Berkolaborasi Adalah Kunci Membangun Surabaya Lebih Baik UNAIR NEWS – Sebagai langkah menuju perguruan tinggi kelas dunia, Universitas Airlangga tak ingin dikenal sebagai menara gading. Terlebih, bila sampai dicap acuh tak acuh dengan persoalan masyarakat Jawa Timur. Khususnya, di Surabaya. Untuk itulah, UNAIR menggelar acara silaturahmi dengan Komunitas Rek Ayo Rek, Tokoh Masyarakat, dan Media. Puluhan tamu undangan hadir dalam kegiatan yang digelar di selasar lantai empat, Kantor Manajemen UNAIR, Kampus C, Rabu (30/3). Dalam kesempatan itu, masing-masing pihak undangan menyampaikan uneg-uneg tentang kondisi sosial, ekonomi dan IPTEK. Berformat gelar wicara (talkshow), event itu dipandu Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Drs. Suko Widodo, M.Si Tiga pimpinan tertinggi UNAIR turut hadir dalam acara silaturahmi itu. Mereka adalah Rektor Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD., K-GH, FINASIM, Wakil Rektor III Prof. M. Amin Alamsjah, Ph.D. Tampak pula para direktur dan ketua lembaga serta para dekan. Dalam sambutannya, Rektor Prof Nasih berharap, forum ini bisa diselenggarakan secara rutin. Dengan demikian, setiap perwakilan perangkat dinas, komunitas, wakil rakyat, dapat berdialog untuk merumuskan solusi dan menguraikan masalah. “UNAIR akan terus bersinergi dengan stakeholder dan warga untuk membangun Surabaya. Meski berbeda latar belakang, kita punya visi yang esensinya sama,” tutur Prof. Nasih. Wakil Rektor I Prof Djoko Santoso menambahkan, UNAIR ingin lebih dekat dan memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, Prof. Djoko merasa memiliki dan
bangga terhadap kampus ini. Dia juga mengatakan, UNAIR siap bekerjasama untuk membangun Surabaya menjadi kota yang lebih baik. Guru Besar bidang Ilmu Penyakit Dalam FK itu menggarisbawahi, UNAIR memiliki pekerjaan rumah untuk membangun pemerintah dan masyarakat. Termasuk, di bidang kesehatan dan kebangsaan. “Mari kita saling bergandengan tangan untuk membangun dan menjaga tradisi warga Surabaya. Juga, memberdayakan masyarakat di semua level,” tutur Djoko. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Rio F. Rachman
Sebarkan Viruskenner, Pelajar SMAN 16 Belajar Virologi UNAIR NEWS – Pepatah berbunyi ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’ merupakan nasihat agar seluruh elemen mengedepankan gerakan preventif untuk menekan angka kejadian suatu penyakit. Prinsip itu pula yang mendasari sebuah kelompok asal Universitas Erasmus MC bernama Viruskenner untuk gencar menyosialisasikan pentingnya upaya preventif, khususnya pada kalangan generasi muda. Viruskenner tak lain adalah nama sebuah program penyuluhan yang diinisiasi oleh kelompok Viroscience Laboratory, Erasmus MC, Rotterdam, Belanda. Program ini telah didirikan empat tahun yang lalu di Belanda, dan kini sudah menyebar ke Suriname dan Indonesia. Program ini didirikan dengan tujuan untuk menguatkan esensi gerakan preventif dalam melawan berbagai jenis penyakit yang disebabkan virus.
