Berharap IKA-FPK Berperan Menunjang Capaian Almamater UNAIR NEWS – Pengurus Ikatan Alumni Fakultas Perikanan dan Kelautan (IKA-FPK) Universitas Airlangga periode 2016-2020, dilantik oleh Sekretaris II Pengurus Pusat IKA Universitas Airlangga, di Lantai V Gedung FPK UNAIR, Minggu (12/2). Hadir dalam acara tersebut antara lain Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., M.Sc., Dekan FPK Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., Ketua IKA-UA Wilayah Jatim Dr. Hendy Hendarto, dr., Sp.OG., Wakil Dekan FPK, dan beberapa pengurus PP IKA-UA dan IKA-UA Jatim. Dalam Surat Keputusan PP IKA-UA Nomor 008/SK/PP-IKA UA/X/2016 tersebut, IKA-FPK periode 2016-2020 ini dipimpin oleh Arief Syaifurrisal, Wakil ketua Annur Ahadi Abdillah. Sekretaris Niko Pradipta, wakil sekretaris Okky Hermawan. Bendara Almira Fardani Lahay, dan wakil bendahara Galuh Ajeng Kusumaningrum. Selain kepengurusan inti juga dilengkapi dengan enam bidang, yaitu bidang Hubungan Alumni, bidang media, bidang jaringan ilmuwan dan akademis, bidang jaringan pengusaha, bidang jaringan birokrasi, dan bidang jaringan professional. Dalam sambutannya, Dekan FPK Prof. Mirni Lamid mengatakan sangat menaruh harapan kepada pengurus IKA-FPK UNAIR yang usianya rata-rata masih relatif muda ini, terutama dalam melakukan pendataan alumni yang tersebar dimana-mana. Selain itu juga untuk mendorong alumni melakukan update data. Dengan support pengurus sebelumnya dan bimbingan PP IKA-UA, ia yakin pekerjaan cukup berat yang membutuhkan ketelatenan ini bisa terlaksana. ”Fakultas akan men-support untuk tugas-tugas ini, termasuk update data alumni secara baik, sehingga diharapkan bisa memberi kontribusi signifikan bagi FPK. Selamat bekerja, mari
rapatkan barisan untu berkarya di masyarakat dan untuk almamater,” kata Prof. Mirni Lamid. Sekretaris II PP IKA-UA Cak Budi Widajanto dalam sambutannya antara lain mengatakan, menjadi pengurus IKA merupakan kerja sosial dan pengabdian tanpa pamrih. Sehingga akan merasa berat jika tanpa disertai keterpanggilan jiwa untuk berorganisasi. Kepada pengurus IKA-FPK yang relatif masih muda ini, rata-rata usianya masih dibawah 40 tahun, Cak Budi yakin dan optimis laju organisasi IKA-FPK akan lebih cepat.
PENGURUS IKA-FPK mendapat ucapan selamat dari Wakil Rektor IV UNAIR dan pengurus PP IKA dan IKA-UA Jatim. (Foto: Bambang Bes) ”IKA fakultas yang lain setelah pelantikan baru beberapa minggu kemudian mengadakan rapat kerja. Tetapi IKA-FKP ini setelah dilantik langsung mengadakan Raker. Ini saja lebih banter dari yang pernah saya alami di IKA-FE tahun 2007 lalu,” kata alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR ini.
