9
B. KESIMPULAN Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) telah membawa perspektif baru dalam strategi advokasi. Kehadirannya atas kegundahan proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia dalam pemerataan distribusi guru menjadi bentuk usaha dalam rangka iuran untuk mendorong pembenahan perilaku para pelaku pendidikan dan kebijakan. Berawal dari kegelisahan tersebut kemudian pendiri mengemas gerakan melalui dua track yang menjadi sasaran advokasi yaitu pemenuhan kekurangan guru di daerah terpencil dan kepemimpinan mulai dari akar rumput. Dua semangat tersebut kemudian diformulasikan ke dalam strategi aksi kolektif dengan prinsip advokasi melalui membangun aksi kolektif dan gerakan berdasar role model untuk mengaktivasi berbagai pihak yang terlibat. Aksi kolektif dibangun karena GIM memahami bahwa sebuah langkah advokasi tanpa membentuk kesadaran kolektif dan partisipasi yang tinggi maka sulit dapat mempengaruhi kebijakan. Maka kemudian kerja-kerja yang dilakukan di tataran akar rumput melalui Pengajar Muda (PM) ditekankan pada proses perubahan perilaku yang impactful melalui contoh. Dimana semua pihak menjadi role model untuk terlibat dalam proses advokasi ini baik masyarakat, sekolah bahkan pemerintah. Pihak-pihak tersebut harus mau turun tangan malalui inisiatif yang tinggi dan kesadaran serta kemandirian menyelesaikan persoalan pendidikan terkhusus mengenai guru. Hal ini dimaksudkan
untuk
mendekatkan
pemerintah
dengan
masyarakat
dalam
10
penyelenggaraan pemerintahan sehingga lahir pemahaman bahwa segala proses pemerintahan tidak hanya menjadi milik para pemangku jabatan saja namun juga rakyat. Pada akhirnya perspektif baru yang dibawa GIM bahwa proses advokasi tidak melulu harus melalui demonstrasi, proses litigasi, judicial review, legal drafting dan lain sebagainya juga memiliki dampak yang besar. Bahkan memiliki kekuatan lebih besar karena diusung langsung oleh masyarakat yang teraktivasi oleh adanya GIM. Semua pihak yang bergerak akan secara mandiri memahami fungsi dan perannya masing-masing
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan.
Sehingga
mampu
menumbuhkan inisiatif untuk menyelesaikan persoalan pendidikan dan kepemimpinan Indonesia. Kehadiran PM di sekolah, masyarakat dan daerah sebagai ujung tombak gerakan juga memberikan stimultan sebagai role model berbagai stakeholder untuk terlibat langsung dan juga menjadi model bagi pihak lain sehingga proses advokasi ini pun meluas. Hal ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa pada akhirnya GIM mampu menarik perhatian banyak kalangan. Salah satunya terlihat dari proses rekruitmen calon Pengajar Muda di setiap angkatannya hingga mencapai 1000 pendaftar meskipun yang dibutuhkan oleh GIM hanya 123 Pengajar Muda untuk ditugaskan. Ini menjelaskan bahwa kemudian GIM memiliki pengaruh yang cukup besar dalam melakukan penyadaran dan perilaku kepada masyarakat akan pentingnya merespon dan bertindak
11
langsung atas permasalahan pendidikan yang masih belum terselesaikan karena pendidikan instrument penting dalam pembangunan negara. Maka, di sinilah kekuatan dari gerakan sosial itu bekerja, dimana kekuasaan terjadi melalui pengaruh yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Mengajar untuk merespon rendahnya dedikasi guru dan pemimpin yang mengakar di daerah terpencil. Pengaruh tersebut ada dalam strategi yang dilakukannya dimana kemudian penulis menyebutnya sebagai strategi advocacy by model yang berprinsip pada aksi kolektif. Dimana sosok teladan atau contoh mampu memberikan perubahan perilaku ke berbagai pihak terutama para pelaku pendidikan dan harapannya mampu mencapai tataran politik yaitu kebijakan. C. SARAN Masih banyak hal yang bisa digali dan dianalisis lebih dalam mengenai bahasan penelitian ini. Strategi advokasi kebijakan memang sudah banyak referensi dan literatur yang bisa ditemui dan dijadikan bahan rujukan. Kehadiran Gerakan Indonesia Mengajar sebagai sebuah gerakan sosial dengan kemampuan mengemas gerakan yang baik menjadi bahasan menarik untuk menilik strategi advokasinya dalam mengakomodasi kepentingan masyarakat akan guru di sekolah dasar bagi anak-anak didik. Namun memang ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari organisasi gerakan tersebut.
12
Sebagai gerakan sosial yang tergolong muda dengan popularitasnya di kalangan akademis dan masyarakat sipil memang sudah selayaknya terorganisir. Namun peneliti masih belum menemui adanya deskripsi jelas tugas dan fungsi setiap bidang dalam pengorganisasian gerakan. Ditambah dengan pernyataan pendiri bahwasannya tidak terlalu penting adanya sebuah jobdescription jika semua telah paham esensi dan prinsip gerakan sebagai sebuah gerakan sukarela yang harus memiliki kesadaran tinggi akan kesukarelaannya dalam berkontribusi. Maka perlu adanya kejelasan secara tertulis yang disepakati bersama atas pembagian tugas di setiap bidang agar kerja-kerja lebih maksimal dan sistematis terorganisir. Dalam gerak advokasinya di lapangan melalui Pengajar Muda, akan menjadi lebih baik jika kemudian GIM mengikutsertakan anak-anak muda daerah sebagai aktor penting gerakan ini. Hal tersebut akan memberikan dampak lebih panjang untuk masa depan daerah memperbaiki proses pembuatan kebijakan terutama kebijakan distribusi guru. Mereka yang memang memiliki pemahaman lebih akan kondisi dan corak daerahnya. Aktor lokal akan lebih berpengaruh jika kemudian ia direkrut dan dibina kapasitas dirinya menjadi aktor seperti Pengajar Muda yang menjadi ujung tombak proses advokasi kebijakan. Memiliki kemampuan mengajar dan kepemimpinan yang tinggi akan semakin menguatkan daerah karena ditangani langsung oleh anak daerahnya. Di akhir bahasan ini akan lebih menarik bagi penelitian-penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam mengenai Gerakan Indonesia Mengajar sebagai sebuah
13
gerakan sosial yang berpeluang untuk dijadikan kendaraan bagi pendiri dan aktor-aktor penting di dalamnya untuk masuk ke pesta politik tahun 2014. Citra yang telah GIM peroleh hingga saat ini memang menumbuhkan asumsi bahwa hal ini akan berpeluang besar mengarahkan pada keinginan pemilu di tahun 2014. Hal yang menguatkan juga disampaikan sendiri oleh pendiri GIM bahwa di akhir wawancara bersama beliau yaitu Anies Baswedan, tidak akan mengelak jika kemudian beliau akan diusung sebagai kandidat kuat calon presiden 2014-2019. Kapasitas dan popularitas memang telah ia genggam melalui Gerakan Indonesia Mengajar dan ini menjadi peluang besar.