Program Viruskenner menyasar generasi muda dari kalangan pelajar menengah atas. Harapannya, semakin dini pelajar memiliki pengetahuan seputar penyakit akibat virus, semakin cepat mereka mengenali dan mewaspadai. Di Surabaya, tim Viruskenner berkolaborasi dengan sejumlah pakar Divisi Tropik dan Infeksi, Departemen Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran UNAIR. Pada tahun ini, mereka menggelar kegiatan penyuluhan ke SMAN 16 Surabaya. Tim Viruskenner yang dimotori oleh Wesley de Jong, Laura Doormekam, Purwati, dr., Dr., Sp.PD, dan Musofa Rusli, dr., Sp.PD memperkenalkan tentang ilmu dasar virologi di hadapan pelajar kelas X, Rabu (23/3). Acara penyuluhan itu dikemas sederhana selayaknya kuliah singkat. Pelajar SMA itu diperkenalkan tentang apa dan bagaimana pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh virus. Selain itu juga dibagikan kuesinoner berisi pertanyaan umum untuk mengasah ulang seberapa dalam pemahaman dan pengetahun peserta. Selanjutnya, para siswa dikelompokkan menjadi beberapa tim kecil. Setiap tim akan ditugaskan untuk mempelajari satu jenis virus, bisa itu influenza, Hanta Virus, leptosirosis, HIV Aids, Hepatitis, dsb. Kemudian masing-masing tim ditugaskan untuk mengaplikasikan pemahaman mereka ke dalam bentuk video maupun poster. Nantinya karya mereka akan dikompetisikan dan di pertontonkan pada kunjungan kedua Tim Viruskenner pada bulan Juni 2016 mendatang. (*) Penulis: Sefya Hayu I. Editor: Defrina Sukma S
Diskusi Gayeng dan Gerrr Antara UNAIR dan Elemen Masyarakat Surabaya UNAIR NEWS – Suasana hangat melingkupi ajang diskusi bertajuk Silaturahmi Rektor Universitas Airlangga Bersama Komunitas Rek Ayo Rek (RAR), Tokoh Masyarakat, dan Media di selasar lantai 4 gedung Rektorat Rabu (30/3). Rektor, didampingi jajaran dan para dekan, tampak bersahabat saat berinteraksi dengan Ketua RAR Herman Riva’i, Ketua DPRD Surabaya Armudji, dan semua masyarakat yang ada di sana. Termasuk, para awak media yang antusias mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Perwakilan dan pengurus Ikatan Alumni UNAIR juga datang untuk menyemarakkan diskusi. Acara tersebut tambah terasa akrab karena dipandu oleh pakar komunikasi Drs Suko Widodo MSi. Pria yang juga Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) tersebut acap melontarkan joke segar di hadapan puluhan hadirin yang duduk melingkar di hadapan meja-meja bundar. Tak ayal, atmosfer gerrr-gerrr-an pun mewarnai suasana. Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA. mengaku senang bisa berkumpul dengan semua elemen masyarakat lintas bidang. Ada yang memiliki latar belakang akademisi, politisi, birokrat, polisi, tentara, pengusaha, dan lain sebagainya. “Ini langkah awal. Setelah ini, pasti akan ada diskusi dan pertemuan lain yang tujuannya mencari solusi tiap masalah,” ungkap guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu. Dia menyatakan, pintu kampus selalu terbuka untuk siapa saja. Khususnya, bagi mereka yang ingin mendapat saran dan masukan dari perspektif ilmiah tentang ragam topik. “Kami punya pakar di segala bidang. Yang kami tidak punya cuma uang. Makanya,
kalau butuh uang jangan datang pada kami. Datang saja pada Pak Jamhadi (Pengusaha yang juga Ketua Kadin Surabaya, Red),” seloroh Rektor yang disambut tawa para hadirin. Kebetulan, Jamhadi waktu itu tepat duduk di hadapannya. Ditegaskan Nasih, Surabaya tidak hanya punya Tugu Pahlawan, Kenjeran, dan tetenger lainnya. Namun juga, ada UNAIR yang berlokasi di pusat kota. Maka itu, sudah sepantasnya para wakil rakyat dan pemkot memaksimalkan potensi UNAIR. Sementara itu, Herman berharap, komunitas RAR dan UNAIR dapat memberi perubahan pada kondisi sosial di Surabaya. “Segala masalah hanya bisa terselesaikan bila kita bersinergi. Di RAR ada banyak pakar atau “dekan”. Ada “dekan” urusan Pasar Turi seperti Pak Kemas, ada “dekan” urusan bisnis seperti Pak Jamhadi. Ada “dekan” urusan politik dan pemerintahan seperti Pak AH Thony. Makanya, sinergi kita bisa komplit,” urai dia diiringi tepuk tangan hadirin. Event
ini
diapresiasi
oleh
pemerintah
pusat.