Didepan para pengurus baru IKA-FPK, Sekretaris II PP IKA-UA itu juga memperkenalkan para aktivis IKA yang hadir. Mereka itu baik dari Pengurus Pusat IKA-UA antara lain Cak Amang Rofii, serta Pengurus IKA-UA Wilayah Jawa Timur. Bahkan juga hadir perwakilan IKA-UA Kabupaten Madiun. Sedangkan Wakil Rektor IV Universitas Airlangga, Junaidi Khotib, juga menyatakan optimistis terhadap pengurus IKA-FPK yang masih relatif muda ini, seraya berharap empat tahun kedepan mampu menunjukkan kontribusi nyata untuk memberi manfaat seluas-luasnya terhadap kemanusiaan. Tentu saja melalui karyanya yang dibangun berdasarkan kompetensi para alumni. ”Yang jelas, antara universitas dengan alumni itu tidak bisa dipisahkan. Untuk urusan wilayah akademik memang kampuslah tempatnya, tetapi untuk urusan universitas di masyarakat maka pada alumninyalah tempatnya. Jadi keduanya tidak bisa dipisahkan. Ada suatu hal di mana kita bekerja untuk universitas, dan ada suatu hal saat kita bekerja untuk ikatan alumni,” kata Junaidi Khotib. Warek IV juga berharap alumni mampu berkontribusi terhadap capaian universitas tahun 2020 nanti di mana UNAIR diharapkan pemerintah mampu menembus peringkat 500 besar dunia. Untuk itulah peran alumni dalam berkarya di masyarakat sangat besar untuk menunjang target tersebut. (*) Penulis: Bambang Bes
Berjalan Sepuluh Tahun, UNAIR
dan Bank Mandiri Perpanjang Kerjasama Hello world!
Pertambangan Perlu Secara Lingkungan, dan HAM
Diaudit Bisnis,
UNAIR NEWS – Pusat Studi Hukum dan HAM (HRLS) Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, mengadakan diskusi dengan topik Mitos Tambang untuk Kesejahteraan. Diskusi Pertemuan Gedung C, Kamis (9/2).
diadakan
di
Ruang
Diskusi ini dihadiri penulis Mitos Tambang untuk Kesejahteraan Hendra Try Ardianto, M.A., koordinator sekaligus peneliti Sayoho Institute Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Siti Maemunah, M.Kesos., dan ahli hukum bisnis dan HAM Iman Prihandono, Ph.D., dan ahli hukum lingkungan Franky Butarbutar, S.H., M.Dev. Diskusi ini juga dihadiri sebanyak 16 orang yang berasal dari Gerakan Masyarakat Peduli Pesisir (Lumajang),mahasiswa S-3, serta anggota Unit Kegiatan Mahasiswa UNAIR. Prsesentasi pertama disampaikan oleh Hendra, ia menjabarkan isi buku yang ditulisnya. Sejumlah poin yang diutarakan di antaranya prosedur penambangan di lapangan. “Apakah kegiatan penambangan di area tambang sudah berjalan sesuai prosedur?” tegas Hendra.
Maimunah mempresentasikan materi melalui Skype dari Samarinda. Perempuan yang akrab disapa Maimunah ini mengatakan bahwa 70 persen area di Samarinda merupakan kawasan tambang batu bara. Sebagian besar area pertanian pangan dibunuh infiltrasi tambang meskipun 75 persen masih tumpang tindih. “Pertanian pangan dibunuh tambang, 75 persen perizinannya tumpang tindih. Pertambangan memakan korban jiwa, ada 16 anak meninggal dunia dan sampai saat ini tidak hukum yang benarbenar ditegakkan. Ada berita lokal yang mengatakan bahwa hanya 1 kasus yang sampai ke pengadilan, itu pun hanya kontraktornya yang kena hukuman,” ungkap Maimunah. Presentasi ketiga disampaikan oleh pakar hukum bisnis dan HAM UNAIR. Iman menjelaskan tentang pertambangan dan jatuhnya korban jiwa dari sudut pandang bisnis dan HAM. “Tren menunjukkan bahwa investasi asing selalu meningkat. Namun, bukan berarti lokal tidak merusak. Indonesia menjadi negara nomor 4 tujuan favorit investasi. Hal tersebut karena yang pertama adalah sumber daya yang ada dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya pertambangan. Kedua, adanya lahan. Ketiga, gaji tenaga kerja yang masih murah,” tuturnya. Sedangkan, Franky memaparkan masalah tambang dan memberikan rekomendasi terkait permasalahan tambang. “Masalah tambang adalah lingkungan, kesehatan, konflik sosial, penggerusan nilai budaya, dan pelanggaran HAM. Meskipun saat membuat AMDAL (analisis dampak lingkungan, red) mereka benar, bukan berarti tidak berpotensi merusak lingkungan. Rekomendasi dari saya salah satunya yakni diperlukan audit lingkungan, bisnis dan HAM,” ujar Franky. Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Hidupkan Kembali Budidaya Lele
