BERITA PERS – 23 Mei 2011 INDONESIAN EYE: FANTASIES & REALITIES Pameran Seni Rupa Kontemporer di Jakarta dan London yang Menampilkan Seni Rupa Kontemporer Indonesia
Ciputra Artpreneur Centre, Jakarta, 9 Juni sampai 10 Juli 2011 Saatchi Gallery, London, 27 Agustus sampai 9 Oktober 2011 (23 Mei 2011, INDONESIA) Indonesian Eye: Fantasies & Realities, yang dipersembahkan oleh Prudential, menampilkan karya-karya dari seniman kontemporer Indonesia terpilih, baik yang baru muncul maupun yang sudah cukup terpandang. Pameran ini akan dilangsungkan di Ciputra Artpreneur Centre, Jakarta, mulai tanggal 9 Juni dan akan berlangsung selama lima minggu. Pameran ini akan juga dilangsungkan di Saatchi Gallery, London, dan menjadi pameran besar perdana untuk seni rupa kontemporer Indonesia di Inggris. Indonesian Eye, yang diprakarsai oleh David dan Serenella Ciclitira, diselenggarakan oleh Parallel Contemporary Art, tim pemrakarsa kesuksesan pameran Korean Eye yang masih berlangsung. Menampilkan 41 karya dari 18 seniman, Indonesian Eye: Fantasies & Realities menampilkan kombinasi seni lukisan, patung dan instalasi. Karya Heri Dono yang penuh satir ditampilkan bersama dengan lukisan karya Edo Pillu dengan komentar existentialistic tentang masyarakat Indonesia saat ini, Sementara patung karya Nindityo Adipurnomo menggunakan bahan-bahan tradisional Indonesia untuk menggambarkan pesatnya perubahan masyarakat Indonesia. Karya seni lain dari seniman baru termasuk instalasi karya Jompet yang menampilkan bayangan dari jaman kolonial Hindia Belanda dan karya foto Angki Purbandono yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Di akhir Agustus 2011, beberapa karya terpilih dari pameran di Jakarta akan ditampilkan di Saatchi Gallery, sehingga karya seni rupa kontemporer Indonesia yang kaya dan dinamis, juga dapat dinikmati oleh khalayak internasional. Kurator dari pameran Indonesian Eye: Fantasies & Realities adalah Serenella Ciclitira, seorang kurator dan salah seorang pendiri Parallel Contemporary Art; Tsong-zung Chang, Professor Tamu di China Art Academy di Hangzhou dan Direktur dari Hanart TZ Gallery di Hong Kong; serta Nigel Hurst, CEO dari Saatchi Gallery. Buku “Indonesian Eye: Indonesian Contemporary Art,” yang diterbitkan oleh SKIRA akan diluncurkan juga pada saat pembukaan pameran. Dengan edit oleh Serenella Ciclitira, buku ini menampilkan lebih dari 500 karya dari 74 seniman Indonesia.
Tiga kurator Indonesia, Jim Supangkat, kritikus dan kurator dari CP Foundation, Jakarta, Asmudjo YonoIrianto, seorang kurator independen, dan Farah Wardani, Direktur Eksekutif dari Indonesian Visual Art Archive (IVAA) berkolaborasi dengan tim kurator internasional tersebut. Barry Stowe, Chief Executive dari Prudential Corporation Asia mengatakan, “Prudential bangga mendapatkan kesempatan mengarahkan perhatian khalayak internasional kepada warisan budaya Indonesia yang kaya, dengan menampilkan karya seni kreatif ini di Jakarta dan London. Kami telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1995 dan dengan menjadi sponsor utama dari Indonesian Eye, kami menunjukkan komitmen untuk terus berkontribusi terhadap transformasi dan pembangunan dari negara yang dinamis ini. William Kuan, Presiden Direktur PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) mengatakan, “Sebagai seseorang yang sudah tinggal di Indonesia selama beberapa lama ini, secara pribadi saya sangat gembira Prudential dapat menjadi pelopor dalam inisiatif ini. Prudential berharap bahwa Indonesian Eye akan memberikan dampak yang signifikan dalam pembangunan komunitas seni kontemporer, dengan menstimulasi dan menginspirasi