Kasubbag
Komunikasi dengan Lembaga Biro Kerjasama & Kompublik Setjen Kemristekdikti Neni Herlina mengaku kagum dengan gagasan dicetuskannya diskusi ini. “Apa yang dilakukan UNAIR mematahkan persepsi yang banyak beredar dan menyebut kalau kampus adalah menara gading. Hari ini, terbukti jelas kalau kampus benar-benar bisa menyatu dengan masyarakat,” ungkap dia. Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM mengatakan, kampus memang harus memberi sumbangsih kongkret di masyarakat. Kegiatan kali ini hanyalah satu di antara sekian banyak program UNAIR untuk bisa menyentuh semua elemen. “Percuma ada universitas di suatu kota bila kota itu tidak merasakan manfaatnya,” tegas Djoko. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Pimpinan Baru RS Gigi dan Mulut FKG Janji Tingkatkan Mutu Pelayanan UNAIR NEWS – Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UNAIR memiliki pimpinan baru. Serah terima jabatan dilaksanakan menyusul pergantian jajaran pimpinan di lingkungan FKG UNAIR. Acara yang dilaksanakan di gedung garuda muka ini diawali dengan sambutan dari Direktur RSGM periode yang lalu, Hening Tuti Hendarti, drg., M.S., Sp.PM. Hening menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi dalam pendirian RSGM dan sangat mengharap, dengan penggantian pimpinan, keadaan akan menjadi lebih baik. Hening juga sangat berharap bahwa RSGM dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Serah terima dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur RSGM baru, Prof. R. Coen Pramono D, drg., SU., Sp.BM(K). Pada kesempatan ini Coen menyampaikan bahwa akan meningkatkan mutu RSGM di masa yang akan datang dan berjanji akan menyelesaikan permasalahan. “Kami akan berupaya keras menguatkan RSGM agar menjadi lebih baik lagi,” kata dia. Acara dihadiri oleh Dekan FKG UNAIR dan disaksikan oleh seluruh Civitas akademika, Dalam sambutannya Dekan menegaskan walau RSGM bersifat mandiri, namun FKG UNAIR akan terus mendukung dan berharap komunikasi yang sudah terjalin sangat baik dapat berlangsung di masa yang akan datang . (*) Penulis: Humas FKG UNAIR Editor: Rio F. Rachman
Help Center UNAIR Gaet Ormawa Jadi Relawan UNAIR NEWS – Barangkali tak banyak sivitas akademika yang mengetahui keberadaan lembaga di Universitas Airlangga yang secara khusus mendengar dan merespon keluh kesah mahasiswa. Permasalahan itu didengar dan direspon oleh para ‘ahli’ di bidangnya. Mahasiswa tak perlu khawatir terhadap rahasia permasalahan yang dihadapinya. Sebab, kerahasiaan masalah akan dijamin oleh para punggawa Help Center UNAIR. Untuk menggaet animo lebih banyak dari mahasiswa, para punggawa Help Center UNAIR mengadakan sosialisasi sekaligus promosi keberadaan lembaga yang secara resmi berdiri tahun 2014. Pada sosialisasi kali ini, para punggawa Help Center UNAIR mengajak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) UNAIR, dan organisasi mahasiswa di tingkat fakultas untuk menjadi relawan. Sosialisasi itu dilakukan di Aula Student Center Kampus C UNAIR pada Senin (28/3), dan dihadiri oleh Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH, FINASIM. “Kalau bisa, sebelum kasus berjalan lebih jauh dan lebih lanjut, tim Help Center UNAIR sudah bisa membantu mengatasi permasalahan mahasiswa,” ujar Prof. Djoko dalam sambutannya. Ketua Help Center UNAIR Dra. Myrtati Dyah Artaria, MA., Ph,D, menuturkan bahwa keterlibatan ormawa bertujuan agar lembaga ini bisa dikenal lebih dekat dengan mahasiswa. “Jadi, kami mengundang rekan-rekan BEM dan BLM UNAIR agar Help Center ini bisa lebih diketahui di kalangan mahasiswa. Kami juga mengajak kalian yang hadir ini untuk turut serta bergabung menjadi volunter. Kalian kan yang lebih dekat dengan
