i
BIFURKASI PADA MODEL INTERAKASI TUMBUHAN DAN HERBIVORA
IRMA SAHARA
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bifurkasi pada Model Interaksi Tumbuhan dan Herbivora adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Irma Sahara NIM G54080082
ii
ABSTRAK IRMA SAHARA. Bifurkasi pada Model Interaksi Tumbuhan dan Herbivora. Dibimbing oleh ALI KUSNANTO dan PAIAN SIANTURI. Saha dan Bandyopadhyay (2005) memodelkan sistem mangsa-pemangsa yang merepresentasikan interaksi tumbuhan dan herbivora. Pada karya ilmiah ini, dicari bifurkasi yang terjadi dengan terlebih dulu menganalisis kestabilan titik tetap. Ada tiga titik tetap yang diperoleh dengan jenis kestabilan titik tetap ditentukan oleh nilai eigen yang diperoleh dari ketiga titik tetap tersebut. Titik tetap pertama dan kedua bersifat sadel dan terdapat empat kasus pada titik tetap ketiga agar mencapai kestabilan. Dengan pemilihan parameter tertentu, diperoleh bifurkasi Hopf yakni terjadinya perubahan kestabilan dari spiral stabil menjadi spiral tak stabil dan terdapat limit cycle pada titik tetap ketiga. Kata kunci: bifurkasi Hopf, limit cycle, model interaksi tumbuhan dan herbivora.
ABSTRACT IRMA SAHARA. Bifurcation Existence in The Interaction Model of Plant and Herbivore. Supervised by ALI KUSNANTO and PAIAN SIANTURI. Saha and Bandyopadhyay (2005) have modeled prey-predator systems that represent the interactions of plants and herbivores. In this paper, there are three fixed points obtained. The stability type of the fixed point is determined by the eigenvalues of each fixed point. Both first and second fixed points were found to be saddle points; and four cases were associated with the third fixed point. The Hopf bifurcation was obtained for the third fixed point, as the stability type was changed to be unstable spiraled previously stable spiraled. It was also found the existence of the cycle limit. Both of these were the indicators of existence of the Hopf bifurcation. Keywords: bifurcation, bifurcation Hopf, cycle limit, interaction model of plant and herbivore.
iii
BIFURKASI PADA MODEL INTERAKSI TUMBUHAN DAN HERBIVORA
IRMA SAHARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iv
v
Judul Skripsi : Bifurkasi pada Model Interaksi Tumbuhan dan Herbivora Nama : Irma Sahara NIM : G54080082
Disetujui oleh
Drs Ali Kusnanto, MSi Pembimbing I
Dr Paian Sianturi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taโala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Bifurkasi pada Model Interaksi Tumbuhan dan Herbivora berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga besar atas dukungan, motivasi, kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs Ali Kusnanto, MSi dan Bapak Dr Paian Sianturi selaku pembimbing atas arahan, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini, kepada Bapak Ir Ngakan Komang Kutha Ardana, MSc yang telah banyak memberi saran dan perbaikan, serta kepada seluruh dosen dan staf Departemen Matematika IPB atas segala ilmu yang diberikan dan bantuannya selama perkuliahan. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada sahabat satu perjuangan Saefrudin, Hadi, dan Herlan serta IKADA, BEM FMIPA 2010, ADKESMAH BEM FMIPA 2011, BEM KM 2012, sahabat POKJA SPP 2012, koordinator POKJA SPP BEM FEMA 2012, Yayasan Karya Salemba Empat, Poliklinik IPB, teman-teman kosan Bara N0. 31, teman-teman satu pengajian, dan sahabat Matematika 42, 43, 44, 45, 46, 47, dan 48 yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013 Irma Sahara
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
LANDASAN TEORI
2
PEMODELAN
5
PEMBAHASAN
6
Penentuan Titik Tetap Model
6
Analisis Kestabilan Titik Tetap Model
6
Bifurkasi Hopf
9
SIMULASI
10
Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 1
10
Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 2
11
Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 3
13
Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 4
14
SIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
22
viii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Kondisi kestabilan titik tetap ๐3 Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan
9 10 11 13 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Bidang fase kasus 1 Bidang fase kasus 2 Bidang fase kasus 2 dengan arah orbit dari dalam ke luar Bidang fase kasus 3 Bidang fase kasus 4 dengan arah orbit dari luar ke dalam Bidang fase kasus 4 dengan arah orbit dari dalam ke luar
11 12 12 13 14 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Penondimensionalan model Penentuan titik tetap model interaksi tumbuhan dan herbivora Penentuan nilai eigen Penurunan kondisi ๐ด1 = ๐ก๐๐๐๐(๐ฝ)
16 17 19 20
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada suatu ekosistem, salah satu fenomena alami kehidupan adalah peristiwa makan dan dimakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Ada yang menjadi mangsa dan ada yang menjadi pemangsa. Salah satunya adalah interaksi antara tumbuhan (mangsa) dan herbivora (pemangsa) yang mana perilaku dinamis tumbuhan dan herbivora dapat dianalogikan seperti sistem mangsa-pemangsa (prey-predator system). Interaksi yang lainnya yaitu kompetisi dan simbiosis. Kompetisi tejadi karena memperebutkan makanan yang sama, memperebutkan habitat yang sama atau memperebutkan pasangan untuk berkembang biak. Sedangkan simbiosis terjadi karena adanya hubungan yang erat antara dua jenis makhluk hidup yang berbeda sehingga masing masing makhluk hidup tersebut memilki ketergantungan terhadap makhluk hidup yang lain.Setiap makhluk hidup pasti akan membutuhkan makhluk hidup lainnya. Seiring dengan interaksi tersebut terdapat rangkaian peristiwa makan dan dimakan yang menjadikan ekosistem tetap seimbang karena tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup terisolasi atau hidup tersendiri. Menurut teori interaksi antara pemangsa dan yang dimangsa, hubungan antara tanaman dan herbivora adalah siklus. Ketika tumbuhan (mangsa) dalam jumlah banyak maka herbivora (pemangsa) meningkatkan jumlahnya, sehingga mengurangi populasi mangsa, yang pada gilirannya menyebabkan jumlah dari tumbuhan berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa populasi herbivora berfluktuasi di sekitar kapasitas sumber makanan, dalam hal ini tumbuhan (Fatik 2010). Beberapa faktor berperan ke dalam populasi dan membantu menstabilkan interaksi antara pemangsa dan yang dimangsa. Sebagai contoh, heterogenitas spasial dipertahankan, yang berarti akan selalu ada tanaman yang tidak ditemukan oleh herbivora. Proses ini memainkan peran yang sangat penting bagi herbivora yang memakan satu spesies tanaman dan mencegah herbivora ini menghabiskan sumber makanan mereka. Pertahanan tanaman juga membantu menstabilkan interaksi antara pemangsa dan yang dimangsa. Sebagai contoh tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun atau berbahaya yang akan berdampak negatif pada herbivora yang mengkonsumsinya sehingga herbivora tidak meyukainya. Permasalahan dalam matematika dari model ekologi adalah penetapan syaratsyarat yang menjamin keunikan dari limit cycle model mangsa-pemangsa. Pada model dua dimensi diketahui bahwa bisa saja tidak ada limit cycle dari model kompetisi. Untuk jenis model mangsa-pemangsa, keberadaan dan stabilitas limit cycle terkait keberadaan dan stabilitas titik tetap positif. Jika titik tetap tidak ada maka populasi pemangsa cenderung mengalami kepunahan. Jika titik tetap positif ada dan tidak stabil maka harus muncul setidaknya satu limit cycle. Saha dan Bandyopadhyay (2005) memodelkan sistem tumbuhan dan herbivora berdasarkan parameter demografi dari populasi tumbuhan dan herbivora, serat waktu, jenis dan tingkat kepadatan dependen. Diasumsikan tanpa adanya herbivora, populasi tumbuhan akan berbentuk seperti fungsi logistik. Kemudian, setiap individu dengan spesies yang sama akan bersaing untuk memerebutkan
2
makanan dan ruang. Jumlah biomassa tumbuhan yang dirusak oleh herbivora mengikuti Holling tipe III. Pada karya ilmiah ini akan dibahas tentang kestabilan, bifurkasi, dan perilaku model tumbuhan dan herbivora berdasarkan beberapa kasus yang diperoleh. Pertama melakukan penentuan titik tetap tetap, menetukan matriks Jacobi untuk dilakukan pelinieran, dan menentukan nilai eigen untuk menganalisis kestabilan titik tetap. Kemudian menunjukkan jenis bifurkasi yang terjadi, mengkaji limit cycle yang muncul dari bifurkasi Hopf, serta membahas perilaku dinamis yang diperoleh dari beberapa kasus. Tujuan 1 2 3 4
Menganalisis kestabilan titik tetap pada model interaksi tumbuhan dan herbivora. Menunjukkan jenis bifurkasi pada model interaksi tumbuhan dan herbivora. Mengkaji perilaku dinamik pada model interaksi tumbuhan dan herbivora. Mengkaji limit cycle yg muncul dari bifurkasi Hopf pada model interaksi tumbuhan dan herbivora.