kolaborasi dan sinergi untuk mengangkat profil seni rupa lokal Indonesia yang indah dan terus berkembang. Kurator dari pameran ini, Serenella Ciclitira mengatakan, “Melalui bantuan yang diberikan Prudential, Parallel Contemporary Art berkesempatan untuk mengeksplor landasan artistik yang baru dan menggairahkan. Di dalam buku maupun di pameran, kami mencoba untuk menyeleksi berbagai spektrum dari seniman kontemporer Indonesia yang baru muncul. Lebih kentara dari rekan-rekan sesama seniman di Asia, seniman Indonesia memiliki fokus pada penerapan budaya lokal dan mengekspresikannya dalam bahasa baru yang lebih segar dan terkadang sedikit naif. Mitos, realita, dan permainan anak-anak digabungkan dengan ekspresi artistik yang lebih abstrak. Nigel Hurst, CEO dari Saatchi Gallery mengatakan, “Kami sangat gembira dapat bekerja dengan Indonesian Eye dan Prudential dalam pameran di Jakarta dan London ini. Peran Saatchi Gallery adalah untuk memperkenalkan seni kontemporer kepada khalayak yang seluas-luasnya dan mempermudah akses. Saya ingin berterima kasih kepada Prudential dan Indonesian Eye yang telah memilih bekerja bersama kami dalam mencapai tujuan ini. Kami sangat senang menjadi tuan rumah dari pameran seni rupa Indonesia di London pada musim gugur mendatang. Baik dunia seni rupa Inggris, maupun pengunjung, belum mengenal dengan baik hasil karya yang akan dipamerkan, oleh karenanya, pameran ini akan menjadi pembuka mata dan menjadi gerbang untuk memahami budaya Indonesia secara keseluruhan.” Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur dari Ciputra Artpreneur Center mengatakan, “Kami sangat senang dapat menjadi bagian dari pameran ini, dimana untuk pertama kalinya seniman kontemporer Indonesia baik yang sudah terkenal dan baru saja muncul, memiliki kesempatan untuk menampilkan karyanya di Saatchi Gallery di London. Semoga ini bisa menjadi landasan untuk terus mengembangkan kewirausahaan dan paparan para seniman ini secara lokal maupun global.” Prudential Corporation Asia adalah sponsor utama dari Indonesian Eye. Sponsor lain adalah Berita Satu Media Holdings, The Financial Times, Kompas, Metro TV,The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, dan UOB
Kontak Media Untuk media internasional, silakan menghubungi Catherine McClelland di Calum Sutton PR:
[email protected] / +44 207 183 3577 Untuk media di Indonesia, silakan menghubungi Chorie Arland / Yania Andarini di Stratcom:
[email protected] /
[email protected] +62 21 721 59099 Catatan untuk Redaksi Informasi Pengunjung: Indonesian Eye: Fantasies & Realities Indonesian Eye dipersembahkan oleh Prudential Ciputra Artpreneur Centre, Jakarta 9 Juni – 10 Juli 2011 CIPUTRA WORLD Marketing Gallery & Artpreneur Center Jl.Prof.DR.Satrio Kav 11 Jakarta 12940, Indonesia Jam Operasi: 09.00 – 21.00, 7 hari seminggu Bea masuk: Gratis Saatchi Gallery, London 27 Agustus – 9 Oktober 2011 Duke of York’s HQ King’s Road, London, SW3 4SQ, UK Jam Operasi: 10.00 – 18.00, 7 hari seminggu, pengunjung terakhir pukul 17.30 Bea Masuk: Gratis www.saatchigallery.com Kurator Serenella Ciclitira mempunyai Honour’s Degree untuk Sejarah Seni dari Trinity College, Dublin dan telah bekerja secara luas dengan banyak seniman dan galeri di berbagai tempat di dunia. Bersama dengan suaminya, David Ciclitira, ia adalah salah satu pendiri dan kurator dari Korean Eye dan Editor dari Korean Eye: Contemporary Korean Art. Ia juga mendapatkan gelar Honorary Fellow of the Royal College of Art di London, dan sejak 1990 memberikan penghargaan tahunan the Parallel Prize for Painting dan the Serenella Ciclitira Scholarship for Sculpture.
Tsong-zung Chang adalah professor tamu di the China Art Academy di Hangzhou dan Direktur dari the Hanart TZ Gallery di Hong Kong. Chang telah cukup aktif menjadi kurator berbagai pameran seni rupa kontemporer Asia sejak era 1980-an. Tahun 1995, ia diminta untuk memilih beberapa seniman Cina untuk berpartisipasi dalam Venice Biennale dan menjadi kurator Chinese Exhibition untuk São Paulo Biennial ke-23 di Brazil (1996), Guangzhou Triennial ke-3 (2008), dan Spiritual Space: A Dimension in Lacquer di Hubei Province Museum of Art (2009). Nigel Hurst adalah Gallery Director dan Chief Executive dari the Saatchi Gallery di London. Ia lulus dari Goldsmiths College, London University pada tahun 1986 dan sejak itu telah menjadi kurator dari berbagai pameran internasional. Ia bergabung dengan Saatchi Gallery sebagai kurator pada tahun 1997, untuk Sensation at the Royal Academy of Arts London, The National Galerie Hamburger Bahnhof Berlin dan The Brooklyn Museum of Art New York. Dewasa ini, lebih banyak pameran yang fokus kepada seni rupa kontemporer Asia, termasuk The Revolution Continues: New Art from China (2008), Unveiled: New Art from the Middle East (2009), The Empire Strikes Back: Indian Art Today (2010) dan The Silk Road bekerja sama dengan the City of Lille, Perancis (2011). Ia juga menjadi anggota The Royal Borough of Kensington & Chelsea Public Art Advisory Board sejak 2009. Penasehat Kuratorial Jim Supangkat adalah kritikus dan kurator kepala dari CP Foundation di Jakarta. Jim adalah Profesor Seni Rupa dan Desain di Institut Teknologi Bandung selama 20 tahun. Sebagai kurator terkemuka di Indonesia, ia memulai Gerakan Seni Baru di tahun 1970-an, yang dianggap sebagai awal dari pemunculan seni rupa kontemporer di Indonesia. Ia telah menjadi kurator berbagai pameran di Indonesia dan di dunia internasional, termasuk di antaranya Contemporary Art of the Non-Aligned Countries (1995), CP Biennale I (2003), CP Biennale II (2005), dan Contemporaneity: Contemporary Art in Indonesia at MOCA Shanghai (2010). Jim juga telah menulis sejumlah buku dan beragam esai memperkenalkan seni rupa kontemporer di Indonesia dan Asia kepada dunia seni rupa internasional. Pada tahun 1997, ia menerima the Prince Claus Award. Asmudjo YonoIrianto adalah kurator independen. Proyek kuratorialnya termasuk: Yogyakarta Biennial VI (1998), CP Biennale I (2003), CP Biennale II (2005), dan yang terbaru adalah 1001 Doors: Reinterpreting Traditions di Ciputra Marketing Gallery, Jakarta (2011). Ia telah menjadi dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung sejak tahun 1992. Terkenal juga sebagai seniman, Ia telah mengikuti berbagai pameran. Pada tahun 2002 beliau mendirikan Fabriek Gallery sebagai alternatif tempat pameran di Bandung. Farah Wardani aktif sebagai guru, penulis, kurator dan penyelenggara kegiatan seni rupa di Indonesia sejak tahun 2002. Untuk proyek kuratorialnya, ia berkolaborasi dengan berbagai tempat pameran seni seperti Cemeti Art House, ruangrupa, Edwin's Gallery, Nadi Gallery dan Biasa Art Space. Sejak tahun 2007 Farah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesian Visual Art Archive (IVAA) di Yogyakarta, membangun berbagai proyek termasuk Arsip Online IVAA, arsip digital online pertama untuk seni rupa kontemporer di Indonesia. Sponsor Utama: Prudential Corporation Asia Prudential Corporation Asia menjalankan operasi asuransi jiwa, pengelolaan aset dan pembiayaan konsumen dari Prudential plc* di Asia. Bisnis kami mencakup 13 pasar, Cina, Hong Kong, India,
Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam dan Uni Emirat Arab. Prudential adalah penyedia asuransi jiwa terdepan yang berbasis di Eropa, dalam hal cakupan dan jumlah posisi tiga besar di pasar, dan mempunyai lebih dari 340.000 agen dan karyawan secara regional yang melayani lebih dari 15 juta nasabah. Bisnis pengelolaan aset Prudential di Asia adalah salah satu yang terbesar dan tersukses di wilayah tersebut, dengan operasi di sepuluh pasar dan dana kelolaan sebesar £52 miliar (per 31 Desember 2010). Mengenai PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Didirikan pada tahun 1995, Prudential Indonesia merupakan bagian dari Prudential plc, group jasa keuangan berbasis di London, Inggris, yang memiliki pengalaman lebih dari 160 tahun. Dengan menggabungkan pengalaman internasional Prudential di bidang asuransi jiwa dengan pengetahuan tata cara bisnis lokal, Prudential Indonesia memiliki komitmen untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Sejak meluncurkan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (unit link) pertamanya di tahun 1999, Prudential Indonesia merupakan pemimpin pasar untuk produk tersebut di Indonesia. Di samping itu, Prudential Indonesia juga menyediakan berbagai produk yang dirancang untuk memenuhi dan melengkapi setiap kebutuhan para nasabahnya di Indonesia. Dari data terakhir per 31 Maret 2011, Prudential Indonesia memiliki 7 kantor pemasaran (Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Denpasar, Batam dan Semarang) dan 236 kantor keagenan (termasuk di Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta, Batam dan Bali). Prudential Indonesia memiliki lebih dari 96.000 jaringan tenaga pemasaran berlisensi yang melayani sekitar 1,2 juta nasabah. *Prudential plc adalah perusahaan yang berlokasi dan berpusat bisnis di Inggris. Bersama dengan perusahaan-perusahaan afiliasinya, Prudential menjadi salah satu grup jasa keuangan terdepan di dunia. Perusahaan ini menyediakan asuransi dan jasa keuangan lainnya melalui anak perusahaan dan afiliasinya di seluruh dunia. Perusahaan ini telah berdiri lebih dari 160 tahun dan memiliki aset kelolaan lebih dari £340 miliar (per Desember 2010). Prudential plc tidak memiliki hubungan apapun dengan Prudential Financial, Inc., sebuah perusahaan yang memiliki tempat bisnis utama di Amerika Serikat. www.prudentialcorporation-asia.com Semua karya seni yang ditampilkan di pameran Indonesian Eye dipilih oleh tim kuratorial internasional yang independen. Prudential tidak terlibat dalam proses seleksi. Ciputra Artpreneur Centre Ciputra Artpreneur Center telah menampilkan pameran seni rupa kontemporer Indonesia sejak dua tahun yang lalu. Rina Ciputra Sastrawinata mendirikan tempat ini, terinspirasi dari kecintaan sang Ayah terhadap seni rupa Indonesia dan juga sebagai pengakuan dari perkembangan terkini dari seni rupa kontemporer Indonesia. Tempat ini didedikasikan untuk menyediakan landasan bagi seniman kontemporer Indonesia dan untuk membantu mereka membangun karir mereka. Kegiatan mereka yang terbaru adalah "Art preneurship 1 & 2". Terletak di jantung kota Jakarta, tempat ini berukuran 1800 meter persegi untuk dua ruang pameran. Ciputra Artpreneur Center adalah bagian dari Ciputra Group.
Saatchi Gallery The Saatchi Gallery berperan untuk membawa seni rupa kontemporer ke khalayak yang lebih luas. Dengan menampilkan hasil karya dari seniman muda dan umumnya belum terkenal, galeri ini telah menjadi salah satu museum seni rupa yang paling memberikan stimulasi di dunia. Pada bulan Oktober 2008, Saatchi Gallery dibuka kembali dengan ukuran 70.000 kaki persegi di gedung Duke of York’s HQ di King’s Road, di jantung kota London, membuatnya menjadi museum seni rupa kontemporer berbea masuk gratis terbesar. Dua pameran pertamanya, The Revolution Continues: New Art from China dan Unveiled: New Art from the Middle East, dipandang sebagai pameran dengan pengunjung terbanyak pertama dan kedua di London, menurut survei terkini The Art Newspaper mengenai pengunjung. Saatchi Gallery telah menarik 1,25 juta pengunjung, termasuk 1,800 grup sekolah dalam tahun pertamanya sejak direlokasi ke Chelsea. Saatchi Online telah juga menjadi ruang pameran global cuma-cuma untuk lebih dari 140.000 seniman, yang mengunggah profil mereka dan bekerja secara online.