mahasiswa. Kami berharap dengan bergabungnya kawan-kawan dari BEM dan BLM UNAIR bisa membuat Help Center lebih dekat dengan mahasiswa,” ujarnya. Dra. Liestianingsih Dwi Dayanti, M.Si., selaku tim Help Center UNAIR memberikan paparan mengenai beragam problem yang terkadang dihadapi mahasiswa. Ia mencontohkan banyak kasus baik antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen yang terkadang korban takut untuk melaporkan. “Jangan takut melapor jika ada pelanggaran yang dilakukan dosen atau rekan mahasiswa. Segera laporkan! Jika ada bukti sms silahkan disimpan, kami akan siap menjaga rahasia pengadu,” ujar Lies selaku pengajar pada Departemen Komunikasi FISIP UNAIR. Bagaimana cara mendapatkan bantuan dari tim Help Center UNAIR? Tim Help Center UNAIR bisa dihubungi via Fanpage ‘Airlangga Helpcentre’; Twitter (at)helpcenter_ua; dan E-mail di
[email protected]. Apabila permasalahan dirasa lebih pelik, mahasiswa bisa mendatangi klinikk psikologi Rumah Sakit UNAIR sebagaimana yang disampaikan oleh Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si selaku tim Help Center. “Kami juga sediakan klinik psikologi di Rumah Sakit UNAIR, tepatnya di sayap sebelah timur lantrai dua, kami tarus di RS agar mahasiswa yang ingin konsultasi bisa lebih nyaman,” pungkas Dewi yang juga Wakil Dekan III Fakultas Psikologi UNAIR. Help Center UNAIR awalnya didirikan pada tahun 2000 sebagai media konsultasi dan pendampingan sivitas akademika FISIP UNAIR. Karenan dirasa perlu untuk diperluas ke tingkat universitas, maka pada tahun 2014, Help Center UNAIR resmi didirikan oleh Wakil Rektor I UNAIR 2010-2015. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma Satiti
Pentingnya Mengantisipasi Datangnya Bencana UNAIR NEWS – Dalam seminar penanganan bencana ‘Disaster Management Intra and Extra Hospital’ yang dilangsungkan di Hall Lantai 8 Rumah Sakit UNAIR, Senin (29/3), Guru Besar Anestesiologi dan Reanimasi FK UNAIR Prof. Dr. R. Eddy Rahardjo, dr., SpAnK.IC menyoroti pentingnya persiapan dalam menghadapi bencana yang datangnya sewaktu-waktu. Bencana yang terjadi di luar prediksi manusia seringkali begitu merepotkan sehingga persiapan yang matang terkait penanganan korban bencana seperti fasilitas hingga tenaga medis menjadi satu hal yang sangat diperlukan. “Pegawai rumah sakit yang sebelumnya tidak memiliki kemampuan dalam proses penanggulangan, harus diberikan pengetahuan tentang hal tersebut ” ujar Prof. Eddy. Selain pegawai rumah sakit, menurutnya keluarga pasien juga dapat turut andil membantu tim medis dengan memperhatikan kondisi pasien. Hal tersebut, menurutnya dapat menjadikan penanganan terhadap pasien menjadi lebih efisien. Profesor yang juga aktif di Airlangga University Crisis Centre ini juga menyayangkan adanya rumah sakit yang tidak memiliki persiapan fasilitas yang memadai. “Pasien rumah sakit tidak layak tidur di tempat yang lebih rendah, di tandu misalnya,” tandasnya. Menurutnya, hal tersebut akan mempersulit tim medis untuk menangani pasien di rumah sakit. “Sudah pasiennya banyak, sedangkan tempatnya agak rendah, tim medisnya yang kerepotan” tambahnya.
Di akhir pemaparannya, Profesor Eddy juga mengingatkan kepada para petugas medis bahwa proteksi diri terhadap paparan infeksi ataupun bahan kimia juga diperlukan agar penanganan dapat terkendali. “Menolong korban dalam keadaan kritis memang sangat penting, namun bukan berarti lupa dengan keadaan kita sendiri,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Yeano Andhika
Sinergi Antar Mewujudkan Internasionalisasi
Fakultas Upaya
UNAIR NEWS – Dalam upaya mencapai 500 besar universitas terbaik di dunia sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Kemenristekdikti kepada UNAIR, seluruh sivitas akademika UNAIR terus berbenah diri. Internasionalisasi yang merupakan aspek penting bagi sebuah universitas berkelas dunia pun menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Untuk memperkuat sinergisitas fakultas di lingkungan UNAIR dalam mendukung upaya internasionalisasi tersebut, Direktorat Pendidikan mengadakan ‘Workshop Pemetaan dan Penguatan Internasionalisasi Pendidikan’ yang dilangsungkan selama tiga hari, 28-30 Maret, di Ruang Sidang Pleno lt. 3, Kantor Manajemen UNAIR. Melalui acara ini diharapkan potensi-potensi internasionalisasi yang dimiliki oleh setiap fakultas yang ada di UNAIR bisa terus digali.
“Untuk internasionalisasi, UNAIR ini sebenarnya punya potensi besar. Namun selama ini memang belum digarap secara baik,” ujar Jani Punawanty, SH., SS., LLM, Koordinator Tim Program Pendidikan Internasional Direktorat Pendidikan kepada UNAIR NEWS di sela-sela acara, Selasa (29/3). Fakultas-fakultas yang ada di UNAIR, lanjut Jani, punya berbagai hal yang bisa ‘dijual’ ke dunia internasional, namun belum mampu mengemas hal tersebut sehingga mampu menarik mahasiswa asing untuk studi di UNAIR. “Kita butuh setidaknya 200-500 mahasiswa asing sebagai bagian dari upaya mendorong UNAIR masuk 500 besar dunia. Untuk itu kita juga harus perbaiki konten program yang kita tawarkan,” lanjut alumnus Temple University, Amerika Serikat ini. Ke depan, upaya menarik mahasiswa asing untuk belajar di UNAIR akan terus dilakukan. Program untuk mahasiswa asing yang bersifat credit earning dan credit transfer seperti kelas internasional Amerta akan terus diperkuat sehingga bisa menjadi embrio mendatang.
program
academic
degree
di
tahun-tahun
Tidak hanya mahasiswa, upaya internasionalisasi UNAIR juga meliputi usaha merekrut staf pengajar dan peneliti asing. “Professor yang dalam sabbatical leave itu potensial jadi inbound kita. Kita juga akan tawarkan para PhD freshgraduate asing untuk mendapatkan pengalaman mengajar di UNAIR,” tambahnya. Terkait respon fakultas mengenai wacana internasionalisasi ini, Jani mengakui bahwa fakultas-fakultas di UNAIR memang belum berlari satu irama. “Ada fakultas yang larinya sangat kencang. Namun memang ada yang masih perlu untuk diarahkan,” tandasnya. Melalui workshop ini, menurut Jani, Direktorat Pendidikan
berusaha mencari rumusan bagaimana upaya memperkuat sinergisitas antar fakultas sehingga bisa sama-sama berlari kencang untuk kemajuan UNAIR. “Kemarin sudah kita dapat salah satu terobosan, ada wacana sharing potensi. Fakultas yang sudah punya nama kuat di negara lain, bisa turut mempromosikan fakultas lainnya di negara tersebut,” ujar pengajar di Departemen Hukum Internasional FH UNAIR ini. Jika hal tersebut bisa dilaksanakan secara konsisten, Jani meyakini bahwa upaya internasionalisasi UNAIR akan bisa semakin cepat. (*) Penulis : Yeano Andhika
Prodi HI Persiapkan Akreditasi Sejak Tahun Lalu UNAIR NEWS – Program Studi (prodi) Hubungan Internasional (HI) memiliki langkah tersendiri dalam mempersiapkan diri ketika tim asesor Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BANPT) hadir untuk melihat perkembangan prodi pada Senin (21/3) lalu. Prodi yang sudah terakreditasi A sebelumnya ini, telah mempersiapkan dokumen penting sejak tahun lalu, baik dari sistem kuliah, aktifitas mahasiswa dan kiprah alumni. “HI telah mempersiapkan akreditasi sejak satu tahun yang lalu, mulai dokumen penting dan dokumen pendukung mengenai aktifitas mahasiswa untuk lima tahun terakhir dan aktifitas dosen untuk tiga tahun terakhir,” ungkap M. Muttaqien, Ph.D, kepala prodi HI UNAIR. Dosen, mahasiswa, alumni, mitra kerja HI, dihadirkan dalam akreditasi, hal ini bertujuan untuk memberikan bukti fisik
kepada tim asesor mengenai prodi HI UNAIR. Para mahasiswa hadir untuk memberikan keterangan mengenai sistem dan kurikulum prodi, sedangkan para alumni dan mitra kerja hadir untuk memberikan keterangan mengenai kiprah dan kualitas alumni di dunia kerja. Setidaknya terdapat ada tiga kualifikasi penting dalam setiap momen akreditasi. Pertama, akreditasi menjadi bahan dasar pertimbangan bagi mahasiswa dan lulusan khususnya dalam memasuki dunia kerja. Kedua, menjadi dasar untuk memperoleh beasiswa dari lembaga tertentu. Ketiga, akreditasi menjadi bagian dari evaluasi program studi tertentu, untuk membenahi apa yang perlu dibenahi dan untuk menyempurnakan apa yang perlu disempurnakan. “Manfaat akreditasi sebenarnya sangat banyak. Bagi mahasiswa, hal ini sangat strategis ketika dibutuhkan dalam persyaratan masuk dunia kerja. Bagi pengguna lulusan, hal ini juga menjadi pertanyaan tersendiri akreditasi,” imbuhnya.
yang
akan
ditanyakan
mengenai
Prof. Dr. Mappa Nasrun, MA., dan Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA., hadir pada kesempatan tersebut sebagai tim asesor BAN-PT untuk akreditasi Prodi HI. Beliau berdua juga mewakili Kementerian Riset Teknologi (Kemenristek) dan Pendidikan Tinggi (Dikti). “Prodi yang telah terakreditasi A ini dinilai dari perkembangan ketika sudah terakreditasi selain itu perkembangan jumlah dosen yang sudah menempuh studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan yang lebih utama juga yakni perkembangan publikasi jurnal,” jelas Prof. Dr. Mappa Nasrun, MA., guru besar Universitas Hassanuddin Makassar. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Nuri Hermawan
Sumain Si “Kawan Kadaver”, Antarkan Ribuan Orang Jadi Dokter UNAIR NEWS – Sumain, yang akrab disapa Cak Main, sudah 33 tahun “berkawan dengan mayat”. Bagi orang awam kedengarannya mengerikan, tetapi bagi Cak Main sebagai pegawai Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) di Laboratorium Praktikum Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, “perkawanan” itu sudah menjadi bagian dari tugas kesehariannya yang dijalani sejak tahun 1983. Ya, sehari-hari Cak atau Pak Main bertugas di Lab. Anatomi, menyiapkan segala kelengkapan yang akan digunakan praktikum oleh mahasiswa FK UNAIR. Karena anatomi sebagai bagian dari ilmu kedokteran dasar, dalam praktikumnya membutuhkan kadaver, yaitu jasad manusia asli yang telah diawetkan. Jadi, merawat mayat (yang baru didapat), mengawetkan di kolam pengawetan, lalu menyiapkan kadaver di meja-meja praktikum, dan kemudian menyimpannya lagi setelah dipakai praktik, adalah hal yang telah akrab bagi kedua mata dan tangan Sumain. Baginya cadaver ibarat “teman” dalam pekerjaannya. Ketika ditemui UNAIR NEWS, Cak Main mengaku awalnya tak terlintas sedikit pun dibenaknya bahwa di UNAIR akan menekuni pekerjaan yang terbilang “langka” ini. Bahkan semula keluarganya juga tidak mengetahui tentang yang dilakukannya sehari-harinya sebagai pegawai PLP di FK UNAIR. ”Dulu keluarga tidak tahu kalau pekerjaan saya seperti ini. Ya tahunya saya bekerja di FK. Lalu dua anak saya kuliah disini, di FKM dan Analis Medis, akhirnya lama-lama mereka tahu kalau ayahnya bekerja disini. Tetapi mereka tidak marah, karena sejak kecil hingga kuliah biaya mereka ya dari sini,” ujar Cak Main sambil tersenyum.
