Patriot Anti Korupsi Berawal dari Kampus
DISUSUN OLEH: Widya Rizky N
(1401144019)
Aninda Hasna A
(1401144162)
Pandega Syahdadini (1401140217)
Karmaphala
Angin bertiup kencang, murid-‐murid berlarian menuju sekolah. Mereka berpacu dengan
waktu dan kerasnya suara gemuruh langit. Awan yang gelap menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Hari itu merupakan hari pertama siswa-‐siswi kelas 12 melaksanakan Ujian Nasional. Terlihat dari kejauhan, seorang siswa yang sedang mengayuh sepedanya dengan cepat menuju sekolah. Raka, dia merupakan siswa kelas 12 yang teladan dan selalu menjuarai berbagai macam lomba. Sedangkan di sisi lain, dengan santainya seorang siswa pemalas bernama Morgan sedang berjalan menyusuri koridor sekolah, melewati kerumunan siswa yang sedang belajar. Bahkan ia menertawakan teman-‐temannya yang sibuk belajar. Ketika ia sedang melewati halaman sekolah, ia bertemu dengan Raka yang sedang berjalan tergesa-‐gesa menuju ruang ujian. Morgan
: Heyyyy mau kemana bos? Buru-‐buru amat, santai aja kali!
Raka
: Gue mau ke kelas Gan, mau belajar. Lo ngapain santai banget gitu?
Morgan
: Belajar? Apa itu belajar? Hahahaha yaelah UN doang kok ngapain belajar.
Raka
: Terserah lo deh! Gue mau ke ruang ujian. (lalu Raka berjalan menuju kelas dan
meninggalkan Morgan)
Sesampainya di depan kelas, Raka melihat kertas putih yang tertempel di depan pintu,
lengkap dengan foto masing-‐masing anak beserta urutan tempat duduk yang akan mereka tempati selama ujian berlangsung. Raka mendapati foto Morgan dengan urutan tempat duduk tepat di depan meja Raka. Lalu tiba-‐ tiba terdengar suara bel sekolah yang sangat nyaring dan itu menandakan ujian akan segera dimulai. Raka
: Gue heran deh liat lo, santai amat keliatannya. Lo belajar gak sih?
Morgan
: Ya terus gue harus gimana? Keliatan sok stress gitu?
Raka
: Ya gak gitu maksud gue, siap-‐siap kek pengawas mau masuk tuh.
Morgan
: Iya-‐iya bawel amat lo!
Lalu pengawas ujian datang dan membawa Map berisi soal soal ujian. Pengawas
: Selamat pagi anak-‐anak, saya Endang Sumarni. Saya akan mengawasi kalian
selama Ujian Nasional hari ini berlangsung. Tolong persiapkan peralatan ujian dan duduk di tempat masing masing masing! Ujian berlangsung begitu tenang, sampai terdengar suara gaduh dari depan meja Raka. Raka
: Shht.. Lo ngapain?
Morgan
: Berisik lo, udah lo diem aja.
Raka
: Lo nyontek ya? Itu apaan yang lo pegang? Kertas contekan?
Morgan
: Apa sih, udah ah bawel lo!
Raka
: Itu apaan? Kertas apa? (berusaha merebut kertas yang digenggam Raka)
Pengawas
: Kalian yang di belakang! Ada apa? Apa yang kalian ributkan?
Raka
: Ini Bu, Morgan nyontek!
Morgan
: Nggak Bu, ini cuma kertas coret-‐coretan kok.
Pengawas
: Mana sini saya lihat! (mengambil kertas yang dipegang Morgan) Apa ini? Kamu
berusaha untuk mencontek? Ikut dengan saya sekarang juga! Morgan
: Tapi Bu.. Itu bukan.. (diseret dengan paksa menuju keluar kelas)
Di ruang BK.. Pengawas
: Permisi Bu, ini saya membawa siswa yang ketahuan membawa kertas jawaban
Ujian Nasional. Guru BK
: Baik Bu, akan saya tangani.
Pengawas
: Kalau begitu saya permisi, karena saya masih harus mengawasi anak anak ujian
di kelas. Guru BK
: Oh iya silahkan. (sembari tersenyum)
Guru BK
: Morgan, lagi-‐lagi kamu! Saya sudah mewanti-‐wanti kamu dari awal agar kamu
tidak membawa contekan saat Ujian Nasional, tetapi tetap saja, sekarang kamu tanggung sendiri akibatnya! Morgan
: Ah Ibu, ini gara-‐gara si Raka tuh, yang sok pinter dan jujur. Dia ngomong ke
pengawas kalo saya nyontek, padahal kalau dia diem aja semuanya bakal fine-‐fine aja Bu. Guru BK
: (megelus dada) Morgan! Ibu tidak tahu lagi harus menasihatimu seperti apa,
disaat seperti ini kamu masih bias-‐bisanya tidak merasa bersalah. Kamu ingin mengulang satu tahun lagi di SMA? Kamu masih betah lama-‐lama menjadi siswa? Kamu tidak ingin merubah status menjadi mahasiswa? Hah?! Morgan
: Maaf Bu saya khilaf, beneran deh tolong jangan bilang ke orangtua saya. Saya
bakal tebus berapa pun yang Ibu inginkan. Guru BK
: Enak saja kamu! Tidak bias, walau pun orangtua kamu pejabat, sekali salah
tetap salah. Morgan
: Maaaaf Bu saya gak mau ngeliat orangtua saya sedih bahkan sampai
mencoreng nama baik merekaa Buu. Guru BK
: Telat Morgan kamu tetap harus menanggung resiko! Nilai UN kamu tetap 0.
Sekarang kamu pulang saja. Morgan
: Tapi Bu saya masih ingin mengikuti ujian, saya tidak akan mencontek lagi Ku..
kali ini saja, beri saya kesempatan sekali lagi. Guru bk
: Sudah cukup Morgan, lebih baik sekarang kamu pulang saja dan persiapkan diri
kamu untuk mata ujian besok, agar kamu bisa lulus dari sekolah ini.
Ujian nasional berlangsung dengan begitu cepat, tak terasa hari pengumuman telah tiba. Masing-‐masing siswa mendapatkan sepucuk surat resmi dari sekolah. Morga
: Demi apa gue deg degan banget, gue lulus gak ya?
Raka
: Sama, gue juga.. Semoga aja kita lulus.
Morgan
: Ah lo mah pasti lulus kalii lah gua? Gara-‐gara lo sih!
Raka
: Lagian siapa suruh nyontek, enak amat lo ga belajar tiba-‐tiba nilai lo bagus gitu?
Morgan
: Jadi lo ga terima? Hak gue dong mau gimana juga.. Gak ada urusannya sama lo.
Raka
: Ya gak harus gitu juga kali.. Lo kan bisa belajar, bisa latian soal soal biar lo gak
kesulitan sewaktu ngerjain ujian. Morgan
: Siapa lo ngatur ngatur gue, udah lo pergi deh sanah!
Ketika diumumkan hasil Ujian Nasional, ternyata SMA BINA BAKTI dinyatakan lulus 100%. Akan tetapi nilai Raka dan Morgan bagaikan langit dan bumi. Hal itu membuat Morgan merasa iri terhadap Raka. Dua tahun kemudian mereka mereka melanjutkan kuliah di suatu universitas ternama yang sama, bahkan mereka pun satu kelas. Raka
: Eh kok lo bisa masuk sini sih? Kan masuk sini susah kalii?
Morgan
: Hahaha apa sih yang gak bias, gua gitu loooh!
Raka
: Ih seriusan bukannya nilai lo anjlok banget yah? Lulus aja udah untung.
Morgan
: Jaman sekarang tuh apa-‐apa gampang kaliii pake uang.
Raka
: Ah udah gak bener.. Gue tau lo anak pejabat, tapi jangan seenaknya gitu dong.
Gak adil namanya!
Morgan
: Lo tuh siapa sih, dari dulu hobinya komeeeen mulu. Perhatian banget lo sama
gue. Naksir? Raka
: Menurut lo? Yakali gue naksir sama cowo kaya lo, lo pikir gue bences.
Semakin lama mereka bersama di kampus tersebut, Raka semakin tahu bahwa Morgan
sering sekali titip absen hanya untuk pergi bersama teman-‐temannya. Tak jarang Morgan juga sering melalaikan tugas tugasnya.. dari sini bibit bibit koruptor mulai terlihat jelas dari dalam diri Morgan. Raka
: Lo dari mana aja? Udah tiga hari lo ga masuk kelas.
Morgan: Tuh kan lo tuh perhatian banget sama gue.. makasih ya beb. Raka
: Najis lo, apaan si.. Lo tuh dicari dosen, suruh ketemu ama dosen, gara gara lo
sering absen dan jarang ngumpulin tugas. Morgan
: Yang bener lo? Jangan bilang lo ngadu lagi. Nggak puas lo bikin gue apes mulu?
Dasar tukang adu! Raka
: Yakan itu salah lo sendiri kali, gue cuma bisa ngingetin lo doang biar lo gak
tambah buruk, syukur-‐syukur lo insaf! Morgan
: Ah sok suci lo! Gak usah merasa lo yang paling bener deh, muak gue sama lo!
Hari demi hari pun berlalu, Morgan sama sekali tidak pernah memperhatikan nasihat Raka. Dan tanpa terasa Ujian Akhir pun berlangsung. Karena Morgan terbiasa mencontek, sifat tersebut terbawa hingga ke perguruan tinggi. Ketika ujian sedang berlangsung, secara tidak sadar gerak gerik Morgan sudah terekam di kamera cctv. Dan ia terlihat sedang mencontek, kemudian ia dipanggil oleh Dosen. Dosen
: Kamu lagi kamu lagi tidak puas kamu melanggar peraturan?!
Morgan
: Ampuuun Pak sumpah baru kali ini saja saya mencontek!
Dosen
: Alah.. Alasan saja kamu, mau jadi apa kalau kamu terus-‐terusan begini?
Morgan
: Tapi Pak, tadi yang mencontek bukan cuma saya, tapi juga Raka, justru dia yang
memanas-‐manasi saya untuk mencontek. Dosen
: Terus saya harus percaya dengan omongan kamu? Mana buktinya? Jelas-‐jelas
Raka mahasiswa teladan di kampus ini, dia tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu. Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Morgan diputuskan untuk dikeluarkan dari universitas tersebut. Raka yang mengetahui hal ini, merasa sedih dan bersalah. Namun itu merupakan akibat dari perbuatan Morgan sendiri. Tak terasa tujuh tahun berlalu begitu cepat. Morgan yang sekarang bukan lagi Morgan yang sekedar senang mencontek, namun ia berubah menjadi seorang yang pandai melakukan korupsi, akibat keahliannya semasa remaja. Meskipun sekarang ia menjabat sebagai ketua KPK. Morgan
: Bagaimana Pak? Apakah uangnya sudah anda transfer ke atm saya? Ya baik-‐
baik, akan saya lakukan sesuai perjanjian kita. (melakukan percakapan di telepon) Di sisi lain, Raka sekarang memiliki kedudukan sebagai seorang pejabat. Ia memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam mengatur sistem pemerintahan. Ketika Raka sedang menghadiri suatu pertemuan, tak sengaja ia bertemu dengan Morgan. Raka
: Morgan?!
Morgan
: Raka?! lo ngapain di sini? Bersih-‐bersih? Kok rapi banget pake jas?
Raka
: Tau deh lo yang jadi ketua kpk, gak nyangka gue.. Padahal dulu lo hobi banget
yang namanya nyontek. Kok bisa sih, lo nyogok? Morgan
: Eh bukan urusan lo ya, lagian ngapain lo disini?
Raka
: Gue di sini ngejabat dibidang keuangan, mau apa lo? Awas kalo lo macem-‐
macem, bakal gue buka aib lo. Morgan
: Emang lo bisa? Segala hal yang gue lakuin itu gaK bakal ada jejaknya!
Raka
: Eh jangan salah.. Liat aja, bakal gue buktiin!
Morgan
: Ada juga gue yang bikin lo celaka.. (ucap Morgan dalam hati)
Keesokan harinya Morgan mulai mengumpulkan data-‐data atas kecurangan yang telah ia perbuat, dan mengganti data tersebut menjadi milik Raka. Sehingga Morgan dapat dengan mudah menjatuhkan nama Raka dari kursi pemerintahan. Terdengar suara ricuh dari dalam ruang pengadilan, beberapa orang sedang menghujat Raka atas tuduhan korupsi yang diajukan oleh Morgan terhadap Raka. Hakim
: Apakah saudara benar telah melakukan perbuatan korupsi?
Raka
: Saya bersumpah saya tidak pernah melakukan korupsi seperti yang dituduhkan
Morgan! Hakim
: Saudara Morgan, apakah benar pernyataan yang telah disampaikan saudara
Raka? Morgan
: Penjahat mana mau mengaku, pasti dia selalu berusaha menutupi bangkainya
sendiri. Raka
: Diam kamu morgan! Saya tau dalang dari semua permasalahan ini adalah
kamu! Saya akan buktikan kepada kalian semua, atas perbuatan yang sebenarnya dari seorang ketua kpk, pengacara saya akan mengungkap semua fakta yang tersimpan selama bertahun tahun! Morgan
: Jangan mengada-‐ ada. Sekarang mana buktinya?
Hakim
: Silahkan dari pihak raka melakukan pembelaan.
Pengacara raka: Terima kasih Pak hakim atas kesempatannya, saya akan membacakan bukti-‐ bukti data kecurangan yang sebenarnya telah dilakukan oleh Raka. Telah kami temukan bahwa data yang sekarang dituduhkan kepada Raka itu sebenarnya milik Morgan. Data itu hanya dibalik namakan kepada Raka melalui salah satu koneksi Morgan yang telah kami wawancarai
sebelumnya. Serta telah kami temukan bahwa Morgan telah melakukan korupsi atas dana subsidi sebesar RP 5 milyar yang seharusnya disalurkan kepada korban bencana gunung sinabung. (memberikan data data) Hakim
: Baik data ini kami terima, sidang ini akan kami lanjutkan pada pertemuan
selanjutnya. Sidang ini saya tutup. (ketok palu) Seminggu kemudian hakim memberikan keputusan, bahwa terdakwa dalam kasus ini adalah Morgan. Karena bukti yang dibawa oleh pengacara Raka ternyata benar adanya. Dan Morgan dikenai hukuman 7 tahun penjara. Segala perbuatan tidak baik yang dilakukan secara terus menerus akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik pula. Maka dari itu, biasakan diri untuk belajar dan melakukan hal-‐hal baik, agar kedepannya kita bisa mendapatkan manfaat positif dari apa yang telah kita pelajari. Korupsi bukanlah sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, karena itu justru merugikan diri dan orang banyak. Korupsi bukan hanya mengani uang, tetapi juga waktu, tenaga, dll. Adanya penanaman mental yang baik pada anak sejak usia dini akan menjadikan bangsa indonesia bersih dari seorang koruptor, dan menjadikan negeri ini menjadi negeri yang sehat, adil dan sejahtera.