BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI KUTU PUTIH PEPAYA Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) PADA TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L)
NASRUL FRIAMSA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK NASRUL FRIAMSA. Biologi dan Statistik Demografi Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L). Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO dan DEWI SARTIAMI. Kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) merupakan hama baru yang menjadi masalah penting pada pertanaman pepaya di Indonesia. Serangga ini diketahui keberadaannya pertama kali pada bulan Mei 2008 pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Dalam upaya pengendalian hama secara tepat dibutuhkan informasi dasar seperti informasi biologi secara kuantitatif dan statistik demografi dari kutu putih pepaya P.marginatus pada tanaman pepaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata lama waktu perkembangan setiap stadium P.marginatus pada tanaman pepaya, yaitu: stadium telur selama 6,97 ± 0,93 hari, nimfa instar pertama selama 4,00 ± 0,71 hari. nimfa instar kedua betina selama 3,74 ± 0,67 hari, nimfa instar kedua jantan selama 4,12 ± 0,83 hari, nimfa instar ketiga betina selama 4,00 ± 0,74 hari, nimfa instar ketiga jantan atau prapupa selama 2,25 ± 1,03 hari, nimfa instar keempat atau pupa jantan selama 4,86 ± 1,21 hari, imago betina selama 13,18 ± 2,70 hari, dan imago jantan selama 3,00 hari. Rata-rata siklus hidup individu betina adalah 25,24 ± 1,51 hari dan siklus hidup individu jantan adalah 25,00 hari. Rata-rata fekunditas P.marginatus adalah 233,27 ± 62,74 butir per induk dan rata-rata keperidian adalah 227,73 ± 64,73 butir per induk. Rasio perbandingan keturunan betina dan jantan kutu putih pepaya P.marginatus pada tanaman pepaya adalah 9 : 1. Statistik demografi kutu putih pepaya P. marginatus, antara lain: laju reproduksi bersih (Ro) P.marginatus adalah 133,05 individu per induk per generasi, laju pertumbuhan intrinstiknya (rm) sebesar 0,19 individu per induk per hari, rata-rata masa generasi (T) selama 26,61 hari dan waktu yang dibutuhkan oleh populasi P.marginatus untuk berlipat ganda (DT) adalah 3,71 hari. Kata Kunci: Paracoccus marginatus, kutu putih pepaya, biologi, statistik demografi, pepaya.
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI KUTU PUTIH PEPAYA Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) PADA TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L)
NASRUL FRIAMSA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: Biologi dan Statistik Demografi Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L).
Nama Mahasiswa
: Nasrul Friamsa
NIM
: A34051935
Disetujui,
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc. NIP. 19570122 198103 1 002
Dra. Dewi Sartiami, MSi. NIP. 19641204 199103 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Dr. Ir. Dadang, MSc. NIP. 19640204 199002 1 002
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 23 April 1987 sebagai putra kedua dari tiga bersaudara dari Ibunda Iyos Rosmiati dan Ayahanda Ruddy Mohamad Rahmanudin. Penulis memperoleh pendidikan formal sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Serang dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah menjalani Tingkat Persiapan Bersama (TPB), pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM-A) sebagai anggota Badan Pengawas Himpunan Profesi (2006-2007) dan Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) pada Divisi Keprofesian (2007-2008). Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun ajaran 2007/2008, Hama dan Penyakit Tanaman Setahun tahun ajaran 2008/2009, dan Hama dan Penyakit Tanaman Tahunan tahun ajaran 2008/2009.
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas berkah dan rahmatNya sehingga skripsi dengan judul “Biologi dan Statistik Demografi Kutu Putih Pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L)” dapat diselesaikan, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc dan Dra. Dewi Sartiami, MSi yang telah memberikan ilmu, pengarahan, dorongan dan bimbingan selama ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, MAgr selaku dosen penguji tamu, yang telah menyediakan waktu dan perhatiannya. Kepada seluruh staf pengajar dan laboran Departeman Proteksi Tanaman penulis juga mengucapkan terima kasih. Terima kasih kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, serta kedua saudara penulis Aa Irfan dan Regi yang telah mencurahkan tenaga, pikiran, dorongan dan doa kepada penulis. Terima kasih kepada keluarga Laboratorium Biosistematika Serangga (Bu Nina M., Pak Purnama H., Ibu Aisyah, Mbak Lia, Mbak Elsa, Ozie, Hafsah, Nila, Pola dan Mbak Rika) atas dukungan, saran dan semangat yang diberikan. Terima kasih atas persahabatan dan semangat dari teman-teman Proteksi Tanaman 42, kakak-kakak dan adik-adik kelas, teman-teman di Pondok Sahabat Balio dan semua rekan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna di kemudian hari dan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan penelitian ini.
Bogor, Oktober 2009
Nasrul Friamsa
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Paracoccus marginatus.............................................................. 3 Morfologi Paracoccus marginatus ............................................................... 3 Biologi Paracoccus marginatus.................................................................... 5 Tanaman Inang dan Penyebaran Paracoccus marginatus ............................ 7 Gejala dan Akibat Serangan Paracoccus marginatus................................... 8 Statistik Demografi ....................................................................................... 9 Deskripsi Umum Tanaman Pepaya (Carica papaya L) ................................ 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 12 Bahan dan Alat ............................................................................................. 12 Metode Penelitian Persiapan Tanaman Inang ........................................................................ 12 Perbanyakan Serangga ............................................................................. 12 Persiapan Kurungan Serangga ................................................................. 12 Pengamatan Biologi dan Statistik Demografi Paracoccus marginatus ....... 13 Perkiraan Populasi Paracoccus marginatus ................................................ 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Lokasi Penelitian....................................................... 16 Biologi Paracoccus marginatus................................................................... 17 Stadium Telur Paracoccus marginatus ................................................... 17 Stadium Nimfa Paracoccus marginatus ................................................. 19 Stadium Nimfa Instar Pertama .......................................................... 19 Stadium Nimfa Instar Kedua ............................................................. 20 Stadium Nimfa Instar Ketiga ............................................................ 21 Stadium Nimfa Instar Keempat ......................................................... 21 Stadium Imago Paracoccus marginatus ................................................. 23 Lama Hidup dan Keperidian Paracoccus marginatus ................................. 25 Statistik Demografi Paracoccus marginatus ............................................... 26 Perkiraan Pertumbuhan Populasi Paracoccus marginatus .......................... 29 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 33
DAFTAR TABEL Halaman 1. Lama stadium Paracoccus marginatus pada tanaman pepaya ....................... 18 2. Neraca kehidupan Paracoccus marginatus pada tanaman pepaya ................. 27
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Stadium imago betina kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink. Sumber: Miller & Miller, 2002 ...............
2.
Stadium imago betina kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink. Sumber: Miller & Miller, 2002 ...............
3.
4
6
Gejala serangan akibat serangan kutu putih pepaya pada daun (a) dan pada buah pepaya (b). Sumber: Walker et al. 2003 ..............................................
9
4.
Kurungan serangga (a) dan perlakuan pada daun pepaya (b) ...................... 13
5.
Perlakuan pada tanaman pepaya berumur 4 bulan (a) dan pengulangan sebanyak 80 kali (b) ..................................................................................... 13
6.
Pengamatan dengan menggunakan mikroskop binokuler ............................ 14
7.
Grafik suhu dan kelembapan lokasi penelitian ............................................ 16
8.
Tahapan perkembangan Paracoccus marginatus ........................................ 17
9.
Stadium nimfa instar pertama P. marginatus yang baru muncul (a), kantung telur (ovisak) (b) dan telur yang tidak berhasil menetas (c)......................... 19
10. Stadium nimfa instar pertama P. marginatus ............................................... 19 11. Eksuvia nimfa instar pertama P. marginatus (a), stadium nimfa instar kedua betina (b), dan stadium nimfa instar kedua jantan (c) ....................... 20 12. Stadium nimfa instar ketiga betina P. marginatus (a) dan stadium nimfa instar ketiga jantan atau prapupa (b) ...................................................................... 21 13. Stadium nimfa instar keempat jantan P. marginatus atau pupa ................... 22 14. Stadium imago betina P. marginatus yang baru muncul (a), eksuvia nimfa instar ketiga (b) dan stadium imago jantan (c) .................................. 23 15. Perkembangan stadium imago betina sebelum meletakan telur, saat mulai meletakan telur, telur yang diletakan menetas, hingga mati (kanan ke kiri) 25 16. Kurva lama hidup (lx) dan rataan keturunan betina per hari (mx) P. marginatus pada tanaman pepaya ............................................................ 27 17. Kurva perkiraan pertumbuhan populasi kutu putih pepaya P. marginatus.. 30
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Tabel suhu dan kelembapan lokasi penelitian ................................................
35
2. Tabel sejarah kehidupan individu kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya ..............................................................................................
37
3. Tabel siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya .............................................................................................................
39
4. Tabel lama hidup betina, prapeneluran, dan peneluran P. marginatus pada tanaman pepaya ..............................................................................................
41
5. Tabel jumlah keperidian dan fekunditas P . marginatus pada tanaman pepaya .............................................................................................................
43
6. Tabel neraca kehidupan P. marginatus pada tanaman pepaya ......................
44
7. Tabel perkiraan pertumbuhan populasi P. marginatus ..................................
45
PENDAHULUAN Latar Belakang Sekitar pertengahan tahun 2008, ribuan batang pohon pepaya di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor diserang oleh serangga kutu putih. Di daerah ini hampir seluruh pohon pepaya terserang serangga ini. Di sentra pepaya lainnya di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, tanaman pepaya mengalami kerusakan akibat kehadiran serangga ini. Petani mengalami kerugian akibat mengeluarkan biaya tambahan dan intensitas panen menurun akibat produktivitas tanaman yang terus menurun dan kematian tanaman (Koran Tempo, 15 Agustus 2008). Direktorat Jendral Holtikultura (22 September 2008) melaporkan bahwa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus, telah terdeteksi di Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Depok Propinsi Jawa Barat. Selain itu telah ditemukan juga di wilayah DKI Jakarta, yaitu di Jakarta Selatan dan Propinsi Banten yaitu di Kabupaten Tangerang. Menurut Sartiami et al. (2009), kutu putih pepaya telah ditemukan di empat kabupaten yakni Kabupaten Bogor (termasuk Kota Bogor), Cianjur, Sukabumi dan Tangerang. Hasil komunikasi pribadi dengan Sartiami (2009), menyatakan bahwa penyebaran kutu putih pepaya telah mencapai Kota Surabaya, dan Pulau Sumatera (Kota Pekanbaru). Dari hasil komunikasi pribadi dengan Rauf (2009), kutu putih pepaya telah diketahui keberadaannya di Pulau Bali (Kota Denpasar). Di Bali, serangga ini mengakibatkan kerusakan yang meluas pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias seperti pepaya, kamboja, kembang sepatu, alamanda, dan puring (Bali Post, 8 September 2009). Paracoccus marginatus merupakan serangga asli dari wilayah Neotropik seperti Belize, Kosta Rika, Guatemala, dan Meksiko (Miller & Miller 2002). Di daerah asalnya serangga ini tidak menjadi masalah serius karena terdapat musuh alami endemik di wilayah tersebut (Walker et al. 2003). Sejak tahun 1994, P.marginatus tercatat telah berada di 14 negara Karibia, dan pada tahun 1998 telah ditemukan di Florida, AS. Kemudian serangga ini menyebar ke wilayah Pasifik, yaitu Kepulauan Guam (2002), Republik Palau (2003), Kepulauan Hawai, AS (2004-2006) dam Kepulauan Mariana (2005). Di wilayah tersebut, serangga
2
ini menjadi masalah serius akibat tidak terdapatnya musuh alami (Walker et at. 2003; Muniappan et al. 2006; dan Heu et al. 2007). Di wilayah Asia Tenggara, dilaporkan bahwa serangga ini diketahui keberadaannya pertama kali pada bulan Mei 2008 pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Indonesia oleh tim IPM CRSP yang salah satu anggotanya adalah Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc dan pada bulan Juli 2008 serangga ini telah ditemukan di Coimbatore, India (Muniappan 2009). Kutu putih pepaya merupakan serangga hama polifag pada beberapa komoditas buah-buahan tropis, sayur-sayuran dan tanaman hias (Miller & Miller 2002). Dengan kehadiran hama kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus, maka tanaman pepaya dan komoditas tropik penting lainnya akan rentan terhadap gangguan hama ini. Melihat bahwa Indonesia adalah salah satu produsen pepaya terbesar dan pepaya merupakan salah satu komoditas buah andalan para petani di Indonesia, maka perlu dilakukan pengendalian kutu putih pepaya secara tepat. Dalam pengendalian hama kutu putih pepaya dibutuhkan informasi dasar seperti informasi biologi dan aspek demografi dari serangga tersebut. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui statistik demografi dari kutu putih pepaya P.marginatus. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biologi dan statistik demografi dari kutu putih papaya, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) pada tanaman pepaya. Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang biologi dan statistik demografi kutu putih pepaya,
Paracoccus
marginatus,
yang dapat
digunakan
sebagai
dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengendalian hama tanaman tersebut secara tepat.
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Paracoccus marginatus Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink, termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera, Superfamili Coccoidea, dan Famili Pseudococcidae. Menurut Miller dan Miller (2002), genus ini terdiri dari 79 spesies yang tersebar di berbagai wilayah, seperti Austro-Oriental, Ethiopian, Madagasian, Neartic, Neotropical, New Zealand, Pasific, Palaeartic dan Oriental. Dalam genus ini dilaporkan dua spesies yang menjadi hama serius, yakni: Paracoccus burnerae (Brain) sebagai hama penting pada tanaman jeruk di Afrika Selatan dan Paracoccus marginatus Williams dan Granara de Willink yang menjadi hama penting pepaya dan tanaman ekonomi penting lainnya di sekitar Karibia dan Florida. Morfologi Paracoccus marginatus Miller dan Miller (2002) menggambarkan secara lengkap setiap stadium P. marginatus, termasuk stadium dewasa dari kedua jenis kelamin serangga tersebut. Morfologi pada stadium imago betina, yaitu tubuh berwarna kuning yang ditutupi oleh lilin putih, namun tidak terlalu banyak untuk menutupi warna tubuhnya. Panjang tubuh imago betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan lebar tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm. Bentuk diagram tubuh imago betina tercantum pada Gambar 1. Tubuh imago memiliki rangkaian filamen lilin pendek di sepanjang bagian tepi tubuh. Kantung telur (ovisac) dibentuk di bagian ventral posterior tubuh betina dewasa. Panjang tubuh stadium nimfa instar ketiga betina rata-rata 1,1 mm dengan kisaran 0,7-1,8 mm dan lebar tubuh ratarata 0,7 mm dengan kisaran 0,3-1,1 mm. Stadium nimfa instar kedua betina, tubuh serangga berwarna kuning dengan panjang tubuh rata-rata 0,7 mm dengan kisaran 0,5-0,8 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,4 mm dengan kisaran 0,3-0,5 mm. Pada stadium nimfa instar pertama, jenis kelamin serangga ini belum dapat dibedakan. Panjang tubuh stadium instar pertama adalah rata-rata 0,4 mm dengan kisaran 0,30,5 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,2 mm dengan kisaran 0,2-0,3 mm.
4
Gambar 1 Stadium imago betina kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. A. Detail tungkai depan, B. Oral-rim tubular duct, C. Porus trilokular, D. Porus Translusen, E. Oral-collar tubular duct, F. Detail tungkai belakang, G. Porus Multilokular, H. Seta cisanal, I. Serari Anal-lobe, J. Seta auxilliary, K. Porus discoidal, L. Seta bagian punggung, M. Seta serari. Sumber: Miller & Miller, 2002
5
Pada individu jantan, warna tubuh serangga pada stadium nimfa instar kedua jantan biasanya berwarna merah muda dan terkadang kuning, dengan panjang tubuh rata-rata 0,6 mm dengan kisaran 0,5-1,0 mm dan lebar tubuh 0,3 mm dengan kisaran 0,2-0,6 mm. Bentuk diagram tubuh jantan tercantum pada Gambar 2. Stadium nimfa instar ketiga jantan disebut prapupa, dengan panjang tubuh rata-rata 0,9 mm dengan kisaran 0,8-1,1 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,4 mm dengan kisaran 0,3-0,4 mm. Stadium nimfa instar keempat jantan disebut pupa, dengan panjang tubuh rata-rata 1,0 mm dengan kisaran 0,9-1,0 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,3 mm dengan kisaran 0,3-0,4 mm. Pada stadium imago jantan, bentuk tubuh serangga adalah oval memanjang dan memiliki sepasang sayap, dengan panjang tubuh rata-rata 1,0 mm dengan kisaran 0,9-1,1 mm dan lebar pada toraks rata-rata 0,3 mm dengna kisaran 0,2-0,3 mm. Menurut Miller dan Miller (2002), terdapat dua karakteristik penting yang membedakan betina dewasa P. marginatus dengan spesies Paracoccus lainnya yaitu, (1.) terdapat oral-rim tubular duct bagian dorsal yang terbatas pada tepi tubuh, dan (2.) tidak terdapatnya porus tranlusen pada tibia tungkai belakang. Jantan dewasa dapat dibedakan dengan spesies lain dengan melihat adanya seta yang kokoh dan tebal pada antena dan tidak terdapatnya seta yang kokoh pada tungkai. Spesimen kutu putih pepaya akan berubah menjadi berwarna hitam kebiruan saat dilakukan penyimpanan pada alkohol. Biologi Paracoccus marginatus Menurut Walker et al. (2003), biologi secara umum, kutu putih memiliki tipe mulut menusuk menghisap dan memasukkan bagian mulut ke dalam jaringan tanaman dan menghisap cairan tumbuhan. Kutu putih dapat mengeluarkan embun madu melalui cincin anal, sehingga kutu putih sering berasosiasi dengan organisme lain seperti serangga semut dan cendawan jelaga. Pada permukaan tubuh terdapat lubang ostiol yang dapat mengeluarkan cairan defensif apabila merasa terganggu. Kutu putih sangat aktif pada cuaca hangat dan kering.
6
Gambar 2 Stadium imago jantan Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. A. Bagian punggung daerah midcranial, B. Detail tungkai depan, C. Bagian ventral selubung penial, D. Aedeagus, E. bagian lateral selubung penial, F. Porus discoidal, G. Porus quin-quelocular, H. Detail scapus dan pedisel, I. Detail segmen apical. Sumber: Miller & Miller, 2002
7
Individu betina melalui tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa dan imago. Stadium imago betina tidak memiliki sayap, dan bergerak dengan perlahan dalam jarak yang dekat, atau dapat diterbang oleh angin. Betina biasanya meletakkan telur 100 hingga 600 butir dalam sebuah kantung telur yang diletakkan dalam waktu satu hingga dua minggu (Walker et al. 2003). Kantung telur terbuat dari benang-benang lilin yang sangat lengket, mudah melekat pada permukaan daun dan dapat diterbangkan angin. Stadium nimfa instar pertama disebut crawler, aktif bergerak mencari tempat makan disekitar tulang daun. Individu jantan melalui empat stadia hidup yaitu telur, nimfa, pupa dan imago. Stadium imago jantan memiliki satu pasang sayap, aktif terbang mendekati betina dewasa (Miller & Miller 2002). Tanaman Inang dan Penyebaran Paracoccus marginatus Kutu putih pepaya merupakan serangga polifag dan telah tercatat memiliki lebih dari 55 tanaman inang pada lebih dari 25 genus tanaman. Tanaman inang yang penting secara ekonomi antara lain pepaya, kembang sepatu, alpukat, jeruk, kapas, tomat, terung, lada, buncis dan kacang hijau, ubi jalar, mangga, cherry, dan delima (Walker et al. 2003). Di Indonesia, kutu putih pepaya ditemukan menyerang 20 jenis tanaman lain selain pada tanaman pepaya (Sartiami et al. 2009) Paracoccus marginatus dilaporkan berasal dari wilayah Neotropical terutama Meksiko atau wilayah Amerika Tengah (Miller & Miller 2002). Spesimen pertama dikoleksi dari Meksiko pada tahun 1955, hama ini tidak menjadi masalah serius di negara tersebut karena mungkin telah terdapat musuh alami endemik di wilayah tersebut (Walker et al. 2003). Sejak tahun 1994, P. marginatus tercatat telah berada di 14 negara Karibia, dan pada tahun 1998 telah ditemukan di Florida, AS, pada tanaman Kembang sepatu (Walker et al. 2006). Serangan berat terjadi di Kepulauan Guam di Pasifik pada tahun 2002 (Walker et al. 2003) dan di Republik Palau pada 2003 (Muniappan et al. 2006). Pada bulan Mei 2004, kutu putih ini terdapat di Kepulauan Hawai, AS pada tanaman pepaya, kamboja, kembang sepatu dan Jarak (Jatropa spp.) (Heu et al. 2007) dan Tinian, Kepulauan Mariana pada 2005 (Muniappan 2009). Di Indonesia, hama ini dilaporkan pertama kali ditemukan pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor,
8
Jawa Barat pada Mei 2008 dan pada Juli 2008 serangga ini dilaporkan telah ditemukan di Coimbatore, India (Muniappan 2009). Dengan masuknya serangga hama ini ke daerah Asia, maka komoditas ekonomi tropik yang penting dapat terancam. Direktorat Jendral Holtikultura (22 September 2008), melaporkan bahwa kutu putih pepaya telah terdeteksi di Kabupaten dan Kota Bogor (Kecamatan Gunung Putri, Sukaraja, Cigombong, Dramaga, Rancabungur, Cijeruk, Ciburui, Cibinong, dan Bojong Gede), Kabupaten Sukabumi (Kecamatan Cicurug dan Cidahu), dan Depok (Kecamatan Beji dan Pancoran Mas) Propinsi Jawa Barat. Selain itu telah ditemukan juga di wilayah DKI Jakarta, yaitu di Jakarta Selatan (Kecamatan Jagakarsa, Cilandak, Pasar Minggu, dan Senayan) dan Propinsi Banten yaitu di Kabupaten Tangerang (Kecamatan Ciputat). Berdasarkan informasi yang dikumpulkan di lapangan, kutu putih pepaya telah ditemukan sejak musim kemarau 2007. Kutu putih pepaya ini dapat mudah menyebar oleh angin, terbawa bibit, terbawa manusia, maupun terbawa serangga lain dan burung karena memiliki kantung telur yang mudah melekat pada berbagai benda. Gejala dan Akibat Serangan Paracoccus marginatus Kutu putih pepaya menghisap cairan tumbuhan dengan memasukkan stilet ke dalam jaringan epidermis daun, buah maupun batang. Pada waktu yang bersamaan
kutu
putih
mengeluarkan
racun
kedalam
daun,
sehingga
mengakibatkan klorosis, kerdil, malformasi daun (Gambar 3a), daun mengerut dan menggulung, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan cendawan jelaga, hingga kematian tanaman (Walker et al. 2003). Pada tanaman yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun akan gugur. Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah yang tidak sempurna. Serangan yang berat dapat menutupi permukaan buah hingga terlihat putih akibat tertutupi koloni kutu putih tersebut (Gambar 3b) (Pantoja et al. 2002).
9
(a)
(b)
Gambar 3 Gejala serangan akibat serangan kutu putih pepaya pada daun (a) dan pada buah pepaya (b). Sumber: Walker et al. 2003 Statistik Demografi Salah satu langkah awal dalam mempelajari perkembangan suatu populasi serangga adalah dengan mengetahui aspek-aspek demografinya. Demografi adalah analisis kuantitatif karakteristik suatu populasi, terutama hubungannya dengan pola pertumbuhan populasi, hubungan ketahanan, dan pergerakan populasi. Hal ini sangat erat hubungannya dengan dinamika populasi namun penekanannya
agak
berbeda,
demografi
lebih
memusatkan
pada
pola
perkembangan, kelahiran, kematian, dan pergerakan, sementara itu sebab dan akibat dari fenomena ini dipelajari dalam dinamika populasi (Price 1984). Menurut Carey (1993), aspek demografi suatu populasi terdapat dalam neraca kehidupan (Life Table), yang terdiri dari delapan buah lajur, yaitu usia (x), daya bertahan hidup (lx), proporsi individu bertahan hidup pada kelas usia x sampai kelas usia x+1 (px), laju kematian individu di dalam kelas usia x (dx), proporsi individu yang masuk ke dalam kelas usia x tetapi mati di kelas usia tersebut (qx), panjang waktu hidup semua individu yang tersisa dari semua individu yang mencapai kelas usia x (Lx), jumlah hidup yang tersisa dari semua individu yang mencapai kelas usia x (Tx), dan harapan hidup suatu individu berusia x (ex).
10
Pertumbuhan populasi tergantung dari jumlah induk betina yang masih bertahan hidup (lx) dan kemampuan individu dalam menghasilkan keturunan (mx) yang disebut sebagai laju reproduksi bersih dari seekor betina di dalam populasi. Total anak betina yang dihasilkan dari rataan induk betina di dalam populasi tersebut disebut laju reproduksi (Ro), atau didefinisikan sebagai jumlah anak betina yang menggantikan secara sempurna seekor induk betina dalam satu generasi. Suatu populasi dikatakan stabil bila Ro = 0, tetapi bila Ro > 1 populasi akan bertambah dan bila Ro < 1 populasi akan berkurang. Bila Ro suatu spesies diketahui maka lamanya suatu generasi (T) dapat diketahui dan juga pertumbuhan intrinstik (rm) (Price 1984; Carey 1993). Deskripsi Umum Tanaman Pepaya (Carica papaya L) Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tengah diantaranya Meksiko, kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman pepaya termasuk famili Caricaceae, berbentuk perdu dengan batang tegak. Pada ruas batang terdapat mata yang mampu tumbuh menjadi tunas cabang baru. Seluruh bagian tanaman pepaya bergetah putih yang mengandung papain yang bersifat proteolitik yang dapat merombak protein. Pepaya dapat tumbuh di seluruh daerah tropis dan subtropik dibawah 32o lintang utara dan selatan, di daerah dataran dan pegunungan hingga 1000 m dpl (Villegas 1997). Umumnya, tanaman papaya dapat tumbuh optimal di ketinggian 200-500 m dpl dengan suhu berkisar 25-30 °C (Sujiprihatin et al. 2009). Tanaman pepaya merupakan salah satu komoditas tanaman buah yang penting di daerah tropik. Buah pepaya sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat dan selalu tersedia sepanjang musim. Di Indonesia tanaman pepaya merupakan tanaman pekarangan yang hampir ditanam oleh setiap keluarga (Villegas 1997). Bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan adalah bagian buah, walaupun masyarakat di beberapa daerah di Indonesia memanfaatkan daun dan bunga sebagai sayuran. Selain rasanya yang enak, pepaya juga banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Kandungan vitamin dalam 100 g bagian pepaya yang dapat dimakan adalah 0,45 g vitamin A; 0,074 g vitamin C, sedangkan kandungan mineral dalam 100 g pepaya adalah 0,034 g kalsium; 0,011 g fosfor; 0,204 g kalium; dan 0,001 g zat besi. Pepaya juga mengandung 12,1 g
11
karbohidrat; 0,5 protein; 0,3 g lemak; 0,7 serat; 0,5 g abu; dan 86,6 g air. Nilai energinya adalah 200 kj/100 g. Kandungan gula utama pepaya yaitu 48,3 % sukrosa, 29,8 % glukosa dan 21,9 % fruktosa (Sujiprihatin et al. 2009). Negara-negara produsen utama buah pepaya adalah Brasil, Meksiko, Indonesia, India dan Zaire (Villegas 1997). Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Sukabumi), Jawa timur (Kabupaten Malang), Pasar induk Kramat Jati DKI, Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), dan Sulawesi Utara (Manado) (Bappenas 2000). Luas lahan panen pepaya di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 7.984 ha dengan hasil produksi mencapai 621.524 ton (Dirjen Holtikultura 2009).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan bulan Juli 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain adalah tanaman pepaya (Carica papaya L) varietas IPB 9 yang berasal dari Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dan serangga kutu putih pepaya, P. marginatus yang diperoleh tanaman pepaya di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor dan diperbanyak di laboratorium. Alat yang digunakan antara lain adalah kurungan serangga yang terbuat dari plastik mika, mikroskop binokuler, counter, higrothermometer digital, Global Positioning System (GPS), kuas, jarum, polybag, dan nampan semai (tray). Metode Penelitian Persiapan Tanaman Inang Benih tanaman pepaya ditanam dalam nampan semai dengan menggunakan media tanam berupa tanah kompos dan sekam bakar. Setelah tanaman berumur 30 HST, tanaman dipindahkan ke dalam polybag berukuran 25 x 25 cm dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang 1 : 1. Tanaman dapat digunakan sebagai inang setelah tanaman berumur sekitar 4 bulan atau tinggi tanaman sekitar 40 cm. Perbanyakan Serangga Beberapa imago kutu putih pepaya dari lapangan dibawa dan dipelihara, kemudian diperbanyak pada tanaman pepaya di laboratorium. Serangga kutu putih yang digunakan sebagai bahan penelitian merupakan serangga generasi kedua. Persiapan Kurungan Serangga Kurungan serangga berbentuk tabung yang terbuat dari plastik mika dengan ukuran panjang 10 cm dan diameter 4 cm, kemudian alas kurungan serangga ditutup dengan kain kasa trikot, seperti tampak dalam Gambar 4a. Kurungan serangga tersebut kemudian akan digunakan pada tanaman pepaya dengan posisi seperti pada Gambar 4b.
13
Gambar 4 Kurungan serangga (a) dan perlakuan pada daun pepaya (b) Pengamatan Biologi dan Statistik Demografi Paracoccus marginatus Pengamatan kohort kutu putih pepaya P. marginatus dilakukan di laboratorium. Pengamatan kutu putih pepaya dimulai pada stadium nimfa instar pertama yang berasal dari beberapa imago. Kutu putih pepaya stadium nimfa instar pertama yang digunakan berada dalam keadaan umur yang sama. Setiap serangga nimfa instar pertama diletakkan pada permukaan bagian bawah daun pepaya, kemudian daun dikurung dengan menggunakan kurungan serangga seperti yang telah disebutkan (Gambar 4b). Pada setiap pohon dilakukan perlakuan pada dua daun (Gambar 5a). Jumlah ulangan keseluruhan sebanyak 80 kali ulangan (Gambar 5b). Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali dengan menggunakan mikroskop binokuler (Gambar 6). Suhu dan kelembapan lingkungan dicatat setiap hari pada pukul 10.00 WIB menggunakan higrothermometer.
Gambar 5 Perlakuan pada tanaman pepaya berumur 4 bulan (a) dan pengulangan sebanyak 80 kali (b)
14
Gambar 6 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop binokuler Peubah biologi yang diamati meliputi: 1) lama waktu perkembangan yang dibutuhkan nimfa pada setiap instar hingga menjadi imago, 2) lama hidup imago sejak berganti kulit hingga mati, 3) masa sebelum peletakan telur hingga meletakan telur, 4) jumlah telur yang diletakkan, 5) lama perkembangan yang dibutuhkan sejak telur diletakkan oleh imago hingga menetas menjadi nimfa instar satu. Untuk pengamatan peletakan telur per hari, dilakukan pengamatan menggunakan asumsi bahwa nimfa yang telah menetas setiap harinya di hitung sebagai telur yang diletakkan per hari. Pengamatan dilakukan terhadap lima individu kutu putih yang hari awal peletakan telurnya berbeda dan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan karena telur diletakkan dalam kantung telur yang tidak memungkinkan apabila kantung telur dibuka. Adapun data mengenai data kemampuan hidup dan keperidian disusun dalam bentuk tabel neraca kehidupan (life table). Menurut Birch (1948 dalam Kurniawan 2007), parameter demografi yang dihitung meliputi: 1. Laju Reproduksi Bersih (Ro), dihitung dengan rumus: Ro = Σ lxmx 2. Laju Reproduksi Kotor (GRR), dihitung dengan rumus: GRR = Σ mx 3. Laju Pertambahan Intrinsik (rm) dihitung dengan rumus: Σ lxmx ℮-rmx =1, dengan
rawal = (ln Ro) / T
15
4. Rataan masa generasi (T) dihitung dengan rumus: T = Σ xlxmx / Σ lxmx 5. Populasi berlipat ganda dihitung dengan rumus: DT = ln (2) / r Keterangan: x : Kelas umur kohor (hari) lx : Proporsi individu yang bertahan hidup pada umur x mx : Keperidian spesifik individu-individu pada kelas umur x atau jumlah keturunan betina per kapita yang lahir pada kelas x. Perkiraan Pertumbuhan Populasi Paracoccus marginatus Perkiraan pertumbuhan populasi dapat dilakukan apabila suatu populasi berkembang akibat faktor yang konstan per satuan waktu. Menurut Price (1984), laju pertumbuhan yang cepat dapat terjadi apabila faktor kematian akibat predator, parasit, iklim yang ekstrim, serangan organisme lain atau penurunan fekunditas, dan persedian makanan yang kurang tidak terjadi. Pertumbuhan populasi yang tidak terbatas dapat membentuk kurva pertumbuhan geometrik (Andrewartha dan Birch 1982), dengan persamaan: Nt = No℮rmt Keterangan: No
: Jumlah individu saat waktu nol
Nt
: Jumlah individu saat waktu t
rm
: Laju pertumbuhan intrinstik
Menurut Price (1984), laju pertambahan populasi, r, pada kenyataannya dibatasi oleh faktor yang dapat menurunkan laju pertumbuhan hingga kepadatan populasi mencapai titik maksimum yang dapat dicapai pada sumberdaya tersebut. Titik maksimum ini disebut carrying capacity atau daya dukung (K), sehingga pertumbuhan populasi membentuk kurva logistik, dengan persamaan:
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan GPS, lokasi penelitian secara astronomis, terletak pada 06°33’547” LS dan 106°43’789” BT. Secara geografis lokasi penelitian berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, pada ketinggian sekitar 243 m dpl. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan lingkungan lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah beriklim tropik. Suhu dan kelembapan lingkungan lokasi penelitian selama pengamatan ditampilkan pada gambar 7. Rata-rata suhu minimum dan maksimum lingkungan, berturut-turut adalah 25,56 ± 0,5 °C dan 33,08 ± 0,66 °C atau rata-rata suhu adalah 29,32 ± 0,58 °C, dan kelembapan udara minimum dan maksimum lingkungan, berturut-turut adalah 36,26 ± 6,26 % dan 76,09 ± 3,17 % atau ratarata kelembapan adalah 56,17 ± 4,71 % (Lampiran 1). Menurut Amarasekare et al. (2009), perkiraan suhu optimum dan maksimum P. marginatus untuk betina dewasa, berturut-turut adalah 28,4 °C dan 32,1 °C, dan untuk jantan dewasa, berturut-turut adalah 28,7 °C dan 31,8 °C. Fekunditas tertinggi terjadi saat suhu 25 °C. Telur diperkirakan masih dapat bertahan pada suhu antara 20 - 30 °C. Perkiraan suhu minimum kutu putih jantan dan betina dewasa untuk bertahan hidup, masing-masing adalah 14,5 °C dan 13,9 °C.
Gambar 7 Grafik suhu dan kelembapan lokasi penelitian
17
Biologi Paracoccus marginatus Pengamatan kohort menghasilkan data berupa sejarah kehidupan individu kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya (Lampiran 2). Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 8). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga dan stadium imago yang tidak memiliki sayap. Individu jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, kemudian stadium imago yang memiliki sepasang sayap. Individu betina dan jantan sudah dapat dibedakan sejak stadium nimfa instar kedua, yaitu dengan membedakan warna tubuhnya. Individu betina memiliki tubuh berwarna kuning sedangkan individu jantan memiliki tubuh yang berwarna merah muda, namun terkadang kuning. Setiap pergantian stadium serangga ditandai dengan pergantian kulit, pada pengamatan dapat diketahui dengan melihat sisa pergantian kulit serangga (eksuvia) yang melekat pada permukaan daun. Deskripsi setiap stadium pada penelitian ini sesuai dengan hasil deskripsi dan taksonomi P. marginatus yang telah dipublikasikan oleh Williams dan Granara de Willink (1992), dan dideskripsikan kembali secara lengkap oleh Miller dan Miller (2002). Data kuantitatif biologi P. marginatus hasil penelitian, yaitu berupa data lama perkembangan setiap stadium disajikan dalam Tabel 1. Instar 2 Telur
Instar 3
Imago Betina
Instar 1
2111
Instar 2
Instar 3 (Prapupa)
Instar 4 (pupa)
Imago Jantan
Gambar 8 Tahapan perkembangan Paracoccus marginatus Stadium Telur Paracoccus marginatus Pada pengamatan perkembangan telur P. marginatus pada tanaman papaya, rata-rata lama stadium telur adalah 6,97 ± 0,93 hari (Tabel 1). Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi lama stadium telur, terutama suhu. Menurut hasil penelitian Amarasekare et al. (2009), masa inkubasi telur P. marginatus
18
pada suhu 15; 34; dan 35 °C, berturut-turut adalah 27,5; 5,9; dan 5,5 hari, dan pada suhu 37 °C tidak ada telur yang menetas. Rata-rata masa inkubasi telur P. marginatus pada penelitian ini tidak terlalu berbeda dengan hasil penelitian Amarasekare et al. (2009). Tabel 1 Lama stadium Paracoccus marginatus pada tanaman pepaya Stadium (hari)
Betina
Jantan 6,97 ± 0,93 (n=82)
Telur Nimfa
4,00 ± 0,71 (n=80)
Instar 1 Instar 2
3,74 ± 0,67 (n=70)
4,12 ± 0,83 (n=8)
Instar 3
4,00 ± 0,74 (n=65)
2,25 ± 1,03 (n=8)
Instar 4 (pupa) Imago
13,18 ± 2,70 (n=62)
4,86 ± 1,21 (n=7) 3,00 (n=1)*
Prapeneluran
4,68 ± 0,97 (n=62)
-
Peneluran
6,52 ± 1,18 (n=62)
-
Siklus hidup
25,24 ± 1,51 (n=62)
25,00 (n=1)*
Keterangan: n : jumlah individu yang bertahan hidup *) : Imago yang berhasil teramati satu ekor dan enam ekor lolos. Tingkat keberhasilan hidup telur P. marginatus pada penelitian ini adalah sebesar 97,63 % (Lampiran 2). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), tingkat keberhasilan hidup telur pada empat tanaman inang yang berbeda, yaitu pada tanaman Hibiscus, Acalypha, Plumeria dan Parthenium, adalah sekitar 82,2 sampai 83,3 %. Tingkat keberhasilan hidup telur P. marginatus pada penelitian ini apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Amarasekare et al. (2008), maka tingkat keberhasilan hidup telur pada tanaman pepaya lebih tinggi dibandingkan pada keempat tanaman inang lainnya. Hal ini mungkin dapat terjadi akibat pengaruh suhu lingkungan dan tingkat kelembapan udara yang berbeda pada lokasi penelitian. Pada lokasi penelitian ini, rata-rata suhu lingkungan adalah 29,32 ± 0,58 °C dan rata-rata kelembapan udara adalah 56,17 ± 4,71 %,
19
sedangkan pada penelitian Amarasekare et al. (2008), suhu lingkungan penelitian dijaga sekitar 27 ± 1°C dengan kelembapan 65 ± 2%. Dapat dikatakan bahwa keadaan lingkungan yang lebih hangat dan kering dapat meningkatkan persentase keberhasilan hidup telur P. marginatus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amarasekare et al. (2009), yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu lingkungan maka perkembangan telur akan semakin singkat, yaitu mencapai puncak pada suhu 35 °C dan akan menurun secara signifikan setelah suhu mencapai 37 °C. Gambar 9a kutu putih nimfa instar satu yang baru menetas, Gambar 9b menunjukan telur yang masih dalam kantung telur, dan gambar 9c menunjukan telur yang tidak berhasil menetas berubah menjadi berwarna hitam.
a
b
c 0,5 mm
0,5 mm
Gambar 9 Stadium nimfa instar pertama P. marginatus yang baru muncul (a), kantung telur (ovisak) (b) dan telur yang tidak berhasil menetas (c) Stadium Nimfa Paracoccus marginatus
0,5 mm
Gambar 10 Stadium nimfa instar pertama P. marginatus Stadium nimfa instar pertama. Pada stadium ini, jenis kelamin kutu putih belum dapat dibedakan. Kutu putih stadium ini disebut crawler (Gambar 10), karena pada stadium ini serangga sangat aktif bergerak. Serangga akan terus bergerak hingga menemukan tempat yang nyaman untuk makan, seperti pada
20
ditepi tulang daun utama yang merupakan salah satu letak jaringan floem tanaman yang mengangkut sari-sari makanan hasil fotosintesis. Pada penelitian ini, stadium nimfa instar satu P. marginatus pada tanaman pepaya membutuhkan waktu untuk berkembang rata-rata 4,00 ± 0,71 hari (Tabel 1). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), lama stadium nimfa instar satu pada empat tanaman inang yang berbeda adalah sekitar 5,8 sampai 6,6 hari (Acalypha: 5,9 ± 0,1 hari; Hibiscus: 6,2 ± 0,1 hari; Parthenium: 5,6 ± 0,1 hari; dan Plumeria: 6,6 ± 0,1 hari). Stadium nimfa instar kedua. Pada stadium nimfa instar kedua, jenis kelamin P. marginatus sudah dapat dibedakan dengan melihat warna tubuhnya. Individu betina memiliki tubuh yang berwarna kuning (Gambar 11b), sedangkan individu jantan memiliki tubuh yang berwarna merah muda (Gambar 11c), namun terkadang berwarna kuning. Perbedaan morfologi betina dan jantan ini sesuai dengan hasil deskripsi kutu putih pepaya dari Miller dan Miller (2002). Pada stadium nimfa instar ini, P. marginatus mulai tidak bergerak aktif seperti pada stadium nimfa instar satu. a
c b
0,5 mm
b
0,5 mm
Gambar 11 Eksuvia nimfa instar pertama P. marginatus (a), stadium nimfa instar kedua betina (b), dan stadium nimfa instar kedua jantan (c) Pada penelitian ini, stadium nimfa instar kedua betina memerlukan waktu untuk berkembang rata-rata 3,74 ± 0,67 hari dan pada stadium nimfa instar kedua jantan, membutuhkan waktu untuk berkembang rata-rata 4,12 ± 0,83 hari (Tabel 1). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), lama stadium nimfa instar kedua pada empat tanaman inang yang berbeda adalah sekitar 3,8 hingga 5,3 hari pada individu betina dan 5,6 hingga 9,6 hari pada individu jantan. Lama stadium nimfa instar kedua betina tidak terlalu berbeda dengan penelitian Amarasekare et al. (2008), sedangkan pada individu jantan sedikit lebih singkat.
21
Stadium nimfa instar ketiga. Secara umum pada stadium nimfa ketiga ini ukuran tubuh betina lebih besar dan lebar dibandingkan dengan jantan, dan tubuh individu betina tetap berwarna kuning. Pada individu betina, tahapan perkembangan ini merupakan stadium akhir sebelum menjadi imago (Gambar 12 a). Stadium nimfa instar ketiga jantan memiliki ukuran tubuh lebih ramping dibandingkan dengan individu betina. Pada individu jantan, serangga ini akan mengalami satu tahapan perkembangan lagi sebelum menjadi imago yaitu stadium nimfa instar keempat. Stadium nimfa instar ketiga pada jantan disebut prapupa, karena di sekitar tubuh serangga jantan mulai diselimuti oleh benang-benang lilin (Gambar 12 b). a
1 mm
b
1 mm
Gambar 12 Stadium nimfa instar ketiga betina P. marginatus (a) dan stadium nimfa instar ketiga jantan atau prapupa (b) Pada penelitian ini, stadium nimfa instar ketiga betina P. marginatus memerlukan waktu untuk berkembang rata-rata 4,00 ± 0,74 hari dan pada stadium nimfa instar ketiga jantan, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk berkembang adalah 2,25 ± 1,13 hari (Tabel 1). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), lama stadium nimfa instar ketiga betina dan jantan pada empat tanaman inang yang berbeda, berturut-turut adalah sekitar 4,7 hingga 6,3 hari dan 2,3 hingga 3,4 hari. Bila hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Amarasekare et al. (2008), maka lama stadium nimfa instar ketiga betina pada tanaman pepaya sedikit lebih singkat dibandingkan keempat tanaman inang lainnya. Stadium nimfa instar keempat. Stadium nimfa ini hanya terjadi pada individu jantan. Stadium nimfa instar keempat jantan ini berupa pupa dengan tipe pupa eksarata yang ditutupi benang-benang lilin (Gambar 13). Pada penelitian ini, rata-rata waktu yang dibutuhkan instar ini untuk berkembang adalah 4,86 ± 1,21
22
hari (Tabel 1). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), lama stadium nimfa instar empat jantan pada empat tanaman inang yang berbeda adalah sekitar 2,6 hingga 4,5 hari. Lama stadium nimfa instar empat jantan pada tanaman pepaya dalam penelitian ini lebih lama dibandingkan pada tanaman inang yang berbeda dalam penelitian Amarasekare et al. (2008).
1 mm
Gambar 13 Stadium nimfa instar empat jantan P. marginatus atau pupa Pada penelitian ini, rata-rata waktu kumulatif yang dibutuhkan stadium nimfa P. marginatus betina dan jantan pada tanaman pepaya untuk berkembang menjadi imago, berturut-turut adalah 11,74 hari dan 15,23 hari (Tabel 1). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), rata-rata waktu kumulatif yang dibutuhkan stadium nimfa P. marginatus betina dan jantan pada empat tanaman inang berbeda untuk berkembang menjadi imago, berturut-turut adalah sekitar 15,7 hingga 17,1 hari dan 18,9 hingga 21,5 hari. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa perkembangan stadium nimfa P. marginatus pada tanaman pepaya lebih singkat bila dibandingkan dengan lama stadium nimfa pada empat tanaman inang yang berbeda, yaitu pada tanaman Hibiscus, Acalypha, Plumeria dan Parthenium, dalam penelitian Amarasekare et al. (2008). Namun dari hasil penelitian ini terlihat kesesuaian dengan penelitian Amarasekare et al. (2008), yaitu lama perkembangan stadium nimfa individu betina lebih singkat dibandingkan lama perkembangan stadium nimfa pada individu jantan. Persentase keberhasilan hidup P. marginatus pada tanaman pepaya stadium nimfa instar satu, nimfa instar dua betina, nimfa instar tiga betina, berturut-turut adalah 97,5 %; 92,86 %; dan 95,39 %. Persentase keberhasilan hidup stadium nimfa betina P. marginatus pada empat tanaman inang berbeda menurut
23
Amarasekare et al. (2008), adalah sekitar 82,3 – 89,7 % pada tiga tanaman inang (Acalypha, Hibiscus dan Parthenium) dan 58,4 – 81,8 % pada tanaman Plumeria. Perbedaan lama waktu perkembangan setiap stadium nimfa P. marginatus pada tanaman pepaya dalam penelitian ini dengan lama waktu perkembangan dalam penelitian Amarasekare et al. (2008) pada keempat tanaman inang yang berbeda, dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan terutama suhu dan kelembapan pada lokasi penelitian yang berbeda, pengaruh fisik dan kimiawi dari tanaman, seperti tekstur daun dan nutrisi dari tanaman inang. Hal ini juga mempengaruhi tingkat keberhasilan hidup stadium nimfa, sehingga tingkat keberhasilan hidup nimfa pada tanaman pepaya yang lebih tinggi apabila bandingkan dengan tingkat keberhasilan hidup pada keempat tanaman inang lainnya pada penelitian Amarasekare et al. (2008). Stadium Imago Paracoccus marginatus Stadium imago betina memiliki tubuh berbentuk oval berwarna kuning yang ditutupi oleh lilin berwarna putih dan mengeluarkan embun madu (Gambar 14a). Stadium imago betina mirip dengan stadium nimfa, namun ukurannya lebih besar dan lebar. Pada stadium imago jantan, tubuh imago berwarna merah muda kecoklatan dan memiliki sepasang sayap (Gambar 14c), serta aktif terbang di sekitar pertanaman mencari imago betina. Pada penelitian ini, beberapa imago jantan berhasil lolos dari dalam kurungan serangga dan hanya satu imago yang berhasil diamati. Hal ini terjadi kemungkinan akibat kerapatan kain kasa yang digunakan masih memungkinkan imago jantan untuk lolos dari kurungan.
c a
1 mm
b
1 mm
Gambar 14 Stadium imago betina P. marginatus yang baru muncul (a), eksuvia nimfa instar tiga (b) dan stadium imago jantan (c)
24
Pada penelitian ini tidak dapat dipastikan apakah imago kutu putih berkopulasi atau tidak. Terbukti dari lolosnya imago jantan sebanyak enam ekor dari pengamatan. Namun dalam kesempatan lain dipelihara individu betina stadium nimfa instar ketiga dan dikurung dengan kain kasa yang kerapatannya lebih kecil. Dari hasil pengamatan ini, serangga imago betina tersebut dapat meletakan telur dan telur yang diletakan berhasil menetas. Rata-rata lama hidup stadium imago betina P. marginatus pada penelitian ini adalah selama 13,18 ± 2,7 hari dan lama hidup stadium imago jantan tersebut adalah 3,00 hari (Tabel 1). Lama hidup stadium imago jantan umumnya lebih singkat dibandingkan lama hidup stadium imago betina. Pada penelitian Amaresekare et al. (2008), lama hidup stadium imago betina dan jantan, berturutturut adalah 21,2 ± 0,1 hari dan 2,3 ± 0,1 hari. Bila dibandingkan dengan penelitian Amaresekare et al. (2008), terlihat bahwa lama hidup imago betina P. marginatus pada tanaman pepaya dalam penelitian ini lebih singkat. Perbedaan ini tidak terlepas dari pengaruh suhu dan perbedaan kelembapan lingkungan tempat penelitian, dan selain itu perbedaan nutrisi dari tanaman inang kutu putih tersebut. Pada penelitian ini, rata-rata siklus hidup individu betina P. marginatus, yaitu saat telur mulai diletakkan hingga imago betina ini meletakan telur pertama adalah selama 25,24 ± 1,51 hari dan siklus hidup individu jantan, yaitu saat telur mulai diletakkan hingga imago jantan ini mati adalah selama 25,00 hari (Tabel 1). Rasio perbandingan imago jantan dan imago betina P. marginatus pada tanaman pepaya adalah 62 imago betina banding 7 imago jantan atau 9 : 1 (Tabel 1), dengan persentase imago betina adalah 89,85 % dari jumlah populasi. Pada penelitian Amaresekare et al. (2008), perbandingan imago betina pada empat tanaman inang adalah sekitar 53 hingga 59 % (Acalypha: 53,9 ± 1,3 %; Hibiskus: 53,7 ± 1,1 %; Phartenium: 53,4 ± 1,0 %; dan Plumeria: 58,9 ± 1,7 %). Faktor fisik dan kimiawi tanaman dapat mempengaruhi karakteristik populasi serangga. Jumlah imago betina yang lebih banyak daripada imago jantan dapat menimbulkan masalah jika serangga tersebut bersifat merugikan. Hal ini terjadi karena, perkembangan populasi di suatu habitat ditentukan oleh banyaknya imago betina, artinya semakin tinggi perbandingan seks rasio individu betina maka populasi akan semakin cepat meningkat.
25
Lama Hidup dan Keperidian Paracoccus marginatus Setiap organisme memiliki variasi jangka hidup yang terbatas akibat berbagai faktor, sehingga dapat ditentukan karakteristik kelangsungan hidup organism di dalam suatu populasi. Pada penelitian ini, rata-rata lama hidup betina P. marginatus pada tanaman pepaya adalah 31,69 ± 2,35 hari (Lampiran 3). Ratarata masa prapeneluran dan masa peneluran P. marginatus pada tanaman pepaya, berturut-turut adalah 4,68 ±0,97 dan 6,52 ± 1,18 hari (Lampiran 4). Pada penelitian Amarasekare et al. (2008), rata-rata masa prapeneluran (preoviposition) dan masa peneluran (oviposition) pada empat tanaman inang yang berbeda, berturut-turut adalah 6,3 ± 0,1 hari dan 11,2 ± 0,1 hari. Pada tanaman inang pepaya, masa prapeneluran dan masa peneluran betina dewasa P. marginatus lebih singkat dibandingkan pada tanaman inang hasil penelitian Amarasekare et al. (2008).
3 mm
Gambar 15 Perkembangan stadium imago betina P. marginatus pada hari genap: sebelum meletakan telur, saat mulai meletakan telur, telur yang diletakan menetas, hingga imago mati (kanan ke kiri) Memasuki masa peneluran, imago betina membentuk kantung telur yang terbuat dari benang-benang lilin yang sangat lengket dan mudah melekat pada
26
permukaan daun kemudian telur diletakan dalam kantung telur tersebut (Gambar 15). Dari hasil penelitian, jumlah rata-rata telur yang diletakkan atau fekunditas imago betina P. marginatus adalah 233,27 ± 62,74 butir per induk, dan rata-rata keperidian P. marginatus adalah 227,73 ± 64,73 butir per induk (Lampiran 5). Pada penelitian Amaresekare et al. (2008), jumlah telur yang diletakan pada tanaman Plumeria, Parthenium, Acalypha dan Hibiscus, berturut-turut adalah 186,3 ± 1,8; 230,2 ± 5,3; 235,2 ± 3,5; dan 244,4 ± 6,8 butir per induk. Menurut Amaresekare et al. (2008), perbedaan siklus hidup P. marginatus pada beberapa tanaman inang dapat dikarenakan faktor nutrisi, senyawa alelokimiawi dan struktur fisik daun tanaman inang. Spesies tanaman yang berbeda menyediakan kualitas nutrisi dan unsur pokok kimia yang berbeda, sehingga hal ini dapat mempengaruhi karakteristik suatu populasi terutama terhadap perkembangan, tingkat reproduksi dan ketahanan serangga tersebut. Statistik Demografi Paracoccus marginatus Statistik demografi merupakan analisis kuantitatif karakteristik suatu populasi, yang erat hubungannya dengan pola pertumbuhan populasi, hubungan ketahanan populasi, dan pergerakan suatu populasi (Price 1984). Tipe bertahan hidup P. marginatus memperlihatkan pola yang dikenal dengan kurva tipe I (Gambar 16). Menurut Price (1984), terdapat tiga jenis kurva bertahan hidup, yaitu tipe I, tipe II dan tipe III. Kurva tipe I menggambarkan kematian organisme dalam jumlah sedikit ketika populasi berumur muda dan kematian dalam jumlah besar sewaktu populasi berumur lebih tua, tipe II menunjukkan laju kematian konstan, sedangkan tipe III memperlihatkan kematian yang lebih besar terjadi pada populasi berumur muda. Banyaknya telur yang diletakkan setiap harinya disajikan dalam bentuk laju reproduksi kotor (mx). Nilai mx menunjukkan banyaknya telur betina yang dihasilkan
induk
yang
berumur
hari
ke-x,
dan
dihitung
setelah
mempertimbangkan nisbah kelamin. Gambar 16 menyajikan kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian per hari (mx) P. marginatus pada tanaman pepaya. Dari kurva, diketahui bahwa peletakkan telur dimulai pada hari ke-23 hingga hari ke37 (Lampiran 5). Dalam perkembangannya, rata-rata keperidian betina per hari
27
mencapai titik maksimum pada hari ke-28 dengan jumlah telur 30,95 butir atau 17,80 % dari jumlah telur yang diletakkan (Lampiran 6).
Gambar 16 Kurva lama hidup (lx) dan rataan keturunan betina per hari (mx) P. marginatus pada tanaman pepaya Mengetahui aspek-aspek demografi suatu populasi merupakan salah satu langkah awal dalam mempelajari perkembangan suatu populasi serangga. Aspekaspek demografi suatu populasi terdapat dalam bentuk neraca kehidupan (Life Table) (Carey 1993). Neraca kehidupan yang berisikan informasi aspek demografi P. marginatus pada tanaman pepaya disajikan dalam tabel 2. Tabel 2 Neraca kehidupan Paracoccus marginatus pada tanaman pepaya Parameter populasi
Satuan
GRR
3540,23
Individu/generasi
Ro
133,05
rm
0,19
T
26,61
Hari
DT
3,71
Hari
Individu/induk/generasi Individu/induk/hari
Keterangan: (Ro) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik, (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda
28
Total rataan keperidian betina (mx) pada sebuah populasi untuk seluruh kelas umur (x) menunjukan laju reproduksi bersih (Ro), yaitu jumlah keturunan betina yang mampu dihasilkan oleh rata-rata individu induk tiap generasi (Price 1984). Pada penelitian ini, nilai laju reproduksi bersih (Ro) P. marginatus pada tanaman pepaya adalah 133,05 individu per induk per generasi. Nilai ini menunjukkan bahwa pada keadaan lingkungan tersebut, populasi serangga dapat meningkat 133 kali dari populasi generasi sebelumnya. Nilai Ro dan GRR yang tinggi memperlihatkan tingkat kesesuaian hidup serangga terhadap tanaman inang (Kurniawan 2007). Laju pertambahan instrinsik (rm) merupakan pertambahan populasi pada lingkungan konstan dan sumberdaya yang tidak terbatas. Nilai yang diperoleh ditentukan oleh berbagai aspek yang berhubungan dengan siklus kehidupan organisme tersebut, yaitu kematian, kelahiran, dan waktu perkembangan. Pada penelitian ini, laju pertambahan instrinsik (rm) oleh P. marginatus pada tanaman pepaya adalah 0,19 individu per induk per hari. Tingginya nilai rm dapat dipengaruhi oleh tingginya keperidian, rendahnya mortalitas pradewasa dan masa dewasa. Rata-rata masa generasi (T) adalah rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago betina menghasilkan separuh keturunannya. Dengan mengetahui nilai Ro dan T, maka dapat ditentukan laju pertambahan intrinsik (rm) generasi tersebut (Andrewartha dan Birch 1982). Pada penelitian ini, masa generasi (T) P. marginatus pada tanaman pepaya adalah 26,61 hari. Semakin kecil nilai T maka semakin cepat waktu suatu organisme untuk berkembang biak. Pada penelitian ini, waktu yang dibutuhkan populasi P. marginatus pada tanaman pepaya untuk berlipat ganda (DT) adalah 3,71 hari. Nilai DT yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya laju reproduksi kotor (GRR) dan nilai laju reproduksi bersih (Ro) dalam satuan waktu tertentu. Menurut Birch (1948 dalam Kurniawan 2007), nilai berlipat ganda yang tinggi pada suatu populasi, dapat menyebabkan penurunan sumber daya lingkungan dan mempengaruhi nilai laju pertambahan intrinsik (rm).
29
Perkiraan Pertumbuhan Populasi P. marginatus Menurut Price (1984), bila suatu populasi berkembang akibat faktor yang konstan per satuan waktu, maka petumbuhan populasi dapat meningkat dengan cepat membentuk kurva eksponensial. Laju pertumbuhan yang cepat dapat terjadi apabila faktor kematian seperti akibat predator, parasit, iklim yang ekstrim, serangan organisme lain atau penurunan fekunditas, dan persedian makanan berkurang tidak terjadi. Lingkungan menyediakan jumlah makanan tertentu pada suatu populasi. Jika jumlah populasi suatu organisme kurang dari jumlah makanan yang tersedia, maka laju pertumbuhan populasi akan terus meningkat, sedangkan jika jumlah populasi suatu organisme melebihi jumlah makanan yang tersedia, maka laju pertumbuhan populasi akan menurun, dan saat jumlah populasi suatu organisme dan jumlah makanan yang tersedia adalah tepat sama, maka laju pertumbuhan populasi akan tetap. Laju
pertumbuhan
populasi
dipengaruhi
salah
satunya
oleh
laju
pertambahan intrinsik (r). Pada kenyataannnya laju pertambahan intrinsik ini dibatasi oleh faktor tertentu yang dapat menurunkan laju pertumbuhan hingga kepadatan populasi mencapai titik maksimum yang dapat dicapai pada sumberdaya tersebut. Titik maksimum ini disebut daya dukung atau carrying capacity (K). Nilai K pada suatu populasi mengakibatkan pertumbuhan populasi suatu organisme membentuk kurva logistik. Nilai K pada suatu populasi dengan populasi lainnya dimungkinkan berbeda. Hal tersebut dikarenakan perbedaan keadaan lingkungan, ketersediaan nutrisi tanaman, dan faktor lain yang dapat menganggu populasi tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan perkiraan pertumbuhan populasi P. marginatus pada tanaman pepaya dalam kurva eksponensial dan kurva logistik. Nilai K yang diasumsikan pada populasi P. marginatus adalah 100; 250; 500; dan 1000, dengan populasi awal (No) kutu putih pepaya P. marginatus adalah dua ekor dan laju pertumbuhan instrinstik (r) sebesar 0,19 individu/induk/generasi. Dengan menggunakan persamaan laju pertumbuhan populasi, maka diperoleh jumlah individu pada suatu waktu tertentu. Berikut ini diberikan hubungan antara jumlah individu terhadap suatu waktu tertentu pada Gambar 17.
30
Gambar 17 Kurva perkiraan pertumbuhan populasi kutu putih pepaya P. marginatus Populasi kutu putih pepaya P. marginatus yang membentuk kurva eksponensial, pada hari ke-40 mencapai 3.516 ekor (Lampiran 7). Populasi kutu putih pepaya P. marginatus dengan dengan laju pertumbuhan yang membentuk kurva logistik dengan berbagai nilai K, yaitu: 100; 250; 500; dan 1000 pada hari ke-40, berturut-turut mencapai jumlah individu sebesar 97; 230; 418; dan 697 ekor (Lampiran 7). Semakin kecil nilai K dengan nilai r yang konstan, maka waktu suatu populasi untuk mencapai nilai maksimum populasi tersebut semakin singkat. Saat nilai N mendekati K, maka laju pertumbuhan populasi
akan
menurun dan saat nilai N sama dengan K, maka tidak terjadi laju pertumbuhan. Pada kurva eksponensial diperkiraan jumlah individu dalam populasi P. marginatus pada tanaman pepaya akan terus meningkat. Berbeda halnya dengan kurva logistik, pada masing-masing kurva terlihat bahwa laju pertumbuhan populasi menurun saat kepadatan jumlah individu mendekati nilai maksimum populasi tersebut. Perbedaan nilai K pada masing-masing populasi dapat terjadi akibat pengaruh dari sumberdaya yang tersedia ataupun gangguan dari luar terhadap setiap populasi.
31
Perbedaaan yang terjadi antara kurva ekponensial dan kurva logistik menunjukkan adanya interaksi antara potensial biotik dari populasi dengan ketersediaan makanan. Beberapa penulis berpendapat bahwa perbedaaan antara kedua kurva tersebut dinyatakan sebagai ”ketahanan lingkungan” (Environmental resistance) atau disebut juga pengaruh semua faktor yang membatasi potensial biotik (Price 1984). Namun sesungguhnya, perbedaan ini adalah hasil dari satu faktor lingkungan saja yaitu kompetisi disemua bidang baik itu makanan, tempat tinggal atau ketersediaan sumber alam yang terbatas. Banyak faktor lain yang dapat mengurangi pertumbuhan populasi dan menjaga pupulasi tetap berada dibawah nilai K (carrying capacity) dan itu semua adalah bagian dari ketahanan lingkungan. Meskipun ketidaktersediaan makanan di alam jarang terjadi, namun adanya ketahahan lingkungan akan menjaga populasi selalu dibawah nilai K. Menurut Amarasekare et al. (2008), memahami siklus hidup P. marginatus sangatlah penting dalam meramalkan perkembangan, kemunculan, penyebaran dan kelimpahan serangga ini. Dengan perkembangan yang cepat, tingginya tingkat bertahanan dan kapasitas reproduksi yang sangat besar, sebuah populasi P. marginatus dapat berpotensi mencapai tingkat level tertinggi dan menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam jumlah besar pada tanaman ekonomi penting, apabila tidak dilakukan penanganan secara tepat yang dilaksanakan sesuai waktunya. Informasi siklus hidup berperan penting dalam pengendalian hama, terutama dalam aplikasi penanganan secara kimiawi dan biologi. Stadium nimfa instar awal lebih mudah dikendalikan daripada stadium lanjutnya. Dengan mengetahui waktu munculnya stadium nimfa instar yang lebih awal pada waktu perkembangannya, maka dapat membantu dalam pelaksanaan pengendalian hama terpadu (PHT) P. marginatus secara tepat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rata-rata lama waktu perkembangan setiap stadium kutu putih pepaya Paracoccus marginatus pada tanaman pepaya, yaitu: stadium telur selama 6,97 ± 0,93 hari, nimfa instar pertama selama 4,00 ± 0,71 hari, nimfa instar kedua betina selama 3,74 ± 0,67 hari, nimfa instar kedua jantan selama 4, 12 ± 0,83 hari, nimfa instar ketiga betina selama 4,00 ± 0,74 hari, nimfa instar ketiga jantan atau prapupa selama 2,25 ± 1,03, nimfa keempat jantan atau pupa selama 4,86 ± 1,21 hari, imago betina selama 13,18 ± 2,70 hari, dan imago jantan selama 3,00 hari. Rata-rata siklus hidup individu betina adalah selama 25,24 ± 1,51 hari dan siklus hidup individu jantan adalah 25,00 hari. Rata-rata fekunditas P. marginatus adalah 233,27 ± 62,74 butir per induk dan rata-rata keperidian adalah 227,73 ± 64,73 butir per induk. Rasio perbandingan betina dan jantan kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya adalah 9 : 1. Tipe bertahan hidup kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya memperlihatkan pola bertahan yang dikenal dengan kurva tipe I. Laju reproduksi bersih (Ro) P. marginatus adalah 133,05 individu per induk per generasi. Laju pertumbuhan intrinstiknya (rm) sebesar 0,19 individu per induk per hari, rata-rata waktu generasi (T) adalah 26,61 hari dan waktu yang dibutuhkan oleh populasi P.marginatus untuk berlipat ganda adalah 3,71 hari. Saran Untuk mengetahui karakteristik biologi secara kuantitatif dan aspek demografi Paracoccus marginatus pada berbagai keadaan, perlu dilakukan penelitian di berbagai tanaman inang dan pada suhu yang berbeda. Informasi ini sangat penting dalam upaya pengendalian hama terpadu P. marginatus secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA Amarasekare KG, Chong JH, Epsky ND, Manion CM. 2009. Effect of Temperature on The Life History of The Mealybug Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) [Abstrak]. J Econ Entomol Vol.101 hlm: 798-804. Amarasekare KG, Mannion CM dan Osborne LS. 2008. Life History of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Psudococcidae) on Four Host Plant Spesies Under Laboratory Condition. J Environ. Entomol. Vol 37(3): 630-635. Andrewartha HG, Birch LC. 1982. Selection from The Distribution and Abundance of Animal. Chicago: The University of Chicago Press. Bali Post. 2009. Hama Kutu Tepung Serang Pepaya: Kerugian Petani Puluhan Juta. Bali Post. 8 September 2009. www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id =19586. [14 Sep 2009]. [BAPPENAS] Badan Pembangunan Nasional. 2000. Pepaya (Carica papaya L). Kemal Prihatman, editor. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan. www.aagos.ristek.go.id/pertanian/pepaya.pdf [5 Des 2008]. Carey JR. 1993. Applied demography for biologist with special emphasis on insect. Oxford University Press. New York. hlm: 11-41. [Dirjen Holtikultura] Direktorat Jendral Holtikultura. 2008. Waspada Serangan Kutu Putih pada Tanaman Pepaya. www.holtikultura.deptan.go.id [5 Des 2008]. [Dirjen Holtikultura] Direktorat Jendral Holtikultura. 2009. Statistik produksi luas lahan panen dan hasil produksi 2003-2007 Tanaman buah-buahan di Indonesia. www.holtikultura.deptan.go.id [10 Ags 2009]. Heu RA, Fukada MT, Conant P. 2007. Papaya mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae). State of Hawaii Department of Agriculture, Honolulu, Hl. Kurniawan HA. 2007. Neraca kehidupan Kutukebul, Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun (curcumas sativus L.) dan Cabai (Capsicum annuum L.) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Miller DR, Miller GL. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Williams ang Granara de Willink (Hemiptera: Coccidae: pseudococcidae)
34
Including Descriptions of the Immature Stage and Adult Male. Proc. Entomol. Soc. Wash. 104:1-23. Muniappan R. 2009. Papaya Mealybug, a New Invander in Asia. IAPPS Newsletter No.1 International Association for The Plan Protection Sciences. http://www.plantprotection.org/news/news.jan.2009.htm. [10 Ags 2009]. Muniapan R, Meyerdirk DE, Sengebau FM, Berringer DD, Reddy GVP. 2006. Classical biological control of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) in the Republic of Palau. Fla. Entomol. 89: 212-217. Panjota A, Follet PA, Jimenez AV. 2002. Pest of Papaya. Di dalam: Pena JE, Sharp JL, Wysoki M, editor. Tropical Fruit Pest and Pollinator: Biology, Economic Importance, Natural Enemies, and Control. Trowbrige,UK: Cromwell Press. Price PW. 1984. Insect Ecology. Second Edition. New York: John Willey & Sons. hlm:209-234. Purnama D. 2008. Invasi Kutu dari Meksiko. Koran Tempo, 15 Agustus 2008. Sartiami D, Dadang, Anwar R, Harahap IS. 2009. Persebaran Hama Baru Paracoccus marginatus di Propinsi Jawa Barat [Abstrak]. Di dalam: Buku Panduan Seminar Nasional Perlindungan Tanaman. Bogor, 5-6 Agustus 2009. Sujiprihati S, Suketi K. 2009. Budi Daya Pepaya Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya. Villegas VN. 1997. Carica Papaya L.. Di dalam: E.W.M. Verheij & R.E. Coronel, editor. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 : Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Walker A, Hoy M, Meyerdirk D, 2003. Papaya mealybug (Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Insecta: Hemiptera: Pseudococcidae)). Featured creatures. Entomology and Nematology Department, Florida Cooperative Extension Service, Institut of Food and Agricultural Sciences, University of Florida, Grainesville, FL. Williams DJ, Granara de Willink MC. 1992 Mealybugs of Central and South America. Wallingford, Oxon, United Kingdom: CAB International.
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Tabel Suhu dan kelembapan lokasi penelitian Pengamatan ke
Suhu T (oC)
Kelembapan RH (%)
kelas umur (x)
min
max
min
max
0
24,5
34,0
29
79
1
24,5
33,7
32
80
2
24,7
34,2
28
76
3
26,0
33,5
46
76
4
26,5
33,9
41
76
5
26,5
34,5
35
75
6
25,5
34,5
42
80
7
25,2
32,0
43
82
8
25,5
33,1
40
84
9
25,4
33,0
36
82
10
25,6
33,0
39
78
11
25,9
33,7
44
74
12
25,9
33,7
36
74
13
25,4
32,7
28
75
14
25,6
32,7
31
71
15
25,4
32,8
28
78
16
25,5
32,5
28
80
17
25,5
32,9
40
76
18
25,9
33,4
46
76
19
26,2
32,8
26
75
20
25,0
31,8
24
80
21
25,2
32,4
29
79
22
25,5
32,4
41
76
23
24,9
32,9
27
77
24
25,0
33,3
35
73
25
25,9
33,6
35
75
26
26,5
33,6
38
71
27
25,9
33,3
39
76
28
25,6
32,9
37
77
37
Pengamatan ke kelas umur (x)
Suhu T (oC) min
max
Kelembapan RH (%) min
max
29
25,0
31,9
43
76
30
25,4
33,1
28
75
31
25,8
31,7
43
75
32
25,4
33,3
40
72
33
26,1
33,2
40
72
34
25,8
33,1
42
75
35
25,6
32,8
44
77
36
25,6
32,9
28
72
37
26,0
32,9
38
69
38
26,1
33,0
39
78
39
25,8
33,1
42
74
40
25,7
32,2
40
76
41
24,7
33,4
33
74
Total
1073,7
1389,4
1523
3196
Rata-rata
25,56
33,08
36,26
76,09
Stdev
0,50
0,66
6,26
3,17
Lampiran 2. Tabel sejarah kehidupan individu kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya Hari pengamatan ke-
Individu 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PM01
T
√
√
√
√
√
√
√
x
PM02
T
√
√
√
√
√
√
√
x
PM1
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
PM2
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
PM3
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
PM4
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
PM5
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
PM6
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
PM7
T
√
√
√
√
√
√
√
PM8
T
√
√
√
√
√
√
PM9
T
√
√
√
√
√
PM10
T
√
√
√
√
PM11
T
√
√
√
PM12
T
√
√
PM13
T
√
PM14
T
PM15
T
PM16
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Total telur 26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41 0 0
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
I2
√
I2
√
√
√
I3
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
M
√
√
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
PM17
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
PM18
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
PM19 PM20
T
√
√
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
PM21
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
PM22
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
PM23 PM24
T
√
√
√
√
√
√
√
T
√
√
√
√
√
√
√
PM25
T
√
√
√
√
√
√
PM26
T
√
√
√
√
√
PM27
T
√
√
√
√
√
PM28
T
√
√
√
√
PM29
T
√
√
√
PM30
T
√
√
√
PM31
T
√
√
PM32
T
√
PM33
T
PM34 PM35
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
1.38
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
1.38
0.66
0.36
√
M
√
√
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.4
7.5
X
195.777
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
1.38
X
203.277
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
√
I3
√
√
√
X
√
I3
√
I4
√
√
√
√
√
HILANG
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
199.677
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
X
201.897
I2
√
√
√
I3
√
√
√
X
I2
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
X
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.5
X
√
√
√
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
I4
√
√
√
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
X
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.5
X
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.4
X
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
I4
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.5
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
1.38
X
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
X
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
X
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
√
I3
√
√
I4
√
√
√
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
PM36
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
PM37
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
PM38
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
PM39
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
√
PM40
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
X
PM41
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
199.677 0.66
0.36
204.297 199.677 195.777 195.777 195.777
X
204.297
199.677 0 0
X
199.677 195.777
0 201.897
HILANG
195.777 1.38
0.66
X
203.937 0 177.9 195.777 188.28 195.777
HILANG
0 0 X
195.777 203.277 201.897 0 0
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
X
157.98
25.74
19.92
10.38
X
52.56
38.64
25.74
19.92
X
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
X
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
HILANG
0 188.28 177.9 195.777 2.22
X
201.897 157.98 0
1.38
X
203.277
PM42
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
1.38
0.66
PM43
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
195.777
PM44
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
X
201.897
PM45
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
I4
√
√
M
√
√
X
PM46
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
195.777
PM47
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
HILANG
PM48
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM49
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
X
PM50
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM51
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM52
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
PM53
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
I3
I4
√
√
√
√
√
PM54
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
PM55
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
X
PM56
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM57
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
PM58
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
PM59
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
PM60
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
X
PM61
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
X
PM62
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
195.777
PM63
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
195.777
PM64
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM65
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
2.22
1.38
PM66
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
PM67
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM68
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
PM69
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
X
PM70
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.5
X
PM71
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.5
3.9
PM72
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
X
PM73
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
PM74
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
√
I2
√
√
I3
√
√
√
√
M
√
√
√
√
√
X
PM75
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
I4
√
√
√
√
√
X
PM76
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
PM77
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
X
PM78
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
X
PM79
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
PM80
T
√
√
√
√
√
√
√
I1
√
√
√
I2
√
√
√
I3
√
√
M
√
√
√
1.56
39.48
52.56
38.64
25.74
19.92
10.38
7.497
3.9
X
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15.6
410.4
943.8
1526
1998.96
2132
1823.1
1357.5
899.19
523.7
Total
Keterangan:
: Individu jantan : Imago betina : Individu betina mati
X
203.937
0
0 188.28 177.9 188.28 188.28 X
199.677
HILANG
0 195.777 0 188.28 X
199.677 195.777
X
188.28 201.897 0
188.28 0.66
0.36
X
204.297 199.677 188.28 195.777 188.28 195.777
X
199.677 93.6 199.677 0 0
X
195.777 0
T : Stadium telur I1 : Stadium instar pertama I2 : Stadium instar kedua I3 : Stadium instar ata prapupa pada jantan
195.777 X
195.777 199.677
238.7
85.3
17.7
2.76
1.02
0
I4 : Stadium instar pupa (hanya jantan) M : Stadium imago √ : Individu hidup X : Individu mati
11975.80 rataan
187.12
Stdev
14.94
40
Lampiran 3. Tabel Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya Individu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13 14 15 16 18 19 20 22 23 24 25 28 29 30 33 35 36 37 38 41 42 43 44 46 48 49 50 51 52
Instar 1 4 5 4 5 5 5 3 5 5 3 3 4 4 3 3 4 3 4 5 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 5 5
Stadium (hari) Instar 2 Instar 3 Imago 4 4 14 3 4 18 3 3 14 3 4 12 3 4 13 3 4 13 3 4 19 3 4 15 4 3 15 3 4 14 3 4 14 4 4 12 4 3 14 3 4 14 3 3 15 4 4 14 5 4 20 4 4 12 3 4 14 5 5 12 3 4 12 4 5 13 3 3 15 3 3 14 3 4 12 3 4 11 4 3 11 4 3 12 4 4 14 4 3 15 4 3 16 4 4 13 4 4 13 4 4 13 4 3 11 5 4 10 4 4 12 3 6 11 5 3 13
Telur 6 7 7 7 6 6 8 7 7 7 8 7 6 7 8 8 7 6 7 6 7 7 7 7 6 7 7 8 6 7 8 7 8 6 8 7 7 7 6
Kumulatif 32 37 31 31 31 31 37 34 34 31 32 31 31 31 32 34 39 30 33 32 31 33 32 30 28 28 28 30 32 33 34 32 33 31 29 29 30 32 32
41
Individu 54 56 57 58 59 60 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 76 78 79 80 Total Rata-rata Stdev
Instar 1 5 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 3 241 3,95082 0,73996
Stadia (hari) Instar 2 Instar 3 Imago 3 5 12 4 4 9 3 4 13 3 5 12 5 4 12 3 4 14 4 4 12 4 5 12 4 5 11 4 3 19 3 3 13 4 3 14 5 3 12 4 3 11 4 6 12 5 4 13 5 4 10 4 4 14 4 3 13 4 4 12 4 4 12 3 3 13 228 235 804 3,737705 3,852459 13,18033 0,680726 0,726546 2,085731
Telur 7 7 7 7 5 9 6 6 7 8 8 7 7 7 7 7 3 9 7 7 8 8 425 6,967213 0,930362
Kumulatif 32 28 32 31 30 33 31 31 31 38 31 32 31 30 34 33 26 35 31 30 32 30 1933 31,68852 2,349049
42
Lampiran 4. Tabel lama hidup imago betina, prapeneluran, dan peneluran P. marginatus pada tanaman pepaya Individu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Lama hidup imago betina 14 18 14 12 13 13 19 15 15 14 14 12 14 14 15 14 20 12 14 12 12 13 15 14 12 11 11 12 14 13 15 16 13 13 13 11 10 12 11
Hari Prapeneluran 5 4 5 4 5 5 5 7 4 5 5 4 5 5 5 6 5 6 6 5 4 5 4 4 7 4 5 4 4 8 4 4 5 3 5 4 4 5 4
Peneluran 6 7 7 7 6 6 8 7 7 8 8 7 6 7 8 8 9 5 6 6 7 6 8 7 4 6 5 7 7 4 5 8 7 8 6 6 5 6 6
43
Individu 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 Total Rata-rata Stdev
Lama hidup imago betina 13 12 9 13 12 12 14 12 12 11 19 13 14 12 11 12 13 10 14 13 12 12 13 817 13,177 2,069
Hari Prapeneluran 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 7 4 4 4 5 7 5 5 4 4 4 290 4,677 0,971
Peneluran 6 7 4 7 6 5 8 6 7 6 8 7 6 6 6 6 6 3 8 7 7 7 8 404 6,516 1,184
Lampiran 5. Tabel jumlah keperidian dan fekunditas P. marginatus pada tanaman pepaya Hari ke22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Tidak menetas Total keperidian Total fekunditas
PM30 94 80 11 7 15 192 207
PM37 7 27 53 18 3 8 108 116
PM66 61 71 83 48 6 12 7 2 4 290 294
PM41 26 107 24 16 2 1 4 176 180
PM65 73 92 32 38 29 16 14 10 9 3 3 1 1 5 321 326
PM78 54 78 81 11 8 7 8 6 247 253
PM09 21 64 47 15 32 19 6 3 1 8 208 216
PM25 67 102 8 6 3 2 1 1 7 190 197
PM38 17 68 51 38 28 14 18 9 7 5 3 3 3 5 2 1 271 272
PM43 51 19 5 2 47 25 15 8 5 7 2 1 186 187
PM52 9 74 47 54 22 14 13 20 8 4 261 265
PM54 96 38 41 9 72 26 8 4 4 1 2 2 301 303
PM23 32 50 29 29 4 4 8 7 6 1 1 1 5 172 177
PM67 38 28 95 101 20 16 14 5 4 2 1 323 324
PM70 37 71 21 15 12 8 4 1 1 12 170 182
Total 0 94 245 532 778 429 352 278 349 132 92 60 29 25 10 7 2 0 1 0 1 0 83 3416 3499
Rata-rata 0 6,267 16,333 35,467 51,867 28,6 23,467 18,533 23,267 8,8 6,133 4 1,933 1,667 0,667 0,467 0,133 0 0,066 0 0,066 0 5,533 227,733 233,267
45
Lampiran 6. Tabel neraca kehidupan P. marginatus pada tanaman pepaya, individu yang bertahan hidup (lx) dan jumlah keturunan betina (mx) x 0,5 1,5 2,5 3,5 4,5 5,5 6,5 7,5 8,5 9,5 10,5 11,5 12,5 13,5 14,5 15,5 16,5 17,5 18,5 19,5 20,5 21,5 22,5 23,5 24,5 25,5 26,5 27,5 28,5 29,5 30,5 31,5 32,5 33,5 34,5 35,5 36,5 37,5 38,5 39,5 40,5
lx
mx 1 1 1 1 1 1 1 1 0,9756 0,9756 0,9756 0,9756 0,9756 0,9756 0,9634 0,9634 0,9512 0,9512 0,9512 0,9512 0,9390 0,9024 0,8780 0,8537 0,8293 0,8049 0,7927 0,7805 0,7683 0,7561 0,7195 0,6829 0,6098 0,4024 0,2195 0,0854 0,0488 0,0244 0,0122 0,0122 0,0122
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,2194 5,7712 13,2722 21,4599 28,5566 30,9490 26,4643 20,7073 14,4513 9,4267 6,5102 4,2652 2,2753 0,621 0,459 0 0 0
46
Lampiran 7. Tabel perkiraan pertumbuhan populasi P.marginatus Waktu (Hari) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Eksponential 2 2 3 4 4 5 6 7 9 11 13 16 19 23 27 33 40 48 58 70 84 101 122 147 177 213 257 310 374 450 543 655 789 951 1.146 1.382 1.666 2.008 2.420 2.917 3.516
Logistik K=100 2 2 3 3 4 5 5 6 7 9 10 12 14 16 19 22 25 28 32 36 40 45 50 54 59 63 68 72 76 79 82 85 87 89 91 93 94 95 96 97 97
Logistik K=250 2 2 3 3 4 5 6 7 8 9 11 13 15 18 21 24 28 33 38 44 51 59 67 76 86 97 108 119 131 142 154 165 175 185 194 202 209 216 221 226 230
Logistik K=500 2 2 3 3 4 5 6 7 8 9 11 13 15 18 21 25 30 35 41 48 56 65 76 88 101 116 133 151 171 192 214 237 260 283 306 328 350 369 387 404 418
Logistik K=1000 2 2 3 3 4 5 6 7 8 9 11 13 15 18 22 26 30 36 42 50 59 69 81 95 111 129 150 174 201 231 264 300 339 381 425 471 517 564 610 654 697