Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 3)
Berkah dari Listrik
Pada dua bagian sebelumnya telah diceritakan bagaimana masyarakat yang diwakili oleh tokoh tiga desa (desa Baro, Teunong dan Meunasah) membentuk Koperasi untuk Mencari Bantuan untuk Membangun PLTMH (Bagian 1) . Kemudian, karena kekurang disiplinan warga dalam membayar tagihan listrik, membuahkan hasil musyawarah untuk Menjual Listrik ke PLN (Bagian 2) . Pada bagian ke-3 ini, dikisahkan bagaimana berkah dari listrik tersebut.
Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat
Setelah desa dialiri listrik, perilaku kehidupan masyarakat mengalami perubahan, baik itu kehidupan sosial, ekonomi dan juga keagamaan. Usman Ali (47 tahun) geuchik Baroh Krueng Kala di Dusun Ateuh Cot menuturkan, sebelum listrik masuk tahun 2008, hampir semua warga desanya adalah petani. “Hanya ada dua warga yang membuka warung di pagi hari sampai jam sepuluhan dan sore hari setelah ashar sampai magrib tiba,” katanya.
Namun sejak tahun 2008 sampai sekarang pola hidup masyarakat mengalami perubahan yang drastis. Warga banyak yang membuka warung maupun toko kelontong kecil menjual makanan, pulsa, es batu, barang kelontong dan juga reparasi alat elektronik. Pertumbuhan warung meningkat hampir lima kali lipat sejak lima tahun terakhir. Jam buka pun dari pagi hingga malam hari, dan hanya jeda pada saat saat kumandang azan.
1/5
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 3)
Hal ini mengindikasikan bahwa ada diversifikasi mata pencaharian masyarakat dari murni agraris menjadi pedagang sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. Kegiatan sosial masyarakat juga meningkat, seperti pengajian ibu-ibu, pola hidup bersih dan hemat, serta sadar akan kelestarian lingkungan.
Air Terjun Suhom
Masyarakat desa sudah tidak terbebani biaya penerangan lampu minyak tanah karena sudah ada listrik. Sebelum listrik masuk desa biaya untuk penerangan rumah perbulan mencapai 20 liter minyak tanah. Dengan harga eceran di kampung berkisar sembilan sampai dua belas ribu rupiah per liter, beban sudah mencapai sekitar Rp 200.000,- sampai Rp. 240.000,-. Namun sekarang masyarakat hanya cukup mengeluarkan biaya Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,-
2/5
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 3)
untuk biaya listrik.
Beban biaya sebelum ada listrik bertambah berat dengan kebutuhan gas elpiji untuk memasak, yaitu sekitar Rp. 60.000,- per bulan. Hal ini mendorong masyarakat memilih kayu bakar sebagai alternatif pengganti gas. Konsekuensinya adalah terjadi perambahan hutan secara pelan tapi pasti, sehingga hutan menjadi gundul. Padahal warga Desa Baroh menjadi kunci kelestarian hutan lindung Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Suhom karena desa ini paling dekat dengan lokasi PLTMH dan hutan lindung.
Panglima Uteun
Namun saat ini kondisi sudah terbalik, tercipta integritas masyarakat sekitar PLTMH untuk lebih peduli terhadap keberlangsungan dan kelestarian lingkungan. Terbentuknya solidaritas masyarakat setempat untuk saling membantu dalam mengatasi berbagai kendala terkait operasional PLTMH. Tradisi pengelolaan hutan yang arif bijaksana telah dipraktekkan secara turun temurun dalam masyarakat Aceh. Hal ini diselenggarakan melalui lembaga adat uteun yang dipimpin oleh Penglima Uteun.
Panglima Uteun merupakan aparat pemerintahan Mukim yang bertanggungjawab kepada Imam Mukim. Khazanah adat budaya ini masih melekat dalam kehidupan masyarakat Aceh sebagai sebuah kearifan lokal yang masih dipertahankan. Panglima Uteun yang bertanggung jawab akan kelestarian hutan disekitar desa dengan aturan adat khusus.
Bila ada warga masyarakat yang melanggar Panglima Uten yang memimpin persidangan untuk mengadili pelanggar peraturan adat, serta menjatuhkan sangsi sangsi adat sesuai dengan pelanggarannya. Hasilnya sangat luar biasa, sekitar 15 hektar hutan di DAS Suhom dapat dikonservasi.
Daerah Tujuan Wisata
PLTMH Suhom berjarak sekitar 48 km dari kota Banda Aceh juga menjadi salah satu tujuan wisata yang banyak dikunjungi pada hari libur, sehingga dapat menghidupkan ekonomi
3/5
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 3)
masyarakat paling tidak delapan hari dalam sebulan. Di samping sebagai daerah tujuan wisata juga sebagai rujukan pelajar dan mahasiswa yang ingin tahu lebih dekat masalah PLTMH.
Sebagai sekretaris desa Tunong Krueng Kala yang melek teknologi Sukardi (28 tahun) sangat terbantu dalam menyampaikan program desa kepada masyarakat. “Kalau dulu mau rapat saja harus mengedarkan undangan kepada perangkat desa, kepala dusun, tokoh agama dan masyarakat bisa setengah hari. Sekarang cukup dengan bermain jari diatas tombol hand phone (HP), dalam hitungan detik informasi telah diterima masyarakat,” katanya. Kantor desanya juga telah dilengkapi seperangkat komputer dan internet sebagai wahana untuk menerima dan mengakses informasi.
Sebagai anak muda, kebanggan lain yang dirasakan adalah mampu menghidupkan kegiatan agama anak-anak sekolah di kampungnya. Setiap Jumat malam seluruh siswa di kampung Tunong diwajibkan ke mesjid untuk mengikuti pendalaman agama dan pengajian rutin.
Hal ini dilakukan untuk menekan penyalahgunaan teknologi serta pengaruh informasi yang ditonton melalui televisi di kalangan remaja. Sebagai Sekdes, ia sangat sadar bahwa teknologi bisa bermuka dua. Bila digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam kehidupan itu sangat bermanfaat, namun kalau digunakan sebagai alat kejahatan atau mengumbar hawa nafsu itu yang sangat berbahaya.
Kehadiran PLTMH Suhom juga membawa berkah tersendiri buat Pak Dar, panggilan akrab Darmansyah (25 tahun) di Dusun Bak Kulu, Desa Menunasah Krueng Kala. Pak Dar dipercaya sebagai operator atau penjaga PLTMH dengan gaji sebesar Rp 450.000,- per bulan.
Sebelum ada PLTMH di kampungnya, sebagai keluarga muda dan petani kecil dengan penghasilan yang tidak tentu, ia sangat terbebani oleh biaya pembelian minyak tanah untuk lampu penerangan dan juga untuk memasak bila gas elpiji langka. Rata rata untuk penerangan menggunakan minyak tanah dia menghabiskan Rp 90.000,- sampai Rp 100.000,- per bulan, belum termasuk elpiji untuk memasak.
Sekarang hanya dengan Rp. 70.000,- per bulan, rumah sudah terang benderang, dan bisa nonton televisi bersama keluarga. “Ekonomi keluarga saya agak tenang dengan penghasilan tambahan menjaga PLTMH dan juga hasil pertanian di kebun, sehingga dapat mengatur nafas
4/5
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 3)
kehidupan rumah tangga lebih baik,” katanya bangga.
Banyak harapan yang mengelantung di benak masyarapat dan tokoh masyarakat Kreung Kala kepada pemerintah. Mereka mengharap bantuan dan bimbingan teknis agar pemeliharaan PLTMH tetap efisien dan menambah PLTMH baru agar pasokan listrik terus terjamin di saat musim kemarau tiba. Selain itu, mereka menginginkan jaringan PLN tersendiri untuk Desa Baro Tunong, Meunasah Krueng Kala yang bersumber dari PLTMH Suhom, sehingga bila terjadi gangguan listrik di desa lain tidak berpengaruh terhadap desa mereka. (hs)
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 1)
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom (Bagian 2)
5/5