Budaya
UNAIR NEWS – Program Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) Universitas Airlangga, menyisakan banyak cerita yang bisa dijadikan percontohan. Cerita itu dituturkan berdasarkan pengalaman kelompok mahasiswa dalam mengabdikan diri dan belajar bersama masyarakat tersebut. Kali ini, kelompok KKN-BBM di Desa Gajah, Baureno, Bojonegoro, berbagi cerita mengenai membangkitkan kembali hasrat budidaya lele yang sempat tertidur. Kelompok KKN-BBM ini beranggotakan Zahwaril Hasina (FEB), Nurul Saidah (FEB), Prelecia dea Ayu Restiana (FEB), Retno Widodo Kusumaningtyas (FISIP), Septia dian Adikara (FST), Itsna NIhayatul Fitria (FST), Alifa Jaihan Meifira (FKM), Nurul Mawaddah (FKM), Bayu Yudhi Setiawan (Psi), Seha (FIB) dan M. Aminuddin Ghufron Ali Musmar (FPK). Aminuddin Ghufron Ali Musmar atau lebih diakrab disapa Ghufron ini bercerita tentang salah satu program andalah kelompok mereka yaitu budidaya lele. “Proker budidaya lele ini dilakukan karena pada awalnya dulu di Desa Gajah pernah ada budidaya lele pake terpal, tapi banyak yang gulung tikar,” ungkapnya. Diakuinya bahwa sebagai mahasiswa Fakultas Perikan dan Kelautan (FPK), ia merasa perihatin atas kejadian tersebut. Ghufron dan tim pun berkeinginan untuk menumbuhkan lagi minat masyarakat untuk budidaya lele. “Selain itu alasan kedua karena Bojonegoro tiap harinya butuh ikan lele konsumsi sebanyak 7 kwintal hingga 1 ton, namun hal itu diambilkan dari Tulungagung,” sesalnya.
Dalam program kerja budidaya lele tersebut, terdiri dari beberapa kegiatan. Pertama, sosialisasi atau penyuluhan dan kedua adalah kunjungan di tiga tempat budidaya yang memiliki perbedaan pada kolamnya. “Untuk penyuluhan sendiri, diisi dengan pemateri dari Asosiasi Pengusaha Ikan Bojonegoro (APIB) dan juga dari praktisi budidaya ikan lele padat tebar tinggi,” cerita Ghufron. “Dari APIB sendiri juga menghadirkan orang bagian pemasaran sehingga tidak ada ceritanya gak ada yang beli ikan hasil budidaya tersebut,” imbuh Ghufron. Gufron yang pernah menjabat sebagai ketua Forum Komunikasi (FORKOM) UKM UNAIR juga menambahkan, pada kegiatan kunjungan, ia dan tim mendatangi tiga tempat milik Samrani dengan produktifitas 3 hingga 3,5 kwintal per dua hari dengan kolam beton dan semi beton, kemudian Arif kolam beton dan kolam keramba konvensional, dan yang terakhir ke CV. Mina Sejahtera kolam full beton. “Alhamdulillah setelah kunjungan tersebut, masyarakat sangat antusias untuk kembali budidaya lele,” ujarnya bangga. “Dan setelah KKN ini saya juga punya komitmen untuk terus mendampingi masyarakat dalam budidaya ikan lele sampe mereka bisa mandiri,” pungkasnya mengakhiri. Penulis: Ahmad Jani Editor: Nuri Hermawan
Kembangkan Temuan Obat Anti
Malaria dari Tumbuhan UNAIR NEWS – Obat-obatan dari bahan baku tanaman tradisional memiliki prospek pengembangan keilmuan dan penelitian yang baik, terkhusus di Indonesia. Apalagi, dalam skala internasional, Indonesia terkenal memiliki bahan-bahan obat tradisional yang cukup berlimpah. Ini adalah kesempatan besar bagi para apoteker untuk terus mengembangkan penelitian. Penelitian bidang obat-obatan tradisional itulah yang dikembangkan oleh Dr. Aty Widyawaruyanti, dra., Apt., M.Si. Selain mengajar pada Departemen Farmakognosi & Fitokimia, sehari-hari Aty menghabiskan waktu di Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR untuk meneliti bahan obat dari alam. Tentunya, sebagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi ini bertujuan untuk mendukung pendidikan farmasi dan mencetak para ahli di bidang obat (apoteker, red). Aty sudah mulai akif melakukan penelitian sejak menjadi staf di Departemen Farmakognosi & Fitokimia. Secara keseluruhan, penelitian yang ia dan tim lakukan bertujuan untuk mendapatkan bahan aktif untuk bahan penelitian, terutama untuk tumbuhtumbuhan dan bahan-bahan tradisional untuk obat. Bahan aktif tersebut bisa berupa eksrak, fraksin, atau senyawa yang sudah berhasil diisolasi dari tanaman tersebut. Aty memfokuskan diri mempelajari penemuan bahan obat alam untuk anti malaria. Mulai sekitar tahun 1990 hingga sekarang, riset yang ia kembangkan adalah bahan obat untuk malaria, termasuk mengisolasi senyawa aktifnya. Di bawah laboratorium yang kini bernama Center for Natural Product Medicine Research and Development, dikembangkan riset untuk mendapatkan produk-produk dari herbal. “Produk tersebut dibuat dalam bentuk sediaan farmasi, baik kapsul maupun tablet. Untuk pengobatan malaria, beberapa produk sudah diuji aktifitasnya baik pada hewan coba maupun
preklinik,” ujarnya. Namun begitu, di ITD Aty bukan hanya melakukan riset terhadap obat anti malaria. Ia dan tim juga melakukan eksplorasi bahan obat-obatan dari tumbuhan yang lain. Bersama tim, ia juga melakukan eksplorasi ke beberapa taman nasional dan hutan untuk mengambil sampel tanaman. Sampel itu lah yang kemudian diektraksi dan diujikan. Ada dua kandidat anti malaria dari ekstrak yang kini ia kembangkan. Yang ia kembangkan bukan senyawa, melainkan merupakan ekstrak atau fraksin. Dua kandidat tersebut berbahan dari kulit batang cempedak dan herba sambiloto. Herbal medicine untuk penelitian bahan alam saat ini sangat potensial untuk dikembangkan. Pasalnya, saat ini judul penelitian rata-rata yang banyak diterima adalah penelitian dengan topik pengobatan alam. “Saat ini masyarakat selalu didengungkan dengan jargon back to nature. Hal ini didukung juga dengan kekayaan Indonesia yang terkenal dengan jamu dan obat tradisionalnya,” tambahnya. Bahan obat-obatan yang diperoleh dari tanaman tidak akan ada habisnya untuk terus diteliti dan dikembangkan. Apalagi, dengan pengembangkan teknologi fitofarmasetik, pengembangan persediaan obat tradisional semakin lama semakin baik dan semakin modern. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Melalui FORMARA, Pemuda Madura Siap Sambut Bonus Demografi UNAIR NEWS – Forum Mahasiswa Madura atau yang biasa disebut FORMARA, mengadakan seminar bertajuk “Optimalisasi Peran Pemuda Madura di Bidang Ekonomi Kreatif sebagai Strategi Unggulan untuk Menghadapi Era Bonus Demografi”. Kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut Dies Natalis FORMARA tahun 2017. Bertempat di Gedung DPRD Bangkalan, acara tersebut menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, diantaranya Imron Rosyadi, S.E., M.Si., (Ketua DPRD Bangkalan), Ahmad Jayadi, S.Em., M.Ec.Dev., (Dosen FEB UNAIR), Tirto Amboro, S.Farm., Apt (Owner Your Office Wood), dan Qurnia Andayani, S.Pd., SST., M.Kes., (Ketua Indonesia Hijab Model Community). Seminar yang berlangsung pada Minggu (5/2), dimoderatori oleh Syafril Riza yang juga pendiri Today Solution and Passion Enthusiast. Dihadiri siswi SMA sederajat dan berbagai mahasiswa, seminar ini mengulas secara lugas langkah-langkah yang harus dilakukan pemuda Madura untuk menghadapi bonus demografi. Selaku pemateri, Achmad Jayadi menuturkan bahwa tidak perlu menunggu tahun 2020 atau 2030 untuk berubah guna menghadapi bonus demografi. “Sekarang adalah saatnya untuk menyiapkan hal itu, sehingga saat bonus demografi hadir, semua sudah siap,” jelas Dosen FEB UNAIR tersebut. Bonus demografi sendiri merupakan suatu kondisi ketika struktur penduduk sangat menguntungkan untuk pembangunan. Hal itu ditengarai karena usia produktif lebih banyak dibandingkan usia non-produktif. Sehingga, angka beban ketergantungan akan berkurang. Menanggapi hal tersebut, Qurnia Andayani menganggap pentingnya komunitas untuk perubahan.