LANDASAN TEORI Misalkan diberi sistem persamaan diferensial taklinear sebagai berikut: (1) ๐ฅฬ = ๐(๐ฅ). Persamaan (1) disebut sistem dimensi satu atau sistem orde satu dengan ๐ฅ(๐ก) adalah nilai real fungsi dari waktu ๐ก dan ๐(๐ฅ) adalah nilai real fungsi dari ๐ฅ. Persamaan (1) memunyai titik tetap ๐ฅ = ๐ฅโ jika memenuhi ๐(๐ฅโ ) = 0. Titik tetap disebut juga titik kritis atau titik kesetimbangan (Tu 1994). Untuk suatu sistem persamaan diferensial taklinear, analisis kestabilannya dilakukan melalui pelinearan. Misalkan dilakukan pelinearan terhadap persamaan (1). Dengan menggunakan ekspansi Taylor di sekitar titik tetapnya diperoleh: ๐ฅฬ = ๐ด๐ฅ + ๐(๐ฅ).
(2)
Persamaan (2) merupakan sistem persamaan diferensial taklinear dengan ๐ด matriks Jacobi, ๐๐1 ๐๐ฅ1 ๐ด= โฎ ๐๐๐ [๐๐ฅ1
โฏ โฑ โฏ
๐๐1 ๐๐ฅ๐ โฎ , ๐๐๐ ๐๐ฅ๐ ]
dan ๐(๐ฅ) suku berorde tinggi yang bersifat lim ๐(๐ฅ) = 0. Menurut Tu (1994), ๐ด๐ฅ ๐โโ
pada persamaan (2) disebut pelinearan dari sistem taklinear persamaan (2) yang dituliskan dalam bentuk ๐ฅฬ = ๐ด๐ฅ.
3
Jika ๐ด matriks berukuran ๐ ร ๐, maka suatu vektor tak nol di ๐
๐ disebut vektor eigen dari A jika untuk suatu skalar ๐ yang disebut nilai eigen dari ๐ด berlaku ๐ด๐ฅ = ๐๐ฅ.
(3)
Vektor ๐ฅ disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen ๐ . Untuk mencari nilai eigen dari matriksyang berukuran ๐ ร ๐ maka persamaan (3) dapat dituliskan kembali sebagai berikut: (๐ด โ ๐๐ผ) ๐ฅ = 0,
(4)
dengan ๐ผ adalah matriks identitas. Persamaan (4) memunyai solusi tak nol jika dan hanya jika det (๐ด โ ๐ฮ) = |๐ด โ ๐๐ผ| = 0.
(5)
Persamaan (5) disebut persamaan karakteristik dari matriks ๐ด (Anton dan Rorres 2004). Misalkan ๐ ๐ ๐ด=( ). ๐ ๐ Dari persamaan (5), maka persamaan karakteristiknya menjadi ๐โ๐ ๐ | | = 0, ๐ ๐โ๐ sedemikian sehingga diperoleh persamaan ๐2 โ ๐๐ + ฮ = 0, dengan ๐ = trace (๐ด) = ๐ + ๐ = ๐1 + ๐2 dan ฮ = det (๐ด) = ๐๐ โ ๐๐ = ๐1 ๐2 . Dengan demikian diperoleh nilai eigen dari matriks ๐ด sebagai berikut: ๐ ยฑ โ๐ 2 โ 4ฮ . 2 Menurut Strogatz (1994), untuk menentukan kestabilan dari suatu sistem dapat dilihat dari nilai ฮ . Ada tiga kasus untuk nilai ฮ, yaitu: ๐1,2 =
๏ท ฮ < 0. Jika kedua nilai eigen berbeda tanda maka titik tetap bersifat sadel. ๏ท ฮ > 0. ๏ง ๐ 2 โ 4ฮ > 0. ๏ผ Jika ๐ > 0 dan kedua nilai eigen real bernilai positif, maka titik tetap bersifat simpul tak stabil. ๏ผ Jika ๐ < 0 dan kedua nilai eigen real bernilai negatif, maka titik tetap bersifat simpul stabil. 2 ๏ง ๐ โ 4ฮ < 0. ๏ผ Jika ๐ > 0 dan kedua nilai eigen imajiner (๐ผ ยฑ ๐๐ฝ), maka titik tetap bersifat spiral tak stabil.
4
๏ผ Jika ๐ < 0 dan kedua nilai eigen imajiner (๐ผ ยฑ ๐๐ฝ), maka titik tetap bersifat spiral stabil. ๏ผ Jika ๐ = 0 dan kedua nilai eigen imajiner (๐ผ ยฑ ๐๐ฝ), maka titik tetap bersifat center. 2 ๏ง ๐ โ 4ฮ = 0. Parabola ๐ 2 โ 4ฮ = 0 adalah garis batas antara simpul dan spiral. Star nodes atau degenerate terletak pada parabola ini. Jika kedua nilai eigen bernilai sama mama titik tetap bersifat simpul sejati. ๏ท ฮ = 0. Jika salah satu nilai eigen bernilai nol, maka titik asal bersifat titik tetap tak terisolasi. Penondimensionalan adalah suatu metode untuk menyederhanakan suatu persamaan banyak parameter menjadi persamaan dengan sedikit parameter. Biasanya penondimensionalan mengelompokkan beberapa parameter dengan sebuah parameter tunggal (Strogatz 1994). Contoh: diberikan model mangsa pemangsa sebagai berikut: ๐๐ = ๐ฬ = ๐๐ โ ๐๐๐, ๐๐ก (6) ๐๐ = ๐ฬ = โ๐๐ + ๐๐๐. ๐๐ก Sistem persamaan (6) memiliki empat parameter, yaitu ๐, ๐, ๐, dan ๐. Dengan memisalkan ๐
๐
๐
๐ฅ = ๐ ๐, ๐ฆ = ๐ ๐, ๐ = ๐ ๐, maka diperoleh model dengan satu parameter ๐, yaitu: ๐ฅฬ = ๐ฅ โ ๐ฅ๐ฆ, ๐ฆฬ = โ๐ผ๐ฆ + ๐ฅ๐ฆ. Selanjutnya, Strogatz (1994) menjelaskan bahwa struktur kualitatif dari suatu sistem dinamika dapat berubah karena adanya perubahan dari parameter sistem dinamika tersebut. Hal inilah yang disebut bifurkasi. Bifurkasi adalah suatu kondisi terjadinya perubahan jumlah atau kestabilan titik tetap pada sistem dinamik. Titik yang mengalami kondisi ini disebut titik bifurkasi. Pada bifurkasi satu-dimensi ditemukan kasus-kasus untuk bifurkasi saddle-node, bifurkasi transcritical, dan bifurkasi pitchfork (supercritical dan subcritical). Sedangkan pada kasus duadimensi ditemukan kasus bifurkasi Hopf. Bifurkasi saddle-node adalah bifurkasi yang terjadi jika salah satu dari nilai parameter tidak terdapat titik tetap dan pada sisi lain terdapat dua titik tetap, dimana yang satu stabil dan yang lainnya tidak stabil. Bifurkasi Hopf adalah kemunculan siklus batas (limit cycle) dari kesetimbangan saat sistem mengalami perubahan stabilitas yang melalui sepasang nilai eigen imajiner murni. Limit cycle adalah orbit tertutup yang terisolasi. Terisolasi artinya orbit di sekelilingnya menuju atau menjauhi siklus batas.
5
Bifurkasi dapat bersifat superkritis atau subkritis yang mengakibatkan limit cycle menjadi stabil atau tidak stabil. Misalkan: ๐ฅฬ = ๐(๐ฅ, ๐), ๐ฅ ๐ R๐ ,
(7)
adalah sistem persamaan diferensial mandiri orde-2 yang bergantung pada parameter a โ R. Diasumsikan bahwa matriks Jacobi ๐ด(๐) = ๐๐ฅ (๐ฅ0 (๐), ๐) memiliki sepasang nilai eigen kompleks ๐1,2 (๐) = ๐(๐) ยฑ ๐๐(๐),
(8)
yang menjadi imajiner murni saat ๐ = 0, yaitu ๐(0) = 0 dan ๐(0) = ๐0 > 0. Kemudian, ketika ๐ melewati ๐ = 0 stabilitas kesetimbangan berubah.
PEMODELAN Model yang akan dianalisis adalah model interaksi tumbuhan dan herbivora yang mana dinamika perilakunya analogi dengan model mangsa-pemangsa. Pada model diasumsikan bahwa tidak adanya herbivora, populasi tumbuhan tumbuh sesuai dengan hukum logistik pertumbuhan dengan daya dukung lingkungan ๐พ dan tingkat kelahiran intrinsik ๐ . Daya dukung lingkungan ๐พ dan tingkat kelahiran interinsik ๐ diasumsikan konstan dan positif. Asumsi-asumsi tersebut merupakan asumsi standar yang digunakan untuk sebuah kompetisi makanan dan ruang antar individu dari spesies yang sama serta pada kepadatan yang tinggi kematian meningkat karena peluang frekuensi pertemuan antarindividu tinggi pada setiap epidemi. Jumlah biomasa tumbuhan yang dihancurkan oleh herbivora diasumsikan mengikuti respon fungsional Holling jenis-III sebagai interaksi antara tumbuhan dan herbivora. Respon fungsional adalah tingkat yang mana setiap herbivora menangkap biomasa tumbuhan. Herbivora menghasilkan ๐ keturunan untuk setiap kematian biomasa tumbuhan dan tingkat kepadatan kematian independen ๐. Model dua dimensi tumbuhan dan herbivora diatur oleh persamaan sebagai berikut: ๐๐ ๐ ๐๐ 2 ๐ = ๐๐ (1 โ ) โ , ๐๐ก ๐พ ๐ + ๐2 (9) ๐๐ ๐๐๐ 2 ๐ = โ ๐๐, ๐๐ก ๐ + ๐ 2 dengan ๐(๐ก) Banyaknya populasi tumbuhan pada waktu ๐ก. ๐(๐ก) Banyaknya populasi herbivora pada waktu ๐ก. ๐พ Daya dukung lingkungan. ๐ Laju pertumbuhan intrinsik. ๐ Tingkat serapan maksimun herbivora. ๐ Tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan. ๐ Faktor konversi.
6
๐
Tingkat kematian independen. Semua parameter ๐, ๐พ, ๐, ๐, ๐, dan ๐ yang terlibat dalam sistem model diasumsikan positif dan faktor konversi ๐ diasumsikan memenuhi kondisi 0 < ๐ < 1. Sistem model tumbuhan dan herbivora mengandung banyak parameter. Oleh karena itu untuk meminimumkan parameter maka sistem model ditransformasikan ke bentuk yang lebih sederhana dengan penondimensionalan model. Pada ๐พ๐ ๐พ ๐๐พ persamaan (9) didefinisikan ๐ = โ๐๐ฅ, ๐ = โ๐๐ฆ, ๐ก = ๐โ๐ , ๐ผ = , ๐ฝ = , ๐ฝ1 = ๐๐ฝ, dan ๐พ =
๐๐พ
โ๐๐
โ๐
โ๐๐
, sehingga diperoleh: ๐๐ฅ ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ ๐ฅฬ = = ๐ฅ(๐ผ โ ๐ฅ) โ , ๐๐ 1 + ๐ฅ2 (10) ๐๐ฆ ๐ฝ1 ๐ฅ 2 ๐ฆ ๐ฆฬ = = โ ๐พ๐ฆ, ๐๐ 1 + ๐ฅ 2 (Bukti sistem persamaan (10) dapat dilihat pada Lampiran 1)
PEMBAHASAN Penentuan Titik Tetap Model Titik tetap dari persamaan (10) akan diperoleh dengan menetapkan ๐ฅฬ = 0, ๐ฆฬ = 0 sehingga diperoleh tiga titik tetap, yaitu ๐1 (0,0), ๐2 (๐ผ, 0), dan ๐3 (๐ฅโ , ๐ฆโ ) dengan ๐พ ๐ฅโ = โ , ๐ฝ1 โ ๐พ ๐ฆโ =
(๐ผ โ ๐ฅโ )(1 + ๐ฅโ 2 ) . ๐ฝ๐ฅโ (Bukti dapat dilihat lihat pada lampiran 2)
Karena titik tetap positif, akibatnya kondisi 0 < ๐ฅโ < ๐ผ.
Analisis Kestabilan Titik Tetap Model Analisis kestabilan titik tetap diperoleh dengan melakukan pelinearan pada persamaan (10). Dengan melakukan pelinearan pada persamaan tersebut maka akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut:
7
2๐ฝ๐ฅ๐ฆ ๐ผ โ 2๐ฅ โ (1 + ๐ฅ 2 )2 ๐ฝ= 2๐ฝ1 ๐ฅ๐ฆ (1 + ๐ฅ 2 )2 (
๐ฝ๐ฅ 2 1 + ๐ฅ2 . ๐ฝ1 ๐ฅ 2 โ๐พ 1 + ๐ฅ2 )
(Bukti dapat dilihat pada lampiran 3) Kestabilan titik tetap dapat dilihat dari nilai eigen yang dihasilkan oleh matriks Jacobi persamaan (10) yang dievaluasi pada titik tetap tersebut. Selanjutnya, kestabilan di sekitar titik tetap diperiksa. Titik tetap ๐1 (0,0) disubstitusikan ke matriks Jacobi sehingga diperoleh: ๐ผ ๐ฝ(0,0) = ( 0
0 ). โ๐พ
Nilai eigen akan diperoleh dengan menyelesaikan persamaan karakteristik det(๐ฝ(0,0) โ ๐๐ผ) = 0, sehingga akan diperoleh nilai eigen untuk matriks ๐ฝ(0,0) , yaitu: ๐1 = ๐ผ,
๐2 = โ๐พ.
Karena parameter diasumsikan positif, maka ๐1 > 0 dan ๐2 < 0. Kedua nilai eigen real dan berbeda tanda sehingga kestabilan titik tetapnya bersifat sadel. Titik tetap ๐2 (๐ผ, 0)disubstitusikan ke matriks Jacobi sehingga diperoleh: ๐ฝ๐ผ 2 1 + ๐ผ2 ๐ฝ(๐ผ,0) = . ๐ฝ1 ๐ผ 2 0 โ๐พ ( ) 1 + ๐ผ2 Nilai eigen akan diperoleh dengan menyelesaikan persamaan karakteristik det(๐ฝ(๐ผ,0) โ ๐๐ผ) = 0, sehingga akan diperoleh nilai eigen matriks ๐ฝ(๐ผ,0) , yaitu: โ๐ผ
๐1 = โ๐ผ < 0 ๐ฝ1 ๐ผ 2 ๐2 = โ ๐พ. 1 + ๐ผ2 (Bukti dapat dilihat pada lampiran 3) Kondisi ๐ฅโ < ๐ผ dan ๐ฝ1 > ๐พ menyebabkan ๐ฝ1 ๐ผ 2 > ๐พ(1 + ๐ผ 2 ) sebagai syarat parameter dalam sistem model. Oleh karena itu ๐2 > 0 sehingga kestabilan titik tetapnya bersifat sadel. Titik tetap ๐3 (๐ฅโ , ๐ฆโ ) disubstitusikan ke matriks Jacobi sehingga diperoleh: 2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ (1 + ๐ฅโ2 )2 2๐ฝ1 ๐ฅโ ๐ฆโ (1 + ๐ฅโ2 )2
๐ผ โ 2๐ฅโ โ ๐ฝ=
๐ฝ๐ฅโ2 1 + ๐ฅโ2 . ๐ฝ1 ๐ฅโ2 โ๐พ 1 + ๐ฅโ2 ) โ
( Nilai eigen akan diperoleh dengan menyelesaikan persamaan karakteristik det(๐ฝ(๐ฅโ,๐ฆโ) โ ๐๐ผ) = 0, sehingga akan diperoleh nilai eigen untuk matriks ๐ฝ(๐ฅโ,๐ฆโ) , yaitu:
8
๐1 =
โ๐ด1 + โ๐ด12 โ 4๐ด2 , 2
๐2 =
โ๐ด1 โ โ๐ด12 โ 4๐ด2 , 2
dengan ๐ด1 = ๐ก๐๐๐๐(๐ฝ) = โ (๐ผ โ 2๐ฅโ โ ๐ด2 = ๐๐๐ก(๐ฝ) =
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ), (1 + ๐ฅโ2 )2
2๐ฝ๐ฝ1 ๐ฅโ3 ๐ฆโ , (1 + ๐ฅโ2 )3
(Bukti dapat dilihat pada lampiran 3) kemudian untuk penyederhanaan, kita simbolkan ๐ต = ๐ด12 โ 4๐ด2 dan ๐ถ = โ๐ด12 โ 4๐ด2 . Berdasarkan kondisi yang telah diperoleh maka sesuai dengan analisis kestabilan, kestabilan titik tetap yang diperoleh dipengaruhi oleh nilai parameter-parameter yang dipilih, yaitu parameter ๐ผ, ๐ฝ, ๐ฝ1, dan ๐พ sehingga harus diperiksa dari kondisi ๐ด1 , ๐ด2 dan ๐ต. Oleh karena ๐ฝ1 > ๐พ maka kondisi dari ๐ด2 positif (๐ด2 > 0) , sedangkan kondisi dari ๐ด1 bisa ๐ด1 < 0 atau ๐ด1 > 0 dan kondisi dari ๐ต bisa ๐ต < 0 atau ๐ต > 2๐ฅโ ๐พ 0. Kondisi ๐ด1 > 0 dapat diturunkan menjadi ๐ผ < 2๐พโ๐ฝ (Bukti dapat dlihat pada 1
2๐ฅ ๐พ
โ lampiran 4), sedangkan kondisi ๐ด1 < 0 dapat diturunkan menjadi ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ (Bukti 1
dapat dilihat pada lampiran 4). Dari sini terdapat empat kasus, yaitu: 2๐ฅ ๐พ 1. ๐ต < 0, ๐ผ < โ , dan ๐ฝ1 > ๐พ. 2๐พโ๐ฝ1 2๐ฅ ๐พ
โ ๐ต < 0, ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ.
2.
1
2๐ฅโ ๐พ
๐ต > 0, ๐ผ < 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ.
3.
1
2๐ฅโ ๐พ
๐ต > 0, ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ.
4.
1
Untuk kasus pertama akan menghasilkan kedua nilai eigen imajiner (๐1,2 = โ๐ดยฑ๐๐ถ
), sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh, kestabilan titik tetapnya bersifat spiral stabil. Untuk kasus kedua akan menghasilkan kedua nilai eigen ๐ดยฑ๐๐ถ imajiner (๐1,2 = 2 ), sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh, kestabilan titik tetapnya bersifat spiral tak stabil. Untuk kasus ketiga akan menghasilkan kedua โ๐ดยฑ๐ถ nilai eigen real bernilai negatif (๐1,2 = 2 ), sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh, kestabilan titik tetapnya bersifat simpul stabil. Sedangkan untuk kasus ๐ดยฑ๐ถ keempat akan menghasilkan kedua nilai eigen real bernilai positif (๐1,2 = 2 ), sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh, kestabilan titik tetapnya bersifat simpul tak stabil. Berikut adalah tabel kondisi kestabilan yang diperoleh 2
9
Tabel Kondisi kestabilan titik tetap ๐3 Kasus
๐ป๐
Kondisi
1
๐ต<0
๐ผ<
2๐ฅโ ๐พ 2๐พ โ ๐ฝ1
๐ฝ1 > ๐พ
Spiral stabil
2
๐ต<0
๐ผ>
2๐ฅโ ๐พ 2๐พ โ ๐ฝ1
๐ฝ1 > ๐พ
Spiral tak stabil
3
๐ต>0
๐ผ<
2๐ฅโ ๐พ 2๐พ โ ๐ฝ1
๐ฝ1 > ๐พ
Simpul stabil
4
๐ต>0
๐ผ>
2๐ฅโ ๐พ 2๐พ โ ๐ฝ1
๐ฝ1 > ๐พ
Simpul tak stabil
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa setiap kasus mempunyai titik tetap dengan jenis kestabilan ada yang stabil dan ada yang tidak stabil. Pada saat ๐พ penondimensionalan ๐ผ = yang mana artinya bahwa nilai parameter ๐ผ โ๐
berbanding terbalik dengan tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan (๐), ๐พ =
๐๐พ โ๐๐
yang mana artinya bahwa nilai parameter ๐พ berbanding lurus dengan tingkat ๐๐พ artinya bahwa nilai parameter ๐ฝ kematian independen herbivora (๐), dan ๐ฝ = โ๐๐ berbanding lurus dengan tingkat serapan maksimum herbivora yang mana 2๐ฅโ ๐พ berbanding lurus juga dengan parameter ๐ฝ1 karena ๐ฝ1 = ๐๐ฝ. Diketahui ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ , 1
artinya kondisi tersebut dihadapkan pada saat tingkat kejenuhan kepadatan 2๐ฅโ ๐พ , artinya kondisi tersebut dihadapkan pada tumbuhan rendah. Sedangkan ๐ผ < 2๐พโ๐ฝ 1
saat tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan tinggi.
Bifurkasi Hopf Diketahui nilai eigen titik tetap ๐3 (๐ฅโ , ๐ฆโ ) dari persamaan 2, yaitu: โ๐ด1 ยฑ โ๐ด12 โ 4๐ด2 . 2 Pada kondisi ๐ด1 > 0 dan ๐ต = ๐ด12 โ 4๐ด2 < 0 kestabilan ๐3 (๐ฅโ , ๐ฆโ ) adalah spiral stabil, sedangkan pada kondisi ๐ด1 < 0 dan ๐ต = ๐ด12 โ 4๐ด2 < 0 kestabilan ๐3 (๐ฅโ , ๐ฆโ ) spiral tak stabil. Fenomena perubahan kestabilan terjadi ketika melewati ๐ด1 = 0. Pada kondisi ๐ด1 = 0 dihasilkan sepasang nilai eigen yang bernilai imajiner murni. Dalam kasus ini fenomena perubahan kestabilan tersebut dikenal sebagai bifurkasi Hopf. Bifurkasi Hopf terjadi ketika berubahnya kestabilan dari spiral stabil menjadi spiral tak stabil dan terdapat limit cycle di dalamnya yang mana fenomena ini terjadi pada kasus dua. Ilustrasi perubahan kestabilan ๐3 (๐ฅโ , ๐ฆโ ) dijelaskan pada bagian selanjutnya. ๐1,2 =
10
SIMULASI Dinamika Populasi tumbuhan dan herbivora dapat ditunjukkan melalui kurva yang menggambarkan populasi populasi tumbuhan dan herbivora pada kurun waktu tertentu. Selanjutnya dilakukan simulasi numerik melalui proses komputasi. Pada proses komputasi, masing-masing variabel dan parameter membutuhkan suatu nilai awal. Pada saat penondimensionalan model, diketahui bahwa parameter-parameter ๐พ ๐๐พ ๐๐พ ๐ผ= , ๐ฝ= , ๐ฝ1 = ๐๐ฝ , dan ๐พ = sangat berpengaruh untuk melihat โ๐ โ๐๐ โ๐๐ dinamika populasi tumbuhan dan herbivora. Tidak sembarangan dalam menetukan nilai awal parameter. Nilai awal yang ditentukan harus memenuhi kondisi-kondisi setelah dilakukan proses analisis model. Berikut kondisi umum parameter yang harus dipenuhi: 0 โค ๐ฅ โค ๐ผ dan 2๐พ > ๐ฝ1 yang mana nilai parameter-parameter tersebut diasumsikan positif. Berdasarkan dari kasus-kasus yang diperoleh, pada proses simulasi akan diperlihatkan pengaruh dari tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan (๐ผ), tingkat kematian independen (๐พ), dan tingkat serapan maksimum herbivora (๐ฝ1) terhadap dinamika populasi tumbuhan dan herbivora. Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 1 2๐ฅ ๐พ
โ Pada kasus pertama, kondisi ๐ต < 0, ๐ผ < 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ. Nilai parameter 1
yang dipilih adalah ๐ฝ = 1, ๐ฝ1 = 0.5, ๐พ = 0.4, dan ๐ผ = 5, serta nilai awal ๐ฅ(0) = 2 dan ๐ฆ(0) = 7.5. Pada kasus pertama dihadapkan pada kondisi dengan tingkat 2๐ฅโ ๐พ kejenuhan kepadatan tumbuhan tinggi ( ๐ผ < 2๐พโ๐ฝ ) dan pada kondisi dengan 1
tingkat serapan maksimum herbivora lebih tinggi daripada tingkat kematian independen (๐ฝ1 > ๐พ). Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan pada kasus pertama disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 1 Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik Tetap
๐๐
๐๐
Kestabilan
๐3 (2,7.5)
๐1 = โ0.1 + 0.6856๐
๐1 = โ0.1 โ 0.6856๐
Spiral stabil
Pada tabel 2 titik tetap yang diperoleh ๐3 (2,7.5) dengan nilai eigen ๐1 = โ0.1 + 0.685565๐ dan ๐2 = โ0.1 โ 0.685565๐ sehingga kestabilannya bersifat spiral stabil (Gambar 1).
11
Gambar 1 Bidang fase kasus 1 Pada Gambar 1 diberikan ilustrasi bidang fase di sekitar titik tetap dengan jenis kestabilan spiral stabil. Di awal waktu, populasi tumbuhan dan herbivora sama-sama mengalami pertumbuhan dengan perkembangan yang sangat pesat terjadi pada tumbuhan. Pertumbuhan populasi tumbuhan yang sangat pesat menyebabkan suplai makanan yang tersedia buat herbivora melimpah sehingga pertumbuhan populasi herbivora juga berkembang pesat. Namun seiring berjalannya waktu populasi tumbuhan berkurang. Kompetisi antar herbivora juga terjadi ketika populasi tumbuhan semakin berkurang sehingga populasi herbivora juga semakin berkurang sampai pada akhirnya kedua populasi mengalami osilasi dan mencapai kestabilan. Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 2 2๐ฅ ๐พ
โ Pada kasus kedua, kondisi ๐ต < 0, ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ. Nilai parameter 1
yang dipilih adalah ๐ฝ = 1, ๐ฝ1 = 0.5, ๐พ = 0.4, dan ๐ผ = 6, serta nilai awal ๐ฅ(0) = 2 dan ๐ฆ(0) = 8.5 . Pada kasus kedua dihadapkan pada kondisi dengan tingkat 2๐ฅโ ๐พ kejenuhan kepadatan tumbuhan rendah ( ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ ) dan pada kondisi dengan 1
tingkat serapan maksimum herbivora lebih tinggi daripada tingkat kematian independen (๐ฝ1 > ๐พ). Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan pada kasus kedua disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 2 Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik Tetap
๐๐
๐๐
Kestabilan
๐3 (2,10)
๐1 = 0.4 + 0.69282๐
๐1 = 0.4 โ 0.69282๐
Spiral tak stabil
Pada Tabel 3 titik tetap yang diperoleh ๐3 (2,10) dengan nilai eigen ๐1 = 0.4 + 0.69282๐ dan ๐2 = 0.4 โ 0.69282๐ sehingga kestabilannya bersifat spiral tak stabil (Gambar 2).
12
Gambar 2 Bidang fase kasus 2 Pada Gambar 2 diberikan ilustrasi bidang fase di sekitar titik tetap dengan jenis kestabilan spiral tak stabil. Pada ilustrasi titik tetap ๐3 (2,10) muncul limit cycle. Diilustrasikan orbit bergerak berlawanan dengan arah jarum jam. Orbit masuk ke dalam titik sampai ada batas yang berbentuk siklus yang dikenal sebagai siklus limit atau limit cycle. Dengan ini fenomena yang terjadi pada kasus kedua, yaitu perubahan kestabilan titik tetap dan keberadaan limit cycle karena berubahnya nilai parameter sistem yang merupakan sifat bifurkasi Hopf. Keberadaan limit cycle diperkuat oleh Gambar 3 yang merupakan kebalikan penggambaran dari Gambar 2. Pada gambar 3 orbit bergerak keluar dari titik tetap dengan arah yang sama sehingga orbit akan terus bergerak dan bertemu hingga ada batas yang berbentuk siklus yang dikenal sebagai limit cycle.
Gambar 3 Bidang fase kasus 2 dengan arah orbit dari dalam ke luar Di awal waktu, populasi tumbuhan dan herbivora sama-sama mengalami pertumbuhan. Seperti yang terjadi pada Gambar 1, pertumbuhan populasi yang berkembang pesat di awal waktu terjadi pada populasi tumbuhan. Kompetisi antar
13
tumbuhan dan antar herbivora juga terjadi sehingga seiring berjalannya waktu, pertumbuhan kedua populasi berfluktuasi dengan jenis kestabilan spiral tak stabil. Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 3 2๐ฅ ๐พ
โ Pada kasus ketiga, kondisi ๐ต > 0, ๐ผ < 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ. Nilai parameter 1
yang dipilih adalah ๐ฝ = 1 , ๐ฝ1 = 0.5 , ๐พ = 0.4 , dan ๐ผ = 2.5 , serta nilai awal ๐ฅ(0) = 1 dan ๐ฆ(0) = 1. Pada kasus ketiga dihadapkan pada kondisi dengan tingkat 2๐ฅโ ๐พ kejenuhan kepadatan tumbuhan yang lebih tinggi (๐ผ < 2๐พโ๐ฝ ) dan pada kondisi 1
dengan tingkat serapan maksimum herbivora lebih tinggi daripada tingkat kematian independen (๐ฝ1 > ๐พ). Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan pada kasus ketiga disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 3 Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik Tetap
๐๐
๐๐
Kestabilan
๐3 (2,1.25)
๐1 = โ0.282109
๐1 = โ1.41789
Simpul stabil
Pada Tabel 4 titik tetap yang diperoleh adalah ๐3 (2,1.25) dengan nilai eigen ๐1 = 1.495 dan ๐2 = 0.205 sehingga kestabilannya bersifat simpul stabil (Gambar 4).
Gambar 4 Bidang fase kasus 3 Pada Gambar 4 diberikan ilustrasi bidang fase di sekitar titik tetap dengan jenis kestabilan simpul stabil. Di awal waktu, populasi tumbuhan mengalami perkembangan yang sangat pesat, sedangkan populasi herbivora mengalami penurunan. Penurunan populasi herbivora karena di awal waktu suplai makanan belum melimpah dan terjadi kompetisi antar herbivora dalam memperebutkan makanan. Namun ketika suplai makanan buat herbivora melimpah, populasinya mulai berkembang dan ketika populasi herbivora mulai berkembang, populasi tumbuhan mulai menyusut sampai pada akhirnya kedua populasi mencapai kestabilan. Berbeda dengan kondisi-kondisi sebelumnya, dalam jangka panjang pada kondisi ini, populasi tumbuhan lebih banyak dari populasi herbivora.
14
Dinamika Populasi Tumbuhan dan Herbivora Kasus 4 2๐ฅ ๐พ
โ Pada kasus keempat, kondisi ๐ต > 0, ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ , dan ๐ฝ1 > ๐พ. Nilai parameter 1
yang dipilih adalah ๐ฝ = 1, ๐ฝ1 = 0.5, ๐พ = 0.4, dan ๐ผ = 10, serta nilai awal ๐ฅ(0) = 1 dan ๐ฆ(0) = 1. Pada kasus keempat dihadapkan pada kondisi dengan tingkat 2๐ฅโ ๐พ kejenuhan kepadatan tumbuhan rendah ( ๐ผ > 2๐พโ๐ฝ ) dan pada kondisi dengan 1
tingkat serapan maksimum herbivora lebih tinggi daripada tingkat kematian independen (๐ฝ1 > ๐พ). Titik tetap, nilai eigen, dan jenis kestabilan pada kasus keempat disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4 Titik tetap, nilai eigen, dan kestabilan Titik Tetap
๐๐
๐๐
Kestabilan
๐3 (2,20)
๐1 = 2.22462
๐1 = 0.575379
Simpultak stabil
Pada Tabel 5 titik tetap yang diperoleh adalah ๐3 (2,20) dengan nilai eigen ๐1 = 2.22462 dan ๐2 = 0.575379 sehingga kestabilannya bersifat simpul tak stabil (Gambar 5).
Gambar 5 Bidang fase kasus 4 dengan arah orbit dari luar ke dalam
Gambar 6 Bidang fase kasus 4 dengan arah orbit dari dalam ke luar
Pada Gambar 5 diberikan ilustrasi bidang fase disekitar titik tetap dengan jenis kestabilan simpul tak stabil. Sedangkan pada gambar 6 diberikan ilustrasi jika orbit bergerak dari dalam ke luar. Di awal waktu, populasi tumbuhan mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga suplai makanan yang tersedia melimpah. Akibatnya populasi herbivora semakin bertambah. Suplai makanan yang terus dimakan oleh tumbuhan menyebabkan populasi tumbuhan semakin menyusut sampai pada akhirnya populasi herbivora lebih banyak dibandingkan dengan populasi tumbuhan. Kedua populasi dalam jangka panjang befluktuasi dan jenis kestabilannya adalah simpul tak stabil.
15
SIMPULAN Pada model yang dibahas, diperoleh tiga titik tetap. Dari ketiga titik tetap, kestabilan titik tetap pertama dan kedua selalu sadel, sedangkan kestabilan titik tetap ketiga berbeda-beda bergantung nilai parameter yang diberikan. Dengan pemilihan nilai parameter tertentu, diperoleh bifurkasi Hopf yang memunculkan fenomena limit cycle. Hal ini terjadi pada saat perubahan kestabilan titik tetap ketiga dari spiral stabil berubah menjadi spiral tak stabil. Dinamika populasi dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan, tingkat serapan maksimum herbivora, dan tingkat kematian independen. Pada kondisi dengan tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan tinggi dan tingkat serapan maksimum herbivora lebih tinggi daripada tingkat kematian independen, populasi tumbuhan dan herbivora stabil. Pada kondisi dengan tingkat kejenuhan kepadatan tumbuhan rendah dan tingkat serapan maksimum herbivora lebih tinggi daripada tingkat kematian independen, populasi tumbuhan tidak stabil. Dalam jangka panjang, populasi herbivora cenderung lebih banyak dibandingkan dengan populasi tumbuhan, namun pada kondisi dengan tingkat kejenuhan tumbuhan yang lebih tinggi, populasi tumbuhan lebih banyak dibandingkan dengan populasi herbivora.
DAFTAR PUSTAKA Anton H, Rorres C. 2004. Aljabar Linear Elementer. Ed ke-8. Indriasari R, Harmein I, Penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Fatik BM. 2010. Textbook of Animal Behaviour. New Delhi:PHI Learning Pvt. Ltd. Saha T dan Bandyopadhyay M. 2005. Dynamical Analysis of A Plant-Herbivore Model: Bifurcation and Global Stability. J. Appl. Math. And Computing 19: 327344. Strogatz SH. 1994. Nonlinear Dynamics and Chaos with Application to Physics, Biology, Chemistry, and Engineering. Massachusets (US): Addison-Wesley Publishing Company. Tu PNV. 1994. Dynamical System An Introduction with Application in Economics and Biology. Heidelberg (DE): Springer-Verlag.
16
Lampiran 1 Penondimensionalan model Diberikan model interaksi Tumbuhan dan Herbivora : ๐๐ ๐ ๐๐ 2 ๐ = ๐๐ (1 โ ) โ , ๐๐ก ๐พ ๐ + ๐2 ๐๐ ๐๐๐ 2 ๐ = โ ๐๐. ๐๐ก ๐ + ๐ 2 Persamaan di atas ditransformasikan menjadi sistem persamaan yang lebih sederhana dengan melakukan penondimensional sebagai berikut: ๐ = โ๐๐ฅ,
๐ = โ๐๐ฆ,
๐พ๐
๐ก = ๐โ๐,
๐๐ฅ(๐) ๐๐ฅ(๐) ๐๐(๐ก) ๐๐ก = โ โ ๐๐ ๐๐(๐ก) ๐๐ก ๐๐ 1 ๐ ๐๐ 2 ๐ ๐พ = (๐๐ (1 โ ) โ ) 2 ๐พ ๐ + ๐ ๐โ๐ โ๐ 1 ๐๐๐ฅ 2 โ๐๐ฆ ๐พ โ๐๐ฅ = (๐โ๐๐ฅ (1 โ )โ ) ๐พ ๐ + ๐๐ฅ 2 ๐โ๐ โ๐ ๐พ ๐๐๐ฅ 2 ๐๐๐ฅ 2 โ๐๐ฆ = (๐โ๐๐ฅ โ โ ) ๐พ ๐(1 + ๐ฅ 2 ) ๐โ๐โ๐ ๐ผ ๐๐๐ฅ 2 ๐๐ฅ 2 โ๐๐ฆ = (๐โ๐๐ฅ โ โ ) ๐พ 1 + ๐ฅ2 ๐โ๐ ๐ผ ๐๐๐ฅ 2 ๐ฝโ๐๐ ๐ฅ 2 โ๐๐ฆ = (๐โ๐๐ฅ โ โ โ ) ๐พ ๐พ 1 + ๐ฅ2 ๐โ๐ ๐ผ ๐๐ฅ 2 โ๐โ๐๐ฝ๐ฅ 2 โ๐๐ฆ = (โ๐๐ฅ โ โ ) ๐พ ๐พ(1 + ๐ฅ 2 ) โ๐ ๐ผโ๐๐ฅ๐ฅ ๐ผโ๐๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ = ๐ผ๐ฅ โ โ ๐พ ๐พ(1 + ๐ฅ 2 ) 2 ๐ผ๐ฅ ๐ผ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ = ๐ผ๐ฅ โ โ ๐ผ ๐ผ(1 + ๐ฅ 2 ) ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ = ๐ฅ(๐ผ โ ๐ฅ) โ . 1 + ๐ฅ2 ๐๐ฆ(๐) ๐๐ฆ(๐) ๐๐(๐ก) ๐๐ก = โ โ ๐๐ ๐๐(๐ก) ๐๐ก ๐๐ 1 ๐๐๐ 2 ๐ ๐พ = ( โ ๐๐) ๐โ๐ โ๐ ๐ + ๐ 2 2 1 ๐๐๐๐ฅ โ๐๐ฆ ๐พ = ( โ ๐โ๐๐ฆ) 2 ๐โ๐ โ๐ ๐ + ๐๐ฅ
17
๐๐๐๐ฅ 2 โ๐๐ฆ ( โ ๐โ๐๐ฆ) ๐โ๐โ๐ ๐(1 + ๐ฅ 2 ) ๐พ ๐๐๐ฅ 2 ๐ฆ ๐พ = โ โ โ ๐๐ฆ ๐โ๐ 1 + ๐ฅ 2 ๐โ๐ ๐ฝ๐๐ฅ 2 ๐ฆ = โ ๐พ๐ฆ 1 + ๐ฅ2 ๐ฝ1 ๐ฅ 2 ๐ฆ = โ ๐พ๐ฆ, 1 + ๐ฅ2 =
dengan ๐ผ =
๐พ โ๐
,๐ฝ=
๐ผ๐พ โ๐๐
๐พ
, ๐ฝ1 = ๐๐, dan ๐พ =
๐๐พ โ๐๐
.
Lampiran 2 Penentuan titik tetap model interaksi tumbuhan dan herbivora Titik tetap akan diperoleh dengan menetapkan persamaan (10) sebagai berikut: ๐ฅฬ = ๐ฅ(๐ผ โ ๐ฅ) โ ๐ฆฬ =
๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ = 0, 1 + ๐ฅ2
๐ฝ1 ๐ฅ 2 ๐ฆ โ ๐พ๐ฆ = 0. 1 + ๐ฅ2
๏ท Dari persamaan pertama akan diperoleh nilai ๐ฅ sebagai berikut: ๐ฅฬ = 0 ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ ๐ฅ(๐ผ โ ๐ฅ) โ =0 1 + ๐ฅ2 ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ ๐ฅ(๐ผ โ ๐ฅ) = 1 + ๐ฅ2 ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ ๐ฅ๐ผ โ ๐ฅ 2 = 1 + ๐ฅ2 2 (1 2) ๐ฅ๐ผ โ ๐ฅ + ๐ฅ = ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ 3 2 ๐ฅ๐ผ + ๐ฅ ๐ผ โ ๐ฅ โ ๐ฅ 4 = ๐ฝ๐ฅ 2 ๐ฆ ๐ฅ(๐ผ + ๐ฅ 2 ๐ผ โ ๐ฅ โ ๐ฅ 3 โ ๐ฝ๐ฅ๐ฆ) = 0 dari sini diperoleh: ๐ฅ = 0 โฉ ๐ผ + ๐ฅ 2 ๐ผ โ ๐ฅ โ ๐ฅ 3 โ ๐ฝ๐ฅ๐ฆ = 0 ๐ฅ = 0 โฉ ๐ฝ๐ฅ๐ฆ = ๐ผ + ๐ฅ 2 ๐ผ โ ๐ฅ โ ๐ฅ 3 ๐ผ + ๐ฅ2๐ผ โ ๐ฅ โ ๐ฅ3 ๐ฅ =0โฉ๐ฆ = ๐ฝ๐ฅ (๐ผ โ ๐ฅ)(1 + ๐ฅ 2 ) ๐ฅ =0โฉ๐ฆ = . ๐ฝ๐ฅ ๏ท Dari persamaan kedua akan diperoleh nilai ๐ฆ sebagai berikut:
18
๐ฆฬ = 0 ๐ฝ1 ๐ฅ 2 ๐ฆ โ ๐พ๐ฆ = 0 1 + ๐ฅ2 ๐ฝ1 ๐ฅ 2 ๐ฆ = ๐พ๐ฆ 1 + ๐ฅ2 ๐ฝ1 ๐ฅ 2 ๐ฆ = ๐พ๐ฆ + ๐พ๐ฆ๐ฅ 2 2 ๐ฝ1 ๐ฅ ๐ฆ โ ๐พ๐ฆ + ๐พ๐ฆ๐ฅ 2 = 0 ๐ฆ(๐ฝ1 ๐ฅ 2 โ ๐พ + ๐พ๐ฅ 2 ) = 0 dari sini diperoleh: ๐ฆ = 0 โฉ ๐ฝ1 ๐ฅ 2 โ ๐พ + ๐พ๐ฅ 2 = 0 ๐ฆ = 0 โฉ ๐ฅ 2 (๐ฝ โ ๐พ) = ๐พ ๐พ ๐ฆ = 0 โฉ ๐ฅ2 = ๐ฝโ๐พ ๐ฆ =0โฉ๐ฅ =โ
๐พ . ๐ฝโ๐พ
๏ท Substitusi ๐ฆ = 0 untuk mendapatkan nilai ๐ฅ ke persamaan ๐ฅ = 0 dan ๐ฆ = (๐ผโ๐ฅ)(1+๐ฅ 2 ) ๐ฝ๐ฅ
.
๐ฅ = 0, karena ๐ฆ = 0 maka ๐ฅ = 0 ๐ฆ=
(๐ผโ๐ฅ)(1+๐ฅ 2 )
, karena ๐ฆ = 0 maka
๐ฝ๐ฅ
(๐ผ โ ๐ฅ)(1 + ๐ฅ 2 ) =0 ๐ฝ๐ฅ (๐ผ โ ๐ฅ)(1 + ๐ฅ 2 ) = 0 ๐ฅ โ ๐ผ = 0 โฉ 1 + ๐ฅ2 = 0 ๐ฅ = ๐ผ โฉ 1 + ๐ฅ 2 = 0, dengan 1 + ๐ฅ 2 adalah definit positif. Sehingga diperoleh titik tetap ๐1 (๐ฅ, ๐ฆ) = (0,0)dan ๐2 (๐ฅ, ๐ฆ) = (๐ผ, 0). ๏ท Substitusi ๐ฅ = โ๐ฝ
๐พ
1 โ๐พ
(๐ผโ๐ฅ)(1+๐ฅ 2 ) ๐ฝ๐ฅ
๐ฆ=
untuk mendapatkan nilai ๐ฆ ke persamaan ๐ฆ =
.
(๐ผโ๐ฅ)(1+๐ฅ 2 ) ๐ฝ๐ฅ
, karena ๐ฅ = โ๐ฝ
๐พ
1
maka ๐ฆโ = โ๐พ
(๐ผโ๐ฅโ )(1+๐ฅโ 2 )
sehingga diperoleh titik tetap ๐3 (๐ฅ, ๐ฆ) = (๐ฅโ , ๐ฆโ ).
๐ฝ๐ฅโ
,
19
Lampiran 3 Penentuan nilai eigen Dengan melakukan pelinearan pada persamaan (10) diperleh Matriks Jacobi sebagai berikut: 2๐ฝ๐ฅ๐ฆ ๐ผ โ 2๐ฅ โ (1 + ๐ฅ 2 )2 ๐ฝ= 2๐ฝ1 ๐ฅ๐ฆ (1 + ๐ฅ 2 )2 (
๐ฝ๐ฅ 2 1 + ๐ฅ2 . ๐ฝ1 ๐ฅ 2 โ๐พ 1 + ๐ฅ2 )
๏ท Pelinearan titik tetap ๐2 (๐ผ, 0) akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut: โ๐ผ ๐ฝ(๐ผ,0) = (
0
๐ฝ๐ผ 2 1 + ๐ผ2 . ๐ฝ1 ๐ผ 2 โ๐พ ) 1 + ๐ผ2
Kemudian dicari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik ๐๐๐ก(๐ฝ(๐ผ,0) โ ๐๐ผ) = 0 sehingga diperoleh โ๐ผ โ ๐ | 0
๐ฝ๐ผ 2 1 + ๐ผ2 |=0 ๐ฝ1 ๐ผ 2 โ๐พโ๐ 1 + ๐ผ2
๐ฝ1 ๐ผ 2 (โ๐ผ โ ๐) ( โ ๐พ โ ๐) = 0, 1 + ๐ผ2 dari sini diperoleh: ๐ = โ๐ผ โฉ ๐ =
๐ฝ1 ๐ผ 2 โ๐พ(1 + ๐ผ 2 ) + ๐ฝ1 ๐ผ 2 โ ๐พ = . 1 + ๐ผ2 1 + ๐ผ2
Jadi nilai eigennya adalah sebagai berikut: ๐1 = โ๐ผ, ๐ฝ1 ๐ผ 2 ๐2 = โ ๐พ. 1 + ๐ผ2 ๏ท Pelinearan titik tetap ๐3 (๐ฅ โ , ๐ฆ โ ) diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut:
๐ฝ(๐ฅโ,๐ฆโ)
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ๐ผ โ 2๐ฅโ โ (1 + ๐ฅโ2 )2 = 2๐ฝ1 ๐ฅโ ๐ฆโ (1 + ๐ฅโ2 )2 (
๐ฝ๐ฅโ2 โ 1 + ๐ฅโ2 ๐ฝ1 ๐ฅโ2 โ๐พ 1 + ๐ฅโ2 )
20
๐ฝ(๐ฅโ,๐ฆโ)
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ๐ผ โ 2๐ฅโ โ (1 + ๐ฅโ2 )2 = 2๐ฝ1 ๐ฅโ ๐ฆโ (1 + ๐ฅโ2 )2 (
๐ฝ๐ฅโ2 โ 1 + ๐ฅโ2
.
0 )
Kemudian dicari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik ๐๐๐ก(๐ฝ(๐ฅโ,๐ฆโ) โ ๐๐ผ) = 0 sehingga diperoleh 2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ๐ฝ๐ฅโ2 โ ๐ โ (1 + ๐ฅโ2 )2 1 + ๐ฅโ2 | || |=0 2๐ฝ1 ๐ฅโ ๐ฆโ โ๐ (1 + ๐ฅโ2 )2 2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ 2๐ฝ๐ฝ1 ๐ฅโ3 ๐ฆโ ๐2 โ ๐ (๐ผ โ 2๐ฅโ โ ) + =0 (1 + ๐ฅโ2 )2 (1 + ๐ฅโ2 )3 ๐2 + ๐๐ด1 + ๐ด2 = 0 ๐ผ โ 2๐ฅโ โ
dari sini diperoleh: โ๐ด1 + โ๐ด12 โ 4๐ด2 โ๐ด1 โ โ๐ด12 โ 4๐ด2 ๐1 = , ๐2 = , 2 2
dengan ๐ด1 = ๐ก๐๐๐๐(๐ฝ) = โ (๐ผ โ 2๐ฅโ โ 2๐ฝ๐ฝ1 ๐ฅโ3 ๐ฆโ ๐ด2 = ๐๐๐ก(๐ฝ) = . (1 + ๐ฅโ2 )3
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ), (1 + ๐ฅโ2 )2
Lampiran 4 Penurunan kondisi ๐ด1 = ๐ก๐๐๐๐(๐ฝ) Diketahui: ๐ด1 = ๐ก๐๐๐๐(๐ฝ) = โ (๐ผ โ 2๐ฅโ โ 2๐ฝ๐ฝ1 ๐ฅโ3 ๐ฆโ , (1 + ๐ฅโ2 )2 ๐ต = ๐ด12 โ 4๐ด2 ,
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ), (1 + ๐ฅโ2 )2
๐ด2 =
๐พ ๐ฅโ = โ , ๐ฝ1 โ ๐พ ๐ฆโ = ๏ท
๐ด1 < 0
(๐ผ โ ๐ฅโ )(1 + ๐ฅโ 2 ) , ๐ฝ๐ฅโ
21
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ )<0 (1 + ๐ฅโ2 )2 2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ๐ผ โ 2๐ฅโ โ >0 (1 + ๐ฅโ2 )2 (๐ผ โ ๐ฅโ )(1 + ๐ฅโ2 ) 2๐ฝ๐ฅโ ๐ผ โ 2๐ฅโ โ โ >0 (1 + ๐ฅโ2 )2 ๐ฝ๐ฅโ 2(๐ผ โ ๐ฅโ ) ๐ผ โ 2๐ฅโ โ >0 1 + ๐ฅโ2 (๐ผ โ 2๐ฅโ )(1 + ๐ฅโ2 ) โ (๐ผ โ ๐ฅโ ) >0 1 + ๐ฅโ2 ๐ผ + ๐ผ๐ฅโ2 โ 2๐ฅโ โ 2๐ฅโ3 โ 2๐ผ + 2๐ฅโ >0 1 + ๐ฅโ2 โ๐ผ + ๐ผ๐ฅโ2 โ 2๐ฅโ3 > 0 ๐ผ(๐ฅโ2 โ 1) > 2๐ฅโ3 2๐ฅโ3 ๐ผ> 2 ๐ฅโ โ 1 2๐ฅโ3 ๐ผ> ๐พ โ1 ๐ฝ โ๐พ โ (๐ผ โ 2๐ฅโ โ
1
๐ผ>
2๐ฅโ3 2๐พโ๐ฝ1 ๐ฝ1 โ๐พ
2๐ฅโ ๐พ ๐ฝ1 โ ๐พ โ ๐ฝ1 โ ๐พ 2๐พ โ ๐ฝ1 2๐ฅโ ๐พ ๐ผ> 2๐พ โ ๐ฝ1 ๐ผ>
๏ท
๐ด1 > 0
2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ )>0 (1 + ๐ฅโ2 )2 2๐ฝ๐ฅโ ๐ฆโ ๐ผ โ 2๐ฅโ โ <0 (1 + ๐ฅโ2 )2 (๐ผ โ ๐ฅโ )(1 + ๐ฅโ2 ) 2๐ฝ๐ฅโ ๐ผ โ 2๐ฅโ โ โ <0 (1 + ๐ฅโ2 )2 ๐ฝ๐ฅโ 2(๐ผ โ ๐ฅโ ) ๐ผ โ 2๐ฅโ โ <0 1 + ๐ฅโ2 (๐ผ โ 2๐ฅโ )(1 + ๐ฅโ2 ) โ (๐ผ โ ๐ฅโ ) <0 1 + ๐ฅโ2 ๐ผ + ๐ผ๐ฅโ2 โ 2๐ฅโ โ 2๐ฅโ3 โ 2๐ผ + 2๐ฅโ <0 1 + ๐ฅโ2 โ๐ผ + ๐ผ๐ฅโ2 โ 2๐ฅโ3 < 0 ๐ผ(๐ฅโ2 โ 1) < 2๐ฅโ3 2๐ฅโ3 ๐ผ< 2 ๐ฅโ โ 1 โ (๐ผ โ 2๐ฅโ โ
22
๐ผ< ๐ผ<
2๐ฅโ3 ๐พ
โ1
๐ฝ1 โ๐พ 2๐ฅโ3 2๐พโ๐ฝ1 ๐ฝ1 โ๐พ
2๐ฅโ ๐พ ๐ฝ1 โ ๐พ โ ๐ฝ1 โ ๐พ 2๐พ โ ๐ฝ1 2๐ฅโ ๐พ ๐ผ< 2๐พ โ ๐ฝ1 ๐ผ<
23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 23 Juli 1990 dari Bapak Agus dan Ibu Juenah. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Karanganyar, tahun 2005 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Terisi, dan tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sindang. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jurusan Matematika sebagai mayor. Pada tingkat kedua penulis memilih Statistika Terapan sebagai minor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengajar les Kalkulus TPB. Saat Tingkat Persiapan Bersama, penulis mendapatkan beasiswa pemerintah daerah Jawa Barat, pemerintah daerah Indramayu, dan LAZ AlHurriyyah. Pada tahun 2011-2013, penulis mendapat beasiswa Karya Salemba Empat. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti organisasi mahasiswa daerah dan organisasi intra kampus. Pada tahun 2009-2010, penulis menjadi sekretaris umum Ikatan Keluarga dan Mahasiswa dharma Ayu (IKADA) sebagai sekretasi umum. Pada tahun 2010, penulis menjadi anggota Departemen Internal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2011, penulis menjadi ketua Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2012, penulis menjadi koordinator Kesejahteraan Mahasiswa se-IPB Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti kepanitiaan Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru 2009, Pesta Sains 2009 dan 2010, SPIRIT 2010, Masa Perkenalan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan 2010 dan 2011, POKJA SPP dan POKJA Beasiswa 2012, dan kepanitiaan lainnya. Selain itu penulis juga pernah menjadi moderator seminar Lokakarya Kementerian Lingkungan Hidup, moderator Kajian Seputar Kampus Institut Pertanian Bogor 2012, master of ceremony, Dialog Rektor Institut Pertanian Bogor 2012, fasilitator Up Grading, pengisi acara musikalisasi puisi Mipa Go Green 2011, pengisi acara akustik Saresehan Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor 2012, dan acara-acara lainnya.