BLUE PRINT PENGEMBANGAN BUAH MERAH DI PROVINSI PAPUA I.
BOTANI BUAH MERAH
I.1. Taksonomi Pandanus merupakan salah satu marga dari suku Pandanaceae. Stone (1992) dan Heywood (1993) melaporkan bahwa marga Pandanase merupakan tumbuhan semak atau pohon, kadang-kadang bercabang, ovari memiliki ovul soliter pada plasenta yang sub basal. Di dunia terdapat sekitar 600 jenis, diantaranya 66 jenis ditemukan di New Guinea dan 19 jenis endemik di Irian Jaya. Salah satu jenis pandanus yang banyak di dibudidayakan masyarakat Papua adalah buah merah. Buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) atau oleh masyarakat Wamena, Papua, dikenal dengan nama Kuansu, merupakan tumbuhan asli Papua yang banyak terdapat di daerah pegunungan Jayawijaya (Wamena dan Tolikara), Manokwari, Jayapura, Timika, Nabire, dan Sorong. Buah merah juga dapat tumbuh di bagian Maluku Utara yang menyebar dari daerah pantai hingga daerah dataran tinggi. Buah merah dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 186 mm per bulan dengan suhu di bawah 17O C dan intensitas sinar matahari sekitar 57%. Biasanya buah merah tumbuh bergerombol dalam satu area. (Kennedy dan Clarke 2004). Menurut Nainggolan (2001) buah merah diklasifikasikan sebagai: Divisi: Spermatophyta, Kelas: Angiospermae, Subkelas: Monokotiledone, Ordo: Pandanales, Suku: Pandanaceae, Marga: Pandanus, Jenis: conoideus, Kultivar: Buah merah panjang.
Gambar 1 Tanaman dan buah merah
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
1
I.2. Morfologi/Anatomi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua (BPSB TPH) (2004) melakukan pelepasan varietas buah merah Mbarugum dengan ciri morfologi sebagai berikut: Perawakan: pohon besar; umur tanaman 10 tahun; tumbuh berkelompok; umur berbuah 3-5 tahun; umur buah sampai panen 3-4 bulan; kerapatan 12-30 individu; tinggi 2-3.50 m. Akar: akar tunjang tinggi 0.20-3.50 m; lingkar akar 6-20 cm; warna coklat dengan bercak-bercak putih; bentuk bulat; permukaan berduri; jumlah akar dalam satu rumpun 11-97. Batang: diameter 20-40 cm; warna coklat dengan bercak-bercak putih; bentuk bulat, berkas pembuluh tidak tampak jelas; keras; arah tumbuh vertikal atau tegak; jumlah percabangan 2-4; permukaan berduri. Daun: ukuran 96 x 9.3 cm x 15 cm; ujung daun bertusuk (mucronate); pangkal merompong; tepi berduri, bagian bawah tulang daun berduri; komposisi daun tunggal dengan susunan daun berseling (alternate) , daun lentur; warna hijau tua; pola pertulangan daun sejajar; tanpa tangkai daun (sessile); tidak beraroma. Bunga: bentuk bunga seperti bunga nangka; warna kemerahmerahan. Buah: panjang 68-110 cm; diameter 31.5-40.5; bentuk buah silindris, ujung menumpul, pangkal menjantung, warna buah muda merah pucat, warna buah matang merah batang.
Rumpun
Daun
Buah
Cabang
Akar
Duri
Gambar 2 Morfologi tanaman buah merah Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
2
Sadsoeitoeboen (1999) melaporkan bahwa kultivar buah merah yang terdapat di pegunungan Arfak Kab. Manokwari terdiri dari empat kultivar dengan ciri-ciri morfologi sebagai berikut: a.
Kultivar merah pendek Pohon;
tinggi
5-6
m,
diameter
batang
5.3-12
cm;
tinggi
percabangan pertama 4 m di atas permukaan laut. Panjang akar tunjang 112-270 cm, diameter akar 4.75-6.5 cm. Daun 96-118 x 7.3-9.4 cm; ujung meruncing; pangkal merompong;
tepi berduri
panjang 1 mm; tulang daun utama berduri sepanjang 1/6 panjang daun dimulai dari bagian ujung. Panjang tangkai sinkarp 12-13.9 cm;
bentuk sinkarp silindris, ujung melancip, pangkal menirus,
panjang 37.9-40.5 cm, diameter 5.5-11 cm. Daun pelindung meruncing dengan duri sepanjang ½ dari tulang utama; sinkarp muda merah kotor, matang merah cerah; buah 6-12 x 3-5 x 1.5-3.5 mm; epikarp bersegi 4, bagian atas dari tempurung merompong. b.
Kultivar Merah coklat pendek Pohon; tinggi 5-7 m, diameter batang 6.25-12.7 cm; tinggi percabangan pertama 3-5 m di atas permukaan tanah. Panjang akar tunjang 75-173 cm; diameter akar 6-8.5 cm. Daun 98-124 cm x 5.3-7.2 cm; ujung meruncing; pangkal rompong, tepi berduri, panjang 1 mm; tulang daun utama permukaan bawah daun berduri sepangjang 1/6 panjang daun dimulai dari ujung daun. Panjang tangkai sinkarp 8.7 cm; bentuk sinkarp silindris, panjang 27-33 cm; diameter 6.9-12 cm; daun pelindung meruncing, tulang utama daun pelindung sepanjang 2/3 bagian. Bentuk sinkarp silindris, ujung membundar, pangkal menjantung; sinkarp muda coklat, matang merah kecoklatan, kering coklat tua kemerahan, buah 7-13.5 x 4-5 x 3-4 mm; epikarp bersegi 4, bagian atas dari tempurung menumpul.
c.
Kultivar merah panjang Pohon; tinggi 8-15 m, diameter batang 15-30 cm;
tinggi
percabangan pertama 5-8 m dari permukaan tanah. Panjang akar
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
3
tunjang 2-3.7 m; diameter 6-6.25 cm. Daun 88-102 cm x 5.7-9.5 cm; ujung meruncing, pangkal merompong; tepi berduri; panjang 1 mm; tulang daun utama pada permukaan bawah daun berduri. Panjang tangkai sinkarp 7-17 cm; bentuk sinkarp silindris; ujung tumpul, pangkal menjantung, panjang 96-102 cm; diameter 14.520.5 cm; daun pelindung melancip, dengan duri pada tulang utamanya berduri sepanjang 8/10 bagian dari ujung; sinkarp muda merah bata, matang merah cerah; buah 11-13.5 x 4-6 x 1.5-3 mm; epikarp bersegi 4, bagian atas tempurung meruncing. d.
Kultivar kuning Pohon; tinggi 3-5 m, diameter batang 4.5-12 cm. Tinggi percabangan pertama 2 m di atas permukaan tanah. Panjang akar tunjang 63.8-75 cm; diameter 5.5-6.75 cm. Daun 110-115 x 5.8-8.8 cm; ujung meruncing; tepi berduri; panjang 1 mm; tulang daun utama permukaan bawah daun berduri 1/6 panjang daun dimulai dari bagian ujung. Panjang tangkai sinkarp 8.7-11.9 cm, daun pelindung melancip, tulang utama berduri, sepanjang 1/3 dari panjangnya. Buah muda hijau, matang kuning, buah 11-20 x 3.5-4 x 2.5 mm; epikarp bersegi 6, bentuk bagian atas tempurung bergigi tiga.
I.3. Keragaman Genetik Keluarga tanaman Pandanus sangat banyak dan tersebar secara alami
di
hutan
Indonesia.
Usaha
perlindungan
genetik
untuk
meningkatkan pelestarian dan mendapatkan teknologi budidaya buah merah harus dilakukan untuk mejaga keragaman genetik buah merah. Keragaman genetik buah merah di Papua cukup banyak. Jumlah aksesi hasil eksplorasi di Papua sebanyak 33 aksesi dan di Papua Barat sebanyak 13 aksesi dan 4 jenis lain (Hadad dan Oktivia 2005). Berikut daftar aksesi hasil eksplorasi tersebut.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
4
Tabel 1 Sampel koleksi/aksesi hasil eksplorasi di provinsi Papua
No
Lokasi
1
Sereh, Siklop, Sentani
2
Kertosari Sentani Barat
3
Mulia Sentani Barat
4
Koya Jayapura
5
Kalinyamuk Sentani Barat
6
Kigimu Karubaga
7
Molera Karubaga
8
Molera Karubaga
9
Molera Karubaga
10
Molera Karubaga
11
Molera Karubaga
12
Molera Karubaga
13
Kigimu Karubaga
14
Kigimu Karubaga
15
Siep Kosi Wamena Jaya Wijaya
16
Kigimu Karubaga
17
Kigimu Karubaga
18
Kigimu Karubaga
19
Kigimu Karubaga
Kode, nama aksesi
Jumlah sampel bibit
Keterangan (Nama asal, jenis, aksesi)
SS. 1.1 – 1.51
51
Seteh Siklop
KS 2.1 – 2.7
7
MS 3.1 – 3.14
14
Barugum: KJ 4.1 – 4.3. Yang Giru: YG 5.1 – 5.3 Kenen: KK 6.1 – 6.12 Maler 7.1 – 7.28 Magari 8.1 – 8.41 Ibagaya 9.1 – 9.11 Ugele 10.1 – 10.9 Barugum 11.1 – 11.20 Wona 12.1 – 12.9 Puwe 13.1 – 13.11 Kulok Buk 14.1 – 14 .6 Siep Kosi 15.1 – 15.2 Kwambir 16.1 – 16.26 Utere 17.1 – 17.12 Muni 18.1 – 18.12 Tipe 19.1 – 19.9
Buah merah (Tawi) Buah kuning (Yang Giru) Buah merah (Tawi) Buah Kuning (Yang Giru)
3
Barugum
3
Buah kuning (Yang Giru)
12
Kenen
28
Maler
41
Magari
11
Ibagaya
9
Ugele
20
Barugum
9
Wona
11
Puwe
6
Kulok Buk
2
Siep Kosi
26
Kwambir
12
Utere
12
Muni
9
Tipe
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
5
Lanjutan Tabel 1 Wone 20.1 – 20.8 Waew 21.1 – 21 Molera Karubaga 21.12 Wonengkah 22 Molera Karubaga 22.1 – 22.5 Bomi 23.1 – 23 Molera Karubaga 23.3 Gara mela 24 Molera Karubaga 24.1 – 24.7 Komburu 25 Molera Karubaga 25.1 – 2 26 Molera Karubaga Koni 26.1 Koanggok 27 Molera Karubaga 27.1 Anggena 28 Molera Karubaga 28.1 Bokodini 29.1 29 Molera Karubaga – 29.7 Sereh Siklop Sereh 30.1 – 30 Sentani 30.13 Barugum 31 Molera Karubaga Tolikara 31.1 – 31.31 Maler 32 Molera Karubaga Tolikara 32.1 – 32.57 Kenen 33 Molera Karubaga Tolikara 33.1 – 33.22 33 nomor Jumlah (aksesi) Sumber: Hadad dan Oktivia 2005 20
Molera Karubaga
8
Wone
12
Waew
5
Wonengkah
3
Nbomi
7
Gara mela
1
Komburu
1
Koni
1
Koanggok
1
Anggena
7
Bokodini
13
Sereh Siklop
31
Barugum Tolikara
57
Maler Tolikara
22
Kenen tolikara
475 batang
33 aksesi
Tabel 2 Sampel koleksi/aksesi hasil eksplorasi di provinsi Papua Barat
No
Lokasi, tinggi tempat dpl, umur tanaman
Kode, nama daerah, aksesi
Jumlah sampel bibit
1
Amban Manokwari, 100-300 m, 9 tahun
Menja
59
2
Amban Manokwari 100-300 m, 7 tahun
Mongerega
72
Keterangan deskripsi, pengenalan Buah besar, 6-8 kg (80x50 cm) agak bulat, warna merah Buah sedang, 4-6 kg (60x40 cm) lonjong, merah
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
6
Lanjutan Tabel 2
3
Amban Manokwari 100-300 m, 7 tahun
Mons Moktefa
101
4
Amban Manokwari 100-200 m, 9 tahun
Menyeri (Monsor Hekeni)
105
5
Amban Manokwari 100-300 m, 6 tahun
Mosrus
42
6
Sambab Masni Manokwari 100-300 m, 8 tahun
Menyeri (Monsor Hekeni)
24
7
Koyani Jaya Masni Manokwari, 100-300 m, 9 tahun
Idewewits
14
8
Sambab Masni Manokwari, 100-300 m, 8 tahun
Buah kuning Monsororuk (Monsor Horug)
11
9
Sambab Masni Manokwari, 100-300 m, 6 tahun
Mongkur
5
Makwam Manyambow 10 Manokwari, 9001300 m, 9 tahun
Idewewits
2
Sambab Masni 11 Manokwari, 100-300 m, 8 tahun
Mingking
8
SP3 Klamalu Aimas 12 Sorong, 100-200 m, 6 tahun
Menyes
7
SPI Klamalu Aimas 13 Sorong, 100-200 m, 6 tahun
Menyeri (Monsor Hekeni)
3
Buah sedang, 3-6 kg (60x40 cm) lonjong, merah Buah besar 6-10 kg (60x105 cm) segitiga, agak bulat, merah Buah sedang 3-6 kg (50x40 cm)lonjong, agak bulat, merah Buah besar 6-10 kg (60x115 cm) segitiga panjang, merah Buah besar 6-9 kg (85x48 cm) agak bulat merah Buah sedang, 5-6 kg (60x40 cm) lonjong agak bulat panjang,kuning Buah sedang, 3-6 kg (50x40 cm) panjang agak bulat merah Buah besar, 6-9 kg (85x48 cm) lonjong agak bulat, merah Buah besar, 4-7 kg (780x40 cm) lonjong bulat, merah Buah agak besar, 6-8 kg (50x85 cm) segitiga agak bulat panjang, merah kecoklatan Buah besar, 6-10 kg (60x105 cm) segitiga agak bulat panjang, merah kecoklatan
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
7
Lanjutan Tabel 2 Manyambow 14 Manokwari 9001300 m
BM3/BTN (liar) Jahaker
8
Manyambow 15 Manokwari 9001300 m
BML (Liar) Agraha
3
Manyambow 16 Manokwari 9001300 m Manyambow 17 Manokwari 9001300 m
DT2 (Daun Tikar 2) Cow 2 DT3 (Daun Tikar 3) Cow 3
Manyambow 18 Manokwari 9001300 m
DT1a (Daun Tikar 1a) Ccow 1a
2
Pandan wangi
9
Bowi Subur Masni 19 Manokwari, 100-300 m
13 aksesi dan 4 jenis lain Sumber: Hadad dan Oktivia 2005 Jumlah
2
4
Bersandar pada tegakan, tinggi pohon 10-15 m Buah sangat kecil 3 buah/pucuk (1015 cm) lingkar 15 cm bersandar pada tegakan 7-15 m Tegakan, Daun keras p 105 cm lebar 6-7 cm Tegakan daun keras kecil p 95 cm lebar 4-5 cm Tegakan daun keras dan tebal p 110 cm lebar 6-8 cm Perdu
453
Dari aksesi-aksesi tersebut di atas, yang paling banyak diminati atau banyak dibudidayakan masyarakat di provinsi Papua adalah aksesi Maler, Mbarugum, Ibagaya, Kuanggo, Kenen, Kuni dan Muni. Sementara aksesi yang banyak di budidayakan di provinsi Papua Barat adalah Menja, Idewewits dan Menyeri.
I.4. Pembiakan Tanaman Buah Merah Perbanyakan tanaman buah merah oleh masyarakat biasanya dilakukan dengan memanfaatkan tunas batang dan cabang yang tumbuh. Cabang atau batang yang mengeluarkan tunas kemudian dipotong dengan menyertakan tunasnya. Panjang potongan cabang atau batang bisa 10 cm di atas tunas atau 10 cm di bawah tunas. Selain dengan potongan batang, bisa juga menggunakan tunas atau anakan yang tumbuh di akar tanaman. Potongan batang dan tunas inilah yang Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
8
kemudian digunakan untuk bibit yang bisa langsung ditanam di lahan atau bisa juga disemaikan dulu di dalam polibag selama tiga bulan agar akarnya tumbuh. Sementara perbanyakan
secara generatif dengan
menggunakan biji tidak pernah dilakukan (Makaruku 2008). Adapun pembiakan yang dilakukan oleh (BPSB TPH 2004) adalah sebagai berikut: -
Tanaman diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan stek tunas dari akar/batang atau stek batang
-
Ukuran anakan dari stek tunas yang digunakan berkisar 20-40 cm
-
Ukuran anakan dari stek batang yang digunakan sekitar 80-100 cm
-
Cara perbanyakan dengan stek tunas dari akar sangat disarankan karena memiliki keuntungan seperti jumlah bibit yang dihasilkan banyak, biaya lebih murah, dan mudah dalam pengangkutan
-
Cara perbanyakan stek batang dapat diterapkan namun harus sesuai dengan kondisi alamnya ( tanah, suhu, kelembaban dll). Keuntungan dari cara ini adalah tanaman cepat untuk berbuah yaitu 1-1.5 tahun, namun peluang kegagalan besar.
-
Untuk stek tunas dipilih yang mempunyai satu akar, agar dapat memacu pertumbuhan tunas.
Tabel 3 Pengembangan budidaya buah merah No
1
Kegiatan penelitian
Botani dan etnobotani
2
Eksplorasi dan konservasi
3
Kultur jaringan
Informasi teknis - Pegunungan Arfak - 4 kultivar buah merah - Tersebar di dataran rendah - Papua: 33 aksesi - Papua Barat: 13 aksesi dan 4 jenis lain - Tunas: media MS +IBA(2mg/l) + BA (5 mg/l). - Kalus: media MS +BA
Referensi Sadsoeitoeboen 1999 (Disertasi IPB)
Hadad dan Oktivia 2005 (Lokakarya Nasional)
Priyono 2008 (J.Tek. Ling.)
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
9
4
Karakter morfologi
-
5
Aspek ekologi
-
(0.5 mg/l + Thiodiazuron 0.02 mg/l Mapenduma Jayawijaya 9 aksesi Akar, batang daun, bunga, buah Manokwari Tumbuh 10-70 m dpl Kesuburan tanah rendah Suhu 23.5-33oC
Gwijangge 2007 (Skripsi Fahutan Unipa)
Nainggolan 2001 (Skripsi: Faperta Uncen)
I.5. Kandungan Nutrisi, Bioaktif dan Khasiat Buah Merah Buah merah (Pandanus conoideus Lamk) merupakan salah satu buah endemik Papua.Produktivitas buah merah di Papua mencapai 1.889 ton (3,04% dari jumlah produktivitas perkebunan di Papua). Menurut Budi dan Paimin (2005) minyak buah merah mengandung zat-zat alami yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan proses metabolisme. Zat-zat tersebut diantaranya karotenoid, betakaroten, alfa tokoferol, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat dan dekanoat, omega 3 dan omega 9. Budi (2001) menambahkan bahwa ekstrak buah merah mengandung senyawa antioksidan dengan kandungan yang cukup tinggi yaitu betakaroten (700 ppm), karotenoid (12 000 ppm), dan tokoferol (11 000 ppm). Kandungan nutrisi minyak buah merah pada setiap 100 g ekstrak minyak buah merah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis laboratorium ekstrak minyak buah merah per 100 g sampel Parameter Air (g) Energi (kkal) Protein Lipida (mg) Karbohidrat (mg) Abu
Kandungan 0.70 868 0 94.20 5.10 0
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
10
Lanjutan Tabel 4 Sodium (mg) Alfa-karoten (µg) Beta-karoten (µg) Beta-kriptosantin (µg) Lutein Zeasantin Likopen Vitamin E (alfa-tokoferol) (mg) Sumber: Surono et al. 2008 Adanya
kandungan
3 130 1.980 1.460 Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi 21.20 beta-karoten
dalam
buah
merah
mengindikasikan bahwa buah merah dapat digunakan sebagai pewarna alami maupun sebagai bahan produk-produk turunan lainnya. Betakaroten adalah pigmen berwarna kuning yang terdapat dalam tomat, wortel, semangka, papaya, sayuran, dan berbagai daun hijau. Betakaroten disebut juga pro vitamin A yang dapat dipisah secara enzimatik menjadi dua vitamin A. Beta-karoten dan vitamin A secara ilmiah memiliki bentuk all-trans stabil. Beta-karoten biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan produk perawatan kulit/kecantikan seperti lotion, shampoo, pelembab, kapsul kecantikan dan lain-lain. Keberadaan vitamin A dan karoten dalam produk kosmetik memiliki keunggulan, antara lain dapat mudah diserap oleh kulit dan mampu meningkatkan kandungan air pada kulit. Kandungan beta-karoten dalam buah merah berguna untuk memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Interaksinya dengan protein dapat meningkatkan produksi antibodi. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah sel pembunuh alami
yang dapat menekan
kehadiran sel-sel kanker dan menangkal radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker. Sedangkan tokoferol (vitamin E) berguna sebagai pencegah penyakit degeneratif. Senyawa ini akan mematikan serbuan radikal bebas dan menetralisir kolesterol dalam darah (Dermawan 2005). Ekstrak petroleum eter biji buah merah mengandung golongan steroid dan terpenoid, asam lemak dan karotenoid, sedangkan ekstrak
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
11
etanol biji buah merah mengandung golongan senyawa antrakuinon, tanin, dan senyawa fenol. Komponen utama biji buah merah adalah asam oleat (67.46%), asam palmitat (23.36%), asam linoleat (4.12%), dan asam stearat (3.15%). Kandungan asam lemak dalam biji buah merah lebih kurang 76.40% sedangkan kandungan asam lemak dalam sari buah merah adalah 64.06%. Jadi, biji buah merah memiliki kandungan asam lemak yang lebih tinggi daripada sari buah merah (Septyaningsih 2010). Rohman et al. (2012) melaporkan bahwa hasil Identifikasi kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak buah merah didominasi oleh senyawa asam lemak dan senyawa minyak atsiri.
Tabel 5 Komposisi asam lemak minyak buah merah Asam lemak C12:0 C14:0 C14:1 C16:0 C16:1 C18:0 C18:1 C18:2 C18:3n6 C20:0 Sumber : Rohman et al. 2012
Konsentrasi (%) 0.06±0.02 0.07±0.00 0.15±0.00 20.05±0.09 0.15±0.01 0.18±0.01 68.80±1.29 8.49±0.02 0.17±0.00 0.13±0.00
Tabel 6 Komposisi senyawa minyak atsiri buah merah Retensi Waktu (Menit) 0.610 0.6699 0.948 1.476 2.159 2.438 7.940 14.849
Senyawa minyak atsiri Ethane L-Alamino, N-glycyl Trichloromethane Acetic acid Acetamide, 2,2,2-trichloro Hexanal Benzene, 1,3-dimethyl 1H-4-Azacycloprop, octahydro-4-methyl
Konsentrasi 11.43 17.36 15.22 0.05 0.27 9.98 27.46 0.17
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
12
Lanjutan Tabel 6 15.531 16.872 17.056 17.680 17.959 18.653 18.819 20.570 20.819 21.128 21.187 21.288 21.401 22.220 23.318 23.591 23.781 24.019 24.179 24.547 26.529 28.660
Benzaldehyde 5-Hepten-2one, 6-methyl Furan, 2-pentyl Octanal 2H-1,2-Oxaborin, 2,3,3-triethyl-3,6-dihydro 5-Ethylcyclopent-1-2n2carboxaldehyde Cyclohexanone, 2,2,6-trimethyl Phenol, 2-methoxy 4-Ethylcyclohexanol 3-carene 6-methyl-3,5-heptadiene-2-one Nonanal 2,4-Hexadiene,2,5-dimethyl Cyclopentasiloxane, decamethyl Naphthalene 2-n-Heptylfuran Dodecane 8-Azabicylo(4.3.1)decan-10-one, -methylAdrenalone Cyclohexasiloxane,dodecamethyl Cyclododecane Tetradecane Bicyclo(3.1.1)hept-2-ene,2,6-dimethyl-6-(428.838 methyl-3-pentenyl) 29.616 N-Benzyl-N-ethyl-p-isopropylbenzamide Sumber : Rohman et al. 2012
0.68 0.45 1.64 1.57 0.14 1.45 0.28 0.21 0.16 0.49 0.17 0.11 0.15 0.20 0.24 0.15 0.21 0.25 0.12 0.17 0.99 0.18 0.37 0.35
Buah merah sebagai tanaman obat tradisional sudah lama secara empiris digunakan oleh masyarakat Papua. Minyak buah merah mampu menyembuhkan beberapa penyakit yang mematikan diantaranya AIDS, kanker dan tumor, stroke dan darah tinggi, asam urat, diabetes mellitus, osteoporosis (Budi 2006). Limbongan dan Uhi (2005) melaporkan bahwa buah merah berkhasiat mengobati mata rabun, gatal-gatal, luka tergores, pegal dan capek, menyuburkan rambut, mengobati kanker dan penyakit degenerative (jantung, kolesterol, diabetes, darah tinggi), serta untuk kesehatan ternak, khususnya babi.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
13
Tabel 7 Manfaat minyak buah merah No
1
Manfaat minyak buah merah Penghambat penuaan elastin kulit mencit
Informasi teknis -
2
3
Aktifitas antioksidan
Antioksidan alami
-
-
4
Diabetes mellitus
5
Meningkatkan eritrosit dan hemoglobin
-
-
-
6
Meningkatkan sel mononuklear
-
7
Kolesterol
-
ekstrak Pandanus conoideus dosis 50 μl IC50: 5.2553.47 µg/ml EDTA (IC50: 18.19 µg/ml Minyak buah merah EC50: 0.203% Alloxan ekstrak buah merah 30 ml Alloxan dan ekstrak buah merah dosis 45 ml Ekstrak buah merah 0.05 ml/hari Plasmodium berghei ANKA Minyak buah merah 0,05 cc/hari P. berghei ANKA 1 x 104 Minyak buah merah 3% HDL P0 74,00 ± 17,98 mg/dl, P1 78,50 ± 14,39 mg/dl, P2 85,25 ± 24,76 mg/dl, dan P3 71,00 ± 16,43 mg/d LDL P0 18,25 ± 4,99 mg/dl, P1 20,75 ± 5,56 ml/dl, P2 16,75
Referensi Dewi 2007 (Karya tulis ilmiah FK Undip) Rohman et al. 2010 (International Food Research Journal) Febriana et al. 2007 (Laporan penelitian Unpad)
Astuti dan Dewi 2007 (Mutiara medika)
Arifani dan Dharmana 2006 (Karya ilmiah FK Undip) Geraldine dan Dharmana 2006 (Karya ilmiah FK Undip)
Tagi et al. 2011 (Fakultas Peternakan Unhas)
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
14
± 4,99 ml/dl, dan P3 18,00 ± 2,58 ml/dl
8
Pigmen alami -
9
-
Carotenoid
10
Sel kanker payudara
-
11
Sel kanker serviks
-
12
Anti diabetes
heptadecene(8)-carbonic acid (79.66%) hexadecanoic acid (5.62%). Ekstrak buah merah 49.02 Control 42.41 42.41 μg of pure βcarotene. LC50 0.25 μL/mL Persentase apoptotic 0.125 μL/mL, 0.0625 μL/mL, 0.03125 μL/mL LC50 temu putih 58.9 μg/ml buahmerah 421 μg/ml mahkota dewa 835 μg/ml PE, EA dan etanol : 0.5 %, dan 0.25 %.
Satriyanto at al. 2012 (Jurnal Teknologi Pertanian)
Roreng et al . 2014
Astirin et al. 2008 (Biodiversitas)
Radji et al. 2010 (Jurnal farmasi Indonesia)
Priyono 2008 (J.Tek. Ling.)
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
15
II.
STATUS BUAH MERAH DI PROVINSI PAPUA
II.1. Penyebaran dan Wilayah Tumbuh Tanaman
buah
merah
(Pandanus
conoides
Lamk.)
merupakan tanaman asli Papua yang tumbuh dan berkembang pada dataran rendah, sekitar ± 10 m dpl sampai dataran tinggi sekitar 2.500 m dpl. Sadsoeitoeboen (1999) melaporkan bahwa penyebaran buah merah di pegunungan Arfak dijumpai pada ketinggian 2-2300 m dpl, tempat tumbuhnya dibeberapa habitat seperti di tepi sungai atau mata air, di hutan kering dantaran rendah dan di hutan basah dataran tinggi dengan wilayah tumbuh
yaitu suku Meyah, suku Sougb dan suku Dani, suku
Hattam dan suku Pigin. Nainggolan (2001) menambahkan bahwa buah merah panjang di dataran rendah Manokwari dijumpai tumbuh pada ketinggian 10 sampai 70 mdpl dengan topografi datar sampai landai. Ukurannya mencapai 102 cm, diameter 20 cm dan beratnya 4-7,5 kg (Noviyanti 2010). Buah ini berwarna merah maroon terang ketika matang (Mangan 2005). Buah merah di Papua belum dibudidayakan secara intensif, baik oleh masyarakat maupun pemerintah, sehingga jarang dijumpai tanaman buah merah pada hamparan yang luas. Buah merah ini tumbuh secara alami sesuai dengan habitatnya dan tumbuh berdampingan dengan pohon lain dan vegetasi bawah (Gambar 3). Hal ini yang menyebabkan sebaran buah merah bersifat spot-spot diantara tanaman lain sehingga sangat sulit untuk diidentifikasi pada citra satelit. Oleh karena itu, hasil pengamatan lapang sangat membantu dalam pemetaan sebaran buah merah.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
16
(a)
(b)
Gambar 3 Buah merah di distrik Kurulu yang tumbuh diantara tanaman lain (a) dan buah merah yang berwarna merah (b) Sebaran buah merah di provinsi Papua telah dipetakan oleh tim pemerintah provinsi Papua dan Fakultas Pertanian IPB, 2014 yang menghasilkan luas buah merah 157 ha yang menyebar di kabupaten Tolikara (88 ha), Jayapura (54 ha), Yahukimo (11 ha), Puncak Jaya (2 ha) dan Jaya wijaya (1 ha), Supiori (1 ha). Buah merah ini merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Papua, maka hasil pemetaan tersebut perlu dilakukan kajian lebih mendalam di 12 (dua belas) kabupaten yaitu kabupaten Deiyai, Dogiai, Jayapura, Jayawijaya, Memberamo Tengah, Nduga, Paniai, Pegunungan Bintang, Puncak Jaya, Tolikara, Yahukimo dan Yalimo
Teknik pemetaan buah merah diawali dengan interpretasi
buah merah dari citra satelit (fusi landsat multispektral dengan pankromatik dan citra yang sumber google earth) yang didukung dengan pengamatan lapang. Berdasarkan kerapatan dan tingkat penyebaran buah merah secara detail menunjukan bahwa kerapatan buah merah hasil identifikasi spesifik diwilayah kabupaten Jayawijaya (berdasarkan data citra tersedia detail dan terkini), bahwa komponen diamati berdasarkan ukuran pixel terkecil dengan resolusi spektral pada citra satelit pengindera jauh 0,5 meter. Jika dikembangkan berdasarkan dimensi spasial, maka pendekatan distribusi ruang dapat dilakukan atas dasar ukuran pixel pada citra.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
17
Keterwakilan pada citra dengan kemampuan pandang terhadap objek untuk 1 pixel sekitar 0,25 m2, Pada kajian ini pendekatan dilakukan pada ukuran 5 m2 pada dimensi 4x5 pixel. Pada lokasi satu sampel box plot pengamatan pada titik GPS WPT01, menunjukan karakterisitik sebaran yang relatif tidak homogen dan berkecenderungan menyebar acak, pola demikian dikenali dengan identifikasi komponen spektral terdekat. Pola-pola yang mendekatinya diverifikasi dengan posisi relatif titik GPS, sehingga objek teridentifikasi menjadi jelas. Titik sebaran pengamatan menunjukan dominan dijumpai pada lahan pekarangan, sebagai tanaman pinggir, batas, atau tumbuh secara liar “tidak terpelihara” dan mengelompok. Ukuran tingkat kerapatan tanaman dalam hamparan 100 m2, maka dijumpai 20 pohon buah merah, dengan kerapatan tanam dan penyebarannya pada areal 25 m 2 sekitar 10 rumpun pohon. Konstruksi kerapatan tanaman pada dimensi ruang 20 pixel dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Konstruksi box-plot (WPT-01) kerapatan tanaman buah merah berdasarkan sampel lapangan dan spektral Hires Citra Pleiades Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
18
Sebaran buah merah pada setiap kabupaten masih terbatas pada beberapa kecamatan saja, seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas buah merah menurut kecamatan pada setiap kabupaten
KABUPATEN DEIYA Kec. Tigi Kec. Tigi Timur DOGIYAI Kec. Mapia Kec. Mapia Tengah JAYAPURA Kec. Sentani Kec. Sentani Barat JAYAWIJAYA Kec. Hubikosi Kec. Kurulu Kec. Wamena MAMBERAMO TENGAH Kec. Eragayam Kec. Ilugwa Kec. Kelila Kec. Kobakma NDUGA Kec. Kenyam Kec. Mapenduma
LUAS (ha) (%) KABUPATEN 5.5 PANIAI 0.8 14.49 Kec. Aradide 4.7 85.51
Kec. Kebo Kec. Paniai 15.8 Barat Kec. Paniai 7.5 47.65 Timur PEGUNUNGAN 8.3 52.35 BINTANG 53.5 Kec. Alemsom 50.3 94.06 Kec. Oksibil
LUAS (ha) 12.1 2.4
19.56
1.4
11.49
1.0
8.11
7.4
60.84
10.5 8.4 1.2
79.73 11.48
(%)
3.2 5.94 Kec. Pepera 229.9 PUNCAK JAYA 155.2 67.51 Kec. Fawi 32.1 13.95 TOLIKARA 42.6 18.54 Kec. Karubaga
0.9 8.79 2.9 2.9 100.00 67.6 39.7 58.71
128.9
27.9
Kec. Nelawi
2.8 2.16 YAHUKIMO 56.2 43.60 Kec. Dekai 57.5 44.64 YALIMO 12.4 9.60 Kec. Abenaho 6.4 4.6 71.04
41.29
46.0 46.0 100.00 11.0 11.0 100.00
28.96
Kabupaten yang memiliki lahan buah merah yang luasannya lebih kecil dari 10 ha adalah kabupaten Puncak Jaya, Deiya dan Nduga. Secara spasial, buah merah di kabupaten-kabupaten tersebut menyebar secara spot-spot diantara dengan tanaman lain. Buah merah di kabupaten Puncak Jaya hanya 2.9 ha yang berada di kecamatan Fawi (100%) dan
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
19
menempati hutan produksi terbatas (Gambar 5). Buah merah di kabupaten Deiya hanya 5,5 ha yang menyebar di kecamatan Tigi (14,49%) dan Tigi Timur (85,51%). Buah merah yang terdapat di kecamatan Tigi berada di kawasan hutan lindung, sedangkan buah merah di Kecamatan Tigi Timur berada di kawasan hutan lindung dan hutan produksi konversi (Gambar 6). Buah merah di Kabupaten Nduga hanya 6.4 ha yang menyebar di kecamatan Kenyam (71.04%) dan Mapenduma (28.96%). Buah merah ini berada di area penggunaan lain, hutan produksi dan kawasan suaka alam/pelestarian alam (Gambar 7).
Gambar 5 Sebaran lahan buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Deiya
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
20
Gambar 6 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Nduga
Gambar 7 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Puncak Jaya
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
21
Kabupaten yang memiliki lahan buah merah dengan luas antara (10-70) ha adalah kabupaten Pegunungan Bintang, Yalimo, Paniai, Dogiyai, Yahukimo, Jayapura dan Tolikara. Secara spasial, buah merah di kabupaten-kabupaten tersebut menyebar lebih terfragmentsi dan spotspot diantara tanaman lain. Buah merah di kabupaten Pegunungan Bintang hanya 10.5 ha yang dominan berada di kecamatan Alemsom (79.73%) dan sebagian kecil berada di Oksibil (11.48%) dan Pepera (8.79%). Buah merah di kabupaten ini berada di area penggunaan lain (Gambar 8). Buah merah di kabupaten Yalimo hanya 11.0 ha dan dijumpai hanya di satu kecamatan yaitu Abenaho (100%) dan berada di area penggunaan lain dan kawasan hutan lindung (Gambar 9). Buah merah di kabupaten Paniai seluas 12.1 ha yang menyebar dominan di kecamatan Paniai Timur (60.84%) dan sebagian lagi berada di kecamatan Aradide (19.56%), Kebo (11.49%) dan Paniai Barat (8.11%). Buah merah di kabupaten ini berada di area penggunaan lain dan hutan produksi konversi (Gambar 10). Buah merah di kabupaten Dogiyai lebih luas yaitu 15.8 ha yang menyebar di kecamatan Mapia (47.65%) dan Mapia Timur (52.35%). Semua buah merah di kabupaten Dogiyai ini berada di kawasan hutan lindung (Gambar 11). Buah merah di kabupaten Yahukimo lebih luas yaitu 46.0 ha yang hanya dijumpai di kecamatan Dekai (100%) dan dominan beraa di hutan lindung dan sebagian kecil berada di area penggunaan lain (Gambar 12). Buah merah di kabupaten Jayapura cukup luas yaitu 53.5 ha yang dominan berada di kecamatan Sentani (94,06%) dan sebagian kecil berada di Sentani Barat (5.94%). Buah merah yang terdapat di kecamatan Sentani berada di area penggunaan lain, sedangkan buah merah di Sentani Barat berada di kawasan suaka alam/pelestarian alam (Gambar 13). Buah merah di kabupaten Tolikara menyebar di kecamatan Karubaga (58.71%) dan Nelawi (41.29%). Buah merah yang berada di kecamatan Karubaga menyebar di area penggunaan lain dan hutan produksi konversi sedangkan buah merah di kecamatan Nelawi hanya berada di area penggunaan lain (Gambar 14).
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
22
Gambar 8 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Pegunungan Bintang
Gambar 9 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Yalimo
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
23
Gambar 10 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Paniai
Gambar 11 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Dogiyai
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
14
Gambar 12 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Yahukimo
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
15
Gambar 14 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Tolikora Kabupaten yang memiliki lahan buah merah paling luas (>120 ha) adalah kabupaten Jayawijaya dan Memberamo Tengah. Sebaran buah merah di kabupaten ini seperti kabupaten yang lain, dimana sebarannya bersifat spot-spot diantara
tanaman lain. Buah merah di kabupaten
Jayawijaya menyebar di kecamatan Hubikosi (67.51%), Wamena (18.54%) dan Kurulu (13.95%). Buah merah ini berada pada area penggunaan lain dan beberapa rumpun buah merah berada disekitar permukiman (Gambar 15). Buah merah di kabupaten Memberamo Tengah relatif
luas yaitu 128.9 ha yang menyebar di Kelila (44.64%), Iluqwa
(43.60%), Kobakma (9.60%) dan Eragayam (2.16%). Buah merah di kabupaten ini berada di area penggunaan lain dan hutan produksi konversi (Gambar 16).
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
16
Gambar 15 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Jayawijaya
Gambar 16 Sebaran buah merah pada setiap kecamatan di kabupaten Membramo Tengah
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
17
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa buah merah yang ada saat ini terindentifikasi berada pada semua kawasan hutan yaitu hutan lindung, kawasan suaka alam/pelestarian alam, hutan produksi konversi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi. Namun demikian, buah merah juga terindikasi berada di area penggunaan lain (APL) yaitu di pekarangan sekitar permukiman. Pola tanam buah merah di kawasan hutan, polikultur dengan berbagai tanaman hutan, sedangkan di kebun monokultur dan polikultur dengan ubi-ubian (Hadad et al. 2005). Selain itu, tanaman buah merah dapat menjadi salah satu alternatif tanaman yang dikembangkan untuk konservasi lahan hutan (Makaruku 2008), namun perlu diantisipasi aktivitas masyarakat (panen) yang berpotensi akan mengganggu tanaman hutan. Analisis potensi wilayah pengembangan buah merah di provinsi Papua didasarkan pada peta kesesuaian lahan yang telah dilakukan oleh Tim kerjasama antara provinsi Papua dengan Fakultas Pertanian, IPB tahun 2014. Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di 12 kabupaten menunjukkan bahwa lahan yang dapat dikembangkan (S2 dan S3) untuk komoditas buah merah hanya seluas 131,704.7 ha (0,38%) sedangkan sisanya seluas 34,631,345.6 ha (99,62%) tidak dapat dikembangkan (N dan X) untuk buah merah karena kondisi biofisik lahan sebagai faktor pembatas pengembangan buah merah. Lahan sesuai untuk pengembangan buah merah (S) tersebut terdiri dari (Tabel 9): a.
Lahan cukup sesuai (S2)seluas 117,078.5 ha (0,34%). Lahan ini merupakan dataran banjir sungai bermeander, dataran banjir sungai braiding dengan bentuk wilayah datar sampai agak datar (lereng <3, drainase sangat terhambat. Faktor pembatas berupa media perakaran. Penyebaran lahan yang cukup luas di Kabupaten Yahukimo (69,180.1 ha).
b.
Lahan sesuai marjinal (S3) seluas 14,626.2 ha (0,04%). Lahan ini merupakan dataran aluvial, jalur aliran, rawa belakang, (lereng <3%), drainase terhambat, Faktor pembatas berupa ketersiaan
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
18
oksigen. Penyebaran lahan yang cukup luas di Kabupaten Tolikara (8,112.3 ha). Dua
kabupaten
tidak
memiliki
lahan
yang
sesuai
untuk
dikembangkan komoditas buah merah yaitu Paniai dan Puncak Jaya, sedangkan kabupaten yang memiliki lahan terluas (22.278,2 ha) untuk dikembangkan buah merah adalah Pegunungan Bintang. Kabupaten lainnya memiliki lahan untuk dikembangkan buah merah berkisar antara 304.1 ha – 11,942.3 ha (Tabel 9). Sebaran luas kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di setiap kecamatan disajikan pada Lampiran 3. Peta potensi pengembangan pomoditas buah merah (Gambar 17 sd 28) menunjukkan bahwa buah merah yang terdapat pada 12 kabupaten ini, semuanya (100%) berada pada lahan yang tidak sesuai untuk dikembangkan buah merah. Dengan demikian, lahan yang sesuai untuk komoditas buah merah belum dimanfaatkan oleh masyarakat atau pemerintah untuk pengembangan komoditas buah merah.
Tabel 9 Luas kesesuaian lahan untuk buah merah di setiap kabupaten KABUPATEN
S2
S3
N
X
Luas (ha)
DEIYA
3,901.6
687,329.3
9580.4
700,811.3
DOGIYAI
4,832.6
1,719,526.6
6587.6
1,730,946.8
2,648,894.6
39972.9
2,691,032.6
1,565,661.5
37137.1
1,603,191.3
510,067.0
3244.0
513,615.1
1,993,969.0
16310.2
2,022,221.5
1,680,255.6
54389.0
1,734,644.5
5,863,494.2
3644.8
5,889,417.2
644,731.8
8,765.3
653,497.1
2,127,602.2
2,486.3
2,138,200.7
69,180.1
14,209,988.8
5,861.7
14,285,030.6
YALIMO
8,595.6
784,287.5
7,558.3
800,441.4
JUMLAH
117,078.5
34,435,808.0
195,537.6
34,763,050.3
JAYAPURA JAYAWIJAYA MAMBERAMO TENGAH NDUGA PANIAI PEGUNUNGAN BINTANG
2,165.1 392.7 304.1 11,942.3
18,233.5
4,044.8
PUNCAK JAYA TOLIKARA YAHUKIMO
8,112.3
14,626.2
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
19
Gambar 17 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Deiya
Gambar 18 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Dogiyai
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
20
Gambar 19 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Jayapura
Gambar 20 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Jayawijaya
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
21
Gambar 21 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Mamberamo Tengah
Gambar 22 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Nduga
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
22
Gambar 23 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Paniai
Gambar 24 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Pegunungan Bintang
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
23
Gambar 25 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Puncak Jaya
Gambar 26 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di kabupaten Tolikara
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
24
Gambar 27 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di Kabupaten Yahukimo
Gambar 28 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah di Kabupaten Yulimo
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
25
II.2. Pemanfaatan dan Nilai Sosial Ekonomi Pemanfaatan buah merah di masyarakat Papua umumnya digunakan sebagai campuran pada makanan. Selain sebagai campuran makanan, obat-obatan dan pakan, masyarakat Papua menggunakan tanaman buah merah sebagai umpan untuk menangkap burung cenderawasih, kuskus pohon, dan tikus tanah karena buah dan bunganya beraroma harum dan rasanya manis. Akar tanaman dimanfaatkan untuk membuat tali, pengikat, dan tikar, dan batangnya untuk papan rumah. (Limbongan dan Malik 2009). Masyarakat
Papua
khususnya
wilayah
pegunungan
Arfak
memanfaatkan buah merah sebagai bahan pangan seperti minyak, saus, campuran langsung dengan umbi-umbian dan campuran sagu. Sementara daunnya dapat digunagan sebagai atap, tikar dan tudung hujan dan umpan berburu binatang (Sadsoeitoeboen 1999). Nilai sosial ekonomi buah merah bagi masyarakat Papua muncul setelah diketahuinya buah merah mengandung nutrisi dan senyawa bioaktif yang tinggi yang berpotensi mengatasi berbagai macam penyakit. Sebelum diketahui khasiatnya, buah merah hanya dikonsumsi terbatas dan digunakan sebagai pakan (Penebar Swadaya 2005). Berikut beberapa produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi, seperti yang ditunjukkan pada pohon industri (Gambar 29).
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
26
Lotion Minyak buah merah Pelembab Betakaroten Pewarna alami
Kapsul kecantikan Shampoo
Buah
Saus Kue
Buah Merah
Dodol Obat Ampas
Pakan ternak
Gambar 29 Pohon industri buah merah Harga jual per satuan buah merah asal Tolikara adalah Rp 50.000,sedangkan buah merah asal Sentani adalah Rp 35.000,- (Wamaer dan Malik, 2009). Limbongan dan malik (2009), mengatakan bahwa satu buah merah dapat menghasilkan minyak buah merah sebanyak 0.5625 liter. Sejak tahun 2003, minyak buah merah dalam kemasan telah dipasarkan ke beberapa daerah di Indonesia dan mancanegara. Harga minyak buah merah dalam kemasan botol 250 ml mencapai Rp 125.000,-.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
27
Gambar 30 Minyak buah merah Dari hal tersebut, sehingga berdiri industri-industri yang masih sederhana dan umumnya dikelola dalam keluarga. Salah satu sentra yang berada di Papua adalah kecamatan Sentani-Jayapura dan kecamatan Wamena-Jayawijaya. Pola usaha yang dilakukan perusahaan minyak buah merah adalah pola usaha sendiri atau keluarga dengan modal sendiri. Untuk memproses minyak buah merah membutuhkan bahan baku, alat dan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan di kedua tempat tersebut oleh Yuhono dan Pribadi (2007), bertujuan untuk mengetahui titik impas dan pendapatan dari industri minyak buah merah. Berikut perhitungan untuk mendapatkan harga jual minyak buah merah yang wajar. Dalam satu kali proses untuk menghasilkan minyak buah merah sebanyak 100 liter membutuhkan biaya variabel Rp 10.655.000; biaya tetap Rp 126.000; total biaya Rp 10.781.000; produksi yang diperoleh sebanyak 100 liter Rp 30.000.000; keuntungan Rp 19.219.000; sehingga biaya per liter Rp 107.810; harga wajar dengan mengambil untung 30% Rp 140.153. Adapun cara pengolahan minyak buah merah seperti pada Gambar 31.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
28
Buah merah matang Empulur Daging buah dipotong-potong dan dicuci bersh
Dikukus 1-1.5 jam dan didinginkan
Ditambah air, diremas dan diperas serta disaring Ampas
Pasta buah merah
Dimasak 4-5 jam Didiamkan 1 hari, Didiamkan 2 jam Ampas
Minyak buah merah
Gambar 31 Diagram alir pembuatan minyak buah merah (Limbongan dan Uhi 2005) Sementara pengolahan buah merah dan analisis titik impas pendapatan minyak buah merah (Yuhono dan Pribadi 2007) terdapat pada Lampiran 1 dan 2. Berikut proses pengolahan buah merah yang terdapat di masyarakat Papua (Gambar 32).
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
29
Daging buah merah
Peremasan
Pasta
Ampas
Perebusan
Minyak buah merah
Gambar 32 Proses pengolahan buah merah di masyarakat Papua Ampas hasil pemerasan minyaknya pun dapat digunakan sebagai pakan ternak terutama untuk jenis unggas. Keberadaan ampas hasil pemerasan buah merah cukup melimpah. Dalam sekali pengolahan dapat diperoleh ampas sekitar 60% dari jumlah berat buah yang diolah. Dalam pembuatannya menjadi pakan ternak unggas, biasanya ampas buah merah dicampur dengan jagung,
dedak, pakan pabrik,
tepung ikan, sagu, kangkung, ubi kayu. Berdasarkan hasil penelitian Usman (2009) pada ayam buras periode grower, dapat diketahui bahwa pemberian ampas buah merah sebanyak 3% dicampur jagung 46%, dedak 15%, pakan pabrik 25%, dan tepung (ikan, sagu, kangkung, ubikayu) 11%, dapat meningkatkan bobot badan ayam buras dari 111.80 g menjadi 137.90 g ekor/minggu. Demikian juga mortalitas anak ayam menurun dari 12.50 menjadi 0%.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
30
III.
BUAH MERAH DI INDONESIA DAN DI DUNIA
III.1. Penyebaran dan Wilayah Tumbuh Penyebaran jenis pandanus cukup luas di dunia, ditemukan mulai dari timur sampai barat Afrika, Madagaskar, pulau-pulau sekitar samudera hindia, India dan sebagian besar ada wilayah Asia tenggara. Sementara untuk buah merah sendiri penyebarannya sekitar New Guinea-Maluku atau sekitar Papua, Papua Nugini dan Maluku (Verheij dan Coronel 1992). Tanaman buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) tumbuh di daerah beriklim sub tropis, di Indonesia tersebar terutama di daerah Maluku dan Papua (Makaruku 2008). Buah merah ditemukan tumbuh di bagian utara Maluku yang menyebar dari daerah pantai hingga dataran tinggi ( Heyne 1987).
III.2. Pemanfaatan dan Nilai Sosial Ekonomi Pemanfaatan buah merah di Indonesia tidak hanya pada buahnya melainkan seluruh bagian tanamannya. Beragamnya senyawa kimia yang terdapat dalam minyak buah merah terbukti berkhasiat dalam membantu berbagai penyakit seperti kanker dan tumor, AIDS, darah tinggi, asam urat, stroke, gangguan pada mata, diabetes mellitus, osteoporosis, aprodisiak dan membantu meningkatkan kecerdasan (Budi 2006). Tanaman buah merah dapat juga menjadi salah satu alternatif tanaman yang dikembangkan untuk konservasi lahan hutan, karena sifatnya memiliki daya serap air yangtinggi dan dapat menyimpan air dalam waktu yang lama. Sejak khasiatnya dapat mengobati berbagai macam penyakit diketahui masyarakat luas, komoditas ini telah mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Hal ini karena banyaknya industri pengolahan buah merah yang berkembang dan berbagai toko di Indonesia menjajakan minyak buah merah. Kondisi ini merupakan sebuah peluang yang bisa ditangani untuk mendongkrak ekonomi masyarakat, khususnya di Papua dan Maluku. Buah merah merupakan tanaman endemik Papua sehingga akan memperkaya keanekaragaman hayati
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
31
Indonesia. Oleh sebab itu budidaya tanaman buah merah sangat dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup plasma nutfah (Makaruku 2008).
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
32
IV.
BLUE PRINT PENGEMBANGAN BUAH MERAH DI PROVINSI PAPUA
IV.1. Strategi Pengembangan Buah
merah
memiliki
potensi
yang
sangat
baik
untuk
dikembangkan. Umur panen tanaman yang berasal dari stek
tunas
berkisar antara 3-5 tahun. Dalam satu tahun dapat dilakukan dua kali panen, yaitu pada bulan Juni-Agustus (panen pertama) dan NovemberJanuari (panen kedua). Dalam sekali panen dapat diperoleh buah merah dalam jumlah yang tinggi. Peluang pengembangan buah merah di Papua cukup terbuka hal ini didukung oleh hal-hal berikut: a) tanaman beradaptasi cukup luas mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dapat tumbuh pada tanah miskin hara tetapi cukup air dengan curah hujan lebih dari 1.000 mm/tahun, b) budi daya cukup mudah, tanaman kurang disukai hama, buah tidak cepat busuk, dan pengolahan buah menjadi minyak dapat dilakukan di tingkat petani dan c) pemasaran minyak buah merah cukup mudah karena permintaan bukan hanya dari konsumen lokal, tetapi juga dari daerah lain dan mancanegara (Limbongan dan Malik 2009). Oleh karena itu, prospek penggunaan minyak buah merah sebagai bahan baku industri obat-obatan, makanan, dan kosmetik cukup baik. Strategi pengembangan buah merah di Papua dapat mengambil bentuk pada pola-pola penumbuhan dan penguatan kelembagaan berbasis pada komunitas lokal/petani.
Berbagai pola pengembangan
buah merah di Papua dapat dilakukan, seperti melalui pola kemitraan yang mengintegrasikannya dengan industri pengolahan minyak buah merah yang berada di Papua atau dengan kelembagaan sosial dan ekonomi lainnya. Peluang permintaan pasar bahan obat-obatan yang terus terbuka, diiringi dengan semakin banyaknya perusahaan yang masuk ke bidang pengolahan obat-obatan dan kosmetik berbahan baku bahan alam, memberikan keadaan yang kondusif bagi petani untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya. Kecendrungan pembesaran peluang permintaan pasar terhadap bahan-bahan alam dalam hal ini buah Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
33
merah dapat dipandang sebagai salah satu jalan alternatif bagi peningkatan pendapatan rumah tangga petani di tingkat lokal. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengembangan untuk buah merah di provinsi Papua.Strategi tersebut meliputi: a. Pengembangan kawasan untuk tanaman buah merah b. Perbaikan
mutu
produk
buah
merah
melalui
penanganan
pascapanen c. Peningkatan kapabilitas sumberdaya manusia d. Akselerasi akses pembiayaan dan kemitraan e. Penguatan kelembagaan Strategi pengembangan buah merah di provinsi Papua pun masih terdapat beberapa kendala antara lain: a. Data yang akurat tentang pemetaan, luasan dan data produksi tanaman buah merah di Papua masih kurang, sehingga masih sulit untuk mengetahui daerah penyebaran tanaman buah merah. Strategi yang harus dilakukan adalah pemetaan wilayah yang berpotensi ada tanaman buah merah, pendataan luasan yang berpotensi
ada
tanaman
buah
merah
di
lapangan
dan
memperbaharui data produksi tanaman buah merah setiap tahun sehingga diperoleh data yang akurat. b. Produk buah merah yang masih rendah. Hal ini diduga karena petani belum mengetahui cara budidaya yang baik dan hanya mengandalkan buah merah yang tumbuh liar di hutan sehingga kurang melakukan pemeliharaan tanaman. Strategi yang perlu dilakukan adalah
membuat SOP tentang budidaya buah merah
yang baik, membina petani bagaimana dalam hal budidaya, pemeliharaan, panen dan pascapanen buah merah. c. Alih fungsi lahan hutan untuk berbagai tujuan pembangunan berdampak pada penurunan populasi buah merah. Strategi yang perlu
dilakukan
adalah
peran
serta
pemerintah
dalam
mengendalikan alih fungsi lahan dengan mengeluarkan peraturan
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
34
berupa Perda. Selain itu hal yang perlu dilakukan adalah membina masyarakat di sekitar hutan untuk tidak merambah hutan. d. Cara pengolahan minyak buah merah yang masih tradisional, sehingga menghasilkan rendemen minyak yang relatif sedikit. Strategi yang perlu dilakukan diantaranya adalah adanya perhatian dari pemerintah provinsi atau kabupaten untuk memberikan pembinaan
panen
dan
pemerintah
peran
serta
mendesiminasikan
pascapanen
kepada
universitas dalam
teknologi
yang
petani.
Selain
membina
dihasilkannya
dan
kepada
masyarakat.
IV.2. Dukungan Riset dan Teknologi Dukungan riset dan teknologi yang diperlukan bagi pengembangan buah merah adalah:
Tabel 8 State of the art No A
Ruang lingkup riset Etnobotani dan lingkungan tumbuh
A1
Aspek ekologis buah merah
A2
Aspek Botani dan etnobotani
B
Keragaman genetik dan budidaya
B1
Eksplorasi dan konservasi
Informasi hasil riset
Referensi
- Buah merah mampu tumbuh di dataran rendah , topografi Nainggolan 2007 datar-landai, tanah masam-agak masam - 12 jenis pandanus - 3 jenis freycinetia - Buah merah: bahan Sadsoeitoeboen pangan,pembuat 1999 atap, tikar, lantai rumah,bahan untuk perburuan
- Hasil eksplorasi di Papua dan Papua Hadad dan Barat: 43 aksesi Oktivia 2005 dan 575 batang bibit
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
35
B2
Agronomi dan Manfaat
B3
Konservasi dan kultur jaringan
B4
Morfologi dan variasi buah merah
B5
Morfologi buah merah
B6
Budidaya buah merah
B7
Eksplorasi buah merah
C C1 C2 C3
Pascapanen dan uji manfaat Senyawa bioaktif buah merah Senyawa bioaktif buah merah Karakteristik buah merah
- Sebagai bahan obat - Sebagai tanaman obat Makaruku 2008 - Plasma nutfah buah merah - Budidaya buah merah - Perbanyakan buah merah Priyono 2008 - Media perbanyakan - Fraksinasi - 5 variasi buah merah: umur genjah, tidak mengenal musim, nilai ekonomis tinggi, rasa manis Gwijangge 2007 - Karakter pembeda: bentuk buah, warna buah, tipe pertumbuhan, cita rasa - Perkembangan kultivar buah merah dari mulai umur muda sampai tua - Perbedaan jenis stek - Perbedaan media tanam - Perbanyakan setek dari tunas/anakan - Karakter fisik dan senyawa kimia dipengaruhi oleh kondisi ekogeografik tanaman
- Sumber Antioksidan alami - Carotenoid dari buah merah - Senyawa minyak atsiri buah merah
Keroman 2013
Oktivia dan Atekan 2007
Murtiningrum et al. 2012
Rohman et al. 2010 Roreng et al. 2014 Rohman et al. 2012
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
36
C4
Manfaat buah merah
C5
Formulasi
C6
Senyawa bioaktif buah merah
C7
Senyawa bioaktif buah merah
C8
Pemanfaatan buah merah
C9
Pemanfaatan buah merah
C10
Pemanfaatan buah merah
C11
Pemanfaatan buah merah
C12
Pemanfaatan buah merah
Pemanfaatan buah merah
C13 C14
Pemanfaatan buah merah Pemanfaatan buah merah
- Menurunkan elastogenesis kulit - Antioksidan alami - Asam palmitat, asam oleat dan asam miristat - Ekstrak PE: steroid, triterpenoid, asam lemak, karotenoid, Ekstrak etanol: antrakuinon, tanin, fenol - Komponen utama biji: asam oleat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat - Asam lemak buah merah: 76.40% - Bahan pengganti tepung dalam olahan makanan - Ekstrak buah merah memiliki efek hipoglikemik - Buah merah tidak nyata meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin - Buah merah meningkatkan presentase sel mononuklear - Buah merah mampu memperbaiki kolesterol, HDL dan LDL, - Pigmen alami: heptadecene-(8)carbonic acid (79.66%) dan hexadecanoic acid (5.62%) - Berpotensi sebagai anti kanker - Berpotensi sebagai antikanker herviks
Dewi 2007 Febriana et al. 2007 Muntasiroh 2010
Septyaningsih 2010
Murtiningrum dan Silamba 2010 Astuti dan Dewi 2007 Arifani dan Dharmana 2006
Geraldine dan Dharmana 2006
Tagi et al. 2011
Satriyanto et al. 2012
Astirin et al. 2008 Radji et al. 2010
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
37
D
Sosial dan ekonomi
D1
Analisis harga dan sistem pemasaran buah merah
D2
Pengembangan buah merah
D3
Pengembangan buah merah
- Biaya produksi pembuatan minyak buah merah - Pemasaran kurang efisien - Budidaya mudah - Harga cukup mahal - Pengolahan sederhana - Lahan luas - Faktor kekuatan: potensi kebun, varietas, merek produk, biaya dan harga - Faktor kelemahan: promosi produk, teknologi pengolahan, kualitas SDM, modal dan informasi pasar
Yuhono dan Pribadi 2007
Limbongan dan Malik 2009
Kogoya 2009
IV.3. Dukungan Kebijakan Dukungan kebijakan pemerintah Papua untuk mewujudkan Papua Bangkit Mandiri dan Sejahtera dalam pengelolaan sumberdaya alam secara lestari tertuang dalam Pembangunan Jangka Menengah Daerah provinsi Papua (RPJMD), bahwa sumberdaya alam Tanah Papua yang berlimpah
harus
berkesinambungan
dapat dengan
dimanfaatkan
secara
memperhitungkan
optimal
dan
kebutuhan
dan
kesejahteraan generasi yang akan datang. Dalam RPJMD tersebut pengelolaan sumberdaya alam Papua terdapat pada arah kebijakan tahun 2015-2017. Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian RPJMD Papua 5 tahun akan datang, adapun salah satu misi dari Gubernur dan Wakil Gubernur Papua untuk mewujudkan Papua Bangkit Mandiri dan Sejahtera adalah pengembangan dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat yang berbasis potensi lokal. Pengembangan dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
38
yang berbasis potensi lokal yaitu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang berbasis keunggulan sumberdaya alam daerah dengan dapat mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dalam mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan daerah sehingga dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan yang dapat menggerakkan wilayah tertinggal. Agar pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan produk unggulan daerah dapat optimal sebagai upaya mendukung peningkatan daya saing kawasan sehingga dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan yang dapat menggerakkan wilayah tertinggal sebagaimana penjabaran visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2014-2018 terdapat 8 (delapan) poin fokus prioritas yaitu : 1.
Optimalisasi lahan produksi pertanian
2.
Meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan daerah
3.
Mewujudkan kecukupan pangan dan gizi
4.
Meningkatkan produksi pertanian yang berbasis sumberdaya lokal
5.
Mendorong
ketersediaan
cadangan
pangan
di
tingkat
pemerintah dan daerah 6.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan petani
7.
Penyediaan tenaga penyuluh/pendamping ditingkat masyarakat
8.
Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian
Berdasarkan salah satu poin fokus prioritas provinsi Papua yaitu meningkatkan produksi pertanian yang berbasis sumberdaya lokal maka Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, berupaya mewujudkan visi dan misi provinsi Papua tersebut melalui sasaran strategis pembangunan tanaman pangan dan hortikultura tahun 2014-2018. Salah satu sasaran strategisnya adalah membangun agroindustri terpadu berbasis komoditas tanaman pangan dan hortikultura Papua, dalam hal ini salah satunya adalah agroindustri buah merah.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
39
IV.4. Roadmap Pengembangan diantaranya
Penguatan on farm dan model
Pembinaan kelompok tani dan koperasi: on farm dan off farm
Scaling up pengelolaan
Penguatan basis data dan SOP Implementasi : GAP dan GMP
Pengembanga n SOP: , perbanyakan dan budidaya; pascapanen dan pengolahan
Pengembanga n kebun produksi dan pilot projek pengolahan buah merah
Scaling Pengemban gan kebun produksi, pengolahan dan pemasaran
Penyusunan blue print
2014
2015
2016
2017
2018
Gambar 33 Roadmap pengembangan buah merah di provinsi Papua
IV.5. Pengembangan Industri Berbasis Buah Merah Secara tradisional budidaya buah merah di Papua dilakukan sebagai kegiatan sampingan dan kurang memperhatikan aspek bisnis. Usaha budidaya buah merah selalu diidentikan dengan memelihara buah merah yang sudah ada atau liar dan petani hanya sekedar menjual begitu saja ke pasar. Namun kenyataanya, justru dengan cara inilah mereka tidak pernah dirugikan, walaupun kondisi ekonomi dan kesejahteraanya tidak terlalu menggembirakan. Buah merah yang banyak dipelihara secara tradisional ini sebagian merupakan buah merah yang tadinya liar. Buah merah yang dipelihara masyarakat Papua ini tidak pernah mengalami perkembangan yang signifikan. Sebagai sumberdaya genetik Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
40
lokal, beberapa aksesi buah merah sudah di budidayakan oleh masyarakat Papua karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan aksesi lain, bahkan sudah ada yang menjadi varietas contohnya Mbarugum. Dengan demikian, perkembangan industri minyak buah merah ke depan akan semakin maju. Sejak dasawarsa terakhir, pemanfaatan buah merah secara komersial sudah mulai tampak, sebagai upaya merespon permintaan pasar yang menyukai atau menggunakan obat tradisional. Komersialisasi buah merah ini perlu diatur dengan baik agar tidak berdampak pada persaingan bisnis yang tidak seimbang antara petani, industri kecil dan industri besar. Dalam hal ini, peningkatan produksi dan kualitas buah merah harus diupayakan juga dapat dinikmati petani buah merah melalui usaha kemitraan. Buah merah sebagai tanaman endemik Papua merupakan salah satu bangsa pandanus yang cocok dikembangkan di Papua. Buah merah ini mempunyai keistimewaan seperti daya adaptasi yang luas, budidaya yang mudah dan pemasaran minyak mudah karena permintaan akan minyak buah merah tidak hanya dari dalam negeri tetapi sudah sampai ke luar negeri. Pemda provinsi Papua telah medeklarasikan gerakan wajib tanam buah merah di provinsi Papua. Untuk mendukung pemda Papua tersebut, diperlukan suatu teknologi inovasi berupa strategi budidaya dan pascapanen buah merah agar diperoleh hasil yang optimal. Strategi budidaya dan pascapanen buah merah tersebut hanya dapat dilakukan apabila didukung kebijakan dan program pemerintah. Dalam hal ini keterpaduan antara kegiatan penelitian dan penyuluhan, keterkaitan antara kegiatan penelitian dan komersialisasi teknologi serta kerjasama antara petani, peneliti, industri dan pengambil kebijakan harus benar-benar padu, dengan sasaran petani lebih sejahtera.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
41
V.
DAFTAR PUSTAKA
Arifani N, Dharmana. 2006. Pengaruh Pemberian Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Pada Mencit Swiss Yang Diinfeksi Plasmodium berghei ANKA. Fakultas Kedokteran. UNDIP. Astirin OP, Harini M, Handajani NS. 2009. The Effect of Crude Extract of Pandanus conoideus Lamb. var. Yellow Fruit on Apoptotic Expression of the Breast Cancer Cell Line (T47D). Biodiversitas. 10(1): 44-48. Astuti Y, Dewi LR. 2007. Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) terhadap Kadar Glukosa Darah. Mutiara Medika. 7 (1): 01 – 06. BPPD Provinsi Papua. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. 422 hal. BPSB TPH. 2004. Pelepasan Varietas Buah Merah Mbarugum. Papua. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 32 hal. Budi IM. 2001. Kajian Kandungan Zat Gizi dan Sifat Fisiko Kimia Berbagai Jenis Minyak Muah Merah (Pandanus conoideusLamk) Hasil Ekstraksi Secara Tradisional di Kabupaten Jayawijaya Irian Jaya.[Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Budi IM dan Paimin FR. 2005. Buah Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Budi IM. 2006. Apakah Buah Merah. http//: www. buahmerahonline.com [diunduh 22 Desember 2014]. Dermawan R, Nyuwan SB, Wijayanti. 2005. Pakar Bicara Buah Merah. Majalah Trubus. Vol. 425. Dewi R. 2007. Efek penghambatan penuaan elastin kulit mencit Balb/c oleh Pandanus conoideus. Fakultas Kedokteran. UNDIP. Febriana E, Gojali D, Rusdiana R. 2007. Formulasi sediaan buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) sebagai produk antioksidan alami. Laporan Penelitian. UNPAD. Geraldine H, Dharmana. 2006. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus) Sebelum dan Selama Infeksi Plasmodium
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
42
berghei ANKA terhadap Sel Leukosit Mononuklear Mencit Swiss. . Fakultas Kedokteran. UNDIP. Gwijangge O. 2007. Karakter morfologi pembeda variasi buah merah (Pandanus conoideus Lamk) dan penamaan menurut masyarakat Nduga distrik Mapenduma kabupaten Jayawijaya. [Skripsi}. Fakultas Kehutanan. Universitas Negeri Papua. Hadad M, Oktivia T. 2005. Eksplorasi dan konservasi tanaman buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). dalam upaya pengelolaan sumberdaya genetik yang berkelanjutan. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Hal 8192. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Heywood, VH. 1993. Pandanaceae. Page 305-306 in Flowering Plant of the World. BT Batsford Ltd. London. Kennedy J, Clarke W. 2004. Cultivated Landscapes of the Southwest Pacific. Resource Management in Asia-Pacific Working Paper. The Australian National University. Canberra. Keroman S. 2013. Sifat fisik buah selama tahap perkembangan buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian. Universitas Negeri Papua. Kogoya B. 2009. Strategi pengembangan agribisnis buah merah (Pandanus conoideus Lam.) di Kabupaten Tolikara provinsi Papua. [Tesis]. Surabaya. Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional. Limbongan J dan HT Uhi. 2005. Penggalian Data Pendukung Domestikasi dan Komersialisasi Jenis, Spesies dan Varietas Tanaman Buah di Provinsi Papua. Hlm 55-82. Prosiding Lokakarya I Domestikasi dan Komersialisasi Tanaman Hortikultura, Jakarta 15 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Limbongan J, Malik A. 2009. Peluang pengembangan buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). Jurnal Litbang Pertanian. 28(4).134141. Makaruku MH. 2008. Kajian agronomi dan pemanfaatan buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). J. Agroforestri. III(2).
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
43
Mangan Y. 2005. Cara Bijak Menaklukan Kanker. Agromedia Pustaka, Jakarta. Muntasiroh AQ. 2010. Isolasi dan identifikasi komponen kimia fraksi teraktif buah merah (Pandanus conoideus Lam.) hasil uji toksisitas. Solo. FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Murtiningrum, Silamba I. 2010. Pemanfaatan fasta buah merah sebagai bahan subtitusi tepung ketan dalam pembuatan dodol. Agrotek. 4(1): 1-7. Murtiningrum, Sarungallo ZI, Mawikere NL. 2012. The exploration and diversity of red fruit (Pandanus conoideus L.) from Papua based on its physical characteristics and chemical composition. Biodiversitas. 13(3): 124-129. Nainggolan, D. 2001. Aspek Ekologis Kultivar Buah Merah Panjang (Pandanus conoideus Lamk.) di Daerah Dataran Rendah Manokwari [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Cendrawasih. 58 hal. Noviyanti L. 2010. Modifikasi Teknik Kromatografi Kolom Untuk Pemisahan Trigliserida Dari Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk). [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Penebar Swadaya. 2005. Kanker vs Buah merah. Jakarta. 64 hal. Priyono SH. 2008. Kajian konservasi buah merah melalui kultur jaringan tanaman : ekstrasi, fraksinasi, buah, uji antioksidan dan uji antidiabetik. J. Tek. Ling. 9 (3): 227-234. Radji M, Aldrat H, Harahap Y, Irawan C. 2010. Uji sitotoksisitas buah merah, mahkota dewa dan temu putih terhadap sel kanker serviks. FMIPA. UI. Renstra. 2014. Rancangan dan Rencana Strategis. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua tahun 2014-2018. 81 hal. Rohman, Riyanto S, Yunianti N, Saputra WR, Utami R, Mulatsih W. 2010. Antioxidant activity, total phenolic, and total flavaonoid of extractsand fractions of red fruit (Pandanus conoideus Lam). International Food Research Journal 17: 97-106. Rohman A, Riyanto S, Che Man YB. 2012. Characterizaton of red fruit (Pandanus conoideus Lam) oil. International Food Research Journal. 19(2): 563-567.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
44
Roreng MK, Palupi NS, Prangdimurti E. 2014. Carotenoids From Red Fruit (Pandanus Conoideus Lam.) Extract Are Bioavailable : A Study In Rats. IOSR Journal Of Pharmacy. 4(2): 11-16. Sadsoeitoeboen MJ. 1999. Pandanaceae; Aspek Botani dan Etnobotani Dalam Kehidupan Suku Arfak di Irian Jaya [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Satriyanto B, Simon B, Widjanarko, Yunianta. 2012. Stabilitas warna ekstrak buah merah (Pandanus conoideus) terhadap pemanasan sebagai sumber potensial pigmen alami. Jurnal Teknologi Pertanian .(13) .3. 157-168. Septyaningsih D. 2010. Isolasi dan identifikasi komponen utama ekstrak biji buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). Solo. FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Stone BC. 1992. The New Guinea Species of Pandanus Section Myops St. John (Pandanaceae). Blumea 37: p 31-61. Surono IS, Nishigaki T, Endaryanto A, dan. Waspodo P. 2008. Indonesian biodiversities from microbes to herbal plants as potential functional food. J. Fac. Agric. Shinshu Univ. 44(1−2): 23−27. Tagi A, Agustina L, Garantjang S. 2011. Pengaruh pemberian sari buah merah (Pandanus Conoudeus Lam) melalui pakan terhadap kolesterol, HDL dan LDL broiler. Fakultas Peternakan. UNHAS. Tim Pemerintah Propinsi Papua dan Fakultas Pertanian IPB. 2014. Identifikasi Potensi Ekonomi Komoditas Unggulan Propinsi Papua. Kerjasama antara Badan Perencanaan Pembanngunan Kawasan Papua, Pemerintah Propinsi Papua dengan Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Usman. 2009. Pertumbuhan ayam buras periode grower melalui pemberian tepung biji buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) sebagai pakan alternatif. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal 599-604. Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Edible fruits and nuts. Plant Resources of South-East Asia 2. Bogor. Prosea. P 240-243. Wamaer D dan Malik A. 2009. Analisis Finansial Pasca Panen Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.). Jurnal Tambue Universitas Moh. Yamin Solok. 8(1): 96-100. Yuhono JT, Pribadi ER. 2007. Analisis titik impas harga dan sistem pemasaran pada industri minyak buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). Bul. Littro. XVIII (2): 188 – 202.
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
45
VI. LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir pengolahan minyak buah merah Buah merah 300 buah ±1.800-2.100 kg Dikerok empulurnya
Buah merah tanpa empulur ± 800-1000 kg Dicuci dan dipotong-potong ukuran 5x (10-15) cm
Ditambah air ± 100 ltr
Direbus/kukus ± 1-2 jam
Ambil buah merahnya saja
Buah merah masak sudah lunak ± 500-600 kg
Didinginkan
Diremas-remas
Tambahkan sedikit air
Disaring
Biji+ kulit ± 200 kg
Pasta buah merah ± 350 kg Direbus 4-6 jam sampai keluar minyak Minyak dilapisan atas diambil/dipisahkan
Residu+pasta ± 200 ltr
Minyak buah merah ± 100 ltr
Sumber: Yuhono dan Pribadi 2007
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
46
Lampiran 2 Titik impas dan pendapatan industri minyak buah merah di kecamatan Sentani dan Wamena I. BIAYA VARIABEL A. Bahan 1. Buah merah asal Sabron Sari: @ 300 tandan @ 20.000 2. Minyak tanah/1 kali proses membutuhkan: 80 liter S@ 3.500 3. Jerigen kecil 20 buah @ 5.000 4. Selang 25 m @ 15.000 5. Saringan 6 buah @ 25.000 6. Pengerok empulur dan pembelah 2 set @ 25.000 Sub Jumlah A B. Tenaga kerja Ongkos angkut Jumlah tenaga kerja satu kali proses = 10 orang Upah per orang per satu kali proses = Rp 100.000 Biaya tenaga kerja 10 x Rp 100.000 Biaya makan, minum + rokok = Rp 40.000/org/proses Sub Jumlah B Sub Jumlah A+B II. BIAYA TETAP Penyusutan alat a. Kompor besar 5 buah @ 380.000 = Rp 1.900.000 Umur ekononi 4 tahun per tahun Rp 1.900.000 : 4 = Rp 475.000
Harga (Rp) 6.000.000 280.000 100.000 375.00 150.000 50.000 6.955.000 2.300.000
1.000.000 400.000 3.700.000 10.655.000
-
Bekerja/ memproses ± 3 bulan per bulan ± 10 kali = 30 kali Biaya per kali proses= Rp 475.000: 30 b. Panci besar @ 300.000 = Rp 1.800.000 Umur ekonomi 4 tahun = Rp 1.800.000 : 4 = Rp 450.000 Biaya per satu kali proses = Rp 450.000: 30 c. Stoples besar 6 buah @ 50.000 = Rp 300.000 Umur ekonomi 1 tahun per tahun Rp 300.000 Biaya per satu kali proses = Rp 300.000: 30 d. Ember besar 10 buah @ 75.000, UE 1 tahun : 30 e. Bangunan/ dapur Rp 9.000.000, UE = 5 tahun; biaya Rp 9.000.000/5 x 30 Sub Jumlah lll. Total biaya (I+II) lV. Produksi yang diperoleh = 100 liter Harga jual per liter Rp 300.000 V. Keuntungan = (V-IV) Vl. Biaya per unit/liter = Rp 10.781.000 : 100 Vll. Harga yang wajar dengan mengambil keuntungan 30% = 1.3 x Rp 128.460
16.000
15.000
10.000 25.000 60.000 126.000 10.781.000 30.000.000 19.219.000 107.810 140.153
Sumber: Yuhono dan Pribadi 2007
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
47
Lampiran 3 Luas (hektar) kesesuaian lahan untuk komoditas buah merah pada setiap Kecamatan KABUPATEN DEIYA Kec. Bowobado Kec. Kapiraya Kec. Tigi Kec. Tigi Barat Kec. Tigi Timur
S2 3,901.6 1,950.8
DOGIYAI Kec. Dogiyai Kec. Kamu Kec. Kamu Selatan Kec. Kamu Timur Kec. Kamu Utara Kec. Mapia Kec. Mapia Barat Kec. Mapia Tengah Kec. Piyaiye Kec. Sukikai Selatan JAYAPURA Kec. Airu Kec. Demta Kec. Depapre Kec. Ebungfau Kec. Gresi Selatan Kec. Kaureh Kec. Kemtuk Kec. Kemtuk Gresi Kec. Nimbokrang
4,832.6
S3
1,950.8
2,021.4 2,811.1 2,165.1 2,165.1
N 687,329.3 164,564.1 103,113.7 53,009.7 101,626.6 265,015.2
X 9580.4
1,719,526.6 236,812.4 59,480.3 225,079.2 53,878.3 77,357.8 161,590.1 196,339.5 200,488.2 237,775.9
6587.6
270,724.8 2,648,894.6 263,829.6 55,239.3 32,175.0 26,270.4 67,457.3 823,490.9 111,589.6 61,799.7 89,355.9
5465.0 39972.9 4118.7
3180.6 3180.6 3219.2
1122.5
8473.8 6589.8
KABUPATEN PUNCAK JAYA Kec. Fawi Kec. Ilu Kec. Jigonikme Kec. Mewoluk Kec. Mulia Kec. Tingginambut Kec. Torere Kec. Yamo TOLIKARA Kec. Air Garam Kec. Bewani Kec. Bokondini Kec. Bokoneri Kec. Dorman Kec. Dow Kec. Dundu Kec. Egiam Kec. Geya Kec. Gilubandu Kec. Goyage Kec. Gundagi Kec. Kamboneri Kec. Kanggime Kec. Karubaga Kec. Kembu Kec. Kondaga
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
48
S2
S3
8,112.3 553.8 2,542.9 1,107.8 429.2 1,756.3
543.8
N 644,731.8 292,326.8 47,269.5 18,430.0 86,343.5 42,872.6
X 8,765.3 4,616.8
66,674.7 25,083.9 65,730.7 2,127,602.2 12,567.9 65,163.6 135,861.8 52,963.4 78,152.8 89,772.5
214.4 1,056.9 1,976.9 2,486.3 548.9
55,656.3 94,271.2 38,744.0 46,004.2 23,754.9 84,095.2 85,774.2 57,579.8 31,060.9 45,048.7 42,766.9
177.5 500.7 222.1
535.9
Kec. Nimboran Kec. Nimboran Timur Kec. Ravenirara Kec. Sentani Kec. Sentani Barat Kec. Sentani Timur Kec. Unurum Guay Kec. Waibu Kec. Yapsi Kec. Yokari JAYAWIJAYA Kec. Asologaima Kec. Asolokobal Kec. Bolakme Kec. Hubikosi Kec. Kurulu Kec. Musatfak Kec. Pelebaga Kec. Walelagama Kec. Wamena Kec. Wollo Kec. Wosak Kec. Yalengga
85,819.6
392.7
392.7
42,915.2 26,149.6 24,337.3 29,324.5 39,687.9 532,772.2 65,887.7 215,337.4 55,455.4 1,565,661.5 30,771.1 331,778.2 33,120.6 28,934.3 77,660.0 21,342.8 75,992.6 347,759.5 172,924.9 36,094.7 393,585.6 15,697.2
Kec. Kuari
5601.2 9588.3 5601.2
37137.1 14815.1 978.5 1004.3 853.6 1089.9 853.6 13373.9 853.6 898.3 1291.3 1125.0
Kec. Kubu Kec. Nabunage Kec. Nelawi Kec. Numba Kec. Nunggawi Kec. Panaga Kec. Poganeri Kec. Sbey Kec. Tagineri Kec. Timori Kec. Umagi Kec. Wakuo Kec. Wari/Taiyeve Kec. Wina Kec. Woniki Kec. Wunin Kec. Yuneri YAHUKIMO Kec. Amuma Kec. Anggruk Kec. Bomela Kec. Dekai
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
49
33,701.4
318.7 429.9 429.9
69,180.1
2,544.6 4,659.5
22,663.1 60,681.1 28,409.0 83,001.0 25,983.3 83,306.6 78,544.6 89,077.7 91,534.1 42,766.9 86,251.7 37,856.0 17,815.3 54,903.3 57,904.4 89,963.7 104,000.5 14,209,988.8 234,240.6 144,374.0 419,303.9 137,447.5
3.3
366.5 732.3
299.3
5,861.7
Lampiran 3 Lanjutan AMBERAMO TENGAH Kec. Eragayam Kec. Ilugwa Kec. Kelila Kec. Kobakma Kec. Megambilis NDUGA Kec. Gearek Kec. Geselma Kec. Kenyam Kec. Mapenduma Kec. Mbua Kec. Mugi Kec. Yigi PANIAI Kec. Aradide Kec. Bibida Kec. Bogobaida Kec. Dumadama Kec. Ekadide Kec. Kebo Kec. Paniai Barat Kec. Paniai Timur Kec. Siriwo Kec. Yatamo PEGUNUNGAN BINTANG Kec. Aboy
304.1
304.1 11,942.3
56,539.8 514,173.0 425,894.4 325,620.3 191,742.7 288,256.1 191,742.7 1,680,255.6 155,427.5 168,797.9 206,310.4 209,815.0 236,575.5 76,568.1 228,758.4 186,247.0 130,786.5 80,969.2
7,340.6 2,300.9 2,300.9
18,233.5 2,955.5
510,067.0 128,862.5 28,054.0 36,075.8 124,815.9 192,258.8 1,993,969.0
4,044.8
5,863,494.2 280,824.3
3244.0 52.9 70.0 33.7 3087.4 16310.2
12911.3 441.6 1797.9 1159.3 54389.0
231.9 12906.3 12954.9 13079.8 15216.2 3644.8
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
Kec. Dirwemna Kec. Duram Kec. Endomen Kec. Hereapini Kec. Hilipuk Kec. Hogio Kec. Holuwon Kec. Kabianggama Kec. Kayo Kec. Kona Kec. Korupun Kec. Kosarek Kec. Kurima Kec. Kurima Kec. Kurima Kec. Langda Kec. Lolat Kec. Mugi Kec. Musaik Kec. Nalca Kec. Ninia Kec. Nipsan Kec. Obio Kec. Panggema Kec. Pasema Kec. Pronggoli Kec. Puldama
50
11,446.8
11,446.8
4,659.5
4,659.5
357,172.6 503,597.0 136,491.4 151,737.2 235,499.4 390,746.1 390,746.1 390,746.1 196,031.3 87,717.6 512,159.1 353,414.6 196,985.1 335,468.8 291,566.7 474,122.1 544,839.9 484,597.5 255,329.7 267,869.7 264,409.9 101,992.3 301,062.4 120,870.2 390,746.1 334,019.1 171,635.2
Kec. Alemsom Kec. Awinbon Kec. Batani Kec. Batani Kec. Bime Kec. Borme Kec. Epumek Kec. Iwur Kec. Kawor Kec. Kiwirok Kec. Kiwirok Timur Kec. Kolomdol Kec. Mofinop Kec. Murkim Kec. Nongme Kec. Ok Aon Kec. Ok Bape Kec. Okbab Kec. Okbemta Kec. Okbi
1,044.9 6,316.4
7,916.8
58,675.5 151,109.0 178,751.3 115,833.3 278,104.6 239,719.8 134,409.5 204,372.6 180,313.8 150,672.9 206,801.3 66,628.2 156,993.6 57,004.0 142,423.6 197,121.0 144,332.6 221,588.4
231.1 136.2 732.8 225.7
340,355.4 295,203.4
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
Kec. Samenage Kec. Sela Kec. Seradala Kec. Silimo Kec. Soba Kec. Sobaham Kec. Soloikma Kec. Sumo Kec. Suntamon Kec. Suru-Suru Kec. Talambo Kec. Tangma Kec. Ubahak Kec. Ubalihi Kec. Ukha Kec. Walma Kec. Werima Kec. Wusama Kec. Yahuliambut Kec. Yogosem
51
10,471.4
11,446.8 7,845.2
194,714.8 506,239.0 229,796.4 390,746.1 390,746.1 194,714.8 249,105.3 311,492.4 307,504.7 75,410.1 139,406.4 194,739.8 338,634.9 69,985.2 198,815.7 146,617.9 390,746.1 390,746.1 103,151.9 209,736.1
5,311.0
550.7
Blue Print Pengembangan Buah Merah di Provinsi Papua
52