“Komunitas mendorong untuk saling mendukung peran masingmasing dan dapat berdampak besar,” jelas Ketua Indonesia Hijab Model Community. Selain itu, United Nation of Population Fund (UNFPA) menegaskan bahwa demographic devided ─ bonus demografi dapat dimanfaatkan maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Kendati demikian, tingkat kompetisi tenaga kerja semakin tinggi dan tingkat pengangguran masih tinggi sebesar 7,56 juta pada Agustus 2015 menjadi tantangan. Kedepannya, Yuliandri Fikri selaku ketua FORMARA berharap pemuda Madura dapat memanfaatkan bonus demografi dan menghadapi tantangannya. Misalnya dengan membuat ekonomi kreatif atau komunitas. (*) Penulis : Siti Nur Umami Editor : Nuri Hermawan
Profesor Akuntansi Manajemen Ini Juga Tekuni Dunia Seni UNAIR NEWS – Universitas Airlangga patut berbangga memiliki guru besar yang handal di bidangnya sekaligus memiliki perhatian terhadap seni budaya. Profesor tersebut adalah Prof. Dr. Bambang Tjahjadi, SE., MBA., Ak., yang merupakan Guru Besar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR. Merunut riwayat pendidikannya, Bambang menyelesaikan studi S-1 di Universitas Airlangga pada tahun 1979. Usai menempuh sarjana, ia kemudian melanjutkan studi master di Master of Business Administration (MBA), Western Carolina University, North Carolina, Amerika Serikat pada tahun 1991.
“Pada tahun yang sama dan di kampus yang sama pula saya juga menyelesaikan Project Management (MPM) Certification,” terangnya. Berkat studi Akuntansi di program sarjana dan bisnis di program master, ia semakin mendalami keilmuan yang berkaitan Akuntansi Manajemen. Dosen kelahiran Probolinggo kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Ilmu Ekonomi UNAIR pada tahun 2004. “Tidak hanya pendidikan formal, saya juga menempuh pendidikan profesi. Pada tahun 2009, saya mendapat Certified Professional Marketer (CPM)-Asia Pacific dan di tahun 2011 saya lanjut menempuh Certified Management Accountant (CMA),” jelas lelaki kelahiran 4 Februari 1957. Kini, Bambang tak hanya sibuk menjadi dosen. Ia juga kerap ditunjuk sebagai konsultan dan fasilitator di berbagai lokakarya yang berkaitan dengan Strategic Management, Balanced Scorecard, Performance Management, Cost Management, Management Accounting, Certified Management Accounting (CMA-Australia). Baginya, ilmu Akuntansi dan Manajemen adalah rumpun keilmuan yang erat dan saling membantu. “Ilmu Akuntansi Manajemen merupakan bidang akuntansi yang memberikan informasi kepada manajemen untuk perencanaan pengendalian dan untuk meningkatkan nilai sebuah perusahaan,” paparnya. Selain berkiprah pada ranah keilmuan akuntansi manajemen, Bambang juga giat dalam bidang pemerhati dan penggiat budaya batik, wayang, dan keris. Bahkan ia sering menggelar berbagai acara yang mengangkat nuansa seni.
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Alifia Tifani, Terapkan Ilmu Selama Kuliah di Dunia Kerja UNAIR NEWS
– Menjadi bagian dari program studi (prodi) Sastra
Jepang Universitas Airlangga merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi Alifia Tiffani Putri. Perempuan yang akrab disapa Alifia ini merasakan atmosfer Jepang ketika menjalani kuliah, mulai dari kedisiplinan hingga berbagai kegiatan yang pernah ia lakukan. Alumnus Sastra Jepang UNAIR ini mengaku sangat memiliki kesan baik ketika berkuliah di Sastra Jepang, apalagi dari awal ia memang menyukai hal-hal yang berbau Jepang. “Waktu pertama kali masuk kuliah pasti excited ya. Dapat temen baru, lingkungan baru, apalagi dulu aku bayanginnya masuk jurusan Sastra Jepang pasti sistem belajarnya nggak beda jauh lah sama yang di Jepang, jadi ya semangat banget,” ujar Alifia. Sekarang, Alifia bekerja di salah satu perusahaan Jepang yang bergerak di bidang Agriculture Machinery yang bertempat di Pasuruan. Disana, kemampuan berbahasa hingga ilmu tentang Jepang yang ia dapat sewaktu kuliah sangat digunakan. Alifia mengaku bahwa selama bekerja ia selalu berkomunikasi dengan Bahasa Jepang dengan pimpinannya. Tidak hanya itu, dalam pekerjaannya ia mampu beradaptasi dengan budaya kerja orang Jepang yang cenderung disiplin dan patuh tata krama. “Meskipun pertama kali masuk juga masih perlu banyak belajar karena bahasa kerja sama sehari-hari beda ya, tapi sedikit banyak membantu sekali apa yag sudah kudapat di perkuliahan,” ujar Alifia
Alifia menambahkan, ketika berkuliah ia sering sharing mengenai kebudayaan dengan native asal Jepang yang didatangkan oleh prodi Sastra Jepang tiap tahun. Dari native tersebut, Alifia banyak mendapat informasi mengenai kekhasan dalam kebiasaan orang-orang Jepang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, darisana ia banyak menerapkan ilmu tersebut di pekerjaanya sekarang. “Pesan buat adik-adik mahasiswa baru. Kalo ada apa- apa, mungkin nggak tahu atau kesusahan sama pelajaran, jangan sungkan-sungkan tanya senpai (senior). Kebanyakan anak- anak di Sastra Jepang itu bisa berkembang di bidang akademik karena dia aktif tanya dan nggak malu buat latihan berbicara Bahasa jepang,” pesan Alifia mengakhiri. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Nuri Hermawan
Sivitas Akademika FH Berikan Penghormatan Terakhir untuk Prof. Rudhi Prasetya UNAIR NEWS – Pada hari Minggu (5/2) lalu, Fakultas Hukum Universitas Airlangga telah kehilangan salah satu Guru Besar Prof. Dr. Rudhi Prasetya, S.H. Almarhum meninggal dunia sekitar pukul 00.35 WIB di ICU Rumah Sakit Darmo pada usia 78 tahun. Hari ini, Kamis (9/2), keluarga besar FH UNAIR mengadakan upacara penghormatan terakhir untuk almarhum. Upacara ini dihadiri oleh para sivitas akademika FH seperti dosen, karyawan dan mahasiswa. Selain itu, turut pula hadir keluarga
almarhum serta pimpinan universitas. Upacara dibuka dengan alunan nada oleh paduan suara FH UNAIR dengan menyanyikan lagu Hymne Airlangga dan Padamu Negeri. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan riwayat hidup almarhum. Setelah pembacaan riwayat hidup selesai, salah satu keluarga almarhum memberikan sambutan serta ucapan terimakasih kepada pihak perguruan tinggi. “Almarhum merasa bahwa ia dibesarkan oleh UNAIR. Beliau juga berpesan kepada keluarga agar suatu saat ketika dirinya meninggal, ia ingin mengenakan toga ketika proses pemakaman. Sedemikian besar kecintaannya kepada UNAIR. Terimakasih kepada Universitas Airlangga karena telah membesarkan ayah,” ungkap salah satu putra Prof. Rudhi. Selanjutya Prof. Mochammad Amin Alamsjah Memberikan ungkapan bela sungkawa atas kepergian almarhum. “Satu putra terbaik Universitas Airlangga telah meninggalkan kita. Semoga kita dapat mencontoh beliau,” tutur Wakil III Rektor UNAIR tersebut. Prosesi acara selanjutnya adalah sambutan Dekan FH UNAIR yakni Prof. Dr. Drs. Abdul Shomad, S.H.,M.H., yang turut mengucapkan bela sungkawa serta menyampaikan kesannya terhadap sosok almahum. “Almarhum pernah menyarankan saya menulis disertasi dengan mengutip serta mengulas ayat Al-Quran tentang bisnis. Beliau adalah ilmuwan yang disegani di Indonesia serta dunia. Beliau juga telah menyiapkan generasi penerus keilmuannya. Prof. Rudhi sosok yang lucu, disiplin, rajin, dan senang menyetir sendiri,” tuturnya. Usai persemayaman, dikebumikan. (*)
jenazah
Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
diberangkatkan
dan
segera
Prospek Keilmuan yang Bagus, Pilih Geluti Linguistik Jepang UNAIR NEWS – Dwi Anggoro Hadiutomo, S.S., M.Hum., Ph.D., telah menggeluti Linguistik Jepang sejak menempuh pendidikan S-1 Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia kemudian menempuh program magister di universitas yang sama, lalu menempuh studi doktoral di Rikkyo University, Tokyo. Dwi Anggoro tertarik dengan kajian Linguistik Jepang sebab konsep kebahasaan dalam bahasa Jepang memiliki berbagai keunikan. Tidak hanya berbeda dengan bahasa lain, secara struktur, tata bahasa dan jenis huruf yang dipakai saja menarik. Misalnya, kesantunan berbahasa dalam bahasa Jepang tidak hanya bersifat vertikal (atasan-bawahan atau tua-muda), melainkan juga horizontal (dalam/luar kelompok). “Orang Jepang selalu melibatkan pemikiran dan perasaan mereka dalam pemilihan pola ungkapan dan diksi. Hal itu lah yang membuat saya tertarik,” ujar laki-laki kelahiran Bandung, 5 Desember 1973 ini. Dwi berangkat dari pandangan bahwa semua cabang keilmuan, apapun itu, tidak bisa terlepas dengan tata bahasa. Ke depan, keilmuan ini prospek untuk terus diteliti. Sebab, hari ini seringkali ilmu bahasa dipandang tidak penting bila berbicara tentang penelitian. “Apabila dilihat lebih teliti lagi, ilmu bahasa merupakan penyokong utama dari rumpun ilmu yang lain. Sebagai contoh, pengacara bisa memenangkan perkara seorang koruptor karena dia pandai memakai bahasa untuk beralibi. Calon kepala daerah yang
tidak populer bisa saja menang di pilkada karena bisa memanfaatkan bahasa dengan baik dalam kampanye atau debat,” ujar dosen yang menggeluti riset struktur dan semantik bahasa Jepang ini. Dalam tata bahasa bahasa Jepang, terdapat pemikiran dan perasaan orang yang menuturkannya. Menurut Dwi, ilmu ini menjadi sangat penting dalam upaya untuk bernegosiasi atau berhubungan dengan Jepang, yang ke depannya masih menjadi partner penting dalam pembangunan dan pengembangan IPTEK di Indonesia. Di lingkungan UNAIR, Dwi dipercaya menjadi tim Direktorat Kependidikan untuk menyiapkan konten-konten aktivitas pendidikan internasional. Selain itu, ia aktif mengajar, melakukan pengabdian masyarakat, dan menjalankan amanah sebagai Ketua Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. Sejak tahun 2015 setelah ia selesai menamatkan studi di Tokyo, ia mulai aktif melakukan pengabdian masyarakat. Bersama dosen Sastra Jepang FIB UNAIR, ia mengajar bahasa dan budaya Jepang di Rumah Bahasa, Pemerintah Kota Surabaya. Bersama tim di Departemen Sastra Jepang pula, setiap tahun melakukan pelatihan bagi perawat-perawat Indonesia yang akan menjadi tenaga kesehatan di Jepang. “Ilmu bahasa setelah saya pelajari, semakin saya tahu bahwa bidang ilmu apapun di luar bahasa pasti terkait dengan bahasa. Terutama tata bahasa, sangat berpengaruh terhadap semua rumpun ilmu. Akhirnya saya merasa bahwa linguistik itu juga penting, walaupun tidak langsung. Sistemnya adalah eksperimen terlebih dahulu, kemudian ada hasil yang bisa diterapkan,” tandasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan