BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat menghasilkan karya sastra yang juga bertujuan menyampaikan sesuatu kepada orang lain tidak secara langsung. Berdasarkan batasan dan unsur yang terdapat dalam sastra Sumardjo & K.M. (1994: 3) menyimpulkan bahwa “sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa”. Pradotokusumo (2005: 1) dalam bukunya menuliskan untuk mengetahui definisi sastra yang paling mudah ialah mencari keterangan dalam kamus. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1988, halaman 786, disebutkan bahwa sastra mengandung pengertian sebagai berikut: 1.
bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari).
2.
kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, kerartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik dan lirik.
3.
kitab suci (Hindu), (kitab) ilmu pengetahuan. 1
4.
pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, hitungan dan sebagainya.
5.
tulisan, huruf.
Menurut Sumardjo & K.M. (1994: 17) sastra secara umum dibedakan menjadi dua kelompok jenisnya yakni sastra imajinatif dan sastra non-imajinatif. Sastra nonimajinatif terdiri dari karya-karya berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi dan sejarah. Termasuk dalam jenis sastra imajinatif adalah karya-karya prosa dan puisi. Genre prosa sendiri terbagi menjadi fiksi dan drama. Jenis fiksi terbagi dalam genregenre novel atau roman, cerita pendek dan novelet. Cerpen atau cerita pendek dikatakan demikian karena genre ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks. Cerpen mempunyai ciri hakiki yang bertujuan memberikan gambaran yang tajam dan jelas dalam bentuk tunggal, utuh dan mencapai efek tunggal bagi pembacanya (Sumardjo & K.M, 1994: 30-31). Dalam cerpen yang berhasil, tema cerita biasanya tersamar dalam seluruh elemen. Dimana penulis menggunakan dialog-dialog tokoh-tokohnya, jalan pikiran, perasaan, kejadiankejadian, setting cerita untuk menyampaikan isi temanya. Seluruh unsur cerita tersebut menyatu menjadi satu arti saja, satu tujuan. Semakin banyak implikasi persoalan yang terkandung dalam sebuah cerpen makin baik, karena cerpen tersebut akan kaya akan penafsiran-penafsiran. Cerpen yang demikian biasanya tahan menempuh waktu karena tidak akan menjemukan bagi pembaca yang kreatif dan menjadi sebuah karya seni yang senantiasa dihargai (Sumardjo & K.M., 1994: 57). Salah satu penulis cerpen yang karyanya dihargai banyak sastrawan dan kritikus sastra hingga saat ini adalah seorang sastrawan Jepang Akutagawa Ryuunosuke. (Wibawarta, 2004: 19). 2
Lahir dari aliran yang menentang aliran naturalisme Akutagawa Ryuunosuke mempelopori kesusastraan estetisisme intelektualisme yang kemudian juga menjadikannya sebagai salah satu penulis terbaik abad ke-20 yang mengukir prestasi di Sastra Barat. Aliran kesusastraan estetisisme intelektualisme merupakan aliran kesusastraan yang meneropong manusia, baik kehidupan manusia itu sendiri maupun cita-citanya. Dalam menciptakan suatu cerpen, Akutagawa mengutamakan pengambilan bahan cerita yang berlatar belakang sejarah atau cerita klasik. Cerita tersebut diolahnya dengan baik sehingga menghasilkan sebuah karya baru dengan penafsiran yang baru pula (Asoo, 1983: 182). Ia menulis lebih dari 100 cerita pendek, dua diantaranya telah difilmkan oleh Kurosawa Akira pada tahun 1950 yaitu film klasik Rashomon. Akutagawa lahir dengan nama Ryuunosuke di Irifunecho, Tokyo pada 1 Maret 1892 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Sejak kecil Akutagawa Ryuunosuke banyak melahap karya-karya klasik Jepang dan China. Pada 1913 ia masuk jurusan Sastra Inggris Universitas Tokyo. Bersama Kume Masao dan Kikuchi Kan ia menghidupkan kembali majalah sastra universitas, Shinshicho (aliran pemikiran baru), yang sudah mati dan mulai menerbitkan karyanya di majalah tersebut. Tahun 1916 tercatat sebagai tahun kesuksesannya ketika cerpennya yang berjudul Hana dipuji oleh Natsume Soseki, salah satu pengarang yang karyanya banyak mengilhami para sastrawan Jepang modern (Wibawarta, 2004: 2). Walaupun karyanya telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing sejak tahun 1920, kehidupan pribadi Akutagawa selain kebenaran mengenai bunuh diri yang dilakukannya pada tahun 1927 tidak banyak diketahui umum. Nama Akutagawa telah diabadikan dalam Akutagawa Prize, sebuah anugerah sastra bergengsi di Jepang. Karya-karyanya yang luar biasa membuat Akutagawa dinobatkan sebagai 3
raja cerpen dalam kesusastraan Jepang modern. Karya-karya Akutagawa dapat digolongkan dalam beberapa kategori, yakni Edo-mono (cerita berlatar belakang masa Edo), Ocho-mono (cerita yang berlatar belakang masa Heian), Kirishitan-mono (cerita yang berlatar belakang Kristen di Jepang era Pra-modern) dan Kaika-mono (cerita awal periode Meiji) (Wibawarta, 2004: 2). Menurut penelitian Yoshida Seiichi, dari sekitar 150 karya Akutagawa paling tidak 60 diantaranya bersumber pada karya klasik, baik dari Jepang, Cina, India dan Barat. Akutagawa mengakui bahwa ia banyak mengambil bahan-bahan klasik yang sudah dikenalnya sejak kecil sebagai sumber inspirasi. Selain itu Akutagawa juga menggunakan bahan sejarah sebagai kerangka tulisan. Sekitar 40 cerita dan hampir semua karya terbaiknya pada awal karirnya sebagai penulis secara longgar masuk dalam kategori sebagai fiksi sejarah. Walaupun ia menolak sebutan fiksi sejarah bagi karyanya. Ketertarikannya pada bahan-bahan masa lalu selalu berkaitan dengan pemilihan insiden yang tidak umum. Berkaitan dengan hal itu, Akutagawa mengatakan bahwa ia menangkap sebuah tema tertentu sebelum menulis sebuah cerita. Agar tema tersebut memiliki kekuatan artistik yang bagus, ia memilih menggunakan insiden yang tidak umum atau tidak lazim. Hal itu dapat terlihat melalui karya-karya klasik. Akutagawa membiarkannya tampak alami, sesuai dengan kondisi masyarakat modern tanpa merusak tema yang ada (Wibawarta, 2004: 21-24). Karya-karya Akutagawa dapat dilihat dari berbagai macam tema. Beberapa diantaranya tentang tokoh tertentu, misalnya pahlawan atau seniman. Tema tersebut dapat menimbulkan kesan bahwa Akutagawa merupakan manifesto seorang seniman. Cerita tentang seniman karya Akutagawa yang dianggap paling baik adalah 4
Jigokuhen (lukisan neraka). Cerpen ini menggambarkan seorang seniman yang mengorbankan segalanya untuk menyelesaikan karya besarnya. Akutagawa berhasil menggambarkan kehidupan seorang seniman yang terobsesi dengan kesempurnaan (Wibawarta, 2004: 25-26). Jigokuhen banyak mengundang pujian, diantaranya seperti yang dikatakan oleh Beongcheon Yu (1972: 39): The greatest of all of Akutagawa’s artist stories, and in fact the greatest of all of his stories written during his early period is ”The Hell Screen”(1918). Karya terbaik dari seluruh karya Akutagawa, dan merupakan karya terbaik dari seluruh cerita yang ditulisnya pada masa awal karirnya adalah ”Lukisan Neraka” (1918).
Begitu juga dengan pujian dari Masamune Hakucho yang mengatakan bahwa Jigokuhen merupakan yang terbaik dari cerita-cerita karya Akutagawa dan karya besar yang sangat penting dalam kesusastraan pasca-Meiji Jepang (Beongcheon Yu, 1972: 39). Sedangkan Lewell (1993: 31) menyatakan bahwa untuk mengenal karya Akutagawa dengan lengkap wajib membaca karya besarnya dalam kategori fiksi, Jigokuhen. Setelah mengetahui dan membaca karya Akutagawa yang berjudul Jigokuhen tersebut, penulis merasa tertarik untuk menjadikan perilaku menyimpang tokoh utama dari cerpen ini sebagai pokok bahasan skripsi ini. Cerita yang menceritakan kekejaman tokoh utama Yoshihide, mengorbankan segalanya demi obsesinya dalam menyelesaikan lukisan neraka. Dimana dalam cerita dituliskan usaha tokoh utama sebagai pelukis terbaik pada masanya yang menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan lukisan tersebut.
5
1.2 Rumusan Permasalahan Sebagai perwujudan minat penulis terhadap karya sastra, penulis akan menganalisis tokoh utama dalam cerpen Jigokuhen dengan menyoroti mengenai perilaku menyimpang yang dialami tokoh tersebut. Analisis akan dilakukan melalui pendekatan psikologis terfokus pada tokoh utama fiksi berdasarkan sudut pandang orang ketiga selaku narator dalam cerpen, dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam penulisan skipsi ini penulis akan menganalisis mengenai perilaku menyimpang yang dialami tokoh utama Yoshihide dalam cerpen Jigokuhen yang merupakan salah satu karya Akutagawa Ryuunosuke. Jigokuhen seperti yang telah dituliskan dalam latar belakang, merupakan salah satu karya terbaik Akutagawa yang telah mendapat berbagai pujian. Tokoh utama dalam cerpen ini menurut penulis perilaku menyimpang yang dialami oleh tokoh utama cukup kompleks terutama ketika ia harus menyelesaikan sebuah lukisan mengenai neraka. Tingkah laku sang tokoh utama tersebut menarik untuk dianalisis dan dalam menganalisisnya penulis menggunakan teori psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan teori mengenai kepribadian; kejiwaan yang cukup banyak berpengaruh dalam kesusastraan, dimana penulis berpendapat bahwa teori tersebut sesuai untuk memahami perilaku menyimpang sang tokoh utama Yoshihide.
6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Dalam penulisan ini penulis ingin mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai perilaku menyimpang yang terwujud dalam perilaku aneh tokoh utama dalam mengungkapkan perasaan, pemikiran, keinginan serta bentuk kasih sayangnya terhadap putrinya dan sebagai seorang pelukis. