SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG TAHUN 2013 Palembang, 2 Oktober 2013
Bismillahirrahmanirrahim, Yang saya hormati 1. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan/mewakili 2. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan/mewakili 3. Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera Selatan/ mewakili 4. Kepala Badan Koordinasi Penyuluh Provinsi Sumatera Selatan 5. Kepala BALITBANGDA Provinsi Sumatera Selatan/ mewakili 6. Para Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Se-Provinsi Sumatera Selatan 7. Para Kepala UPT Lingkup Kementerian Kehutanan Se-Sumatera Selatan/mewakili 8. Peneliti, Penyuluh kehutanan, akademisi, praktisi, dan peserta seminar yang berbahagia.
1
Assalamualaikum Wr. Wb, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Puji syukur marilah terlebih dahulu kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya kita semua dapat hadir dalam acara Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang tahun 2013.
Hadirin yang kami hormati, Bertitik tolak dari thema Seminar kali ini yaitu: INTEGRASI IPTEK DALAM
KEBIJAKAN
DAN
PENGELOLAAN
HUTAN
TANAMAN
DI
SUMATERA BAGIAN SELATAN, maka kami ingin memulai dengan ilustrasi tentang Hutan Tanaman. Secara global, data FAO menunjukkan bahwa luas hutan tanaman dunia meningkat pesat dari 178 juta hektar pada tahun 1990 menjadi 264 juta ha pada tahun 2010, atau sekitar 7% dari luas total hutan dunia. Peningkatan luas tersebut umumnya terjadi di negara-negara Asia. Sementara itu data Statistik Kehutanan Indonesia juga menunjukkan bahwa IUPHHK-HT meningkat secara signifikan dari hanya satu unit dengan luas 30 ribu hektar pada tahun 1990 menjadi 249 unit dengan luas total lebih dari 10 juta hektar pada tahun 2011. Dari 10 juta hektar tersebut, 2 juta hektar atau 20% di antaranya berada Sumatera Bagian Selatan, kecuali di Provinsi Bengkulu. Namun demikian harus dicatat bahwa perkembangan luas IUPHHK-HTI tersebut tidak diikuti oleh peningkatan produksi kayu. Produksi kayu bulat yang berasal dari
2
IUPHHK-HT cenderung menurun, misalnya pada tahun 2007 mampu menghasilkan sekitar 20,6 juta meter kubik kayu bulat, tapi pada tahun 2010 turun menjadi 18,5 juta meter kubik kayu bulat.
Di sisi lain,
peningkatan pesat produksi kayu justru terjadi dari sumber lainnya di luar kawasan hutan, yakni dari hanya tercatat 705 ribu meter kubik pada tahun 2007 menjadi 21,7 juta meter kubik pada tahun 2011. Pendeknya,
data
menunjukkan
bahwa
luasan
Hutan
Tanaman
meningkat, tapi produksi kayu dari kawasan hutan turun sementara produksi kayu di luar kawasan hutan meningkat.
Hadirin yang berbahagia, Masa depan pemenuhan kebutuhan kayu akan sangat bergantung pada peningkatan produktivitas hutan tanaman yang ada saat ini, dan dorongan terhadap hutan rakyat sebagai sumber produksi kayu yang penting. Untuk itulah maka hutan tanaman perlu
dikelola secara
intensif agar dapat memenuhi kebutuhan produk-produk kayu yang terus meningkat dan menurunkan tekanan terhadap hutan alam. Dalam perjalanannya, ternyata hutan tanaman selain menghadapi kendala keterbatasan finansial, insentif kebijakan dan isu lingkungan, juga pada tataran praksis harus bersaing dengan penggunaan lahan lainnya, khususnya pertanian intensif. Dengan demikian maka keberhasilan dan kelestarian produksi hutan tanaman tidak hanya ditentukan oleh penguasaan aspek silvikultur dan pengaturan hasil saja, tetapi harus memasukkan faktor sosial politik, kelembagaan, tenurial, dan pasar
3
sebagai variabel yang harus dikuasai dan dipahami pengelola hutan tanaman.
Melihat penting dan strategisnya hutan tanaman serta
permasalahan yang dihadapinya, maka harus dibangun kesadaran bagi para pihak, baik pembuat kebijakan, pengelola hutan tanaman, investor swasta dan kelompok lingkungan, bahwa pengelolaan lestari hutan tanaman memerlukan keahlian multi disiplin. Penyediaan keahlian dan pengetahuan yang beragam tersebut salah satunya dapat diperoleh dari kegiatan penelitian dan pengembangan multi disiplin yang diikuti desiminasi hasil-hasilnya.
Hadirin sekalian, Sejak tahun 2010, Badan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan telah merancang penelitian integratif yang berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas hutan tanaman. Paling tidak terdapat 2 (dua) Penelitian Integratif, yaitu RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu dan Agroforestry. Melalui program penelitian multidisiplinnya, serta didukung oleh hasil-hasil Litbang lainnya dari lembaga penelitian lain, maka diharapkan Litbang Kehutanan beserta UPTnya dapat berkontribusi dalam perbaikan kebijakan maupun pengelolaan hutan tanaman. Seminar hasil litbang BPK Palembang ini juga dimaksudkan untuk menyampaikan IPTEK hasil litbang integratif kepada para pihak yang terkait, serta untuk mendapatkan sinergi dari lembaga penelitian lainnya.
4
Hadirin yang berbahagia, Selain terus berupaya mendapatkan IPTEK hasil litbang, kita juga harus mengikuti
wacana
internasional
yang
berkembang
tentang
pembangunan hutan tanaman. Hal ini dimaksudkan agar IPTEK hasil litbang yang kita terapkan akan terus sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan solusi global. Beberapa waktu yang lalu, FAO memfasilitasi Kongres Internasional ke-3 Hutan Tanaman tahun 2013. Beberapa poin penting prinsip-prinsip membangun hutan tanaman yang dirumuskan oleh kongres tersebut layak untuk kita perhatikan bersama, antara lain: -
hutan tanaman tidak diposisikan untuk menggantikan hutan alam.
-
Dampak buruk pembangunan Hutan Tanaman terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar hutan atau masyarakat lokal asli harus dihindari.
-
Peran hutan tanaman merupakan pelengkap hutan alam, sehingga kompetisi dengan hutan alam harus diminimalkan.
-
Sistem hutan tanaman satu jenis (monokultur) dalam skala luas dapat
berdampak
negatif
terhadap
lingkungan,
sehingga
diperlukan pendekatan ekologis dengan silvikultur yang lebih terpadu. Disarankan pula penanaman jenis-jenis lokal di antara jenis-jenis eksotik.
5
Hadirin yang saya hormati, Tantangan besar yang harus selalu dihadapi oleh institusi Litbang adalah agar IPTEK hasil litbang dapat diadopsi oleh pembuat kebijakan dan pengelola hutan tanaman.
Untuk itulah maka pengalaman
Overseas Development Institute (ODI) dapat kita jadikan acuan untuk terus berupaya agar hasil litbang dapat diaplikasikan baik oleh praktisi maupun oleh pengambil kebijakan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar hasil litbang dapat didiseminasikan, antara lain: 1. Hasil penelitian perlu sejalan dengan asumsi-asumsi para pihak dan bisa meyakinkan calon penggunanya.
2. Hasil litbang harus mampu memberikan bukti yang kredibel serta memberikan solusi praktis untuk masalah kebijakan yang dihadapi.
3. Peneliti dan pengambil kebijakan perlu berbagi jaringan yang sama, saling percaya dan berkomunikasi secara efektif. Seminar pada hari ini dan kunjungan lapang besok, saya harapkan dapat menjadi media untuk membangun jaringan tersebut.
Dengan demikian
peneliti, pembuat kebijakan dan semua pihak yang berkepentingan dengan pembangunan hutan tanaman dapat terus berkomunikasi secara efektif. Harapan saya Seminar ini mampu menyajikan IPTEK hasil litbang dari Penelitian Integratif yang dilaksanakan, memberikan input tentang perkembangan IPTEK global, dan memungkinkan interaksi ilmiah para pihak secara efektif dalam pengelolaan hutan tanaman. Apabila semua
6
itu bisa terjadi pada seminar ini, maka berarti tujuan pelaksanaan seminar dapat tercapai.
Hadirin yang berbahagia, Akhirnya diiringi ucapan terima kasih atas perhatian yang diberikan, dengan Penelitian
melafazhkan Balai
Bismillahirrahmanirrahim,
Penelitian
Kehutanan
Palembang
Seminar
Hasil
dengan
tema
“Integrasi IPTEK dalam Kebijakan dan Pengelolaan Hutan Tanaman di Sumatera Bagian Selatan” secara resmi saya nyatakan dibuka. Selamat mengikuti acara ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, secara khusus dalam memajukan pengelolaan hutan tanaman di Sumatera Bagian Selatan. Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh. Sekretaris Badan Litbang Kehutanan Ir. Tri Joko Mulyono, MM
7