Selain menyiapkan kadaver sebagai peraga praktikum mahasiswa FK, Cak Main pula yang merawat dan “mengolah” ketika mayat baru (Mr/Mrs X) didapat. Mulai proses penyucian, penyimpanan/pengawetan, hingga kemudian bisa dipakai sebagai praktikum. Setelah diawetkan menggunakan berbagai bahan, ratarata kadaver itu baru bisa digunakan praktikum setelah delapan bulan hingga dua tahun. Praktikum anatomi menggunakan kadaver ini bergantung keperluan yang dibutuhkan, misalnya untuk keperluan “obgin” (obstetri & ginekologi), bedah plastik, bedah syaraf, anastesi, dan kebutuhan praktik anatomi lainnya. Biasanya mahasiswa semester II sudah mulai diperkenalkan dengan praktikum ini. Tugas tambahan lain adalah jika ada workshop/pelatihan yang dihadiri mahasiswa/pakar asing. Jika ada event terbilang besar itu, tidak perduli malam diluar jam kerja, Sumain pasti datang untuk memastikan kelengkapan peralatannya, karena ia merasa bertanggungjawab terhadap keamanan berbagai peralatan yang memang tidak murah itu. Bekerja menangani jasad manusia yang telah ditinggalkan ruhnya, tentu ada perasaan tidak nyaman. Begitu pula bagi Cak Main, terutama pada saat awal-awal bekerja ia dirundung rasa takut sampai berbulan-bulan, bahkan hingga tiga tahun. ”Awalnya saya merasa terpaksa dan takut. Selama 1-3 tahun saya sering bermimpi dan ketakutan. Kadang dulu malah nyeberangkan mayat dari RSUD Dr Soetomo ke FK menggunakan keranda,” katanya. Karena rasa tanggungjawabnya yang besar sebagai laki-laki dan harus mencari nafkah, ia berhasil mengatasi rasa takutnya. Bahkan ia sekarang bisa dikatakan sebagai ahli bidang PLP. Karena kompetensinya itu, dua tahun lalu ia dikirim ke Malaysia untuk tugas belajar di Universitas Kebangsaan Malaysia. Di sini, Sumain sebagai ahli perawatan kadaver, juga sudah terkenal dan diakui. Karena itu ia sering dipanggil ke universitas lain untuk memberikan pelatihan penanganan
kadaver, misalnya ke Universitas Cenderawasih (Papua), UNEJ Jember, UNISA Palu, Mataram, hingga Ambon. Bagi yang tidak mengetahui tentang peranan kadaver sebagai pembelajaran, memang ada saja orang yang mengejek tentang professinya yang terbilang langka ini. Namun karena kelangkaan itu pula yang memunculkan kebanggaan bagi laki-laki yang tinggal di Desa Wonoplintahan, Kec. Prambon, Sidoarjo ini. ”Kadang orang tidak tahu kadaver itu gunanya untuk apa. Padahal kalau tahu, dari praktikum ini sudah melahirkan ratusan dokter dan professor. Ini yang saya banggakan. Jadi kalau ada yang mengejek, ya saya diam saja. Malah kadang saya ajak gurau,” kata Main, seraya mengakui dengan merawat kadaver sehari-hari maka baginya sekaligus sebagai pembelajaran tentang hidup. ”Kita sekarang menjalani hidup begini, kalau nanti mati jadinya seperti ini. Karena itu saya berusaha agar hidup saya jangan sampai menyusahkan orang lain, dimanapun tempatnya. Disusahkan orang tidak apa-apa, tetapi menyusahkan orang lain,” tuturnya.
jangan
sampai
Sebagaimana banyak mahasiswa FK lainnya, ia menganggap kadaver adalah “guru” bagi para dokter. Melalui jasad manusia yang telah mati ini, para calon dokter belajar tentang anatomi manusia dan bagaimana mengobati manusia hidup. Malah ada juga beberapa orang yang menginginkan kelak ketika meninggal, jasadnya disimpan di Lab. Anatomi ini, artinya sebagai kadaver untuk belajar mahasiswa. Tetapi keinginan itu rata-rata tidak terlaksana karena setelah meninggal, sanak saudaranya tidak mengizinkan dengan dalih kasihan. Sudah 33 tahun Cak Main menggeluti professi yang tidak biasa dijalani oleh setiap orang ini. Sesuai aturan pemerintah, dua tahun lagi ia memasuki masa pensiun. Namun sampai saat ini ia belum tahu siapa yang nanti “bisa” menggantikan professinya ini. “Ya nanti pasti ada. Yang penting sekarang bekerja secara
maksimal saja,” pungkas Sumain. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Bambang Bes
Gandeng Semua Elemen, UNAIR Gelar Diskusi Lintas Lapisan Masyarakat UNAIR NEWS – Pada Rabu 30 Maret 2016, UNAIR akan menggelar diskusi dan silaturahmi dengan tokoh masyarakat. Termasuk, dengan Camat, Kapolsek, dan semua elemen yang selama ini sudah bekerjasama dengan kampus tersebut. Kegiatan itu sedianya dilaksanakan di Kampus C, lantai 4, pukul 09.00 sampai 12.00. “Banyak pihak yang selama ini sudah membantu UNAIR di bidang keamanan, ketertiban, sosialisasi, dan lain-lain. Silaturahmi kali ini pasti akan mengakrabkan hubungan yang sudah terjalin baik. Insya Allah Pak Rektor (Prof Moh. Nasih, Red) beserta jajaran akan hadir,” kata Drs Suko Widodo MSi, ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH). Yang menarik, akan hadir pula Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR), pejabat pemerintah, ketua serta anggota DPRD Surabaya, para awak media, dan eksponen lainnya. Diharapkan, hasil dari pertemuan ini akan berdampak positif bagi kampus. Bakal ada banyak masukan, saran, dan kritik yang sifatnya membangun untuk UNAIR. “Seperti yang sudah sering kami dengungkan selama ini, kami sedang berupaya mengejar mimpi menjadi 500 kampus terbaik di dunia. Menjadi World Class University,” urai Suko.
Tak hanya itu, yang tak kalah penting adalah menjadikan pertemuan ini solusi dari segala problem baik di tingkat kota maupun nasional. Harapannya, akan dilangsungkan diskusi rutin semacam ini. Dengan tujuan, mencari penyelesaian masalahmasalah lintas bidang. Nantinya, akan diambil topik atau tema yang sesuai dengan isu terkini. Pihak eksekutif, legislatif, akademisi, dan lainlain, akan diminta hadir dan urun rembug. Selanjutnya, dapat dihasilkan rekomendasi yang bisa dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan. Sementara itu, Ketua Komunitas RAR Herman Rifa’I mengatakan, pihaknya selama ini sangat bangga dengan UNAIR. ”Kampus ini bisa menjadi contoh baik dalam membangun sikap egaliter dan peduli lingkungan sekitar. Terbukti, dalam acara dialog yang digelar kali ini, Pak Rektor UNAIR akan menghadirkan seluruh jajarannya untuk bisa masyarakat,” kata dia.
bertemu
dan
berdialog
dengan
RAR sendiri berisi orang-orang dari ragam latar belakang. Mulai tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha, pecinta lingkungan, pengamat pendidikan, dan lain sebagainya. Moch Machmud, anggota DPRD dari fraksi Demokrat mengungkapkan, apa yang dilakukan UNAIR nantinya pasti menjadi modal penting bagi pembangunan. Sebab, ada upaya menyatukan akademisi, kalangan bisnis, dan pemerintah. “Silaturahmi dan diskusi semacam ini mesti selalu dilangsungkan dengan istikomah,” ungkap dia. (*) Penulis: Rio F. Rachman