BPK PKK KAJ Mengucapkan Selamat atas
Golden Jubilee ICCRS International Catholic Charismatic Renewal Services (1967–2017)
Semoga Peristiwa Monumental Ini Kian Mengobarkan Semangat Pelayanan Kita Kepada Allah yang Maharahim. Dan Semoga Kita Makin Adil Makin Beradab.
DAFTAR ISI
Setelah 50 Tahun, Lalu Apa? Tanggal 17-19 Februari 1967. Bunga-bunga salju turun menyelimuti rumah retret “Ark and Dove”, 15 mil ke utara pusat keramaian kota Pitsburg, USA. Hawa dingin tanpa basa-basi menusuk tulang. Di saat itulah, sejumlah mahasiswa Duquesne University, yang dikelola oleh The Holy Ghost Fathers, mengadakan retret akhir minggu. Mereka memulai retret dengan pujian kepada Roh Kudus “Veni Creator Spiritus” dalam langgam Gregorian tradisional. Para peserta retret mengulang-ulang pujian itu dalam setiap sesi untuk memohon kedatangan Roh Kudus.
7 5
DARI REDAKSI Sikap Radikal ke Dalam
6
DARI ANDA Berdoa untuk Tanah Air
17 Refleksi Pendidikan yang Membebaskan 18 Peristiwa • Wartakan Harapan dan Iman • 40 Tahun PDPKK Santo Petrus dan Paulus
• Retret Penyembuhan SEP 2017 • Menimba Semangat Pelayanan dalam Fellowship
Dari Kapel Panti Menjadi Paroki
26 DUNIA KERJA Kerja Rajin, Masihkah Up To Date? 28 KOMUNITAS STF DRIYARKARA Hadir untuk Mencerahkan Bangsa
40 ROMO MENJAWAB Putuskan Pacar yang Minta Hubungan Badan 42 UNIVERSAL Suara 100 Tahun Lalu Itu Masih Relevan 30 OASE Selamat Jalan, Rosa...!
44 RESENSI Judul Buku: Pilgrim
• Baksos dan Buka Puasa Bersama Warga Cikarang 46 MUTIARA IMAN Andreas Faizal Tjokro Tetaplah Setia, Panggil Saja Nama Yesus 32 pengajaran Lebih Kenal Doa Syafaat • Jumpa Moderatores Persekutuan Doa PKK KAJ • Unlimited Worship Conference Digelar Lagi Oktober • Adorasi pada Perayaan 50 Tahun PKK 4
| MEI - JUNI 2017
36 KELUARGAKU Pengampunan yang Menyembuhkan
48 CERPEN Gadis Cilik yang Hebat
38 LENSA Gereja St. Antonius Bidaracina
50 Sentuhan Akhir Hidup Dua Kali
DARI REDAKSI
Sikap Radikal ke Dalam
Jendela Informasi Pembaruan Karismatik Katolik
Penasihat Pastor Y. Chris Purba SJ Ronald Moniaga Pemimpin Umum Juswanto Prananto Pemimpin Perusahaan Edi Susilo Pemimpin Redaksi Emanuel Dapa Loka Bendahara Fransiska SM Sekretaris Mernawati Liong Alamat Jl. Gajah Mada No. 3-5. Komp. Duta Merlin B 41-43, Jakarta 10130 Tlp. 021-6342141 Faks. 021-6342148 Email:
[email protected] Iklan: Helen Puspitasari Email:
[email protected]
P
embaca yang terkasih, dalam beberapa bulan ini, telinga kita sangat akrab dengan kata radikal atau radikalisme, lalu muncul istilah kaum radikal yang kadang-kadang bikin merinding bulu kuduk. Kata radikalis menunjuk kepada orang atau kelompok tertentu yang menjalankan ajaran agama atau prinsip hidupnya dengan keras. Untuk kaum radikalis, jika orang di sekitar mereka tidak sepaham dengan keyakinan mereka, mereka setidak-tidaknya, melekatkan label kafir atau sesat, calon penghuni neraka. Kaum semacam ini ada di semua agama dengan berbagai alasan kemunculannya. Kata radikal berasal dari bahasa Latin radix, yang berarti akar. Terjemahan radikal adalah sifat berakar atau berpegang teguh pada ajaran atau prinsip. Namun yang harus dipahami adalah bahwa keteguhan dalam sikap radikal itu harusnya bersifat ke dalam. Kalau itu keteguhan dalam sikap beragama, maka itu hanya untuk diri sendiri dalam relasi dengan Tuhan. Bukankah hubungan dengan Tuhan itu mempribadi? Dengan demikian, salakah sikap radikal itu? Sesungguhnya, siapa pun harus memiliki sikap ini. Sebab ini menyangkut prinsip
dan konsistensi. Kalau kita mengatakan beriman kepada Yesus, maka kita harus benar-benar memegang hal-hal yang imani itu. Namun hal-hal itu bukan untuk diumbar atau dipaksakan kepada orang lain. Biarlah itu menyangkut upaya kita secara pribadi dalam membangun relasi dengan Tuhan. Tinggal kemudian, ada buah yang baik atau tidak dari sikap tersebut? Kualitas pohon dilihat dari buahnya. Jika sikap radikal seseorang atau sekelompok orang menunjukkan buah yang baik pada orang-orang tersebut, maka orang lain akan mau seperti mereka. Sebaliknya, jika sikap itu hanya menimbulkan keresahan bagi yang lain, bagaimana mungkin menarik minat yang lain itu? Kata Yesus dalam Matius 5:13-16, kamu adalah garam dan terang dunia. Kita diajak untuk menjalankan tugas sebagai terang dan garam. Kita harus berguna sebagai terang dan garam. Jika tidak berguna, akan dibuang. Sinar terang harus bercahaya di depan orang untuk menunjukkan sesuatu yang berada dalam kegelapan atau sebagai garam untuk memberi rasa. Tujuannya, supaya orang lain melihat perbuatan yang baik, kemudian memuliakan Allah, bukan diri sendiri.
Rekening: BCA KCP Puri Indah, No. Rekening 2888228000, a.n. Septy Mellia/Ronald Moniaga
Diterbitkan oleh BPK PKK KAJ
MEI - JUNI 2017 |
5
DARI ANDA
Berdoa untuk Tanah Air
luar biasa. Majalah SHALOM ini meski bersifat “internal” atau “untuk kalangan sendiri”, namun dikelola dengan sangat baik. Hal ini tampak dari desain dan penulisan. Materi tulisan pun tidak asal-asalan—seperti biasanya majalah gratis.
Saya melihat, tantangan kita sebagai bangsa makin hari makin berat dan beragam dengan daya cengkeram yang kian dalam dan membuat deg-degan. Dan ini sangat memprihatinkan.
Yang saya mau tanyakan, bagaimana kami yang tinggal di Klaten bisa mendapatkan majalah ini? Kalau harus membayar ongkos tertentu, saya bersedia. Terima kasih.
Bangsa ini dibentuk dalam kesamaan nasib sebagai bangsa. Karena itu perjuangan merebutnya, tidak membawa-bawa identitas pribadi, tapi identitas sebagai Indonesia. Sekarang ini—terutama dalam beberapa bulan ini—banyak orang berusaha menonjol-nonjolkan sikap-sikap primordial dan mengedepankan identitas “kami” dan “mereka” sambil meninggalkan identitas “kita”. Orientasi kehidupan selalu “kami”. Lebih dari itu, orang lain yang tergolong dalam “mereka” itu dianggap sebagai lawan. Sekali lagi, hal ini sangat memprihatinkan. Saya yakin, kita semua mencintai negeri ini dan “terganggu” dengan sikap-sikap primordial. Namun kita juga harus jujur melakukan koreksi ke dalam, janganjangan kita juga adalah pelakunya dalam berbagai wajahnya? Karena cinta dan perasaan “terganggu” itu, mari berjuang sungguh-sungguh untuk menyelamatkan negeri ini. Caranya? Lakukan saja tindakan-tindakan yang alami dan secara konsisten menebar kebaikan kepada siapa pun. Menyapa dan bergaul dengan siapa pun. Terlibat dalam kehidupan bersama dan mendukung Pemerintah dengan berbagai upayanya membangun negeri ini. Dan bersamaan dengan itu, kita harus berdoa sungguhsungguh, memohon kerahiman Tuhan untuk berbelas kasih dan menyatakan kuasaNya dalam menyelamatkan negeri ini. Berbagai negeri yang hancur karena perang, seharusnya membuat kita berjuang menghindari perang yang selalu bersifat menghancurkan itu. Mari berjuang bersama. Terima kasih untuk Redaksi SHALOM yang telah berkenan memuat keprihatinan saya ini.
Berkah Dalem Gusti Gregorius Santoso Klaten, Jawa Tengah
Salam hangat, Benediktus SS Sutrisno Ciledug Selatan
Pak Santoso yang baik, di e-mail Bapak belum ada alamat lengkap. Mohon kirim alamat lengkap. Selanjutnya, kontak melalui redaksi saja. Terima kasih karena sudah mengapresiasi SHALOM. REDAKSI
Bapak Benediktus yang baik dan sedang galau, terima kasih untuk surat Bapak. Keprihatinan Bapak adalah juga keprihatinan kami di redaksi. Kita berharap, berdoa dan berjuang bersama untuk bangsa dan negara kita ini. REDAKSI
Di Mana Bisa Dapat SHALOM? Saya tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Sesekali dolan ke Jakarta karena pacar dan kakak saya tinggal di Jakarta. Saya sendiri pun sedang mencari peluang untuk kerja di Jakarta. Saat datang ke Jakarta beberapa bulan lalu, pacar saya mengajak saya untuk ikut Misa siang di Shekinah. Saat itu saya mendapat dua eksemplar majalah. Saya langsung membuka-buka dan membaca sekilas lalu membawa pulang. Di kantor sang pacar, saya membaca dengan lebih serius. Ternyata
Penting Dalam rangka Ecolife Style, dan Pertobatan Ekologis, yang menjadi keprihatinan (concern) besar Gereja kita, Gedung Shekinah akan “bebas dari styrofoam.” Bagi yang membawa materi (makanan, dlsb.) berupa styrofoam, perorangan dikenakan penalty Rp. 5,000,setiap buahnya, sedangkan yang dibawa kelompok penalty Rp. 2,500.- setiap buahnya. Berlaku sejak 1 April 2014. Managemen Go Green and Save Our Planet.
Redaksi menerima naskah, surat, foto, ilustrasi, dll yang berkaitan dengan opini atau peristiwa tentang karismatik untuk dimuat dalam majalah Shalom. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah maknanya. Mohon pembaca menyertakan pula foto kopi dentitas yang jelas dan masih berlaku bersama alamat lengkap, nomor telepon, nomor handphone, alamat email. Tulisan dikirim ke
[email protected] atau ke alamat redaksi di Jl. Gajah Mada No. 3-5. Komp. Duta Merlin B 41-43, Jakarta 10130 Faks. 021-6342148 6
| MEI - JUNI 2017
MENU UTAMA
Setelah 50 Tahun, Lalu Apa? Oleh Emanuel Dapa Loka
T
anggal 17-19 Februari 1967. Bungabunga salju turun menyelimuti rumah retret “Ark and Dove”, 15 mil ke utara pusat keramaian kota Pitsburg, USA. Hawa dingin tanpa basa-basi menusuk tulang. Di saat itulah, sejumlah mahasiswa Duquesne University, yang dikelola oleh The Holy Ghost Fathers, mengadakan retret akhir minggu. Mereka memulai retret dengan pujian kepada Roh Kudus “Veni Creator Spiritus” dalam langgam Gregorian tradisional. Para peserta retret mengulangulang pujian itu dalam setiap sesi untuk memohon kedatangan Roh Kudus. Di tengah-tengah pujian dan doa, dirasakan, seakan-akan ada lidah-lidah api meliputi mereka dan mereka mengalami pencurahan Roh Kudus. Beberapa di antara mereka mulai memuji dalam bahasa roh dan karunia nubuatan dinyatakan di antara kelompok itu. Doa berlangsung hingga pukul 3.00 pagi. Sebelumnya, mereka belum pernah mengalami kuasa Roh Kudus, kasih Allah dan sukacita seperti pada hari itu.
Buah Aggiornamento Ketika membuka Konsili Vatikan II (19621965), Paus Johannes XXIII berkata aggiornamento. Makna ungkapan yang terasa magis itu, adalah ajakan untuk membuka jendela agar udara atau hawa segar masuk. Ini merupakan simbol keinginan yang kuat bahwa gereja Katolik harus membuka diri terhadap hal-hal baru demi perkembangan gereja sendiri. Dan memang terbukti, berbagai udara baru berembus masuk menerpa para kardinal peserta konsili. Aneka pandangan baru untuk menyegarkan semangat menggereja, melayani, cara memandang kelompok lain bermunculan. Salah satu udara yang masuk bernama “Gerakan Karismatik”. Sejumlah kardinal mengatakan bahwa sudah waktunya Roh Kudus mendapatkan tempat yang sewajarnya dalam gereja Katolik. Menurut mereka, Gereja terlalu mengutamakan
organisasi, hukum gereja, sakramen, tata liturgi, dan Bunda Maria, sementara Roh Kudus dipinggirkan. Suasana diskusi menyangkut Roh Kudus terasa lebih lancar sebab ketika membuka Konsili Vatikan II pada 25 Desember 1961— tapi dimulai pada 11 Oktober 1962, Paus Johanes XXIII mendaraskan doa: Tuhan, perbaruilah keajaiban-keajaibanMu pada hari ini seperti halnya pada sebuah Penta kosta yang baru. Berikanlah kepada Gereja Mu kesatuan hati dan kesetiaan dalam doa bersama Maria, bunda Yesus dan dengan mengikuti pimpinan Santo Petrus yang terber kati, Gereja mampu memajukan kerajaan Penyelamat ilahi kami, kerajaan kebenaran dan keadilan, kerajaan kasih dan kedamaian. Berilah kepada kami zaman sekarang ini suatu pembaruan Roh Kudus seperti pada Pentakosta dengan segala mukjizatNya. Pembaruan Karismatik memang sudah menjadi pembicaraan menarik dalam KV II, namun baru “resmi” dimulai atau lahir pada tahun 1967. Ini kian membuktikan spirit aggiornamento Paus Johanes XXIII. Jika dihitung ke belakang, peristiwa “kelahiran” tersebut terjadi 70 tahun setelah Paus Leo XIII menerbitkan ensiklik tentang Roh Kudus, Divinum Illud Munus pada 9 Mei 1897.
Pertanyaannya sekarang, apa dan bagaimana setelah 50 tahun berlalu? Tidak pilihan lain selain keluarga Karismatik harus tetap merasa terpanggil ikut membangun dunia ini agar menjadi tempat yang nyaman dihuni siapa pun. Tema-tema yang selama lima tahun direnungkan dan diolah harus menjadi daya penggerak untuk misi tersebut. Setidaknya, tiga tema penting telah digumuli, yakni pada 2012 – 2013 Fire Starters (Roma 12 : 1 – 2), 2014 – 2015 Fanning the Flame (2 Timotius 1:6-7) dan pada tahun 2016-2017 Spreading The Fire (Lukas 4:18-19). Situasi dunia dan Indonesia yang sedang dilanda bibit-bibit radikalisme dan berbagai bentuk kejahatan, harus menjadi perhatian keluarga Karismatik dalam hidup, karya dan doa-doa mereka. Berdoalah sungguhsungguh, minta kekuatan Roh Kudus untuk melembutkan hati yang keras, meluapluapkan cinta di hati para peneror dan produsen kebencian. Dan yang tidak kalah hebatnya, melalui kehidupan konkret kitalah orang melihat Tuhan yang kita puja dan imani. Maka, perlihatkanlah itu. Selamat Pesta Emas. Tuhan memberkati. MEI - JUNI 2017 |
7
MENU UTAMA
Paus Fransiskus
Roh Kudus Mewujudkan Kesatuan *Tanpa Pengampunan Tidak Ada Gereja
P
uncak perayaan Golden Jubilee International Charismatic Renewal Services (ICCRS) pada 4 Juni 2017 di Vatikan berlangsung meriah dan penuh urapan. Seperti dilaporkan oleh Ronald Moniaga dan Meike Lolong—langsung dari Lapangan Circo Massimo, Vatikan penuh gempita pada puncak perayaan tersebut, bahkan beberapa jam sebelum perayaan, lapangan sudah disesaki peserta sampai akhirnya mencapai sekitar 50.000 orang yang berdatangan dari 125 negara seperti dicatat oleh catholicnews. Perayaan ulang tahun World Catholic Charismatic Renewal kali ini agak berbeda karena tahun ini adalah perayaan ulang tahun yang ke-50 dan diadakan di Roma bersama Paus Fransiskus, tepatnya di Circo Massimo, Delegasi Indonesia
Roma Iitalia dan diikuti peserta dari seluruh dunia. Circo Massimo atau Circus Massimus adalah sebuah lapangan besar yang gersang, di bagian tengah lapangan hanya ditumbuhi rumput tipis. Tak ada pohon. Di situlah dijejerkan dengan rapi puluhan ribu kursi. Terik matahari sangat menyengatmenggigit walau temperatur udara saat itu sekitar 27 derajat celcius. Hari pertama diadakan semacam Kebangunan Rohani yang diteruskan dengan misa. Acara dimulai dari pukul 19:00-22:00, tetapi tim Indonesia sudah datang dari jam tiga sore. Dibalut baju batik khas Indonesia, delegasi Indonesia yang
terdiri atas 46 orang tampak bernyanyi dan menari dengan gembira. Lagu puji-pujian sudah terus dinyanyikan oleh para pemuji. Tayangan video asal mula lahirnya PKK juga ditayangkan. Dikatakan Ronald Moniaga, suasana seperti ini mungkin tidak pernah bisa dialami di Jakarta. “Duduk berjam-jam di tengah lapangan tanpa atap dengan sinar matahari yang dengan bebas nan seenaknya memanggang kulit kita,” kata Ronald. Meski begitu sambungnya, yang dia dan puluhan ribu orang lain alami di sana sungguh luar biasa. Yang berkulit putih, kuning, hitam semua diam duduk dan bergembira. Menikmati dengan caranya masing masing. Topi, payung, selendang, jaket ataupun penutup muka dan segala macam cara dipakai juga untuk melindungi kulit. Suasana terasa sangat ramai, suasana pesta dengan musik gembira serta banyak kelompok orang yang berdansa dan bergoyang gembira. Aliran peserta terus berdatangan tiada henti, yang akhirnya memenuhi lapangan besar ini. Menjelang pukul 20:30 matahari sudah mulai bersembunyi di balik gedung, meninggalkan langit yang agak kemerah-
8
| MEI - JUNI 2017
Delegasi Indonesia
merahan. Angin pun mulai terasa agak dingin dan Misa pun dimulai. Tiba tiba suasana terasa sangat sunyi dan tim pujian mulai menaikkan pujian How great is our Lord, how great is our Lord. “Tak tertahankan rasa haru yang begitu besar melihat puluhan ribu orang memuji Tuhan sambil mengangkat tangan dan memuji dengan sepenuh hati. Tak terasa airmata sudah membasahi pipi karena rasa haru yang tak terlukiskan. How Great is our Lord,” jelas Ronald lagi melukiskan suasana. “Saya baru bisa melihat betapa besar kekuatan Roh Kudus.Tanpa Roh Kudus, orang-orang ini termasuk saya tidak mungkin dapat bertahan. Saya menyadari sekarang, tanpa Roh Kudus kita pun tidak dapat bertahan dalam pelayanan
kita di mana saja.Itulah sebabnya Yesus mengirimkan Roh Kudus bagi kita semua. Kita harus terus menjaga api Roh Kudus yang ada pada diri kita masing- masing agar tetap berkobar supaya kita bisa tetap bertahan dalam kehidupan pelayanan kita yang penuh tantangan. Segalanya menjadi kecil saat Allah kita begitu besar. How Great is Our Lord,” ungkap Ronald bersemangat.
diri bagi kepenuhan dari Tuhan, sungguh memancarkan kemuliaan Tuhan,” saksi Meike.
“Kesan saya waktu hadir di sana, seperti mencicipi suasana Surga (Heaven on Earth). Hadirat Tuhan sangat terasa. Orang-orang dari berbagai bangsa dan bahasa berbondong-bondong bersatu hati untuk memuliakan Tuhan. Ketika Paus masuk banyak yang mengeluarkan air mata termasuk saya. Karisma orang yang dipilih Tuhan dengan mengosongkan
Dalam khotbahnya, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Roh Pencipta menjadikan segala sesuatu baru. Dia menjelaskan, Roh Kudus menciptakan keberagaman dan kesatuan, yang membentuk satu umat baru, gereja universal. Pertama-tama, dengan imajinasi dan tidak dapat diduga, Roh Kudus menciptakan keberagaman.
Ciptakan Keberagaman Perayaan Misa Agung bersama Paus Fransiskus pada pada 4 Juni tersebut memuncaki berbagai acara yang diadakan di Vatikan sejak tanggal 31 Mei.
MEI - JUNI 2017 |
9
Di lain sisi, Roh Kudus mewujudkan kesatuan, menggabungkan dan menyusunnya secara harmonis. Untuk mewujudkannya, harus dijauhi dua hal, yakni keberagaman tanpa kesatuan atau kesatuan tanpa keberagaman. “Doa kita adalah memohon kesatuan dan mengusahakan kesatuan. Juga semoga rumah kita menjadi rumah yang terbuka untuk menerima siapa pun, tempat kita
dapat berbagi sukacita,” harapnya. Tentang hati baru jelasnya, Yesus menunjukkan rahmat Roh Kudus yang pertama, yaitu mengampuni dosa. Pengampunan adalah rahmat par excelent, kasih yang lebih besar. “Pengampunan membebaskan hati dan memulai hidup kembali. Tanpa pengampunan tidak ada gereja. Roh Pengampunan menanamkan dalam diri kita dua arah,
yakni pengampunan yang ditawarkan dan pengampunan yang diterima,” tegasnya. Dalam penutup homilinya, Paus berdoa kepada Roh Kudus. Ia memohon rahmat kesatuan di dalam keberagaman dan memohon rahmat supaya memiliki hati yang mengasihi dan mengampuni. Beberapa delegasi Indonesia memberi kesan dan harapan:
Endie Rahardja Ketua BPN
Golden Jubilee merupakan suatu momentum untuk menerima semangat baru dalam pelayanan BPN, juga sebagai refleksi perjalanan yang sudah dilakukan selama ini. Selama acara banyak “Profetic Words” yang muncul. Tuhan menghendaki adanya kesatuan kembali, sebab dengan adanya perpecahan PKK tidak akan maju. Sebaliknya dengan rekonsiliasi, kita akan menuai hasil yg berlimpah. PKK adalah “Current Grace”, aliran rahmat bagi Gereja. Semoga PKK di Indonesia dapat semakin mengalirkan rahmat bagi Gereja di Indonesia, sehingga semakin banyak umat yang mengalami pembaruan dalam hidup.
Romo Al. Andang, SJ Vikaris Episkopalis
Kesan saya, dengan berkumpulnya ribuan orang bersama-sama dari berbagai bangsa, suku dan bahasa, dan bersama saling sapa serta bersukacita, terasa bahwa Roh yang sama yang menya tukannya. Dengan saling sapa, umat secara tidak langsung saling mendukung dan menguatkan. Dengan Golden Jubilee tampak bahwa Paus sangat mendukung gerakan Karismatik tetapi sekaligus menyampaikan harapannya. Dalam hal inilah Gereja Indonesia bisa ikut berperan memelihara dan memupuk gerakan Karismatik supaya sungguh berbuah untuk Indonesia, menjadi gerakan yang inklusif, bukan eksklusif.
10
| MEI - JUNI 2017
Vincent Tjandra
Wakil Koordinator II BPK PKK KAJ, Bidang Pembinaan dan Kaderisasi Kesan saya pembaruan hidup dalam Roh men jangkau seluruh dunia. Dan walau berbeda bangsa, tapi bersatu sebagai saudara dalam menyembah Tuhan. Dan wajah penuh sukacita tampak dalam setiap pe serta dari berbagai negara. Larut dalam sukacita walau cuaca sangat panas. Kesan saya kesatuan dan karya Roh luar biasa. Makna Golden Jubilee bagi dunia adalah merupakan momen tum untuk mewartakan Yesus yang adalah Tuhan kepada dunia yang makin sekuler dan penuh tantangan ini dan Roh Kudus selalu menyertai dengan kuasaNya dan bimbinganNya Bagi gereja Indonesia, di tengah keberagaman masyarakat dan tantangan fanatisme sempit, kitasebagai umat Allah yang sudah diurapiNya harus mewartakan kasih dengan kuasa Roh Kudus dan agar Gereja Tuhan bersatu.
MENU UTAMA
Karismatik Tidak Merombak Apa Pun
M
*Hanya memakai cara baru
enyambut peristiwa monumental Golden Jubilee, berbagai acara digelar di Vatikan (31 Mei-4 Juni 2017) dan melibatkan banyak pihak dari seluruh penjuru dunia. Pada Tanggal 31 Mei, panitia menggelar acara Pembukaan berupa audisi umum dengan Paus Fransiskus, dilanjutkan Misa Yubileum pada sore hari. Tanggal 1 Juni diadakan pelbagai macam lokakarya, simposium teologi, dilanjutkan dengan Misa Yubileum pada sore hari. Malam harinya diadakan pertemuan para imam, seminar tentang keluarga dan Yubileum Orang Muda.Tanggal 2 Juni perayaan Yubileum Karismatik Sedunia dan Misa. Tanggal 3 Juni diadakan Misa dengan tema Bersama Bunda Maria di Ruang Atas, dilanjutkan dengan Vigili Pentekosta pada sore hari yang dihadiri oleh Paus Fransiskus. Dalam Seminar Teologi Presentasi I pada 1 Juni 2017, Dr. Mary Healy dari Universitas
Urbanianum tampil sebagai pembicara. Dia mengatakan, semenjak pengalaman Dunqurse pada 1967, Karismatik Katolik berkembang pesat di dalam gereja, seperti bom yang meletus.
Paus Benedictus XVI pada 2008 mengatakan bahwa Roh Kudus bukan masa lalu, tetapi bekerja sampai sekarang. Karisma-karisma Roh Kudus harus dikembangkan bagi kepentingan seluruh gereja.
Mary menegaskan bahwa perkembangan itu tidak lepas dari dukungan Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II. Menurut Paulus VI, kata Mary melanjutkan, pada tahun 1975 “do rongan otentik” yang bekerja dalam diri se tiap umat adalah tanda dari karya Roh Kudus.
Paus Fransiskus urainya, menekankan bahwa Gereja lahir dari Roh Kudus dan Roh Kudus ada untuk Gereja. Dalam Roh Kudus tidak ada pembedaan, semuanya satu. “Kita tidak mengontrol Roh Kudus tetapi kita adalah pelayan-pelayan Roh Kudus,” jelas Mary.
Dengan ungkapan tersebut, Paus menegaskan bahwa keaslian karya Roh Kudus ada dalam gerakan Karismatik dan juga bahwa Gereja harus menggunakan kesempatan itu. Tahun 1979, Yohanes Paulus II menyatakan dengan lebih jelas bahwa Pembaruan Karismatik Katolik menjadi unsur yang sangat penting bagi pembaruan seluruh gereja.
Mary lalu mengajukan beberapa pertanyaan reflektif: apa yang Tuhan harapkan dari ICCRS dalam 50 tahun ini? Apa yang akan terjadi? Apakah kita akan menjadi monumen? Mary menjawab sendiri bahwa kita tidak akan jadi monumen. Sejak awal, Roh Kudus bekerja secara profetis, demikian juga kita harus profetis. MEI - JUNI 2017 |
11
Dalam presentasi ini beberapa pembicara menyampaikan materi. Pastor Reniero Cantalamesa berbicara mengenai rahmat Roh Kudus sekarang, yang ditanggapi oleh Oreat dari Ukrania. Pembicara bagian kedua adalah Ralph Martin yang berbicara tentang evangelisasi baru dan ditanggapi oleh Pastor Adre Da Silva. Pembicara terakhir adalah Peter Hocken yang berbicara tentang Karismatik eukumenis dan ditanggapi oleh Vinson Synan.
Rahmat bagi Pembaruan Rohani Mengawali pembicarannya, Pastor Reniero Cantalamessa yang adalah pengkhotbah rumah tangga kepausan ini mengutip Roma 10:9 dengan menekankan tiga ungkapan, yakni “Yesus adalah Tuhan”, “Allah mem bangkitkanNya dari antara orang mati” dan “kamu akan selamat”. Menurutnya, ketiga ungkapan tersebut adalah karya Roh Kudus yang terformulasi dalam pengakuan iman. Inovasi teologi pada KV II jelas Pastor Cantalamessa, mempunyai peran besar da lam Roh Kudus. Konsili Vatikan II mengakui baik karisma yang biasa maupun karisma yang luar biasa. Salah seorang teolog, yakni Yves Congar mengatakan bahwa Roh Kudus itu seperti gula dalam sebuah roti.
Meresap dalam Hidup Gereja Paus Yohanes XXIII mengungkapkan (Lumen Gentium 12), gereja berciri karismatik dan hirarki. Ciri Pneumatologis 12
| MEI - JUNI 2017
gereja ini juga ditegaskan oleh Paus-Paus berikutnya seperti Paus Benedictus XVI yang berbicara mengenai kehadiran, karisma dan daya Roh Kudus. Setelah KV II, ada pertemuan teolog karismatik, salah satunya adalah Karl Bart yang berbicara tentang Roh Kudus dalam Teologi “Third Article” . Teologi tentang Roh Kudus katanya, adalah pusat teologi masa depan, yang menjadikan Roh Kudus bukan hanya sebagai bahan berteologi tetapi menjadi terang dalam berteologi. Teologi sebagai sebuah cara menangkap dan bekerjasama dengan Roh Kudus. Rumusan Dogma mengenai Roh Kudus ada dalam Konsili Nicea dan Konstantinopel; menunjukkan pula perbedaan pemahaman mengenai Roh Kudus dalam gereja Barat (Konsil Nicea) dan dalam Gereja Timur (Konstantinopel). Konsili Nicea berkata, “Aku percaya akan Roh Kudus”. Dalam Konsili Konstantinopel, “Aku percaya akan Roh Kudus. Ia Tuhan yang menghidupkan. Ia berasal dari Bapa dan Putera, yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan perantaraan para nabi”. Rumusan ini tidak memperlihatkan kaitan Roh Kudus yang menunjukkan siapakah Yesus dan yang dikerjakan oleh Yesus, sebagaimana dijelaskan dalam Injil. Roh Kudus ada dalam keseluruhan dan membawa keseluruhan kepada persatuan kepada Yesus dan kepada Bapa.
Berkaitan dengan rumusan Credo dari Konsili Konstantinopel itu, St Basilius (abad 4), salah satu tokoh Bapa Gereja, secara mendalam membahas mengenai Roh Kudus. Dia mengungkapkan keilahian Roh Kudus yang memberikan dua berkat: anugerah yang muncul dari Bapa dan Putera, dan anugerah penebusan. Anugerah Penebusan itu tidak nampak dalam Konsili Konstantinopel. Itu tidak berarti Konstaninopel diubah, tapi dilihat dengan cara baru.
Tanda Hidup Berjumpa Kristus Paus Fransikus mengungkapkan dalam EG tentang sukacita Injil yang merupakan tanda hidup orang yang berjumpa dengan Kristus. Sukacita menjadi “default mode” dari hidup orang Kristen. Sukacita itu adalah buah Roh. Peran Roh Kudus mempunyai dua gambaran penting: Aspek Negatif: Roh Kudus membawa pada pertobatan dari segala dosa, sebagaimana diwartakan oleh Yohanes Pembaptis. Aspek Positif: Roh Kudus memberikan hati yang baru dan karunia-karunia bagi hidup orang yang menerimanya. Pola positif negatif itu juga dapat dilihat dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Roma. Diungkapkan dalam Roma 6-8, Yesus membebaskan kita dari kematian. Roh Kudus membawa pembaruan final. Roh
Sekitar 50 ribu orang memadati lapangan Circo Massimo (Foto: Ronald Moniaga).
Kudus menjadi kesempatan hidup baru dalam Kristus. “Tidak ada hukuman bagi mereka karena Aku melepaskan mereka dari hukuman dosa dan kematian”. Orest Hryhochak dari Ukrania mengatakan, pemahaman teologi Gereja Timur mengenai Roh Kudus ada dalam praktik-praktik liturgi dan tradisi gereja. Dan dasar-dasar Roh Kudus itu diletakkan oleh Santo Basilius di dalam pengajarannya mengenai keilahian Roh Kudus. Selama 20 tahun terakhir jelas Orest, Karismatik Katolik berkembang di gereja di Ukrania. Ada banyak hal yang telah dibuat. Dalam doa, pelayanan gereja dan termasuk pelayanan di luar gereja. Teologi dipahami dan dimengerti tidak sebagai teologi sistematik tetapi sebagai sebuah aksi atau karya Roh Kudus. Ada beberapa hal yang yang menjadi pergumulan dalam perkembangan Karismatik Katolik di Ukrania, terutama yang membuat umat resisten terhadap gerakan Karismatik. Fokus utamanya adalah bukan pada karunia kodrati Roh Kudus, tetapi pada karunia adikrodrati Roh Kudus, yang nampak dalam karunia-karunia adikodrati. Dari situ ada setidaknya Pertama, pembaruan Karismatik sering dilihat sebagai gereja Protestan. Pembaruan Karismatik belum menjadi bagian integral dari Gereja Katolik.
Ada pandangan bahwa semua warisan iman Katolik sudah ada di dalam liturgi dan tradisi gereja. Tidak perlu ada lagi. Namun pandangan ini perlu dicermati dengan menunjukkan bahwa pembaruan Karismatik tidak mengubah liturgi dan tradisi gereja, tetapi mengungkapkannya dengan cara berbeda. Kberatan kedua adalah bahwa “isi iman dan ajaran itu lebih penting daripada bentuk pengungkapannya”. Pembaruan Karismatik tidak mengubah apa pun dari isi iman, tetap mengungkapkannya secara berbeda. Tekanan teologi bergeser dari teologi yang berbicara banyak mengenai pertobatan penderitaan - menjadi teologi pada hidup baru dalam sukacita Roh Kudus. Maka diperlukanlah sebuah pembaruan. Dalam perjalanan PKK di Ukraina, lanjutnya, pergumulan terus berjalan antara teologi Roh Kudus yang membahas secara doktriner Roh Kudus dan dengan Roh Kudus yang berkarya pada saat ini. Dalam pemaparannya, Dr. Peter Hocken yang adalah penasihat Paus, khusus di bidang dialog antar denominasi dan agama menyebut dua hal penting sering diulang oleh Paus Fransiskus. Pertama, Paus selalu mengingatkan agar orang Karismatik tidak lupa background mereka bahwa Karismatik muncul dari
gerakan ekumenis. Kedua, Roh Kudus memberikan daya kreatifitas dan kebaruan. Kedua hal tersebut nampak dalam GE. “Alllah itu kreatif dan membarui dalam karya-karyaNya. Roh Kudus tidak bekerja dengan mengulangulang atau melakukan banyak hal secara sama,” katanya bersemangat. Karismatik sejak awalnya lanjutnya, adalah interdenominasi, ekumenisme. Di dalam KV II terutama dalam dokumen yang berbicara mengenai dialog antar agama, disebutkan beberapa bentuk dialog antar agama itu dilakukan. Pertanyaannya, apa kebaruan yang diberikan oleh pembaruan Karismatik? Salah satu jawabannya adalah pembaruan dalam gerakan ekumenis. Lanjutnya, Paus Paulus VI merekomendasikan Karismatik Katolik. Berkat Paus Paulus, gerakan ekumenis berkembang pesat terlebih berkat dukungan dari para Uskup. Semangat ekumenis yang berkembang tidak lepas dari hirarki gereja, gerakan ini mengambil bagian dari gerakan ekumenis gereja. Dalam direktori Kariamatik disebutkan adanya ketakutan akan dinamika ekumenis yang dibawa oleh pembaruan Karismatik karena disinyalir kita banyak belajar dari Protestan. MEI - JUNI 2017 |
13
Indahnya memuji Tuhan dalam kebersamaan.
Dokumen dialog mengingatkan bahwa dialog bukan hanya ide, tetapi berbagi berkat. Kita dapat berkat dari gereja-gereja lain, tetapi juga memberkati gerejagereja lain. Dalam EG 246 Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa Roh Kudus bekerja di dalam gereja lain. Ada perbedaan antara ekumenisme klasik dengan ekumenisme dan karismatik. Fokus ekumenisme klasik lebih cenderung pada dialog teologi yang berbicara soal setuju atau tidak setuju. Sementara ekumenisme karismatik dimulai dari pengalaman baptisan dalam Roh Kudus. Pengalaman hidup da lam Roh itu menyatukan semua orang dari berbagai macam denominasi. Dasar kesa tuannya ada pengalaman hidup dalam Roh. Jika kita menerima Roh Kudus, lanjutnya, kita bukan hanya berpikir “kami” dan “kalian”, tetapi “kita” merasa menjadi bagian besar dalam komunitas Katolik dekat dengan orto dok. Ekumenis karismatik dekat dengan me reka yang mempunyai kehendak yang sama.
Evangelisasi Baru Menurut Presiden Karismatik Dr. Ralph Martin, ada dua hal penting mengenai hubungan Roh Kudus dan Evangelisasi Baru, terutama yang nampak dalam Kisah Para Rasul. Pertama, pewartaan-pewartaan para murid Yesus menghadirkan kuasa Roh Kudus dalam diri para pendengarnya. Roh Kudus diberikan bukan hanya kepada orang-otang tertentu, tetapi kepada semua orang. (Bdk. Kisah Cornelius). Setiap orang yang menerima Roh Kudus diundang untuk mengambil bagian dalam karya pewartaan. Roh Kudus bukan berkat yang membuat orang diam di tempat dan tidak berbuat apa-apa, tetapi mereka 14
| MEI - JUNI 2017
“otomatis” menjadi para pemimpin atau pewarta baru. Kedua, secara khusus dalam konteks evangelisasi baru, Roh Kudus diterimakan kepada semua umat beriman dalam sakramen penguatan. Pemahaman dan pengalaman sakramen penguatan sangat indah dan baik sebagai mana diungkapkan dalam KGK 1285. “Berkat Sakramen Penguatan mereka terikat pada Gereja secara lebih sempurna, dan diperkaya dengan daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa. Dengan demikian mereka semakin diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan maupun perbuatan” (LG 11),” jelas Ralph.
Sakramen Penguatan, Sebuah Pentakosta Yang menjadi keprihatinan adalah bahwa banyak orang yang menerima sakramen
penguatan itu tidak sadar akan yang mereka terima. Setelah beberapa lama menerima Sakramen Krisma itu, mereka tidak ada lagi di gereja. Ada kontradiksi antara berkat sakramen dan kenyataan mereka yang menerima berkat itu. “Banyak dari kita berpikiran bahwa sakra men begitu saja secara otomatis akan beker ja dalam diri setiap orang yang menerima nya. Namun penting juga menyadari bahwa rahmat sakramen membutuhkan disposisi orang yang menerima. St. Thomas mengatakan, disposisi iman tidak ada karena kurangnya pertobatan yang sem purna. Disposisi terwujud dalam diri orang yang mempunyai iman yang hidup. LG 14 mengungkapkan bahwa kita selamat karena kita mempunyai iman yang hidup. Emanuel Dapa Loka berdasarkan laporan Meike Lolong dan Ronald Moniaga, langsung dari Vatikan.
MENU UTAMA
Mereka Ingin Semakin Menjadi Berkat
A
tas perayaan Golden Jubile Pembaruan Karismatik Katolik SeDunia, banyak pihak menyampaikan harapannya. Mereka menginginkan Karismatik memainkan peran yang lebih besar lagi bagi pembangunan gereja yang semakin berkualitas, juga bagi terciptanya suasana dunia yang nyaman bagi semua orang. Bagaimana harapan para uskup kita, berikut harapan Mgr. H. Pidyarto, OCarm dan Mgr. Piet Timang:
Mgr. H. Pidyarto, OCarm
Saya yakin, gerakan Pembaruan Karismatik mempunyai peran yang penting bagi perkembangan iman umat Katolik. Para pengikut gerakan ini cukup banyak. Mereka aktif mengadakan persekutuan
doa, rajin membaca Alkitab, memperdalam pengetahuan iman mereka melalui berbagai macam cara, dan tidak jarang mereka mendapat peranan penting di paroki masing-masing. Paling tidak, perkembangan iman mereka sendiri sebagai anggota Gereja sudah cukup berarti bagi Gereja. Pembaruan Karismatik Katolik harus dipandang sebagai salah satu karisma yang dibagikan secara cuma-cuma oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, karisma ini perlu diterima dengan penuh rasa syukur. Akan tetapi, setiap karisma ini harus dikembangkan demi pertumbuhan Gereja, sebagaimana dikatakan berulang kali dalam 1 Kor 14. Sejauh saya ketahui, mereka sendiri memiliki keinginan untuk berkembang lebih lanjut dengan berbuah bagi Gereja. Mereka ingin semakin menjadi berkat bagi Gereja, bagi sesama. Harapan saya, semoga Perayaan Emas ini menjadi kesempatan baik bagi semua pengikutnya untuk mensyukuri secara lebih sungguh karisma yang mereka terima, sekaligus kesempatan untuk memikirkan “pembaruan” dalam diri mereka sendiri, misalnya dengan mewujudnyatakan keinginan untuk menjadi berkat.
Mgr. Piet Timang Saya senang bahwa pernah terlibat langsung dalam kepengurusan PKK di Indonesia melalui BPN selama 6 tahun. Tentu saja saya bahagia karena PKK sudah mulai tumbuh berkembang dan berbuah di Keuskupan Banjarmasin tempat perutusan saya sebagai uskup diosesan. Puji Tuhan, saat ini tiga paroki di kota Banjarmasin sudah mempunyai masing-masing satu PDKK dan satu PD orang muda lintas paroki. Banyak pengurus BPK dan anggota PDKK aktif dalam paroki melalui DPP, komunitas atau lingkungan. Mereka juga sangat mendukung dan terlibat dalam kegiatan Pria Sejati dan Wanita Bijak Katolik. Dari segi itu, mengalami kehadiran PKK di suatu paroki atau keuskupan merupa kan suatu berkat Tuhan yang besar demi pengembangan iman umat. Bukan hanya bagi anggota PDKK melainkan bagi umat lain juga. Tanpa banyak gembar gembor, mereka memberikan diri melalui berbagai
keterlibatan dan kegiatan di paroki dan keuskupan. Itulah harapanku terhadap PKK di mana pun. Jangan eksklusif membentuk kelompok sendiri yang tertutup, tapi membaurlah dalam Gereja setempat di unit terkecil (keluarga, komunitas/ lingkungan). Jadilah ‘garam dan terang’, teladan dan panutan dalam lingkungan terkecil tempat anggota PKK itu tinggal/ berdomisili. Sikap dan perilaku itu menjadi magnet dan sekaligus iklan “tanpa katakata” untuk menarik lebih banyak lagi orang bergabung ke dalam PKK. Itu sekaligus tantangan yang belum direspons dengan tuntas oleh PKK Menghidupkan kembali seluruh Gereja yang dinamis sebagai bait Roh Kudus itu lah salah satu tantangan bagi PKK. Gereja yang bergairah karena daya dan kuasa Roh Kudus adalah Gereja yang berevangelisasi, yang sibuk tidak hanya dengan urusan internal (yang memang mutlak dilakukan seperti pembinaan berjenjang, kegiatan PD, rapat seminar dan semacamnya) tetapi juga secara eksplisit terencana dan terukur menjadi pewarta Injil ke dalam (reevangelisasi) maupun ke luar kepada orang yang belum mengenal Injil keselamatan Kristus. Lahan evangelisasi dalam arti itu ada di perkotaan maupun di pedesaan terutama di kalangan masyarakat lokal (mis: masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan, Keuskupan Banjarmasin). Jayalah PKK pada usianya yang ke-50 demi kemuliaan Allah yang semakin besar dan keselamatan umat manusia yang kian mewujud. Ad Maiorem Dei Gloriam, Deus Caritas Est—Demi kemuliaan Allah yang semakin besar, Allah adalah kasih. MEI - JUNI 2017 |
15
MENU UTAMA
A
da banyak kejutan Roh Kudus di tahun Yubelium ini untuk CCR (Chatolic Charismatic Renewal). Selama 50 tahun terakhir, saat kasih karunia mulai mengalir, banyak kali kami disalahpahami, dipinggirkan atau dipandang sebagai gerakan pinggiran. Kami berjuang untuk mendapatkan penerimaan dan pengertian di dalam Gereja. Dalam terang ini, kami tidak pernah membayangkan bahwa pada tahun Yubelium ini, akan muncul seorang Paus yang tidak hanya terbuka untuk pembaruan, namun juga menjadi bagian dari CCR di Argentina. Dia mengundang dunia ke Roma pada hari Pentakosta untuk merayakan ‘Yubileum kami’.
Musim Semi Baru Oleh Michelle Moran
Kejutan lainnya adalah bahwa pada perayaan emas Yubelium akhir pekan, 1719 Februari, kami bisa kembali ke rumah ibadah tempat para mahasiswa Duquesne mengadakan retret pada tahun 1967. Malam itu saya berkhotbah dan meskipun saya telah menyiapkan sebuah garis besar sebelum saya tiba di Pittsburgh, pada pagi ketika saya terbangun dengan kelelahan, dalam kedamaian Ark and Dove, Tuhan mengatakan malam itu untuk fokus pada air, darah/salib dan api Roh Kudus. Acara malam ini disiarkan langsung di seluruh dunia sehingga firman tersebut dipastikan tidak hanya dapat menjangkau beberapa ratus orang yang ada di ruangan itu. Saat khotbah dan nubuatan disampaikan, dapat dirasakan secara nyata bahwa Tuhan sedang berbicara. Dia sedang bergerak di antara kami. Beberapa orang menarik diri ke tempat yang sepi tempat mereka bisa merenungkan ‘panggilan lebih dalam’. Yang lainnya terarah pada doa spontan dan pujian yang berlangsung lama setelah siaran tersebut. Orang-orang mulai saling melayani dan merasakan secara mendalam pengurapan Tuhan di dalam pertemuan itu. Kami tiba di Ark and Dove diiringi salju yang merupakan berkat Tuhan, karena di dalam foto-foto akhir pekan Duquesne yang bersejarah, rumah ini dikelilingi oleh salju. Namun, pada tanggal 18 Februari pagi, kami mengalami musim semi yang hangat serta cuaca yang cerah. Ini adalah berkat lainnya karena ada siaran lain ICCRS yang menghadirkan suatu Salib Pembaruan bagi Ark and Dove. Siaran tersebut diluncurkan 16
| MEI - JUNI 2017
dan sekarang memiliki tempat yang strategis di lapangan. Awalnya kami membayangkan bahwa upacara penyematan dan pemberkatan Salib hanya akan berlangsung sekitar 10 menit karena cuaca dingin. Namun, cuaca musim semi memungkinkan kami untuk mengadakan pertemuan doa di luar ruangan selama satu setengah jam, yang belum pernah terdengar di Pittsburgh selama bulan Februari! Mungkin inilah pertanda bahwa musim semi baru seperti yang dinubuatkan oleh Paus Yohanes Paulus II akhirnya tiba. Sabtu malam kami berkumpul bersama Patti Mansfield untuk beribadah di Ark and Dove. Sebenarnya kapel yang sangat kecil itu hanya menampung sekitar 25 orang sehingga yang lainnya berada di berbagai ruangan di sekitar rumah dengan bantuan teknologi yang menyatukan kami. Dalam
keintiman kapel Ruang Atas, muncul lagi cerita yang terjadi di tempat itu 50 tahun yang lalu. Meskipun saya sudah pernah mendengar cerita tersebut beberapa kali, yang sangat mengejutkan saya adalah bagaimana Tuhan mendatangi orang-orang muda dan mempercayai mereka untuk menjadi utusan yang setia. Bagi saya ini adalah suatu pengingat yang tertanam dalam sejarah bahwa generasi muda kami di CCR adalah pembawa tongkat. Tentu saja, mereka tidak bergerak dengan cara yang sama seperti para perintis atau generasi saya lakukan karena kami hidup di waktu yang sangat berbeda baik di gereja maupun di luar gereja. Namun, saya sangat senang melihat apa yang akan dibawa oleh generasi baru tersebut dan saya merasakan bahwa yang terbaik akan segera tiba. Michelle Moran adalah Mantan Presiden ICCRS
REFLEKSI
Romo Markus Marlon, MSC Berkarya di sebuah paroki di Samarinda.
Pendidikan
yang Membebaskan S
aya masih ingat ketika duduk di kelas V Sekolah Dasar. Saat itu – ketika istirahat – untuk memegang meja guru saja, sepertinya tidak ada dalam pikiran saya, karena para murid sangat menghormati sang guru. Seorang guru – pada waktu itu – dipandang sebagai sosok yang sangat dicintai, sekaligus ditakuti (seperti yang dikatakan Rudolf Otto, “Tremendum et fascinosum”). Dalam pendididikan awal itu pula, kami diajari belajar budi pekerti seperti: sopan santun, cara berbahasa dan kehalusan budi (cultura animi), yang dalam budaya Jawa disebut sebagai “tata krama”. Pendidikan, kata itu sesungguhnya berasal dari kata Latin, “Educare” dari kata: ex = keluar dan ducere = membawa. Jadi, pendidikan itu berarti “membawa keluar seorang anak-didik agar menjadi bebas, lepas dari kungkungan diri sendiri dan bebas menjadi pribadi yang mandiri”.
bagaimana seorang yang sedang “ngangsu kawruh” – mencari ilmu, tetapi tidak pernah terbentur dengan kesulitan.
manusia bebas. Ini pula yang disebut dengan istilah, “Kekuatan pendidikan” (The power of education).
Pendidikan, pada dasarnya membentuk seseorang menemukan “modelnya” sendirisendiri. Lewat jatuh-bangun yang dialami, terbentuklah pribadi yang manusiawi atau “formatio humana”. Inilah yang oleh Tacitus (55 – 117) dikenal dengan pepatah, “Omne ignatum pro magnifico” yang artinya: semua hal yang kita lakukan adalah untuk hal yang lebih besar.
Apa yang didapat di bangku sekolah merupakan teori. Barangkali waktu sekolah prestasinya luar biasa dan nilainya semua cum laude (dengan pujian). Namun, ternyata dalam praktik tidak semudah itu. Ingat kata-kata indah, “Ngelmu iku kelakone kanthi laku” – Pengetahuan itu terwujud dalam praktik, “Practice makes perfect” – latihan menjadikan sempurna.
Di sini pula, kita menjadi ingat akan gagasan-gagasan Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959). Dia mengatakan bahwa tujuan pendidikan tak lain supaya anak menjadi manusia merdeka batin, pikiran dan tenaganya. Ada tiga sifat dalam kemerdekaan yakni: mampu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain dan mampu mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian, manusia itu, berusaha menjadi
Tidak dapat disangkal bahwa “Libertas justitia” – kebebasan adalah hukum kebenaran. Ungkapan dari Seneca (4 seb. M – 65) ini, mengajak kita bermenung bahwa kita menjadi pribadi yang bebas, namun taat pada hukum, aturan dan norma. Inilah yang menjadikan diri kita hidup dalam kebenaran dan kebebasan.
Orang-orang pada zaman Romawi dan Yunani sudah menerapkannya, bagaimana anak-anak usia remaja dilatih untuk menjadi pribadi yang mandiri. Lihat saja putra Odyssius, yang berjuang mencari jati diri, yang bernama Telemachus. Lantas, dalam film yang berjudul, “300”, anak remaja Yunani Kuno sudah dilatih untuk bertahan hidup. Mereka dilatih untuk menjadi pribadi yang bebas. Mereka dipacu untuk mencapai prestasi yang tinggi dengan kesulitankesulitan. Horatius (65 – 8 seb. M) pun pernah berkata, “Omne initium difficile est” yang artinya: semua kesuksesan dimulai dari kesulitan. Kita tidak bisa membayangkan, MEI - JUNI 2017 |
17
PERISTIWA
Wartakan Harapan dan Iman
S
etiap Minggu Paskah ketujuh, Gereja Katolik memperingati Hari Komunikasi Sosial Sedunia. Kali ini, peringatan tingkat Nasional dengan tema “Jangan Takut Aku Besertamu (Yes 43:5): Komunikasikan Harapan dan Iman” dipusatkan di Keuskupan Purwokerto selama sepekan mulai Senin (22/5). Aneka kegiatan pun digelar untuk mendalami tema tersebut, mulai dari pentas budaya, lomba menggambar dan debat, lokakarya pembuatan video dan tulisan kreatif, seminar literasi media dan seminar nasional, hingga rekoleksi dan misa raya. Banyak inspirasi dan kreativitas yang dapat ditemukan dalam pembahasan tema yang dirumuskan Paus Fransiskus itu. Di Indonesia, komunikasi sosial tidak dapat dipisahkan lagi dengan media dan teknologi informasi (TI). Mulai dari anak-anak hingga kakek nenek sudah bercengkerama dengan media dan TI, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, televisi, komputer, telepon pintar (smartphone) dan internet. Namun, akhir-akhir ini muncul persoalan serius. Dimana, ditengarai banyak penyalah gunaan media dan TI itu. Akibatnya, komunikasi sosial yang semula diharapkan dapat membangun kehidupan, justru sebaliknya malah merusaknya. Tidak sedikit konten informasi yang disajikan media dan TI merusak psikis, mencederai perasaan, memporakporandakan logika berpikir dan menghancurkan nilai-nilai kehidupan. Bahkan, media dan TI juga telah digunakan untuk melakukan penipuan, kejahatan, teror dan penghancuran, seperti tersebarnya virus Ransomware Wanna Cry baru-baru ini.
Jangan Takut Sejak semula, media dan TI diciptakan para ahli untuk memudahkan orang dalam membangun hidupnya. Richardus Eko Indrajit (2017) mengatakan bahwa media dan TI sebenarnya netral. Paus Fransiskus pun menegaskan bahwa 18
| MEI - JUNI 2017
bertanggungjawab kepada para penerimanya.
Wartakan Harapan & Iman
hitam putihnya media dan TI bergantung pada orang yang menggunakannya. Jika orang baik yang menggunakannya, maka media dan TI dapat berkontribusi untuk menumbuh kembangkan masyarakat. Namun sebaliknya, bila orang (berniat) jahat yang menggunakannya, maka media dan TI itu dapat menghancurkan orang lain, masyarakat bahkan bangsa dan Negara. Dalam kehidupan ini, niat baik dan jahat tumbuh berdampingan bagaikan gandum dan ilalang (Mat 13:24-30,37-43). Kejahatan dalam penggunaan media dan TI memang sangat memprihatinkan. Namun, janganlah kenyataan pahit itu menyurutkan minat bahkan menimbulkan ketakutan untuk memanfaatkan media dan TI untuk menumbuhkan harapan & dan iman. Paus Fransiskus juga mengajak masyarakat untuk memutus lingkaran kecemasan dan ketakutan yang timbul, karena harihari ini masyarakat secara konstan telah disuguhi dan berfokus pada berita buruk. Hendaknya masyarakat tidak ikut menjadi penyebar informasi sesat (hoax) yang dapat mengakibatkan penderitaan manusia dan menimbulkan skandal kejahatan. Oleh karena itu, Paus mengajak setiap orang untuk terlibat dalam menumbuhkan komunikasi sosial yang membangun, menampik prasangka (buruk) terhadap orang lain dan menggalakkan budaya perjumpaan. Hendaknya, setiap orang mengambil bagian, mencari cara komunikasi yang terbuka dan kreatif, yang tidak pernah mengagungkan kejahatan, tetapi sebaliknya komunikasi yang berorientasi pada solusi dan inspirasi terhadap pendekatan positif &
Oleh karena itu, seluruh umat Katolik dan semua orang pada umumnya diundang untuk menggunakan dan mengeksplorasi media & TI untuk membangun per adaban dan meningkatkan kesejahteraan. Saatnya, media dan TI itu dimanfaatkan untuk mewartakan harapan dan iman. Setiap orang hendaknya saling mengingatkan, agar kebebasan dalam menggunakan media dan TI diarahkan untuk membentuk peradaban kasih. Dengan demikian, hendaknya setiap konten informasi yang akan diunggah terlebih dahulu dipertimbangkan dampak dan akibatnya. Sangat relevan, bahwa semboyan dalam bidang kedokteran, yang mengatakan “lebih baik mencegah dari pada mengobati” untuk diterapkan dalam hal komunikasi sosial. Oleh karena itu, sebaiknya umat Katolik melakukan saring sebelum sharing menurut RD Kamilus Pantus selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial KWI (2017). Jadi, setiap informasi atau pesan yang diterima atau akan diunggah hendaknya ditimbang dan diseleksi. Ilmu pengetahuan, sikap moral dan etika, citacita hidup berbangsa dan bernegara, peradaban kasih, serta hati nurani digunakan untuk menyaring informasi atau pesan yang akan disebarkan. Dengan demikian, umat Katolik janganlah pernah berhenti dan takut berjuang dan berinovasi demi pengembangan media dan TI untuk mengkomunikasikan harapan dan iman. Selain itu, jangan pernah bosan untuk saling mengingatkan, agar terbentuk iklim komunikasi sosial yang membangun peradaban kasih. Budi Sutedjo Dosen FTI-UKDW, Tim Badan Pekerja Komisi Komsos KWI dan Sie Litbang BPN PKKI
P
40 Tahun PDPKK Santo Petrus dan Paulus
DPKK Santo Petrus dan Paulus Mangga Besar adalah persekutuan doa tertua di Jakarta. Berdiri sejak 40 tahun lalu, hingga kini masih eksis dan terus berkarya dalam gereja. Tentu saja, ini merupakan sejarah dan perjalanan yang menggembirakan. Untuk merayakan kegembiraan tersebut, pada 17 Mei 2017, di gereja Santo Petrus dan Paulus tersebut, PD ini menyelenggarakan misa syukur yang dipersembahkan oleh Romo Nicolash Dibyadarmaja SJ, Romo Chris Purba SJ dan Romo Felix Supranto, SS.CC yang bertindak sebagai konselebran utama. Lebih dari 500 orang menghadiri misa yang dimeriahkan oleh Delon dan Aurora Ballet ini. Dalam khotbahnya, Romo Felix mengucap kan terima kasih atas kesetiaan para peng urus dari periode ke periode dalam melayani Tuhan melalui PD tersebut. “PD ini semakin berbuah karena tinggal dalam Yesus. PD ini sekarang masuk ke tanah terjanji dan
berbuah kasih. Tinggallah di dalam Yesus dan semakin berbuah. Seperti pohon, ia tidak pernah makan dari buahnya sendiri tapi nutrisi dari tanah. Karena itu, kuatlah pohon itu dari terpaan badai. Kita pun harus ambil kekuatan dari Tuhan sendiri. Pohon tidak pernah marah kalau buahnya diambil. Ini artinya siap melayani. Artinya, hidup anda dan saya harus siap memberi,” kata Romo Felix dengan semangat. Lebih lanjut, penulis sejumlah buku renung an ini mengajak keluarga PD tersebut untuk menghasilkan buah yang bisa berbuah lagi. “PDPKK ini harus menjadi inspirasi banyak orang. Dan terbukti, sudah semakin banyak yang bertumbuh kemudian, ini berarti PD ini semakin berbuah. Dan berbualah terus,” katanya lagi menyemangaticv. Di akhir khotbahnya, Romo Felix mengingatkan untuk terus bergantung pada Tuhan. “Mari kita semakin andalkan, dekat dan layani Dia. Kasih itu menyembuhkan luka batin. Jangan malas
berdoa. Jangan malas melayani Tuhan. Datanglah dalam PD, pasti luka batinmu sembuh, setidak-tidaknya lupa hutang,” ujarnya diikuti derai tawa umat. Sementara itu, Romo Dibyo yangt adalah moderator PD tersebut sekaligus Pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus mengingatkan umatnya untuk setia dan meningkatkan semangat dalam karya dan misi evangelisasi. “Anda dan saya harus semakin berbuah dan menjadi inspirasi. Evangelisasi baru menjadi panggilan kita,” ungkapnya mengingatkan. Tercatat dalam sejarah, PDPKK Santo Petrus dan Paulus didirikan oleh Romo Lambertus Sugiri SJ. Kemudian secara bergantian dipimpin oleh FX Setiobudi (1976-1980), Budi Raharjo–alm. (1980-1987), Eddy Setiono (1987-1989), Agnes Hong (19891993), Lan Setiawan (1993-1995), Shirley Damayanti (1995-2003), Suheti (2003-2011), Ling-Ling (2011-2014) dan Willy Wijaya (2014-sekarang). (SHA)
MEI - JUNI 2017 |
19
PERISTIWA
Baksos dan Buka Puasa Bersama Warga Cikarang
B
ekerjasama dengan Yayasan Puan Amal Hayati milik Shinta Nuriyah Wahid, istri mendiang Gus Dur, Persekutuan Doa Usahawan Katolik (Perduki) Chapter Selatan I dan Persekutuan Doa Pembaruan Karismatik Katolik (PDPKK) Dekanat Bekasi menggelar Baksos dan buka puasa bersama dengan sekitar 1000 warga Desa Sukaraya, Kecamatan Karang Bahagia Cikarang, Kabupaten Bekasi pada Minggu (28/5/2017). Ketika memberikan siraman rohani atau tausiah bertema Dengan Berpuasa Kita Geng gam Erat Nilai-Nilai Demokrasi dan Kebhi nekaan, Ibu Shinta mengajak umat yang hadir untuk mempererat persaudaraan se
bagai sesama anak bangsa ini. “Kita semua bersaudara. Jangan karena masalah kecil, kita cakar-cakaran. Misalnya, jangan karena pacar dibonceng teman lalu hantam-hantaman,” katanya memberi contoh, diikuti tawa para remaja yang duduk di bagian depan. Lebih lanjut katanya, kita hidup di masya rakat pasti bertemu atau bertetangga de ngan orang yang berbeda suku atau agama, tapi jangan perbedaan itu menyebabkan kita bermusuhan atau cakar-cakaran. “Ada yang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha atau suku Jawa, Batak, Sunda, Madura, Ambon, tapi kita semua adalah Indonesia. Tinggal di Indonesia. Kita orang Indonesia. Kita harus menjaga Indonesia kita,” katanya
bersemangat dari atas kursi roda. Tentang acara buka bersama dan baksos ini, Romo Ambros Pantola, SVD dari Paroki Santo Arnoldus Jansen, Bekasi mengaku gembira. Menurutnya, melalui kegiatan semacam inilah, sesama anak negeri bisa saling berjumpa dan memberi perhatian. “Menurut saya, inilah dialog yang sesungguhnya dalam bentuk nyata. Dan memang, dialog yang bersifat konsep atau teori harus dikonkretkan dalam bentuk karya dan kehidupan nyata,” kata Romo Ambros. Selanjutnya harap Romo Ambros, ke depan, yang harus dikembangkan adalah dialog kehidupan yang berlangsung secara alamiah sebagai tetangga dalam masyarakat. “Kita harus membangun persaudaraan sebagai sesama manusia dan anak bangsa ini,” tambahnya. Sementara itu, baik ketua panitia setempat Kiai Mahmudin maupun Maria Mella dari Perduki dan PDPKK menyampaikan rasa terima kasih atas keterlibatan semua pihak. “Terima kasih atas pertemuan yang penuh kebhinekaan ini,” kata Mahmudin. “Puji Tuhan, kita bisa saling perhatikan dan memberi sebagai sesama saudara dalam bangsa ini,” kata Mella. Baksos kali ini meliputi pemeriksaan mata dan pembagian kacamata, penjualan minyak murah berhadiah beras, mie instan dan lain-lain. “Jadi, yang membeli minyak seharga Rp8.000/liter dan maksimal dua liter, dapat hadiah beras, mie instan dan lain-lain. Dan yang butuh kacamata mendapatkan kacamata secara gratis,” jelas Mella. (EDL)
20
| MEI - JUNI 2017
Jumpa Moderatores Persekutuan Doa PKK KAJ
U
ntuk “sambung rasa” baik antara para moderator PD, maupun dengan pengurus BPK PKK KAJ, pada Rabu, 03 Mei 201, bertempat di Gedung Shekinah , Duta Merlin, Jakarta Barat diadakan “jumpa moderators”. Para moderator saling berbagi cerita mengenai pengalaman mereka bersama PD yang mereka damping. Pada kesempatan ini, koordinator BPK KAJ, Ronald Moniaga menyambut para moderator dengan hangat. Dia juga menyampaikan terima kasih atas kesediaan para moderator untuk datang dalam temo moderators tersebut dan kesetiaan mereka mendampingi PD yang ada di paroki mereka. Selain itu, Ronald menyampaikan berbagai dinanika yang terjadi di lingkup KAj, namun lanjutnya, BPK akan bekerjasama dengan paroki dan Keuskupan untuk terus berkembang dan maju, misalnya semakin mengaktifkan KEP. ”Buah BPK antara lain adalah KEP yang banyak membantu menjadi ketua lingkungan, aktif di paroki, dan membantu Keuskupan,” jelas Ronald. Ronald juga menyampaikan bahwa jumlah peserta yang mengikuti SHDR semakin menurun dari tahun-tahun. menurutnya, hal ini terjadi karena pengumuman di PD dan bukan paroki sehingga yang mendengar pengumuman adalah mereka yang sudah pernah ikut SHDR. Lalu solusinya dibuat seminar CHANGE dengan sasaran menyentuh sisi psikologis dan rohani. Karena itu, Ronald berharap para Romo moderator mendukung program CHANGE. Pastor moderator BPK PKK KAJ Romo Chris Purba juga menyampaika terima kasih atas pendampingan para moderator tersebut. “Terima kasih banyak sudah mendukung PD dan Komunitas. Hidup dan mati sebuah PD dan Komunitas bergantung pada dukungan Romo moderator. Jika Romo memberikan waktu untuk misa bersama setahun sekali, mereka sudah senang.
Apalagi jika bisa hadir 5-10 menit setelah PD, mereka sudah tersanjung,” ucap Romo Chris.
sarana Roh Kudus untuk kasih dan belas kasih Allah bagi orang-orang yang paling malang.
Felix Ali Chendra menyampaikan beberapa hal penting terkait dengan perkembangan Pembaruan Karismatik Katolik (PKK) dan juga kesan tentang PKK dari beberapa Uskup dan Imam dari berbagai Keuskupan di Indonesia.
Mgr. Datus Lega
Berikut kata hati beberapa uskup dan imam tentang PKK:
Mgr. Hubertus Leleng
Uskup Manokwari PKK tetap memberi kontribusi bagi perkembangan dinamika menggereja dengan citarasa iman yang makin matang dan mantap.
RD. Udiono Keuskupan Ketapang
Harapan saya, PKK terus eksis dan bisa menjangkau banyak orang. Harap PKK bisa bersatu dengan gereja dan melayani gereja umat. PKK tidak boleh menjadi kelompok doa yang eksklusif.
PKK harus terus digalakkan dengan inovasi agar dapat menjadi model evangelisasi baru. Saya melihat PKK belum berkembang di paroki-paroki. Kelompok doa masih kurang. Perlu menggalakkan doa-doa kelompok.
Mgr. Leo Labaladjar, OFM
Pastor Kornelius Kulikeban, MSC
Uskup Jayapura
Pastor Paroki Stella Maris Siantan, Pontianak
Saya sangat mendukung apapun yang PKK buat di Keuskupan Jayapura, karena saya melihat PKK tidak hanya melakukan hal-hal yang bersifat internal, tapi juga berevangelisasi dengan berbagai cara.
Harapan saya untuk PKK adalah tetap eksis dengan semua kegiatan yang menumbuhkan iman umat serta yang menyadarkan umat atas tugas-tugasnya sebagai anggota Gereja di Paroki masingmasing, bahkan untuk tugas lintas Paroki.
Harapan saya, PKK tetap memberi tempat utama kepada Roh Kudus dan mengandalkan Dia. Ikutlah terus dorongan Roh utk keluar menyebarkan karisma itu kepada seluruh umat dan menemukan cara-cara baru menyalurkan Injil kasih Allah kepada semua orang. Siapkan diri menjadi
Tantangannya,bagaimana melibatkan semakin banyak umat dlm kegiatankegiatan PKK, terutama di setiap Paroki. Karena masih banyak umat yang belum mau mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh paroki. MEI - JUNI 2017 |
21
PERISTIWA
Unlimited Worship Conference Digelar Lagi Oktober
D
alam rangka perayaan syukur 50 tahun PKK, pada tahun 2017 ini, FKP3 BPK PKK KAJ melanjutkan Unlimited Worship Conference (UWC) 2017 di The Hall Kota Kasablanka, 7 Oktober 2017, pukul 9 pagi sampai selesai. Seperti dijelaskan oleh George Ancelo Ganda, Koordinator FKP3 BPK PKK KAJ, maksud penyelenggaraan UWC 2017 sesuai visi dan misi FKP3 agar kehidupan dan pelayanan para penyembah dan pelayan pujian senantiasa terarah kepada Tuhan, menghidupi pujian penyembahan sebagai cara hidup. Sembari tetap dengan api roh yang menyala-nyala, terus melayani dengan penuh kesetiaan. UWC 2017 tetap berfokus kepada peningkatan kapasitas para penyembah dan pelayan pujian. Dengan materi pengajaran yang diberikan, mereka semakin kuat dalam melayani pekerjaan Tuhan. Tema yang diangkat dalam UWC 2017 ini lanjut Celo, adalah Extravagant Worship. Tujuannya adalah agar mereka yang telah dikasihi dan diberkati Tuhan dengan luar biasa, mampu menberikan pujian dan penyembahan yang meluap-luap, memberi pengagungan dengan totalitas dan melayaniNya dengan segenap hati dan memberikan hidup bagi kemuliaanNya. UWC 2017 membawa konsep seperti tahun lalu, yaitu conference. Dua pembicara yang
Unlimited Worship Conference (UWC) 2016
akan memberikan pengajaran adalah Jude Antoine. Seorang pewarta awam pendiri Kerigma ministry yang berasal dari negri jiran, Malaysia. Jude Antoine banyak dipakai Tuhan untuk bidang pengajaran, pembinaan, retreat. Bukan hanya di Malaysia, tapi juga di berbagai tempat di dunia, termasuk Indonesia.
Acara tersebut tidak hanya sampai pada conference. Malamnya akan dilanjutkan dengan sebuah konser musik rohani, yang merupakan grand launching CD dari hasil unlimited worship song competition yang telah mendapatkan 10 lagu terbaik hasil karya para pencipta lagu Katolik dari KAJ dan beberapa keuskupan lainnya.
Pembicara selanjutnya adalah seorang imam muda dari Australia, yang sangat dipakai Tuhan dalam bidang pujian penyembahan, Fr. Rob Galea. Alumini X factor australia yang telah menghasilkan beberapa album rohani ini banyak dipakai untuk penginjilan dan konser-konser musik rohani Katolik di berbagai belahan dunia. “Puji Tuhan, UWC 2017 adalah menjadi pelayanan Fr. Rob Galea pertama di Indonesia. Jadi wajiblah kita bersyukur akan kehadiran dua pembicara yang sungguh dasyat ini di UWC 2017,” harap Celo.
Ini sebuah momentum yang sangat luar biasa, melibatkan para pemusik Katolik yang punya hati untuk mengembangkan musik rohani Katolik. Dengan mengusung musik orchestra, The Album didukung oleh Rm. Erwin Santoso MSF, Rm. Thomas Peng An Pr, dan beberapa artis ibukota.
Jude Antoine
22
| MEI - JUNI 2017
Fr. Rob Galea
Jadi, sangat diharapkan kehadiran dan dukungan dari semua pihak dalam gerakan Pembaruan Karismatik Katolik, pelayan pujian, pemerhati pujian penyembahan ataupun umat awam untuk melibatkan diri dalam acara UWC 2017. (SHA)
Adorasi pada Perayaan 50 Tahun PKK
P
uji syukur kepada Allah Tri Tunggal Maha Kudus, untuk memperingati 50 tahun Pembaruan Karismatik Katolik se-dunia atau yang biasa disebut International Catholic Charismatic Renewal Servicer (ICCRS), pada tanggal 1 Juni 2017, mengadakan Adorasi pujian penyembahan bersama kepada Roh Kudus. Acara tersebut diadakan di Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, pukul 10.00 – 12.00, dihadiri lebih dari 750 umat, baik dari anggota BPK, pengurus PDPKK Keuskupan Surabaya, umat PDPKK, maupun dari kategorial lain dan umat Katolik pada umumnya. Gereja penuh, balkon terisi juga. Acara ini bisa dikatakan diadakan dengan persiapan yang sangat singkat, tetapi para panitia dan pendoa, bekerja dengan cara cepat dan benar-benar bersatu hati serta mengandalkan pertolongan Tuhan. Acara dibuka dengan lagu Calling People dan dilanjutkan dengan penjelasan singkat selama 5 menit oleh MHM Judy Nuradi. Judy menjelaskan secara singkat peristiwa di bulan Pebruari 1967 yang dialami oleh para mahasiswa di Pittsburgh Amerika waktu itu. Lebih lanjut Judy menguraikan, bagaimana mereka mendapat pencurahan Roh Kudus
terasa saat itu. Dan puncak tiba dengan pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Suasana sangat khusuk. Hadirat Tuhan sangat dirasakan oleh seluruh peserta. Banyak yang merasa terjamah. Doa dan renungan dipimpin oleh RD Yuventius Fusi Nusantoro. Renungan Romo tentang peristiwa pentakosta, dan bagaimana perubahan yang terjadi di antara para rasul setelah pengalami pencurahan Roh Kudus.
yang belum pernah mereka alami, dan apa yang mereka alami itu membuat mereka semua berubah, bersemangat, mengalami pembaruan. “Dan didorong oleh semangat Pentakosta, mereka membagikan yang mereka alami, dan gerakan ini meluas sampai ke seluruh dunia. Dan ini juga yang kita harapkan akan juga terus kita alami, bahwa kita mengalami pentakosta baru, terus dibakar, terus berkarya dalam gereja dan bagi gereja kita. Kita terus mengalami pembaruan,” tambahnya menyemangati umat yang hadir. Acara dilanjutkan dengan pemutaran video sejarah PKK dan dilanjutkan dengan pujian dan penyembahan oleh tim pujian BPK. Setelah selama 40 menit mengadakan pujian dan penyembahan, umat masuk dalam hadirat Allah, yang sungguh
Kembali tim pujian mengangkat penyembahan mohon kembali Roh Kudus tercurah, benar-benar Roh Kudus berkarya. Bersama dengan para pengurus BPK, kembali penyembahan kepada sakramen Maha Kudus dinaikkan. Lawatan, urapan dan jamahan turun ke umat. Karunia nubuat, sabda pengetahuan, sabda kebijaksanaan bermunculan. Di sana sini bisa dilihat bagaimana yang hadir sangat tersentuh oleh hadirat Tuhan. Tuhan Yesus mengingatkan agar bisa percaya, agar membiarkan Roh Kudus berkarya. Banyak doa yang didengar oleh Tuhan dan dikabulkan saat itu. Bagaimana Tuhan merindukan penyembahan dan minta agar kita terus menyembah Dia. Puji syukur yang tak terhingga oleh kemurahan Bapa yang sungguh luar biasa, semua yang terlibat boleh tersemangati oleh acara ini. Dan romo selebran, mengimbau agar BPK kembali mengadakan acara serupa yang khusus ditujukan untuk romo dan suster di Keuskupan Surabaya. Para pengurus sangat bergembira menyambut hal tersebut. “Kami akan terus berdoa agar acara tersebut boleh segera terselenggara,” kata seorang panitia. (Devi J) MEI - JUNI 2017 |
23
PERISTIWA
Retret Penyembuhan SEP 2017
S
ekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) kembali menggelar Retret Penyembuhan SEP. Kali ini diadakan di Lembah Karmel, Cikanyere pada 21-23 April 2017 dan mengangkat tema Berdirilah dan Pergilah, Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau (Lukas 17:19) Sebanyak 435 peserta mengikuti retret yang menghadirkan Rm Felix Supranto SS CC, Rm Y. Chris Purba. SJ, Rm Richard SS CC, dr. Grace Hartanto, Sri Wahyuni, Dr. Stanley Budihardja dan Ferry Lubis sebagai narasumber. Para peserta datang dari seluruh Indonesia, namun lebih banyak dari Jabodetabek. Seperti dijelaskan oleh ketua panitia Yohanes Kartono Kok, retret ini dimaksudkan untuk membantu umat Allah yang sedang mengalami masalah dalam hidupnya. Banyak umat, oleh karena berbagai masalah baik dalam keluarga, pekerjaan, pertemanan mengalami luka batin yang menggangu bahkan membelenggu. “Kami memilih tema Berdirilah dan Pergilah, Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau setelah berdiskusi dengan Romo Felix dan memang cocok dengan situasi yang ada,” jelas pria yang biasa dipanggi Kartono ini. “Dan kami harapkan dari tema ini para peserta boleh menerima karunia kesembuhan dan pemulihan,” tambah Kartono.. Dalam retret tersebut, Romo Felix menjelaskan cara Tuhan dalam menyembuhkan. Katanya, Tuhan Yesus memiliki beberapa cara, yakni: Dengan berfirman (Matius 15:28). Maka Yesus menjawab dan berkata 24
| MEI - JUNI 2017
kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh. Dengan menjamah/menyentuh (Matius 20:34). Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia. Dengan hardikan (Matius 17:18). Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. Dengan memerintah (Matius 9:6). Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”. Lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Menggunakan sarana (Yohanes 9:6). Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi.
Melalui orang. Yakobus meminta penatua mengoleskan minyak (Yakobus 5:14-15). Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesinya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika ia telah berbuat dosa , maka dosanya itu akan diampuni. Sebagai ketua panitia, Yohanes Kartono Kok berharap, melalui Retret Penyembuhan SEP Shekinah ini baik panitia maupun peserta boleh mengalami kasih Tuhan yang sungguh luar biasa. Banyak kesembuhan boleh terjadi dan pemulihan terjadi untuk para peserta karena pembelajaran dari para Romo dan pembicara-pembicara awam yang mangarahkan peserta untuk menyadari bahwa satu-satunya sumber kesembuhan dan pemulihan, yaitu Yesus Kristus. “Saya berharap, kita semua boleh melihat kemuliaan Tuhan yang dicurahkan bagi para panitia dan peserta,” pungkas Kartono. (SHA)
Menimba Semangat Pelayanan dalam Fellowship Semua orang pasti ingin rileks. Rutinitas harian membuat setiap orang penat, capek, bosan dan bahkan bisa saja stress. Inilah yang perlu dijaga dalam kehidupan agar keseimbangan tercipta.
Berbagai game diadakan untuk menciptakan keakraban. Mulai dari membuat kelompok-kelompok agar bisa kompak dan membangun tim, kelompok berdua, bertiga, berlima, sampai gerakan-gerakan yang mesti diperagakan sesuai arahan Novie Basri sebagai koordinator game. Game yang seru adalah mencocokkan puzzle wajah dari beberapa tim inti PD PKK St. Andreas. Pengenalan akan para pengurus ini membuat anggota masing-masing kelompok mudah menerka dan mesti bertukar potongan-potongan puzzle dengan kelompok lainnya sampai puzzle lengkap. Dan ada beberapa game lainnya yang membuat suasana menjadi lebih hidup dan ceria. Keakraban makin tercipta di sekitar api unggun yang diadakan pada Sabtu malam. Ada acara bakar jagung. “Acara malam ini sangat menggoda tiap peserta untuk ikutan mengoles mentega di jagung, menusukkan stik untuk pemegang jagung, membakarnya dan makan jagung bersama”. Keakraban makin tercipta saat diadakan “keyboard tunggal” oleh Yudi yang memainkan sejumlah lagu dan dinyanyikan bersama beberapa peserta. Suasana terasa akrab bahkan sampai tengah malam menjelang.
Sejenak mereguk semangat kebersamaan dan kesatuan hati.
U
ntuk menjaga kekompakan dan keharmonisan dalam pelayanan, PD PKK St. Andreas mengadakan fellowship di Wisma Colibah, Puncak Pass, Jawa Barat pada 20-21 Mei 2017. Fellowship diikuti oleh sekitar 35 orang pelayan dari PD PKK Santo Andreas tersebut. Semua peserta merasa gembira dan ceria.
Seperti dimaksudkan sejak awal, fellowship bertema Pelayanan ini bertujuan mengakrabkan sesama tim dengan pembekalan rohani mengenai pelayanan yang dibawakan Sally. Melalui persekutuan ini, para pelayan menyadari makna pelayanan dan berusaha semakin mendekatkan diri pada Tuhan.
Minggu siang, 21 Mei 2017 sekitar pukul 14, semua tim kembali ke rumah masingmasing dengan perasaan gembira dan bahagia. Gembira sebagai satu tim, bahagia dapat melayani dalam persekutuan PD PKK St. Andreas, dan bahagia memiliki ikatan persaudaraan yang erat. Dari fellowship ini terbentuk semangat atau tekad bersama untuk memuji Tuhan dan bersyukur dengan pujian dan pewartaan Firman Tuhan setiap Selasa malam di salah satu ruangan di St. Andreas. (SHA) MEI - JUNI 2017 |
25
DUNIA KERJA Anthony Dio Martin “Best EQ trainer Indonesia”, direktur HR Excellency, pembicara, ahli psikologi, penulis buku-buku best seller, host radiotalk di SmartFM. Website: www.anthonydiomartin. com dan IG: @anthonydiomartin
D
i tepi suatu pelabuhan, ada seekor camar aneh yang selalu mencari ikan jauh dari kerumunan camarcamar yang lainnya. Umumnya, camar yang lain, hanya menunggu perahu nelayan tiba dan merekapun memakan ikan-ikan yang dibuang oleh para nelayan. Makanya, si camar yang aneh itu ditertawakan kawanannya. “Kerja yang cerdik. Kalau bisa makan dari ikannya nelayan, mengapa harus mencari jauh-jauh”. Namun, si camar yang aneh itu masih tetap berusaha terbang jauh ke laut dan mengambil ikan di sana. Ia pun mencoba menikmati terbang dan menikmati ikan yang segar yang bisa ditangkapnya. Ternyata, setelah bertahun-tahun, tempat para camar mencari ikan ditutup. Maka, para camar pun kebingungan dan banyak yang mati karena tidak tahu caranya mencari ikan di lautan. Kini, mereka tidak lagi mener tawakan si camar aneh, yang selalu terbang ke lautan mencari ikan-ikan yang segar!
26
| MEI - JUNI 2017
Kerja Rajin,
Masihkah Up To Date ?
Kisah di atas mirip dengan sebuah pengalamn nyata di sebuah perusahaan di mana ada seorang karyawan yang selalu berusaha mengerjakan proposal dan laporannya dengan rajin. Padahal, temantemannya hanya cut dan paste. Ia pun ditertawakan. Menurut temen-temannya, ia kerajinan dan tidak bekerja “smart”. Namun, ternyata suatu ketika, pada saat dilakukan assessment untuk promosi, salah satu ujiannya adalah membuat dan analisa report. Ternyata, banyak temannya yang kelabakan kecuali si karyawan ini yang telah terbiasa membuat laporan dan analisis. Ia pun mendapatkan hadiah dalam bentuk promosi. Begitulah, kisah-kisah di atas seakan menantang lagi keyakinan sekarang
dimana banyak orang mengerjakan, “Nggak usah kerja keras, yang penting adalah kerja cerdas”. Namun, terkadang pepatah ini menjadi semacam pembenaran atas kemalasan dalam bekerja. Akibatnya, kemalasan pun seolah-olah mendapatkan nama baru dalam bentuk “kerja cerdas”. Dan dengan demikian, banyak orang menilai kerja keras tidaklah lagi relevan dengan pekerjaan sekarang. Memang sih, diperlukan kerja yang cerdas agar kita tidak terus-terusan bekerja seperti robot tanpa melakukan perbaikan. Namun, kerja keras atau yang biasa kita katakan “rajin” tetaplah masih relevan. Mengapa? Inilah beberapa alasan kerja yang rajin masih perlu dilakukan.
Mengapa Perlu Rajin? Pertama-tama. Kerajinan adalah induk dari prestasi. Setiap prestasi yang luar biasa selalu dimulai dari kerajinan berlatih ataupun ketekunan untuk terusmenerus melakukannya. Kalau kita bertanya pada semua atlet, artis atau penampilan yang luar biasa, pastilah di balik keberhasilan mereka ada kerajinan berusaha, berlatih dan sabar dalam belajar. Mereka adalah orang yang terbukti kerajinannya. Kedua. Kerajinan membuat otot-otot kita terlatih. Di balik kerajinan, sebenarnya adalah seperti latihan fisik di lapangan ataupun di tempat gym. Pada saat dengan rajin kita melakukan pekerjaan ataupun menuntaskan tanggung jawab kita, sebenarnya ada otot mental yang kita latih pula. Tak heran jika Bruce lee pernah mengatakan, “Saya lebih takut dengan orang yang berlatih 1 tendangan 1000 kali daripada yang berlatih 1000 tendangan 1 kali saja”. Kerajinan akan melahirkan kekuatan mental yang luar biasa, khususnya pada saat menghadapi tantangan ataupun masalah. Ketiga. Kerajinan juga membuat kita lebih percaya diri. Pada saat kita mencoba rajin mengerjakan sesuatu, mungkin kita akan membuat berbagai kesalahan dan kegagalan. Tetapi, justru pada saat itulah kita sebenarnya sedang berlatih dan membuat diri kita semakin percaya diri dengan apa yang dilakukan. Sebagai
contoh, kini banyak bentuk kursus dan latihan di sekolah di mana murid dilatih dengan cara meningkatkan kerajinannya dalam berlatih soal-soal ujian. Semakin rajin berlatih, semakin mereka akan lebih percaya diri dalam melewati tes yang akan dihadapinya.
Bagaimana Tetap Rajin Tatkala Merasa Malas? Pertanyaan yang seringkali muncul adalah bagaimana caranya agar kita bisa tetap rajin tatkala kita merasa malas sekali untuk melakukan apa pun? Untuk itu, hal pertama yang perlu dipupuk adalah dengan membangun perasaan senang ataupun rasa sakit. Pikirkan dan rasakanlah: bagaimana rasanya kalau suatu pekerjaan bisa diselesaikan. Sebaliknya pula, apa jadinya kalau tidak selesai dan pekerjaan itu terus-menerus
mengejar kita. Bayangkan betapa tersiksanya? Terkadang, kita pun menjadi malas dan tidak melakukan pekerjaan karena kita membayangkan kerjaan yang terlalu rumit dan susah. Nah, cara terbaik adalah dengan memecah-mecahnya menjadi beberapa bagian kecil yang lebih masuk akal untuk dikerjakan. Selain itu, supaya tetap rajin melakukan sesuatu sebaiknya kerjaan dilakukan saat masih ‘hangat’. Ini seperti prinsipnya pandai besi, “bengkokkan besinya selagi masih panas”. Artinya, sebaiknya pekerjaan dilakukan tatkala pikiran kita masih hangat dan semangat terkait kerjaan itu masih besar. Semakin lama menunda, justru akan membuat energi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan jadi semakin besar.
MEI - JUNI 2017 |
27
KOMUNITAS
STF DRIYARKARA
Hadir untuk Mencerahkan Bangsa S
ekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, untuk sebagian orang, mungkin sebuah nama yang asing. Sekolah tinggi yang berlokasi di Cempaka Putih ini, memang tidak setenar kampus swasta lainnya seperti Universitas Atmajaya, Trisakti, Jayabaya, dan sebagainya. Namun jika kita menyebut beberapa nama dosen yang mendirikan sekaligus mengajar di kampus ini, kita akan segera tahu, bahwa kampus ini termasuk perguruan tinggi yang cukup disegani di Indonesia. Siapa yang tak kenal dengan nama Prof. Dr.Franz Magnis Suseno SJ atau Prof. Dr. FX Mudji Sutrisno SJ? Dua guru besar STF Driyarkara ini, sudah dinobatkan sebagai guru bangsa oleh para intelektual maupun politisi di Indonesia. Pengakuan guru bangsa itu, tentu tidak diberikan sembarangan karena keduanya secara nyata dan sungguhsungguh, memang memperjuangkan terciptanya Indonesia yang lebih baik di bawah panji-panji keberagaman dan keunikan kita sebagai satu bangsa. Prof. Magniz Suseno misalnya, banyak menyumbangkan pemikirannya di bidang demokrasi, etika berbangsa dan bernegara, pluralisme dan toleransi di Indonesia. Dan yang tak kalah pentingnya juga, ia menulis beberapa buku, antara lain Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Pemikiran Karl Marx” dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, dan masih banyak lagi. Buku-buku ini tidak hanya berkualitas dari sisi isinya, tetapi juga sangat memengaruhi sistem politik di Indonesia. Tak Jauh berbeda, Prof. Dr. Mudji Sutrisno diakui oleh intelektual Indonesia sebagai salah satu budayawan yang pemikirannya 28
| MEI - JUNI 2017
sangat berpengaruh di Indonesia. Dia sering dijadikan narasumber para jurnalis Indonesia, terutama ketika Indonesia menghadapi masalah-masalah di bidang kebudayaan. Misalnya ketika terjadi konflik sosial, ketika pendidikan kita seolah kehilangan arah, dan masih banyak lagi. Kehadiran dua Guru Besar STF Driyarkara ini di pentas nasional, pelan tapi pasti ikut mempromosikan nama STF Driyarkara kepada publik tanah air. Tidak heran, karena kekagumannya kepada sosok dan pemikiran kedua guru besar tersebut, anak-anak muda Indonesia akhirnya banyak yang tertarik untuk kuliah di STF Driyarkara. “Jujur saja. Alasan pertama saya mau kuliah di kampus ini adalah karena sosok Prof. Magniz Suseno. Saya sempat mengikuti beberapa seminar yang dibawakannya dan saya sungguh penasaran. Beliau yang orang Jerman, kok ngerti benar Filsafat Jawa. Hal inilah yang mendorong saya untuk kuliah di kampus ini. Begitu menjalani kuliah, saya makin terkagumkagum, karena banyak sekali dosen di kampus ini, yang pemikiranpemikirannya sungguh merangsang saya untuk berpikir kritis,” cerita Agus, mahasiswa asal Jakarta
yang kami temui sore itu di kampus STF Driyarkara yang sejuk.
Sejarah STF Driyarkara STF Driyarkara didirikan pada tanggal 1 Februari 1969 sebagai realisasi dari cita-cita Prof. Dr. N. Driyarkara, SJ, yang ingin me ngembangkan dan memajukan pengetahu an filsafat di kalangan masyarakat Indonesia. Ada dua hal yang melatarbelakangi berdirinya STF Driyarkara. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan sekolah tinggi tempat kuliah para calon imam Gereja Katolik, terutama untuk bidang studi filsafat dan teologi. Kedua, untuk menjawab tantangan zaman saat itu, di mana semangat “pembangunan-isme” yang digelorakan oleh rezim Orde Baru, telah meminta banyak korban manusia, baik secara fisik maupun non-fisik. Soeharto yang saat itu menjadi Presiden RI, memang sangat gencar melakukan Salah satu mahasiswa STF Driyarkara.
pembangunan di seluruh Indonesia. Agar pembangunan ini berbiaya murah dan cepat pelaksanaannya, tak segan-segan rezim Orde Baru “merampas” lahan warga dengan ganti rugi yang sangat tidak seimbang. Tak hanya itu, sumber daya alam Indonesia juga dieksploitasi secara berlebihan, sehingga kerusakaan alam berlangsung lebih cepat dari biasanya. Sebagai contoh adalah rusaknya hutan-hutan di Kalimantan yang dieksploitasi secara membabi buta. Para penggiat kemanusian saat itu, seperti Prof. Magniz Suseno kemudian melihat, ada yang harus diluruskan dari metode pembangunan yang dikembangkan oleh rezim Orde Baru. Pembangunan itu sendiri tentu diperlukan. Tapi kalau atas nama pembangunan, hak-hak kemanusian warga kemudian dilanggar begitu saja, maka timbullah pertanyaan: Pembangunan itu sebenarnya untuk siapa? Pertanyaan filsafati semacam ini, yang kemudian dicoba dijawab lewat ilmu filsafat yang dikombinasikan dengan ilmu-ilmu lain yang muaranya adalah mengutamakan nilai kemanusiaan di atas semua tujuan berbangsa dan bernegara yang ingin kita wujudkan. Mula-mula tentunya Prof. Magniz Suseno dan teman-temannya yang berusaha melakukan counter dan telaah kritis terhadap model pembangunan Orde Baru, namun karena jumlah mereka tak banyak dan telaah kritis semacam ini dibutuhkan sepanjang hayat, maka diputuskan untuk mendirikan STF Driyarkara, yang beralamat di Jl. Cempaka Putih Indah 100A, Cempaka Putih, RT.1/RW.7, Cempaka Putih Barat, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Karena tujuan awal pendirian sekolah tinggi ini untuk memenuhi kebutuhan sarana pen didikan bagi para calon imam, maka maha siswa yang pertama-tama mendominasi STF Driyarkara adalah para frater dari berbagai tarekat dan ordo yang ada di Indonesia, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Hingga saat ini, para calon imam, masih menjadi mahasiswa yang dominan di kampus ini. Belakangan, dengan masih gencarnya sosialisasi pemikiran falsafati oleh para punggawa STF Driyarkara ke tengahtengah masyarakat Indonesia, mulai berdatanganlah kaum awam, baik yang
beragama Katolik maupun Islam, Hindu, Budha, Protestan, dan sebagainya, yang menjadi mahasiswa di kampus ini. “Sejak awal, kampus ini didirikan memang untuk bangsa Indonesia. Jadi ketika mahasiswa dari agama lain ikut bergabung (kuliah) di tampat ini, kami sungguh sangat bergembira,” ujar Romo Magniz di suatu kesempatan. Dari hari ke hari, kehadiran STF Driyarkara semakin dirasakan manfaatnya baik oleh otoritas Gereja Katolik maupun oleh masyarakat umum. Permintaan agar pendidikan pasca sarjana dan doktoral segera dibuka di STF Driyarkara, juga terus berdatangan. Akhirnya pada tahun 1996 atau 25 tahun setelah berdirinya kampus ini, dibukalah pendidikan pasca sarjana dan doktoral di STF Driyarkara.
