa del\glln
11
kepadatan penduduk 1.243 jiwa/km2• Sektor pertanian merupakan sektor utama perekonomian willlyah kawasen agropolitan, dengan sub sekt<>r utama pcrtanian tanaman pangan, perkebunan dan petemakan. Pola penggunaan laharmya berupa persawahan, tcgalan dan perke!Jumu1 camperen. Tujaao dao Manfaaf Peoelitian Tuju1111 pcnelitiaa ini lldalab mi:mbcriklln arahan ted!adap peog1:rnbangan kawasan agrupolitan BuJ18akondang, Kabupaten l'urbalingga. Sedangkan tujuao khususnya adalah : l. Menentukan pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan seru tata guna lahan dan 1&111 ruang kawASAA agropolitan, 2. Menenrukan scrukt~ hirarki pusal-pusat pertumbuhaa da11 pelayanan dalam kawasan agrq>0litan. 3. Menentukan sektor dan komoditas unggulan yang dapat dikcmbangkan dalam k:awasan agropolitall. 4. Menentukan persepsi d1111 tinglait partisipasi masyarakat sertn fal.tor--faktor yang mempengaruhinya dalam upaya untuk mcninglcatkan p~rtisipasi aktif ma$yarakat sebagai pelaku utama pembangunan kawasan agropolitan. Penelitian ini diharapkan depat memberikan manfaat dalam beberapa
sspek, yaitu : I. Membedkan Purbalingga agropolitan.
sombangan
pemildran
clalam mcngembangkan
kepada kawasan,
Pemerintah
Kabupsten
terutama pada kawasan
2. Sebagai proses pembelajaran dafl bahan referensi dalam mengcmbangkan ilmu perencanaan wilayah terummo dalam bidang agropohtan,
TINJAUAN PUSTAKA
Wilayah Dalam Undang-Undang
Nomor 24 tahun 1992 tentaag Penataan Ruang,
wilayah adalah ruang yang merupal
al. (200$a) wilayah
Menurut Rustiadi et
didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas
spesifik tertentu dimana kompcnen-komponen wilayah ~hut
satu sama lain
saling beeinteraksi secara fw>gsional. Sehingga batasan wilayllh tidnklah sclalu becsifat fi5ik dau pasti
ieiapi
~i
bersifat dinamis. Komponen-komponen
wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infiastruktur),
manosia serta bentu-bentuk kelembagaan. Densan demikian istilah wilayah menekankan interaksi aatar manw.ia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu ba•a•an unit geografis tertentu. Konsep wilayah yang paling klasik (Hagset et al. 1977 dalam Rustiadi et al. 200So) mengenai tipologi
wilayab, mengldasiflkasilraa kousep wilayah ke dalam tiga kategori, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar I, yanu: 1. Wilayah homogen (uniform/ homogeno1<11 region); 2. Wilu.yah nodal (nodal region); 3. Wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Sejalan dengan klasifikasi tersebut, berdasarkan fase kemajuan perekonomian, Glasson (1977) mc:ogklasifikasi.kan regionlwil11yah menjadi :
I. Fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan deogan keseragaman/ homogenitaY. Wilayah formal adalah
iruatu
wilayah geografik yang seragem
menurut kriteria tcrtentu, seperti keaJaan lisik geognifl, ekonomi, sosial dan politik. 2. Fase kedua yaitu wilayah fungsiooal yang beikenaan dengan koherensi dan intcrdcpendensi fungsional, sa!ing bubungao antar bagian-bagian daJam
wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dan satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional sating berkaitan.
13
3. Fase ketiga yaitu wilayah perencsnaan
yang mempcrliharkan
kohercnsi urau
kesatuan keputusan-kcpu1usa11 ekonomi.
Nodal (J)usat•/rinterland) SU.tem S•derbana
.Desa - Kata
H-.!Sistem/ Fungsional
SistemW>&o.mi: Agropolitan, 1:a prodllb~
. ~rj
Sh1.m ekologl: DAS, hullln, pesisir
Si>tem Komplet
Sistalt &glaJ • Folitit rnpr b~ wilayah etnik Umumnya di.u&un/
dil«mbangbn berdasarkan,
Peffilcaoaa11/ Pengelolaan
1--------• • •
Kon&ep homor,.,.,/funt'ional: KSP, KATlNG, dan $ebagainya .Admini$trasi-poli!ik; propios.i, IC
Gamhar I Kerangka klasifibsi konsep wilayah (Sumber : Rustiadi et al. 2005a) Menurut Rustiadi et al. (200Sa) wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah terse but homogcn, sedanglwi tilk.tor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam
(heterogen). Pada dasarnya rerdapat beberapa fuktor penyehab ltomogenitas wilayalt. Seeara umum terdiri atas penyebab alamiah dan penyebab artifisial. Faktor alamiah yang dRpat menyebabkan homogenitas wilayeh adalllh kelas lce.R111mpuan lahan, iklilll dan bcroagai fuktoo lainnyit, Sedangka11 homogenitas yang
bersifat
artificial
adMhib
llomogenitas YlU18
didasJlrkan
pada
peugklasitikasian berdasarkan aspek lllltentu yang dibuat oleh rnanusia. Contoh
14
wilayah homogen arlificial adalah wilayah hemogen atas dasar kemiskinan (peta kemiskinan).
SOOangkan wilayah
komponcn-komponen
fungi;ional menekankan
wilayah yang terpisah berdasarkan
perl>edaan dua fuogsinya, yang
mcmiliki ketedalitan, ketergantungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan 1idak terpisahkan da!am kesatuan. Berdasarkan struktur
kemponen-kemponen
yang membentuknya, wilayah fungsional dapat dibagi menjadi : I. Wilayah sistem
sederhana
(diA:otomis) yang bertumpu
pada konsep
ketergantungan .otou keteibitan lllltara dua bagian atau komponen wila)'9h. 2. Wilayah slstem kompleks (non dikotomls) yang mendeslcripsikan wilayah sebagai suatu si~t.:m yang bagian-lJaglan di dalamnya bersifat komplel:s. Konsep wilayah nodal, kawasan perkotaan- perdesaan clan kawasan budidaya • non budidaya adalah contcit wilayah sederhana, Konsep wilayah nodal didasarican atas asumsi bshwa sualU wilayah diumpamakmi scbagai suatu "se! hidup" yang mempunyoi plasma dan inti. Inti {pusat simpul) aW!lah pusat-pusat pelayananlpennukinan,
sedangkan plasma adalall daerah belalalng (peripherif
hinterland}, )'allg ~punyai
sifat-sifat rertentu dan memp!lnyai hubllllga11
fuogsional. Pusat wilayah berfungsi sebagai : I) tentpat terkonsentrasinya penduduk, 2) pasar bagi komoditi-l:omoditi )lertanian maupun industri, 3) pusat
pelayiman ter.hsdap daemb htmerland; 4} Joka.si pemusatan imluslri 111311ufaktur
yang diartikan sebagai kegiatan meogorganisaslkan faktcr-raktor produklli untuk mengh.asi.lkan suatu output tertentu. Sedangkan wilayah hinterland berfungsi sebagai : I) pemasokJ produsen bahsn-bahan mentah dan atau baha!l baku, 2) pemasok tenaga kerja melalui proses urbanisasi, 3) dacrah pemasaran banu1g dan jasa industri mamsfaktur, 4) penjaga fungsi-fun~i kescimbangan ekologis. Sedangkan lronsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi
berdasarl
dalam ~n
wilayah perencanaan. Peage111bangan Wilayah
Pernbangunan merupakan upaya )'ling sistematik dan beitesinambungan untuk menciptakan kcadaan yang dapat mcnyediakan berbagai altellllltif yang sah
15
bagi pencapaian
aspirasi
seriap
wargll
yaag paling humanistik. Sedangkan
menurut Anwar (2005), pembanguean wllayah dilakukan untuk rnencapal tujuan
pembangunan wilayah yang mencakup aspck-aspek pertumbuban, pemerataan dan kebcrlanjutan yang berdimensi 1oltasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangurum dalam stjnrab dan strlltcginya !elah rneagalami evolusi penibahan, mulai dari strategi pembangunan yang rnenekansan kesempa11111
dasar
kepada
pertumbuhan
etoiwmi,
kemudian
perrumbuban
dan
urja, pertumbuhan den peweiataan, penekanan kepada kebutul18n
(basic need approach). pertumbuhan
dan lingkungan hidup, dan
pembangunan yang berlcel'lnjutan (minainable dew/opme111). Menurut MCJCado (2002) kOllSq> pusat pertumbuhan diperkenalkJln pada
yang IMtldelinisikan pusat perrumbuhan sebagai "pusat dari pancaran gaya sentrifugal daa tarikan gaya sentripeta I". Menurut tahan 1949 oleh Fanoois Pe=
Rondinelli (J 98S) dan Unwin (1989} dalam Adell (1999) bahwa teori p11sat pertumbiman
didasarkan pa& kenisayaan
berkembang dapat mempengaruhi ~buhan
bohwa pemerintah di negara ekonom! dan kesejahteJaan
den!1311 mellakukan investas! yang besa:r pada industri plldat modal di pusat kota. Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercsyaan bahwa kekuatan pasar bebas melengkapi kondis] terjai:linya 1ridt:k down effect (dampak penetesan ke bawah) dan menciptakan spread
effect
(dampilk penyebaran) pertumbuhan
elron<>mi wn dengan send irinya akan taj
adi kedka kesejahteraan di peckolaan tercapai dan dimulai dari level yang
ti nggi seoerti ka wasan perkotaan ke kawas:an yang lebih rendah seperti lcawasan
16
hinterland dan perdesaan melalui bebetapa mekanisme yaitu ltirarlci perkotaan dan perusahaaa -perusahaan besar. Namun demiklsn kegagalan teori JlUS8l pertumbuhan karena triclcle down effect(dampak penetesan ke bawah) dan ~effect (dampak penyebaran) ti
2002).
Kesenjangan Wilayall daa JRJerregiolUll Linkage Kawssan perdesaan dan pedol.alm di'be
pend uduk dan akrivitas ekonomiriya. Kawasan perdesaan mempunyai ltepadatan pcnduduk yang rendah dengsn aktivitas dcOllOltli yang dominan adalah pertanian. Sedang}:an ka wasan perlcotaan mempunyai
Jc.epadatan penduduk yang tinggi
dengan aktivitas ekonomi p11da sektm jasn. Se!11in itu fengsi 11dmi11istratif dan
pembangunan i11fras0ukiur juga n1a1jadi pembeda antara lcawasan perdesaan dan perkOlllall (UNDP, 2000). Dalam konteks spasial, proses pembangunan yang telah di laksanakan selama ini temyata telah menimbullc.an beroagai pennasalahan ya11g berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antat wilayW yang tidak berimbang. Pendekatan
yang sangat menekankan pada pemnnbuban ckonom i dengan membangun pus at· pusat pertumeuhan relah mengakibatkall invest:asi dan sumberdaya tersetap clan terkonsentrasi di perkotaan sebagai pusal-\)US.al pertumhuhan, sementara wilayahwilayah hinterlandmengalsmi peogurasan sumberdaya yang berlebiban lmassive bac!n.ash effect (Anwar 2001 dab!JI Pribadi 2005). lsard dan Schooler (1959) dalam Mercado (2002) men~n
mengenai hubungan ancaca pusat
analisi$ industrial yang komplek pcnumbuhan dengan lokasi inllustri,
menunjukklm banwa investasi di pusa1 pertumbuhan memberikan optimum ska la ekonoml dan minimal
biaya transportasi
input serta outpulllya, sehingga
meni111l:ru!kan aglomecasi loka.si induslri di pusat pertumbuban. Scjalan deegan hal tersebut Friedman (1976) meoyebutbn bahwa an~ra pusat dengan htnterfandnya mempunyai hubungan
yang yang minimal sehingj,J! apabila
17
pembangunan betjalan maka
biasanya h<1uya 1erjadi pada salu sisi dimana
hinterland selalu ierbelakang, terekspolitasi dan tidak dapat berkembang karena hinterland hanya penunjang perkembangan pusat. Selain ilU s11Jah satu implikas.i dari penerapan pembangunan dengan pesat pertumbuhon
akan
menimbulkan
dikot
perkoiaan
dan
perdesaan, Menlliul Douglas (1998) dalam Adel (1999), menyatakan bahwa salah satu konsekensi
dati konsep dlkotomi
pembangunan
kilwasan peldesaan-
perkotaan adalah tmlapatnya pembagian dalam perencanaan, di satu sist terdapat kebijaklm yang urban bias dims:na perenana pertimbangan bahwa
pembangunan
di perkotasn berpegang pada
di perkotaan merupakiin kunci untuk
tel"C4painys imergrasi wilayah. Sroangkal pada sisi lain 1erdapa1 kebijakan rurul l1ia3 dimana percncana pembangunan petdesaan cenderung mem1111dang perlcotaan sel>agai pa13Sil trrhadap kepentingan perdesaan, Hal tersebut menimbulkan kesenjangan wilayah, dalam konteks Indonesia, dapat dilihat antara lain kesenjangan antara Jawa dengan llllll' Jawa dan an~ra
Kawasan lndonesi11 bagian Baral dengan Kawasan Jndonesia bagian Timur dan antara kawasan perkotaan del\gan perdesaan .. Oisparitas wilayah dan sektoral 1:.arena
terjadinya pengurasan
sumberdaya wilayah pe.rtlesaan ke wilayah
perkotaan serta sektor industri di tierkotaan yang tidak berbasis pada sektor
primer, yaini perlMian, sementara sekror pertaman di perdesaan benifat enclave ternadap sektor industri.
Dlsparitas ini dapac dllihat terutama rerjadinya
perbedasn tingkat kesejahteraan yang cukup besar antara kota dcngan desa, Proses migrasi pcnduduk dari desa ke kota, iemyaca lebih banyak: diakibatkan oleb daya dorong (push force) perdeSlllln dibandlnglc.an dengnn daya tarik (pull force) perko~.
Hal ini terjadi karena ruenyempitnya kepemilikan lahan pertanien,
rerkonversi maupun yang berpindah hak kepemilikarutya
kareea maraknya
aktivitas investasi clan spekulasi alas lahan di pudesaan. Menurut Anwar (2001) dalam Pribadi (2005) sell\llla ini penumbuhen a11gkatan kerja peedesaan yang terns mcmingkat temyata tidak diiku1i oleh mcningkatnya ketersediaan lahan.
Berdasarkan basil sensus Pertanlan 2003, terdapar peningkatan petani gurem di Pulau Jawa dari 52, 7o/o pada tahun 1993 menjadi 56,5% pada tahun 2003. Kondisi ini mengalcibatkan terjadinya peningkatan jumlah tenaga lcerja yang tidak berlahan
18
(lcmdless laborer) sehingga ~
akhimya terjadi migrasi besar-besaran dari
wila)'ah percesaan ke wilayah perkotaail. Namun dernikian angkatan kerja sektor penanian tidak dlimbangi oleh kualitas sumber daya sehingga tenaga kerja migran perdesaan ini hanya sedikit saja yang dapat mernperoleh kesem petan ketja di sekter induslri modern. Pcm banguun sektor modem di perkotaan maup11n di dalarn rural erclave tidak memberik.an darnpak multiplier tenaga keija dan pendapatan kepada sektor urbo.n inform.al dan mayoritas penduduk di wilayah perdc:saan. Menunn Rustiadi dan 1-b:!i {2006) bahwa akibat kemiskinan dan kecertlnggaian maka penduduk perde:s3an secant ras~nal mulai me!Jlkukan migrasi ke wi layah perkoeaaa meskipun tida!t ada jaminan akan mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini pada akhlmya mempcrlemah kondisi wilayah perkotaan yang sudah te1!alu padat sehingga menimbolk:an lcongesti, pencemaran bebal, pemukimao kumuh, S1111itns; buruk, menurunnya kescftatan dan pada gilirannya akan menurunkaa pruduktifitas masyarakat kawasan pc:rkocaaa. Menyadari terjadinya k=janganwilayah tersebut maka diperlukan reoricntasi stratcgi pembaogunan. meajadi strategi keberimbangan. Rustiadi dan Hadi (2006) menyatakan bahwa wilayah bskan merupakan wilayah tunggal dan tertutup, tetapi merupakan suatu kestmmn wilayah yang berinteraks, antara satu wilayah dengan wilayah lain. Pembangwian wllayah yang ideal adaJ"h terjadinya interaksi antar wilayah yang sinergis dan sating memperkuat, sehingga nilai
tambah yang diperoleh deng~ adanya irtteraksi tersebut dapat tethagi secara adil dan propcrsicnal sesuai dengan peran dan potensi sumberdaya yang dimiliki
masing-masing wilayah. Scdangkm mcmirut Murty (2000) dalarn Pribadi (2006) pembengenae
regional yang b.:rimbang merupakan sebuah pemimbuban yang
merata dari wilayab yang berbeda untuk llleningkatkan pengembangan blpasilas dan kebutuhannya. Sehingga yimg tapeuting adalah pertumbuhan )'ang seoptimal mungkin dszi potensi yang dimiliki old1 suatu wilayah sesuai kapasitasnya.
Menurut Tacoli (1998} b3hw:t konsep pembenguaan dalam beberapa dekade terakhir ditujukan pada peubahan hubungan antara sector penanian dengan industri. .Kebijclwl pendekatan,
pertUml:Aiban ekonomi mengikuti
satu atau dua
yaitu pertama inveslaSi di sektor pertanian berpengaruh
pada
penyed i aan kebunihan sektor industri dan perkotaan, sedangkan pendekatan kedua
19
berpendapa1 baflwa pertumbultan indt1SUi dan perkotaan memerlukan sektor pertanian yang lebih modem. Koosep integras! fongsional-spasial
menurut
Rondinelli (1985) dalarn R11s1i11di den Hadi (2006) adalah adalah pendekatan dengan mengembangknn sistem puSBt·pusat penumbuhnn dcngan bcrbagai ukuran dan karaktcristik fungsional secara terpadu. Slimulan dari peugembang<m regional
dimulai dari pendekatan pertaniau dilrandingkan dengan pengembangan induwi.
Kawasan perdesaan h11111s didorong menjadi kawasan )tang tidak hanya n-ghasilkan bahan primer melainkan j11g11 mampu mengbasilkan bahan olahan atau ind11$tri basil pertanien, Proses interaksi antara kawasan perdesaan d11n
~rl
dhnana
dan proporsional.
Pembangunan yang berimbane seeara spasial menjadi penting karena dalam skala
111akro hal ini meqjadi prasyar.it ~
tumbuhnya perekonomian nasional yang
lebih efisien, berkeadiloo dan berkelanjutan. Pengembaagan
Kswasan Agro[Kllitan
Mcnurut Rustiadi daR Hadi (2006)
beberapa ~tratc:gi pe111banguna11
perdesaan yang perlu dikembangkan adalah ; I) mendorong kearah tcrjadinya desentralisasi
pembangun-an
dan kewenangan, 2) rnenanggulangi hubungan
sating memperlemah antara perdesaan dan perkotaan, 3) menekanlaln
pada
pcngcmbangari ekonomi yang berbasis sumberdeya Jokal Jan diusahakan deni;an
melibatkan sebesar mungkin masyarakat perdesaan. Salah sam scrateginya adalah pembanguoao kawasan agropolilan.
Friedman dan Douglass ( 1975) dalam
.R.ustiadi din Hadi (2006) menyarankan suatu bentuk pendekabn asropolitan sebagai aktivitas pemba11gun1111 Yllllg tetkonscntcasi di wilayah perdesaan dengan jumlah penduduk allla~ 50.000 sam~i
J S0.000 onmg. Agropolitan adalah
pendekatan pembangunan kawasan perdesean yang menekank.an pembangunan perkotaan pada tingkat lokal di perdesaan.
Menurut Rusti.adi dan Hadi (2006) pembangunan agmpolitan adalah suatu model pembangunon yang yang men~dalkul descntralisasi, pcmbangunan infrasttuktur selara kola di wilayah perdesaan sehingga mernlorong urbanisasi (pengkotaan dalam arti positif) serta bisa menaggulangi
dempak negatif
20
pembangunan ( migrasi desa-kota yang tida.k teckendal i, polusi, kemaeetan lalu Jintas, pengkumuhan koea, kehaneuran maslf sumberdaya, pemiskinan desa dsn lain-lain).
Pengembangan
agropolilan
adalah
saatu
pendekatan
kawasan
pernbangunan kawasan perdcsaao. mclalui upaya-upaya penataan ruang perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayltillltl fasiliias perkotaan (uroan fanclion centre) yang dapac berupa atau mengarab pada terbentuknya kota-kota kecil
berbasis pertania11 (agropoUs) sebqai bagian dari sistem perkotaan dengan malcsud meningkatl(an pendaparan ka....san perdesaan
(regional income),
meaghiad3ti kebocoraa pem!apatan kawasan perdesaan (regional leakages), mcnciptakan pembangunan yang berimbang (ngional balat1ced) dan lccterbitan desa-kcta {no-al urluin li~s} }'ll!I! sincrgis dan pembangunan daerah. Agropolitan menjad i relevan dengan wilayab perdesaan karena pada umumnya sektor pettanian dan peng•Jolasn sumbetdaya a1am merupakan mata pencaharian utama deri sebagian besar rnasyarakat peidesaan. Pengcmbangae kAwasim agropolican menekankan pam hubungan antaca ka wasan perdesaan dengan kawasan perxotaan secara berjenjang. Menurut
Elestiantn (2005)
koosep
agropolitan ditujukan
untuk
memperbaiki kesalahan paradigma pembangunan dengnn pusat pereumbuhsn
dalam meningkat.kan pembangunan pc:rdesaan, dimana kritik diarahkan bahwa kesalahan dalam pembangunan perkoiaan mengakibatkan cerjadinya dampak pengurasan sumberdaya di wilayah perdesaan, termasuk sumberdaya manusia dan sumberdaya alam, yang diekspolitasi dan diabsorbsi ke kawasan perkotaan lanpa memberi nilai tambah yang cukup bagi kawesan perdesaan, Agropo!itan
dari pemb"llgmmn pusat pertumbuhan, tetapi dalam pcspektif yang berbeda. Apabi]a dalaJn paradigma pusat pertumbuban. merupakan pelaksanwi pembangunan
infrastrui<:tur dik:~
mempercepat pertumbuhan
ekonomi
di kawasan perlcotaan 1mtuk yimg
selanj11tnya akan terjadi dampak
penetcsan kc kawasan perdesaae sebagai alcibat dari pembangunan di pusat pertumbuhan, maka dalarn koasep agropolillllt diarahkan pada pembangunaa intrasruktur di kawasan pecdesaan dengan wjuan pem bangunan fasilitas sekuncler industri di kawassn perdesasn, Deegan demilcian pusat kawasan agropolitan
21
diharapkan mampu lebih memberikan
dampak positif dan dnmpok g1111da lerltadap
hinle.rlantfnya.
Dalam kooscp agcopolitan diperkenal lcawasan agropolitan, yaitu suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan S-10 km dengan jumlah penduduk 50150 rilm jiws sena kepadatan minimal 200 jiwa/km2• Jasa clan pelayanan yang disediakan disesua.ikan dengan tingk.at perkembangan ekonomi dan sosial budoya sctempat. Pcran pus11t agropoli1an adalals unt11k mcolayani kawasan produksi pertanii.ut disekiwnya dimamt berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setcmpat. Fasihtas pelayenan yang diperlukan
untuk member! kemudehan
produksi dan pemasaran antara .lain berapa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-abatan,
peralaran dan lai11nya). sarana penunjang produksi (lembaga
perbankan, koperasi) serta sarana pemasaran (pasar, terminal, sarana transportasi dan lainnya). Dcngan dcmikian biaya produksi dan biaya pemasaran dapal
diperkedl deng411 meningkat11ya fakto,..faktor kemudahan pada kegiatan produksi dan pemasaran. faklor-filktor terscbut menjadi Optimal dengan adanya kegia1a11 di pusat agropoliian {Harun 2006). Dalam perkembangannya,
Friedmann (1996) melakukan
modifilcasi
konsep agropolitan, terutama untuk kawasan perdesaan berkepadallmnya 1i11ggi unluk menghasllkan lanskap pengembangan agropolitan yang bermacam-macam, yaitll: I. Kawasan perdesaan atau pinggiran kota dengan populasi penduduk to.000· I S.000 jiwa yang tersebar dalam area l0-1 S km2; 2. Masing-muing ka.,..asan mempunyai pw;at peliyaman y
Mai;i11g-m..sing pusat kawasan rerlmbung dengan pusat ka1VaS11n lain dalam jaringan jalan baik untuk pejalan kaki, sepeda, sepeda motor; bis dan truk;
5. Industri manufaktur kecil yang didisttibusikan pada kawasan dan sepanjang jaringan jalan;
22
6. Tujuan pengembangan agropolitan diciptakan dengan menyesuaikan pada paradigms regional, keseirnbangan dconomi kawasan yang diperoleh sepertiga
dari pendapetan pertnoion dan aktivaas yang berhubungan dengan penanian, seperempat dari industri, serengah dari perdagangan dan jasa serta sepertujuh dari pemerintah, Menurut Harun {2004) mengintegrasikan kawasan perdesaan dan kawasa.n
perkotaaa ke dalam distril agropolitan batujuan untuk menghindari tumbuhnya kota-kota diluar l.:endali sistem pengembangan wilayah agropolitan, Upaya ini selain menghindari adanya \ceseujangan antara pemukiraan yang ada dengan pengembaagaa
kota-kota
tani,
meogintegrasikan penduduk
lokal dala!n
pengembangan wilayah agropolitan sdcaligus mcningkatkan upaya meningkatkan fungsi desa dan kota yang ada menjadi kota-kota taai, MC!lllrUt Rondioelli (1985) dalam Rustiadi dan Hadi (2006), pcngcmbangan agropolitan di wilayah perdesaan pada dasarnya lebib ditujukan untuk meningkatlcan produksi pertanian dan
penj ua1an has i !-hasil pertanian, IIlCZldukung tumbuhoya induslri ogro-processihg skala kecil-111a1eagah dan mendoroog kcbetagaman alcth'itas ekonomi dari pusa! passr. Segala aktivicas hanis diorganisaS'bn terutama untuk membangun keeerkaitan an Iara perusahaan di kota deagan wilayah suplai di perdesaan dan
untuk menycdiakan fasilitas, pelayanau, iopat produksi pertanian clan aksesibilitas yang mampu rnemfasilitasi Jokasi-Jokasi permukiman di perdesaan yang urnumnya mempunyai tingkat kepadmn yang rendah dan lokasinya lebih menycbar. Investasi dalam bentuk jalan y11ng menghubungkan lekasi-Iokasi
pertanian dengan pasar merupakan swuu bal penting yang diper! ukan untuk menghubungken antara wilayah petdesam dengan pusat kota. Perhatian perlu diberikan terhadap penyediaan air, penmaban, kesebatan dan jasa-jasa sosia.l di kota-kota kecil menengah untuk meningbtk.an produktivitas dari tenaga kerja. Perbatian juga perlu diberikan untuk 1l1CD\beribn kesemparaa kerja di luar sektor produksi pertanian (off-farm) clan berbagai keayamanan fasilitas perkotaaa di kota-kota keeil-menengan di wilayah perdesaan yang bertujuan untuk mencegah orang melakukan migrasi keluar wilayah.
Persepsi daa Parlisipa.V ~asyarakat Menurtlt Thoha (1986) dalam Endaryanto (1999) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh scsconing di dala111 mcmahami infurmasi mengenai
lingkungannya, baik lewat penglihatan, peadcngaran, penghayatan, perasaan clan
penciurnan. Persepsi merupakan proses internal dimana seseorsng meayeleksi, mengevaluasi clan meng
Kunci untuk
itu menzpalcansuatu
penafslran unik terhadap situasi dan bakaooya suetu pencatatan yang benar tentang situasi, Mcnurut
Liulcj-O!in (1987) dalem llitdacyanto (1999) persepsl
seseorang terbadap suatu obyek bisa tepat dan bisa kellru. Paktor yang terpeming
untuk meagatasi kekdirt1an persep5i ada!ah kemampuan 1mt1.1k mendapatlcan pengertian yang tepat meagenai obytk perseesi tersebur. Pembenmkan persepsi pada din seseorang berlangsung melalv.i tiga mekanisme, yaitu selektifitas, pemaknaan dan interpretasi. Pada mulanya seseorang akan menanggapi secara
sclektiftcmadap setiap 1'111g5angan yang ada. Sdelllh rangsangan itu diseleksi dsn disusun sedemikian rupa, kemudian proses pemberian makna berlangsung dan akhimya tertlentuk1ah interprell!Si setar.1 menyeluruh terhadap rangsangan tersebut (Asngari 1984 dalam Eodaryanto 1999). Menu rut Gibson dan [vancewich (19'J7) dalsm Yulida (2002) pcrsepsi sebagai suatu bagian dari sikap, lerdapal tiga komponen yang rnempengaruhl
pandangll!l seseorsng ternad.:ip suatu obyek yaitu. kornponen kognitif, afektif dan konatif, Komponen kognltif berisis ide, anggapan, pengetahuan dan pengetahuan seseorang terhadap obyek benWarbil per1ga).aruan Jaossung yang dihubungkan dengan swn ber informasi. Betdasarbn nilai dan norma yang dimiliki scseoreng akan mcnghasilkan keyakina11 (belie/) evaluatif Komponen
afelr:iif
lerhadliJJ obyek tertentu,
menekankan pada perasaan atau emosi, dengan demikian
meru pabn evaluasi emosioaal dalam menilai obyek tertentu. Sedangkan komponen konatif
meoekankan pada kece.derungan
(te>idency) dan perilaku
aktual seseorang anruk melakukm tindalam sesuai dcngan yang dipersepsikan. Panisipas i
menurut
Davis (l 9&7) dalam Hanahap (200 l) adalah
kcrerli batan mental, piki ran dan peramn seseorang di dalam sirnasi lcelompok
yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan alas bantuan !erbadap
24
kelompok tersebut dalam mencapai ntiuan bersama dan terut berta11gsungjawab terhndap usaha tersebut. Sedangkan menurut Cohen dan Uphoff (1977) dalem Harahap (200 I) pamslpasl
adiilah keterlibatan
1uasyarabt
dalam proses
perencanaan dan pembuatan 1-eputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelal<sanaan
program
dan
pengambilan
keputusan
untuk
berkontribusi
sumberdaya atau berkerjasama dalam organisa~i atau kegiatan kbusus, berbagi manfaat dari program pemb4inguDan da11 evaluasi program pembangunan. Tingknt p3rtisipasi ma~yar.1kat rnenurut Dannawan (2003) dalam Pribadi (2005), didasarka:n pada bcberapa indikato1, yaisu sebagitj berikut: I . De(ajat .kedalaman keierlibatan individu dalam penge\olaan suatu program
pembangunan. Hal ini diindikasikan oleh seberapa besar sumbangan fisik, sumbangan psilcologis-menta~ ataulaih sumhangan energi.Jceu8Jlgan yang diberibn
oleh
individu-in
pengelolaan
walU
program
pembangunan.
2. Derajat .keberagitman piluilc yang terlibat dalasn pengelolaan program. Hal ini diindikasil
gender, kelas sosial, ras/etnis,
acama.
ideologi di kalangan individu-individu yang terlibat dalam proses penge!olaan program pembangunan, 3. Proses dialog atau proses komunikasi dalam pengelolaan program. Hal ini ditandai oleh proses penukaran dan akomodasi gagasan.
4. Kerjasama institesional, yaitu kolaborasi antar pihak di ruang-ruang kelruasaan yang berbeda dalam pengelolaau suatu program. Menurot Koentjaraningras (1980) dallllll Puj() (2003), tcrdapat dua hal
yang dapat mempeng:iruhi tingkat partisipasi, )'llitu faktor internal dan fuktor ebtmial. Kcdua faldor tersebut mempunyai kekuatan sendiri yang saling mengisi.
Faktor iniental merupal:an partisipasi yang muncul dari dalam diri manasia sendiri, yang dapar beJUpa anlara lain kepribadian, ~ikap, umur, tingk11t pendidilcan, luas Jaha11 garapan, tingkat pendapatan, kesesuaian program dengan kebutuhannya.
Sedangkan
fakeor ckseemal merupalcan p.11tisipasi brcna
dorongan, pengaruh, rangsangan bahlcan tekanan dari luar, yang dapat berupa antara lain bubungan, pelayanan dan komunikasi dengan pengelola program, kegiatan sosiahsasi dan pc:nyuluhan. kondisi lingkungan dan sosial budaya.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Kabupaten
dilaksanakan
PurbaLingga,
Bungakondang
meliputi
di
Propinsi
Kawasan Jawa
Agropolitan
Tengah.
Bungakondang,
Kawasan
Agropolitan
34 desa yang terdapat dalam 4 kecamatan, yaitu
kecamatan Bukateja, Pengadegan, Kejobong dan Kaligondang.
Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan September 2006.
PETALOKASI PENELITIAN 1
o
I
S Kilometers
s
Sumber: Peta AEZ Kab. Purballngga Skala 1 : 50.000
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Ra.ncangan Penelitian Untuk mencapai
tujuan maka dalam penelitian ini dilakukan
analisa sebagaimana tersebut
dalam
Gambar 3.
Pengembangan
analisakawasan
agropolitan mensyaratkan suatu kawasan yang rnemiliki daya dukung dan potensi fisik wilayah yang rnemadai sebagai kawasan pertanian, antara lain kesesuaian lahan untuk beragam komoditas pertanian. Analisis fisik wilayah yang dilakukan adalah analisis spasial dengan delineasi terhadap peta agro ecological zone
Kabupaten Purbalingga slcala I :50.000. Hasil yang diperolcli berup.1 peta-peta kesesuaien latian untuk beragam kornoditas pertantan, Berdai;:,rb.n hasil kesesuaian lahan lni dapat dilakukan pewilayahari k:awasan pertanian, Analisis selanjutnya adalah analisis hiTCU'ki wilayah untuk menenmkan
desa pusat
pelayanan dan pertumbuhan denga11 me11ggunaka11 analisis skalogram. Desa yang menjadi pusat pelayanan dan pert11mbuhan adalah desa yang rnempunyai indeks perlccmbftligan wilayah tertinggi. Persyaratan kawasan agropolit.an yang lai11 adalah memiliki sektor dan komodhas 11og11ulan yang mampu menj4di prime
mover kawasan tersebut. Untuk penentuan scktor 1111gg1ll1111 dilakukan dengan analisis shift share dengan data l:'DRB kawasan agropoliten dan kabupaten dalam
dua litik Mhun. Penentu.an komoditas unggulan dilakukan dengan analisis supply side yaitu Loeauo» Quotient (1.Q), Localizatio11 index {LI), Specializalion 1111kx (SJ) s;:rtl enalisis RIC raiio dan deskriptif pasar. Sedangkan dari sisi sosial
dilakukan 811alisis perseps! dan puiisipasi
program
mpi;yarakat terbadap
pengembangan kawasan agropolitan. Hasil persepsl masyarakat yang telab diukur kemudian dilalcukan analisis statistik non parametrik dengan chi-al/fl(lll untuk mengetahui hubungan antsra lokasi dan jenis komoditas dengan til\8kat persepsi. Sedanglcan analisis r:hi square untuk partisipasi masyarakal dipergunakan untuk mtngellllmi hubung•m faktor-fakror yang mempengaruhi
tingkal palllsipasi
dengan ti11glrat partisipasinya. Sini:esa penelilian ini beropa rangkuman serta keterkaitan
dari
analisis-analisis
yang telah
dilakul:an
beropa
atahan
pengembangan kawasan agropolitan. Metooe Pengumplllllo D1d1t Ptmgumpulan data dan infonnasi untuk penelitian ini adalah :
a. Data sekunder Data sekllnder yang dikumpulkan dalain penelitian ini dipemleh dari berbaeai lembaga atau dinas terkait, yaitu Biro Pusat Stalistik Kabepaten Purbalingga, Bappeda Kabupaten
Ksbupaten
Purbalingga,
Purbalingga,
Bagian
Dim1s Pertanian
Bina dan
Purl>alingga. dan insmnsi-instansi terkait lainoya.
Perekonomian Kehutamm
Setda
Kabupaten
2.7
b
Data Primer berupa Wawancara dan Kuisiooer Data primer diperoleh dengao
wawancara dan kuisioner. Wawancara
dilaltuloln secara semi terstruldur dengan informan-infonnan kunci, yoitu dcngan pihak Pemerietah Daetah Kabupaten Purbalingga, yaitu Bappeda l'Ubupaten Purbalingga
dan Dims Pcrtanian dan Kehutenan Kabupatcn
Purbalingga. Sedangkan pengumpulan data Qlam bentuk kuesioner ditujulam
kqiad.t masyarakat (pctaru'). Panilihan responden petani dilakubn secera 8':8k nemun tetap representadf S>:SUai dengaQ pengelompoken karaklerisik ~g ditem u \ di lapangan, .Ksn:oa iw, dalam pcme Lilian ini metode sumpling y11ng digunakan adahb slralifia} rundom sampling. Strati!ikasi dilakulcall berdasatkan lokasi desa yaim di pusat agropo litan dan di desa htn1erlan4-nya.
Jen is dall Su1nber Data Penelitian ini menggt111abn dua jcnis data, yaitu data primer dan data sekunder, Data ptimer diperoleb dalJ dikumpullwl Jangsung dari responden dan infonnan kunci di kawasan Agropolilml Btmgskondang. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari insunsi-instansi yang terkait yang telah
tcniedia dalam bennrk dokumen, SIUdi 1iteratur .rnoupun pcta, Data dan informasi yang diperlukan sruara lain Japal dillbat pada Tabel I.
28
Tabel I
Tujuan, metode analisis, data, sumber data da11 outplll
No
Tujuan
Analisis
Meng.,~hui pewilay•haa l
AmUsis .s;>osinl deng0rt
I.
llt:)in...,; ""'"
At'.Z
Data Kengaan lisik,
Sumbctdata
hiofaik wil•y~h dan p<:r.iyaratan
Peta Apo l!oo- Peta k<:rnamp..,n, logical Zo•e k~s11aion lahan 1:50.000 clan p
lumbuh tanaman
koo>Odiw penanian pada kawa...,. ~illln
lahan.
2.
Mengelaltui himtl deslM!esa pusat pdayanan dalam ""'·~ litan
3.
Allalisis
S!calogram
In~&. f»ilil&S desa,
hetupa '"""11ta
Hirarkidesa-des.t
Data l'Oleml Desa lahun 200~
pus.t pe)oyalWI dalam bw.nan •s· IVp<>lil:ltl
~erintahan. perel"On()tl'lian dan kemuyarabWI
•!!"'!»"
Mei>se unggulan l
Output
Shift sifON
Anali~i:s
PDRB K"'6Mot· an dan Kaoopaten
Antlisls LQ. Sl)e:Sf~i$.?.$i dan lokallwl
indelco
Prodllksi, komodiWpMMian ianaman ptngan, petkebiuwi, peiemakan dan
pcrikanui
lndikosi $tktor b3Si• clan seklor
PDRBKccalllalllll &. KaJ)Qrell l"h. 2000
-
2002 Kabbpal•n& Kecama!an
lltlggulan lndikosi komodilllS ololn
lamanSka lahun2005 Petta1'ian dolam angka
lldtun ~00' 4.
Mengelahui persepsi clan partisi!"'si masyarakat dalom pengembllngan lcawasan agropolilall Sella f.ikt«-fakrot )'>Ill!
mempcngonihiny~.
Analisis Chi-
P=tJ&i :aspek
Squan
kognltif, kor.atif dan afektlf. rarti~ipasi : tingkal, bcntuk. k<:dalaman. lo· munlka;j lc~rapinan, kcrja~dellgan faltor peu!)ah
umur, lilt£)(ai peadidiklln, lt121 gaiapan, clngbt pmdapalan, l)Clldunpingan,
ro.nunik.Mi& sosialiSGSi, lCl.l:rbuban,
kelembagaan
mas)'a~b.t.
"'"'fw yang 4epat dipe
WawllllCanl & Tfogkal~( Kuisioner ""'syaru.t
dom samp//tig
faktor yar.g mempenganihi>tya daloin pengembangilO
kaw11S311 •giopu· litan
I
i c:
~
f·---~
'Ii"·I ., ...a Q..'<
.a
el
c:! ~
.." ...,.,
e e
'l'I!
~
t!J?? ""11 fl·· ... ~
s~ ~
il!2
~
~~ c ..
......
ii
ji
8' 'iii
ii
~
.i~..."'a~ ! I! ~"TO
-~
lii~
it
.Ill
~
!!
:r; -
li l\i
..!! ./l!
]. e
·~,.. 8. "' i:! ~ ~
... Ji
J!::. .sI!
.?~
![
... " 11"'
~i
,2.~
i"'
a. ,.
"'! iP n,
~£ <"'
Metode Analisis
Data )'\U\g telah diperolel! kemudiar1 di1111alisis
s.:SU
de11gan 111jua11 yang
akan dlcapai. Analisis yang dllaksanakan pada penelinen i11i adalalt I) analisis
kemampuan dan kesessuaian lahan, 2} analisis pusat pectumbultan dan pelayanan, 1} analisi~ sektor unggulan, 4) analisis lmmoditas unggnlan, S) analisis persepsi ciao tingkat partisipasi masyarakat serta faktor yang mempengaruhinya. ADalisis Kemampuan dan Ke$es•aian Laban Metode ini dipergunakan untuk menelltukan pcwilayahan komodiias pertanilan pada kawasan agropolitan Bungak.ondllllg betdasarkan lremampuan dan Jresesuaian lahannya. Data yang dipergunakan adalah Peta Agro Ecological Zo11<1 (AE7.) K.abupateii Purbalingga s.kala l :S0.000 dari Bslai Pengkajian Teknologi Pe!Wlian (BPTP) Jawa Tengah pada tahWI 20()2. Dengan meaggunakan peta AEZ tersebut dilakuklln analisis desA. m,Jy dengan analisis menggunabn
Sistem
lbformasl Geografis (SIG) rerutama clelineasi peta terhadap kemamp11an da!l
k.escsuaian lahan IDltuk berbagai macam komoditas pertanian pada kawasan agropoliten. Hasil yang diperoleh berupa peta-peea fisik kawas~n dan kesesuaian lahan untuk bcragam komoditas pada kawasan agropolitan, yaitu : l. Pela topografl, 2. Peta landuse, 3. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komodiras pertanian tanaman pangan dan
sa)'1ll11fl, yailU padi, jagung, ubi kayu, kedelai, kacang ranah, kacsng plllljang,
cabai dan kubis. 4. Peta kelas kesesuaian lahan Utl(\lk komodlllls tx:rkebunan, yairu cengkeh, kopi, lada, melati gambir dan kelapa, S. Peta kelas kesesuian lahan untuk komcdites buah-buahan, yaitu durian,
pisang, salak, jenrk sUun, nanes dmt mmbutan. 6. Pela kelas k1:5esuaian lahan untuk. komoditas empon-empon, yaitu jahe, kunyit, kapulaga dan kencur.
31
Selanjutnya ditentukan pewilayahan ~
p..00 kawll.SM agropolitan tersebet
berupa kawasau budidaya yanu : I. Kawasan pertanian inteosif. 2. Kawasan pertanian semi inteosif. 3. Kawasan pertsnlan non imensif
An•lisis PIWlt PertvmbU.an dlD Pusat Pelayaua11 Analisis pusat penumbuhan dan pusat pelayanan kawasan agropolitan dengan cara mcnentukan hirarlci desa-desa menggenakan metoda skalogram. Dalam metode skalogram, dilakulwt iderltiftkasi jenis dan jum{ah fasilitas yang diperlukan se~i SOC yang m«ldulrung perkembangan perekonornlsn di l:awasan agropoli1a11. Selunzb f.isilitas umum yang dimiliki olell setiap unit wilayah didata dan disusun dala!n satu !abet
Fasilitas ini mencakup tiga
kelompok utama, yaitu : I. Prasarana pemerineahan, melipoti fiisilitas pemerimaha.n umum, kesehalan, pe11didikan dan lainnya. 2. Prasarana pueko11omian, meliputi fasilitas pasar, perbankan, tel1
kelembagaan masyarakat
dan Ialnnya. Data yang dipergunakan bersumbcr pads data Poteosi Desa Kabupatcn Purbalingga tabun 2003 yang uikduarbn otcl! BPS. Dam-data potensi desa yang di perguoakan adalah : I. Data ke~udukan.
kc:luarga
)'311g
yaitu jumlab penduduk, j umlah keluarga, jum lah
me(tggunakan listri!c PLN, jumlah keluarga yang menggunakan
air bersih PDAM., jumlah ke!uarga yang memiliki telepon d"Z! jumlah rumah permancn, 2. Data sarana dan prasarana dasar, yaitu kantor kecamatan, kantor desa, TK. SD, SLTP. SLTA, lembaga pendidikao & ketrarnpilan, pondok pesanrren, program kejar paket A, program kejar paket B, perpustakaan. masjid, sw-au, geeeja, paser, pasar hewsn, IUIJla!i sakit, rumah bersalin, poliklinik/ balai pcngobatan, puskcsmas, puskesmas pcmbantu, apolilc/lolw obat, tempat
32
praktek dokter, praktek bidan, pohndes, kantor pos, kantor pos pembanru, koperasi! KUO, toko/ kios, rumah makan, wartel. penyewaan vide-0, lapangan olahraga, termi11al, lapang~n udara, penggilingan padi/RMU, kantor bank umum da11 kantor BPR. T shap-tohap dalam pcnyusunan ska\ogram edalah scbagai bcrikul: I. Mc11yusu11 fltsilitas sesuai dengan l?(U)"!baran dan jumlah praljl;lr.ma di d!itlam
unit-unir desa. Fasilitas yang rersebar merata di seluruh desa diletakltan dalam urutan paling kiri clan seterusnya sarnpai prasarana yang terdapat paling jarang
penyeharannya di dalam seluruh lmit desa yang ada diletaldcan di
kolom tabel palin!! kanan. 2. Menyusun desa-desa sedemikian rupa dimona uni! desa yang mcmpunyai ketersediaan fasilitas
paling lengkap terletak di susull3JI paling atas,
sedangkan unit desa dengan ketersediaan fasilitas
paling tidak lengkap
terletak di susunan paling bawah, 3. Menjumlahbn selurult fasilitas sec8lll horizontal baik jumlah jenis fasilitas maupUll jumlnh unit f&9iliw di sdiap unit desa. 4. Me1yumlahkan masing-masiag
unit fosiliias
secara vertikal sehinggii
diperoleb jumlah unit fusilitas yang tersebar di seluruh unit desa, S. Dari basil penjumlahan ini diharapkan diperoleh uruum, posisi teratas merupakan desa yang mempunyai fasllitas terlengkap.
Sedangkan posisi
terbawab merupakan dcsa dcngan kcterscdiaan fasiliuis paling tidak lengkap. 6. Jika dari llasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua desa deagan jumlah jeois dan jumlah unit lissililas yang persis, mab peltimt>a11gan ke tiga adalah jumlah penduduk.
Desa dengan jumlah penduduk lebih tinggi
dilelakkM pada posisi di aras,
Tabel 2 Skalogram kawssan agropolitan Dcsa
Peadudukf
-
Fasilitu
-
-
'"""lum!all Jvr.is
Juml1h Unit
lndeh
r
Hitarki
! ! (
JIJl>llah
Disamping cara metode skalogram tersebut juga terdapat metodc lain yang merupakan modifikasi dari metode skalogram yang disebut dengan penentean
33
indeks perkembangan desa, Pada me!Od<: iai dilidcukan perhiumgan nilai standar dev iasi dari j um lah fasiI illls yang ada, Nilal ini akan digunakan untuk me-nghitung indeks perkembangao desa daa mengelomp!>llin unit desa tersebut dalam kelas hirarki. P(ngelompoklcan hinrlti tersebut berdasarkan asumsi terdapat tiga kelempok kelas hirarki, yaitu : I, Kclompok desa dengan tingkat perkcmbangan tinggi, jika nilai indeks
pctkembangan
+ nilai rata-rata]. 2. Kelompok desa dengan tingkat perl<embangan sedsng, jilca ttilai indeks
perkemlxmgan desa antara nilai l'llta-Bla sernpai (2 x standar deviasi + nillli rata-rata). 3. Kelompok desa dengan tingkat perirem bangan rendah. j ilea "ilai in~ks
perkembangan desa kutllllg dari nilai ~rata. Dari hasi l skalogram deagan indeks hiRirki lni dapat ditentukan hi~ki desa-desa, dimana desa-desa yang tnanpllllyai tiogkat perkembangan tinggi
mempunyai potensi sebagai pusar patumbuhan dan pusat pc layanan dalam
lcawa.san agTOpolitan sedangkan ~
yang tinglcat perl;embangan sedang dan
rendan eenderung sebagai wilayah hbderlandnya.
Ana~
Seloor Uuggub.11
Untok mengetahui tingkat pcrkeinbangBJI perekonomian dao rnenentukan sektor unggulan dalam ltawasan agmpolitan dipergunakan metoda shift share. SJiifl...jhare analysis merupakan sal.ah satu
metode uDtUk menganalis(s
pertumbuhan wilnynh. Dengen analisis ini, penyebab-peeyebab pertumbuhan dan
potensi peningkatan pertumbuhen di m.asa mendatang dapat diidentitikasi (Nugroho &: Dahuri, 2004}. ~
analysu adalah teknik analisis untuk
memahaml pergesenm Sll'Uktur alctMtas di suatu lolcasi terteolll dibandin&kan densan suaru zeferensi (dengan cabrpan wilayah lebih luas) dalarn dua titik wakru,
Analisis
shift·sllllr-e
™jehiska n
kernarnpuan
bericompecisi
(co111pe1ttive11t1.s.i) sektor terteem di $U8tl1 wilayah secara dinamis atau perubahan sektor dalam cakllpan wilayah lebib lllllS, !cinerja (peiformance) suatu sektor di suatu sub wi!ayah dan membandi11gbnnya dengan kinerjanya di dala!n wiiayah
34
total, serta membeelkan gambar.m sebab-sebab terjadinya pertumbulian suatu sektor di suatu wilayah, Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah mlvitas sektor-sektor perekooomian dalam ka~ perekonomian
kawasan agropolitaa
agropo!iran remada11 selurub aktivitas dan lerbadap
aktivitas
perekonomian
kabupaten, Data yang dipergurukan edalah data Prociuk Domestik Regional Bruto (PDRB) sekt-0ral lcecamatan-kCO'matan
sebab dari dinami'a uhul"''""-
Hasil analisis 1hif/ share
memberilam gambaran ltinerja alaivilas di suatu wilayah. Gam baran kinerja ini dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil aoalirls, yaitu : !. Kompenen laju pcrtumbub
menyaiakan pertumbuhan kawasan a&J'OPO litan pada dua titik waktu yang menunjukkan dinemlka total aktivitas dalarn kawasan agropo!itan. 2. Komponen
pergesenin
proporsiont.l
(komponen pP'O]X>rtional
sfuji}.
Komponen ini 0tenyutakan pcttumbuhan total sektor tertentu secara relatif, dibandingkan deugan pertumbuhan secara umum dalam kawasan agropolitan yang menunjukkan dinamika sektor dalatn kawasan agropolitan. 3. Komponen pergeseran diferen.sia{ (komponen diff~rentialshij/). Komponen ini menjelaskan bagaiinana tcrtellt1'
tinskat kompctisi (competuivencss) suaru sektor
dibandingkan dengan permnibuhan
to~f scktor tecsc:hut llalam
kawssan agropolitan. Kornponen ini mcnggambarbn
dinamika (keanggulan/
kctidakunggu!an) suatu selttot tertenm di kawaS8lt agropolttan terhadap sektor tersebet dalam kabupaten. Persarnun analisis shifi-sltare ini adalah 5ebagai berikut :
SSA
-(- x .. ,,., - 1) + ( --x "''' x ...... ) l'x ... x ""' \J x x x + x <(••> ---x •<••! I)
••{"I
a
•-O'tl
~•O)
b
c
35
kcterengan :
a - komponea s'-e b = komp-Ont;tJproponionalshift c ~ kom~dijferenJial shift, dan X .. ~ Nilai total sd:tor dslern kabupaten X.i = Nllai total sddor tenentu dalam Kabuparen Xij = Nilai selctor tertenlll dalarn kawasan agropolitan t1 tahun 2002 to = tahun 2000 Melalui analisis shift shall iai dapat diketahui perbandingan relstif lingkat
=
perelconomian kawasan
serta
~ya
dan menjelaskan kinelja suatu
sektor tersentu daJam suatu kawasaa dan membandingkan dengan kinerja di dalarn wil~h
yang lebih luas. Sehingga dapat diketahui sekror yang dominan dan
unggulan yang dapat sebagal wktor primt mover pada kawasan agropolitstt cersiebut. Sekoor unggulan di
share kbih beser deri ~da 11ilai kooiponen share serta mempuoyai nilai diff=nsial shif yang positif. Selain itu juga pangsa sektor tersebut relatlf besai daa dominan tedladap perekOOO'!lialt ka...'11Sa11.
AulisU ICOIDOllitu Unggul1u1 Analisis untuk menentukan kornoditas unggulan dipergunalcan analisis l.t.ication Qucricn1 (LQ), Localization lndex (Ll), Specialization !rrie>:s (SI) serta snalisis deskriptif pasar agribisnis. Data yang diperguoakan adalah data produksi komoditas pertanian tanaman paogan. perkebunan, peternakan dan perikanan
dalam kawasan agropotitaa dan kabupaten pada t:ahun 2005. Data tersebut adalah : a. Produksi kornodlus pertanian tanaman pangan, yaitu padi saw11fl, podi gogo, jagung. ubi kayu, ketela 1'3lllbat, kedelai, kaeang tanah dan kacang hijau. h, Produksi komoditas perkcbunan. yaitll kebpa dalam, kelapa deres, .kopi,
cengkeh, melati gambir, lada, nilam. mlinjo, tebu dan empon-eeopon, c. Prodeksi komoditas petemakan, yaitu sapi, lcamhing dan unggas. d, Produksi komoditas perikanan daral
Menurut Balai Pengk.tjian dan P¢ngcmbangan Teknologi Pertani.an Depanemen Pertanian dalam Bachrein (2005), amilisis komodltas unggulan dilakukan melalui
tahap-tahap sebagai berikut, yaitu:
36
I. Me!aloikan idenritikasi komodita.s pcrtanian yang dikelompokkan meqjadi
tanaman pangan, pcrkebuoan, pe(mlakaa dan perikattan yang dihasilkan dawn h wasan tersebut, 2. Analisis kuantitatif dengan pawneter supply :ide dan analisis lokasi deegan menggunakan Locaiion Quatieni (LQ), Locaiisauon
Index (LI), dan
Specialization index (SI). Koefisien LQ memberikan indikasi kemampuan suatu wilayali dalem memprodubi
SWIUl komoditas dlbaridinglcan dengm
produksi komoditas tersebui IJO'la wilayah yang lebih Juas. Hasil analisis LQ perlu didukung oleh analisis koefisien lokalisasi (a), dan koeflsien Spesialisasi (~) yang memperlihatkan keunggulao lcornparatjf masing-masing komoditas pada setiap wilayah. location Quotient (LQ) mcnipilio
SIWU
indeks untuk membandingkan
pangsa sub wilayah dalam aktivitas tmentu dengan pangsa total aktivitas tersebe; dalam total aklivitas wt"4yah. Dalam penelitian ini, LQ meruJ)akan 111.Sio persentase dari total produksi
$W1tU
komoditas pada lcawasan agropolitan
terbadap persentase produksi total kOl\1-0ditas telhadap wilayah kabupaten. Persamaan dari LQ ini ada(ah : LQ.
= u
x,,1x,
x ~·' x
keterangan :
x'i X,
XJ X
derajat akrivitas produksi komoditas 1e11en1u dalam kawasan
agropollran
total aktivitas produksi komoditas dalarn kawasan agropolitan total aktivias prodllksi suatu komoditas pada wi !ayah kabupsten denijat aktivitlls produksi tofAI wilayah kabupaten
lnterprestasikan basil anatisls LQ adalah sebagai berikut : • Jika nilai LQ,, > I, maka haJ ini mcounjukkan tcrjadinya konsentrasl aktivieas produksi suatu komoditas di kaw11.SS.R agropolitan seeara relatif dibandingkan dengan wilayab. kabupaten atau terjadi pcm usatan prodeksi kemoditas di kawa.san agropolitan. • J ika nilai LQ,i ~ I, maka daWn lcawasan ~ropolilan ternebut mcmpunyai parrgsa aktivitas produksi
set:!t:1
dengan partgsa toea l da!arn kabupaten atau
konsentrasai aktiviw prodiiksi di kawasan agropolitan sama dengan ratarata total wilayah kabupeten,
37
- Jika nilai LQu -c I, maka dalam kawasan agropolitan tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dioondingkan dengan aktivitas produksi yang seeara umum ditemukan di sehiruh willl)'llh. Localiza1io11 Inde« merupakan salah satu index yang menggambarlcan pemusatan
relatif
suatu
aktivitns
produlcsi
dibandingkan
dengan
keeenderungan total di dalam wilayah. (ndelcs ini diperguuakan unt11k mengeiahul pcrsen distribusi suatu aktivitas tertentu di dalam wilayah dan untuk menentukan wilayah mana yang l)O(Cnsial untuk mengembangkan aktivitas rertentu. Persamaan Localizotion Index ini adalah sebagsi buikut :
LI,~)~~
{11>;-~}
lntciputasi hasil ll!lalisls Lor:ali
suatu komoditas pada
kawasan agropolitan oendcrung memiliki iingkat yang sama dengan perkemhangan wilayah kabupate11. Tingkat perkembangan alctivitas akan relauf indifferent di selunih lakasi atau aktivitas tersebut mempunyai peluang tingkar perkcmbangan relatif sama di .selunrh lokesl. - Jikll nilainya mendekar! l benuti sktivilas yang diamati aka11 cenderung
berkembang memusat di kawasan agrop0litan. Specialization
Index
merupakan
salah
index yang
mentigambarkan
pembagian wilayah berdasarksn ektivitas-akrivites y1111g ada. tertcntu
menjadi
pusat bagi aktivitas
yang dilakukan.
Lokasi
Persam1W1
LiJcaJJzaJton lnde« ini adalah sebagai berikut :
SI
I •
Kt.,{~- 1-4}
lnterpretasi hasll analisls Specializatio11 lntkx tersebut adalab : Jika nilainya mendekali 0 berarti tidak ada kekhasan, Artinya dalam kawes-an agropolitan tidak memililci aktivitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dcngan Jc11w11San lain.
Jika nilainya mendc:kati 1 berani lerdapal kekhasan.
Aninya dalam
kawasan agropoliian memiliki aktivitas khas yang perkembangannya relatifmenonjol dibandingbn dcngan l
3. Analisis keunggulan
kompetitif
untuk semoa komoditas
yang diunggulkan
dengan pedutungan rasio penerimaan/ biaya (RIC ra1io).
4. Seleksi kualiiatif yairu daya tarik serta daya saing agribisnis setiap kornoditas dan seleksi lrualitatif dengan rnemperhalikan orientasi paw, daya saiog serta tingkat komersialisasi komoditas tersebut. 5. Sehingga pada okhirnya dBpat dikelompoloom menjadi komoditas unggulan, komQditas potensial dan komoditas spesifik lokasi n1asi11g-111asi11g wilayab. Dengan demikian dapat ditencuka11 komodiias 1111ggulan dalam kawasan agropolitan tersebur, Komoditas u11ggulan didetinikan sebagai berikut ;
a. Komoditas mempunyai jumlab produksi yang baeyak, mampu mcncukupi .kebulUban bwasan agropolitan dan mampu mensapley kawasan lain (nilai LQ lebih besar dari 1 ); b. Produksi komoditas cenderuug mcmusat padla kawasan isgropoli
c. Budidayanya komodiras mempunyai nilai ekonomls (nilai RIC rasio diatas I). d, Komoditas mempunyai daya saing pasar agribi511is yang baik terhadap lcom-OditaS lain.
Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat serta Faktor yang Mempeogaruhinya
Pengukura11 terhadap persepsi dan tingkat part.isipasi masyara.kat dalam pembaogunan kawasan agropolitan dilakukan de11gan ~nggunaka11 kuisioner tetSUUkcur terhadap resperden petani yang bentda di desa l)llsal penumbuhsn dan desa hinlerland pada kawasan aRI'()politan Bu11gakond1111g. Metode pengambilan sampel responden dcngan cara sll'aiified random sampling. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam terhadap pengelola program atau Pemerinfah
Daerah, )'llitu Bappeda dan Dinas l'ettlnian & Kehutanan Kab11pate11 Pu.rbalingga. Dalain pcnclitian ini perscpsi masyarakat tcmadap program agropolitan diukur dengan indika1or yang meliputi !lga aspek, yaitu : I) aspek kognitif
menclcankan pada pengetahuan dan pandangan masyarakal, 2) aspek afeldif menelcankan pada perasaan, emosi dan ketertarikan, 3) 11spek konatifmenekankan pada keinginan untuk bcrtindak lllau melakukan sesuatu atas suatu tespon yang
39
dapat menunjang program agropolitan. Persepsi masyarakat terhadap program
agropoliian adalah sejauhmana masyara!cat mcngelahui
keberad111111 kawasan
agropolitan, kemanfaatan, llarapan, ketecurikan, respon dan keingi.nan untuk tertibat dalam program agropolitan. Persepsi masyarakat yang n:lah diukur kemudfan dianalisis dengan metode sratistik non psrametrik chi-square untuk mengetahui bubungen antara lokasi dan jenis komoditas dengan tingkat pusepsi masyanbt.
Lokasi tempat tinggal responden terbagi mcnjadi 2, yaitu :
a. BertCl!lpat tinsgal di desa pusat pertumbuhan;
b, Be11empat tinggal di desa hinterlaltd. Komodiw yang dibudidayakan responden terbagi datam 4 kelompok. yaitu : a. Persawatian dengan komoditas utama padi sawall; b. Tegalan I dengan l:omoditas utama melati gambir dan jeruk; c. Tegalan 2 dengan komoditas utama ubi kayu dan jagung d. Pcrtcebunan dcngan komoditas utama lada dau buah-buaban Panisipasi masyacakat remadap proses pembangwian terbagi ditlam empat tahap, yaitu partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, (llll'tisipasi dalam pelalcsanaan, partisipasi dalam pengawasan dan evaluasi, serta partisipasi dalam berbagi maafaat, Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah umlll', pcndidikan,
luas lahan,
penyuluhan, pendampingan,
pcndapatan,
keterbukaan
kelembagaan,
pemerintah,
sosiilliS11si dan
kesesuaian
program,
mantitat program serta jarak ke kantor keeamatan. Definisi operasional variabel yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi dan faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
40
Tabet 3 Definisi operasional vsriabel tingbt partisipasi Ne. I.
Variabcl Kedalaman
penisipasi
Definlsi
Paramder
lndikator
Scja\Jhinana ketcrh'balaa m~akat dolam partisipui
a. Domngan
a. lni:siottlf S<:lldiri b. Masya-al'3llkel001pok e, Pemetintah b, PettnCS118an dan a. Tidak dili b111.kan peosom~ilan b. Mcngilu4i rapal k<1AJtuS¥n c. Membenbn saran cla1 ilwt dill.., pengambilan kq>utuSlll\ c. Pelalcsanaan .. Tidsk di libelh• b. Me•gikuLi kegiun penlsipesi
c. Membmlcan sumbang&r1
d. Pengawasan du> Evaluasi
dana alllu 1er1aga
a. l1dak di liblllkan b, Mela frulain penga""""' e. Mcmbctikan krilik dAn $itlltl
e, Hat menikmati
2.
!Uol>eragaman
pibakyang dilillalkan 3.
4.
Sej•uhm- k
Proees JialQ¥ din komunikasi
Sejauhmana Pc:mainlah melak.kan dialog din tomu-
Kcrjawna
SejauhlTWla kerjasana 1,.,i...,, prosram antara nntah dc"V" "'~
nilwi dengan rnasyaribl
pellge· ~
mllnfilat ( Kttnandlr-ian mas;raratai a. Keben1Qamao
a. lldak ada b.Ada
a. Tidakada b . ..W. a. 1'odak
kdompok
b. Hsnya sebagian
masy•rakst
e,
a. Hal: pertlsiposi
Semua lcelotnpok
a. Tidal< ada
b. Hanya ditarnpung saja c. t'li•erima dan d~:tkornodir b. Proses k0111\l<' a. S"""'l' nirui b. Dua Otl!b a. Kcm\traan m1.1 o. Tidakad;kerjasama ~·· b. Ada lolaan program b, Upay> pember- Q, 11dal> ada (byaan masyat•· b. Ada l:st ol
41
Tabel 4 Defi11isi opezasional variabel y1211g mempcng4r11hi tingkat partisipasi No. ).
V.arlabel Urnur
2.
Penclldlkan
3.
Lu:isloluin
4.
Pendapalan
5.
Kd..mbog.an
6.
S
don ~n!luhan 7.
Pendampin11ail
II.
Kttetbuk!Wl
9.
K~uaian J)tt>BIM'
10.
Manfoat
program I 1.
l•ralt
Der.nili
Masa bid~rtlll.g
dari lahir saml"'i d"'SM poda -I ~elitfan Tingla11 pencidikan formal yan~ ~llh ditempuh
lnctil
Parameter a, !!; 40
b.41· 5() C.>~ a.SD h. SLTP c, SLTA lllau lebih ringgi L 1.0 Jwnlah pengl\a. IJuca Kcgillfan telembegaiin pctani Keaktililn a. Tidal attif dal~ mcnsosialisasikan dan kelembagaan pcwii b, Culwp alotlf pelah""un 1Jlr<)])nlil8n e, Sane! aktif Kegi:atan ..,,.iali:wi dan Ada .W. tidak ..,,;• ._ Tidak ada '""yuluh•n yang dilakukan alisa.si dan b. KWllllg oleh Pernerintah Dacrah ~:!!,!luhan c.Cuku2 ~&Ian pendampingsn )'211g Ada BtBU lidak pen· .. Tidak ..,. dil.ola>lc8!1 ole/i J>""'erintrlz ~ing..n b, Kunoas D..ctah ""1ame pela"""'1aan c.Cukup ~gram titOOOlilan Sikap ketetblikaan don ako- Ada atau tidak a. Kurana 1edlub modasi Pemerlntal\ lerl>edap k«erbllkaon b. Cukvp t«Ouka 2,lj?in1'ima,,,}'.atakat c. SanE!! ttrtiula Ktse$uaian program kcgiatan Ma atau tidak a. Kurang sesuai 3krn
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dil.'lkubn analisils~tistik deskriptif dengan metod.\ chi-square untuk menge!ahui hubungan lingkat pertisipasi de11ga11 faktor yang mempengaruhi partisipasi baik filktor intrinsilc dan ekstrinsiktersebu,
KONDISI UMUM WILA Y AH. PENELITIAN
Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah.
Wilayah
Kabupaten
Purbalingga terdiri dari
18 (delapan
belas)
kecamatan dan 239 (dua ratus tiga puluh sembilan) desa/kelurahan. Secara geografis Kabupaten Purbalingga terletak pada posisi 101° ll' -110° 18' Bujur Timur dan 7° 10' - T' 29' Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Purbalingga seluas 77.764, 122 ha yang merupakan bagian 2,39% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah denganjumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 871.840 jiwa. Batasbatas administratif Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut: - Sebelah utara
: Kabupaten Pemalang
- Sebelah tirnur
: Kabupaten Banjamegara
- Sebelah selatan
: Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas
- Sebelah barat
: Kabupaten Banyumas Peta Kabupaten Purbalingga 0
1
5 Kilometers
Jalon N. A/SUIV!i l
~:~~E.JA
i
KEC.KlfrMAAI KEC.MlEBET KEC. P"OIWARA
~
KEC. REMBllNG
KEC. KEMl\NGKON KEC. KERTAl'EGAAA
KEC. PENGl\tEGAN llt:-C.PIJRl;IAUNGGA
$umber: Peta AEZKab. Pt.rballngga Skala 1 :50.000
Garn bar 4 Peta administratif Kabupaten Purbalingga
43
Visi Kabupaten Purbalingga tahu!i 2005-20 !O yang men jadi pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Purballngga adalab "Purbulingga yang Mandiri dan IJenJoya Saing melfl{fU Masyarako: Sejahtera
yang Berokhlak Mulia ", Secara meliputi dataran tinggi di bagian
IOpOgnlfi 111ara
wila)'ah Kabupaten Purbalingga
dan dataran rendah di bagian selatan.
Wilayah bagian utara terletak di kaki Gummg Slamet dengen ketinggian antara 400-1.122 m dpl. Temperatur berlcisar 22
"C -
28
•c
dengan curah hujan
mencapai 3.SOO mm - 3.575 mm. Kopdisi wilayahnya pada umumnya berbulcit dengan kc:lerengao relatlf tinggt, Wilayah bagi81'1 utsra ini meliputi Kecamataa Karangnja,
Boborsari,
Mnbet. Karangaayar,
K utasari,
Kuangmoncol,
Karangj3lllbu, Kenanegara. ~mbaag dan Bojongsari. Sedangl:an wilayah bagian
selatan terletak pada ketinggi an 42 - 116 m dpl, temperatur berkiser 28 - 32 °C dengan curah hujan mencapai 2.500
3.500 mm. KOlldis[ wilayabnya relatif
dlstar dengan kclcn:n~ rendab. Wilayah bagWl selatan ini meliputi Kecamata11 Kej<>bong,
Pengadegaa, Kaligoodang,
Kemangk:on, Bukateja, Purbalingga,
Kalimanah dan Padamara. Penggunaan lahan Kabupateo Purbalingga pada tahun 1998 dan tahun 2004 adalah sebagai berikut : Taool S Penggunaan lahan di Kabupalal P\l.rlzjingl:\a Pen~unaan Lahan Sawah Perbmpungan
Tahun 1998 l.uas (Ha} % 18.3 !3.29 19.162,61 4.532,35 20Jl7,35
23,SS 24,64
!6,42 95,36
I !.328,02 3.9~13 Jumlah 77.764,12 Sumbcr: BPS (1998, 2004e)
Kdiun Campur Tega]an Perlo:ebCllla!l
Perikanan Hu~ Lalli-lain
Tahan luas(Ha} 21.892,23
2004 %
19.074,&2
28,15 2.4,53
4.532,35 17.344,04
22,30
0,02
16,36
0,02
0,12
95.36
0,12
IS,57
S.83 26,13
5,83
11.328,0Z
]4,57
S,14
J.4&0,94
100,00
n.164112
4.48 100,00
Perubahan % 4,60
-o.i l
0,00 -3,83
0,00 0,00 -D,10
-0,66
Dari tahel tersebut terlihat bal\wa pola pemanfaaten lahan sclcitar 50% dipergunakan
sebsgai lahan pcrtanian yairu untuk sawah dan tegalm Secara
um um ta1lah di Kabupaten Purbalingga kondisioya relatif subur, sehingga dapat
44
dibudidayaluu1 untuk beragam jenis tanamen. Jenis tanah dan fa\ctor kemampuan tanah di wilayah Kabupaten Purbalingga dapat dil:.1jikan dalaln tllbel berik11! ini : Tabel 6 Jenis tanah di Kabupaten Purbalingga Jenis Tanah
La!osol Co.klat & Regosol Coklal Ahwial Coklat Tua La1CSOI Coklat darl bahan induk vulkanik Latosel Merah l
·-·-·
Luas Wilayah Ha 14-.943,?5 19,22 13.&37,50 17,?9 3.490.62 10,92 4.49C,37 S,78 6.~37,SO 8,02 5.6&,.50 7,28 568.75 0,74 J0.050,00 12,92 ___::l::..:l.-"47""5..,,l.::.2 __ ~""17"".3"-'3'77.764,12 100,(l()
Sumber : Bappeda (2004)
Pcrckooomian Kabupaten Purilalingga selama tahun 1999 Slllllpai 2004 mcnplami
pcnumbuhan. walaupun relatif rcndah. Hal ilU tercennin
dari
perkembangan PDRB Kabupaten Purbalingga dari tahuQ 1999-2004 sebagai betikut: Tabcl 7 Pcrkembangan PDRB Kabupaten Purbalingga tahun 1999-2004 Tahun
Produl Domeslik Regional BrutCl Hru:gn Ber14ku (juia Rp)
Perftlmfluban
Harp Konstan 1993 (illta Rp)
1999 l.322.318,83 2000 1.465.060,09 2001 l.i12.131,99 2002 l.904.743,38 2003 2.124.063,33 2004 .2.)43.11?,11 Sumber: Bappeda (2004)
595.126.84
611.664,77 629.866,08
649.626J(l 675.489,59 705.346,98
l!konomi (%)
1,10 2,79 2,98 J,14 .3,98 4,42
Sedangkan dari sisi sektor ~lconominya, pertaman masih merupakan sl:klor
terbesar dan dominan flagi kegia1l!ll perekonomtan di Kab11paten l'urbalinggo. Walaupun dalam perkembangannya peranan sektor pertanian menunjukkan tren yang menunm. Sektor yang menunjukkan peningkatan adalah antara lain sektor induslri pcngolahan, sclctor pcrdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan dan jasa perusahaan. Perkcmbal!gan PDRB sektoral Kabupaten Purbalingga
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 8 PDRB Kabupaten Purbalingga lahun 1999 dan 2004 menurut lspangan usaha Lapangan Usaln
Tahun 1999
-JuraRp. --% 190.357,0S 31,99 1.989,97 0,33 66.351,61 11,IS 4.375,85 0,74
Pertanian
J>ertwbangan Indusui p"'1golahan Lis11ik, gas dan air
Tshun 2004 2.467.21 81.233,14 6.987,09
% 30,.SI 0,35 ( 1,52 0,99
Perubahan % -1,48 0,02 0,37 0,25
JutaR2 2\S.225,83
bemh
Baagunan
27.678,73 102.911,23
17,29
34.9lt,43 12S.802,S9
4.9S 17.&4
0,30 O,S5
38.106,38
6.40
43.006,67
6,10
-0,30
24.194,32
4,17
33.242.37
4.71
0,54
Jasa-.ia&t 138.560,70 TotalPORB S95.126,84 Jumlab penduduk tengah 824.477 tahun PDRB ~ bi>ita (R2L_ . 721.823,46 Suniber: Rapped& 2004
23,28 100,00
162.453,<6 705.346,98 863.818
23,03 100,00
..0,25
Pe~,
hoteldan
4,65
reslOlllll
Penganglmtan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusaltaan
316.545,82
4,77
13.12
KA'll'asaa Agropolitaa Buagakoodaag Untulc menlngkatkan
pembangunan
wileyab perdesann dan sc:ktor pertanian, Kabupaten Purbalingga sejak tahun 2005 mengembangkan kawasan 11gropolitan pada 4 [empat) kecamaian, yaitu keeamatan Bukatcja, Pengadegan, Kejobong dan Kaligondang yang meliputi J4 desa. Kawasan agropolitan rersebnt diberi nama "Bungakondang"
yang merapakan akronirn dari 4 kecamatan
tmebut. Pada tahun 2006 ini pengembangan kawa.san agropolilan Bungakondang
barn pada tahap owal pelaks6naan. Kawasan agropolitan
Bungabmdang
meQJpllilyai hias laltan 11.090.000 Ha, yang terdiri dari lahan kering seluas 4. I :S.3.000 ha (37,45 %) dan lahan sawah seluas 2.~02.000 ha (22.56 %). Dengan demikian kawasan agropolhan Buagakondang lebih banyak. merupakan lahan leering. Dilihat dari PDRB Kecama1a11 dalam Ka111asan Agropolir~n pada tahun 2002, perekonomian kawasan agropolitan didominasi oleh sektor pertanian yang me.ocapai 39, 7 I % dari total kegiatan dalam kawasan tersebut. Secara lengkap PDRB Sektoral Kawasan Agrop0litan Bungakondang Tahun 2002 adalah sebagai berikut:
46
Tabel 9 PDRB Kecarnatan-Kecamatan dalam Kawasan Agropolitan tahun 2002 Lapangan Usaha Bukateja Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, persewaan & jasa perusahaan Jasa-jasa Jumlah
PDRB (.iuta Rp) Pengadegan Kejobong Kaligondang
Jurnlah PDRB
Prosentase
15.779,60 365,14 3.920,00
15.430,10 35,56 l.681,48
11.909,87 54,03 2.921,66
12.197,42 135,17 2.688,27
55.316,99 589,90 11.211,41
(%) 39,71 0,42 8,05
353,28 932,61
126,04 476,86
181,44 644,94
316,84 1.848,28
977,60 3.902,69
0,70 2,80
8.437,41
6.546,03
5.752,08
6.526,40
27.261,92
19,57
2.620,24
1.339,88
2.093,19
2.707,23
8.760,54
6,29
l.282,22 5.380,92 30.220,35
1.791,99 6.582,02 34. 793,62
6.340,16 24.936,25 139.297,46
4,55 17,90 100,00
2.095,38 1.170,57 8.869,75 4.LOJ,56 43.373,41 30.910,08 Sumber : BPS (2002a, 2002b, 2002c, 2002d)
Dalarn Master Plan Kawasan Agropolitan Bungakondang Kabupaten Purbalingga dan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Kawasan Agropolitan Bungakondang tahun 2006-2010,
kawasan agropolitan Bungakondang
terbagi menjadi 1 (satu) kawasan pengembangan utama yaitu Bukateja dan 3 (tiga) kawasan pengembangan, yaitu Cipawon, Bandingan dan Kejobong. PETA KAWUAN AGROPOUTAN
BUNGAKONDANG 1
o
1 Kilometers
l!!!!!liiiiil!!
s
Kawasan Penwemtiangan
--+--+--....+#•1'1"t
-
Kawasan Pengeml)eng;ln
BtA
mil Kawasan Pengembangan
Clp!JNOl'I CJ
Kawasan Pengembangan
-
Kawas81Pengembengan
Bandlnga!'l
Gambar 5 Peta kawasan agropolitan Bungakondang
Ksjobong
47
Dilihat dari lcondisi fisik wilayehnya, secara umum Kawasan Agropolitan Bungakondang
terdiri
dari daerah
basah yang
meliputi
dari
kawasan
pengembangan Bul:ateja dan Cipawon, sedangkan daerah kering meliputi Kawasan
Pengembangan
Bandingan
dan Kejobong.
Kendaaan terscbut
bcrpengaruh terhadap jenis komoditas pertanian yang dibudidayaluan masyarakat, di111ana padi! kawasan pengembangan Bulcateja dan Cipawon masih terdap.11 areal
pe.rsa"'llhan sedangkan psda Kawasaa Pengembangan Bandingan dan Kejobong relatif tidak terdapat areal persawahan. Secara garis besar kondisi masing-inasing kawasan pengembangen adalah sebagai berilcut ; I. Kawasan Pengembangan Utama Bukateja Kawasan Pengembangan Ut.vna Bukateja tenliri dari Desa Bukat.:ja sebagai Desa
Puset Pertumbuhan dgl'llfi lcawasan mempunyai kelerengan lahan 0-2% dengan ketinggian dibewsh 100 m dpl. Desa Bukateja sebagai kawasan pengembangan utama secara administratif merupakan ibukota K~amawi
Bukatcja. Pembagian la!llUI padlt
kawasan pengcmbang:an Bukatej~ adalah sebagai berlkut : Tabet IO Pembagian lahan di kawasan pengembangan utama Bukateja Desa Bukateja li
Laban Sawah(f.Jll) 269,62 82.25 123,00 211,50
Lahon Kerins (Ha) 192,39
1:l4,SO
21 S,SO
Kedungjati Majasari
68,68
195.15 219,20
123,SO 82,50 _B,,..a_,io-"'ll.!l~'~------..,.-"'2~S !"",7,..,6,...-----:88,2,..,4__ Jwnlah 1.196,13 1.061,66
J1:mlah (!lo.) 462,01 J 50,93 318,15 430,70
350,00 206,00 -=-'°3°"'40="JJ=-"O,. 2.257,79
Surnbct: BPS (Z002a) 2. Kawasan Pengembangan Cipawon
Kawasan Pengembangan Cipawon terdiri dari Desa Cipawon sebagai Desa Pusat Pertumbuhan
dan 6 desa sebagai hinterlnndnya,
yaitu Oesa Penamban,
Kan!ngcengis, Kebutuh, Ku!awis, Karanggedang dan Karaagnangka dengan Juas wilayah 1.982,39 ha.
s~
tcpogmti mempunyai kelcrengan lahan ~2% dengan
48
ketinggian dibawoh I 00 nt dpl. Sedangkan pembagianan lahan pada Kawasan Pengembangan Cipawon adalah sebagai berikut : Tabel l I f'cmbagian Iahan di kawasa11 pengembangao Cipawon
Desa Cipawon
Lahan Sawah (Ha) 50,00 50,53
Karangcengis K.arangged~ng
U!han Kering (I-/•)
79,44 6,02
Kanmgnangka Kttta111is Kebutuh Penarub.m
41,60 21,"/6 1890
Jumlab Swnber: BPS (200211)
Jumiah (Ha)
233,81 316,2() 209.42 ISl.85 395,SO 303,27
285,81
366,73
l88.U 157,87
437.10 325,0l
94,10 1.704.15
278.25
123,00
1.982,39
3. Kawnsan Pcngembangan Bandingan Kawassn Pengembangan Bendingan mehputi beberapa desa dalam J kecamatan,
yaitu
Kecamatan
l<ejobong,
Kaligondang
dan
Pengadegan.
Kawasan
Pengemhengan B1111dingan tentlri darl Dess &ndingan sebagai Desa Pusat
Pertumbuh1111 clan .11 desa sebagai hin¥6r/andnya, yai1u Des11 Lamuk, Solcancsara, Gumiwans, Krenc.eng. Penollh, Slndwaja, Pasungglngan dan Pengadegan dengan luas wilayah 3.066, 7) 7 ha. Secara lopografi mempunyai kelerengan lahan 2-1 S % dengan ketinggian dibawah 100 m dpl. Sedangkan pemhagian lahan pa
Penolih Sinduraja
Laban Sawah (Ha) 42,00
250,37
115,07
194,65
31,00 0 7,00 100,49 3,72
221,60 216,23 214,17 212,35 265,96
PasWtggingan Pengadegan Jumlah
LahanKering (Ha)
0 0 299,28
523,16 669,00 2.767.48
Jumlah (H~) 292,37 JOY, 72 252.60 216,23 221.17 312,g4 269,67
523,16 669,00 _1:066,76.
Sumber: BI'S (2002b. 20()2c. 2002d) 4. Kawasan Pengembangan Kejobong Kawasan Pengembangan Kejobong meliputi beberspa desa dalam 2 kecamatan, yaitu Kecamaten Kejobong dan Pengadegen, Kawasan Pengembangan Ktjobong
49
terdiri dari Desa Kejobong sebagai Desa Pusat Pcnumbuhari dan IO desa sebagal hinterlandnya, Timbang,
yaitu Des« Kcjobong, Nangkasawil, Pandansari, La11ggar,
Nangkod,
Kedarpan,
Pengempon,
Karangj()ho,
I arangan
dan
Panunggalan deogan luas wilayah 3.632,425 ha. Secara topografi mempunyni kclereagan lahan 8-25 % dcngan kctinggian dibawah 100 m dpl. Pcmbagian lahao
pada Kawasan Pengembangan Kejobong adah:1h sebagai berikut : Tabet 13 Pembagian tahan di kawasan pengembangan Kejobong Desa Kejobong Nmgkasawit Pandansari TlmbaJlt!
Wan Sawah (Ha) 0 27,00 () S,35 2,00
Lahan Kering (Ha) I S0,58 297,33 424,80 S l0,97 JI0,99
Langgu
1.. mlah (Ha) J 50,SS 324,33 424,80 S 16J2 312.99
Nanglrod
0
292,97
392,97
IUdarpnn
0
224,9'.l
224,9.3
l'angeml)Oll
0
JS9,S7
359,57
Kmngjoho !..arangan
O 1,00
242,?J 467,1:?
24-2,73 MS,12
8.29 43,SS
357,)0 3.639,30
J§S..W 3.682,85
Yem111mlan Jumlah Sumber : BPS (2002c, 2002d)
HASIL DAN l'EMBAHASAN
Kemampuao dao Ke&esuiao Lahao Perbedaan poeensi sumberdaya yang dilniliki oleh seuap wilayah mengakibatlw!
kemampuan yallg berbeda dalam pengembangan wilayahnya.
Sala.It saru potensl sumberdaya wilayah tersebut adalah berupa sumberdaya alam. Sumberdaya alam (nah,rol
reG011rce.t)
adalah semua unsur tata lingkun~n
biofisik yang dengan nyata atau potensial dapat memcnuhi kcbutuhan manusia atau dengan perlqt.taao lain sumberd.aya ..tam merupakan semue bahan yang ditemubn manusia dalmn alam, yang dapat dipabi untuk memenuhi segala kepentingan hidupnya (Syafruddin et al. 2004). Sumberdaya alam yang terdapat di suam wilayah dapat berupa sumberdaya lahon, somberdaya air, k.ehutanan, kebun campuran, pertanlnn, pcrikanan, petcrnakan, pertambangan dan parlwiWa. Pcrkembllngan suatu wiliayah b<:rknitan erat dengan pot:ensi yang tersedla dan optlmallsasi pemanfaatan perlcembangmi
potensl sumbe~•
alam
tersebut.
Perbedaan
antar wilayah dlsebeblcan oleh bervarlaslnya k.ondisi soslal,
ekonoml dan fisik yang dimiliki wilayah. Interoksi ontar tiga komponen tersebut mendorong perkembangan suatu wllayah. Dengan demlkian diperlukan suatu perencanaan wllayah dengan melihat pola perencanaan pengembangan wllayah
yang berdasarkan pada karakteristlk wilayahnya. ldentlfikasi karakteristik suatu wilayah akan memberikan informasi yang berguna dalam merumuskan suatu kcbijakan l)Cmbangunan yang tepllt bagi wilayah tersebut. Perencanaan pembangunan, terutama pembangunan di bidang pertanian juga berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan, Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah dengan berorientasi jXlda sistem agribtsnts, prod.uktifitas tinggi, eflsien, bcrkcnikyabm dan bcrkelanjutan.
Untuk mencapai ha! rersebut diperlukan penatagunaan kemampuan dan kesesuaian tahan
lahan sesuai dengan
sehtegga lahan yang ada tetap produktif,
optimal dan tidak mengalami kerusakan akibat penegunaan yang kurang tepat atau berlebihan, Agro Ecological ZQne (AEZ) merupakan salah sotu cora dalam menam
penggunaan
lahan melalui pengelompokkan
wilayah
berdasarkan
51
kesamaan sifat dan kondisi wilayali. Pengelompokkan
ini btnujuan
oowk
menetapkan area pertanaman sesuai dengan kemampuan sena kesesuaiao lahan untuk komoduas potensial sehingg11 diperoleh sisrem usaha tani yang optimal dan berkelanjutan, Komponen utama AEZ adalah kondisi biofisik lahan (jenis tsnah, kelerengan, kedalaman canah dan elevasi), iklim (curah hujan, kelembaban udara dan suhu) serta persyaralall tumbuh tanama.n agar tanarnan dapat lwnbuh dan berprodulc$i secara optimal. Lahan penanian sebagai modal dasar dan faktor
penenm utama dalam sistem produksi penanian perlu dijaga agar tidak mcngalami kerusakan. Oleh karena itu, penahlan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan pada setiap wilayah kabupeten pcrlu dilakukan agar produksi yang diha.silk4n retap linggi. Berdasarkan auallsis Sistem Informasi Geografi (SIG) temadap peca Agro
Ecological 'Zone (AEZ) Kabupaten Purballngga tahon 2002 dengan skala I :S0.000, dapat diperoleh kesesuaian lahan untuk beragam komodilas pertarilan pada kawasan Agropolitan Bungakondang. Kawasan agropolltan mcmpunyai topograti datar sampal bcrbukit dengan k.elerengan O sampai 2~% dengan ketinggian (em-pat 2S m sampai 2SO m. Kawasan pengcmbangan Bukateja dllll Cipawon berada pad11 daerah paling rendah mempunyai topografl datar dengan kelerengan 1-3 %, kawasan pengembangan Bandingan mcmpunyai topograsl bergelombang dengan kelt:nmgan 3· IS 'Yo clan lrawasan pengembangan Kejobong berada pada daerah paling tloggi pada kawasan agropolltan Bungakondang
sebagian besar lahannya herbukit dengan kelerengan 3-25 o/o. Peta topografl kawssan agropolitan BW>gakondang sebaga.iman11 delam Gamber 5. Topognati Win ketinggian temper ini belp"ngaruh pada kcmampuan dan k~suuian lahan untuk komoditas penanian Yllll8 berkaitan dengan pola penggunaan lahannya. Secara umum kawassn agropolitan Bungekcndang dapat dibagi menjadi 2 tipe lahan lcawasan, yaitu lahan basalt dan lahan kering. Lahan basah berada pada kawasan pengembangan Bukatejn don Cipawon sedangkan lahan kering pada kawasan pengembangan Baridingan dan Kejobong. Berdasarkan peta pengguoaan lahan sebagaimana
dalam Gambar 6, areal persawahaa berada di kaw11Sa11
pengembangan Bukateja dan sebagian kawa"8n pengembangan Banding.an. tahan kering
berupa
campuran
tegalan
dan pel'Sllw~h;m
berada
di kawasan
52
pengembangan Cipawon dan kebun carnpuran berada di kawasan pengembangan Bandingan dan Kejobong. :rnooo
334000
336000
PETA TOPOGRAFI KAWASAN AGROPOLITAN
o
1 2 Kllometen ;;;;;
s ~180
Topografi L-JA.Dllllrf1~1 Bwbutlt (1f40'4, S0-100ml 8..-1111loml>ong (1-151!>) S.ombM(~-''111 DaorC<1%)
324000
3;16000
328000
330000
3321)00
334000
-
338000
Garn bar 6 Peta topografi kawasan agropolitan Bungakondang
330000
<132000
330-000
338000
PETA LANDUSE
WASAN AGROPOLITAN
0
L•nd
c::J
~
2 Kiiometers
u••
F>emukiman ~buno•mpunin Lllt•n karlna (1) Sawah (2) S1wah Tog1tan (11 Sowah (2)
Sumber: Pela AE.Z Kab. Purbalingga Tahun 2002 Skala 1 : 50.000
Gambar 7 Peta penggunaan lahan kawasan agropolitan Bungakondang
53
Sedangkan ketas kesesuatan laltan untuk komodiias pertaman pada kawasan agropolitan Bungakondang berdasarkan hasil analisis terhadap peta Agro
Ecological 7.1me pada kawasan-kawasan
pengembangan di Kawasan Agropolitan
Bungalc.ondang adalah sebagaimana tabel berikut ini, Tabel 14 Tabulasi kclas kesesuaian lahan tcrhadap bcragam komoditas kawasan agropolaen Komodltas
T~n"'1\all Pangan
Padi
UbiKayu Jagw1g Kedelai
Kacang Tanah Buah-Buahan
Ouku Durian
Rambutan
Jeruk Salak Pisang Nanas Kebun campuran
Lada Nilam
Kelapa Cengkeh
Kopl Melati Sayuran
Empo11-Emp<1n
Kayu
Kawig l'anj~ <:mii Kentang Kubis
KencwKuoyit Jahe Ka2ul~ Al basin
Mahoni Murbei Pinus
pada
Kawasan Pen~mbangan Bukateja Ci~won Bftlldirwm Kcjobong SI S2,S3 52,SJ S2,Sl,SI S2,SJ,SI $2,N $3,N,Sl $2,"N S2,S3,SI S2,S3,St Sl,S3
SI SI SI SI
S2~3
S2
S2,S3,SI $1,SJ S2,S3,S I Sl,N S3,N S2
St S2 SI S3 S2
S2,S3
S2 S2
S2,S3 N N
S2,S3,SI S2,S3,S I S2,S3 S2,SJ,SI S2,N Sl,N S2,S3 N
Gelagah Sl,SJ Sumber : Peta kesesualan l•han (hll.'iil olahanl
$1 S2 S2 SI SI SI
SJ SI 52 Sl,S3 SI.SJ Sl,N SI, N Sl,N Sl,S3 Sl,S3 SI.SJ S~SJ St,S3 SI,$)
N
sasi
SJ,N S2,N S2 S2,SJ
$2 S2,SI S2 SI St s1 SI SI SI S2 SI SI S2 S3 S2 S3 S2 S2
S2,S3
S2
N
SI S2
N N Sl,S3 Sl,S3 S2.S3 Sl,S3 S2,N
Sl
S3,N
S1
S2
S2,S3 N S2,S3
S2 N
SI
S2
N
N SI SI S2
N S2
SI.SJ
N
SI SI S2 SI S2
S2
54
Berdasarkan
kemampuan
dan
kesesuaian
lahan
terhadap
beragam
komoditas penanian tersebut dapat dilakukan arahan pengembangen komoditas pertanian pada ma~ing-ma~ing kawasan pengembangan pada kawasan agropolitan Bungakondang. Pengembangan dan pembudidayaan komoditas pada lahan yang mcmpunyai kesesuaian tinggi bert11juan agar mempunyai tingkat efisiensi d11n proJuklifitas yang tinggi karena akan menghasllkan produksi yang besar dengan biaya produksi yang rendah. Laltan yang kesesuaian tinggi mempunyai faktor penpmhat hudidayanya yang relatif sedikit. Sebagaimana telah disebutkan, bahwa kawasan agropolitan Bungakorulang terbagi menjadi 4 kawasan pengcmbangan, yaitu kawasan pcngembangan Bukateja dan Cipawon yang merupakan lahan relalif l>asah, serta kawasan
pengembangan Bandingan dan Kejobong yang merupakan lahan relatif kering. l::awa.<11J1 pe11Bembangan Bukateja $311gat sesuai untuk budi daya tanaman padi. Selain
itu komoditas
lain
yang
sesuai
dibudid"Yakan
pada kawasan
pcngembangan Bukateja adelah pisang dan nilarn, sedangkan untuk komaditas lain tidak ~mpuriyai kesesuaian yang tinggi. Denga11 demilcian kawasan pengembangan
Bukateja diarahkan untuk pengembangan komoditas
padi.
Kawasan pengembangan Cipawon ini mempunyai banyak komoditas pertanian yang sangat scsuai untuk dibudidayakat1, Komodilas pcrtanian yang sa11gat sesuai dibudidl)yakan pada kawasan pengembangan Cipawon adalah komoditas tanaman pangan (padi, kedelai, kacang tanab), komoditas buab-buahan (dulcu, durian, ramhutan, jernk, salak, piseng), komoditas kebun campwan (lada, kelapa) dan
empon-empon (kencur, kunyit, kapulaga). Kawasan pengembangan Dandingan juga mempunyai
lromoditas pertaman )'llllg kelas kesesuaian tinggi utnuk
dlbudldayakan, walaupun tidak semua bagian dari kawasan sangat sesuai, Komoditas
pertanian yang sangat sesuai dibudidayakan
dalam kawasan
pengembangan Bandingan adalah komoditan pertanian tanaman pangan (ubi kayu, kedelai, kacang tanah], komoditas buah-buahan (duku, durian, rambutan, jeruk. sa(llk. pisang), komoditas k.ebun campuran (Jada, nilam, kelapa) dan empon-empon (keneur, kunyit, kapulaga). Sedangkan kawasan J)ettgembangan Kejobong sanga1 sesuai untuk b11didaya buab-buahan (duku, durian, rambutan, jerulc, salak, pisang), komodltas kebun campuran (Inda, nilam) dan empon-empon
SS
(kencur, kunyit, kapulaga). Namun dcmikian kawasan agropohrau Bungakomlang mempunyai kelas kcsesuaian yang rendah bahk:an tidak cocok untuk komoditas sayuran, cengkeh, kopi dan keyu-kayuan, Dengan demikian komoditas-komoditas tersebut tidak direkomendasikan untuk dibudidayakan seeara intensif di kawasan agrop
a. Wilayoh Pertanion I, betupa pert:aniAn intcnsif dcngan komoditas utama padi sawah dapat dikembangkan di kawasan pengembangan Bukateja yang tope>graflnya datar. b. Wilayah pertanlan II, berupa pertanian semi intcnslf berada pada lcawasaJt pensanbanSJlll Cipawon, merupakan campuran anmra pcrsawahan dnn tcgalllJl dengen komodltas pcnanian bcrupa komoditas padl, kedelai, kacang tanah, buah·buahan.
c, Wilayah pertanian lll, berada pada kawasan pengembaagan Ranllingan berupa wilayah perrantan tegalan lahaa kering dan kebun can1puran dengan komodltas ynng dikcmbangl
nilam,
bwth-bwihan
kebun campuran dan ernpon-empon.
Kawasan
pengembangan Bandingan secara topografi wilayahnya bergelombang dengan kclereogan 3 -15 %. d, Wilayah pertaniar; IV, berada pada kawasan p•ngeQlbllngan Kejobong yang mcmpuayai kelereagan berbukit dengan kelcn:ngan 3-25 % merupakan wilayah kebun campuran dengan lcomoditas Jada, nilam, buah-buehan kebun dan empon-empon,
56
Tabel 15 Pewilayahan pertanian pada kawasa:n agropolitan Bungakondang Pewilayahan
Jenis Pertanian
Wilayah Pertanian l
Persawahan
Wilayah Pertanian II
Persawahan & Tegalan
Wilayah Pertanian III
Tegalan & Kebun Campuran Kebun Campuran
Wilayah Pertanian lV
Berdasarkan
pewilayahan
pertanian
Lokasi Kawasan Pengembangan Bukateja Kawasan Pengembangan Cipawon Kawasan Pengembangan Bandingan Kawasan Pengembangan Kejobong
pada
kawasan
agropolitan
menunjukan terdapatnya pola penggunaan lahan dari pertanian persawahan, pertanian tegalan sampai ke kebun carnpuran, yang dipengaruhi oleh kondisi flsik lahannya. Hal itu juga mempengaruhi jenis komoditas yang sesuai dibudidayakan pada masing-rnasing
kawasan pengembangan.
Dengan pewilayahan pertanian
tersebut juga dapat memudahkan pengambilan kebijakan pembangunan dalam mengembangkan budidaya pertanian yang sesuai dengan kondisi wilayah serta dalam menentukan kornoditas unggulan masing-masing kawasan pengembangan dalam kawasan agropolitan.
O
1 Kilometers
s 01110000
Pewllayahan Komoditas -
"'"""" '"""""
c:i
WllayahPertanlan V KP Bukatefa Wllayah Pertanlan II/
KPClpawon \Mlayah Pe
i;::i
Su-nber: Peta Af2 Kab14>aten Pl.lrt>allngga Tanm 2002 Skala 1:50.000
Gambar 8 Peta pewilayahan pertanian kawasan agropolitan Bungakondang
57
Penentuan Pusat Pcrt11n1b11ban dan Pusat Pelayanan Teori pusat pertumbulian dan pusat pelayanan rnempunyai dua pemnan dnlam pengcmbangan wilayah, yaitu scbagai suatu kerangka untuk memahami struktur ruang wilayab dan sebagai s11atu model untuk perencanaan di masa rnendatang (Glasson 1990). Mcnurut Djojodipuro (1992) teori lokasi pertama dirintis oleh Johann Heinrich von Thunen pada abad 19, yang mengasumsikan daerah lokasi berbagi jenis pertanian akan betkembang dalam bentuk li~n tidak beraturan yang mengelili11gi suam pllSClt tertentu. Jenis penanian yang diusahakan merupakan fungsi dari harga penjualan, bieya produksi clan biaya angkutan aotara
lokasi l>Udiday.a dengan d11c:n1h perl(otaan Selanjutnya
dlkemba.agkan teori lokasi yang bel'Orientasi pada keseimbangan spasial oleh Walter Christaller dengan Teori Tempat Pusat (Central Place Theory). Menurut Christaller setiap p.rodusen mempunyai skala ckonomi yang beriieda sehingga
aktivitasnya atan menjadi efisien opabilll jumlah konsumennya men<:ukupi. Karena itu secara Iokesional aklivilas dari swatu prudusen ditujubn
untuk
melayani wilayalt kanswnen yang berada dalam suatu jarak atau range tertentu. Sehingga terdapat suatu hirarki dalam suatu wilayah untuk melakukan pelayanan agar menjadi optimal. Terdapat hirnrki dari pusat pelayanan yang readah yang berada di tingkat desa sampsi ke pelayanan lingkat linggi yang berada di kota besar. Menurut Prakoso (200)) perkembangan hirarki wilayab dan sistem kota tergantung pada tahapan pembangunan di ~uatu wilayah atau negara, Terdapat tiga tahap perlcembangan sistem kota, yaitu : a. Sistem kota pada tahap pm-industrialisas~ yang terdiri hanya satu kota individual (urban 11uckieu.s};
b. Sistem kota pada tahap imlustrialisasi, y1111g ditandai olch tcrjadinya proses perkembangan pesat kota tunggal seeara fisikal sebagai akibat urbani"8.~i; c. Sistem kola pada tahap post-industrialisas}, yang ditandai oleh terbentllknya kota-kota regional. Pada tahap post-indusrrialisasi ini juga ditaowi llenglS!l munculnya fenomena konurbusi, yaitu suatu kondisi aglomerisasl fisikal kota. Hubungan-hubungan fungsional di dalatn wilayah kom.rbasi memiliki kondisi yang khas berupa
S8
meuurunnya fungsi kota utama dan mulai menyebamya fungsi-fungsi kola secara relalif ke kota-kota yang lebib kecil di wilayah pengaruhnya, Pada tahap akhir sistem perkotaan tersebut adalah bebeiapa kota kecil mengatami perkembangan ekonomi yang signifikan dan berkecendenmgan menjadi kola menengah/ secondary city, yang selanjutnya jugs ~babksn
terbentuknya kota-kota kecil
di wilayah perdesaan. Pembentukan kota-lrota kecil di perdesaan juga be.rkaitan dengan dengan hubungan filngsiorW yang cnt d iantara slstem perkOllWI 1erscbu1.
Penataan sistem perkotaan yang mcmiliki hirarki dan ketertaitan merupakan e!emen yang utama dalarn penciptaan sistem tata ruang yang integratif. yaitu jenjang kota-kota yang meliputi ('US8t regional, pusat distrik, pusat sub distrik dan pus.at Jokaf. Namun demikian hal yang pcrl11 cfiperhatikan baliwa keuadaan kc1erbiran antara kota-kota sebagai pusat penwnbuhall akan menghambat proses penyebaran kemajuan ke wilayah lain yang berakibat intensitas dan konsentrasi kegillWI dan basil-basil pembangunan hanya terjtifi di kota-kota pusat pertumbuhan. Kunci bagi pertumbuhan selca.ligus pemuataan di suatu wilayah adalah melalui penciptaan hubungan (keterkaitan) yang saling menguntuogkan antar pusat-pur.al pertumbuhan dengan wilayah penganihnya atau hinterland. Kekurangan sistem spasial mengakibatkan tidak te/bentuknya sistem pertukaran (erchange) yang
mantap, Pembentukan suatu integrasi spasial di suatu wilayah dapat dilakukan dengan mengernbangkan pemukiman lll4u sistem kcta-kota yang mcmiliki ltirarki dan
menciptakan
m~glntegrasikan
suatu
ketetkaitan
pembangunan ~
antar
kota
atau
dengau
kata lain
dengan perdesaan, Hal ini dilakukan
dengao rnembeatuk jaringan produksi, dis'lribusi dan pertukaran yang mantap mulai dari desa dan kota kecil. Pendekatan ini didasarklln pemikiran bahwa dengan
adanya integrasi dan artikulasi sistem pusat pertum bu~pusat
pertumbuhan yang berjenjang du berlx:d4 karakteristik fungsionalnya, maka pusat-pusat tersebei akan memacu pen~
perkembangan wilayah. Sehingga
pecan sistem tersebut sangat besar dalam memacu perkernbangan wilayah, Denean adanya hlrarki dan spesialisasi fungsi kota-desa diharapkan terjadi
lceterlcaitaQ (fisik, ekonomi, mobilitas penduduk, teknolog], sosial, pelayanan jasa,
interaksi sosial, dan administmsi
politik) yang dapat mendorong pel1uml>uhan
sektor-sektor ekonomi yang dapat mernacu perkcmbangan wilayah.
Anallsls skalogram merupakan salah satu aualisis terhadap pemusatan dalam suatu wilayah. Dengan melakukan identifikasi terha.dap fasilitas-fasilitas kunci yang mempengaruhi perekonornian wilayah yang dimiliki serta pendekatan Jcwintitatif maka dap~t dilentukan rangking atau hirarki pusat-pusat perlllrnbuhan. Wilayah diasumsikan dalam tipologi wilayah nodal, dimana pusat atllu hinterlaw:I suatu wilayah dapat ditentukan bcnlasarkan jwnlah dan jenis fusililas umum seaa sarana dan prasarana yang ada. Unil wilayah yang mempuny;si jumlah dan jenis
fasililll.S umum serta sarana dan prasarana dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingl\an dengan unit wilayah yang Jain akan menjadi pusat aiau mempunyai hirarki lebih tinggi.
Sebaliknya, jika suatu
wilayah mempunyai jumlah clan jenis fasilitas umum serta sarana dan prasarana dengan kuanlitas dan kualitas paling rendah mcrupakan wilayah hi111erland dari unit wilayah yang Jain. Kawasan agropolitan Bungal
besar indeks perkembangan desa maka semakin kuat peranan (dominasi) clan tingkat keutamaan suatu desa terhadap desa lain atau wilayah pada jenjang di ba.wahnya. Deso y1111g berhirarki tinggi berpotensi untuk mcnjadi p11sat pertumbuhan don pusal pelayal'lltn bagi wilayah tersebat, Berdasatkan analisis skalogram terhadap desa-desa dalam kawasan agropolitan Bungakondang diperoleh hirarki desa-desa dalam kawasan agropolitan. sebagamana tersebut dalam Tabel 16.
so Tsbe] 16
Hasil analisis skalogram berdasarkan indeks perkembangan desa
terscandarisesl
Hasil aaatisis skalogram menunjokkan bahwa terdapat 4 (empat) desa yang berada pada hirarki I, scdangkan 19 {scmbilan belas) desa berada di hirarki 2 da11 11 (sebelas) desa berada di hirarki 3. Desa-desa yang berada pada hlruki 1
mcmpunyai potensi yang lebih besar lllltUk dikembangkan sebagai desa pusat pertumbuhan atau desa pusat pelayanan pada kawasan agropol itan Bungakondang karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas pendukung perkembangan wilayah
61
yang lebih lengkap. Adapun desa-desa tersebut adalah desa Bukateja, Kejobong. Pengadegan dan Kembangan. Sedaagkan 30 desa lainnya berada pada hirarki 2 don 3, yang cenderung merupakan desa hinterland atau desa penyokong. Secara
konseptual wilayah inti atau desa pu:;at pcrtumbuhan dan wilayah hi11terland
merupakan suetu sistem wilayah yang saling terkait secara slnergis. Desa pusat pertwnbuhan berfungsi unruk mendorong dan memfasilitasi peikembangan wilayah hinterland dengan menyediakan herhagai fasilitas pelayanan yang dibutuhkan.
Sedangkan wilayah hinterland lebih berfungsi se!)agai laiwas311
produksi yang bisa mcnjadi wila.yah suplai bagi wilayflh inti. Dalam masterplan yang dibua1 oleh Pcmcrintah Kabupaten Purbalinsga.
kawasan agropofitan pengembangan.
Bungakondang terbagi
Pembagian
menjadi 4 (empar) kawasan
kawasan agropotitan l::lungakondang menjadi
beberapa kawasan pengembangan tersehut lebih banyak berdasarkan kedekatan gcografis desa-de:sa. Kawasan
pe11gembangan
tersebut adalah
Kejobong,
Bandingan, Cipawon dan Bukateja. Scbagai kawasan pengembangan utama
adalah Bukateja. Pengembangan kawasan agropolitan menekankan pada hubungen antara kawssan perdesaan dengan perkotaan secara betienjang, sehingga terbennik hirarki wilayoh. Keterkaitan berjenjang dari desa - kola keei! - kota menengllh kota bcsar akan lebih mendorong pcningkatan kesejah1craan masyarakat desa (Rustiadi et al. 2005 ). Dalam konteks tata ruang, secara um um srrukrur hirarki
desa-desa dalain kawasaa agropoli1811 adalah sebagai berilcut : a. Onie Pertama atau Desa Pusat Pertumbuhan Utama, berfungsi sebagai kota perdagangan, pusat kegiatan manufaktur fmal industri pertanian (packing), stol:. pergudangan dan perdagangan bursa komoditas, pusat kegia1a11 tersier
agrobisnis, jasa perdagangan dan keuangan, serta pusat berbagai pclayanan industri pertanian (general agroindustry services). b. Onie Kedua atau Kawasan Pusat Agmpolitan,
berfungsi sebagai pusat
kegiaran agroindustrl berupa pengolahan bahan pertanian jadi dao setengah jadi serta kegiatan agrobisnis dan sebagai pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry senlice!i).
62
c, O~
Keriga atau wilayah hintufand, bcrfungsi sebagai puser prodeksi
komoditas pertanian yang dipcrgunakan sebagai bahan baku industri pertanian, Berdasarkan indeks perlcembangan
desa yang menentukan hirarki desa-
desa, dapat diperoleb rerata indelcs perl:embangan wilayah untuk masing-masing kawasan pengembangan. Rereta perkembangan wilnyah mernpakmt penjumlahen
indeks perkembangan wilayab UDtuk masing-ma.sing desa pada setiap wilayah Kawasan pengembangan yang kanudian dibagi jumlah desa. Dengan asumst bahwa rerata indeks perkembangan kawasan pengembangan rnenunjukkan tingkat perkembangan wilayah kawasan pengembangan.
Semalcin hesar rerata nilai
indeksnya maka semakin maju clan siemalcin berlcembang wilayah tersebut. Rerata indeks perkcrnbangan wilayah masKtg-masing kawasan pcngembluigM dalam kawasaa agropolitan Buogiikoridang sebagaimana t4bel be:rikut Tabet 17 Rerata indeks perkembaogan wilayah pada kawasan pengembangan Kawasan Pengembanf@l
R«m lndcks PmembansanWilayah 46.&6
Bukateja Bandingan Cip.awon Kejobong
Kawasan
29.SS 25,63
25.13
pengembangan
Bukateja
rnempunyai
rerata
indeks
perkembangan wilayah yang tertinggi. sehingga mempunyai potensi yang besar scbagai pusat kawasan
agropolilan. Di dalmn kawasen peagembaegen utama
Bukattja, Desa Bukateja memiliki indeks perkembangan wilayah yang tertinggi
dlantara desa-desa lainnya, Sedaogkan kllwasan pengembangan lain mempunyai indeks perkembangan wilayah yang lebih keeil, dengan demikiao lebig berpotensi sehagai ka wasan hinterland. Berkaitan dengan penentuen struktur hirarlci wilayah atau orde wilayah maka dcsa Bukatcja merupakan Onie l , sedaagkan kawasan pengembangan
Buk.afeja sebagai Orde 2. Sebagai Orde I, desa Bukateja meojadi pusat pelayanan dan pusat aktivitas kawasan agropolitan Bungakondang. Desa-desa dalam kawasan pengembangan
Bukateja sehagiri Orde 2 merupakan hinterland!
63
pendukung
desa
Bukateja
sebagai
pusat
aktivitas.
Sernentara
kawasan
pengembangan lainnya, yaitu kawasan pengembangan Bandingan, Cipawon dan Kejobong yang mempunyai rerata indeks perkembangan wilayah lebih rendah berada pada orde 3 yang merupakan kawasan hinterland. Kawasan hinterland ini mempunyai fungsi sebagai kawasan produksi pertanian dan mensuplai beragam kebutuhan untuk kawasan pengembangan utama. Peta orde atau hirarki kawasan agropolitan Bungakondang sebagaimana Gambar 9.
ftTA 0HllURlll RAWASANAGllOPOLITAN
s Orde Hirarki
Iii£~[:~~~ ~~"!{::;.::::J~~~:i--i-~~~---!"''""'° I'll;
liiiOil Ortle 1 Oesa Pusat' Pertumbuhan/
-
=
omooo
O&saB~at~a Ortle 2 Kawasan Pusal Pertumbillanl KP Bukaleje Orde3
KawasanHinte~and/ KP Cipawon, Bandingen dan Kejobong
Sumber: Peta AEZ Ka~aten Purbalingga Tahun 2()02 Skala t:50.000
Gambar 9 Peta orde kawasan agropolitan Bungak:ondang Identifikasi desa pusat pertumbuhan pada kawasan pengembangan dapat ditentukan
dengan menggunakan
indeks hirarki untuk masing-masing
Ran.king hirarki desa-desa dalam kawasan-kawasan adaJah sebagaimana tabel berikut :
desa.
pengembangan agropolitan
Tabel 18 Ranking hirarki desa-desa dalam kawasan agropolitan berdasarkan basil penelitian dan master plan Hinrki Oesa --Bukateja J<embangan Wirasaba Ketlungjati
Bukalcja
Majasari ··-·---Ti~
Pcnll"'icgan
Kejol:ong
Kul!lwis Cipawoo J<arangcengis Karanggedang Karangnaogka Kebulllh Penanib&ri Pengs>ieg><11 Bandingan Sinduraja Larnuk Sokaregara Kreoceng Gumiwang Penollh Pasungsingan Kejobor,g Timbang
4 7 9
s
yang
2
Tidu
3
Kembangan Wira.saba
4
Kedungiati
6 7
I
s
Cipawon Pemruban
I
14 17
Kebutuh
2 3
l
4
27 29
K11JaDgcengis Kanngnagka Karanggedang
5 6 7
Bandingan Sinduraja Penolih Pengadegan
I
8
30
3
Bandingal
6 10 IS 21
Lamuk
22 2..1 25
26 2
Kzjobong
12 18 19
Pasunggingan Gumiwang Sokanegara Krenceeg I( ejobong Langgar Timbang Lan.Ogan t<arangjoho
31
Pammggalan Kedarpan Nangkod
32 33
Pandansari Nangkasawit
34
Pangempon
20 24
2 3 4
5 6 7
s 9 2
3 4
5 6 7 8 9 10 11
Slllllhtt : Bappeda (2005)
Struktur hirarki desa-desa dalmn Bungakondang
Bukatej~ Bajong
Majasari
II
Pangempon Larangan Langgar Nangkod Paru:lansari Panunggalan Nan~wit Kedarpan .Karaogjoho Sumber : Ami isis Slcalogram
Ranking HirarlO
ttuarii
13 16 21!
.Bajone Kutawis
Hiratlci Desa
RaRking
dalam kawasan agropolitan
terbagi menjadi 4 (empat) kawasao
peDgembanga.n
65
berdasarksn Masterplan Kawasan Agropolitan Bungakondang yang d ibuat oleh Pcmcrintah Kabupatcn Purbalingga ada1ah sebagai bcrikut. Tabet 19 Wilayah kawasan pengembangan beedasarkan masterplan O""" P """t
Ka....asa11 Pengetnb811g8!!
Desa Hinterland
Pertumbuhan
Bubtcja
Bukateja
Cipa»0n
Cipawon
Bandingan
Bandingan
Kejobong
Kejobong
Bajoog. TJ
Majasari Penaruban, Kebutuh, Kutawis, Karangcengis, Karaiignangka. Kara!!ggodang Sinduraja, Peoolih. Peogadegan, Lamuk, Pasuw_gjngzm,Gumiwang. Sokanegara I ~. I Karangjoho, Panunggalan, Nangi
"""'ll""·
T11n~ Kedarpan N amun benlasarkan analisis skalogram berdasarb.n indeks perkemba11gan dess terdapat perbedasn, terutama dalam penentuan desa pusat pertumbuhan kawasan pengembangae agopolit11n. Basil analisls sblogram dalarn pcncntuan desa pusat pertwn buhan lutwasan pertwnbuhan paJa kawasan agropolitan sebagaimana terlibat pada Tabel 19. label 20 Wilayah kawasan pengem~n berdasarkan analisls skalogram Kawasan Pengembangan Bukateja
D~aPusat Pertumbuhatt Bukattja
Kutawis
Kutawis
Kcmbangan,Kedungjati, Wi.nlsaba Majasari, 8ajong. Tidu Cipawon. Kaianggedang. Kanmgcengis, Kaiougnaiigka. Kcblltllh, Peruuuban F!andingan, Sinduraja, Lamuk, Krenoeng,
Pengadegan Kejobol'lg
I>= Hintcrl11ml
Kejobong
Pmoblt. Soanegn, Gumi\>ang, Pasunggin~ r imbmg. Pangempoo, Langgar, Nangkbd, P-.mdansari, Pmuoggalan, Nlllgkasawit,
Kcdarpan. Karangjoho Perbedaan itu pada penentuan desa pusat pen umbuhan pads masing-
masing
kawasan
pengembangan,
Berdasarbn
MllSterplan,
dcsa
puset
pertumbultannya adalah Bukateja, Cipawon, Bandingen dan Kejobong, scdangka11 berdasarkan ltasil anallsis pcd:embangan
desa dengan rnetoda skalogram
diperoleh desa pusat pertumbuhannya adaJah Bukateja, Kutawis, Pengadegan dan
66
Kejobong. Dess Bukareja sebagai Desa Pusat Perti.moohan Utama kattna merupakan dcsa yang paling maju di kawasan tersebot, Berdasarkan analisis skalogram juga Desa Bukateja berada di posisi pertama dengen nilai indeks
perkembangan desa yang terpaur jauh dari desa lainnya. Desa Buk:ateja rnerupakan bekas ibukola KAwedaoan Bukateja yang wilayal:mya meliputi beberapa kecarnatan lain sejak mman kolonial Relanda sampai tahun 1990-ao.
Desa Bukateja memiliki sarane dan 1)13S8rana wilayah yang paling lengksp diantara dcsa-desa lain dalam kawasan agropolitan, antara lain terminal, pasar, kaotor pecbankan, sarana 1c:lekomW1~ dan lioinnya. Dengan adanya fasilitasfasilitas umwn tersebut, Desa 8uka1eja menjadi tuju811 perjalarnmt t.>muting penduduk untuk beragam aktivitas perekonomi811. Setain menjadi tempat untuk melakukan pemasaran produk pertimiaa, juga Rtenjadi tempat untuk memperoleh berbagal sanna produksi pertanian seperti bibit, pupuk, obet-obstan clan sebagainya, Sehingga secara f!Silc dao ekonomi, Desa Dukateja telah menjadi
pusat pelayanan bagi desa-desa disckitamya. Pernbangunan pada pusat pertumbuhaa bwasan pengembangan utama Bukateje harus mampu mendorong perl<emhangan wilayah perdesaan lairmya dan terkalt dengan kebijakao pengembangan wilayah perdesaan umumnya. Betdasarka11 keteranpi yang diperoleh dari Bappeda l(a;bupaten Purbaiingga penentuan desa Cipawon sebagai desa pusst pertumbuhan kawasan pengembangan pada masterplan kawasan agropolitan, dengan pertimbangan bahwa desa Cipawon merupakan sentra komodltas unggulan pada kawasan llgfOpolitan, yailU komod itas jeruk. Hal iai berkaitan dengon wi (ayah .kowasnn pengembaagan Cipawon yang metupabn seatra produksi jeruk di .Kabtipaten Purbalingga yang basis perekonornian ~
tersebut, Sedaogkan pertimbangan
Desa Bandingan sebagai desa pusat peitumbv.'1all karena terdapatnya pasar. Pasar tersebut berupa pasar desa tradisional yang permanen, buka setiap hari dengan hari pasaran yang ramai pada hari kamis. Pasar Desa Bandingan melayani kcbutuhan ckonomi masyarakat desa sekiwnya.
Narnun demikian asumsl dasar yang dipergunakan uotuk menentukan pusat pelayanan adalah bahwa wilayah yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap atau memiliki rangking birarki yang tinggi, malca semakin besar
67
potensutya untuk dapat dlkembaugkan menjadi pusat pcctumbuhan dan pelayanan. Sehingga berdasarkan hirarki desa-desa dari anallsls skalogram berdasarkan sarana clan prasarana sena indcks perkembangan desa, maka Desa Kutawis dan Desa Pengadegan lebih tayak untuk clijadikan desa pusar pertembuban pada kawasan pengembangan. Hal ini karena urutan hirarki Desa Kutawis berada di atas Dess Cipawon dan Desa Pengadcgan berada diatas Deso. Bandingan. Desa Kutawis mcmiliki jumlah sarana dan prasarana dan indeks perkcmbang;an wilayah yang lebih tinggi
sehingga
lebih berpetensi
untuk menjadi
desa pusat
pt.rtumbuhan. Selain itu di Desa Kutawis juga terdapat pasar yang berpoten~i menjadi tempat transaksi akuvitas perekonomian. Sedangkan Desa Pengadegan mcrupak.an ibukota Kecamatan Pengadegan sehingga mcmpunyai jwnlah sa:rana clan prasarana dan indeks perkembangan wilayah leblh tinggi dibandingkan dengan desa Bandingan. Berdasarkan pengamatan, Pasar Desa Bandingan masih meropa\can pasar tradisional yang melayani kebutuhan kelontong, sedangkan transaksi basil pertanien dan temak relaiif sodikit. Hal ini knreoo tronsaksi basil pertanian kebanyakan terjadi di lolwi produksi pertanian, scda11gka11 pasar temak yang cukup besar berada di Desa K.ejobong yang jarabtya relatif dekat dari Desa Randingan. Menurut Glasson (1990) penentuan desa pusat pertumbuhan berkaitan
dengan teori Palander, yaitu harus mempunyai ambang penduduk (trtsltold pcpular/011)
clan jangkauan pasar
(market range).
Ambang pendUduk adalah
jumlah J)Cnduduk minimum untuk dapat mendukung kegiatan jasa. sedangkan jangkauan pasar adalah jarak yallg ditempuh oleh penduduk untuk mendapatkan jasa dimoll6 jDDgknuan ini mCNpoknn
rotas terluar
deri docrah pnsor bagi seatu
kegiataa jasa, dilullr batas tersebut orang llkan mencari pusat Jain. Desa yang bcrhirarki tinggi mempunyai ambang penduduk dan jangkauan pasar yang lebih besar dibandingkan desa yang berhirarki rendah, karena jumlah dan jenis fasilitas serta prasarananya lebih lengkap. Selain itu penenlu.an pusat pelayanan juga
b¢rk.aitan dengan anggaran pembangunan,
dimana penentuan
tlesa pusat
penumbuban pada desa berhirarki tinggi mempunyai efisiensi yang tinggi dalam penganggLU'll!l karena sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai tilsilitas perkembangan wilayah telah tersedia dan terbrutgun. Sedangkan penentuan desa
68
pusat pertumbuhan pada desa yang mempunyai indeks perkembangan yang remlah membutuhken anggeren yang relatif besar terutama untuk pembangunan
sarana dan prasaraaa yang belum dimiliki. ldentifikasi
Sektor Ungg11bu
Salah sata aspek yang penting dalam kebijakan pengembangan wilayah adalah mengetahui sektor-sektor unagulan wilayah. Sektor unggulan (/eQding set:tol") yaitu sektor y1111g mempunyai peranan yang s11ngat besar dalam useha pe11ingkata11 pertumbuhan suatu wilayah yang dapar dilihat dari ungginya nilai shore dan penumbuhannya atau dapat ditentukan dengan semua kriteria pem=nlu yang ada (Mubyatto 1989 dalam l.JaJ'yanto 2004). Secara umum syarat suatu sektor layak. menjadi sektor unggulan adalah memiliki ko11tribusi yang besar, baik secara langsung maupun tidak langsung terbadap aktivitas perekonomian wilayah dalain mcncapai tujuan pemblJJl8Ull8R. Dengan demikian scktor unggulan pcrekonomian
merupakan
sektor perekonomian
yang menjadi
pc:11gbela
perekonomian s1Jatu wilayah sehingga merupakan sektor yang dominan dan kunci aktivltas perekonomian wilayah. Berkaitan dengan pcngembangan wilayah maka diperlukan suaru lcajian terhadap sekcor unggulan dalam wilayah tersebut. Dengan mengetahui sektor unggulan, yang kcmudian dioplimalkan pcranannya makn diharapkan dampak y11ng positifbagi kemajuan perekonomtan wilayah tersebut, Dalam pembahasan ini untuk mencntukan sektor unggulan di kawasan agropolitan Bungakondang dipergunakan analisis shift share. Dengan analisis ini pe11yebab-penyebab pcrrumbuhan dan potensi peningkaian pertumbuhan dapat dlidcntifiknsi. Analisis shift share membagi pertumbuhan wilayah dulrun tiga komponen. Penama, kumponen
potensl (shun:) yang mcnjclaskan
bahwa
pertwnbultan wilayah dibandingkan dengan pertumbuban wilayah yang lebih luas, Dcngan demikian pcrtumbuhan
suatu wilayah dipcrlakukan
sama dengan
pertumbuhan wilayah yang lebih luas. Kedua, komponen mix menjelaskan kecepatan pcrtumbuhan relatif suatu wiloyah dibnndinglron wilayah yang lebih luas. Ketiga, komponcn competitive mcnjelaskan keunggulan kompetitif relatif suatu s:ektor dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah yang lebih luas. Sektor
69
yang memiliki keunggulan kompetitif benni didalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi perk embangan sektor tersebul
Data yang dipcrgunakan da lam anaJisis sekeor unggulan in i adalah PDRB Kecamaian-Kecamatan dalam Kawasan AgropOlitan Bungakondang dan PDRB Kabupaten Purbalingga pada 1ahun 2000 dan 2002. !:ledangkan basil analisis shift
.•hiz-e terhadap
masing-masing selctor perel(onomian dalam kawasan Agropolitan
Bungak<mdang adaWi sebagai berilait : Tabel 21 Hasil analisis shift share sills dasar PDRB tahun 2000 daa 2002. No.
2
3
4
s 6 7
i
9
Sektor Pen.nian a. Tai>aman Dahan Mlllc:inan b. 'fanaman f'ertebuttan e, Pelernaksn d9ll Hasil·ha.lrik., 0.. don Air ll<:rsih a. Listril< b.AirB<:r
SSA Kom~nenShare l'mwllbuhao l'rol!2tsiooal Oifferetl&iat 0,0978 0,1274 0,11621 -0,0324 0,1037 0,0748 0,11621 -0.0910 0,0621 <J.097~ -0.2186 ·Cl.(1.)¥~ Q,0621 0,1!02 0,562* o,ns1 Q,0621 -O,Jl74 -0,1616 -0,2170 U,0621 0.1823 -O,ISJ9 0,0925 0,0621 O,Ol:W -O,OS72 0.0179 0,0621 0,03.>9 -0,0465 0,0495 0,o621 -0,0607 0,0?SO 0.0737 0,11621 0,01 lS ..0,0275 0,0460 0,0621 0,09!0 .0,0123 0,1408 0,0621 0.2592 -0,1891 0,1322 0,3142 0,0621 0,0194 0,3957 0,0340 -0,0187 0,0621 0,0773 0,0621 0,0415 0.0054 0,1090 0,0621 0,0374 G,0025 0,1019 0,0621 0,0766 ·0,030'.I 0,1077 0,062! -
0,021lS
0,0058
0,0964
0,0621 0,11621 ll,0621 0.0621 G.0621
0,0709
·0,0191 0,001 3,ZS29 ·1,2750 0.2981
0,1138 0,0918 3,3084
(1,0166 -<),0065 6, 1127
0.0) 19
4.11997
0.3920
Tabe I terseout menunjuilan ballwa komponen !aj u p~rtumbuhan total (komponen share} yang menunjukkan dinamika pertumbuhan perekonomian Kabupaten Purbalingga sebesar 6,21 %. Sedangk.an do.ri nilai shifts~
analysi.s
{SSA) diperoleh bahwa sektor-sektcr yang pcrtumbuhannya rnelebihi angka
pertumbuhan kabupaten, Nila! SSA secara berturut-turut dari yang terbesar adalah
70
sektor jasa, sektor listrik dan gas, sektot pertanian, sektor perdagaagan hotel dan reseoran, sektor keuangan, persewaan clan jasa pero.saha.an serta sektor l>angunan. Namun berdasarkan nilai dlJlereJUtan shlfi, hanya selctor jasa, sekror pertanlan,
sektor perdagangan hotel dan restoran, sena sektor keuangan, persewaan dan jasa perusali11an mempunyai nilai differemion ~ifr yang positif. Diff,,nntian shift menunjukkan tingkat kompetisi (co~) dengan
pertumbuhan
total
sclctor
!Cl'SCbut
suatu sektor dibandingkan dalam wilayah,
yang juga
menggambalkan keunggulan atau keridakunggulan suatu sektor, Dengan demikian sektor-sekror tersebut mernpunyai lcwngguJan dalam k.awasan agropotitan. Dilihat kontribusi masing-rnasing
sektor terhadap PDRB, dipemleh bahwa ~ktor
pertanian rnenuniukkan kolltrib\1$i ktbew
yaitu
sebesar 39,71%, sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebeser 19,57% dan sek:tor jasa sebesar !7,90%. Tabel 22 Kontribusi sekror tcrluidap PDRB uwasanagropolitan tahun 2002 No.
Sd:tcr
PDRB tahun 2002 % 55.316,99 3~.71 J6.117,84 25,93 7.481,03 5,37 7,39 10.292,16 0.5) 766.51 659,45 0,47 589,90 0,42 l l.211.41 8.0S l.384,06 0,99 7,0.5 9.827,35 0,70 977,60 0,67 938,34 39,26 O,U3 3.002,69 2,80 27.261,92 19,57
Rl'bu
2
J 4
5
6 7 8 9
10
Pertmian a. Tananuin Bahan Mabnan b. T""aman Perkebunan c. Petemakan dan HasiJ.basiln}'ll d, Kehutanan e.Perikanan Pertambangan & Penggalian I ndustri Pengo lahan a. lr.dustri Besar & Sedang b. lnduslri Keel! & Rumah Tangga Listrik, Oas dan Air Bersih a. Listrik b, Air Bersih Bangunsn Pcrdagangllll, Hotel & Restor.m a. Perdagangan b, Hotel & Restorsn Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b, Komun ikasi Keuangan, Persewaan &. rasa .Pemsabaan a. Rank & Lembagi. K euangsn bubo Bank b. Sewa Dangunan & Jasa PemwMn Jasa-Jasa a. Pernerintallan Umum &. Haokam b. Swasta
Jumlah
Sumber : BPS (2002a, 2002b, 200".c,2002d} basil olahan
24.884.92 2.377,00 8.760,54 8.476,65 283,89 6.340, 16 1.342,21 4.991,95 24.936,25 22.092,00 2.844.25 139.297,46
17.86 1,71 6,29
6,09 0,20 4,55 0,96
3,59 17,90
1.5,86 2,04
100,00
71
Berdasarkan basil analisie shift share dan kontribusi masing-rnasing sektor dapat dilakukan tabulasi sektor unggulan di bwasan agropolitan Bungakondang sebagai berikut :
Tabel 23 Sektor perekonomian yang tcrmasuk sektor unggulan kawasan agropol itan Sektor Penanian Perdapng;tn, hntel & restonm
Jasa-Jasa Berdasarbn
Nibi Shift Share 0,1274 0,1090 3,3085
Nilai
Proseotase PDRB 0,0978 39,71% 0,0058 19,51% 17,90% 3.2529
DifferentialShill
kriteria diatas maka terdapst 3 (tiga) sektor yang bereda dslam
kriteria unggulan Jcawasan agropolitan Buogakondang. yaitu sektor pena.nian, sektor j asa dan sektor perdagangan, ho1el dan restoran, Sekror-sektor tersebet
secera faktual mempunyai potensi yang dapat menjadi pengnela perekonomian kawasan agropolitan dan menipunyai pcoganrh yang signitikan terlladap perk.em btngan perekonomian ka wasan apabila diopti malkan. Beberapa yMg hal yang menjadi perhatian ~rkaitan deogan seksor-sektor unggulan dalam kawasan agropolian B ungakondang adalah scbBgai berikut : I. Sektor Pertanian Kawasan agropolitan Bungakondang memiliki sumberdaya yang besar untuk mengernbangkan sektor pertllllian. Walaupun pangsa sektor pensnian mengalaml penurunan
dari tahun ke talwn, tetap! dibandingkan dengnn sektor
lain sektor pertanian masih cukup dominan_ Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah kawasan agropolitas sebanyak 11.090 ha, penggunaan lahan sebagai areal pertanian seluas 6.655 ha (60,01%}. Teibagi menjadi lahan seluas 2.502 ha
(22,56 %) sebagai lahan persawaban dengan komoditas utama padi, lahen tegalan dan kebun camp11ran seluas 4.153 ha (37,45 %) dengan komoditas melati gambir, jeruk, uhi kayu dan lada hitam. Peuwwaan Laban pada kawasao agropolitan
Dungakondang sebagairnana Tabel 24.
72
Tahel 24 Penggunaan lahan pada kawasan agropolitan Bungakondang P¢11fill!!rul81l Lahan T3nahSawah Tanah Tega!an.'l
2.so2 4.153 J.902 533
Prosentasc ~%) 22,56 37,45 35,1& 4,81
Jt.()90
100,00
'-"""(ha)
Bangun.'lll Lainnya Jwnlab
SlltTlbet: BPS (2()04e) Kontribusi terbanyak terhadap PDRB tahun 2002 pada sektor pertanian ini disumbangkan oleh sub sektor pen.anian tanaman pangan seh1nyak 2S,93%. Komoditas pertanian tanaman pangan teru111ma yang baoyak dibudidayakan adalah psdi, ubi kayu dan jagung. Padi di budidayakan di kawasan pengembangan l\ukateja dan Cipawon yang kondisi tanahnya relatif basah, sedangkan jagung dan ubi kayu dibudidayakan di kawasan pengcmbangan yang kondisi tanahnya
Bandingan clan Kejobong
relatif kering. Sedangkan
sub sektor Jain sepeni
petemakan, perkebun;lll, kehutanan clan perikanao sumbangannya dibawah 10%. Peoinglcatan kontribusi sektor pertanian ini dap.11 dilakukan dengan pemilihan lromoditas unggulan yang cocok dengan kondisi fisik, bio tlsik, sosial dan ekonomi pada kawasan agropohtan Rungakondane. Selain itu dilihat tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada kawasan agropolitanjumlalmya
mesih cukup dominan. Dari a1igkalai1 kerja tahun
2002 sebanyak 81.065 orang, sebanyak 50.342
orang atau sebesar 62,I 0%
bekerja pada sektor pertantaa. Hal ini menunjukkan sekror pertanian masih cukup besar menghidupi masyarakat dan menjadi harapan hidup sebagian besar masywalcat di kawasan agropolitan. Tabel 25 Tcna1:1a kerja sebor pertanian pada tahun 2000 dan 2002 Wilayah
Tcmig;i Keija Sektor Pertanian 2000
KawasanAgropolitan
Kabupaten Purbali11gga
50.867
U6.J99
2002 S0..342
120.808
Jumlah Angkatiln
Prosenlase (%)
Kerja 2(100
2002
80.337 81.065 345.543 356.175
2000
2002
63,32
62,10
39,42 33,92
Sumber: BPS (2000, 2002e}
Walaupun demikiw1 sektor pertanlau mcnghadapi tantangan yang cakup
serius dari tahun ke tahun, tennama dcngan kecenderungan mengalami penurunan
73
pertumbuhan setiap tt.hunnya. Kontribusi sektor pcrtaaian tcrhadap PDRD
kawasan agropoiitan pad! cahun 2002 sebesar 39,71% rnenunm dibandingkan tahun 2000 sebesar 44,74%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan struktur perekcnomlaa kawasan, yaitn dari selctor primer stau pertanian budidaya
menuj u ke sektor sekunder dan tersier ~
pengolahan hasil pertanian. Se!ain itu
nilai tambah sektor pertanian masib rmda1l sehinggn cenderung mengalami
penucunan, dibendiogkan dengan sektor lain yang nilai tmibahnya relatif tinggi. Selain iw sektor pertanian memiliki tingkat eflsiensi yang rendah, bal ini diperlihatl(an dengan besamya tenaga kerja sektor penanian yang mencapai 62,IO"Ai namun demikian sumbmgan sektor pertanian terhadap PDRB hanya 39,71%. 2. Sektor J asa-Jasa
Ko11tri busi scktllr jasa masih didmninasi oleh subsektor pemerintah dan haekam, sedaogkan sub sektor
swasia
n:Jatif kecil. Hal ini berarti bahwa peran
aklivitas pemerin1ahan di kawasan agropolitan Bungakondang masih dominan. Namun demikian peran sub sektor
S¥lasta
jup menunjukkan peninglatan dan
nilni shift shar-e-nya diatas pertumbuban
wilaynh. Hal ini menunjukkan
peuingkatan peran sekior swasta Dcngan demikian tantangan yang dihadapi
adalah meoingkatkan pecan swasca dan pemberdayaan masyarakat sehingga lebih berkontribusi terhadap pereloonomian
nwasan agropo!iW!.
3. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran Sub sektor pcrdagangan yang llleJUpakAn salah satu sub sektor
perekooomian yang terrnasuk dalarn kategori tersier, memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap PDRB tahu112002 pada kAwasan agropolitan Bungakondang yaitu sebesar 17 ,8 6%. Kegiatan di sub sektor perdagangan ini sebagiao besar berupa perdagangan komoditas,
letUl&mll
komoditas pertanian dan basil
o\ahann)'11. Dengan besarnya kontribusi sekror pertutian primer di kawasan agropolitan Bungakondang, maka sub sektor perdagangan yang merupakan mata
rantai dari sektor pertanian dapat berpotensi mengalami peningkatan. Selaio itu harus diupayakan agar jangkauan perdagaogao atau pasar basil pertanlan tersebut lebih luas lingkupnya l<e wila~
lain, sehmgga nilai tarnbahnyapun dapat
74
meningkat, Peningkatan marke: share ini berluiilaa juga dengan pemilihan
komoditas unggu Ian yang d ibudidayakan pada senor pertanian primer.
Jdeotifllwi
KDmoditas U nggula n
Strategi pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem usaha agribisnis di Indonesia yang mempunyai potensi sumberdaya yang beragam, mendorong pengembangan sektor pettaaian melalui 3 (tiga] pendelcatan, yai1u
optimalisasi sumberdaya lolcaf, penetapan kanoditas unggulan berdasalbn keunggulan komparatif dan kompctitif di setiap wilayah dan pcrwujudan senna pen gem bangan komodiias unggu Ian auw kaW3Sall sentra pruduksi. Pendekatan
terseeut mcnekankan pada lconsenaasi wilayah produksi dan pcngembangan komoditas unggulan, Komoditas unggulan adalah komoditas anclalan yang
memiliki posisi strategis, baik bcrdasarbn pertimbangan teknis (kondisi ta.nab dan iklim) maupun sosial eko1101Di clan lcckmbagaan (penguasaan tcknologi,
kemampuan sumberdaya manusa, infruaulaur) untuk dikembangkan di suatu wilayah. Selain i1U menurut Alkadri el al. (2001) dalam Daryanto {2004) beberapa kriteria mengenai komoditas unggulan antara lain : I. Horus mampu menjadi penggertk utama (prime mo»er) pembangunan perekonomien, yakni dapat mcmberil.an kootribusi yang signifikan pada
pen ingkatan produksi, pendapatan dan peageluaran. 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward looking linkages)
baik terhadap sesarna komod itas unggulan maupun
komoditas lain. 3. Mampu bersaing dengan pruduks sejenis dari wilayah lain (r:omperttiveness) baik dalam harga produk, bia)'a produksi dan kualitas pelayanan. 4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (regional linkages) dalam hat pasar/
konsumen maupun pemasokan bahan baku, 5. Mampu snenyerap
tenaga
kerja secara optimal sesuai dengan
skala
produksinya. 6. Dapat bertahan dala!n jangb panja.ng mu!ai dari fase kelaltirao (increasing),
pertwnbuhan (growth), hingga fase kejenuhan (maturity) atau penarunan (decreasing).
75
7. Tidak reotan terhadep gejolak internal dan eksternal.
8. Peagembangannya rnendapat berbagai dukungan, misalnya informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasililas inseotif dan lain-lain. Analisis yang dipergunakan untl1k menemukan kornoditas unggulan dalam penel itian ini ada lsh analisis secara knaJrtitatfi dari aspek supllJ• side. yaitu dengan metoda Locational Quetient (LQ} YlllS malgi ndikasikan kemampuen suatu wilayah dalarn menghasilkan komoditas, apakah mempunyai potensi untuk mensuplai wilayah lain atau tidak, LDcalizalion Inaek» (LI) yang menunjukkan apakah komoditas terkonsentrasi di wilayah tersebut atau tidak dan S~ialirotion !~Jes (SI) yang merupakan ukuran relatif suatu wilayah dalam melakulcan pengkhusus.an kom oditas rertenm. Komod itas pertanian terbagi sesuai dengan sub sektornya, yaitu penanian tanamaa pangan, perkebunan, pctemakan dao perikanao, Kawasan agropolitan Bungakondang
mcmpunyai pOlmsi daWn pengembangan sektor pemnian.
Berdasarken analisis sektor unggulao. sektor pertanian merupakan senor basis dan sekt-OI" unggufan di kawasan agropolilan Rungakondang. Untuk meningkatlcan peranan sektor pertan ian, mal:a diperlubn identifikasi komoditas-komoditas unggulan yang apabila dikembangkan dapat menjadi prime mover perekonomian kawasan dalam raogka rneningl;:atkan kesejabteraan masyarakat. Sedangkan
analisis komoditas unggulan untuk masing-masing sub sektor pertanian adaleh sebagai berikut :
76
Tabel 26 Hasil analisis LQ untulc komoditas pertanian SubSektor Pertanian
Komoditas Padi Jagun_g Ketela Poben Ketela Rambat Ku"'11g Tanllh
Perkebunan
Kedelai Kacarut Hijau Kelapa Dalam
.Kelapa Deres Kopi Robu>ta
Melali Gambir U!da Empon-Empon Tebu Peternakan
Mlinjo Sapi Perah Sapi Pedaging
Bublcja 1,14 0,22 1,00 0,68 1,46 0,40 0,68 1,68 0,18 0,04 12,23
o.oo
o.oo 0,00 0,00 5,98 2,26
Kolam Sungai UPR
1,96 t,S4 0,60 0,94 0,00 0,98 0,97 1,86 l,39 0,82 0,56
Benib
0,47
JCnda Kerbau Domba Kombing
Qabi
AyamRas Ayam Bllr8S llik Peril
Kecamatan Pe~)UIJI
0,01 1,36 l,76
Kcjubong; Kaligondang; 0,13 1,18 0,55 0.56
(),00
1,76 0,02 2,46 0,15
o,oo
0,66
1,55 2,58 0,67
3,58
2,56
2.44
0,24 0,09
0,19
0,16
0,00
3,25
7,32 15,27 0,00 10163 0,01) O,IS 0,00 0,29
16,81
O,il 0,02 0,00 0,77
o.oo 1,15
0,22 1,30
0,01}
3,.55 0,00 2,82 0,00
0,41 0,60 0,SI 0,26
1,26 0,03
1,33 0,30 0,14 1,35
0,20 2,59
2,45
0,25 2,0~ 1,42
0,00 0,44
430
0,69
0,92 0,00
o.oo 2,64 2,59 0,00 0,49
2,36 0,45
1,()0 1,10 0,37 0,95 \,IS
0 54 1.21 3,57 1,09 OJ.7
Ben:lasaibn hasil analisis LQ tmebut diperoleh 13 (tiga belas) komoditas y1111g mempunyai nilai LQ lcbih dari 1 adalah :
.
Sub SektOI" pertanian lanaman pangan
Sub Se!ctor perkebunan dan mlinjo.
- Sub ~ktor peternakan
-
: Ubi kayu dan blcang tanah
: Kelapa dalam, melati gambu, lada, empon-empon : Sapi perah. kambing, 11yam buras dan itik
Sub Scktor perikanan darat : Pcribnan kolam dan sungai
77
Scdangken berdasarkan hasil analisis LI temyata hanya terdapat 2 (dua)
komodi1as yang rnempunyili nilai LI mendekati satu, y11itu Jada dan melati gambir (sebagaimana tersebut dalam Tabet 27). Komoditas melati gambir mempunyai nilai LI sebesar 0,85 sedangkan kemoditas Jada mempunyai nilai Ll sebesar 0,71. Hal ini mengindikasikan produksi melati gambir dan Jada terkonsentrasi di kawasan agropolitan Bungakondang. Sedangkan komoditas lain mempunyai nilai
LI mendckati I, yang berarti produksinya relatif mcrata di kabupaten Purbalingga. Tabel 27 Basil analisis LI terhadap lcomoditas pertanian SubSektor
Penanim Tanamw Pangan
Peikebwlan
Komoditas
PadiSawah
0,01
Jagun,
0,14
Ketela Pohon Ketela Rambat Kacaig Tanah
0,25 0.00 Q,3Q
Kedelai
0,08
.Kacan11 Hijau K.elllp:il Dalam K!lapa Der:es Kopi Robusta Melnti Glllllbir Lada Tanaman Obat
o,oo
Tebti
Peb:makan
Mlinjo SapiPcrah Sapi Pedaging Kuda
!Wbau Domba
Kambing Babi AyamRas A.)lam Buras
ltik Perikanan
Nilai LI
0,20
0,10 O.IS 0,85
0.71 0,05 0,07 0,26 02,7
0,(Yl 0,12 0,03 0,00 0,07
o.oo 0,04 0,03 0,11
Kolam Sungai UPR
o,os
Benih
0,02
0,08 0,07
78
Tabel 28 Hasi l analisis SI kawasan agJOpO!itan Kecomai:>ll
Peagadegap
U,41
Sub Sektor Petemakan 0.07 0,22 O,l>J
Kejobong
0,40
0,47
0,47
0.22 0,25 0,20
Kaligonda!!g
o.os
0,27
0,07
0,26
Bukatcja
Pcnanim Pembunan 0,64 0.06
Peribnan
Komoditas ung8Jllan diidcntitikasikan dengan nilai LQ yang lebih besar dari l dan nilai LI yang mendekati angb 1. Nilai LQ lebih besar 1 menunj11kkan kemampuan untuk memproduksi lromoditas terteatu dan kemampuan mensuplai ke
wilayah lain karena pangsanya rdatif
prodqksi komoduas
lain. Sedaugkao
lebih besar dibandinglcan deogan
nilai U yang men.dekati angka
I
menunjukkan kecenderungan produm komoditas tertentu berkembang memusat pada suatu wilayah. Berdasarkan hasil ana!isis LQ dan U tersebut, komoditas melati gambir dan lada mempimyai indikasi seltagai lcomoditas unsgulan di kawasan agropolltan Bungekondaag, Hal itu juga didukung den~
analisis
Iinansial lc:rbadap usaha tani lada dan melati f.31Dhir yang juga meeunjukkan nilai rasio RIC yang diatas I, dirnana RIC rasio komoditas lada adalah 1,53 dan komoditas melati garnbir adatah 3,39 (sebagaimana tersebut dalam Lampiran 11). Analisis finan.sial RJC rasio men!p2kan perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi, Nilai RIC rasio yang diaW I tersebut meaunjukkan bahwa usaha tani untuk komoditas lada dan melati gambir secara ekonomis menguatungkan. Sedangkan komoditas lain yang mcmpl111Y11i nilai LQ lebih besar dari I namun nilai Li mendekati I, yaifll le~
ubi kayu, kacang tan.ah., kelapa dalam,
empoo-empon, melinjo, sapi puah, kambing, ayam buras, itik, perikanan kolam dan sungai mempunyai indikasi sebapi komoditas andalan. Komcditas Jada (Piper nigrwm Lion.) ltaoyak dibudidaya.kan di kawasan agropolitan Bungakondang, terutama di b.wasan pengembangan Bandillgll!l dan Kejobong atau berada di kecamatan Pcngadegan dan Kejoboog. Lada yang dibudidayakan merupakan lada hilam (black pepper) yang bibitnya berasel dari Lampung, berupa Jada dengan liang panjat. Tiang panjat yang dipergunakan adalah pepohooan bcrupa pohon lca1landra (glyricidiu mat.-ulata), larntoro gung, dadap
dan bebel'llpa tumbuhan tegabn lain. Tanaman Lada dibudidayakan di
79
pekarongon dan kebun penduduk, yang ditumpangsari dengan berbagai tanaman perkebenan Jain. Tanaman lada dengan iegakan hidup mulai berbuah setelah berumur 3 tahun, walaupun sebenarnya setelah berumur satu tahun, lada muali berl>unga.
Namu11 demikian bunga terseb11t harus dirompes dan tidak dipelihara menjadi buah agar pertumbuhan generatif di tahun berikutnya menjadi meningkat. Setelah lx:C'bwiga kedua kcduo kalinya pada mhun ke-3, bunge dipelih11ra hingga menjadi
buah, Masa produktifnya dapat meneapal 15 tahun tergantung pada perawatan dan pemeliharaan yang baik, dengan panen optimal secara kualhas dan kuantitas pada umur 3 - 8 tahun, Pemanenan dilakukan dengan pemetikan secara manual aiau menggunalan gunting, Lada hitam siap petik apabila dalam dompolan buah komposisinya
buah berwama
merah 2%, kuning 23% d11n hijau 7:5%
(Rismunandar & Riski 2003). Komodiw l11da hillsm di Kabupaten Pwhdingga
dari kawasan agropolitan
Bungakondang
sebaglan besar dipasok
can merupakan
potensial
untuk
pemasaran di kawasan regional Propinsi Jawa Tengah. Sejak tahun 1999 dikembangkan Kebun lnduk Lada yang berlok.asi di Desa Bandingan Keeamatan Kejobong seluas I ha. Berdasarkan basil Sensus Pertanian tahun 2003, produksi Jada di Propinsi Jawa Tengah adalal1 343,2 ton sedangkan produksi di Kabupaten Purbalingga adalah J51.9 ton atau mencapai 44,26% dari total produksi di Propinsi Jawa T engah
Bahkan
produksi
Jada di kawasan
agropolitan
Bungakondang pada tahun 200S mengalami peningkatan mencapai 310,92 ton. Hal ini bcikaitan dengan kcbijabn dari Pemerintah Kabupatcn Purbalingga yang
dalam beberapa tahun 11:iakhir ini dengsn me111berikan bibil Jada kepada masyarakat, terutama di kecama!an Pengadegan dan Kejobong. Dengan demikian lada mempunyai keungguJan komparatif clengan
penyakit busuk akar daa batang yang disebabkaa oleh fusariton, tanaman mettjadi kering dan mati.
sehingga
so Sedangkan komeduas melati gambir (Ja.rminum officiHO!e sp.) juga ba11yak. dibudidayakan di kawasan agropolillln Buugakondang, kawasan
pengembangar;
Bukateja
dan Cipawon
lerutama di
dan sebagian
kawasan
peagembengan Bandingan dengan senna di desa Karangcengis dan Cipawon. Rudidaya
melati
gambir
sudah
lama dil::enal
Bungakondang yaitu sekitar tahun 1979.
di
kawasan
agropolitan
Bunga melati gambir kebanyakan
dipergunakan scbagai ~ampuran !Ch untuk menambah kehanunan teh. Bau harurn
bunga melati giuubir ini karena men!jlindung minyak a!Siri yaitu bensil asetat. Selain banyak juga dipergunakan dalam industri kosmelik, sebagai pewangi
tambahan dalam produk-produk seperti bedak, lotion. dan bahkan krim bibir yang terdapat dalam lipsnk. Tanaman Melati gambir memiliki bentuk yang berbeda dengan melati putih, meskipun keduanya satu fumili (oleacege}, bahkmi juga
satu
genus,
jasmlman. Balallgllya berkayu dengao pucabangan cukup banyak, beruas-ruas dengan panjang antara 2.S-20 cm, dan memiliki diameter hingga I cm. Melati gtmbir i11i memililci daerah penyebaran mulai dari dataran rendsh hingga pegunungan setinggi 1.000 m. Pen.anaman melati gambir pad11 tanah beririgasi den berdrainase yang baik dengan ternpat tanamnya yang terbuka sehi11gga terkeua
sinar matahari penuh scpanjang hari. Tanaman melati garnoir memiliki percabangan yang cukup panjang sehingga perlu dilalwkan pemangkasan. Pemangkasan ini juga bermanfaat untuk merangssng pembungaan. Usia produklif tanaman melati gambir di mulai pada bulan kcHi setelah penanaman smnpai puluhan taliun. Melllti gambir berbunga setiap hari sc:pautjang tahen, Bung'll melati gambir berwama putih bila sudah mew, akan tetapi pemetikan dilakukan ketib
bunga masih kuncup yang siap mekar agar aromanya tidak cepat menguap, bunga yang masih kuncup ini berukuran kira-kira 2 cm dan berwama merah gambir, K.omoditas melati santbir di Propinsi Jawa Tengah hanya dibudidayakan di kabupaten Pekalongan, PW'balingga, Tegal, Datang dan Danyumas. Selama ini mela1i gambiT 1el11h menjadi sumber pertkonomian agropolitan
Bungakondang.
Karena
bunga
masyaral
melali
gambir
kebanyakan
dipergunakan sebagai campuran teh, maka daerah perrwarannya j11ga ke daerah produsen teh, yaitu Pekalongan, Tega! dan Slawi. Pangsa pasar regional bunga
81
rnelati gambir masih relatif besar, lwena hanya beberapa daerab saja yang memproduksinya. Sedangkan beberspa komoditas pertanian tanaman pangaa yang menjadi komoditas andalan antara lain ubi kayu (Mmiihot 11tilisima). Komoditas ubi kayu ini memiliki nilai LQ diatas I pada kecmnatn:n Kejobong dan Kaligondang. Ubi kayu dimanfaatkan untuk pembuatan tcpung tapioka selain untuk dikonsumsi sebagai substitusi beras di masa paceklik. lndustri pengolahan tepung tapioka di kawasan agropolitan cukup berkembang. Terdapat 12 (dua belas) industri pengolahan tapioka yang lersebardi Kecsmatan Kejobong, Pengadegan, Bulcateja. Produk ini memiliki keterkaitan bulu bilir yang tinggi karena menampung hasil produksi pertaniaa sehingga marnpu memberi oil~i tambah (value added). Pada tahun 2002 produksi tepung lapioka mencapai
13.941 ton atau senilai Rp.
14.204.810.000, sedangkan tingkat patumbuhan selarna tahun 2000 hingga 2002 sebesar 12,81 % (Pemkab 2003). Naman demikian produk yang dihasil.kan masih berupa produk antara yang barus dio1ah kemba!L Pemasaran tepung tapioka selain untuk memenuni pasar lokal juga pasm- regional yaitu ke Tasikrnalaya, Jawa Barat yang selaietnya diolah menjadi produk jadi. l'asar tepung tapioka yang ada cenderung monopoli, sehingga indus:tri pengolahan tapioka di Kabupaten Purbalingga tidak dapat menentukan barga juel, Posisi tawar petani juga menjadi lemah dan bukan penentu harga (price makr). Hal ini pada akhimya akan rnenekan petanl produsen ubi k.ayu, yang harus menjual dengan harga rendah terutama pada saat panen raya, Komoditas sub sektor perkebi•nan png menjadi komoditas andalan adalah kelapa dalam, empon-empon dim mlinjo. Komoditas kelapa dA.lam mcmpunyai nilai LQ diatas I pada semua lwam:wm di kawasan agropolitan Bungakondang. Pemanfaatan buah kepala dalam dipergunakan untuk membuat kopra sebagai bahan baku minyak goccng. Di Kabupatcn Purbalingga tenlapat satu industri pengolahan minyak kelapa yang Ctlkup besar Komoditas kelapa dalam memiliki nilai kcmanfaatan yang amet tinggi
kareaa mempunyai keterkaitan dengan
industri hulu dan hilir. Dlnas Perkd>unan Jawa Tengah menunjuk Kabupaten Pwba I inga sebagai sumber bibit telapa dengan !okasi kebun i nduknya berada di
82
desa Sokaaegara kecamatan l<ejobong), desa Sindurajakecamatan Kllligondang
.Jan desa Cipawon kecamatau Bukateja. Komoditas mlinjo juga merupakan komoditas andalan yang mempunyai nilai LQ diatas 1 terutama di keeamatan Pengadegan walaupun budidayaoya tidak memiliki kecendenrngan yang memnsat, Mlinjo dimanfaatkan sebagai bahan baku emping rang pemasarannya masih votuk memcnuhi kebuwhan lokel. Sedangkan tanaman empon-empon yang dibudidayakan adalah [ahe dan kunyit sebagai bahan
baku induSlli jamu, Prod uksinya masih relatif kecil walaupun secara kesesualae lahan kecamatan Kej-Obong clan Pengadegan sangat sesuai untuk budidaya jahe dan kunyit. Sedaogkan untuk sub selctor petemalcan yang menjadi komodilas anda!an adalah sapi perah dan ksmbing. Komoditas sapi perah d ikembanglwi di kawasan
agropolitan, terutama di kccereatan Bukakja.
Walaupun demikian seceea
k.uantitttif jumlahnya masih 5edikit. Kambiog kbas Kejobong memiliki ciri khas yang berbeda dengan kambing lokaJ lainnya, yaitu berbadan besar dan tegap, wama bulu dominan hitam mengb1ap deogan ada sedikit wama putih serta jumlah anakan lebih dari seeker per lcel.ahiran, setain itu dagingnya lebih padat. Di
wi I ayah Purballngga dan sekitamya, keberedaan kambing khas Kcjobong ini tclah diakui keberadaannya,
Karena kelebihann}a itu, harga jual kambing khas
Kejoboog ini Jebih tinggi dibandingkan dengan kambing jenis Iokal lainnya, Namun demikian rnasih memerlukan pengembangan agar keberadaanaya lebih diakui leblh luas dan mempunyai nama generik. Komoditas andalan pada sub seklor perikenan adalab perikaru&o lwlam dan sungai. Di kecamatan Bukateja budidaya peribnan kolam denganjenls Hean yaitu ikan Ourami. lkan guram i sendiri merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Purbalingga. sentra pembesaran ikan gumni berada di J:ecamatan Kutasari, Mrebet, Padamara dan Bulcatej.i. Pemulrallllya i.kan gunime lconsum.si in i sebagian beser ke daerah Jawa Bar.it du DKl Jakarta serta beberapa kota di Jawa Tengah dan DIY. Keunggulan lain dari budidaya ikan gurami adalah semua ukU1'81l ikan gurami mulai dari te!ur, tampelan sampai dengan ukur:an konsemsi memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan Ourame Ilsa! Purbalingga mem iliki elts rasa yang khas dan lebib kenyal karena pada perneliharaan tahap akhir lebih banyak
83
diberi pakan daun-daunan berupa daun teles sehingga banyak digemari konsumcn, Seisin ikan guramt: juga dibudidayalum ibn lele. Budidaya ikan lele dilaksanakan di kecamatan Kejobong. Pemasaran iJcan Je!e konsumsi ini baru dalam tahap pasar
lokal. Penelitian ini mempunyai ~
karma tidak dapat menyajikan
komodltas unggulan buah-buahsn yang diakibatkan tidak tersedianya data-data mengenai komodltas buah-bualuin yang repi cscrnatif, balk untuk data produksi
ataupun data luasan canam. Namun demildan berdasarkan Buku Profil Produk Potensial, Andalan dan Unggu\an Daerah Kabupaten Pllrbalingga dan hasil pengamatan di lokasi kawasan agropoli1an dapat di identifikasikan behwa buah jeeuk merapskan komoditas unggulm dsn durian merupakan komoditas andabn di kawasan agropolitan Buogak~
T&Nmalljeruk dan durian secara faktual
dilapangan ban yak dibudidayakan di bwasan agropolitaa B ungakondang. Jeruk banyal: dibudidayakan di kawasan peogembangao Cipawon dan sebagiB11 kawasan pengembangan Bukateja.. sedangkan durian baoyak dibudidayakan di kawasan pengembangan Kejobong dan sebagian kawasan pengembangan Bandingan. Berdasarlcan kemampwn
dan k=iian lahan, tanaman jeruk sangat sesuai
dibudidayakan di kawa.san agropolitan, terutama di kawasan pengembangan
Cipawon, sedangkan di kawasan pengembangan tainnya kesesuataneya bervartasi. Sentra produksi jeruk untak kahupaten Purbalingga herada di desa Cipawon. Peoanaman jeru k dilakukao di tegalan, psda awal penanaman di saar tanaman jeruk masih berukuran kecil biasanyn diturnpangsarikan dcngan tanarnan melati gambir. Ketika tanaman tanaman jCluk bertambah tinggt dan mele.bihi tioggi wiaman
melari gambir, maka tananwi melati gambir ditebang karma tanaman
melati gambir rnernerlukan penerimaao sinar matahari yang optimal dan kurang haik tumbuh dalam naungan tanaman lain. Secaea ekonomi tumpang sari ini lebih
menguntungkan karena tansman melati gambir dapat menghasilkan bunga setelab penanaman 6 bu len, sementare taoamaa jcruk mulai berbuab sereleh 3 tahun.
Dslsm rentang waktu sebdum tanaman jeruk menghasilkan buah, maka petani tecap memperoleh penghasilan berdassrkan
dari basil bunga mclati gambir. Bahkan
wawancara dengan bebe.lapa perani jeruk,
penghasilan
dari
tumpoogsari ini se!ain unruk mencalcupi l::ebutuhan ke!U31ganya juga sebagian
84
untuk biaya pemel iharaao tanaman jeruk. Sehingga praktis biaya pemeliharaan
tanaman jeruk berasal deri basil buoga melati gambir. Jeruk dipasarkan untuk kawasan regloaal Jawa Tengah
jeruk
banyak
dibodidayakan
di
kawasan
agrepolitan
Bungakondang dan kecamatan Kcmangkon. Pada tabun 2003, produksi jeruk se kabupaten
Purbalingga sebany.U: 313,84 ton, sebagian besar dipasok dari
kawasan agropolican Bungakondang. Sedongkan produksi jeruk seluruh lawn Te11gab pada tahun yang sama berjumWl 594,41 ton. Dengan demikian prodaksi jeruk Purbalingga mencapal S4,4' % d.ari total produksi Jawa Tengab. Hal tersebut secara kasar dapat menunjukkaD babwa komoditas jeruk Purbalingga mempunyai keunggulan kompetitif llllblk kawasan
regional Jawa Tengah.
Sebrang ini sedsng' dilakukan upaya niembuat brand image rerhadap komoditas jeruk dengan narna generik Jenik Cipawon, ante.I'll lain dengan peningkatan kualilas jeruk dan mengikutsectakan dllam lomba buah unggul tinglcat nasional tahon 2000 yang diselenggarakan oleb l)epartemen Penanian.
Sedangkan tanarnan durian betdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahannya sesuai dibudidayakan di kawasan pengembangan Cipawon, Bandingan dan Kejobong. Namun demikian secara faktual di lapangan durian kebanyokan dibudidayakan di kawasan pengembangim Bandingan dan Kejobong. Se lain itu juga banyak ditanarn di wilayah kecamatan Kemengkon, Sentra produksi durian kabupeten
Pnrbalingga
berada
di
hcsmatan Kejobong
atau
kawasan
pengembangan Kejobong. Tanamen durian dibudidayaksn di kebun dan
pekarangan penduduk bereampur dcngan tanaman perkebunan lainnya, tidak dibudldayakan secara intensi f di lahao khusas, Produksi durian kabupaten Purbalingga pada tahun 2002 scbanyak 5.034 ton (Pemkab 2003). l\amun demikian jangkauan paser denan masih tcrbatas yaitu untuk memenuhl kebutuhan pasar lokal dan regiona 1 sekitar kabapateo Purbalingga. Persepsi dau Partislpasi l\tasyarltllal dalau1 Pengembangau Kawasan Agropolitau serta Fllktor yang Mempeo~rub.inya Partisipasi masyarakat dalam proses pernbangunan dilalwkan sebagai perwujudan dari tanggapan masyvakat alas masalah yang ada dalam masyerakat
85
dan dilaksanskan dengan cara-cera yang dapat diterima masyarakat tersebut, Melibetkan masyarnkat secara olaif dalaJn pembangunan berarti memberikan tanggung jawab
kepada masyarakat untuk merumuskan masalah-masaleh
masyarakat, memobillslr sumber-sumber daya setempar dan mengembangkan kelompok organisasi masyarakat setempat. Pengaruh positifclari proses partisipasi masyarak:at antara lain ma<;y1!ralcat dapat mesgerti permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang diambil, Partisipasi masyarakat menurut Cohen daa Uphoff ( 1977) da!am HA1'3llap (200 I) adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pembuaian kcputusan ientang
keu:rlibaian
dalam pelaksanaan
l)l'OS!ant
11p1t
yl!Jlg dilakukan
d1l!l bsgaimana,
dan keputusan dalam kcntribusi
sumberdaya atau bekerjasama daJam organisasi arau kegiatan kh usus, betbagi
manfaat dari program dan lcderlibatan dalam en!uasi rrogram. Oleh karena itu partisipasi yang d iharapkan dalam prosnm pemballgunan adal&h partisipasi intc:rakti f dan mobil isasi swabtsa -
partisipasi dalam bentuk kemitraan,
pendelegasian kekuasaan clan penpwasan oldl masyarakat. Kelompok tani di kawasan agropolitan Bungakondang berjumlab 116 (seratus enam belas) kelompok tani, yang terdiri dari 17 (tujuh belas) kelompok tani di desa pusat pertumbuhan yaitu desa Bakateja, Cipawcn, Bandingan dan Kejobong sedangkan 99 (sembilat\ pulub scmbilan) kelompok tani berada di desadesa hinterland. Pemilihan responden dllalrukan secara acak terstratifikssi (s1ra1ifted random sampling) Cerhadap ldtasi reeponden. yaitu di desa pusat
pert um bu ban dan desa hinterland. Rcspondeo merupakan ketua ke lompok tani yang berada di kawasan agropolitan Bungakondang. Penentuanjumlah
responden
beroasarkan monogram Larry King. dimana dcngao tingkat kesalahan 10 % dan jumlah populasi 116 maka sampel yang sebaiknya dipergunakan adalalt 30%. Deng an dernikian responden yang diambiI adalah 30 % dari populasi 116 kelompok tani, yaitu berjum\ah 35 (tig& puluh lima). Dengan stratitikasi terhadap lolalsi tempat tinggal responden dcngan memperhatibn jumlah kelompok tani pada kawasan p11sat penumbuhan
dan kav.'llSall hinterland maka diperoleh
pembagian sampel responden, yalru tenliri dari S (lima) responden di desa pusal pertumbuban dan 30 (tiga puluh) responden di desa hinterland. Kelompok tani yang telah dfatratifikasi kemudiaa dilabikan pengacakan dan drambil jumlahnya
8S
sesuai sampel yang eda, Sedangkae respooden dalam penelitian ini merupekan kc:tm1 llari kc:lompok tall iyang 1elab dil.llkubn stntifikasidim pengacakan •. Tabet 29 Korn posisi responden peiielitian T.okasi Desa !'I.sat Pertumbuhan Desa M:1erland Jumbh
s 3-0
35
Da lam peneli!i.an ini dilakukan peagu kuran terhadap persepsi, tingkat partisipasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan
pengCll'lbangan
ka"'8Sall
pengambilan data rcsponden dllakvbn
agropolitan
Bungakondang. Teknik
dengan melakukan wawancara dan
mengisi knisloner yang tetah dipersiapkan. Data yang diperoleh kemud ian ditabulasi dan di anal isi s dengan llle.toda statistik. J>engulrnnm cingkat persepsi dilalrukan dengan metoda statistilc c~
yaitu dengan parameter lokasi
tempat tinggal dan jenis komoditas yang dibudidayakan responden. Demikien juga untllk mengctahui tingkat pmtisipasi dan faktor yang mempengaruhinya dllakulws dengan metoda statistik. cJri-square. Persepsi merupakan pemahwn hasil pengamatan lndividu mengenai suatu obyek tertentu, yaitu suatu proses penyusunan informasi untuk mem bu at penafsiron dan pengertian, Pernbmtukan perscpsi pada individu bcrlangsung mela(ui tiga mekanisme, yaitu selettifitas, pemaknaan dan interprecasi. Pada awalnya individu akan menanggapi secsra selektif terhadap stimuli yang ada, kemudian berlangsung proses pemalcnaan dan pads akh i mya akan terbentuk
interpretasi secara menyeturub tenl.aJlg stimuli tersebue, Persepsi sebagai suatu sikap dipengaruhi oleh tiga komponeo, yaitu komponen lwgnitif. afeklif clan mna1if. Komponen kognitif mel'llpaba pengetahuan seseorang terhadap obyek berdasarkan pengafaman Jan~ung yang dihubungkan dengan sumber inforrnasi. Pengetahuan
ini akan mengbasllkao kepereayaen terhadap obyek tertemu,
Komponen afelaif merupakan perasaan lllau emosi dalam menilai cbyek tertentu. Sedangkan komponen kona: if mcrupakan kcc:cnderuogao atau pcrilaku aktua.l seseoraeg untuk melakukan tindakan sesuai deogan yang dlpersepsiken, Tingkat persepsl masyarakat teebadap pengembangan kawasan agropol itan Bungakoodang diukur dengan pertanyaan kunci peda indikator lrognitif. afektif dan konatif
87
Kemudian dilakukan pengukuran hobunp.n aniara lokasi tempat ringgsl dan kom-0diu.s yang dibudidayakan rC5J)Otlden dengan metoda statistik chi-slfll(Ue. Lokasi tempat tinggal responden tcrbagi pada desa pusat pertumbuhan dao desa hinterland. Sedarrgkan komoditas yang dibudidayakan rerbagi menjadi empat
ke lom pok, yaitu : a. Persawaha» dengan komoditas utama padi sawah. b. Tegalan I dengan komoditas utamajerulolanmelati gambir. c. Tegalan 2 dengan komodhas utama ubi byu dan jasung.
d. Perkcbunan dengan komoditas utama Jada dan buah-buahan, Berdasarkan hasil tuisiona dapat dilakukan tabu lasi tingkat persepsi masyarakat
terh.adap pengembangan
bwasan
agropalitan
Rungakondang
sebagaimana tersebut dalam tabel berikot ini. Tabet 3-0 Hasil tabutas! tingkat persepsi respooden Resp
Persepsi
onden
Baile Durnk
Jumlah
35
100,00
Persepsi rnasyarakar terhadap program agropolitan sebagian besar masih buruk, yaitu sebanyak 27 orang respondcn atau prosentasenya mencapai 77. 14%, sedangkan responden yang mempunyai persepsi baik hanya sebanyak 8 orang atau
sebanyak 22,86%. Pcrscpsi ini merupakan tingkat pemahaman terhadap program pengembangan kaWll58l1 agropolitan. Persi=psi sebaglan besar masyarakat yang buruk menunjukkan bahwa pemahaman sebagian bessr masyarakat terhadap kegiatan pengembangan kawasan agropolitan masih tidak baik. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara lolcasi tempat tinggal dengan lcomoditas yang dibudidayakan dengen tingkat partisipasi dilakukan dengan anal isis chi squal'e. Tabulasi
hasil kuisioner persepsi responden berdasarkan lokasi terupat tioggal
dan kornodltas yang dibudidayakan scbagaimana tabel berikut ini.
Tebel 31 Persepsi rcsponden berdasarkan lokasi temjJ6t tinllb"'I dan komoditas
yang dibudidayakan Persepsi
Knteria Baik
Buruk
3
2
5
2)
0 6 0 2
6
I . T .olcasi tempat tinU"I a. Desa Pusal Penumbuhan b. /linter/and 2. Komoditas yang dibudidayakan a. Persawahan
b. Tegalan I c. Tegalan 2
d. l'erlcebunan Sumber : Hasil 1111alisis persepsi
4 16
I
Berdasarlam analisis chi-MJUDN deogan t hitung S%, diperoleh hasil bahwa terdapat hubu11gai1 yang signifik.an antara lokasi lempat unggal responden dan komoditas yang dibudidayakan deogan tingkat persepsi responden.
Tabel 32 Hasil analisis chi square hubungan antara lokasi dan komoditas dengan pcrsepsi
a. Lokasi tcmpat tinggal Chi-Square T<'Sls
Val110 4,564
Pearson Chi-Square Conlinuity Com:ctim Ukelihood Ratio l'uhcr• Exo
Asymp. Sig. {2·s.idod)
df
Fxact Sig. (2...ided)
Exact Sig. (l·sidcd)
0,033
2,437
0,118
J,864
0,049 0,067
0,(167
35
b. Komoditas yang dibudidayakan iuymp. Sig. Chi-Square TCSIS p_,, Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid l;BSC$ ------
Responden
yang
Value 17,608 20,349
(2-:si~
dt ~ 3
0,001 0
35. -----
berlokas!
di
desa
pusat
penumbuhan/kawlWlll
pengembangan cenderung roempunyai persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang bersda di kawasan hinteYla>ui. Demikian pula perbedaan jenis komoditas yang dibudidayakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadep tingkat perscpsi responden, dimana RSpOnden yang membudidayakao komoditas perkebunan dan tagalan 1 mempunyai persepsi yang lebih baik
dibandingkan
dengan responden
yang membudidayakan
komoditas
persawahan
Jilli k~alan 2.
Hasil analisis chi-square ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan kawasan dengan model agropo/itan yang menekankan pada pembanguaan di pusat pertumbnhan serta penemuan jenis komoduas unggulan temyata mempengaruhi pemahaman clan pengetahuan ret:ponden ~adap
sirategi agropolilM 1ersebu1.
Pcmbangunan agropolitan lcbih banyak dilaksanakan di pusat-pusa; pcrtwnbuhan, yang dalam hal ini adalah di pll.sat kawiss11n kengcmbangim/Jesa penumbuhan.
Kegiatan pembangunan banyak dilaksanakan
pusat
di desa pusat
pertumbuhan sehingga responden di pusat pertwnbuhan lebih banyak dilibatkan dalain
kegiatan
agropolitan.
Pembangunan
yang
dilaksanakan
di pusat
pertumbclhan dengan harapan mampu memberikan multiplier effect dan spread effect
terdahnp kawasan himerla11d. Hal ini tcntunya mcmpengaruhi pcrscpsi
masya111kat terhadap isgropolitan, dimana n:sponden di desa pusat pertt.m00h11n relatif rnempunyai pengetahuan yang lebih baik mengenai agropolitan. Sebalibtya responden di kawasan hinterland mendapatkan kegiatan agropolitan yang lebih
sedikit, pada akhirnya persepsi terhadap agropolitan juga bumk. Salah satu strategi pcngembangan agropolitan adalah dengan menekankan pada pc:ngembangan sektor dan komoditas unggulan yang juga diharapkan mampu memberikan multiplier effect dan spread effect
terdahap sektor clan
komoditas lain dengan kemampuao backward dan forward linkage-nya. Strategi ini mempengaruhi pelaksaaaan
pengemhangan ka wasan agropolitnn dimana
komoditas 1111ggulan lebih diprioritaskan dibandingkan dengan komoditas non-
unggnlan. Pada akhirnya berpengaruh lcrhadap tingkat partisipasi responden yang
mengusaltalalll komodims unggulan ataU komoditas unggulan. Respondet1 yang mengusahakan komoditas unggulan cenderung mempunyai persepsl yang lebih baik terhadap pengeml>angan agiopolitan dibandingkan dengan responden yans mengusnluOOm komoditas non mggulan. Hal ini terlihat dari hasil analisis clrisquare, dlmana responden komodnas tegiihm 1 dan peikebunan mempunyai persepsi yang lebih baik dibandingkan responden persawahan dan perkebunan 2.
Komoditas I adalah jeruk dan melati gambir, sedangkan komoditas perkebunan adalah Jada dan durian. Komoditas jemk, rnelati garnbir dan Jada merupakan
9()
komoditas
unggulan
di kawesan
agropolimn
Bungakondoing.
Sedangkan
komoditas persawanan adalah padi sawah scdli komoditas tegalan 2 lldalah ubi kayu dan jagung, yang ke~emllanya bukan merupakan komoditas unggulan.
Dengan demikian terdapat hubungan antara lokasi ternpat tinggal responden dan kom-Oditas yang diusahakan
dengan fingkat per.sepsi responden terhadap
pengembangan kawasan agiopolitan. rartisipasi
masy11rabt
dalam
pembangunan
proses
mcrupakan
keikutsertaan dan kerjas1.mut yang er.it antara perencana dan Jll8SYaral
mereocanakan,
melaksaaakan,
melestarikan
dan
mengembangkan
hasil
perubangunan yang telah dit.1pai. linggi rendahnya partisipa.si rakyat lidak hanya diukur dari kemauan rakyat untuk menaggung biaya pembangunan, tetapi juga de11£411 ada tidaknya hak rakyllt untuk ikut menentukan amh dan tujuan program perubangunan serta kemauan nkyat 1mtuk seeara mandiri melestarlkan dan
meogemb.1ngkan hasil program
pembangllnan.
Sebagal
bentuk
keglatan,
partisipesi masyarakat dalam program pembangunan mens:akup partisipasi dalam pereocanaan kcgi.alan, pembuatan keputusan pelaksenaan kegiatan pemantauan
dan evaluasi kegiatan serta pemanfa.atan hasil pembongunan. Hasll tabulasi tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangen kawasan agropolltan Bungakondang dapat digambarkan dalam tabel dan gralik berikut ini. Tabel 33 Hasil tabulasi tingkat parlisipasi respoaden Partisipasi Tinggi Rendah
Jwnlah
Resp onden !umlah Prosentase (%) fl 22,86 27 ,~
77,14 10000
Hasll kuisioner memperlihatkan bahwa tmgkat partisipasi responden terhadap pl"OgJalll agropolitan relatif rendah, yaitu sebanyak 27 orang responden l\tau mencapai 77, l 4% dan hanya ll orang responden atau sebanyak 22,86% yang memp1U1yai partisipasi yang tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil analisis persepsi, di raana masyarakat di kawasan agropolitan mempunyai persepsi clan partisipa$i yang rendah terhadap program agropolitan. Tabulasi hasil kuisioner terhadap fakt«-faktor tingkat partisipasi sebagaimaaa tabel berikut ini.
yang memperigaruhi
91
Tabel 34 Tingkat partisipa.~i responden lerhadap faktor yang mempengaruhinya Faktor yang Berpengarull
T\n~t l'actisiJ2Mi Tinggj
Rendah
Umur a. < 40 Llll1u11 b. 41-SOtlhun c, > 51 tahun
J
0
IS
4 4
9
Pcrulidikiu1
a. SD al3U lebih remlall b.SLTP c. SLTA atau lebib tinl!l!i
10 9 8
2 3 3
Luaslahan
a. 07Sha Pendapelan a. < 500.000 tupiah
11 7
0 0
9
8
22 5
3
0
3
a. 1"Jdak alaif
17
2
b. Cul(~aktif S~ialisasi a. Tidal< !da b. l(urang c.Ciikul) Pendampingan a. Tidak ada b. KW'81lg
10
6
10
0 0
b. sm.ooo- 1.000.000 rupiah > I .000.000 rul!iah Kelembagoan e,
I~ 5
2
8
(j
l
e.Cul:up
13 8
0
KelerOOJcaan Pemerintah a. Tidalc terbu~a b. Cukop terbul
16 II
IC-ian
Program
a. lidak sesual b. Cubp sesuai c, S3Jll1At sesual Manfaal yong dip¢roldt a. Kurang bermanfaat b. C.ulwp bermanfaat c, SillljlJlt bermanfaat Jafllk ke kantor kealmabn
a.<2lcm b. 2,1 -4 kin c.>41cm Sumbcr: hasil 41!0lisis lingl
o
16
7 I
6 I I
u
s
0
2
20
I
7
6
0 10 16
s
1
0
3
Hasil 11nolisis chi-square tcriiadap faktor yang mempengaruhi partislpasi
dengan I hitung 5% sebagaimsna tersebut dalam tabel 3~, menunjukkan bahwa
92
faktor-faktor yang secara signifikan mempeagaruhi tingkat partisipasimasyarakat adalah : a. Fakror incrinsik : pendapatan dan Joas lahan. b. Faktor ekstrinsik : keterbukaan pemerintah, sosielisasi, pendampingan, kesesuaian program dan manfaat yangdipemleb. Faktor pendapatan dan has laban saling berkaitan, semakin luas Jahan yung digarap maka pendapatannya cendenntg semakin mcningkaL Semakin besar pendapatannyamaka dapat m~
pendapatannya uotuk memperlaacar
kegiatan yang sedang dilakukan a!all partisipasinya cende:rung besar. Tabel 3 5 Hasi I analisi s chi square ltublll!gan antara tingkat partisipasl dengan faktor yang mempengaruhinya a.Umur Chi-Square Tests
~•
Chi-Square
Likelihood a.ti() Linear-by-Linear Associ atim N of Valid Cases
Valve J,J86 2,023 J,232
--
df
.AsYmJ:!· Sis.
~2~~)
2
0,5
2
0,364
I
0,267
35
b. Pendid ikan Qii-S(luare Tests Value ~Chi-Square 0.•14 L il;ci;Jtood Raiio O,ill l;ncar·W·Lineac Associ41ti\lll. O,J6Z N of Valid Case.!__ __J.~--
di
A
0,813 0.807 0,547
c, Luss Jahan Chi-Sguare Tests Pearson Chi·Square Likelihood Ratio Lineat--2r·Linear ~soc:iati{)n N of Valid Ca$CS
Va(ue
AsrmJ:!. Sig,
df
10,98 14, 12
2
!z975 35
I
(2-sidcd)
0.004 0,001 0,003
2
d. PendaQatan Chi-S9uare Tests P~n Chi-Sqwn: Likelihood Kati<> LillCU'·l!:i:·Linear A.ssocialion N of Valid Cases
df
Volue
11,926 10,90() 9,&l
As:t:!!Je· Si,11. (2rsided~ <J,003 0,004 0,.002
2
2 I
3S
e. Kelernbagaan ASyrni>. Silo Chi·Ssuare Tests Peanor, Chi·Square Continuil! Cortection Likelihood Ratio Fi
Vllk!e
df
~2-oide
3,584
I
0,058
l,217 3.671
I 1
0,136
3,482
3S
Exact Sig. (Z.$ided)
Exact Sig. !I-sided)
0,055
o,o&
0,105
O,C-68
-
-
f. Sosial isasi Chi-sqwre Tests P'~ Chi-Square Likelihood Ratio Linear-bv·Linear As.Wci~ion N of Valid Ca,n
s.
Asymp. Sig. (2-slded)
df
17.SS 20.30S
2 2
0
0
12,96 35
0
Pendampingan Chi-Squote T •els
As/TY>· Sig. (2-sidod)
df t,966
P<:'.non Chi-Square L.ikclibood Ratio
Linear-by-Lil!eat AS$0(iation N orvolid Ceses
2 2 I
ll,IS9 4.753 3S
0,011 0,004 0,029
1._Keterbukaan pemeri mah Chi·Squate Tests
PeatSO
Voiue 7,644 1f}41
As)mp.Sig. (2-$idecl)
df
2 2 I
M96
0.022
0,019 0,009
Kesesuaien program Vllue 1~167 10,147
Chi·Sgiare Test• Peanon Ch;·Squan: Likelihocd Ratio
Lioear:by:Unear Association N of Valid Cases
As>mp. Sig. (2-sided)
df 2 2 I
l,S9S
0,006 0,006
·-------"D,_0()3
k. Manfaat Chi-Square Tests Pear30n Chi·Squate
Vile<: ·· --n:n6=-__ . . df ::.:.__
Likelihood Ratio Lluear-by-Llncar As:tociation _l!of Valid Cases
I I ,643
As)mp. Sig. (2·sided) 2-~"""=.::""'-..,__,"""o~.00 74.,...
7
2
0,003
10,891 35
0.00I
I. Jank ke kecamatan ....,;:.Q\=i'-'-S:..:9i.::u;;;:3tC~Tes=1•'------V.:.:alue=:..,.._...:df=-----A~•ymp. Sig. (2-$i(!"'1)_ .. Peamn Cbi-Sq1J.11re Utelibood Ratio
1,768 1.9S9
2 2
Ll-.--by-LincarAsroc:ia:ioo NofValld~
1,716 35
I
0,03
D.376 0,19
Harnjjoyo (1994) dalam Pujo (2004) menyatakan bahwa keberhasilan partisipasi
masyarakat dalam pernbangunan,
khususnya
pada masyarakat
perdesaan dipedukan elemea anatomi partisipasi masyarakat, antara lain : a. Terdapat masaiah atau kepentingan yang diresskan bersarna. b. Terdapat bentuk atau cara pemecahaa masalah yang dirurnuskan melalui mekanisme sosial, c. Terdapat tuj uan kegiatan untuk mengatasi masa!ah yang dimufakati secara bersama-sama,
94
d. Terdapat komitmen yang 1inggi unluk mencapai tujuan bersama untuk memecabkan masalah uncuk kepc:ntingan bersame, e. Terdapat kegilllan nyata untuk mencapai wjuan bersama sekaligus sebagai wadah partisipasi masyarakat. f, Terdapat keterbukaan dari pai:a pemimpin, balk di kalangen pemerintah maupun di masyarakat. g- Terdapet orgnnisasi yang menjaminjaringan komunikasi. h. Tcrdapat l!asil y1111g nyata dan dinilanati bersama Sosialisasi dan kescsuaian program yang secara signifikan mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi. Sosialisasi merupaken pro= transfer pengetahuan dan pemahaman mengenai suw kegiatan rertentu. Proses sosialisasi mcnjadi
tahapoo
awal
masyarakat
untuk
mengctllhui
suatu
program
pembangunan, Menurut Kotler (1969) dalam Endaiyanto (1999) salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah melalui pemberian infonoasi, lcarena infomrasi yang relevan dan memuaskan akan mampu mensgerakkan minat masyarakat untuk berparnslpasi dalam program pembangunan. Selain itu sc:bclwn mcmutuskan suatu perbuatan tertentu, masyarakat akan mencoba memahami Jan mencoba mengertl suatu program terlebih dahulu. lnformasi mengeaai program
pembangunan diperlukan agar masyarakat mempunyal pengetahuan yang cukep. Dengan
demikian
masyarakat
akan berpartisipasi
apabila
mempunyai
pengctahuan dan pcmahamen tcntang tingkat kegiatan program pembangunan, sehingga dlperlukan proses soslallsasl mengenai ,program pembangunan iersebut. Berkaitan dengan program pengembangan kawasan agropolitan, rnaka dalarn tahapan awal dipcr'lukan proses sosialisasi kepada masyaralcar agar memperokh pengetahuan yang cukup yang pada akhimyo mampu membangkitkan mlnat dan perlUI serta
masyarakat untuk mcndulcung program agropolitan tersebut. Selain itu
kesesuaian
program juga rnempunyai hubungan dengan tingkat partisipa5i.
K.esesuaian program ini juga menggambarkan proses komunikasi dan keterbulcaan pemerintah
dalam mengekomodasi permasslahan yang ada di masyarakat.
Masyaralcnt cenderung bcrpartisipasi pada program yang sesuai dengan kcinginan ma.sylllakat. Kesesuaillll program belkaitan dengan kererlibatan masyarakat sejak perencanaan program sehingga program yang akan dilaksanakan merupakao hasil
95
aspirasi dan sesua i dengan kebutuhan masyarakat. Kescsuaian program akan marnpu mengatasi petmasalahan-permasalaben yang ada di masyarakat. Dengan demikian masjarakat juga rncndapatkan manfaat dari program tersebo! sehiogga masyarakat
mempunyai
anrusiasrne yang tinggi •mtuk ikut serta dalam
pelaksanaan program pembangunan. Pelahanaan
proeram agropolitlln selama ini terjadi bias pembangunan
fisik wilayah seperti pombangunan jalan, pasar dan terminal nQmun belum benyak mcnyentuh sumbecdaya sosia( (social capital)
serta
smnberdaya 111anusia (lnmum
capital). Sehingsa masalah r.osial yang terjadi adalah kllrangoya koordinasi antar
stakeholder dan kurangnya pemahama11 konsep agro110litan (P4W-1PR 2004).
Salah satu upeya mengatasi terjadinya bias tersebut adalah dC11gan melakukan pembangunan sosial kemasyarokollln, yaittl pcmberdayaan masyarakat antara lain dengan meningl
pcrnbangunan jangka panjang.
sehlngsa untuk meninglcatkan p
masyarakat m•kA dl~kankan pads proses soslalisasi program agrupoli141t kepai.bi masyarakat serta melibatkan masyarakat dalam proses pereneanaan kcgiatan sehini:ga program yang dilakunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kedua faktcr tersebur berada pada tahapan awal dari pelaksanaan prog1am pembangunan. Sosiolisosi program agro(>olitan dapat dilak.saoakan seeara formal maupun informal, antara lain dengan p~uyuluhan dengan metoda dua arah
intensitas y/lllg finggi sehingga terjalln hul>wlgan yang erat antara Pemerintah dengan masyarakat. Melalul penyuluhan dapat diperoleh dua manfaat sekaligus, yaitu masyarakat menjadi mengerti dan pabam terhadap kegio.tan p1ogram apopolitan, sekaligus juga untuk menjari11g aspin1Si Jim permasalahan yang Ilda di masyarakat yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan program
agropolitan. Dengan demikian dlharapkan dapat meningkatkan pertisipasl masyarakat yang pad.a akhimya dapat menjamin keberhasilan, kelestarien dan keberlanjuten program agropclitan.
95
aspirasi dan sesuai dengan kebutuhan masyatalcat. Kesesuaian program akan mompu mcngntasi penn:isalahan-pcrmasalahart yang ada di masyantkat. Dengan demikian masyarakat juga mendapatkan manfaat dari program terscbut sehingga masya.rakat mempunyai
antuslasme
yang tinggi umuk
ikut serta dalam
pelaksanaan program pembangunan.
Pelaksanaan program agropolitan selama ini terjadi hias pembangunan frsil: wilayah seperti pembangun.tn jalan, pasar dan tenninal namun belwn banyak menyeotuh sumberdaya sosial (social capital) scrta sumberdeye manusia (human capi1a{). Sehingga masalah sosial yang lerjadi adalah kurangnya koordinasi antar
stakeholder dan lwrangnya pemahaman konsep agropolitan (P4W-IP8 2004}. Salah satu upaya mengetasi terjadinya bias tersebut adalah dengan melakukan pembangunan sosial kemasyar.ikata11, yaitu pemberdayaan ITl4$yarakat anwa lain dengan meningkatlcan partisipasi clan peran serta m:isyarakat dalam program agropolitan. Pelaksaeaan program agropolitan di kawasan Bungakondang maslh dllllllll tahap awal, dimana program agroplltan itu sendiri merupakan program penibangunan jangka
panjang.
sehingga untuk meningkatkan
partisipasi
masyaralca! maka ditekankan psda proses sosialisasi program agropolitan kepada masyarakat serta mellbatkan masyarakar dalam proses perencanaan kegiatan sehingga program yang dilaksanakan seseai dengan kebutuhan masyarakat. Kedua faklor tersebut berada pada tahapan awal dari pelaksanaan program pembangunan. Svsialisasi program agropolitan dapat dilaksanakan secara formal maupan infonnal, antara lain dcngan penyuluhan dengim metoda dua arah dengan intcnsitas yang tinggi sehingga terjalin hubungan y11Dg erat antanl Pemerintah dengan masyarakat. Mcmlui penyuluhan dapat diperoleh dua manfaat sek.aligus, yaitu masyllnlk.at menjttdi mengerti dan paham temadap kegiatan program agropolillln, sekaligus juga untuk menjaring aspiras! dan pennasalahan yang ada di niasyaralcat yang dapar dijadikan sehagai acuan dalam pelaksanaan agropolitan. Dengan demikian diharapkan
progn1111
dapat rn11ningkatkan partisipasi
masyarakat yang pada akhirnya dapat menjamin keberhesllan, kelestarian dan keberlanjutan program agropolltan.
Ar.ahan Pengcmbangan
Kawasan Agropolitan Bungakonclaog
Pembangunan wilayah pada dasamya adalah kebijakan pembangunan
nasional pada suatu wilayah yang telah disesualkan dengan kemampuan fisik, ekonomi dan sosial daei wi!ayah tersebut. Konsep pembangunan pada suatu wilayah tersebut luirus mengacu pada kondisi '~ilayah itu sendiri, sehingga aspek
local s~ciftc sangat dipcrhatikan (Daryanto 2004). K.ebijakan pengembangan willlyah juga mempakan
pennasalahan
ruang, dimana kebjjakan
tersebut
mempermasalahkan dimana suatu aktivitas ekonomi hams ditempatkan agar
memperoleh
hasil yang optimal.
Ha:! ini juga
karena
di~i
hahwa
pcngembangan wilayah tidak terjadi secara merata di sieluruh bagian wilayah Jcarena perbedaan sumberdayanya. Dengan demikien ~ii tcrsebut juga
abn
berbeda
apabila
k)l.asinyapun
dari pembangunan
bcrbeda.
Peodekatan
pembangunan yang dianut adalah pengembengan wilayah yang dikonsentrasikan
pada kutub pertumbuhan tertentu. baik dilihat dari sudnt loka<;i maupun sekiomya. Pendekllbn ini menjadi menarik Jcarena diyakini menjanjikan suatu perubahan dari nwyarakat
agraris tradisional menjadi masyarakat agraris industrial. Pembangunan yang berimbang secara spasial mcnjadi penting karcna dalam skala makro hsl ini menjadi prasyarat bagi tumbuhnya perekonomian nasional yang
lebih efisien, bedceadilan dan berkelaniaten, Dcngan demikian dilakukan 11paya meaumbuhkan pusat-pusat pelayanan yang rnenyebar den berskata lebih keeil, terutama di perdesean, Menurut Nurzaman (2002) pengembaugan
agropolitan
menitikberatkan pada pakembangan perde.saan dan pertallian dengan luas yang relatif tcrbatas, tenutup dal1 dapat memen11hi kebutuhannya sendiri (self sttficient) baik dalarn pemenuhan kebutuhan maupun dalam pengambilan keplltllsan. Perkembangan ini dituj11kan untuk diversifikasi aktivltas lapangan keija, baik dalam sektor pertanian maupun industri berbssis peltanian. Disamping itu agropolitan mensyeratkan adlUlya selective regional
c{QSUJ'f(
untuk mengul'IUlgi
kebocoran yang ll:rjadi karena interaksi dengan luar wilayah dan selective spatial closure agar pengaruh dari luar wilayah ya11g memgibn
dapat dikurangi.
Kebijabn yang dibkulcan juga merupskan pi:ndekatan Y4Rg bertitik berat pads
pengembangan potensi setempat dan untuk pengembangan wilayah sctcmpClt,
97
sehi11gga di dala!n pengemballgan wllayah perdesaa»
juga
men!l)l81'3tkan
pembangunan sektor pertanian sebagai sektor utamanya, Kewasan
agropolitan
Bungakondang
sebagai
suatu
kaw11Si111
peng.:1nbangan perdesaan di Kabupaten Purbalingga mempunyai sektor utama pertantan sebagai sektor penggerak utama yang me111berikan kontril>usi signifilum tuhadap perekonomian di kawasan agropolitan seJta mempuny.ai keterkaitan ke depan dan ke belakang {forwOl'd ond bach<ard loolcing linkag€S) terhadap sekror lain. Sektor pertanian menipabn
penyumlxmg terbanyak tcnaga kerja scrta
menjadi lahan penghidupan sebagian besar masyarakat di kawasan agrupoli1a11 Dungakondang. Dari hasil anallsis kemarnpuan dan kesesuaian Jail.an, kawasan agropolitan ilungakondang
dapat dikclompokkan menjadi 4 (empat) wilayah pertanian
sebagaimana tersebut dalam Tt1bel 16. Pewilayahan pertanian ini beibita11 dengan pembagian bw11S4111 pengembangan yang ada. Setiap kawllSlll pengembangan mcmiliki kamkteristik komodaas penanian yang berbeda. Wilayah Pe1tanian I meliputl
kawasan pengcmbangan utama Bukateja
dengan jenis penanian
persawahan. wibyah pertanian 11 berada pada kawasan rengemhangan Cipawon dengan jenis pertanian campuran persawahan dan tegalan, wilayah pertanian Ill berada di kawasan pengembangan Bandingan dengen jenis pcrtanian campuran tcgalan dan perkebunan, scrta wilayah pertanian lV ber.idli di kawasan
pengembangan Kejobong dengan jenis pertanian perkebunan. Pola penggunaan lahan dan pol.a tata roang berdasarkllll l'.emampuan dan
lcesesuaian lahan pada kawasan agropolitan B'llngakondang ini mirip deogan penggunaan lahan model Von Thunen atau pengembangan dari model tersebut oleh pmcliti lain. Model voo Thuneu menggambarkan kecc:ndenmgan pola tat.a ruang dan penggunaan lahan dengan bentuk kawasan atau wilayah yang melingkat seputar kota yang didasarkan pada ecolfQmic land rent, dimana ~tisp penggunaan lahan akan menghesilkan keu11tungan bersih yang berbeda. Sehingga modelnya disusun berupa seri zcna-zona konsentris dimana setlep zona mcmiliki tanaman yang kbas. Sccara umum zona tersebut terdiri dari zona pertama yang berdekatan dengan pusat layanan berupa budidaya pertanian intensif dan komoditas yang
m udal1 rusak (perishable) sedangbn zooa selanjutnya semakin berjauhan dengan
pusar layunan merupakan pertanlan ncn-imensif'. Pada kawasan egropotltan Buogakondang ini wilayahnya tertr..gi menjadi kawasan pengembangan utama Bukan:ja dan 3 kawasan pengembangeo, yaitu Cipawon, Bandingan dan Kejobong. Kawasan pengembangan utama Buhleja
ciao pusal akrivitas kawasan agropolitan Bungakondang, sedangksn kawasan pengembangan JaiMya di posisikan sebagai kawasan himenand. &rd.lS4rkan model Von Thunen, pole tata ruang dan merupakan
pusat
pelayanan
peoggunaan Laban peda ka~n 3 zone, yaitu zone I berupa
agropolitan Bungakondang dapat dibagi mcnjadi J)Crtania!I
intensif, zone II berupa pertanian semi
intensi f dan zone 11 berupa pertanian non imensif, sebagaimana tabe I berilrut inl : Tahel 36 Zonasi wilayah pada kawasan agropolilan Bungakondang Zona Zona I
Lokasi Kawasan
Pengembanpn
Pewllayahan Pertanian Wil.ayah Pertaniftll I
Persawahan
Bukatcja Zonan
.Kawasan
Perig:mbang;ul Wilayab Pertanien I! & lll Cipawon & ~ingan
Tegalan
Zona III
Kawasan K iobcn
Perkebunan
tugembangen W'tlayah Pertaniau I\'
Peta zonasi kawasan agropolitan Bungakondang dapat dilihat sebagaimana dalaln Gambar 10, Zona l merupakan zona pusat agropolis dan pertanian intensif.
Zona me I iputi kawasan pengem bangan utama Buka!eja yang merupakan pusar aktivitas dan pusat pelayanan kawasao agropolitan Bungakondang. Desa Bukateja rnempunyal hirarki perkembrutgiin desa yang tertinggi diantara desa-desa di seluruh kawasan agropolitan Bungakondang. sebingga menjadi desa pusat pertwnbuhan utama. &:bagai pusat agropolis maka kawasan pengernbangan Bukaleja diharapkan mampu rnenjw pusat aktiviw dan pelayanan bagi desadesa hinterland di kawasan agropolitan. Dilifiat dari kernarnpuan clan kesesuaian lahan di kawassn pengembangan Bokllleja merupakan wilaysh pertanisn J, yakni sebagian besar lahannya sangiit sesuai untuk budidaya padi sawah yang merupakan sistem usaha tani intensi(
99
ZONASI KAWASAN AGROPOLITAN BUNGAKONDANG O
1
2 Kllometers
s Zonasi Kawasan -
Zona1 KP Bul
i:::;J
Zona2
KPClpawon & Bandiigan i;;;;;i Zona3 KP KejD!>ong
·4000!1--1--+---1-----+--+----+----+---I---+"''
....
Sunber: Peta AE:z Kabupaten Pu.rballngg Tello.m 2002 Skala 1:50.000
Gambar 10 Peta zonasi penataan ruang kawasan agropolitan Bungakondang Kawasan pengernbangan Bukateja secara administratif merupakan sebagai bagian dari Kecamatan Bukateja, merupakan salah satu Jumbung padi di Kabupaten Purbalingga. Nilai location quotieru untuk komoditas padi sawab di kecamatan Bukateja diatas angka l, yang berarti produksi padi sawah di kecamatan Bukateja dapat mensuplai wilayah lain. Secara administratif, kawasan pengembangan Bukateja dan Cipawon berada di kecamatan Bukateja. Dari peta kesesuaian lahan untuk komoditas padi sebagaimana Gambar 11,
kesesuaian
yang tinggi komoditas padi hanya berada kawasan pengembangan Bukateja dan Cipawon, sedangkan di kawasan pengembangan lain komoditas padi sawah ini kurang sesuai.
Komoditas
padi sawah di kawasan agropolitan merupakan
komoditas andalan, karena komoditas padi sawah juga banyak diproduksi di kecamatan lain sehingga nilai locational index relatif rendah. Namun demikian karena kesesuaian labannya tinggi maka komoditas padi sawab ini diusahakan di kawasan pengembangan Bukateja yang secara eksisting pola penggunaan lahan oleh sebagian besar masyarakat selama ini untuk bertanam padi sawah, Dilihat dari topografinya, kawasan pengembangan Bukateja berada daerah yang datar yang cocok untuk budidaya padi sawah. Padi sawab merupakan komoditas baban
100
pangan pokok, sehingga budidaya padi sawah perlu tetap diusahakan sebagai cadangan pangan terutama dalam kerangka ketahanan pangan di tingkat masyarakat dan daerah.
PETA KESQUAIAH LAMAN KOllODITAS PADI
1
O
1
2 Kilometers
Kesesuaiankomodilaa padl.shp ~da~ Oldata.' Pem.uklman
i
$1 S2
S3
K.esesua;an
l..u8s (H~)
Prose UIS&
P4tm.. lm 51 S2 S3 N Jumlah Sumber: Peta ACZ Kab. Purballngga Tallun2002 Skala 1 : 50.000
Garn bar 11 Peta kelas kesesuaian lahan komoditas padi sawab Pada kawasan pengembangan Cipawon yang sebagian kawasannya mempunyai kelas kesesuaian lahan SI terkonversi untuk budidaya melati gambir dan jeruk, Dari hasil analisis kesesuaian lahan, lahan yang sangat sesuai untuk budidaya komoditas padi sawah seluas 3.325, 11 ha atau 28,22 % dari kawasan agropolitan. Se lain itu di kawasan pengembangan Bukateja juga telah berdiri PD Puspahastama (Pusat Pengolaban Hasil Pertanian Utama} milik Pemerintah Kabupaten Purbalingga, yang terutama bergerak dalam bidang perberasan. PD Puspahastama memiliki Rice Milling Unit (RMU), mesin dryer gabah dan jagung serta gedung penyimpanan yang mendukung keberadaan kawasan agropolitan Bungakondang terutama dalam agroprosesing komoditas padi. Zona 2 merupakan zona pertanian semi intensif yaitu pertanian tegalan. Zona ini meliputi dua wilayah kawasan pengembangan, yaitu kota Cipawon dan Bandingan. Walaupun berada dalam satu zona, pewi layahan pertanian pada kawasan pengembangan Cipawon dan Bandingan mempunyai karakteristik yang
101
berbeda.
Dilihat
dari
kemampuan
dan
kesesuaian
lahan di kawasan
pengembangan Cipawon merupakan wilayah pertanian IT yang berupa pertanian campuran antara persawahan dengan tegalan. Sedangkan kawasan pengembangan Bandingan merupakan wilayah pertanian Ill, yaitu berupa pertanian eampuran antara tegalan dengan perkebunan, Kawasan pengembangan Cipawon mempunyai topografi datar sedangkan kawasan pengembangan Bandingan topografinya dari datar sampai dengan bergelombang. Namun demikian kawasan pengembangan Cipawon dan Bandingan mempunyai kesamaan, yaitu sebagian besar labannya berupa tegalan. Sehingga zona ini menjadi zona transisi antara pertanian persawahan dengan perkebunan.
Secara eksisting penggunaan lahan oleh
masyarakat di kawasan pengembangan Cipawon berupa lahan persawahan dan lahan tegalan dengan komoditas utama adalah jeruk dan melati gambir. Jeruk dan melati gambir ini menjadi komoditas unggulan di kawasan pengembangan Cipawon karena antara lain rnenjadi penggerak utarna perekonomian kawasan, mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dalam persaingan di pasaran regional. Pn'A llESDUAIAN
LAHAM
llOMODITAS.llltUll 1
.,_ ........
o
2 Kilometers
1 N
~
WT.Ii Ketas Keeewaian Lahlln
D 11dak Oldata/ Pemukim'an (ijilS1
..,....,
-~~ Kesesuaian
Prosen-
Pemukim
23,46 55,07 6,00 15,48 0 10000
we
..,....,
S1
S2 S3 N Junlah
SUmber: Pata AEZ Kab.. Pllbalingga Tat.Jn 2002 Skala 1 : 50.000·
Gambar 12 Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas jeruk
102
Berdasarkan analisis kesesuaian SI
kesesuaian lahan,
komoditas jeruk mempunyai kelas
pada kawasan pengembangan Cipawon dan Kejobong serta
sebagian kawasan pengembangan Bukateja dan Bandingan seluas 6.312, 10 ha atau 55,07 % dari kawasan agropolitan Bungakondang. Dengan demik.ian pengembangan budidaya jeruk masih terbuka luas karena selama ini komoditas jeruk kebaayakan baru dibudidayakan pada kawasan pengembangan Cipawon. Komoditas melati gambir walaupun hanya rnempunyai kelas kesesuaian sedang dan rendah, namun demikian karena kebutuhan pasarnya yang tinggi maka banyak dibudidayakan pada kawasan agropolitan ini. Selain itu pemanenan melati gambir yang dapat dilakukan setiap har:i, maka lebih disukai petani karena petani rnendapatkan pemasukan pendapatan setiap harinya. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas melati gambir sebagaimana dalam Garnbar 13. +--+---+---+----+----1---+----+--+---+t1•- PETAKEIUUAIAN LAHAN KO•ODITAI •ELATI
-
0
2 Kilometers N
W*E s
Kelas Kesesualan Lehan
B
- as2
1ldal Oiclatal Pemukimen
'N
$3
,..,.
Kesesuaian Pemul
171!DDO
S1 ,s2 S3 N Jumtah
'""""
Luu
ProsenLase
23,46 0 46.40 10,72 2.226,2 111,42 11.462,7 100,00
Sumber: Peta AEZ Kab. Pu!belingga Tahun 2002 Skala 1 : 50 .000
Garn bar l3 Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas melati Sedangkan kawasan pengembangan Bandingan
mempuuyai komoditas
utama berupa ubi kayu dan Jada. Ubi kayu dibudidayakan di tegalan sedangkan lada dibudidayakan
di kebun atau pekarangan, Secara fisik dari analisis
kemampuan dan kesesuaian lahan, kawasan pengembangan Bandingan mernang
103
sangat sesuai untuk budidaya ubi kayu dan lada. Ubi kayu kebanyakan diproses menjadi tepung tapioka.
Pengolahan tepung tapioka sebagai bahan antara
dilakukan oleh pabrik-pabrik tepung tapioka yang banyak terdapat di kawasan pengernbangan Cipawon, Bandingan dan Kejobong. Zona 3 merupakan zona pertanian non intensif, yaitu perkebunan dan berada pada kawasan pengembangan Kejobong. topografi berbukit dengan kelerengan 8-25 % sehingga fisik kurang sesuai untuk pertanian persawahan apalagi merupakan daerah yang relatif kering. Berdasarkan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan, kawasan pengembangan Kejobong mempunyai klas
kesesuaian tinggi untuk budidaya tanaman perkebunan dan buah-buahan. Kornoditas unggulan kawasan pengembangan Kejobong adalah tanaman lada dan buah terutama buah durian, Kedua jenis tanaman tersebut dibudidayakan di pek:arangan rumah atau kebun penduduk. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas lada pada kawasan agropolitan sebagaimana dalam Gambar 14, dimana komoditas Jada mempunyai kesesuaian tinggi pada lahan seluas 6.312,10 ha atau 55,07 %, yang berada pada kawasan pengembangan Kejobong, Cipawon dan sebagian Bandingan.
0
1
~
2 Kllometers
s '"""
r
Kela& Kesesuaian Lehan
D
Dldala/ Pemukiman
52
~ 53 Keseauaian
resen tase
Pemuklma 51 52 53
23,46 55,07 6.00 9,54 5,94 100,00
"'
Jumlah
5umber: Pata AEZ Kab. Purbalingga Tahun Z002 Skala 1 : 50.000
Gambar l4 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas lada
1()4
Komoditas yang mempunyai kelas kesesuaian lahan tinggi namun belum banyak dibudidayakan
antara lain komodil.as nilam, duku, 1111T1butan, kelapa,
empon-empon (kunyil, kencur dan kapulaga), salak dan pisang. Komodillls tersebul kebanyaken berupa komoditas peekcbunan rokyal y1111g dibudidayakan di pekarangan rumah dan kebun campuraa. Tingkai kesesualan ya11g linggi uulllk komoditas 1erseb111 btrada di kawasan pengembangan Kejobong dan Bandingan. Sesuai
dengan
struktur
hirarki
atau
orde
kawasan
agropolitan
Bungakondang maka diperoleh hasil bahwa zona I yaitu lcawasan pengembangan Bukotejo merupak1m orde J otAll inti kaw
dan pelayanan. Namun dengan demik.ian yang
terpenting adalah ketelkaitan antar z.ona dan antar orde, Menurut Rust!adi et.a! (2006), pengembMgan lcaw&SM agropolitan menekanlcan pad.a hubungan antara k.awasan pcrdesaim dengan kawa.un perkotaan secara berjenjang. Oalam hal int antara
kawasen pengembangan
Pensembangan
utama de"Pn
lcawRsan
kota-kota kooil di kawasan perdcWln
hlmerlandnya.
akan menlngkatkt111
kcsejahlicraan masyarabit perdesaan, Hal lni brena dcngan twnbuhnyn kottt-k.ota kecil tersebut, f~llitas-fasilitas pelayaoan dasar dan pasar umuk produk perdesaan juga bisa dikembangkan. Sehingga terjadi huhungan imbal-balik yang saling mensuntunskan antar hirarki wllayah. Selain itu efek multiplier dari setiap sektor yang ditcrima olch hinrerla"d akan sernallin mcmingkat dengan bcrlummgnya janik dari pusat. Berkembangnya kota-kota ~II, dalam konteks agropolitan
adalah kawasan pengembangan, dapal secera positip mendorong perkembaagan wilayah hinterlantlnya, terutama untuk mentranformasikan
pola pertanisn
perdei;oan yang subsisten menjadi pola pertwlilUI industriol dan komersiol serta menglraegrasikan ekonomi perkotaan denga« perdesaan. Sehingga diharapkmi pembangenan inter-regional berimbang dapat berkembang, yaitu suatu bentuk
sinergitas pembangunan antar wilayah dimana interaksi antar wilayah tersebut adalah hubungan saliag memperkuat dan nilai tambah yang terbentuk dapat terbagi secera adil dan proporsional.
1~5
Namun
dcmikian untuk
agropolilllll perl u d i!ingkatkan ~i petan i.
keberbasilan
dan kebcrhmjutan program
dan partisi pasi masyerakat, terutama
Hal in i karena tingkat pcr.;epsi dan partisipasi rnasyarakat
terhadap
program agropolitan Bungakondsng masih rendah. Sehingga pernbangunan dalam
bidang sumberdaya manusia dan sumbecdaya sosiat di kawasan agropclitan perlu pcningkatan. Dalam konreks sistem pcmcrintahan ya.ng demokratis, partisipasi masyantlcat merupakan bal yang penting Jcarena berlcailan !angsung dengan hal::i.kal dcmolcrasi sebagai sistcm pemerintahan yang berfokus pada rakyat
sebagal pemegang kedaulatan. Partisipesi rna.;yarakat memiliki ragam hcntuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidalc lan~ung, seperd berupa swnbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pcndapat dalam pcmbuatan kebijakan pernerinr.ah. Namun demiklan
sampai ini putisipasi masyarakat
masih terbatas pada
keikutsertaan dalam pelaksanaan poognm-program atau kegiatan pcmerintah, padahat par1isipasi masyarakat tidak hanya dipulukan 1>1da S881 pelaksinaan tapi juga mulai tahap penmcanaan
bahbn pengambilan kepotusan. Peningkatan
partlsipasi masyarakat di kawasan agropolitan Bungakondang harus dlmulal dalam tahap perencanaan, Berdasarbn basil aealisis tingk.at partisipssl, faktor ekstrinsik yang berpengaruh terhldap tingkat par1isip;isi masyanikat ad~lah ke:sesuaian kegiacan da!am program agropolitan kegia.tBn agropolitan sehingga dapsl diterima olch kedua belah pihak. Paiingbllln
pertisipasi mMyarakat dapat
dilakukan dengan melakukan tindalcan terhadap faktor·filktor yang berpengarub nyata terhadap partisipasi masyarakat. Sehingga dengan mcningkatnya partisipasi
maka rssa k.epemilikan masyarakat terba.dap program agropolitan juga meningkat yang pada akhimya ~berlanjutan program 11gropolitan dapat teljaga Jeb.ih balk.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Keshnpuli1a Berdasarkan basil penelitian dapat disimpullcan bal-hal sebagi berikul : I. ldentilikasi
kemampuan
Bungakondang
clan kesesuaian lahan pada kawasan
agropolitan
dengan mcnggunakan peta Agro Ecological Zone (AEZ)
Kabupaten Purballngga I : 50.000, n1enunjukkan pola pewilayahan penanian pada kawasan agropolimn, yaitu : a. Wilayah Pertanian I merupakan wilayah pertanian pcrsawahan berada di kawasan pengembangan utama Bukateja; b. Wilayah
Pertanian II merupabn
wilayah pertanien campuran antara
persawahan dan regalan berada di kawasan pengembangan Cipawon; e, Wilayah Pertanian Ill merupakan wilayah
campuran antara tegalan dan
perkebunan berada di kawasan pengembangM Bandlngan; d. Wiloy1h Pertanian IV meNpaluln wilayoh perlc.ebunan berade di kawasan
pengembangan Kcjobong. 2. Berdasarkan analisis skalogram ~rhadap desa-desa dalam kawasen agropolitan
Bungakondang
diperoleh
hirarki
wllS)'llh
pada
kawasan
agropolitan
Bungak.ondang sebagai berikut : a. Orde I merupakan desa pusat pertumbuhaJt dan pusat pelayanan kawasan agropolitan Bungakondang yang mempunyai indeks hirarki tertinggi bentda di Dess Rukareja; b. Orde
n
merupalum kawllS8ll agropolitan utsma 0ungakondans beradJ. di
kawasan pcngembangen Bukateja dimana dcsa Bukateja mcrupakan pusat dari k11w11SA11
pengembengan Bukateja;
c, On:le Ill merupakal:t kawasan hinJerland yang merupalam wilayah pe11dukung
pada
kawasan
agropolitan
Bungakondang
berada
pada
kawssan
pengembangan Cipawon, Bandingan dan Kejobong. 3. Sektor penanien
njempakan
sektor unggulan
pada
kawasan
agropolhan
Bungakondang dilihat dari hasil analisis shift share, kontnbusi terttadap PDRB danjuga didukung oJehjumlah angkatao lcerja pada sektor pertanian.
108 4. Komoditas unggulan pada kawasan agropolitan Bungak.ondang adalah komoditas melati gamhir, lada dan jernk. Sedangkan komoditas anda)an yang potensial dapat
dikembanglcan adalah komoditas llbi kayu, kacang tanah, kelapa dalam, emponcmpon, mclinjo, sapi perah, kambing. ayam buras, itik dan pcrikanan darat. 5. Tingkat persepsi masyarakal 1erhad1.1p program 11b'1opolitan n=la1if bnruk. Terdapat hubungan antara lokasi tempat tiPggal petani dan komoditas yang dibudidayakan dengan tingkat persepsi. Petani }'8Dg berada di desa pusat pertwnbuhan dan
membudidayalcan komoditas unggulsn CEOderung mempunyai persepsi yang lebih baik. 6. Tingkat partisipasi masyarakat tcrftadap program agropolitan rclatif rendah, Faktor irurinsik yang mempunyal pengaruh nyara 1erhadap tingkat panislpasi adalah pendapatan d3ll luas lahan, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah sesialisasi, pendampingan, keterbulcaan pemerinlah, kescsuaian pmgram dan manfaat yang diperoleh. Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan mcmpclbaiki faktor-faklor yang bclpcngaruh nyata terscbut. 7. Arahan pengembangan wilay11h untuk penataan ruang dan pola penggunaan lahan berdasarkan hasil-hasil analisis yang dilakukan daJam J)ellelitian ini menghasilkan zonasi wilayah pada kawasan agropoliutan Bungakondang, yaitu: a. Zona I merupakan hirarki I yang menjadi kawasao pusat pertumbuhan dan
pusat pelayanan pewilayahan
kawasan agropolitan
pada
pertanian
I
bempa
persawahan
Bungakondang berada
dcngan
di kawasan
pengembangan utama Bukateja; b. Zona II merupakan hirarki 2 yang menjadi kawasan himerland bagi Kawasan pengembangan utama yang merupabn
pewilayahan pertanian JI dan Ill
berupa pcrtanian tegalan berada pada kawasan pengembangan Cipawon dan Bandingan;
e. Zona In mcrupakan hirarki 3 yang juga menjadi kawasan hitlierland bagi kawasan pengembangan utama yang merupakan pewilayahan pertanien IV berupa pertanian pericebunan berada pada kawasan pengembangan Kejobong.
109 SaraP Berdasarkan basil penelitian ini maka dalam pengembangan
kawasan
agropolitan Bwigakondang perlu dilakukan sebagai berikut ; I. Pengembangan
agropolitan Bungakondang perlu meningkatkan
peran serta
masyarakat agar tidak bias perabangunan tisik, terutama dengan meningl<.atkan sosialisasi terhsdap masyarakst dan mengakomomodasi aspirasi masyarakat
sehingga
program
kegiawnya
sesual
dengan
kebutuhan
dan
mampu
menyelesaikan permasatanan yang ada di masyaraluit; 2. Pola penggunasn lahan dan penataan ruang kawasan agropolltan memperhatikan kemampuan dan kesescaian lahan sehingga pengembangan kawasan lebih efelctif dan eflsien,
DAFTAR PUSTAKA
Adell G. 1999. Theories and Models of The Peri-Urban Interface : A Changing Concepmal Landscape, Strategic Enviromental Panning and Management for PeriUrban Interface Research Project University College London. Andry KB. 2006. Perspektif Pembangunan Wilayah Pedesaan. Jurna/ lnovas! Vol. 6/XVUl/Maret 2006. Anwar A. 2005. Ketimpangan PembangunQn Wilayah dan Perdesaan : Tinjuuarr Kritis. Bogor: P4W Press Begor, Bachrein S. 2005. Penetapan Komoditas Unggulan Propinsi. Balai Pengknji:m dan Pengembangan Teknologi Penanlan (BP2TP) Working Paper. [BPS) Badan Pusat Statistik Kabuparen Purbalingga. 19911. P11rbalingga dalam Angka. PurbaJingga: BPS Kab. Purbalingge, [BPS] Badon Pusat S1atistik Kabupaten Pllrbalingga. 2000. P11rballngga dalam A11gka. Purbalingga: BPS Kab. Purbalingga. [BPS] Sadan Pu.sat StatiS1ik Kabupaten Purbolingga. 2002a. Kecamatan BukaJeja ddam Angfu¥. Purbalingga: BPS Kab. Purbalingga. [BPS) Sadan Pusat Statistik Kabupaten Purbalmgga. 2002b. Kecamatan Kallgo11dang dalam Ang/ta. Purbaliagga: BPS Kab. Pwt>allngga. [BPS) Badan Pusat Statistik: Kabupaten Purbahngga, 2002c. Kecamatan Kejobongdolam Ang1"¥. Purbalingga: BPS Kab, Purbalingga, [BPS) Dadan Pusat Statistil: Kabupaten Purbalingga, 2002d. Kecamatan Pengadegan dalam Angka.Purbalingga: BPS Kab. Purbalingga, [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten PutbaJingga. 2002e. Purbalingga dalam Ang/ta. Purballngga: BPS Kab. Purbalingga. [Bappeda] Sadan Pereccanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purbalingga. 2004. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Purba/ingga Tohun 2004-2014. Purbalingga : Bappeda Kab. Purbalingga.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2004a. Kecamatan .811kafeja dalam Angka. Purbalingga: BPS Kab. Purbalingga,
111
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2004b. Kecamaum Ka/igondang dafam Angka. Purbalingga: BPS Kah. l'Urbalingga. [HPSJ Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2004c. Kecamotan Kejobong dolam Ang/ra. Purbalingga: DPS Kab. Purbalingga, [DPS] Baden Pusat Statistik Kabupaten Purbali.ugga. 2004tl. Kecamatan Pengadegan dalam Angka. Purbalingga: RPS Kab. Purbalingga. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga, 2004e. Purbalingga dalom Angka. Purbalingga: BPS Kab. Purbalingga [Bappendang. Purbalingge : Bappeda Kab.
Purbalingga. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Data Potensi Desa. Jakarta : BPS. [BP2TP] Balai Pengkajian dan Pengemhangan Teknologi Pertanian. 2002. Analisis Daya &ling Komoditas Unggulan Holtikultum. Buletin AgroEkonomi, Volwue 3, Nomor I, November 2002. Dmyanto A. 2004. Keunggulan Daya Saiog dan Tekmk Identifikasi K.omoditas Unggulan dalain Mengembangkan Potensi EkODOllli Regional, Agrimedia Volume 9, Nomor 2 Desember 2004. Djojodipuro M. I 992. Teon Lokasi. Jakarta : Lembaga Penetbit FE Ul
Elestianto E. 2005. Managing Risk of Natural Distarter by Reducing Pressure on Urban Coastal Areas : A Rural Urban Linkage Approach. Endaryanto T. 1999. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat yang Terlibat dan Tidak terlibat Program Mokauan Tambahan Anak SekoWi (PMT-AS). [tbc:;is]. Boger: Program Pascasariana, Institllt Pertanian Begor. Friedman J, Douglass M. 1976. Pengembongan Agropolitan : Menuju Siasat Boru Perencanaan Regional di Asia (terjemallllll). Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. Friedman11 J. 1996. Modular City : Beyond the Rural-Urban Divide. Enviromeni and Urbanization Journal, Vol. 8, No. 1, April 1996. Glasson J. 1990. Pengamor Perencanaan Regional. Sihotang P, penerjemah. Jakarta: Lembaga Penerbit l:IE Ul. Terjemahan dari An !111roductian to Regional Planning. Harahap MK. 2001. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Rutan Mangrove [lhesis}. Dogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bog or.
112 Harun UR. 2006. Pereneanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Ststem Perkotaan Regiona! di Indonesia. Di daJam : Rusdadi E, Hadi S, WidhyantD MA,
editor. Kawasan Agropolitcn Konsep Pembangunan Desa-Kota Berimbang. Bogor : Crestpent Press P4W-Ll'l'M IPB. him 32-51. Mercado RG. 2002. Regional Development in the Philippines : II. Review of Experience, State of the Art and Agenda for Research and Action. Philippine Institute fm· Development Studi~s. Nugroho I, Dahuri R. 2004. Pembangunan Wilayah Perspektif Ek!momi. Sostal don Lingkunga11.Jakana : LPJES.
Nurzaman, SS. 2002. Perencanoan Wilayah di Indonesia pada Masa Sekitar Krisis. Bandung: Penerbit ITB. Purr, JB. 1999. Growth-Pole Strategies in Regional Economic Planning: A Retrospective View. Pm 2. Implementation and Outcome. UrbanStudies Vol. 36, No. 8 bal.
1247-1268. [Pemkab] Pemerintah Kabupaten Puroalingga.. 200J. Profil Produk Potensial, Andalan clan Unggulan Ollernh Kabupaten Purbalingga, Purballngga. Prakoso BS, Muta'ali L. 2005. Dlnami.ka Sistem K.ota-Kota dan Pemilihan Altematif Pusat Pertumbuhan Baru di Propi.osi Dael'ftb lstimcwa Yogyakarta. Majuluh Geografl Indonesta,Volume 19, Nomor 2. September 2005. Pribadi DO. 2005. Pcmbangunan Kawasan Agropolitao melalui Pengembangan KotaKota Kecil Menengah, Pcningkatan Ellsiensi Pasar Perdesaan dan Penguaran Akses Mesyarakat terhadap Lehan [thesis). Begor: Program Pascesariana, Institut Pertania.o Begor. Pujo. 2003. Pertisipasi Masyarakat pada Program Kehutanan Sosial di Perum Perhutani Unit JD Jawa Bara! (thesis}. Bogor: Program Pascasarjana, !nstitut Pertanian Bogor. [P4W-IPB] Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah-lnstitut Pertanian Bogor, 2004. Pengemba11ga11 Agropolitan sebagai Slrategi Pembangunan Perdesaan don Wilayuh secara Berimbang. Prosiding Workshop. Bogor : P4W-IPB dan PJPT. Rismunandar, Riski l\flf. 2003. Lada Budidaya dan Tota Niugu. Jakarta : Penebar Swadaya. Rustiadi. E. Saefulhakim S, Panuju DR. 2005a. Diktat Perencanaan dan Pengembangan Wdayah. Bogor : Fakultas Pertanian IPB.
113 Rusliadi r:;, Sitorus SRI', Pribadi DO, Dardak EE. 2005b. Persepsi dan Pengelolaau Agropolitan. Di dalam : Lokakarya Pemamapan Penataan Ruang Kawasan Metropolitan dan Agropolitan; Jakarta, 28 November 2005. Ru~1.iiidi E, Hadi S. 2006. Di dalam : Rustiadi E, Hadi S, Widhyanto MA, editor. Kawasan Agropolitan Konsep Pembangunan Desa-Kota Borimbang. Begor : Crestpent Press P4W-LPPM IPB.hal: 1-31. Sadjad S. 2006. Desa itu Industri. Di dalam : Rustiadi E, Hadi S, Widhyanto MA, editor. Kawasan A.gropolitan Konsep I'emhangu11ar1 Desa-Kota Berimbang. Boger : Crestpent Press P4W-LPPM IPR.hat: 82-87. Syaruddin, Kairupan A, Negara A, Limbongan J. 2004. Penataan Sistem Pertanian dan Penerapan Komoditas Unggulan Berdasarkaa Zona Agro Ekologi Zone di Sulawesi Tengah. Jurnal Litbang Pertanian. Tacoli C. 1998. Rural Urb1U1 Interactions : A Guide to the Literature. Enviroment and Urba11izaiionJoumalVol. IONo.
r, April 1998.
[UNDP] United Nation Development Program. 2000. Rural-Urban Linkage : An Emerging Policy Priority. Bureau for Development Policy-UNDP. Yulida R. 2002. Partisipasi Petani tcrhadap Program Slsiem Pertani.an Terpadu (thesis].
Bogor: Program Pascasarjana, ln.stitut Pert.anian Boger,
LAMP IRAN
115
Larnpiran I Peta kelas kesesuaian lahan untuk beragam komoditas pada kawasan agropolitan Bungakondang
a. Peta kelas kesesuaian lahan untuk:komoditas ubi kayu -f--l----1-----1----1----1-----1----t----1----+"'"""'o PETA KESESUAlANLAHAN
KOMODITAS UBI KAYU 0
,.,.
2 Kiiometers
s Kelas Kesesualan Lah an
D
Tldak Oldata/ Pemukiman
ms1 ms2
C]S3 Kesesuelan
Prosenlase
Pemukima
23,46
S1
21,-40 39,47
$2 $3 r)I Jumlah
330000
Luas (Ha)
15,48
0 11.462 7
0 100 00
Sumber: Pera AEZ Kab. Purballngga Tahun 2002 Skala 1 : 50 .000
b. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas jagung Pl!TA IU!Sl!SUAIAN LAHAN KOMODn'AS.IAGUNG 0
2 Kilometers
s J<etas Keseauaian Lehan
D
lldak Oldata/ Pemukiman
1111s2 c::J$3
Kesesualan
Luas (Ha)
Prosen. lase
Pemukima $1 S2 $3 r)I Jumlah
332000
Sumber: Peta AEZ Kab. PurbaUngga Tahun 2002 Sl\llla 1 : 50.000
116 c. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas kedelai dan kacang tanah PETA KESESUAIAN LAMAN KOMODITAS KEDELAI DAN KACANG TANAH 0
2 Kilometers
s Ketas Kesesuaian Lahan
D
Tidak Oidata/ Pemukiman
51 52 53
8
Kesesuaian
Luas (Ha)
Prosen lase
Pemultima
2.669, 4.085,64 2.913,8 1.773,B4 0 11.462 7
23,46 35,64 25,42 15,48 0 100 00
S1
S2 S3 N Jumla.h
Sumber: Pela• AEZ Kab. Purbalingga Tahun 2002 Skala 1 : 50.000
d. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas jahe, kacang panjang, nanas dan cabai PETA KESESUAJAN LAHAN KOMODfTAS .IAHE, KACANG PAN.IANG NANAS DAN CA.BAI 2 Kilometers
O
s Kelas Kesesuaian Lahan
CJ
Tidak Didaiat Pemuklman
c::JS2
c:::::JS3 tl7SJOO
K-aian Luas (Ha) Pemukim
51 ~118000
52
S3 N Jumlah
Prosenlase
23.46 0 61.07 15,.48
0 10000
Somber: Peta AEZ Kab. Purbalingga Tahun 2002 Skala 1 : 50.000
117 e. Peta kelas kesesuaian lahan urrtuk komoditas durian, duku dan rarnbutan PeTA KeSHUAIAN LAHAN KOllODITAS DURIAN, DUKU DAN llAMBUTAN 0
2 Kilometers
s Kelas Ke$esualan Lahan
D Ttdak ON
DiclatB/ Pemul
~St
i::::.JS3 Kesesuaian Pemukima~
St S2 $3
1\1 Jumtah
Luas (Ha)
Pro sentase
2.689,06 23,46 6.3t2,t0 55,07 0 0 1.232.60 t0,75 1.228,98 t0,72 t1.462 76 100.00
Sumber: Peta AEZ Kab. Purballngga Tahun 2002 332000
Skala 1 : 50.000
3'0000
f. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas nilarn ETA KESESUAIAlllLAMAN KOllODITAS NILAM
o
2 Kilometers
s Kelas Kesesuafan Lahan
D
liclak Diclala/ Pemukiman
1iiii;:1,s1 CJS2
c::J S3 Kesesuatan 7ll000
Luas (Ha)
Pemukima
S1 S2 S3 N Jamtah
Pro sentase
23,46 48,38 12,68 15,48 0 10000
Sumber: Peta AEZ Kab. Pui:ballngga Tahun 2002
Ska ta 1 : 50.000 324000
:mooo
118 g. Peta kelas esesuaian lahan untuk komoditas kelapa
PETA Kl!SESUAIAN LAMAN KOllODITAS KELAPA
o
2 Kilometers
918«X'IO
N
W*E
010<000
s
010lll00
Kelas Kesesuaian
lahan
c::J Tldak Oicla1a/ Pemuklman 0100000
~51 52 53 0178000
Kesesualan
Luas (Ha)
Pemukim 9178000
23,46 35.64 25.42 15.48 0 100.00
51 52 S3 N
JumJah 0174000
Pro sen. tase
Sumber: Pela AEZ Kah. Purbalingga
Tahun 2002 Skala 1 : 50.000
h. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas pisang 332000
"""°""
Pfl'A Kl!SUUAIAN LAMAN KOllODITAS PISANO 0
2 Kilometers
s Kelas Kesesuaian tanan
§
fidak Oidatal Pemuklman
S1 83
Kesesualan Pemuklmar
$1 S2 53 N Jumlal'I
luas (Ha)
Pro sen-
rase 2.689.08 23,46 6.999,7<4 61,07 0 0 1.n3.94 15.48 0 0 11.462,76 100,00
5umber:
Peta AE.Z. Kab. Purt>allngga Tahun 2002 Skala 1 : 50.000
119
i. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas salak PETA KESESUAIANLAHAN KOMODITASSALAK O
2 Kilometers
s Kelas Kasesuaian lahan
D
'fidak Didata/ Pemukim an 0
S1 lllitS2
DS3 Kesesuaian
luas (Ha)
Pamukima
s.1
Prose tasa 23,46
55,07
S2 S3 N Jumlah
6,00 15,48
0 100 00
Sumber: Peta AEZ Kab. Purbalingga Tehtln 2002
Skala 1 : 50.000
j. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas cengkeh dan kopi PETA KE.SE$UJ\IA.NLAHAM KOMODITAS KOPI DAN CENGKEH O
Pemukim
S1
s2
2 Kilometers
23,46
0 0
S3
65,82
N
10,72 100,00
Jumlah
$umber: Peta AEZ Kab. Purbalin911a Tahun 2002
Skala 1 : 50.000
120 k. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas kentang, kubis dan pinus PETA KESQUAIAN LAHAM KOMODITA8 KUBIS,
+--+---+---l----+---+-----l----l----+----+91NOXll
KENTANG DAN PINUS 0
2 Kilometers
s Kelas Kesesualan t.anan
,8
~ldak-Didata/ Pemukiman
Pemuklme
2.689,06
S1
23,46
0 0 0
S2 S3
1\1
B.773,68 11 4
Jumlah
0 0 0 76,54 1
Sumber: Pela AEZ Kab. Purbalingga Tahtrn 200·2 Skala 1 · 50.000
I. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas kencur, kunyit dan kapulaga 332000
•••1100-01-t--;---+----;---+----;---+---;---+----+
Pl!TA K.l!Sl!SUAIANLAHAN KOllODITAS KUNYIT,
Kl!NCUll DAN KAPULAOA 2 Kiiometers
O
s Kelas K.esesuaian tanan
D
Tldak Didata/ Pemukiman
[:lS1 r.::J S2
C]S3 9178000
Kesesuaian Pemuklma
S1 9170000
S2 S3 N
Jomlah
Luas (Ha)
Prosentase
2.669.08
23,46
6.312.1 689.
55,07
t.773, 0 11.462 7
6,00 15,48
0 100.00
Sumber: Peta AEZ Kab. Purballngga Tahun 2002
Skala 1 : 50.000
121
m. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas albasia PETA KEllESUAIAN LAHAM KOMODITAS MANONI
0
2 Kilometers
!!!liiiiiiil!'!!!!!!lliiiml
Kelas Kesesuaian Lah an
D
Tidak Dldallll Pem11k.iman
EI~2
CJ53 Kesesuaian
Proser>-
Pemukim $1
23,46 0 61,07 4,75 10,72 100,00
lase
52 !117600
$3 N
Jumlah
Samber: Pela AEZ Kab. Purbalingga Tal\un 2002 Skala 1 : 50.000
n. Peta kelas kesesuaian lahan untuk komoditas murbei dan glagah PeTA KESESUAIANLAHAN KOMODITAS GLAGAH DAN llUlllBl!I 1
o
!!'!"'l!!liml!!!~ --
2 Kilometers
s Ketas Kesesuaian Lahan
CJ
fldak Oldata/ Pemukiman
C]S2 t::]S3 Kesesuaian Pemuki
51
52 53 N Jumlah
Luas (Ha)
Prosenlase 2:i,46
0 61,07 15,48 0 100 00
Sumber: Peta AEZ Kab. PurbalinggaTahun 2002 Skala 1 : 50.000
~a~!ia; o",.;
;ol~;I;~~~
---
;l;!;::J.~ll'.':
I
c-ooQoooooooooooooooooooooooooooooo
I....
--00000000000000000000000000000000
-0000000000000000~0000000000000000
-000000000000000000000000000000000
-oocooooooooooooooooooooQooooooooo -000000000000000000000000000000000
-ooooooooocoooooaooooooou~o~ooouoo
IJJ~~OQOOOOOOOQOOOOOObOOOOOOOOOOOOQOOO
~l~
·
--•-ooooooooooooooooooouoooooooooo
~IJ .~ ~---------------------------------~l .ii 51~
go-o~oooo~-oooooocoooooocoooo~ooooo
""~ §
1~ . . l
i~~1§••--------------------------------
~~lllooNOOOOOOOOo-oooooooooooooOOooOooo
!·~ z
---~ig NN-1~~ ---~-~1' o ;1;
i~~c~~~~~~~~a~~~~~~~§.§.ll~~~~§.§.§.~~~~~~~ "' a:: ~~- ~~~~~~~§~~§§~~~l~~11g~~~§~~I~~~~~~ i~"~OOO~~O~OCQQ~OCOO~OOO~~ooo~OOOOOOQQ
::11
;1i~ddddddddddddddddddddddddddddddddda
.l'l
,~ §!!~!~!i!~~~~!!!!~~!~!i!!!~!~!!!~!~ '...i~Jl i~~~l~~~~~~~~~l~~~~llllil~~~~~~l~~ li~~!!!~i~~~~~~~~~~~!!~!!!!!!!!!!!~ii~ !I §~~i!l~!i!~i!~~~~!i!i!!!!~!!!!~!i~~ ~
~·
~••odaoooaaaoooooooooaooooooooooaoa
~~~~~~~~~~~~~~~l~~~i~I~~~§~~~~~§~~
~r ~OQQ~~OedCOQ~9d6~0ciO~OOOOQQQdd00d00 !~
~~l.!lll~l~iill~l~ll~~ll~l~~~~~~~~~~~~
~!(SoggQoooooco~¢¢doooooooggoggdoooooo
11 ~•~~~i!~~~~·~~~~ii~~~i11111~~~i~~~1. il ~ !!!!!!!!!!!i~~!ii!ii!!!!!!!!!~~!i!
t... · lll~~~!~i~~iiii~~!!l~lil!~~~~~~~~~ -! 1~ «
i~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
§guv~~QOOOOOdduUQQQQQdQQQQdOQQddddQ
j
!
g>
~m
i "' ..,
~
j
.§
~ II ii g> ~~
i
~ .. J 1 -!!.,c I.
i ~f ra
l JI I J f.i! ..
1
J
l- ! ,_i
t
~~~~~~~~g~~~~!~!S~~~~~~~~~§~~~~~~! ~!!~~~5~!~!!~!!!5~!5!~~5~~~5~~5~!!
j !!'
e
i
E!> ~ ~ "9
~ 15 v ~ ca
i
~
Ii
;;:.
J
~
i c
s:
~
]ii§~~!~~~~~~~§~~~~~~~~~~~~§~~~~~~~~~~ Ji
-~~~~~~~~~~~~~~!~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ !_f ~s.s.s.~s.s.s.~~~~~as.~s.as.~~s.~~~s.s.s.s.s.s.s.~s. =ooo-~~~~QQN-4o-ooc-•ooo-ooogcooooc c~
ili~~88~8~8~~SSS~8~8~8~8S8888S888~88~8 £i~~~oo•o~o~~QQQ~o~c~oeoooooooooo~oo~o a.
----~~~NNNNNNNftNNNN~~NN~~M~~MMM~M~I
'
~J
~--~~s~~~~~S~•~==8~8S~~N~~sss~~~ m~~~e~~~~~~~W~~~CG••~~N~~dri~~~~~V~~ 0
~~~~M~M~~M~N~N~N~N~N~N~~~~----~~-~
I
~!i~~S.8.8.8.8.8.8.8.8.8.8.8.8.8.8.8.S.8.8.&8.8.S.S.S.8.8.8.8.8.8.~ ~ooooo~~~oonoooooooooooooooooooooJ
§~~~!~~§!!!~!!!!!~~~!~~~~~~!~~~~~~~ ~§§1~~~~~~!5~!!!!5~~~~~~!!5~!!!!5; 5§§1~~~~~~~~~~~!~~111§§§!1111~1555 ~~~~§5~~~~~55~!~~~5155~5~~5511~~~§1 ~§1~1~§§1111~1!11~§111§~15111111§~ ~§~~~~~!551§~5511555115~1!~~~55§~~ S55~5~~§1111§55155~~515~111~55~~~~ ~s~~!5~~~~~~~1111~~1111!~~!~!~~~!~ 5~aa~as.a&s.~s.a8.8.8.~8.8.s.s.s.s.s.s.aaaas.s.aas.J ~ooo•ooooooooooo•oOooooooooooooooo~ '
al~l~ll!!~!!!llllll!!!!!!!!~!!!!!!~
129 Lamj-iraa 3 PDRB kecamaian dalam kawasan agropolitan tahun 2000 dan 2002 3.
PDRB t!hun 2000 alas harga koos-.an Ktimoditas
No.
Penmian a. T.,.,,.,.. Batun Makanan b f.aman Pert.eOOnan ::. PElilmlloodan Ha11l-ll3$fnya
d-• ""'*-'
2 l
~
&f'erlnall• Periidatian
I~
a. tnd..in ee.11 & Seo.-q
'
b. lLWslJl 1'.eol & Rumll Tengga ~ Gas dan l>ir e..;h
•. u.n
b~~I~
s S.V.nan
e
~q.i, Ho!el& Res!<>'••
o. Peolao""Clan b llDllll & Reotoren 1
~· &Kooui1m
a f'er'Gq~Ulan I).~
8
~.P,,,..,,..,,&Jaea Pwsahaon
dalam ~n !!!!JOoolan PDRB POR! l!lli
l'llRB 1Wa1elal1 \5144;41 10265,54
12358,69
10600.47
9223,63
1821),06
2.120,20 2~.13 261,4'
U55,37 1415,98
1856,45 611,47
271,15
2'6,SS
4-43,DI
28.26
354~ 3 788.51 598,ff 319),46 lOU7
&62 11,25
m.w
7JSO.S8 6~4 687~ 2.621.91) 2.SOS~
IOX2,S7 6 21o4,67 221&.03 1410.12 243.10
4S06$,17 194.915,04 ~603,90 133370,72 7 918,05
11404,54
5.931,70
27 377.74
m,as
3.718,50
4$,112 5907.99
:.653,40
5729.lO
5432.02
f78."9
221,38
1.395)6 l.3!15..36
3.013,54 603,64 130,96 579,55 2.034,07 21-'9,20 lt682,63 89116,56 1.287,47 24.920,34 D,00 21."9,20 ~395.16 44. ll!S,22 278.41 866.91 4.9!9.59 628,78 ~.33 1.354.54 16,88 28,13 635.0S 1.6{18.83 28550,64 ~.622.52 5.2l0,~ 24 !5e2,66 '°'8Z0.81 4.311,!1.! 22436.85 91967,33 858.70 2.145,81 10.853,(S 2.555,11 6.710,69 39.415,05 2.359.70 8.475.01 35.415.37 195,t1 235,68 1969.68 1815,38
~
55.64 57,fi/
I S2S,23
2 808,63
0.00
689.36 2 l19,l7
16'8.23 113.28 113.28 0,00
163,35
183.35 0.00 SH.19
23.37
0,11(1
2 Uf.32 2.114.42 16,90
1.91.. 84
I(lfjJ',21
1 IK40
491,24
181,34
2rJ.~
1411,60 1.M&,14 1.110,44
1122;0 710.24
75,55
5n2,81
26.007,76
t211M7
5 6B8,61
a e.i< & Lembaga Keuang«l ll
Bank b. Sera 8a'Q•nan & Jasa l'erusahBal
9
Jasa-Jesa
a. Ptniell1!.lllan um""' & Hanl
-rn.70 35Z49,o7
885.87 E,S6
2<1le5,15
253,00
4 5l7,74 20.319,15 !>.7i7,83 141.785,25 1.012,~I 3.144,61 128893.12 ~JM 2.043.22 12 892.13 2Hto.21 25007,34 1!)9671 n 611664,77
91-0.91
1.221,18 851.36 369.82
1.JE3,36 1.$7,61
130
Lampiran 3 PDRB kecamatan dalam kawesan agropolitan tahun 2000 dan 2002 (Jaojutan) b. PDRB tahun 2002 atas harga konstao ND
Kooiodilas Pertinilo a T.,..,...,Ba!>anM........, b.Taral*Pe-nan c, PoWMkan d<w> Hosl-li..,lnye d Kshulanao
aPM~wn 2 3
4
5 6
7
Peltirrllangan & ""9)elion
tr<1uslli P""41olal'lln • lndusbl Bes• & Sedrh:l b & Rumdi lll'ggl Li$1"k. Gas ~"' Air Bonih a U;b'l
·-l(oal
b "' Ser.:ih ~Ulan ~agang
a i'eoleg•111•n b. Holel & Rostrnn l'Ol>Jlll!llubn& l'
b 8
KMIJnb;1
~an, Fe-&Jasa ~s~aan a Bank & lembaga Kecang.,
bukan8a'* b Sewa Ben9un.en & Jaee Perusahaan 9
Ja5a-Jasa
a. P9meo1113\a•U""'m & H"3m bSwaN
J•mlall
PORBKeca I I dalam ~nA
1 171),57
1282.22
t.791,99
!liS,78
l0311l
298.67
261.69
1 $!6,60 8&39,7S 7 ?M,14
$7{')
4.103!r6
583,55 5380,92
1.01!5,$1 Q 373.41
l.643,33
400.23 l)S10Jl8
U72.&5 E0&.07 :ru20.35
6340.16
28.363.1'
'.3'12,21
6#1,65
4.997,85 21918.29 24.936.25 149!0&,1& sag1,sa 22.092.00 136.552,78 680,34 2.844.25 14.1-)3,38 139.297,46 34.1'.!3.62 kd.~30
1510,30 6.582,02
131
Lampi11111 4 Analisis kon1otli1as unggulan sub sekter pertanian tanaman pangim
a. Data eroduksi eertanian tanaman 2angan tahun 2005 (ton) Padi Keeamatan Sawall 9ukatsra
18.622
PcoeadctJ""
453
Kljobong Kal~ondang
3.009
Ketela Pohon
Kele!a
Kac8ng
Raamt
Taia~
Kedelal
20204 89221
t99 0
353
24
9.7118
sg-1
2.833 1.021
63737 11.719
11
1.060
0 16
14
0
236
gg
s
71.586 25.324
36.524 256.486
3.699
3.064
771
150
508.309
Padl
Go!lo J~ung 0 622 51)
~
12244
0
205.453
2.162
Kacang Jumlah H11a&1 Kecamatan 8 40032 100.216 0
Jumlah Kimupaten
b Hasil analisis LQ terhadaE komoditas l!ertaniao tanaman EanS!n Kecanata1
flilai Lil Padi
sll(Qeja Pengadegan Kojobong Ka'illcndan!I
Rllla-RJ!a
..
Padi
G~
Kete!a
J!!9"!!9
Pollon
1,15 0.01 0.10
0.00 0.12
0.22
1.00
1,36
2,98
o.ss
1.76 1,76
l~
O,Ofl
0,54 0,67
o,&2 1.36
0,62
o,n
K~ Rarnbat
Kacang
Kaoang
T"""h 0,118 1,46 0.00 1.15 0.02 2.46 0,00 t,55 0,18 1,65
Kedelai 0,40
o.oo
Hii!• 0,63
o.oo
0,15
o.~
?,M
0,67
0.78
0,50
c. Hasil analisis LI temadal? komodltas ~rtanlan tanunan l!an12n ~
Padi Sawah
Bukallja Pengadegan K.tjoflorQ Kaligondang Jumlall LI
0.01 0,00
o.oo 0,01 0,02
~·
J!QU!l!I
o,oo
0.03 0,01
o,oo
0,28
o,t4
0.25
Hilai u
Kewa
Padl
o.oo 0,00 0,28
0,03
om
Kelllla ~ Pohon Rambat Tanah 0,00 0,00 O.o4
0,15
o.oo
0,03
O,ll
0,00
0,21
o,oo
0.00
0,03
o,w
Kacen9 Kedelei
o.oo o.oo o.oo !!,08 0,08
Hll!u
0,00
o.oo
0,00
c,oo
C.00
d. Hasil anallsls SI terhada(! komodiias 11ertanian tanaman 11angan Kac:amalarl Padi
Sawah Buka!eja Pongadepat>
0,06
Keilbo!JI
0,00 0,08
Ka!!l!!!)dang
Pali 0!19!! 0,00
o.oo o.oo 0,0' 0,00
:!!l•!!ll 0,00 0,03
0,00
o,oo
N1laiSI Kllela Pollan
o.oo 0.39 0,39 0,00
~mlali Kelela
Kacallg
Kacang
Rn>at Iwh
o.oo
0,00
0,00 0,00
0,00
Kedelei 0,00 0,00
o,oo
0.01
0.00
0,00
0,00
Hlj!!!!
0.00
0,00 0,41
0,00 0,00
0,40
o.oo
0,08
132
Lampiran 5 Analisis kornoditas unggulan sob seklor perkebunan a. Data eroduksi j!erkebunan tahun 2005 (ton} Kelapa
Kscamalali
BIJkale!a Pengodegan
1<eiollOrG ~- "1d!!l\l
Jumlah
Kl!bu!>a\lln
Kelapa
l(Qpi
Nela6
Ona Rlll!ust! GiWl1blr Lada T"'""'"" Oba! Tebu 1.417,98 63U6 1,78 2.1111,s:I Q.00 0,00 0,00 531.35 151.40 ~.80 0,00 '[];lJ 72.90 o.oo 1270,15 815,35 55.60 0,00 3.80 431,16 20811 1.334,5e 1.661,82 0,00 69,30 !!.54 0.!!! 10~ Dalam
12.421,30 52.897,07
569.69 3.SlO~
~0,92
b. Basil analisis LQ terhadap komoditas petkcbuoan Kecao1•1 Nia LO Kelapa Oolam
t,Ea
Kel;lcla Kllpi t.leCai DeteS ~ GaT1bt IJllla 0, 18 0,04 12.23 0.00
3,58
0,24
0,09
U6
0,39
o.16
2,44 2..16
0,71 o,38
OJJ2 o.ca
o,oo
U?
3,24
16,79
0.00 3J7
6.22
g,n
Jurrlah
Mlio10 Pina11 K.ecamalan 0,00 6.74 4.819,96 53,27 13.-43 850,23 47,19 10,22 2.843,l!O f7,84 11.35 3.135,91
399,17 595,36 419,01 148,12 71.111,61
r_,...n OlMI!
0,00 15,27 3,56 0.00 4,71
Tebu
o.oo
0,00
o.oo
10,63
0,00 2.64
2.82 2.59
0,67 7,61 1,73 1,74
0,86
e, Hasil analisis Ll temadap komoditas perk.ebunan ~n
KetaPa l)i!Am
Butelaja Pengldega.
~jollong Kallgondang Juirli!h U
o.os 0,03 0,06
o,oo
0,20
Niai
u
K41'!)tl Merali ~ Dem Robutta Gambi Udl 0,00 0.06 0,70 0.00 0,01 0.01 0.00 o.oa 0,02 (M3 0,09 0.63 0,01 0104 o,oo !!,00 0,10 Q.15 0,15 Q.71
Tanam.-i Ob.t
0,00 0,01 0,04
o,oo 0,05
Tellu
opo o.oo o.oo
I.ti~ Pi..0,00 0,02 0.12 0.00 0,07
0,01
Of].7
0,01
o~
0,00
o,oo
0,02
d. Hasil anallsls SI terhadae komodilllS ~rkcbunan Kecao"""'1 Nilai SI 1111"'8 Dalam B
0,12
Kej:)borlg
O,ZT 0,25
l(sl.gcrnlanrz
0,45
~lapa l
0,00 0,00 0,00
o,oo
0,00 0,0() 0.00 0,00
Melati
Jurilh Tir1111111fl
Gallbt l.lldt 0,53
0.00
0,00 0,10 0,00
0,03
0.07 0.00
Oba!
0,00 0,06 0.01
o,oo
Tell>
IA111io Pi91g
0.00 0,00 0,00
0,00 0,06 ~.01
0.01
11,01
0,00 0,01 0.00 0,00
0,64 0,&3
0,47 0128
133
Lampiren
I. Komodnas tennak besar a.. Data eroduksi temak besar tahun 2005 (ek.oc~ Ketam&Wl
Buka!eja P6ngadegan Kejoboog
~~-
brllll Kabupaton
Sap. Pera/I 28
0 0 0 87
Sap1
Jt.mlah
F'eds9i!!ll 2.057 311
Kuda
Kerl>aJ
Domba
15 0
866
1198 394 18.878
11
4M 142 320 tOS
16 142
•.878
588
893 1.293 27.003
~lllill!I
7.250 18.832 23.402
H10 143.416
i!abj
KQmidan
0
10.620
0 20
19.871 2li.$44
85
9.403 197.169
4.765
b, Ha$il analisis !:Q terhadal! komoditas temak besar Kecel11llla1
NiailQ Sapi Per.all
Waieja l'tngad&g31
Kejobong Kllf
Rata-Ra13
5,98 0,00 0,00 0,00 t.49
~ Ped!!Jli!!J! 2,2$
Kuda
Kwt.oo
t,54 0,29
o.eo
0,41 !!,49
t,96 0,00 0,60 l.36
o.~1 0,45
0,26
0.84
1.23
0,18
1,00
1.26 1,1(t
Babi 0,00 0.00 0.03 0.37
0.52
1.15
0,10
llomba
Kamling 0.00
Domba 0,'2
o.ro
Kal!D!JS 0.94 1.30
c, Hasil analisis !:2 temad!!l? lcomoditas temak besar ~
NilaiU
Sapi 81Jkal8ja Pergadeg
.~erah 0.27
0,00 0,00 0,00 0,27
Sapi Peda!J!~ 0,07 0,00
0.06
Kelbau 0,00
0,00
0,00
Kuda
0.00 0.00
o.oo 0,116
o.oo
0.07
0.12
0.03
0,00
0,00 0,00 0,00
o,oo 0,00
o.o.s
Babi
o.ao
0.00
0,00 0,00
0.07
0,00 0.00
o.oo
d. Hasil a.nalisis SI tcrhadae komoditas ternak besar Kfcamatan r.au Sapi ~p Bula!leja Pe"9'dega-i
Kai!!boos Kai!loodang
Persh ~~!!9 0,00 0,11 0,00 0,00
o,oo
o,oo
o,oo 0.00
Kuda
0,00 0,00
o,oo 0,00
Jumlah
Ke~ Oomba Kallbi!!S 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,22 0,00 o,oo 0,19 0,00 0,00
Babi
0.00 0,00
o.oo
om o,oo
0,12 0,12 0,19 0,07
134
Lampiran 6 Anali~is komoditas unggulan sub sektor peternakan (lanjutan)
2. Komoditas ternak lcecil a. Datt J?!oduksi ternek kecil tahun 200S (ekor) l<ecama'an Buka(eja Pengao.gan
Ke~ Ka~ Jumlall Ka!M)a!en
A~mR3$ 1~3.125 4~.630
A~at11 Buras
llJlc
81.137 43.000
14.443 1869
7.'03
411.556
6.248
127.720 2.611.960
70.801 1.109.261
3.1144 102.679
Jumlah K•l>llnaliln 288 71)5
501.09a 54.077 211.~ 3.873.l'OO
b. Hasil analisis LQ terhadaJ! komodnas temak kecil l<ecatna!a1 Buka!l!ja Pe~M Kejobong
1<sn9ondan!J Raia-Raia
NlailQ AyamRas 0.96 1.33 0.20 0.95 0,87 ..
A~mll4ns 0,97
lik 1.&l
0,14 4,30 0,54 1.71
0.30 2,59 1,15
1.26
c. Hasil analisis 11 terhllda!! komoditas temek kecil Ke.:aln81an
Bukal>3ja
A1amRas 0,00
Pengad~n
0,04
KeJobollg
o.oo o.oo
Kaligonda'!J Junja~ LI
0,04
NilaiU A~amSuras
o.oo o.oo O.IJZ 0.01
llik 0.07 0.00 0.05
o.oo 0,11
0,03
.. d. Hasil analisis SI terlJadap komodiw ternak kecil Kecamat:lll A~111n Ras
Nilai SI A~m6ins
Juldah II\
0.00
o.oo
0.02
D.00 0.46
c.oo
0,02 0,23
Keiobon
0,23 0,00
0,09
o,ss
KslilOllda!!S
0.00
D.04
o.oo
0.()4
Bukatcja F'ellgad8Jlan
135
Larnpiran 7 Analisis komodilas unggulan sub selclor perikanan a. Data E?toduksi eerikllnan darat tahun 2005 (ribo R[!) Jumlah
KAcamatan Bulablja
PeJ19911egan Kajobalg Kali!»ndang .Nmlilt
b. Hasil anaiisis
Kolan 3.663534 244.421 t.186746
875.631 25.641.332
SlnNI 151.510 31.lBI 30.3()1 171.164 1.7S'U52
UPR
El«llh
131170 33G.WO 10.325
780 516 50.544 1.557.099 120.285
U02.9\2
t6.334.839
0
Kecamala:I 4.737.731> 325.1195
3.104.736 1.238.005 (6.172.935
!& temadaJ:! lcomodit!s puilainan darar
Ktca1eca1
!OiLQ 1,39
o,82
UPR 0,56
1,35
2,-45
0.00
O,«
0,69
0,25
2.1)5
la!
1.(19
1.77
0.92
1,42 O,'l7 0.65
Kllh1I
8iJ
1d7
RDRatl
1.18
SUnga'
8eMI
0,47
c. Hasil analisls LI terhada(! komoditas pe:rilatnan darat fll:ai u
~ Kolair.
Buka~ Pengadegai K!jolloog Kali:gondang Julriah LI
UPR
SUlQai
0,1)4
0,00 0,00
0,01 0.05
e.oih
~.00 0,01
0.0~
Q,00
0,07
~.07
o,oo
0,00 0,00 0,(13 0,00
008
007
OD2
0,00
d. Has ii analisis SI terhadae komoditas perik•nan darat K.ooamalan
lilal SI Kdam
s.m;i
Jun1ah
UPR
om
0,00
0.00
0,00 0.00 0.05
~,15
0,10
0,00
8'*8beje
0,22
F>Engllll'egan KtioliooS Ksbnd
a,rn
C,Q6
Senih 0.00
0,00
0,00 0,15
0.22 0,25 0.20 0.26
t36
Analisis usaha tani komoditas unggulan
Lampinm8
I. Komoduas lada a. B1~a prodllks1 No. Uraian
Volume
Sa\1l311
I.
Peinblbllan • 8ilil
2.
P~kan
350 bU.g
• P~k K3ndan9
I 000 kg 17,5 kg
• Pu1>41k Urea
35 tg 70 kg 70 kg ·Pupuk TSP
35 tg
70 kg 140 kg 140 k9 1'?,5 kg 35 kg 70 k9 70 Ilg
·PupukKQ.
lahun2
10.50000
500
500.000 21.000
1200 1.200 1200
84.000 84000
1.700 1700 1.700 1.700
$9.500
1.500
26250
119.000 238.000 238.000
1.500
52500
t.500 1.500
106.000 100.llOO S0.000
20 HOK
20.000
400.000
• Penanaman
10 HOK
20.000
·Perawatan
HOK HOK
200.000
21) 21)
20.000 20000
400.000
Sewal.aha~
100.000 S0.000
400000
400.000
Volume
SabJan
105.000 100.000 50.000
800.000
40~.000 400.000 800.000
3606750
2.177.000
400.000
b. Penerimaan Uraian
100.000 50.000
800000 000.000 1563500 ,_177.000 4.698.000 5.170250 7.317.250
J1Mnlah Jt.1nleh Total
Tahun 4
42.0(IO
• P~allan lcban
No.
Tdlun3
1.200
Obal-Otl«IWPestisida Tenasa Kecja
·F'emanenan 5.
lallun 1
3000
• PU!lllk Mil:io
3. 4
Bi~fRD)
H!l!!la Sal!JM l!ll!l
9.524.250
Penerirman ~l
Hsrga
S3blall
fflel
1 :·-PandapDi
·PanGnt ·Panen 2 2. 3.
300 kg 400 kg
Penelinaan Psne~Tatal
c. Keuntungan Keunl\Jngan • l'llnerimaai • Biaya 14.600.000.
• 9.!i24.25G • 5.075.750 d RIC rao;o
RIC Rasio • 14.000.00019.~24.250 • 1,53
20.000
Ta11Un1
Ttt\111 2
Tlilun 3
0
0
0 0
0 6.600.000
6.000.000
20.000 0
Tallun4
8.000.000 8.000.000
8.1100.000 14.600.000
137
Lampiran 8 Analisis usaha tani komoditas unggalan (lanjutan)
2. Komoditas melati gambir a Bia~ PIOduksi
No
Uraiao
~\llume
.sai...
lla&ga SallJan
Tallun 1
~
1.
2.
Petmilitan -~bl PelTIUl)'J
1.000 limlg 1 000 kg soo kg 100 kg 100 ~ 50 kg 50 kg 100 kg
• f'll!UU~ - 1'1lp1Jk TSP • l'\JpoJl KCl
3. 4.
100 19
Oba-Olli!lanlpestisida Tenaga Kerja - Pengal211an iamn
200
200.000
500 500 1.200 1.200 1.700 1.700 1.500 1.500
500.000
-Pe-n
40 HOK
21).000
10 H)I( 40 HOK
20llOO al.COO
S-1.a!lan Jumah JumahTotal
Tatu2
250.000 120.000 120.000 8$.000 85.000 1~.000 150.000
50.000
-Pt!oananan 5.
Bi•!!!Ri>l
800.000 200.000 800.000 200l000
4.905.000
50.000
800.000 2.000.000 3A55.000
8.350.000
b. Pe11crimaon No. Uraian
Votun-e
SallJM
tay.a
Perierimaal (Rpj
Saluan
!Ro! 1.
• Paien 1
1.390 kg 3.78() kg
- Psnen 2
2. 3.
Tahun f
Tamm 2
Pend~aian Penerimsan PenerimaM Total
e. Ke.mill~ Kl!llnllJn~an
•
PeneM!aal • Biaya 28.350.000 -8.360.000
= = 19.990 000 d. R/Gmsio
RIC Rasio = 28.350 .ooor 8 360.00)
=
3,39
5.llOO 9.4$.000 5.l)DI)
18.900.000 9.450.000 18.900.000 9.45V.OOO 28.350.000
138
Lampiran 9 Kuisionerpcrscpsi dan tlnglcat panisipasi masyarakat
KUISIONER PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN "BUNGAKONDANG" SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI
Oleh: BUOi BASKORO A 253050114
MAGISTER ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
139
Purbal1ngga,
Agustus 2006
Kepada Yth. SapakllbutSaudaraJi para Responden di Tempat Assalamu 'ataikum wr. wb. Berkenaan dengan penelitian kami dengan judul Kawasan
'Kaftan Pengsmbangan
dengsn Slnltegi Agropolitan (Studi Kasus Pengembangan Kawasan
Agropolitan Bungakondang,
Kabupaten Purtiatingga}', dengan
ini kami mohon
kesediaan Bapek/lbufSaudaraJi untuk meagls4 ku1$ioner tentang "Pe~psi dan Tingtcat Parlisipasi Ma11yaraka1 dslam PengsmbBngsn Kawasan AgfOl)Olitan sada Faktor yang Mempengaruhi Tingkst PBrtisipast sebagaiman tertampir. Perlu kami sampaikan juga bahwa kami menjamin kerahasiaan data yang Bapakllbu/Saudarali
islkan dan dat<J tersebut hanya unluk keper1uan penelitian saja.
Sehingga kami harapkan kuisioner tersebut diisi dengan sebaik-baimya
obyektif dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Atas kerjasamanya yang baik kami sampaikan terina kasih. WBSsalamu 'alllikum wr. wb. Hormat kami,
BUOi BASKORO
secara jujur,
140
KUISIONER PENEUTIAN PERSEPSl DAN TINGKAT PARTISfPASI MASYARAKAT OALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN "BUNGAKONOANG" SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPAS1
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. 2.
Nama Alamat
3.
Jenis Kelamin
4.
Status Perkawinan
5.
Pekerjaan
• .................................
•h••···· .. ••·• .. ········"'"•
. ............................................................... ................................................................. a. l.akHaki
b. Per--- -a. Tidak Kawin
b. Kawin a. Pelani b. Pe
Untuk peleJ1aan ~al petanl : a. Keperrilitan lahao: rrilik sendiri/pen~wa/peoggarap• b. ms konm& yang dil!Sallakan : ............................
.
..~ ......... .. -................. _ ... .............................................. ,_,,,
c. PIOOJ«si: -·····-·· .. ·--·---.1 musim Uniuk peterjaan sebagai pedagang : a. StalUs : peda<J<Wlg keciV pen9ep11V pedagang besar' b. Pemasarai : antar d!!sa.'antar kecamalt.nlantar kab~ten• c, Jenis kofmditas Y-Gl\9 diperdagangkan : ......................
. ........................... ........
6. 7,
Nama Kelomrvw Kecludukan dalam kelomnnl<
- ................................................
d. Oms&t: ··-········ .......... Jbulan
Kelerangan : • = C-OIT!i yang tidak perlu
141
A. Faktor yang mempengaruhl
,partlslpasl :
Bera.,,,kah umur Saudara : ............... tahun Pendidikan tertinggi yang ditamatkan : a. SD/ Ml/ ya~ sederajat b. SLTPJMTslyang sederajat c. SLTAISMK/ yang sederajal d. PeMUl\lan nnn"i Beraoa luas lahan vana diaarao : ................ ha 3. 4. Penclapatan vaM dioeroleh setiao bulan: Rp ...................... Kelembagaan petani dalam mensosialisasikan program agropolitan : 5. a. Tidakaktif b. Cukup aktif c. Sanoat Aktif 6. Sosialisasi dan penyuluhan yang dlakukan oleh Pemerintah oaerah temadap kegiatan program agropolitan : a. Tidakada b. Kurang e, Cukuo Pendampingan terhadap pelaksanaan ke\jatan agropolitan oleh Pemerintah 7. Daerah: a. Tidakada b. Kurang c. Cukuo 8. Keterbukaan Pemerintah Daerah dalam menerima dan mengakomodasikan pemapat sena kepentingan masyarakat dalam kegiat!n agropolitan: a. Kurang tertuka b. Cukup terbuka c. Sannat tert>uka 9. Kesiesuaian program kegiatan agropolitan dengan aspirasi masyarakat : a. Kurang sesuai b. Cukup sesuai e, Sanaat sesuai 10. Manfaat yang dlperoleh darl program agropolilan : a. Kurang bermanfaal b. Cukup ben naofaal c, Sanaat bennanfaat -- . 11. Jarak rumah dart kantor kecamatan : .................. km 1. 2.
142
B. Persepsl Maayarakat terhadap Program Agropolitan
a.
Kognltlf (pemahaman dan pengetiihuan)
1.
Masyarakat tetah memperoteh informasi yang cukup mengenai kegiatan-kegiatan dalam program agropolltan yang telah disosialisaikan melalui peJtemuan dan nAnuuluhan oleh Pemerintah Daerah 2. Masyarakat mengetahui bahwa wilayahnya merupakan kawasan aarooolitan 3. Masyarakat mengetahui tujuan program perGembangan >----· kawasan agrol>Qlitan 4. ·Masyarakat mengetahui mengenai kegialan-kegiatan program agropolilan yang dilaksanakandi wilayah tempat tinn,.,.lnua 5. Masyarakal p&rcaya bahwa program agropolitan mampu meninokatkan keMll~teraan m
2. 3. 4. 5.
c. 1. 2. 3.
4. 5.
Afektlf '""rasaan dan oenilalan' Keglalan datam program agropolilan mampu menjawab permasalahan peJtanian yang lerjadi di wilayah tersebut karena telah sesual dengan kebutuhan dan keinginan mawarakat Melalui program agropolitan, masyarakat memperoleh nonfnakatan .,.,,,..,elahuandalam bldang usaha tanf Melaful program agropoflt9n, masyarakat menaapatkan nenlnnkalan nendaMtan darl usaha taninva Malalui program agropolitan, masyarakat memperoleh kemudahan datam melakukan usaha tanl (budidaya, oroduksl & ""'m&$St8nhasll\ Pem«intah telah melaksan11kan prooram agropaltan cfennanbalk Konatif lkecenderu..,,an& intw0retasl tlndakan) Masyarakat bersedla untuk membantu keberhasilan ft~r.im an""""litan Masyarakat bersedia untuk memefihara kebooanjutan oroeram kA<Jiatan ""l'O"'•litan Masyarakat mendukung pelaksanaan kegiatan program l~an Masyarakat bersedla untuk menjadi tempat kegiatan nmnram litan selaniutmra. Masyarakat mengikuli kebijakan dan arahan pemenntah. antara lain mengenai jenis komodilas yang harus diusahakan
Ya
Tidak
l
143
C.
Tingkat Partlsipasi
C.1. Partis1na$1"daam I Perencanaan No Pertanyaan
1.
Dari manakah
Saudara mengetahui adanya program agropolitan Bungakondang? a. Kelompok Tani b. Penyuluh Pertanian c. Pemerintah Desa d. Pemerintah Kecamatan e. Pemerintah Kabupaten (Bappeda & Dinas Pertanian dan Kehutanan) f. Radio/ surat kabar
2.
Da1am keglatan apa Saudara mengetahui program agropolitan? a. F>enemuan kelompok tani b. Sosialsasi oleh Pemerintah Desa c, Sosialisssi oteh Pemerintah Kecsmatan d. SosiaNsasi oteh Pemerintah Kabupaten
3.
Alas dorongan siapa Saudara berpartisipasl dalam kegiatan agropolilan
a.
····-···-················
.......................
e. ······························································
?
a.
lnisiatif sendiri b. MasyarakatJ kelompok lani c. F>emerintah Desai KecamatanlKabuDaten 4. 6erapa ~ali Saudara diundang dalam pertemuan untuk menyusun eerencenaan oroaram aarooolitan? .................. kali 5. Berapa kali Saudara ha
......
~1a11tn
144
C. 2. Partislpasi dalam Pelaksanaan No
Pelbnyaan
Kode Pa!Wldai.n
Menurut Saudara apakah pelaksanaan tegialan agropolitan sudah melibatkan banyak pihaklkelompok masyarakal (pemuaa, wanita, kelompok tani, pedagang dll)? a. Ya. melibatkan semua kalompok masyarakat b. Hanya sebagian dari kelompok masyarakat c. Tldak 2. Apllkah Saudara dilibalkan dalam proses pelaksanaan program keglatan agropolitan ? a. Ya b. Tld;ik 3. Apakah bentuk parllsipasi yang saudara lakukan datam pelaksanaan keglatan agropolitan berupa sumbangan tenaga : a. Ya b. Ti:lak 4. Apakah bentuk partisipasi yang saudara lakukan dalam pelaksanaan kegiatan agropolitan berupa sumbangan pemikiran : a. Ya b. Tidak 5. Apakah bentuk partislpasi yang saudara lakukan dalam pelaksanaan keglatan agropotitan berupa sumbangan dana : a. Ya b. Tldak ~ ...... 6 Apakah Saudara mengajak keluarga, masyarakat lain unbJk menglkutl pelaksanaan program agropolltan? a. Ya b. Tldak 7. Apakah dalam petak&Maan program agropolitan mempergunakan lahan Saudara sebagal lokasl keglatan? a. Ya b. lldak 8. Apd{ah Saudara ikut memelih
a. Ve b. Tidak Apalcah Saudara mempunyai kegiatan mondiri (di luar program Pemerintah) yang menunjang program agropolitan? a. Ya b. Tidal< 10. AJllibh terdapat kem~raan atau keijasama dalam pengelolaan program agropolihm? 9.
a. Va b .. D:lak
I
145
C. 3. Partislpasl dalam Pengawasan clan Evaluasl
No
Pertanyaan
1.
Apakah Saudara il
2.
3.
4.
5.
-
Pen.......i.han
a. Ya b. Tidak 6. Apakah sal'a'l Saudara diterima dengan baik? a. Ya b. Tidak 7. Apakah meruru1 Saudara pelaksanaao prOiJiam agropolitan telali 'sesuai dcngan perencanaannya? a. Ya b. Tidak 8. Apa~ah menurut Saudara pelakzanaan pu:191an1 agropolilan telah sesuai dengen kondisi sumoerdaya atam setempat? a. Ya b. Tidak 9. Apakah menuru1 SaU
I
' ....
146
C. 4. Partisipasi dalam Pemanfaatan
No
P«tanyaan
1.
Apakah Saudara merasa memperoten manfaat dari hasil pembangunan fisik (jalan, jembatan, saluran irigasl di~pada program agropolitan? a. Ya b. Tidak Apakah pembangunan fisk tersebut dlmantaatkan untuk kepentingan umum atau hanya untuk kepentingan kelompok tertentu? a. Ya. untuk kepentingan umllll b. Tidak Apakah Saudara memperoleh peningkatan pengetahuan. melalui program petatihan, penyvluhan, pendidikan, studi banding dll ? a. Ya b. Tidak Apakak Saudara memperoleh manlaat secara ekonomi (penlngkatan produksl. pendapatan dll) dafi program agropolitan? a. Tidak b. Ya Apakah t.erdapat peningkatan pemberdayaan masyaraklll setelah adanya program agropolltan? a. Ya
2.
3.
4.
5.
Kode Pt-t•b•n
b. Tkfak 6. 7.
Apakah Saudars memperoleh bantuan l1$ik dart program agropolitan? a. Ya b. Tidak Apakah Saudara memperoleh bantuan keuangan atau kemudahan petayanan keuangan dan program agropolltan?
a. Ya b. Tldak 8.
~-
Apakeh menfea1 tersetiui"sudaii-optimal atau maslh perlu penlngkatan? a. Ya, optimal b. Tidak
D. Saran & Pendapat 1.
2.
Bagalmana menurut Anda kegiatan yang dilaksanakan dalam program agropolitan : a. Sangat Berh~il b. Cukup berhasil c. Tldak berhas1l Menun.rl Saudara apa yang diharapkan dengan adC11ya program agropolltan ?
............................................................................................................................. ...............................................
.
...............................................................................................................................
............................................................................................................................... 3.
Kr~ik atau saran terhadap pelaksenaan program agropol~an
........................................................................................................................ .................................
..........
h
. ...............................................................................................................................
.
.
147
L.ampiran IO Daf\ar responden ktlompok tani sampel A. oesa Pus~t Pertumilllhan No. Desa Kecamatan 1 Bukareje 6ukateja 2 Bukateja Bukaleja 3 Cipa'M)ll Bukaleja 4 Bandillgan Kejobong 5 KB[obong K~!Obong
Narr.a KElomPDl< SidaMuooul Sub«r Makn-..r Rallayu Mugi Leslari
Ngudl Raha)'I
Ketua BOOi Sanlosa Djaelani Suwaryo Akh.Muklas Sangin
__!j. Hlntedand No. 1Je$a 1 Bapng
2
Ba)on9
3
Maj~ri Karangc1mgis
4 5 6 7 6
KarangoedaNJ Kebufuh Kebll\Uh
Kecamatan Bukateja Bukateja Bukateja
Bukalefa Bukateja Bukateja Bula!teja
Ku1.al\is l<edungjati l<edoogjati
Bukaleja
11 12 13
Kembano_.
Bukal11Ji!
11clu
14
Penolll Kn!nceng Pan!)empon Pandantari lamul Lamul SokanEl911ra Nangkod
Bukateje Sukateja Kallgoodang Kejobong Kejobong Kejobong Kejol)oog Kejobong Kejobong Kejobong Kejoboog Pengadeg3n Pengadegan Peogadegan Pengnclcgan Pe11gadegan Pengadegan Pengadegan P~ad~an
9 10
15
15 17
16 19 20 21
22 23 24
25 26 'II 28 2$ :J()
Wimaba
~Q
Ka111ngjoho larangan lar.mgan Poounggalan Pasooggingan Fasunggin~a11 Pongadegan Pe11!18deQan
Bukate1a Bukateja
Nama Keloflwk T egal Lururg
WilU
Ketua Umar Mubarok ArnlnMastur
MaJuTanl Nyudl Mal<mur
Nasrudin
NgudiM!Jya
Roj:kin Dasuki M. Subanji Munir Tochld H. Sumyar
SidaMufya Makmur Sri Wldodo Guyub Slrandu Sli Rahayu MajuMalmur Tlrtalaras Sri Leslari 3 Bumi Gari ~dodadi Pandan Waogi Tri Budidaya lndraJaya PlfSl)O Pralolo BinaKal)ll Sri t.lukli MekDrsari T ekad Rahayu Mel
H. Riyanlo
Komari lmamM A. Tohl~n Sukaryo Suyatoo Mulyantl> Oaryanto Mujl RahaljO Heri Sangi!di Ach. Suttooi Saryono Slamet Rujilo Nuilllooyat Supamo
Hadi Suwarno Yutianto
Kusmen Yatimin Sobi~n SUkartoPa~
149
Lampiran 12 Analisis tingk.at partisipasi respoaden dan faktor ya11~ rnempengaruhinya a. Data fuklur-fuktor yimg mempengarubi panlslpasl ldentilas ReSl)Ol1den
No.
FaltOI lan9 me~n9aruh1 Lilas Umur Perddikao Lallan Penda2!an ~ SLTP 1 1.500 49 SUP 1 I 000 46 SD 0,7 I 000 St SLTA I I.COO
t
Hllllla HRiyanlo
2
SU\Va)'O
A1Mld Ks~ngls Cipa"'3n
3
~r
Ktslawis
4
Kebutuh B111dingan
lamuk
42 SlTA
7 8
Dasuki Adi. "'1kla6 H&Ti~1 Suyalno Basori
KBnceng
44 SLTA
Paidanaari
9
$<Jlcaiyo
Penol1h
10
A. Tollirin Aini• Mastur Budi Sanlosa Imam Um
Wrasaba
60 SI) 55 $0 50 SLTP 70 SD
5
6
11 12 13
14 15 16 17 16 19 20 21
H.&lmyar
Mlljl Rahlljo M•ly111:0 Nur llldayal Tcchld S.Ogln Ojaelalil
22 ~RuJko 23 24
62
so
t
1.200
Cukvp sktif
200
Bajong Kedun!ia~
44 SLTA 55 3LTP 4S SLTA 43 PT
0,5 0,4 I 0,8 1
1.300 200 200
41 SUP 51 SlTP
0.8
1.000
lldak aktif Tid•k akl~ Cutupaktil Cukuplllbf Cukupatlll Tidak aktll Culupetbl Cukupellit Cukup aklil Cukup •ktlf
lllmuk Pange.npon Kerangjoho Kedungja11 KejoboAg
Bukalefa Tlri>Mo
60 SD 51 SLTP 43 SLTA 37 SLTP SS SD
28 29
Kvsmeri Ach. Sultoni
l'a!IUnggi'Qan Sokaoegara
55 SD
30 31 32
YuTeanto
Penl11l1Qaill1 f
37 SlTA
Jlj
Cukup aldil Culup aktit Cukup aklit
35 SLTP
27
34
Tid.ai< alc1il Tidat. aklif
Tldu
52 so 45 SlTA
l3
Cutup
0,5
la'ang!rl Pengadegan PaSU!QQingan
MSIJbarjl K<>l&i ~ Rojtin Nasrudil
300
Sooialisasi
Tidal< aklil Culup lll
45 SLTA
Bajong Bulrntej•
Pengadeg111
26
~00
Kele,..,_
200 200 500 400 200
Sobhin H..il &lwan1o SIJpam &JlllllD Padmo Yalinin
25
I 0,4 1 1 1 I
~artist>asi
LlrMgan
50 SLlP 45 StTP
Kemboogan
45 SLTA 50 SLTP
Nangkod
52 SD
K•a~
47 SlTP
~~
50
Sumber : Hasil kuisioner (olahan)
$[)
o.e
200
200 300
0,8
Tidal( aklil
Cukup oklif lldalt aklif tidal aklU
0,6
10 000 400 200 300 300
0,7
300
Cuk14> aklit
,,5 0,5
200 200
0,7 0.7
300 JOO 800
Tldak aldlf Todakaklil Tldall akif T11fakaldif
1
0,5 0,7
0,7 0,5 0,5
0,5 0,5
200 200 800
200
CtA\up aktjf
Tldalcakif Tidal< oldif
Culupsldif lidal< al
Culwp Culwp Cukup Cakup 1<11""'9 Ku1111g Kurang
Cuk•p lldakada lldat ada Cukup Ttlai(
ada
lldlk ad• Cul.up
Kurll119 Cukup Kurang C:ulcup
Culillp Qiku? CulWp Kuteng
Kwq lltlak ... K~flll9 lkla1c ala Tidal< oda Tidal ada Kurmg KU1l119 Tld4*8d8
Tldahda K10<109 Kura!!!
150
a. Data faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi (lanjutan) No.
ldentita1 Re~ndan
Falctor ~9 merrller.garuhi ~artisi~t>ai Per.dam-
Na_ma 1
H Ayan»
2
Suwaryo M111ir 0-1<1 P.ch. r.M1as Heri Sangadi
3 4
5 6 7 8
Suyatno
9
14
Sukaiyo A. TohlM Amin IAaslllr Budl Sanlo&a lnu1m Urnar Mubaro:{
15
H.Sumyar
10
Muji R:ahalj:> Mulyanro Nur Hid.ayat Tochod Sanoln Ojaefanl Slllmet Ruirto Soblrin Hadl Suw.11110
10
11 12 13
17 18 19
20 21 22 23
24
Bason
25 :illp1mo 26
Sl!bno Padmo
21 Yalinjn 2$
29
30 31 32
33 31 ~
Kusmeri Ado. s-Alool Yulianlo MSubarji Komeri
Alamat .. Dir.aan KaranllC"ngis Tidalc acla Cukup Clpav.on Cukup Kuta~is Kel>uluh Cukup Baniinyan Cukup lamut Cukup Krenoon9 Cukup Paooansan Kurang Pooohh Cukup Wimeaba Tidak :.fa Tidak ada BaJong B(lll~lfljll
Cukup
Tidu
lidel< ada
Bajoog
Tidal< !kla Culr\op Cutup Cutup Toda~ada Cukup
l
Clllrup Cu1<\ip
linmng Pengadegan Llnngan
Culalp Kur11110 11dalt eda
L11'811gan P1ngldegan
KUflllg
"-rw•
l
Sokalegin Plrlunggalan
Kurang Kwang K\Jfl1ng K\Jlllng Kuning Kurang Ku~
Kil'sog
Pawrggingan Klnng Kebutuh
Kembsngan
S4llyooo
Hanglod
Rojlkin Nawdin
~ Majasali
Swnber : Hasll lrulsioner lolallan)
JaUka Cukup Te
Keseswian Maifall t<.utang Sesuai Ktr.int e....... raat Cukup Sesuai Cukup Sesuai ~Stsuai Sangat Se$uat
Cutup Sesuai Cul.up Sesual KurangSesua1 Cul.up Sesua Kullll19
Sewai
Kuraig Sesual Cukup Sesuai Kurang Sesuai Kuiang Sesual Culup usual Cul.up Sesuai Cukup~ual Ku"'119Seaulli Cutup Sesual CukupSesi111 Cukup~ol Cukup SeSJBI Cutup SeSJal Kurarg Sewel Kura~ Sesual Ku111rg Sesual Kllllllg Sewai Kurario 5-N1i Kurang s...iai Kuiarig Sewal
Cutup Sesuai KwMg Sesual Kura11g S.WI Cu*IJI) Se...; Ku~Sesuei
~ml 4
Cukup Bermanfaal l
4
CUk11p Bemmaal CUlrup Bennal1flal Qikup Betmll1lllal
Kurrng llllfTnanfaal Kurang Benn..miat
1 1 3 1 2 2 1 4
Kunno Bennanfaat
4
Klnrog Bermenlaat Kurang BennMt.el Cukup eern...,1t1at KLnng Bemiantaat Kurang Be1111anf.al Kurang Bennaifaal Kurana B""""'hlit
4 4 2 2 4
CIJkup Bennamlit
Kur1ng Berrnanfaat Kurang Bennatfaet
3 2
4 3 2
3 2 3 3 I 4 3 t
3 3 3 I
5 2
151
b. Hasil tabulasi tingkat partisipasi
Re~Oell
No.
2 3
Nama H~anln Suv.al)O Munir
4
03SUIO
5 6 7
Aal.Mul
8
BaSOl1
9 10 11 12 13 14 15 16 17
18
Sub~ A. Tohirin Amin Mastur Budi Sanlosa Imam UmerMulla"OI( H. Sumyar MJjl Rallaljo Ml1)'81to NurHldayat
IS
Tochid
2Q
Sangin OjsElani S1amet Rujilo
1
21 22
23 Sotiirin 24
25 26 27 28
Hadi Suv.amo Sup;mo Sukalo Padmo Yalinin Kusmeri
29
Mt Sultori
30 31
Yuiam Ill SUllarjl
32 Koman 33 S~no
F'll~oasi
.~
Jurrlah
PereneanaM Pe•s~ai!l't Peroawasr11 Manfaat Karaiigcengis 7 7 s 10 e 1 4 0 Kutawis 4 6 0 2 4 Kebub.lh 7 6 9 Bond1ng
c~
34 Rojiill 35 Nawdin Maiasari Sumber; Hasil kuisioner (olahan)
e s
0
0
0
0
Kalegori ParlisClasl
29
Tinggi
11
Renditt Rendall Tlnggi T119gi
12
26 32 6 12
Rendall
0 10
Rendah
0
0 22
0 0
24 7
9 0
19 21
18
Rendall Rendall Rendall Rendab TIDQOI Rsndah Rend"1 Tinggi Re.idah Relldah Re1d"1 Tin99i T11ggi Rendah
23
T119gi
3
Renclah Rendall RelldWI
0 0 1 0 0 0
Rendall Rendah Ftllndah
Rendall
0 1) 0 0
Rendalt
7 0
Rendall Rendah
Rendah
Rendah Rendah