BROADCASTING “BULAN TAK PURNAMA”
DISUSUN OLEH: NAMA : MUAZZINATUN
KELAS
: 09‐S1 TI‐01
NIM
: 09.11.2613
SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012
“BULAN TAK PURNAMA” Written By MUAZZINATUN
Cp: Muazzinatun STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condong‐Catur, Sleman, Yogyakarta, Indonesia Copyright© by Muazzinatun All Right Reserved
SYNOPSYS
Sandy Habibi Saputra (Sandy) adalah seorang laki‐laki yang bekerja di sebuah surat kabar terkenal di Jakarta. Hingga suatu saat dia ingin pulang kampung karena seminggu lagi dia akan di wisuda di sebuah Kampus Institut Seni Indonesia Jalan parangtritis Yogyakarta.
Tiba‐tiba di perjalanan, dia mendapat kabar dari Om Agus yang menyatakan bahwa ibunya meninggal dunia. Ibunya tidak sakit. Betapa terkejutnya Sandy setelah mendapat kabar itu. Dia tidak mengira bahwa ibunya akan meninggalkannya secepat itu bahkan belum sempat dia membalas jasa budi ibunya yang telah merawatnya dari kecil sampai sekarang ini. Ibunya juga ternyata tidak bisa menemani wisudanya. Jamilah Mumtaz Tahir adalah sosok wanita yang sangat diimpikan ibunya Sandy untuk menjadi menantunya kelak. Namun Sandy hanya melihat melalui foto. Putri Aisyah adalah sosok gadis yang pernah dicintai Sandy, mahasiswa Universitas Gajah Mada. Namun beberapa tahun lalu pisah karena jarak jauh. Putri mengalami kecelakaan tragis hingga salah satu kakinya harus di potong. Betapa sedih hati Putri saat itu. Seluruh keluarganya menahan air amata kepedihan itu. Sewaktu Sandy mengikuti wisuda di Kampus Institut Seni Indonesia Jalan parangtritis Yogyakarta, Sandy mendengar kabar Putri dari Radit dan Aris. Dia lalu berniat menjenguk Putri bersama temannya. Sandy juga mengutarakan maksud hati ingin melamar Putri. Putri pun setuju. Putri dan Sandy akhirnya hidup bahagia. Mereka tinggal di Perumahan Cibinong Bogor. Bulan tak selamanya tidak purnama. Di balik duka pasti ada hikmah dan kebahagiaan yang tersimpan untuk setiap insan manusia. Allah telah merencanakan sesuatu dengan indah.
NASKAH INT. KANTOR SURAT KABAR HARIAN SUARA KOTA‐PAGI HARI Pagi itu SANDY mengurus cuti kepada PAK RONI. Cuti untuk mengikuti wisuda. SANDY (mengetuk ruangan Pak Roni) Assallamu’alaikum. PAK RONI (mempersilahkan masuk) ya. Masuk, San. Ada perlu apa, San? SANDY (memasuki ruangan dan mengambil tempat duduk) Ini, pak. Saya mau mengajukan cuti. Satu minggu lagi saya wisuda. Dua hari lagi rencananya saya mau pulang. Setelah dari Wonosobo menjemput Ibu, saya ke Yogja untuk wisuda. Saya minta ijin tidak masuk lima hari, Pak. PAK RONI (memikirkan rencana Sandy sambil tersenyum) Oke. Saya ijinkan. Kamu urus suratnya, terus ke sini lagi untuk saya tanda tangani. Minta tanda tangan Pak Bayu juga lho, San. SANDY (tersenyum bahagia dan mengucapkan terima kasih pada Pak Roni) Terima kasih pak. Assallamu’alaikum. PAK RONI (tersenyum kembali) Ya. Hati‐hati di jalan! CUT TO:
INT.MOBIL TRAVEL‐SENJA HARI Tiba‐tiba SANDY di daerah berbukit. Seperti sebuah gunung. Jalan yang licin berdebu. Bukit terjal. Bebatuan tajam. Dia melangkah dengan beban perbekalanku. Sendiri. Di hari senja. SANDY (mendengar Hp Sandy berbunyi nyaring lalu menjawah telepon) Assallamualaikum. Ada apa Om? INTERCUT BETWEEN : OM AGUS (menjawab telepon) Wa’alaikum salam. San,kamu sekarang dimana? INTERCUT BETWEEN : SANDY (semakin penasaran) Ini masih di travel. Dalam perjalanan. Ada apa Om? INTERCUT BETWEEN : OM AGUS (berbicara lirih) San, Ibumu…. INTERCUT BETWEEN : SANDY (wajahnya berubah tegang) Ibu kenapa om? INTERCUT BETWEEN : OM AGUS (menjelaskan kepada Sandy tentang berita buruk) Ibumu. Tadi sehabis sholat subuh di masjid, tiba‐tiba waktu berdoa dia pingsan. Terus dilarikan ke rumah sakit. Tapi ibumu tak tertolong lagi. Ibumu…ibumu, San. INTERCUT BETWEEN :
SANDY (terlihat sedih) Ibu meninggal? INTERCUT BETWEEN : OM AGUS (meyakinkan Sandy secara perlahan) Iya ibumu meninggal. Kamu segera pulang. Assallamu’alaikum. INTERCUT BETWEEN : SANDY (menjawab salam dan tampak sedih) Wa’alaikum salam…. Tatapan SANDY menerawang. Air matanya meleleh. Dia tutup hp tanpa sepatah kata pun. Dia menyesal belum mampu membalas jasa‐jasanya. DISSOLVE TO: PENUMPANG (penasaran dan bertanya kepada Dani) Lho kok mas menangis? SANDY (menjelaskan kabar tersebut) Ibu saya….ibu saya meninggal…Ibu tidak sakit.tadi meninggalnya. Kepulangan saya ini sebenarnya mau menghadiri wisuda. Tapi ibu malah…. SOPIR dan PENUMPANG (turut iba) Innalillahi Wa inna ilaihi rojiun. Sabar ya dik.. CUT TO:
EXT.JALUR PANTAI UTARA LOSARI‐SORE HARI Adzan Asar menggema di sepanjang jalan. Tak terasa siang mulai condong ke barat. Masih panas. Panas yang semakin membuat SANDY semakin gundah. SANDY (mendengar suara adzan asar dan berbicara kepada sopir travel) Pak kita cari masjid dulu bisa kan? SOPIR (tersenyum dan menjawab pertanyaan Sandy) Bisa mas Mobil itu menepi ke pelataran masjid. Sebagian penumpang turun dengan muka yang kusut. SANDY langsung melngkah ke tempat wudhu. Diikuti penumpang lain. Lalu mereka mendirikan sholat berjamaah. Selepas sholat, SANDY berdoa khusyuk. Matanya kembali menggenang. SOPIR (mengajak Dani melanjutkan perjalanan) Mari mas kita lanjutkan… SANDY (sedikit tersenyum dan berbicara) Iya Pak. Mobil itu kembali bergerak. Bertolak dari masjid itu CUT TO:
EXT. JALUR TENGAH PRUPUK‐SORE HARI Sore hari para penumpang turun. Dibantu sebagian penumpang laki‐laki, pak sopir mengganti ban belakang mobil itu. SANDY mangambil hp dari saku bajunya. Menghubungi om‐nya. SANDY (mengambil hp dari saku dan menghubungi omnya) Assallamu’alaikum,Om.
INTERCUT BETWEEN : OM AGUS (menjawab sapaan Sandy) Waalaikumsalam. Gimana San sampai mana? INTERCUT BETWEEN : SANDY (mengutarakan maksud) Sudah sampai Prupuk, Om. Tapi ini lagi berhenti buat ganti ban. Bannya bocor. Begini saja Om. Ibu segera dikuburkan saja. Hari ini juga jangan esok hari…tidak usah menunggu saya…. INTERCUT BETWEEN : OM AGUS (terkejut dan tampak sedih) Masya allah. Ya sudah kalau itu keputusanmu. Nanti ku sampaikan sama Pak Modin. Bagaimana keputusannya nanti. Kamu hati‐hati ya. Assallamualaikum… INTERCUT BETWEEN : SANDY (menjawab salam dan memikirkan sesuatu) Wa’alaikumsalam… Ini yang terbaik. Yang tak baik adalah menunda‐nunda penguburan ibu. Semoga keputusanku ini benar adanya. Beberapa saat akhirnya mobil itu bisa kembali berjalan. SANDY merasa sudah ikhlas dengan keputusannya. CUT TO:
EXT. SAPURAN WONOSOBO‐MALAM HARI Akhirnya SANDY memang tak bisa menjumpai jasad ibunya untuk yang terakhir kalinya. Begitu permintaan SANDY disampaikan pada om‐nya, ibunya segera dikuburkan. Selang lima jam ibunya dimakamkan, SANDY sampai rumahnya. SANDY disambut isak tangis kerabatnya. Dia berusaha tetap tegar. Meski air matanya menetes, dia tetap tegar. Malam itu juga didampingi oleh om‐nya dan kerabatnya ke makam ibunya. SANDY berdoa cukup lama. SANDY
(berusaha tetap tegar dan pergi ke makam ibunya) Ya allah ampuni segala dosa bapak ibu. Tempatkan mereka di tangan surga‐Mu. Berilah kasih sayang‐Mu kepadanya. Ya allah ridhoilah keduanya dengan rahmat‐Mu. Satukan kami mersama di surga‐Mu… CUT TO:
INT. RUMAH OM AGUS‐MALAM HARI Sayur buntil dan tempe menjadi sajian tersendiri bagi SANDY. Dia teringat masakan ibunya. Setiap dia pulang, ibunya selalu memasakkan masakan kesukaannya itu. Sayur daun ketela yang diikat dengan tali bambu dan tempe yang dilumuri tepung. OM AGUS (berbicara kepada Sandy dan mengambil makanan) Kita makan dulu, San. Itu tantemu sudah menyiapkan makanan. SANDY (mengambil makanan sambil berbicara) Mari Om. Om dan tante, kalau tidak keberatan saya mau minta tolong. Besok saya wisuda mau kan om sama tante datang. Mewakili sebagai orang tua Sandy? OM AGUS (tampak tersenyum bahagia) Ooo tentu mau, San. Insya allah kami datang. Ibumu juga sudah bilang kok sebelumnya sama om, kalau kamu mau wisuda. SANDY (tampak senang) Alhamdulillah. Terima kasih om,tante… OM AGUS (menjawab ucapan terima kasih Sandy) Iya…iya… CUT TO:
INT. KAMAR DANI‐MALAM HARI Malam itu di atas ranjangnya, foto ibunya yang berbingkai kayu SANDY mengamati dengan tatapan tajam. Ibunya telah pergi. Hanya foto yang bisa SANDY lihat. Masih saja tak bisa terlepas kenangan masa lalu. Di kala ibunya berjuang untuk dirinya, sebagai anak satu‐satunya. SANDY (mengamati foto ibunya dan foto Jamilah, sambil berbicara dalam hati) Jamilah, ibuku sudah pergi. Aku tak bisa meminta pendapatnya. Kini keputusan terserah padaku. Semoga allah memberkati proses ini. Perasaan tertarik timbul di benak SANDY. Meski belum pernah bertemu dengan gadis cantik di foto itu. Namanya JAMILAH MUMTAZ TAHIR. Dari fotonya kelihatanya dia adalah keturunan Arab. Hidungnya mancung dan berkulit putih bersih. Dari mana ayahnya semakin mengukuhkan bahwa dia adalah keturunan arab. TAHIR ALAYDRUS. Tapi dia punya darah Sunda dalam tubuhnya dari sang ibu. Ibunya bernama EUIS NINING SETYAWATI. Dalam biodata tercantum bahwa pak TOHIR ALAYDRUS adalah seorang pengusaha took plastik. Sedang JAMILAH adalah sarjana ekonomi sudah bekerja di bank Syariah di kawasan Pasar Rebo. SANDY terlelap. Di sampingnya bertebar lembar‐ lembar biodata Jamilah dan foto ibunya. Dia tertidur sebelum merapikan itu semua. Foto JAMILAH masih tersentuh tangannya. JAMILAH MUMTAZ TAHIR, gadis rupawan yang sampai mala mini tidak tahu, foto dan biodatanya telah jauh meninggalkan Jakarta. CUT TO:
INT. RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR.SARJITO YOGYAKARTA‐MALAM HARI Malam hari tubuh PUTRI tergolek tak sadarkan diri di ruang gawat darurat. Kedua kakinya masih meneteskan darah. Yang mengenaskan kaki dirin ya sudah tidak terbentuk lagi. Remuk. dokter dan perawat sibuk menanganinya. Tabung oksigen. Kantong infus dan kantong darah bergelantungan. Bis yang ditumpangi PUTRI menuju rumah HASAN sepulang dari pertemuan rutin di tempat pak Jamal,mengalami kecelakan. Karena mengebut dan hendak menyalip, bis menabrak truk yang kencang. PUTRI terjepit. Kakinya terjepit dan terbentur keras. HASAN tergopoh memasuki pintu rumah sakit. Mencari informasi keberadaan adiknya. HASAN disambut seorang perawat yang menerangkan keadaan adiknya dan memintanya menemui DOKTER RIO. DOKTER RIO (berbicara kepada Hasan) Anda keluarga saudari Putri Aisyah? HASAN (menanyakan kabar Putri kepada dokter) Saya adik kandungnya, Dok. Bagaimana keadaan adik saya Dok? DOKTER RIO
(mengutarakan maksud) Kami meminta persetujuan anda sebagai wakil keluarga. Kami akan segera melaksanakan operasi pada saudari Putri Aisyah. Silahkan saudara menandatangani informed concent ini. Secepatnya kita harus bertindak. Sertakan juga nama terang anda. Sesaat setelah tertera tanda tangan dan sebuah nama. ALI HASAN. Dokter menyalami lalu meninggalkannya. DISSOLVE TO: HASAN keluar dari ruangan. Dia membaur di depan ruang gawat darurat bersama keluarga korban yang lain. PERAWAT (memanggil nama saudara Putri Aisyah) Maaf keluarga saudari Putri Aisyah? HASAN (mendekati perawat tersebut) Saya Sus. Saya…. Saya kakaknya Putri Aisyah. Bagaimana keadaannya? PERAWAT (mengutarakan keinginannya kepada Hasan) Adik anda akan segera dipindahkan ke ruang perawatan. Setengah jam lagi kami kabari anda kembali. Silahkan mengurusnya di bagian administrasi. HASAN (tersenyum) Iya Sus. Makasih. HASAN berdiri sejenak menatap pintu itu. Lalu melangkah untuk mengurus administrasi.
CUT TO:
INT. KAMAR PERAWATAN RUMAH SAKIT DR. SARJITO – PAGI HARI Pagi yang hangat. Embun‐embun di rerumputan taman telah menguap. Berganti kupu‐kupu yang bermain. Petugas kebersihan sibuk menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan toilet dan mengelap jendela. Di dapur rumah sakit juga tak kalah sibuknya menyiapkan makanan. PUTRI telah dipindahkan ke kamar perawatan. Dia masih belum sadarkan diri. HASAN terlelap di sampingnya. Sambil duduk HASAN meletakkan kepalanya di ranjang. Kelelahan. Matanya terbuak sedikit. PUTRI telah sadar. Bola matanya bergerak. Beberapa bagian tubuhnya terbalut. Namun wajahnya hanya tampak luka kecil dan memar. Bagian kakinya tertutup selimut.
PUTRI (membuka sedikit matanya dan berbicara lirih kepada Hasan) Kk…kkk…kak….! HASAN (menjawab panggialan Putri sambil tersenyum) Putri…kaki kirimu harus diambil untuk menyelamatkanmu. Sabar, Put. Sabar ya…. PUTRI pun tertidur kembali sambil ditemani HASAN di sampingnya. CUT TO:
EXT. KAMPUS INSTITUT SENI INDONESIA JALAN PARANG TRITIS YOGYAKARTA‐PAGI HARI Pagi ini SANDY akan diwisuda. SANDY, om dan tante sudah sampai Yogyakarta. Suasana begitu ramai. Mahasiswa‐ mahasiswa yang memakai toga. Atau mahasiswa yang berjalan pelan menjaga riasannya. Wajah ceria menyelimuti mereka. Berbagai pose foto bersama diabadikan sebanyak‐banyaknya. Tak peduli berapa rol akan dihabiskan. Om dan tantenya sudah mamsuki ruang wisuda. RADIT dan ARIS juga datang. Tanpa ARIF. Sahabat yang dinanti SANDY. RADIT dan ARIS (saling berjabat tangan kepada Sandy sambil berbicara) Selamat San! Oya San. Sudah tahu kabar Putri.? Putri beberapa waktu yang lalu mengalami kecelakaan. Menurut seorang temannya, katanya saat ini dia masih dirawat di Rumah Sakit Umum Dr. Sarjito. SANDY (semakin penasaran) Kecelakaan? Kecelakaan bagaimana? Keadaanya gimana.?! Radit, Aris. Tolong tunggu sampai acara wisuda selesai . Nanti kita sama‐sama menjenguk Putri ke rumah sakit bisa kan? RADIT (menjelaskan tentang Putri) Ya, bisa. Kecelakaan lalu lintas. Tentang keadaan dia, jelas kurang tahu. Tapi menurut kabar, salah satu kakinya harus di potong…. RADIT dan ARIS menunggu acara wisuda SANDY di luar gedung. Sebab yang dibolehkan masuk hanya para wisudawan dan para undangan. CUT TO:
INT. SERAMBI RUANG PERAWATAN RSUP. DR. SARJITO YOGYAKARTA‐SIANG HARI Siang hari, di dalam kamar itu mereka membicarakan keadaan PUTRI. Panjang. Pembicaraan berhenti saat SANDY meminta perhatiaan semua yang ada. Lalu ia menyatakan keinginannya menikahi PUTRI. Dia menerangkan keinginannya itu. SANDY (memanggil Putri) Putri…. SANDY (menjawab panggilan Putri) Ya? SANDY (mendekati keluarga Putri dan berbicara) Ayah,ibu dan mas Hasan sudah setuju. Kita di ijinkan untuk menikah. Kamu benar‐benar mau menikah denganku. PUTRI (mengangguk dan menangis pilu) Sandy, betul kamu mau menikahiku..? SANDY (menjawab pertanyaan Putri dan meyakinkannya) Iya aku mau menikahimu. Aku ingin menjadi suamimu. CUT TO:
EXT. JAKARTA‐MALAM HARI SANDY saat ini sudah berada di Jakarta. Setelah menjenguk PUTRI dan melamarnya, SANDY dan keluarganya pulang ke Wonosobo. Selanjutnya SANDY mengurus berbagai keperluan ke Jakarta. Mengurus perpindahan kostnya sampai mencari tempat tinggal baru untuk tempat dia dengan PUTRI. SANDY dan PUTRI sedang berbicara melalui hp. SANDY (berbicara kepada Putri melalui hp) Assallamu’alaikum. Kamu jaga kesehatan ya. Saling berdoa. Putri kamu masih tetap ingin melanjutkan kuliah kan?
INTERCUT BETWEEN : PUTRI (menjawab pertanyaan Sandy) Wa’alaikumsalam. Iya. Kamu juga. Iya. Aku tetap ingin melanjutkan kuliahku. Insya allah tidaklah terlalu lama untuk menyelesaikannya. Iya aku akan mengikuti saranmu. INTERCUT BETWEEN : SANDY (tampak gembira mendengar ucapan Putri) Bagus. Tapi Put, aku ingin kamu benar‐benar sembuh dulu. Baru setelah itu bisa memulai aktif kuliah lagi. Ya sudah nanti kelamaan telponnya. Kurang baik. Assallamu’alaikum. INTERCUT BETWEEN : PUTRI (menjawab salam) wa’alaikumsalam. CUT TO:
EXT. PERUMAHAN PURI NIRWANA CIBINONG BOGOR‐MALAM HARI Malam hari. Seminggu sudah menjadi keluarga baru itu tinggal bersama. Setelah akad nikah sederhana di rumah HASAN, PUTRI langsung diboyong SANDY. Ya, akhirnya SANDY mengontrak sebuah rumah kecil di Cibinong sebagai tempat tinggal mereka. Lebih nyaman dari Jakarta. SANDY (berbicara kepada Putri dengan lembut) Putri, ijinkan aku merawat dan membuatmu tersenyum bahagia malam ini…. PUTRI mengangguk. SANDY tersenyum. Biarkan mereka mereda duka. Bebaskan mereka meraih surga. Menggapai keindahan terpuncak dunia. Biarkan mereka beribadah. Melantunkan ucap cinta. Belai mesra sesungguhnya. Merayakan seutuhnya cinta. Tutur santun memuja. Tutur lembut memuji. Dan senyuman akan tergores menyudahi. Sampai nanti. Hingga nanti. Di saat menjelang fajar akan bangkit dari terkaparnya.
THE END