Kampus yang Unik Adalah Keisa, lulusan sarjana strata (S1) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) bidang perfilman, yang kemudian tertarik menempuh studi pasca sarjana di STF Driyarkara. Keisa mengisahkan, awal mula ketertarikkannya untuk menempuh pendidikan S-2 di kampus ini karena ia menyadari bahwa sebuah film tanpa dasar filsafat di dalamnya, terasa hanya sebagai hiburan. “Just as Robot,” tuturnya. Padahal menurut Keisa, film bisa menjadi sarana yang cukup efektif untuk mendidik masyarakat dalam memahami kemanusian, pluralitas, dan fenomena-fenomena modern yang kini mengitari hidup kita. Ia misalnya mencontohkan soal perkawinan sejenis. “Ini adalah kenyataan dan masalah yang kita
hadapi hari ini. Bagaimana menjawab masalah ini secara bijaksana? Kita membutuhkan filsafat. Kita membutuhkan suatu cara berpikir yang kritis agar jangan sampai unsur kemanusian men jadi terabaikan dalam memandang kasus ini. Dan Film ? Jika penulis skenario atau sutradaranya memiliki dasar-dasar filsafat yang baik, maka saya percaya dia bisa membuat sebuah film yang berharga menyangkut tema tersebut,” tegas Keisa. Keisa yang sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas, termasuk menulis skenario untuk beberapa film, merasa pendidikan filsafat yang diperolehnya di STF Driyarkara sangat membantunya untuk lebih dewasa dalam menulis sesuatu. “Saya semakin diperkaya,” ujarnya. Ketika ditanya kesannya terhadap kampus STF Driyarkara, ia mengatakan kampus ini adalah kampus yang unik, berbeda 180 derajat dari kampusnya yang dulu. “Di sini anda tidak akan temukan kantin dan anakanak yang nongkrong semau-maunya. Beda banget dengan kampus saya yang lama. Namanya kita seniman, ada tempat nongkrong pula. Ya ramai gitulah. Tapi di STF, you tidak akan temukan itu.” Tapi Keisa tetap merasa enjoy berkuliah di kampus ini karena menurutnya, kultur akademik sangat terasa. Dosen-dosennya sangat menguasai ilmu yang diajarkannya, sementara para mahasiswa dilatih untuk belajar serius dan menekuni ilmu yang sedang mereka pelajari. Kultur akademik semacam ini menurut Keisa, membuatnya semakin mudah mema hami dalil-dalil filosofis yang dikembangkan oleh ahli-ahli filfasat. Ia juga terpacu untuk belajar lebih serius karena malu bila kalah saing dengan teman-teman kuliahnya. Jadi, buat Anda yang tertarik menekuni ilmu filsafat maupun teologi, STF Dryarkara mungkin menjadi salah satu alternatifnya. Kultur akademisnya yang sangat terasa, akan membantu anda memahami filsafat dengan lebih baik. (CR) MEI - JUNI 2017 |
29
OASE
Pastor Felix Supranto, SS.CC
S
Selamat Jalan, Rosa…!
aya mengenal Rosa sejak ia duduk di kelas 1 SMP di Tanjungpinang, Kepulauan Riau ketika saya melayani di sana. Rosa memiliki iman yang sangat mendalam. Imannya terungkap dalam pelayanan sebagai ketua Legio Maria. Ia selalu mengunjungi orang-orang sakit yang dirawat di rumah sakit di samping gereja setelah Misa. Ia dan adik-adiknya, yaitu Sonya, Noni, Balde, Novi, menganggap saya sebagai ayah mereka. Setelah lulus SMEA di Tanjungpinang, ia mengubah tradisi dengan merantau ke Jakarta untuk kuliah sambil bekerja. Ia datang hanya membawa uang perjalanan dan uang pangkal kuliah. Perjuangannya luar biasa, sampai pernah jatuh ketika turun dari bus kota. Perjuangannya 30
“Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.” (Mazmur 23 : 2)
| MEI - JUNI 2017
menghasilkan buah, yaitu selesai kuliahnya dan berhasil mendirikan sebuah usaha untuk pendidikan. Ia berkata kepada saya, “Saya harus membuka jalan dan teladan bagi adik-adik agar berhasil dalam Tuhan”. Adik-adiknya memang akhirnya mengikutinya ke Jakarta. Di Jakarta itulah ia bertemu dengan Gunardi yang kemudian menjadi suaminya. Gunardi adalah suami yang sangat baik. Buah dari pernikahan mereka adalah dua anak yang sangat baik. Saya yang memberikan nama bagi kedua anak itu, yaitu Elita dan Pius. Kedua anak itu memanggil saya akong romo (Opa Romo) sebagaimana Rosa membahasakannya kepada mereka.
Beberapa tahun belakangan ini ia menderita penyakit yang serius, namun tidak mengeluh. Ia berjuang mengalahkannya. Ia tetap bekerja dan tetap melayani dalam gereja. Semangat hidupnya sangat luar biasa. Saya, tanggal 25 Juni 2016 yang lalu, mengunjunginya untuk berdoa dan memberikan komuni bagi. Kebutuhan hidup rohani memang merupakan kerinduannya. Doa dan Komuni Kudus memberikan sukacita dalam jiwanya. Pada waktu itu saya melihat keadaan tubuhnya yang semakin kurus. Saya ingin memberikan surprise pada ulang tahunnya ke 42 pada tanggal 29 Juni 2016 dengan membawa kue ulang tahun jam 05.30. Ia nampak sangat sukacita menerima hadiah ulang tahunnya yang tak
pernah ia kira. Ternyata ulang tahunnya itu adalah ulang tahunnya yang terakhir seperti yang saya duga. Satu minggu kemudian saya akan mengunjunginya lagi untuk memberikan komuni pada hari Minggu seperti yang telah saya janjikan kepadanya. Ia mengatakan kepada saya, “Romo tidak usah datang karena saya sudah ke gereja. Banyak orang lain lebih membutuhkan pelayanan Romo dari pada saya”. Itulah Rosa, yang senantiasa mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri. Pada tanggal 28 Juli 2016 ia menelefon saya dengan suara yang sangat berat, “Romo, kunjungilah saya. Jangan lamalama, ya”. Permohonannya itu membuat saya mengerti bahwa akan terjadi sesuatu dengan dirinya karena ia tidak pernah mau merepotkan orang lain. Pada tanggal 30 Juli 2016 saya bergegas menuju ke rumahnya. Benarlah apa yang saya pikirkan. Ia telah terbaring lemah di tempat tidurnya. Ia minta berbicara pribadi dengan saya. Ia mengatakan kepada, “Romo, saya sudah menyerahkan diri saya kepada Tuhan. Saya minggu ini mungkin akan berpulang. Saya minta Romo untuk merayakan Misa bagiku pada hari Jumat Pertama, peringatan Hati Kudus Yesus. Saya meminta Romo untuk mendampingi suami, anak-anak, dan adikadikku”. Ia kemudian mendaraskan doa yang sangat indah. “Tuhan Yesus, dengan sakit ini, saya semakin mensyukuri setiap embusan nafasku yang tersisa. Terimakasih Tuhan atas orang-orang yang telah mengunjungi aku dan mendoakan aku.
Kini aku letakkan penyakitku di atas telapak kaki-Mu”. Ia kemudian meminta sakramen pengampunan dosa dan Komuni Kudus. Tanggal 01 Agustus 2016 malam, saya mendengar bahwa Rosa dirawat di Rumah Sakit. Esok harinya, tanggal 02 Agustus 2016, pukul 03.30 saya mengunjunginya. Keadaannya semakin lemah. Ia terusmenerus mengatakan bahwa ia sedang terbaring di padang rumput yang hijau seperti yang dikatakan oleh Pemazmur. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air
yang tenang” (Mazmur 23 : 2). Saya sangat terharu bahwa ia berbicara kepada Deasy. “Titip Romo, ya Deas...”. Yang dimaksudkanya adalah untuk memperhatikan kesehatan saya. Dalam keadaan sakit pun, ia masih memikirkan keadaan orang lain. Kemudian ia masih bisa menerima komuni yang saya berikan. Setelah menerima komuni, ia meminta saya untuk mengalungkan rosario di lehernya. Ia menghadap Bapa dengan tenang pada hari Rabu, 03 Agustus 2016, pukul 00.43. Pada tanggal 03 Agustus 2016 pukul 22.00 saya pergi ke rumah duka untuk berdoa bagi jiwa Rosa dan meneguhkan suami dan anakanaknya. Saya berkata dalam hati kepada Rosa, “Rosa, engkau telah memancarkan cahaya Allah Bapa yang harum bagi keluarga dan sesama sesuai dengan arti namamu ‘Rosa’ berarti bunga dan ‘Cecilia’ berarti cahaya surgawi’. Selama hidupnya, Rosa sudah menjalankan Sabda Tuhan. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5 : 16). Selamat jalan, Rosa. Engkau pasti berbahagia terbaring di pangkuan Bapa di surga. MEI - JUNI 2017 |
31
PENGAJARAN
Fransiska Wijayanti Koordinator Doa Syafaat Nasional BPN PKKI (2015-2018)
“Pertama-tama aku menasihatkan; naikanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk se mua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormat an (1 Tim 2 : 1-2). Apa itu Doa Syafaat? Saat membaca 1 Timotius 2 : 1-2, kita bisa melihat bahwa ada perbedaan antara permohonan dan doa syafaat. Selama ini banyak orang beranggapan bahwa doa syafaat sama dengan doa umat atau doa permohonan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan doa syafaat? Kata “Syafaat” (Inggris : Intercession) berasal dari bahasa Latin: Intercedere yang berarti mengintervensi, berada di antara dua pihak, menjadi perantara. Dalam hal ini berada di antara Tuhan dan pihak yang kita doakan. Menurut kamus Oxford, syafaat berarti doa yang dibuat demi kepentingan orang lain. Ada juga yang mengatakan sebagai doa yang kudus, penuh dan yang terus menerus dimohonkan seseorang kepada Tuhan demi kepentingan orang lain yang sangat memerlukan campur tangan Tuhan. Perlu kita sadari, doa syafaat bukan sekadar doa permohonan yang dinaikkan sesaat. Seperti misalnya saat kita mendoakan sese orang di Rumah Sakit. Kita naikkan hanya pada saat itu saja dan setelahnya tidak men doakan orang tersebut lagi. Hal ini disebut doa permohonan. Bisa disebut doa syafaat 32
| MEI - JUNI 2017
pada saat orang tersebut terus kita doakan sampai dia mengalami kesembuhan. Ada semacam “beban” dalam hati kita untuk terus mendoakannya. Tidaklah salah bila hanya sekali saja mendoakan seseorang di rumah sakit. Namun bila tidak dilakukan secara terus-menerus, hal itu bukanlah doa sya faat. Contoh yang lain dalam berdoa syafaat misalnya mendoakan secara terus-menerus, baik dalam doa pribadi maupun dalam kelompok doa, seorang korban penculikan sampai orang tersebut ditemukan. Jadi dalam doa syafaat, kita berdoa untuk suatu intensi di luar kepentingan diri sendiri dalam suatu jangka waktu tertentu. Jangkauannya luas, meliputi Gereja, kota, bangsa dan negara serta dunia yang membutuhkan doa. Pengertian Doa Syafaat menurut Katekismus Gereja Katolik. • Katekismus Gereja Katolik (KGK) 2634 menyebutkan, Doa Syafaat adalah doa permohonan yang membuat doa kita serupa dengan doa Yesus. Ia adalah Per antara satu-satunya pada Bapa untuk semua manusia, terutama untuk orang berdosa (Rm 8:34; 1 Yoh 2:1; 1 Tim 2:5-8). Ia sanggup “menyelamatkan dengan sem purna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab, Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”. Dalam Roma 8:34 dikatakan, “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” Kata Pembela di sini dalam Kitab Suci NKJV disebut makes intercession, menjadi pendoa syafaat. Jadi, Yesus adalah pendoa syafaat, berdoa untuk keselamatan umat manusia. Kita perlu
meneladani Yesus, berdoa kepada Bapa untuk keselamatan manusia. • Penjelasan dalam KGK 2635 membantu kita memahami makna dan lingkup kerja doa syafaat: Setiap hati yang sesuai dengan kerahiman Allah, sejak Abraham, dapat membantu orang-orang lain dan memohon bagi mereka. Pada masa Gereja, doa syafaat orang Kristen mengambil bagian dalam doa syafaat Kristus; ialah ungkapan persekutuan orang-orang kudus. Dalam doa syafaat setiap pendoa “tidak memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp 2:4). Ya, ia malahan berdoa bagi mereka yang berbuat jahat terhadapnya
(Bdk. St. Stefanus yang sama seperti Yesus mendoakan mereka yang menyiksanya: Kis 7:60; Luk 23:28.34). Seorang pendoa syafaat mendoakan, memohon bagi kepentingan orang lain dan dalam hal ini pendoa syafaat menjadi rekan kerja Yesus yang juga berdoa bagi keselamatan seluruh manusia. Contoh pendoa syafaat dalam Kitab Suci: • Abraham dalam Kejadian 18:22-33. Abra ham berdiri di antara Allah dan manusia dengan memohon, melakukan tawarmenawar agar Allah tidak memusnahkan Sodom dan Gomora. Abraham menjadi pembela bagi kota-kota itu. Daerah yang tidak menjadi tempat tinggal Abraham, namun dibelanya mati-matian karena Abraham adalah seorang yang mengerti isi hati Allah, yang menginginkan keselamatan seluruh umat manusia. • Ratu Ester berdoa dan berpuasa selama 3 hari bagi orang Yahudi agar tidak dimusnahkan. (Ester bab 3-4). • Daniel (Daniel 9:1-19) berdoa (meski untuk itu keselamatan dirinya terancam) dan memohon sambil berpuasa agar Tuhan memberi pengampunan bagi umat Israel. • Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:1-26 berdoa bagi murid-murid-Nya. Dan sampai sekarang DIA pun masih terus berdoa bagi kita semua (Ibrani 7: 25). Bunda Maria dan para rasul dalam Kis 4: 24-31, 12:5. Dalam Yoh 2 : 1-11 Bunda Maria menjadi perantara, memohon pertolongan Yesus untuk manusia yang dalam kesulitan (kehabisan anggur). Paus Emeritus Benediktus XVI dalam audiensi umum tanggal 1 Juni 2011 di Vatican City mengatakan bahwa doa syafaat membantu kita untuk bertumbuh dalam pengetahuan yang lebih dalam tentang Tuhan dan kasihNya, serta membuat kita dapat mengasihi orang lain dengan pengorbanan diri kita. Belajar dari Musa, Bapa Paus melanjutkan, yang tidak hanya memimpin orang Israel keluar dari perbudakan Mesir, namun juga memberikan mereka, juga kita, contoh bagaimana berdoa syafaat.” Saat mereka ada di Sinai dan meminta Harun untuk membuat
lembu emas. Musa berdoa, dan ini sangat menggambarkan perannya sebagai pendoa syafaat.” Bapa Paus menyebutkan beberapa aspek doa syafaat Musa yang dapat kita pelajari: 1. Puasa, seperti yang dilakukan Musa selama 40 hari di Gunung Sinai. Dengan berpuasa, Musa menunjukkan bahwa dia menunggu pemberian dari Tuhan sebagai sumber kehidupan. Hal ini akan menyingkapkan kehendak Tuhan dan menyegarkan hati manusia, membuatnya memasuki perjanjian dengan sumber kehidupan, Hidup itu sendiri.” 2. Keterbukaan Musa pada kehendak Tuhan, dan bukannya mengarahkan Tuhan pada kehendak kita. (Dia menggaris-bawahi bahwa inilah yang dilakukan oleh orang dengan membuat berhala dari lembu emas pada saat Musa naik ke gunung Sinai.) 3. Reaksi Musa dalam doa saat orang Israel tidak setia dan Tuhan murka, menunjukkan adanya keseriusan Musa dalam memerhatikan beratnya dosa orang Israel dan belas kasih dari Tuhan. Bapa Paus menggambarkan bagaimana Musa bersyafaat untuk rakyatnya, sadar sepenuhnya atas beratnya dosa mereka. Dia juga memohon pada Tuhan untuk mengingat belas-kasihNya, untuk mengampuni dosa mereka dan menunjukkan kuasa penyelamatanNya. Doa permohonan Musa adalah ekspresi kehendak Tuhan sendiri untuk menyelamatkan umat-Nya dan kesetiaan-Nya pada perjanjian. Reaksinya juga menunjukkan bahwa doa syafaat menjangkau Tuhan dan manusia. Cinta kepada umat dan kepada Tuhan ada dalam doa syafaat dan tak terpisahkan. Kita pun bisa menjadi Musa, menjadi pendoa syafaat di masa kini. Saat Tuhan melihat dunia yang diciptakan-Nya sempurna menjadi rusak, manusia makin menyukai perbuatan dosa, Tuhan sangat sedih karena banyak manusia menjadi terluka, menderita, semakin jauh dari-Nya. Tuhan ingin mereka bertobat dan diselamatkan. Orang yang dekat dengan Tuhan, (seperti Musa dan tokoh-tokoh Kitab Suci lainnya), pasti bisa merasakan kerinduan ini karena merasakan
beban dalam hati Tuhan ini. Saat itulah kita perlu mulai berdoa dan berpuasa, membela dan memohon ampun bagi para pendosa seperti yang Musa lakukan. Panggilan berdoa syafaat ini bukanlah panggilan khusus untuk sejumlah orang tertentu melainkan bagi seluruh anak Tuhan.
Pentingnya Doa Syafaat bagi Gereja dan Dunia • Tugas untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa merupakan perutusan hakiki dari Gereja (EN.14). Tanpa dukungan doa syafaat, pewartaan Injil tidak akan berhasil karena tanpa mengerti visi Tuhan, kita akan bergerak di jalan yang salah dan kehilangan tenaga. Mintalah visi dan penyertaan Tuhan dalam doa syafaat. • Evangelisasi/ re-evangelisasi yang merupakan salah satu tujuan utama PKK (statuta ICCRS) tidak akan berhasil tanpa didukung oleh doa syafaat. Umat Katolik perlu mulai dengan kerinduan dan kesadaran melakukan doa dan puasa untuk berbagai kepentingan di luar kepentingan dirinya sendiri, termasuk untuk karya evangelisasi. • Saling mendoakan adalah teladan hidup umat Kristen perdana yang perlu kita lakukan sebagai gaya hidup saat ini. KGK 2636: Umat Kristen pertama tetap saling mendoakan dengan tekun Bdk. Kis 12:5; 20:36; 21:5; 2 Kor 9:14. Dengan cara ini Santo Paulus mengikutsertakan mereka dalam pelayanan Injil (Ef 6:18-20; Kol 4:34; 1 Tes 5:25), tetapi ia juga senantiasa berdoa untuk mereka (2 Tes1:11; Kol 1:3; Flp 1:3-4) Doa syafaat warga Kristen tidak mengenal tapal batas: ia berlaku “untuk semua orang, untuk raja-raja, dan untuk semua pembesar” (1 Tim 2:1-2). • Para pemimpin (pemimpin dunia, negara, Gereja, komunitas, dan pemimpin keluarga) bertanggung-jawab atas kehidupan banyak orang. Saat mereka menyimpang dari jalan Tuhan, goyah, mengalami kejatuhan, tentunya juga akan membuat banyak orang menderita. Maka mereka sangat memerlukan doa-doa kita untuk melindungi mereka dari segala yang jahat, agar mereka setia di jalan Tuhan, dan sebagainya. (1 Tim 2:1-2). • Masih banyak saudara-saudari kita yang menderita penganiayaan karena pepe MEI - JUNI 2017 |
33
rangan, kelaparan, kemiskinan. Sebagai satu kesatuan tubuh Kristus, sangat perlu kita berdoa bagi mereka. Doa syafaat juga perlu dinaikkan bagi mereka yang melakukan penganiayaan agar pengam punan Tuhan tercurah bagi mereka. • Pendoa syafaat adalah pemicu dan penggerak utama dari semua pelayanan. Seperti halnya kuda yang diletakkan di depan kereta perang untuk menarik kereta agar bisa bergerak sesuai arah yang diinginkan pengemudinya. Pelayanan tanpa didukung doa akan lesu, kehilangan arah, mengalami berbagai hambatan yang dapat menyebabkan pelayanan menjadi stagnan.
Galakkan Doa syafaat Di tingkat internasional, ICCRS (International Catholic Charismatic Renewal ServicesBadan Pelayanan Pembaruan Karismatik Katolik Internasional) diadakan pertemuan internasional tentang doa syafaat pada tahun 2010 di Asisi sebagai tanggapan atas panggilan Tuhan yang kuat untuk berdoa syafaat. Dalam pertemuan ini diputuskan bahwa perlu diadakan pertemuanpertemuan lanjut tentang doa syafaat pada tingkat regional dan nasional. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut ada banyak kesaksian tentang umat Kristen yang bertumbuh dengan pesat disertai semangat pelayanan yang menyala-nyala di berbagai tempat sebagai hasil doa syafaat.Tahun 2014 diadakan pertemuan pendoa syafaat di Srilanka, beberapa pengajaran tentang doa syafaat di Canada dan Congo pada tahuntahun berikutnya. Pada bulan Desember tahun 2016 diadakan Intercessors Training Course di Surabaya. Sejalan dengan keadaan tersebut di atas, BPN Pembaruan Karismatik Katolik Indo nesia juga semakin menyadari pentingnya doa syafaat. Saat ini BPN PKKI mendorong agar banyak pertemuan dalam persekutuanpersekutuan doa maupun dalam wadah PKK lainnya untuk secara rutin berdoa sya faat bagi kota, perdamaian bangsa dan negara, untuk suatu keadaan, untuk karya evangelisasi maupun berbagai kepenting an komunitas. Juga mendorong dan men dukung agar semakin banyak diadakan seminar dan pengajaran tentang doa syafaat di beberapa BPK dan pada Konvendakonvenda di berbagai tempat di Indonesia. 34
| MEI - JUNI 2017
Bagaimana Berdoa Syafaat Beberapa bentuk dari doa syafaat: 1. Berdoa: menaikkan doa saat doa pribadi maupun dalam pertemuan doa syafaat. Bisa dalam Vigili, dengan berdoa Novena, Rosario. 2. Persembahan: melalui Misa Kudus, melakukan pantang dan puasa, memper sembahkan penderitaan kita. Ada tujuan dari penderitaan, yaitu penderitaan yang menyelamatkan bila penderitaan disatukan dengan penderitaan Kristus. Hal itu akan bermanfaat bagi keselamatan. (Untuk keselamatan kita, untuk Kerajaan Allah – keselamatan jiwa-jiwa.) Jadi saat mengalami penderitaan, kita sudah tidak lagi berkeluh kesah melainkan menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus di salib sebagai salah satu bentuk doa syafaat kita. 3. Tindakan nyata: seperti Jalan Salib, berdoa di tempat / sekitar tempat yang didoakan (seperti misalnya di daerah klinik aborsi, red light district, gedung pemerintahan), atau melakukan Jericho March. Untuk ini perlu hikmat dari Roh Kudus agar tidak melakukan menurut keinginan manusia belaka yang dapat mengakibatkan kekacauan atau gangguan keamanan bagi mereka yang melakukannya. Misalnya melakukan Jericho March di suatu lokasi saat ada demonstrasi yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. 4. Keberadaan kita. Berusaha hidup kudus di hadapan Tuhan adalah salah satu bentuk doa syafaat kita. Untuk itu perlu sering mengaku dosa dan mengikuti Ekaristi.
Hal yang Bisa Didoakan Saat Bersyafaat • Memohonkan pengampunan dosa seseorang atau dosa suatu bangsa atau dosa dunia. • Memohon agar seseorang/suatu daerah dilepaskan dari cengkeraman setan. • Memohon perlindungan Tuhan saat ada peperangan, wabah penyakit/bencana alam di suatu daerah. • Mendoakan para pemimpin (pemimpin negara, kota, daerah, Gereja, komunitas).
Jericho March di Manila, Filipina.
• Berdoa bagi kelangsungan, persatuan dan pertumbuhan PDPKK atau komunitas kita. • Berdoa bagi karya evangelisasi agar Tuhan membukakan jalan dan menyatakan kehendak-Nya. • Berbagai bentuk intensi lainnya sesuai dorongan Roh Kudus pada saat kita berdoa.
Tips Berdoa Syafaat secara Efektif 1. Perlu diingat bahwa doa syafaat adalah sebuah doa Trinitas – Kita berdoa untuk orang lain kepada Allah Bapa melalui dan bersama Allah Putera, dalam kuasa dan bimbingan Allah Roh Kudus. Roh Kudus adalah agen utama dari doa syafaat. Maka kita perlu berdoa syafaat dengan kuasa Roh Kudus. Terbuka terhadap dorongan Roh (Rm 8:26-27). 2. Berdoa menurut kehendak Bapa. 1 Yoh 5:14. Seringkali doa-doa kita terhambat karena kita berdoa menurut keinginan kita. Agar dapat bertumbuh dalam berdoa syafaat, kita harus datang dengan tidak membawa list doa kita (kekuatiran, rencana-rencana, ide-ide kita, dan lainlain) dan mempersiapkan diri kita untuk terbuka terhadap tuntunan Roh Kudus sehingga kita bisa berdoa menurut kehendak Bapa. 3. Berdoa dengan visi. Mat 26:41. Berjagajagalah dan mohon visi dari Allah untuk kita doakan. 4. Berdoa dengan iman. Mat 21:21-22, Luk 5:20. Seringkali kita gagal untuk bisa berdoa syafaat adalah karena kurangnya iman kepercayaan kita terhadap Tuhan. Percayalah bahwa tiada yang mustahil bagiNya dan bahwa Allah selalu menjawab doa kita.
5. Berdoa syafaat dengan kasih/cinta (love). Pendoa syafaat berdoa karena hati mereka penuh dengan kasih agar mampu saat harus berdoa untuk sese orang, kepentingan bangsa dan negara, ataupun situasi yang mungkin mereka tidak mengerti atau tidak seberapa suka. (Yoh 4:14).Berdoa dengan belas kasihan (compassion). Mat 15:32. 6. Hanya karena belas kasih kita dapat mendoakan mereka yang berdosa, mereka yang menderita dan ketakutan sekalipun kita tidak mengenal mereka. Kita semua adalah satu anggota dalam kesatuan tubuh Kristus. Maka rasa sakit, penderitaan dan kekuatiran salah satu anggota tubuh juga dirasakan anggota lainnya. 7. Mengidentifikasikan diri dengan orang atau objek yang kita doakan. Salah satu tanda pendoa syafaat sejati adalah saat seseorang mau menanggung beban atau salib dari orang yang kita doakan seperti yang dilakukan Yesus saat Dia datang ke dunia untuk menanggung dosa manusia. Seperti juga Musa saat dia berdoa untuk bangsa Israel dan mau menanggung beban dosa mereka (Kel 32:31-32). 8. Berdoa di dalam kesatuan hati. Mat 18:19. Tidak mudah bagi manusia untuk sepakat akan suatu hal. Iblis mengetahui di mana ada persatuan, sesuatu akan terjadi. Maka iblis berusaha memecah belah. Kunci penting dalam doa syafaat adalah kesatuan hati di dalam Kristus. 9. Berdoa dengan beban rohani. 2 Kor 11:28-29. Salah satu tanda bahwa seseorang dipanggil menjadi pendoa syafaat adalah bila orang tersebut memiliki beban dalam hatinya untuk mendoakan orang lain. 10. Berdoalah dengan tekun. Setelah mengajar doa Bapa Kami, Yesus juga mengajarkan bahwa kita harus berdoa dengan tekun dan secara terus-menerus sampai Tuhan membukakan pintu-Nya bagi kita seperti dalam perumpamaan di Luk 11:5-13. 11. Berdoa syafaat dengan menaikkan syukur dan pujian kepada Tuhan karena kita tahu bahwa Dia sudah menjawab
doa kita seperti yang dilakukan Yesus saat Dia membangkitkan Lazarus dalam Yoh 11:1-42. Khususnya ayat 41-42.
Doa Syafaat yang Profetis Profetik : berkenaan dengan kenabian. Nabi : orang yang menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya. Ulangan 18:18. Seorang nabi adalah seorang perantara, berada di antara Allah dan umat-Nya. Apakah yang dimaksud bersyafaat secara profetis? Biasanya saat berdoa syafaat, kita sudah memiliki ide, keinginan dan rencana tentang apa saja yang akan kita doakan. Hal ini tidak salah, namun kita perlu melangkah lebih lagi (bertumbuh) dengan melakukan doa syafaat secara profetis. Yang dimaksud di sini adalah kita perlu fokus pada apa yang menjadi ide, rencana dan keinginan Tuhan untuk kita doakan. Penting bagi pendoa syafaat untuk mengarahkan hati, pikiran, telinga, mata pada apa yang ada di hati Tuhan kemudian mendoakannya. Seperti halnya para nabi yang menjadi juru bicara Tuhan. Pendoa syafaat profetis berdoa menurut pesan dari Tuhan. Untuk itu perlu: 1. Kosongkan pikiran dari ide, rencanarencana apa yang akan kita doakan, kekhawatiran dan kecemasan kita. Fokuskan pikiran dan hati pada Tuhan. 2. Carilah rencana Tuhan. Berdoalah minta pada Tuhan ujub doa untuk kita doakan. 1 Yohanes 5: 14-15. 3. Tahu strategi Allah . Tanya Tuhan bagaimana harus berdoa. Misalnya berdoa melalui Bunda Maria(doa Rosario), melakukan jalan salib, melakukan jericho march (Yosua 6:1-5) dan berdoa. Kadang Tuhan memberi strategi berdoa yang lama dengan berpuasa dan berdoa selama beberapa waktu. 4. Action. Melakukan doa syafaat seperti yang Tuhan perintahkan. 5. Setelah berdoa syafaat, dengarkan lagi Tuhan. Firman Tuhan selama syafaat bisa diperoleh dari Kitab Suci. Perkatakan firman yang penuh kuasa. Itu bagian dari doa syafaat. Yes 55:11 ‘demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu ; ia
tidak akan kembali kepadaKu dengan siasia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya’. Firman harus dinyatakan. 6. Ucapkan syukur karena Dia selalu menja wab semua doa kita (dengan jawaban ya, tidak atau tunggu). Yesaya 65:24. Untuk dapat bertumbuh dalam doa syafaat, seseorang perlu selalu memiliki hubungan yang akrab dengan Bapa dalam doa pribadi dan pengenalan akan Firman Tuhan agar semakin peka akan kehendakNya. Sakramen tobat dan Ekaristi menjadi makanannya serta hidup dalam persekutuan umat beriman terutama dalam kelompok pendoa syafaat. Dengan masuk dalam kelompok yang berdoa syafaat, seseorang makin bertumbuh karena bertemu dengan orang lain yang memiliki tujuan yang sama, saling belajar dari satu dengan yang lain, saling mendukung dan membangun Gereja sesuai dengan kehendak dan rencana Allah dalam hidup kita. Mohonlah karunia-karunia Roh Kudus yang dapat menolong untuk dapat berdoa seperti misalnya karunia bahasa Roh, karunia nubuat dan sabda pengetahuan serta karunia untuk berdiscernment. Apabila di tempat Anda belum ada kelompok doa syafaat, mulailah dengan 1 orang: diri Anda sendiri dalam doa pribadi. Untuk memulai kelompok pendoa bisa dengan 3-4 orang yang sehati dan berkomitmen untuk bersama-sama berdoa. Dalam Matius 18-20 Yesus berkata,” Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengahtengah mereka”. Jangan mengejar jumlah yang banyak untuk memulai membentuk kelompok doa. Ingatlah bahwa nyala api yang kecil dapat membakar seluruh hutan. Maka jangan menunda lagi. Segeralah berdoa syafaat dengan bimbingan Roh Kudus. Dunia saat ini membutuhkan Anda dan saya untuk segera berdoa! Bacaan: Katekismus Gereja Katolik Pray Lifting up Holy Hands, The Prayer of Intercession; Cyril John; 2012. http://www.catholicnewsagency.com/ news/pope-points-to-moses-as-model-ofintercessory-prayer MEI - JUNI 2017 |
35
KELUARGAKU
M.T. Eleine Magdalena Menulis buku best seller berjudul Menjadi Kekasih Tuhan dan Kekasih Suami.
N
ita menderita kanker stadium 4. Dokter memvonis usia Nita tinggal 6 bulan. Dalam keputusasaan ia mengikuti retret pribadi, dan mendapat bimbingan dari Suster. Suster menganjurkan untuk mengampuni dan minta ampun kepada ayahnya. Nita telah menyimpan dendam dan kebencian terhadap ayahnya selama bertahun-tahun. Sepulang dari retret, Nita menjumpai sang ayah untuk minta ampun dan mengampuni ayahnya. Kondisi Nita berangsur-angsur membaik dan akhirnya sembuh.
Apakah Luka Batin itu? Luka batin adalah segala pengalaman buruk di masa lalu yang masih berpengaruh secara negatif dalam hidup kita saat ini. Pengalaman ditolak, dikhianati oleh orang yang kita cintai, dimarahi secara tidak adil, diperlakukan sewenang-wenang, kurangnya kasih dalam keluarga dapat menimbulkan luka batin. Luka batin memengaruhi kesehatan jiwa, emosi, pola relasi, pengambilan keputusan, pencapaian dan juga kesehatan tubuh kita. Luka batin menghalangi kita mengalami kasih Allah. Seorang yang diperlakukan tidak adil, ditelantarkan oleh orang tuanya akan sulit membayangkan Allah sebagai Bapa yang mengasihi.
Dapatkah Kita Sembuh dari Luka Batin? Allah ingin kita mengalami cinta-Nya. Ia ingin kita memasuki hubungan kasih yang mesra dan mendalam dengan-Nya. Oleh karena itu Ia ingin menyembuhkan kita dari segala luka batin yang menghalangi kita mengasihi Allah dan sesama. Inilah dasar dari penyembuhan batin, yaitu cinta Allah sendiri.
Syarat-syarat Penyembuhan Jika kita ingin sembuh dari luka-luka batin, 36
| MEI - JUNI 2017
maka kita perlu memperhatikan empat hal ini: 1. Kemauan untuk sembuh Dalam kisah penyembuhan pada hari Sabat di kolam Betesda (Yoh 5:6), ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa orang itu telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?” Ada orang yang tetap ingin dalam keadaan sakit karena ingin menarik perhatian orang lain atau ingin mendapatkan cinta. Kele mahan dan sakitnya menjadikan ia mempu nyai alasan untuk diperhatikan dan dilayani. 2. Iman Kita perlu mempunyai iman yang penuh pengharapan bahwa Tuhan sanggup dan mau menyembuhkan. Iman sebatas mengetahui dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan tidaklah cukup. Kadang-kadang kita percaya bahwa Tuhan mau dan dapat menyembuhkan orang lain. Namun sering kita ragu bahwa Ia juga dapat dan mau menyembuhkan kita. Iman adalah kunci penyembuhan. Perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun mengatakan, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Dengan iman ia menyentuh Yesus, lalu seketika itu juga berhentilah pendarahannya. (Markus 5:21-43). Dalam Matius 15:21-28 kita membaca kisah perempuan Kanaan yang seolaholah ditolak oleh Yesus ketika meminta penyembuhan bagi anak perempuannya yang kerasukan setan. Namun ia tidak menyerah. Ketika Yesus mengatakan bahwa “’Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”, perempuan ini tidak tersinggung malahan berkata, “Benar Tuhan, namun anjing itu
makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. “Maka Yesus menjawab dan berkata kepada nya, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” Kita belajar keteguhan dari seorang perempuan Kanaan. Ketika doa kita belum dijawab hendaklah kita tetap percaya dan tekun hingga kita menerima dari Tuhan apa yang kita butuhkan. 3. Pertobatan Dosa menjauhkan kita dari Allah dan sesama. Dosa melukai diri kita dan orang lain. Oleh sebab itu hendaknya kita menjauhi dosa dan berhenti berbuat dosa. Jika ada kelemahan yang belum dapat kita atasi hendaknya kita tidak berputus asa. Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali…”. Kita bersyukur Gereja Katolik menyediakan Sakramen Tobat sehingga kita dapat diperdamaikan kembali dengan Allah dan sesama. 4. Pengampunan Jika kita mau diampuni oleh Tuhan, kita perlu mengampuni sesama. “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampu nilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga BapaMu yang di Surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Markus 11:25) “Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamu pun akan dihapus juga, jika engkau berdosa. Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika ia menyimpan amarah kepada sesama manusia?” (Sirakh 28:2-3). Mengampuni bukan soal perasaan, tapi tindakan. Mendoakan agar musuh kita diampuni dosanya dan diberkati hidupnya adalah salah satu tanda kita mengampuni.
LENSA
Gereja St. Antonius Bidaracina
Dari Kapel Panti Menjadi
Gereja Paroki B
Kapel Panti
(OFM) sebagai perintis berdirinya gereja tersebut. Selain tentunya adalah focus mereka akan bidang pendidikan, panti asuhan dan rumah sakit. Pada awalnya Gereja tersebut adalah kapel panti dengan daya tampung yang tidak terlalu besar. “Jadi setelah menjadi kapel panti, orangorang mau gereja ke mana lagi selain ke sini karena paling dekat,” terang Romo Yohanes Samiran SCJ selaku Romo Paroki St. Antonius Padua.
Menelisik kisah di balik berdirinya Gereja St. Antonius Padua cukup menarik. Asalusulnya tidak terlepas dari keberadaan para suster Ursulin (OSU) dan misionaris Fransiskan atau Ordo Fratrum Minorum
Dalam urusan penggembalaan, para Fransiskan memang tidak terlalu panjang (1939-1942), tetapi dari situ mereka memiliki warisan spiritual yang terlihat dari nama pelindung Gereja Paroki dan tradisi Novena
angunan bergaya Eropa yang berdiri kokoh ini terletak di Jl. Otista Raya No. 76 Jakarta Timur. Dari bentuk arsitekturnya orang bisa menduga bahwa itu ini adalah bangunan gereja. Yang menarik, tempat tersebut pertama-tama tidak didirikan untuk sebuah gereja paroki. Melainkan, sebagai pendukung panti asuhan, rumah sakit dan pendidikan.
38
| MEI - JUNI 2017
St. Antonius Padua yang sampai hari ini tetap ada. “Devosi pada St Antonius Padua yang masih kuat dan Novena St. Antonius Padua yang termasuk devosi yang paling diminati oleh umat paroki,” tukas romo yang lahir di Lampung, 17 Mei 1956. Menariknya, devosi ini bukan hanya karena Paroki Bidaracina bernaung di bawah nama St Antonius Padua. Akan tetapi, devosi Fransiskan ini juga dihidupi dan cukup dikenal di luar Paroki St Antonius Padua, yang digembalakan oleh para Fransiskan. Misalnya, Paroki St. Paskalis Cempaka Putih dan Paroki Hati Kudus Keramat, Jakarta Pusat. Tongkat estafet penggembalaan dari Romo Fransiskan kepada para imam Ordo Serikat Yesus/Societas Jesu (SJ) ibarat memantik semangat baru dalam pelayanan para kaum Jesuit (1942-1973). Masa ini menjadi era konsolidasi dan pemantapan. Para misionaris itu bahkan sempat diciduk dan dimasukkan ke kamp interniran pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Dari situ justru membuat umat bisa belajar mandiri. Inilah yang menjadi cikal bakal kemandirian kaum awam di Paroki Bidaracina, berani bertahan meski tanpa gembala.
Di era Jesuit, Bidaracina mendapat status sebagai paroki dengan diresmikannya PGDP St. Antonius Padua yang pertama (1955). Penggabungan klerus-awam kian kompak dalam reksa pastoral kegembalaan. Semangat yang bergairah para rasul awam pun berkobar-kobar dan memperlihatkan tanda-tanda pertumbuhan dari benih yang sudah mulai disemai oleh para Fransiskan. Menurut Romo Samiran, rintisan Romo Fransiskan sampai akhirnya tahun 1970-an ditangani Romo Jesuit, di situ pula imam Congregatio Sacerdotum a Sacro Cacro Corde Jesu (SCJ) masih bergabung dengan Romo Jesuit. Jadi tidak langsung diganti masih ada Romo Gerardus Antonius Maria Elling, SCJ dan Romo H.J Sondermeijer SCJ yang mulai menghadirkan SCJ yang full melayani di Bidaracina sampai dengan hari ini. Babak baru yang dimulai, yaitu menuju kemandirian yang diterapkan sampai sekarang. Struktur organisasi paroki, tradisi devosi, komunitas kategorial, dan masih banyak hal lainnya.
Dalam usia ke-79 tahun paroki yang memiliki total jemaat sebanyak 7.500 orang itu terbagi menjadi 14 wilayah. Untuk wilayah satu dan dua yang mencakup wilayah Halim Perdana Kusuma dan dilayani oleh Romo Harry Subekti, SCJ walaupun dua tahun lalu sudah memasuki masa pensiun. Diharapkan wilayah Halim PK, bisa menjadi paroki yang mandiri. Selebihnya untuk wilayah 3 sampai 14 ditangani oleh Paroki St Antonius Padua.
Padua yang dibangun oleh pemerintah Belanda tahun 1936. Pembangunan yang diprediksi dan dibangun dengan gaya Belanda tersebut jika dilihat bangunannya memang sangat kokoh. Selain, tiga pintu yang terdiri pintu utama yang terbuat dari kayu jati tua besar dan kuat serta memiliki ketebalan sekitar 20 centimeter. Sedangkan pintu di bagian samping, yakni sisi kanan dan kiri tidak terlalu besar namun tetap kokoh.
Untuk segi kuantitas jemaat memiliki angka yang lumayan, meski demikian menurut Romo Samiran sebetulnya untuk bertambahnya umat itu kecil karena untuk daerah tempat tinggal di kawasan tersebut cukup mahal. Tapi yang menggembirakan, untuk generasi produktif masih terhitung banyak. Sedangkan generasi remaja bisa mencapai 20-25 persen (dari remaja-Orang Muda Katolik/OMK).
Sedangkan bagian dalamnya terbentang langit-langit yang tinggi sehingga membuat suasana di dalam ruangan tersebut dingin dan sejuk sebab dilengkapi juga dengan sirkulasi udara di bagian bawah. Untuk dindingnya terbuat dari batu pualam. “Sebetulnya alasannya supaya murah dalam perawatannya. Jadi hanya disikat atau disiram saja sudah cukup. Kalau dihitunghitung bagus lho mereka memperhitungkan jarak jangka panjangnya sehingga bisa menghemat pengeluaran, maka walaupun bangunan sudah berusia 100 tahun pun masih kuat dan bagus kualitasnya,” kata romo dengan mimik serius.
Berbentuk Salib Pada area tanah seluas 2,5 hektar milik Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) berdiri beberapa bangunan seperti Vincentius Panti, Vincentius Sekolah, Susteran Ursulin, Paroki dan Sekolah Dasar Antonius. Namun, rencananya dalam waktu dua tahun mendatang SD Antonius itu akan dipindahkan ke jalan By Pass bergabung dengan SMP dan SMA Antonius. Sebagai gantinya PVJ akan membangun aula atau ruang serbaguna yang bisa disewakan berikut tempat parkir. Mengenai bangunan dari Paroki St Antonius
Paroki St. Antonius Padua yang masuk dalam kategori cagar budaya kelas A maka bangunan tersebut tidak bisa diubah atau diganti melainkan hanya cukup dipelihara dan dilestarikan. Karakteristik dalam bangunan Belanda adalah berbentuk salib. “Atap gereja tersambung panti asuhan, suster sampai sekolah. Jadi altar kepala salibnya dan kemudian palang biasanya untuk koord dan umat atau biara. Bagian belakang atas terdapat balkon yang dulunya digunakan untuk koord sebagai representative dari para malaikat yang bernyanyi di surga,”jelasnya. Gereja yang mengadakan total misa sebanyak 7 kali di hari Sabtu dan Minggu itu memiliki daya tampung sebanyak 500 umat dan jika ada penambahan ada sekitar 100 kursi di jam-jam tertentu. (Ditulis Betty, bersumber dari buku Ajarilah Kami Menjadi Murid-Mu dan wawancara dengan Romo Y. Samiran SCJ)
Andreas Hie (Fotografer)
MEI - JUNI 2017 |
39
ROMO MENJAWAB
Pastor Y. Chris Purba, SJ
Putuskan Pacar yang Minta Hubungan Badan *Galau karena anak masih single
S
elamat berjumpa, Romo. Semoga Romo sehat-sehat dan tetap setia melayani. Begini, Romo. Saya sedang galau memikirkan masa depan ketiga anak saya. Yang sulung perempuan, bulan Mei lalu genap berumur 39 tahun. Adiknya (perempuan) 36 tahun dan yang bungsu (laki-laki) 32 tahun. Belum ada dari mereka yang menikah. Tentang yang bungsu, saya tidak terlalu risau. Yang merisaukan saya adalah anak pertama dan kedua. Anak sulung saya baru punya pacar lagi. Beberapa bulan lalu, dia terpaksa memutuskan pacarnya karena alasan yang sangat mendasar. Pacarnya itu beda agama. Sudah begitu, dia cenderung memaksa anak saya untuk berhubungan intim. Anak saya curhat ke saya sambil menangis. Anak saya tidak mau ceroboh. Terbayang di hadapannya risiko yang bakal ia alami, makanya ia ambil keputusan yang sangat berat itu. Dia rajin ke Gereja, dan dulu putri altar. Dan saya yakin, karena bekal imanlah, sehingga dia berani menolak permintaan pacarnya dan 40
| MEI - JUNI 2017
memutuskan hubungan percintaan. Terus terang, Romo, karena umur mereka yang semakin menanjak, saya khawatir, nanti mereka tak dapat pasangan atau tidak punya keturunan. Mereka juga kadang galau dengan keadaan ini. Mohon pencerahan dan doa Romo. Terima kasih. Maria Regina (Malang, Jawa Timur)
Ibu Regina yang lagi galau: Terima kasih atas sharing Ibu. Saya dapat merasakan kegalauan Ibu, yang sangat merindukan ketiga anaknya yang sudah berusia di atas 30 tahun, mendapatkan pasangan hidupnya masing-masing. Saya tidak menemukan pertanyaan pada email Ibu, maka saya coba memberi tanggapan. Semoga tanggapannya mencerahkan seperti yang Ibu harapkan.
Saya sangat setuju dengan sikap tegas putri pertama Ibu, yang memilih memutuskan pacarnya daripada melakukan sesuatu yang belum boleh dilakukan sebelum resmi dan syah menjadi suami-isteri. Saya prihatin, karena banyak wanita yang menyerah ketika sang pacar menuntut itu, dan si wanita menyerah karena diancam akan diputus. Tentu sikap mengancam seperti itu bukan tanda cinta dan sayang. Karena kalau si pacar sungguh sangat sayang, tentu dia tidak akan memaksa, dan dia akan menghargai pacarnya, serta sadar akan besarnya beban dan guilty-feeling si wanita. Apalagi bila si pacar terbang jauh, tinggal si wanita menanggung derita dan noda. Maka, tentu lebih baik dan bijak memilih menderita sekarang sebentar karena putus cinta, daripada menanggung derita seumur hidup. Gereja sendiri menetapkan masa pacaran (setidaknya) setahun sebelum menikah. Memang itu bukan syarat mutlak, tapi
tentu ada maksudnya. Diharapkan dengan berpacaran setahun (atau lebih), mereka yang berpacaran bisa mengenal sungguh pasangannya luar dalam. Maksudnya mengenal sungguh pribadi pasangannya sebelum memutuskan akan menikah dengannya. Dalam waktu setahun diharapkan akan terevelasi (terungkap) juga sisi negatif dari pasangan, karena biasanya yang pacaran terlalu terpukau kagum pada sisi positif saja. Apa yang sering kita dengar dengan istilah “cinta buta.” Lalu setelah menikah kecewa, karena keluarlah borokboroknya yang tadinya tidak diperhitungkan sama sekali. Perlu untuk kita sadari bahwa orang yang berpacaran itu dengan mudah membuat pasangannya bahagia. Sering buat kejutankejutan yang manis. Tapi sesudah menikah, hal-hal itu kebanyakan hilang. Yang terjadi bahwa sikap-sikap manis saat pacaran, malah hilang atau berkurang ketika sudah berkeluarga. Maaf, saya belum menemukan data statistiknya, atau hasil survey yang bisa memberi gambaran tentang hal ini. Tapi dari pengalaman sebagai team ME (Marriage Encounter), saya berani mengatakan di atas 70% itu yang terjadi. Maka ME berupaya mengembalikan suasana bahagia itu untuk pasangan yang sempat lupa atau mengabaikannya, serta meneguhkan dan meningkatkan mutu relasi dan komunikasi pasangan kembali baik atau pun menjadi tambah baik, sehingga tetap dalam relasi yang hangat dan bertanggung-jawab. Seperti gadget kita yang perlu sering dicharged, supaya bisa dipakai. Kita perlu mencharge gadget kita bukan karena rusak. Kalau rusak kan malah harus diservice? Persis seperti gadget yang sering dicharged, demikian juga relasi sebagai suami-isteri perlu sering di-charged. Masalahnya itu para suami-istri sudah merasa oke dengan relasi dan komunikasi pada taraf toleransi. Jadi tidak pernah menyirami hidup perkawinannya. Nah, kembali kepada kegalauan Ibu Regina. Kalau dalam masa pacaran saja sudah me maksa-maksa putri Ibu untuk hal yang tidak benar, dapat dibayangkan apa yang terjadi kemudian hari ketika menjadi isterinya. Hampir pasti dia akan menjadi korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Putri ibu
sadar akan hal itu, maka dia memilih untuk putus sekarang ini. Bagi saya, pribadi seseorang itu lebih utama dan penting ketimbang agamanya. Maka yang harus dipastikan adalah rasa cinta dan mind set yang dimiliki si pacar itu sendiri. Kalau dia sungguh mencintai putri Ibu, tentu dia tidak akan menodai dan merusaknya dengan memaksa-maksa. Dalam hal ini, tentu kita akan memilih pasangan yang lebih memberi kita jaminan dan harapan bahagia bersama ketimbang memilih berdasarkan agama. Dan dalam hal ini agama seseorang tidak menjadi jaminan. Pribadinya lebih menjadi jaminan. Lebih baik menikah dengan orang yang beda iman/agama tapi sungguh baik dan dapat diandalkan, ketimbang menikah dengan orang satu iman/agama tapi bengis kan? Kalau sudah ada gejalagejala dan tanda-tandanya dari awal si pacar akan bengis dan beda agama lagi, tentu keputusan putus adalah keputusan yang bijak. Soal pribadi ini juga yang kadang menjadi perbedaan pandangan, sikap dan konflik, antara anak yang sedang pacaran dan orang tua. Si anak menanjung-nanjung pacarnya selangit, tapi feeling orang tua sering beda. Dalam hal ini si anak yang pacaran, baik untuk mempetimbangkan dan mendiskusikan perbedaan pandangan ini. Kadang si anak tidak mau kompromi dan berdialog dengan orang tua. Biasanya yang tidak mau berdialog, perkawinannya juga berhenti di tengah jalan. Dalam KHK 1055 (Kitab Hukum Kanonik Katolik), dalam Kanon 1055-1056 dikatakan apa yang menjadi tujuan hidup perkawinan: “Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen. Karena itu antara orangorang yang dibaptis, tidak dapat ada kontrak perkawinan sah yang tidak dengan sendirinya
sakramen. Ciri-ciri hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat tak-dapat-diputuskan), yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen.” Jadi menurut KHK, tidak ada kewajiban dan keharusan seseorang harus menikah. Pada zaman digital ini, kecenderungan memilih hidup single itu semakin hari semakin naik. Tempo Online 13 Maret 2017 lalu memberi laporan begini, “Survei: Banyak Pria dan Wanita Pilih Jadi Single, Ini Alasannya”. Dalam laporan ini dikatakan, “Dalam sebuah survei terbaru, banyak pria dan wanita yang belum menikah meskipun usia mereka sudah menginjak 35-40 tahun. Mereka memiliki latar belakang hidup di perkotaan dan mengaku hampir kehilangan keinginan untuk menikah. Berdasarkan survei, orang yang tinggal di perkotaan umumnya menjadikan pernikahan prioritas kedua. Mereka lebih memprioritaskan pendidikan dan karier. Selain itu, banyak perempuan atau laki-laki yang merasa tidak membutuhkan pasangan. Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan, bila putri ibu ingin tetap menikah, maka dia juga harus pro aktif. Dengan kata lain, dia perlu dikenal laki-laki lain. Salah satu caranya adalah dengan terlibat di komunitas-komunitas tempat ada kemungkinan perjumpaan dengan lawan jenis. Ada banyak komunitas orang muda untuk itu. Salah satunya adalah KKMK (Kolompok Karyawan Muda Katolik). PD-PD atau komunitas-komunitas yang bernaung di BPK juga bisa menjadi ajang untuk itu. Komunitas Thomas di Jakarta misalnya, sudah banyak orang yang menemukan belahan jiwanya di sana. Begitu Bu. Semoga memberi harapan dan pencerahan kepada Ibu. Salam dan berkat Tuhan. MEI - JUNI 2017 |
41
UNIVERSAL
P
uluhan ribu peziarah mengelu-elukan Paus Fransiskus saat kunjungannya ke Fatima, Portugal, 12 Mei 2017. “Peziarahan Harapan dan Perdamaian,” demikian Paus menyebutnya. Peziarahan ini ia lakukan untuk memperingati seabad penampakan Bunda Maria kepada tiga anak gembala di Fatima.
Suara 100 Tahun Lalu Itu Masih Relevan
Paus memohon doa kepada ribuan peziarah di sana agar ziarahnya membawa pengaruh kuat untuk benua Eropa. Ia juga menganonisasi Francisco dan Jacinta Marto, dua anak gembala yang mendapat kesempatan melihat Maria. Sedangkan Lucia, yang menjadi biarawati Karmelit, sedang taraf menjadi santa. Salah satu suara kegembalaan Paus Fransiskus yang tetap konstan kepada domba-dombanya adalah memberikan semangat untuk berdevosi. Ia pun memberi teladan dengan berbuat yang sama. Devosinya kepada Maria teramat kuat. Di Fatima, sekitar 90 mil sebelah selatan Lisbon, sekitar satu juta peziarah membawa lilin, rosario dan bunga mawar untuk diper sembahkan kepada Bunda Maria. Mereka juga melemparkan bagian-bagian tubuh terbuat dari lilin seperti telinga, hati dan tungkai, ke dalam api sambil berdoa dengan harapan mengalami kesembuhan. Di sana-sini nampak rombongan OMK, atau keluarga besar maupun individu, berjalan sambil mendaraskan doa. Tidak sedikit yang mengulang prosesi ini setiap tahun. Banyak yang merasa bangga bisa bersama-sama pemimpin tertinggi mereka berdevosi kepada Bunda Yesus. Sebuah peristiwa yang paling penting di abad 20 dari Gereja Katolik.
Tiga Rahasia Pada 13 Mei 1917, tiga anak gembala di Fatima mendapat penglihatan dari Bunda Maria. Dengan wajah sedih, Maria mengungkapkan tiga rahasia, pesan–pesan yang kemudian terbukti kebenarannya. Bahwa akan terjadi Perang Dunia II, terjadi neraka, kebangkitan dan kejatuhan komunisme dan kematian seorang uskup. Bunda memohon kepada ketiga anak itu untuk berdoa demi perdamaian dunia dan tidak berbuat dosa. Semula para orangtua mereka tidak percaya pada ocehan mereka. Begitu juga umat di gereja mereka. Namun, perlahan-lahan 42
| MEI - JUNI 2017
kisah mereka dipercaya. Akhirnya Vatikan mengakui kebenaran itu tahun 1930. 13 tahun kemudian. Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin mengatakan, pentingnya peristiwa Fatima terletak pada fakta bahwa anak-anak yang miskin dan tidak berpendidikan – bukan yang kaya atau terpelajar – mampu untuk menyampaikan pesan mengenai kasih dan pengampunan pada masa perang. Masa yang dipenuhi aura “kebencian dan balas dendam, vendetta”. Sudah sejak lama Fátima berjalin erat dengan kehidupan Santo Yohanes Paulus II. Paus kelahiran Polandia itu mengalami mukjizat dengan Maria sang Perawan saat sebuah peluru menembus tubuhnya. Bunda Maria menyelamatkan nyawanya ketika Mehmet Ali Agca, seorang Turki, menembaknya tahun 1981 saat ia merayakan pesta Fatima di Lapangan Santo Petrus, tanggal 13 Mei. Yohanes Paulus II berziarah pada Mei berikutnya. Sementara peluru yang ditembakkan kepadanya kini menghiasi mahkota sang Bunda di tempat peziarahan Fatima. Seperti Yohanes Paulus II, Paus Fransiskus yang kelahiran Argentina, juga berdevosi
kepada Maria. Berkat Fransiskus, devosi kepada Bunda Maria merupakan kesalehan yang populer di antara umat Katolik Amerika Latin. Dalam kunjungannya ke Portugal, Paus Fransiskus mendesak kaum beriman untuk bergabung dengannya, baik secara fisik maupun spiritual di Fatima. “Dengan kita semua membentuk satu hati dan jiwa, saya mempercayakan kepada Bunda Maria, memohon kepadanya untuk membisikkan ke telinga Anda semua: hatiku yang Suci akan menjadi tawanan kalian dan memimpin Anda menuju Tuhan.”
Visiun dari Paus Leo XIII Konon, menurut legenda, tepat 33 tahun (usia Yesus) sebelum Mukjizat Matahari di Fatima, yaitu 13 Oktober 1884, Paus Leo XIII mendapat visiun. Saat Paus sepuh itu selesai menyelenggarakan Misa di kapel pribadinya di Vatikan, hanya dihadiri beberapa kardinal dan anggota-anggota staf Vatikan, langkahnya tiba-tiba terhenti di kaki altar. Selama sepuluh menit, ia seperti mengalami kerasukan (trance). Wajahnya memutih. Lalu, ia bergegas ke kantornya, menyusun doa kepada St. Mikael, dan menginstruksikan untuk didoakan pada Misa di gereja manapun. Saat ditanya apa
yang terjadi, ia menjelaskan bahwa saat ia akan meninggalkan kaki altar, ia tiba-tiba mendengar dua suara. Suara pertama ramah dan lemah lembut, sedangkan suara kedua garau dan kasar. Nampaknya kedua suara itu datang dari dekat tabernakel. Paus Leo XIII mendengarkan percakapan berikut: Suara garau (Iblis) : “Saya bisa menghancurkan Gerejamu.” Suara ramah (Tuhan): “Masa? Ya sudah, lakukan saja.” Iblis: “Tapi saya perlu waktu lebih dan kekuatan lebih.” Tuhan: “Berapa banyak?” Iblis: “75 sampai 100 tahun. Dan kekuatan lebih besar bagi mereka yang akan mem berikan diri mereka menjadi pelayan saya.” Tuhan: “Ya, kamu memperoleh keduanya. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan.” Tiga puluh tiga tahun kemudian, tepatnya Minggu, 13 Mei 1917 di Fatima, Portugal. Tiga anak sedang bermain seperti biasa di Cova da Iria, sekitar satu mil dari rumah mereka. Tiba-tiba muncul satu cahaya terang. Seorang perempuan cantik menyapa mereka yang ketakutan. “Jangan takut.” Perempuan yang mengaku dari surga itu menyuruh Lucia untuk datang ke tempat itu
pada tanggal 13 selama enam bulan berikut, pada jam yang sama. Penampakan terakhir, tanggal 13 Oktober 1917, (persis 33 tahun visiun Paus Leo XIII), yang menjadi paling terkenal. Sekitar 70.000 orang hadir untuk menyaksikan kunjungan Maria terakhir. Namun mereka hanya melihat “mukjizat matahari”. Ada yang mengatakan matahari menari, sebagian melihat cahaya warna-warni menyelubungi matahari. Kejadiannya sekitar 10 menit. Dalam penampakannya, Maria mengungkapkan banyak hal yang melanda dunia. Komunisme (Rusia), Perang Dunia II, revolusi Prancis, revolusi budaya, diizinkannya penggunaan alat-alat kontrsepsi, dilegalkannya aborsi, agama dianggap sebagai satu sikap mundur seperti zaman lampau. Pendek kata, peristiwa politik, seni, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, agama, mengalami pergolakan hebat. Di dalam gereja sendiri, terjadi konflik yang parah. Uskup lawan uskup, kardinal melawan kardinal. Gereja mengupayakan cara menghadapi pergoalakan dunia itu. Banyak ensilik ditulis para uskup. Seperti Humanae Vitae yang menghargai martabat manusia berkaitan dengan legalisasi kontrasepsi. Puncaknya, gereja menyelenggarakan Konsili Vatikan II yang merombak pola pikir umat Katolik. Sebelumnya, disebutkan di luar Gereja tidak ada keselamatan. Dengan adanya Konsili Vatikan II, Gereja mengakui kesalahan masa lampau. Gereja meminta maaf. Namun kini, manusia modern bermasalah dengan kemodernannya. Agama menjadi charity, kerja sosial. Modernisme menganggap bahwa hal-hal yang supernatural adalah kuno, jadul, tidak mungkin. Mukjizat termasuk salah satunya. Para penganut
de-mitologi ini mencoba menghapus elemen supernatural dan mukjizat ini dari pengajaran. Selama beratus tahun pengaruh mereka melanda seminari-seminari di seluruh dunia. Paus Benediktus XVI mengatakan, zaman ini adalah zaman “Krisis Tuhan”. “... masalah sebenarnya pada zaman sekarang adalah “Krisis Tuhan”, ketidakhadiran Tuhan, religiositas kosong .. “
Masih Relevan Nampaknya, Katolik akan dikembalikan seperti semula. Memperingati seratus tahun Fatima, Perserikatan Bangsa-bangsa menyelenggarakan diskusi panel. Dikatakan, pesan Maria 100 tahun lalu kepada ketiga anak gembala di Fatima, masih relevan. Bahkan mendesak. Di depan lebih dari 600 peserta panel, para pembicara mengungkapkan peranan kaum perempuan, anak-anak dan pemimpinpemimpin religius pembuat damai. Panel dis kusi ini diselenggarakan Misi Vatikan di PBB. Duta besar Alvaro Mendonca Moura, wakil tetap Portugal di PBB, mengatakan, penampakan Maria bertemu dengan keragu-raguan dan penolakan aktif yang tidak dapat dimengerti tahun 1917. Namun, saat ini Fatima merupakan elemen pusat dari penghormatan umat Katolik Portugis, sebuah elemen yang tidak bisa dipungkiri dari identitas Portugis. Sebuah tempat pertemuan internasional bagi orang-orang yang mencari jawab terhadap pertanyaanpertanyaan pribadi. Mendoca mengatakan, di Fatima seorang perempuan membawa pesan perdamaian yang ditujukan kepada anak-anak. Di PBB, sedang tumbuh pemahaman peran perempuan sebagai pembawa damai. “Para pemimpin dunia harus menjamin bahwa anak-anak hidup aman dan diperbolehkan untuk menjadi pembuat damai.” “Kekerasan terhadap anak-anak memakan biaya 7 trilyun dollar setiap tahun. Merupakan kemendesakan yang memengaruhi warga dunia muda usia. Diperlukan pendidikan yang aman, inklusif, relevan, berdaya guna dan berkualitas untuk mengakhiri kekerasan ini,” ujar salah seorang pembicara. (Sylvia Marsidi) MEI - JUNI 2017 |
43
RESENSI
Judul buku : Pilgrim Penulis : Trias Kuncahyono
Pengantar : Mgr. Ignatius Suharyo Tebal : XVIII + 402 halaman
Penerbit : Penerbit Buku Kompas (PBK, 2017)
Ziarah “Iman Jurnalistik” Seorang Wartawan
A
khirnya selesai! Begitu ungkapan yang meluncur dari bibir Trias Kuncahyono, penulis buku ini. Mengapa muncul ungkapan tersebut, padahal menulis buku sama sekali bukan hal barunya? Trias yang adalah wartawan senior Kompas ini bahkan mengaku hampir gagal menye lesaikan buku Pilgrim yang dilengkapi dengan foto-foto seputar Yerusalem ini. “Berkat dorongan istri, saya akhirnya bisa menyelesaikan buku ini. Ini buku terlama. Tiga tahun baru selesai,” kata Trias saat peluncuran beberapa waktu lalu di Aula Gereja Santa Theresia, Menteng, Jakarta Pusat. Bagi alumni Seminari Menengah Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang dan Hubungan Internasional UGM ini, menulis buku seperti Pilgrim ini jauh lebih sulit dibanding jenis buku lain yang pernah ia hasilkan. Benar! Hal ini ia buktikan saat menulis buku-bukunya yang berkaitan Timur Tengah sebelum ini. Buku Pilgrim memakan waktu selama tiga tahun. Pilgrim yang bercerita tentang pilgrimage atau peziarahan bukanlah buku sejarah, meski banyak bercerita soal sejarah. Pilgrim sendiri berarti “sang peziarah”. Dan rupanya, karena pendekatan penulisan buku ini dari tiga sisi: religius, sejarah, dan jurnalistik, maka Trias merasa lebih sulit dari buku-buku sebelumnya. Di bidang jurnalistik, Trias sangat mumpuni, tapi di bidang religius atau Kitab Suci, dan sejarah, dia merasa perlu banyak “belajar dulu”. Buku ini terdiri atas 13 bagian yang ditulis dengan gaya jurnalistik nan deskriptif. Penulis menggambarkan semua yang dia lihat dan ketahui dengan detail. Gaya penulisan semacam ini membuat pembaca yang belum pernah ke sana bisa berimajinasi. Dan imajinasi itu semakin “lengkap” karena sejumlah foto yang menyertai kisah dalam buku. Sedang bagi mereka yang sudah pernah ke sana, dengan membaca buku ini bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari banyak hal yang pernah mereka lihat bahkan tempat berswafoto—namun karena bukan wartawan, semuanya luput dari perhatian.
44
| MEI - JUNI 2017
Membaca judul masing-masing bagian buku ini, pembaca sudah tergoda untuk membaca dan selanjutnya mener bangkan imajinasi ke sana. Tiga belas bagian tersebut adalah Ular Tembaga di Puncak Gunung, Bukit Sabda Bahagia, Berhenti di Kota Tuhan, Di Puncak Gunung Tabor, Perkawinan di Kana, Perawan dari Nazareth, Rabu Pagi di Bethlehem, Suatu Malam di Gethsemani, Tuhan Ajari Kami Berdoa, Menyusuri Via Dolorosa, Di Puncak Golgota, Dari Sini Gereja Bermula dan Yerikho Kampung Halaman Zakheus. Sebagai wartawan yang selalu menulis berdasarkan data dan fakta, dalam menulis buku ini Trias sedapat mungkin memberi penjelasan yang jelas sumbernya seperti Kitab Suci, catatan sejarah dan berbagai sumber lain. Karenanya, boleh lah dikatakan, semua hal yang direkam Trias dalam buku ini pernah dilihat, dialami oleh siapa pun yang pernah berziarah ke sana. Namun di tangan Trias semua itu menjadi berbeda karena didekati dengan cara yang berbeda lalu ditulis dengan memikat. Sekali lagi, cara pendekatan semacam inilah yang membuat buku ini menarik dan berbeda dari buku-buku lain yang bersumber dari obyek yang sama. Dengan begitu benar pulalah, bahwa buku ini berisi catatan penting dan khas “ziarah iman jurnalistik” seorang wartawan. Simak sejenak kata-kata Uskup Suharyo dalam Kata Peng antarnya. “Karena ini hasil perjalanan ziarah seorang war tawan, maka mata wartawanlah atau cara pandang atau sudut pandang wartawanlah yang lebih mewarnai buku ini. Trias secara jelas dan tegas menyatakan bahwa pedekatan jurnalistik dengan sengaja digunakan dalam menulis buku ini. Namun untuk menjadikan laporan perjalanannya lebih lengkap, Trias mencoba mencampurkan antara pen dekatan jurnalistik, sejarah dan rohani—yang dimaksud rohani adalah ungkapan pengalaman spiritualnya” tulis sang Uskup di halaman XI. Selamat membaca dan berziarah. (Emanuel Dapa Loka)
MUTIARA IMAN
Andreas Faizal Tjokro
Tetaplah Setia, Panggil Saja Nama Yesus Ia tetap melayani Tuhan saat kanker menerjang tubuhnya. Tuhan pun menghadiahkan kepadanya kado terindah berupa kesembuhan dan baptisan Ibu.
B
anyak orang, meski baru dengar kata kanker sudah merasa ngeri, ngilu. Lalu, ada juga yang langsung merasakan dunia serba gelap, seakan sudah mau kiamat karena tak punya harapan lagi saat mendapat vonis mengidap kanker. Yang ada hanya perasaan kecewa, putus asa, mengutuk-ngutuk diri dan marah pada Tuhan.
Hal yang sama sekali berbeda terjadi pada Andreas Faizal Tjokro (49). Sakit kanker yang menderanya sama sekali bukan alasan baginya untuk meratap, mengutuk diri lalu berhenti melayani Tuhan. Malah sebaliknya, penyakit mematikan itu justru menyadarkan dia akan rekam jejak pola hidupnya yang tidak baik, menyadari kasih Tuhan lalu berpasrah pada kehendak Allah. Persis karena sikap ini, dia mendapat kekuatan ekstra untuk menjalani masa-masa sulit. Wakil koordinator PDKK Paroki Trinitas - Cengkareng dan juga ketua wilayah 28 Paroki tersebut tetap setia melayani Tuhan. Setiap minggu ia mengantarkan komuni kudus kepada beberapa orang
sakit dan jompo. Satu di antara orang sakit itu menderita kanker payudara. Ia sudah menjalani kemoterapi pertama, namun oleh karena kondisi fisiknya yang tidak kuat, ia berhenti melanjutkan. Dalam keadaan ini semangatnya menjadi turun dan sering bertanya soal kehendak Tuhan atasnya. Pertanyaan ini pula ia ajukan kepada Andreas. Di satu sisi, Andreas mengalami penyakit yang hampir sama, tapi di sisi lain, dia harus berusaha menguatkan sang ibu yang sedang menghadapi pergumulam berat akibat penyakit tersebut. Andreas meyakinkan ibu itu bahwa Tuhan tetap mahabaik walaupun manusia mengalami masalah dan penyakit. “Tetaplah bertahan dalam keyakinan pada kuasa Tuhan. Berdoalah selalu. Jika sudah tidak bisa berdoa pun, cukup dengan memanggil Yesus... Yesus... Yesus....,” anjur Andreas. Andreas mampu mengatakan begitu di tengahtengah penderitaannya karena ia merasakan pelukan Tuhan Yesus yang memberikan kekuatan kepadanya untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy.
Menjelang Ziarah Secara tiba-tiba awal Februari 2013, Andreas merasakan sakit yang luar biasa pada bagian kepala bagian belakang. “Seperti dipukul pa kai martil. Sangat sakit,” akunya ketika dijum pai beberapa waktu lalu. Karena tidak tahan, dia ke dokter syaraf. Dokter menduga akibat virus, namun menganjurkan melakukan MRI dan cek darah untuk mengetahui sakit yang ia derita, dan dengan begitu bisa melakukan pengobatan yang tepat. Andreas menolak atau menunda melaksanakan saran dokter. Dia hanya meminta obat penahan rasa sakit, sebab 46
| MEI - JUNI 2017
pada tanggal 28 Februari 2013 ia bersama istrinya, Pita, dan teman-teman dari Shekinah mengadakan ziarah ke Holly Land, dalam rangka pesta perak SEP Shekinah. “Saya bilang sama istri kalau periksa sekarang lalu ketahuan sakitnya, nanti tidak bisa ikut ziarah. Istri setuju untuk minum obat penahan rasa sakit, jadi tetap ikut ziarah,” aku ayah dua anak ini. Baru hari kedua ziarah, ia sudah mengalami mukjizat Tuhan. Setelah didoakan dalam Kebangunan Rohani Katolik (KRK) di Gereja Sampah, rasa sakitnya hilang sampai ziarah selesai. Setelah pulang dari ziarah, ia memutuskan melakukan biopsi di Penang–Malaysia seperti anjuran dokter. Meski tidak sakit, tetap ada pembekakan di leher. Dari pemeriksaa ini ia divonis mengindap kanker rongga mulut (nasopharynx carcinoma) stadium empat. Ia sempat shock dan tidak lagi mampu berdoa seperti biasa selama beberapa hari. Dukungan doa dari teman-teman sekomunitas, guru-guru SEP Shekinah, Uskup, para pastor, dan temanteman sekolahnya memberikan kekuatan dan kelegaan. Ia mengalami kekuatan dan urapan baru. Kekuatan Roh Kudus melingkupinya. Ketika berdoa malam, ia sungguh bisa menerima keadaannya dan berserah kepada Tuhan Yesus. Ia berbicara kepada Tuhan, “Tuhan, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghadapi kanker ini. Aku mohon kepadamu,Tuhan, untuk memberikan petunjuk melalui suara Roh Kudus-Mu agar aku boleh mengambil segala keputusan
sesuai dengan rencanaMu. Aku berserah kepadamu. Aku percaya ini boleh aku alami agar aku dapat lebih dekat lagi dengan Engkau”. Penyerahan kepada Tuhan membuahkan hasil mengagumkan. Hasil PET Scan pada 10 April 2013 menunjukkan bahwa kanker hanya ada di sekitar dinding tenggorokan dan belum menyebar sama sekali. Stadiumnya pun adalah stadium tiga, tidak seperti informasi sebelumnya yang menyebut stadium empat. Untuk itu, Andreas harus menjalani radiasi 33 kali, tiap pagi dan kemo 6 kali, setiap 3 minggu sekali. Sangat beruntung dia mendapat seorang dokter yang sangat beriman kepada Yesus dan selalu memberikan kekuatan dan pengharapan. “Dia selalu katakan untuk percaya kepada Tuhan, bahkan memberi saya air suci dari Lourdes untuk mnum dan mengoles nbgain yang sakit,” saksi Andreas. Akibat deraan kanker, berat badannya turun sampai 15 kg dan rambutnya rontok, kulit nya, termasuk kulit muka menjadi hitam, namun ia tetap bahagia karena mengalami mukjizat Tuhan itu nyata. Setelah dilaku kan pengecekan MRI pada awal Desember 2013, ia dinyatakan telah bersih dari kan ker. Rasa syukur pun memenuhi diri dan keluarga serta sahabat-sahabatnya.
Hadiah Terindah Semacam rahmat tersembunyi atau blessing indisguise, kanker yang ia derita mendatangkan berkat bagi kehidupannya dan keluarga. Relasinya dengan anak-anak dan istri semakin baik dan hangat. Dia pun mendapat hadiah sangat luar biasa dari Tuhan. Ibunya minta dibaptis menjadi
Katolik dan dibaptis pada 7 Desember 2013. Sang Ibu melihat perjuangan dan kesetiaan putranya melawan penyakit kanker bersama Tuhan Yesus. Ia menyaksikan kekuatan iman dan kesetiaan anaknya di tengah deraan sakit. “Ibu melihat kuasa Tuhan melalui saya, lalu minta dibaptis padahal sebelumnya belum mau. Ini benar-benar hadiah istimewa untuk saya,” ujar Andreas dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca. “Tuhan bukan hanya memberikan kesembuhan bagiku, tetapi menganugerahkan keselamatan bagi mamaku. Ini sangat memberi sukacita,” tambahnya lagi penuh haru. Ada hal yang menarik dari Andreas saat mengalami sakit tersebut. Tidak pernah muncul rasa kuatir dalam dirinya—kalaukalau terjadi sesuatu yang fatal pada dirinya. “Saya tidak pernah kuatir. Tidak pernah memikirkan kematian. Kenapa? Karena selama saya jadi pro diakon, sudah biasa memberikan sakramen minyak suci. Saya pernah melayani anak kecil yang kanker dan meninggal. Dan ada lagi yang lain. Saya biasa memberikan ibadat pemakaman atau memakamkan orang yang meninggal. Rupanya lewat pelayanan ini, Tuhan siap kan untuk hadapi keadaan saat saya sakit. Ibaratnya, Tuhan memberkati dan menyiap kan secara diam-diam,” ujar pria yang terlibat pelayanan di SEP sejak tahun 2008 ini ter senyum sambil menengok ke arah istrinya. “Tuhan Yesus memberikan apa yang aku butuhkan ketika aku tetap setia melayani Dia,” ungkapnya mengakhir sharing-nya kepada SHALOM pagi itu. (EDL) MEI - JUNI 2017 |
47
CERPEN
S
asya berumur 12 tahun dan kini ia duduk bangku kelas VI SD. Dia anak yang sangat pemberani, tidak mudah menyerah, pintar dan sangat cantik. Ia hampir tidak pernah mendapat nilai jelek. Ia tekun belajar setiap malam. Tidak heran, Sasya selalu menjadi kebanggaan keluarga, guru guru serta teman-temannya. Kendati ayah Sasya memiliki perusahaan, Sasya tetap saja bergaya hidup sederhana. “Sasya... Ayo bangun, nak! Sudah pukul 6 nanti kamu terlambat masuk sekolah lho,” panggil Mamanya. “Mama.....!” kata Sasya tiba-tiba mengagetkan Mamanya dari belakang. “Aku sudah bangun sejak pukul 5 tadi kok. Aku malah mau bangunkan Mama, tapi
Mama masih tertidur pulas jadi niat itu aku batalkan,” tambahnya. “Wah anak mama sangat pintar !” puji mama pada Sasya.
“Dadaaaa !” balas Papanya yang segera menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan.
“Iya, Ma. Pagi ini Mama masak apa ?”tanya Sasya.
Bel masuk berbunyi. Bu Aam, guru Matematika segera masuk pada jam pertama. Sasya penuh perhatian dan keasikan mengerjakan tugas dari Bu Aam hingga tak terasa bel pergantian jam pun berbunyi. Semua anak segera menuju ke luar kelas untuk beristirahat.
“Mama masakin makanan kesukaanmu, Sya…”
“Bell, jajan yuk di kantin aku lapar nih !” ajak Sasya kepada Bella, teman setianya.
“Wah Mama masakin makanan kesukaanku? Nasi goreng dan ikan teri?” tanya Sasya sambil memeluk mamanya dari belakang.
Ayo, Sya. Aku juga lapar...! jawab Bella. Keduanya tampak mengobrol sambil bercanda hingga tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Mereka harus segera menuju ke kelas karena Bu Dwi, guru Bahasa Indonesia sudah terlihat menuju ke kelas. Nampaknya Bella agak gugup dan menyeret langkahnya.
“Haha… Mama... !”kata Sasya. “Sudahlah nak, ayo sarapan!”
“Iya, nak!” jawab Mamanya sambil tersenyum. “Ayo Mama, Papa, makan!” ajak Sasya kepada kedua orang tuanya. “Ayo, nak!” balas Mama dan Papanya. Sasya nampak terburu-buru menyelesaikan sarapannya pagi itu demikian pula Papanya yang juga akan mengantar Sasya ke sekolah, sekalian berangkat ke kantor. “Sasya...Ayo nak. Kita berangkat nanti kamu terlambat lho!” ajak Papanya. “Iya, Pa... sebentar. Sasya salim Mama dulu,” sambil mengikat tali sepatu. “Makasih, ya Papa. Dadadaaaa Papa...!”
Kenapa kamu Bell? Cepetan dong. Itu Bu Dwi udah masuk! Duh, Sya... Tugasku belum selesai. Payah deh aku sama Bu Dwi ntar! Alaaa...udah cepetan dong. Ntar aku bantuin deh, ajak Sasya sambil terburu-buru diikutin Bella. Dan benar saja. Begitu duduk, Bu Dwi langsung menanyakan kepada anak-anak tugas yang sudah diberikannya beberapa hari lalu. Cepat-cepat Sasya bantuin Bella sambil mengawasi kalau-kalau Bu Dwi melihat pergerakan mereka. “Udah... Cepetan kamu, Bella !” desak Sasya dengan berbisik. Bella menuruti desakan Sasya dan tak lama kemudian, tugas yang belum diselesaikan Bella tuntas karena
Gadis Cilik
yang Hebat Oleh Loise Angelica *
48
| MEI - JUNI 2017
bantuan Sasya. Keduanya segera menuju ke meja Bu Dwi untuk menyerahkan tugas. “Beneran, dah selesai kamu?” tanya Bu Dwi sambil memandang keduanya. “Sudah, Bu!” jawab mereka. Lalu selamatlah keduanya dari kekuatiran karena bel pulang pun sudah berbunyi. *** “Shalom, Mama!” “Shalom juga, nak! “Bagaimana sekolahmu hari ini? Senang nggak? “Senang dong, Ma. Tadi aku bantuin Bella lho. Dia tuh belum selesaiin tugas sih. Terus begitu dimintai Bu Dwi, malah panik tuh. Udah aku bantu selesaiin, terus selamat deh dia. Senang bisa bantuin temen. Seneng deh pokoknya. “Ya udah sana gantiin pakaiannya,” tutur Mama
masa depan, Sasya harus melakukannya meski itu sangat meletihkan.” Mama tidak kurang menunjukkan rasa gembiranya karena saat melihat hasil belajar Sasya, ia dapati semuanya sangat baik dan menyenangkan. Ia sangat bangga dengan keseriusan Sasya belajar tak kenal lelah.
Beberapa saat Sasya terdiam....Papa menuju kamar hendak berganti pakai an. Beberapa saat kemudian, setelah memperkirakan Papa sudah selesai ber ganti, Sasya menyusul Papanya ke kamar.
Sudah dua jam Mama sendirian membereskan segala pekerjaan. Papa juga belum pulang kantor. Tiba-tiba terdengar suara, “Mamaaaa.....aku pulang,” kata Sasya dari depan pintu masuk rumah.
Papa hanya diam memandang wajah Sasya. Papa menghela nafas tetapi berusa ha tidak memperlihatkan kekecewaannya.
Mama segera menjemputnya, mengambil tas dari punggung Sasya lalu mencium dahi anaknya dengan gembira. “Capek, ya?” tanya Mama “Iya dong, Mama..” Tiba-tiba terdengar mobil parkir di garasi. “Wouw....Papa pulang,” kata Sasya sambil meunju keluar menjemput Papa.
“Iya, Ma”
“Pa.. kenapa mukanya gelisah gitu?” tanya Mama pada Papa.
“Udah selesai ganti belum, Nak?”
Perusahaan kita Ma...
“Udah, Mama“
“Kenapa, Pa?
“Ya udah... Makan siang dulu, ya”
“Perusahaan kita akan bangkrut,” jawab Papa dengan sedih.
“Iya, Mama. Aku mau cepat tidur selesai makan. Capek.” “Ya.. yang penting makan dulu. Tapi nanti sore kamu les kan?” “Iya, Mama,“ sambil cepat-cepat menghabiskan makan siangnya. Dan tanpa banyak bicara lagi, Sasya menuju ke kamar untuk beristirahat. Saat terbangun oleh alarm HPnya, Sasya segera ke kamar mandi karena harus berangkat les sore. Dengan ojek online Sasya menuju ke tempat les sore. “Hati-hati, ya,” pesan Mama kepada Sasya. “Iya, Mama. Dadaaaa....Mama!” Mamanya yang kembali ke dalam rumah nampak sedikit serius. Ia rupanya memikirkan Sasya yang hampir setiap hari penuh kesibukan belajar. Tapi kemudian Mama bergumam dalam hati, “Yahhh...demi
“Apa, Pa????” Sasya yang mendengar semua pembicaraan itu memilih diam. Tapi ia merasa tak nyaman. Ia memberanikan diri untuk bertanya, “Mama dan Papa ngomongin apa??” “Sasya...udah sana. Biar Papa dan Mama aja yang ngomong,” kata Papa. “Sasya dengar semuanya kok Pa, Ma.” “Kamu nguping gitu, nak? Terus, Sasya nggak kecewa kan?” kata Papa sambil menghampirinya. “Papa, Mama...Mana mungkin Sasya kecewa. Sasya hanya sedih mendengarnya. Papa sudah bekerja keras tetapi malah begitu hasilnya. Yakin saja, Papa. Tuhan akan memberkati perusahaan dan tak akan bangkrut. Percaya deh sama Sasya...Tuhan itu baik.”
“Papa kelihatannya sedih banget, ya?”
Sasya memeluk erat pinggang Papanya. “Bukankah Papa pernah bilang ke Sasya bahwa perjuangan itu nggak selalu berhasil dan setiap orang harus siap untuk menerima lalu kembali berusaha? Kenapa Papa bersedih? Papa nggak bisa sembunyiin pada Sasya. Sasya bisa ngerasain, kok. Papa jangan sedih ya... Tuhan pasti bantu, Pa… Sasya akan bantuin Papa dan Mama nanti kalau udah besar. “Ya....sudah makasih, Nak ...” jawab Papa sambil memeluk Sasya disusul Mama yang masuk ke kamar. Ya....sudah nak. Tidur, ya di kamarmu biar esok bisa cepat bangunnya. “Iya, Pap, Ma. Aku nggak usah dibangunin, ya Ma. Sasya bisa bangun sendiri, kok. Nggak usah juga dibuatkan sarapan, nanti Sasya makan di kantin sekolah aja.” Kata-katanya mengharukan Mama dan Papanya hingga dibawa diskusi saat akan tidur. Mama dan Papa Sasya benar-benar menjadi heran bercampur kagum kepada Sasya karena pikirannya begitu cerdas. Ketika keesokan hari di sekolah, Sasya melonjak kegirangan karena ibu guru nya mengumumkan nama para pene rima beasiswa. Dan satu di antara me reka yang memperoleh beasiswa, ialah dirinya. Sasya hampir tak percaya berita ini tetapi ia tak kuasa menahan kegem biraannya. Ia ingin sesegera mungkin pulang untuk membawa kabar gembira ini kepada Mama dan Papanya. Dalam hati, Sasya tak berhenti mengucapkan katakata ini Puji Tuhan! Berkali-kali ia ucapkan. “Mama dan Papa tentu akan bergembira,” katanya lagi dalam hatinya, sambil tak sabar untuk pulang. * *) Siswi kelas 1 SMP Strada Budi Luhur, Bekasi MEI - JUNI 2017 |
49
SENTUHAN AKHIR
Hidup Dua Kali P
ada refren lagunya yang berjudul Optimis, artis lawas Atiek CB, pada tahun 1980-an melantunkan syair (bisa dilihat di yuotube):
teman hidup ini hanya satu kali teman untuk apa kita menyiksa diri hadapilah semua kenyataan yang ada serta railah cita-cita hidup penuh bahagia Oleh Emanuel Dapa Loka
Konteks lagu tersebut adalah ajakan bagi mereka yang lari dari kenyataan dengan mengonsumsi narkoba untuk kembali ke jalan yang benar, yakni “hidup sehat tanpa narkoba”. Saat itu—dan semakin banyak saat ini—banyak orang berjiwa kerdil di hadapan persoalan hidup, lalu menipu diri dengan bayangan yang serba wah yang bisa dirasakan setelah narkoba menguasai nadi mereka. Masalah hidup seakan sirna sesaat berganti kebahagiaan. Padahal setelah pengaruh atau “kuasa” zat narkoba itu habis, masalah hidup tidak menjadi lebih ringan, malah lebih buruk dan berat. Telah banyak bukti. Orang semacam ini hidup dalam kesemuan. Namun bukan hal narkoba yang hendak saya bicarakan di sini, tetapi soal kehidupan dan kematian seorang beriman.
Sayangnya, bukannya berbagi, malah merampas, merampok hak mereka dengan berbagai tindakan korupsi dalam berbagai wajahnya. Dan pelakunya adalah mereka atau kita yang tampak sangat alim, religius, selalu fasih berucap ayatayat suci dari Kitab Suci. 50
Kata Santo Paulus, hidup ini ibarat sebuah pertandingan yang harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh melalui cara-cara yang benar. Seorang harus memiliki cara dan tujuan hidup yang benar. Kata orang, hidup ini adalah perjuangan atau life is a struggle. Kalau hidup hanya satu kali dan selesai, barangkali lebih mudah. Tapi kehidupan seorang beriman dua kali, yakni kehidupan di dunia ini yang kita sedang jalani dan kehidupan setelah kehidupan di dunia berakhir. Di sana ada babak baru kehidupan setelah kematian. Iman Katolik yang selalu kita ucapkan dalam Credo mengakui adanya kehidupan kekal setelah kehidupan
| MEI - JUNI 2017
di dunia ini. Kehidupan kekal jauh lebih panjang— malah tanpa batas—dibandingkan dengan kehidupan di dunia ini yang kata Pemazmur hanya 70 tahun atau lebih jika kuat. Selain karena rahmat Allah, kedua babak kehidupan tersebut tetap harus diperjuangkan.
Berbagi atau Merampas Kehidupan? Berbagai kenyataan terbentang konkret di depan hidung. Banyak saudara/i kita yang oleh karena situasi, seakan “terjauh” dari surga di dunia ini. Bagi mereka kehidupan yang nyaman, tenang dan tenteram sungguh menjadi hal mewah, semewahmewahnya. Bahkan, lapar anak-anak mereka tak pernah tuntas, tidur beratapkan langit dan berbagai situasi hidup yang memprihatinkan. Dalam keadaan semacam ini, setiap manusia mestinya terpanggil untuk melakukan sesuatu, yakni berbagi kehidupan. Sayangnya, bukannya berbagi, malah merampas, merampok hak mereka dengan berbagai tindakan korupsi dalam berbagai wajahnya. Dan pelakunya adalah mereka atau kita yang tampak sangat alim, religius, selalu fasih berucap ayat-ayat suci dari Kitab Suci. Mereka kita biarkan merana dan menderita sambil sekali-sekali menyarankan untuk sabar dan sabar. Sambil mengucapkan kata sabar dan kata-kata suci lainnya, kita bersiasat dengan berbagai cara untuk mencuri atau merampok tanpa ketahuan. Kalau begini cara kita, kita tidak sedang berbagi kehidupan. Sebaliknya kita sedang memberangus dan merampok kehidupan. Kepada kita yang berke lakuan begini, kata Penginjil Lukas, layak dibuang ke laut dengan batu kilangan terikat di leher. Dalam bulla permakluman Tahun Suci Luar Biasa Misericordiae Vultus (MV 19.2), Paus Fransiskus mengatakan, “Luka-luka bernanah akibat korupsi, merupakan dosa berat yang berteriak keras ke surga untuk mendapatkan pembalasan, karena luka itu merongrong dasar-dasar kehidupan pribadi dan masyarakat. Korupsi membuat kita tidak mampu melihat masa depan dengan penuh harapan karena kerakusannya yang lalim, menghancurkan harapanharapan kaum lemah dan menginjak-injak orang yang paling miskin di antara kaum miskin”. Masih tegakah kita melakukan korupsi yang ber arti merampas hak dan kehidupan orang lain? Ingatlah! Hidup ini dua kali, dan keduanya patut diperjuangkan.