I.
PENDAHULUAN
Pisang (Musa spp.) pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negaranegara berkembang seperti Indochina dan Asia Tenggara. Daerah Indo-Malaya (Malaysia, Filipina, dan New Guinea) merupakan pusat keanekaragaman pisang, sebab sebagian besar pisang liar terdapat di Asia Tenggara. Pisang selanjutnya menyebar ke daerah tropik dan sub-tropik di Asia, Amerika, Afrika, dan Australia. Ahli botani mengambil kesimpulan, bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara salah satunya Indonesia. Indonesia terkenal dengan berbagai spesies tanaman pisang, tetapi tidak semua spesies mempunyai mutu yang sama. Spesies yang terbanyak di suatu daerah belum tentu spesies yang disukai pembeli di luar wilayah daerah tersebut (Satuhu & Supriyadi, 2007). Rukmana (2001), mengemukakan bahwa berdasarkan sifat buah dan pemanfaatannya terdapat 7 kelompok pisang sebagai berikut: kelompok pisang ambon, kelompok pisang raja, kelompok pisang mas, kelompok pisang tanduk, kelompok pisang kepok, kelompok pisang uli, dan kelompok pisang klutuk. Kelompok pisang tersebut pada umumnya dikonsumsi dalam kondisi segar dan dikonsumsi dalam bentuk olahan. Misalnya, pisang ambon digunakan untuk bahan baku pembuatan pisang coklat, pisang goreng, sale pisang, keripik pisang, dan bolu pisang. Menurut Cahyono (2009), pisang ambon memiliki beberapa kultivar yaitu ambon putih, ambon kuning, ambon nangka, ambon badak, ambon angling, ambon cavendish, dan ambon lumut. Pisang ambon kuning memiliki ukuran buah lebih besar dibandingkan spesies pisang ambon lainnya. Pisang ambon kuning dalam satu tandan umumnya terdapat 9 sisir, sedangkan ambon lumut terdapat 7-12 sisir dan ambon putih terdapat 10-14 sisir. Satuhu & Supriyadi (2007), mengemukakan bahwa warna kulit buah pisang ambon lumut pada waktu matang hijau atau hijau
bio.unsoed.ac.id
kekuningan dengan bintik-bintik coklat kehitaman.
Produktivitas tanaman pisang optimal apabila ditanam di dataran rendah dengan ketinggian tempat di bawah 1.000 m dpl. Iklim yang dikehendaki adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Walaupun tanaman pisang dapat tumbuh dan menghasilkan buah di lahan yang kritis, tanaman pisang tetap menghendaki kondisi tempat tumbuh yang subur (Satuhu & Supriyadi, 2007). Menurut Cahyono (2009), tanaman pisang tumbuh baik pada kondisi tanah yang 3
gembur, kaya bahan organik, berdrainase baik, suhu udara 16⁰C-38⁰C, dan pH antara 4,5 hingga 7,5. Pisang umumnya memerlukan matahari penuh, sangat peka terhadap angin kencang karena dapat merobek daun-daunnya sehingga berpengaruh terhadap hasil buahnya. Tanaman pisang memerlukan curah hujan bulanan antara 150-350 mm/bulan. Tanaman pisang ambon dapat dimanfaatkan mulai dari bonggol sampai daunnya. Bonggol pisang muda dan jantung dimanfaatkan untuk sayur. Daun pisang digunakan sebagai pembungkus berbagai makanan tradisional dan sebagai pakan ternak. Buah pisang dikonsumsi sebagai hidangan untuk tamu atau dijual. Banyaknya manfaat yang dapat digunakan pada pisang ambon, mayoritas masyarakat Banyumas menanam pisang tersebut (Suprapti, 2005). Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana keanekaragaman tanaman pisang ambon (Musa acuminata Colla) di Kabupaten Banyumas. 2. Bagaimana variasi morfologi tanaman pisang ambon (Musa acuminata Colla) di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui keanekaragaman tanaman pisang ambon (Musa acuminata Colla) di Kabupaten Banyumas. 2. Mengetahui variasi morfologi tanaman pisang ambon (Musa acuminata Colla) di Kabupaten Banyumas. Informasi mengenai tanaman pisang ambon yang ada di Kabupaten Banyumas diharapkan dapat menambah informasi tentang kekayaan plasma nutfah dan menjadi landasan dalam upaya pengelolaaan, pengembangan potensi serta manfaatnya khususnya bagi ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat pada umumnya.
bio.unsoed.ac.id
4
II. TELAAH PUSTAKA Pisang termasuk kedalam ordo Zingiberales family Musaceae dan terdiri dari dua genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat seksi, yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa, dan Eumusa. Seksi Australimusa dan Eumusa merupakan pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Eumusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. Sedangkan pisang dari seksi Callimusa dan Rhodochlamys biasanya digunakan sebagai tanaman hias (Simmonds, 1982). Pisang yang saat ini dikonsumsi dan dibudidayakan berasal dari persilangan alami antara spesies liar Musa acuminata Colla bergenom AA dan Musa balbisiana Colla bergenom BB yang merupakan spesies endemik di Asia Tenggara. M. accuminata dan M. balbisiana merupakan pisang liar berbiji yang jarang dikonsumsi manusia. Namun, melalui proses perbanyakan secara vegetatif, M. accuminata dapat membentuk buah partenokarpik yang tidak berbiji, sedangkan M. balbisiana tetap menghasilkan buah berbiji (Gowen, 1995). Klasifikasi pisang ambon menurut Cronquist (1981) dan United States Departement of Agriculture (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Liliopsida
Subclassis
: Zingiberidae
Ordo
: Zingiberales
Family
: Musaceae
Genus
: Musa
Species
: Musa acuminata Colla
Pohon pisang berakar rimpang yang tumbuh dari pangkal umbi batang. Akar
bio.unsoed.ac.id
tersebut tumbuh vertikal hingga mencapai kedalaman 75-150 cm (Rismunandar, 1981). Menurut Satuhu & Supriyadi (2007), akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah, sedangkan akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar. Dalam perkembangannya, akar samping dapat mencapai panjang 4-5 meter. Pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu terbentuk dari pelepah daun panjang 5
yang saling menelungkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti pohon. Gowen (1995), menyatakan bahwa batang semu memiliki tinggi 2-8 meter dan memiliki diameter ±30 cm. Tunas daun yang mengulung muncul dari tengah batang semu dan terus tumbuh memanjang keluar di tengah-tengah kanopi tanaman. Menurut Satuhu & Supriyadi (2007) batang pisang sejati berupa umbi batang yang berada di dalam tanah. Batang sejati ini memiliki titik tumbuh yang akan menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Ploetz et al., (2007) mengemukakan bahwa pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna besar berdaun lebar memanjang yang memiliki panjang berkisar tangkai antara 30-40 cm. Pisang memiliki tulang daun besar dan tepi daun tidak mempunyai ikatan yang kompak sehingga mudah robek bila terkena tiupan angin kencang. Daun pisang memiliki lapisan lilin pada permukaan bagian bawahnya. Menurut Suhardiman (1997) daun berkembang dari gulungan tunas daun menjadi selembar daun besar dengan ukuran panjang antara 30-50 cm untuk tanaman muda, kemudian umurnya meningkat dewasa bertambah sampai 125 cm-165 cm. Tulang tengah penopang terlihat jelas sekali beserta tulang-tulang daun yang nyata, tersusun sejajar, dan menyirip. Jantung pisang merupakan bunga tanaman pisang yang baru muncul berbentuk bulat lonjong dengan bagian ujung runcing. Bunga tanaman pisang merupakan hermaprodit steril dengan benang sari berjumlah lima buah. Bakal buah berbentuk persegi. Tangkai bunga pisang bersifat keras, berukuran besar, dan berdiameter sekitar 8 cm. Bunga tanaman pisang memiliki seludang bunga berwarna merah tua, tersusun secara spiral, berlapis lilin, dengan ukuran panjang 10-25 cm (Cahyono, 2009). Menurut Ashari (1995), seludang bunga (braktea) merupakan pembungkus tiap kuncup bunga yang terletak pada ujung bunga. Tiap kelompok bunga disebut sisir yang biasanya berjumlah 12-20 buah. Bunga pisang keluar melalui bagian
bio.unsoed.ac.id
tengah batang semu dan menggantung di ujung pelepah pisang. Buah pisang akan membentuk satu kesatuan bakal buah yang disebut sebagai sisir setelah bunga keluar. Sisir-sisir tersebut tersusun menjari dalam sebuah tandan, setelah terbentuk tandan sebaiknya jantung pisang dipotong karena sudah tidak bisa menghasilkan sisir lagi. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning
6
ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam (Satuhu & Supriyadi, 2007). Sobir et al., (2006) telah mengoleksi 21 plasma nutfah pisang dan mengevaluasikan keragaman morfologinya di kebun percobaan PKBT Pasirkuda berdasarkan 41 ciri morfologinya. Penelitian tersebut diupayakan untuk menggali potensi genetik pisang yang terdapat di daerah Lampung Selatan. Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan sentra produksi pisang. Permana (2011), menemukan 15 kultivar pisang yang tersebar di 5 desa di Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Ciamis. Kultivar yang ditemukan termasuk dalam kultivar pisang konsumsi. Pisang-pisang tersebut ditemukan di sekitar pekarangan rumah, kebun, tegalan, dan pematang sawah milik warga. Sedangkan Kinanti (2013) telah menemukan sebanyak 17 kultivar pisang yang termasuk kedalam 3 spesies di wilayah eks-Kotatip Purwokerto dan Herbarium Unsoed (PUNS). Ketujuh belas kultivar tersebut mempunyai sifat dan karakter morfologi yang berbeda-beda yang menjadi karakteristik masing-masing kultivar. Kasrina & Zulaikha (2013) menemukan 6 spesies tanaman pisang di Desa Sri Kuncoro Kecamatan Pondok Kabupaten Bengkulu Tengah. Spesies tersebut yaitu Musa paradisiaca dua varietas (M. paradisiaca var. bluggoe/Pisang Kepok Kuning dan M. paradisiaca var. paradisiaca/Pisang Jantan), M. cavendishii dengan dua varietas (M. cavendishii var. dwarf Paxton/Pisang Ambon Lumut dan M. cavendishii var. giant Paxton/Pisang Ambon Jepang), M. sapientum dengan 3 varietas (M. sapientum var. rubra/Pisang Kidang, M. sapientum var. champa/Pisang Serindit, dan M. sapientum var. mas/Pisang Mas), M. corniculata J. De Leureiro/Pisang Tanduk, M. brachycarpa
Back/Pisang Biji/Pisang Awak, dan Musa sp./Pisang Nangka.
Masyarakat desa tersebut memanfaatkan hampir semua bagian tanaman pisang sebagai sumber bahan pangan, bahan obat-obatan, pakan ternak, bahan pertanian,
bio.unsoed.ac.id
upacara adat pertanian, dan tali temali.
7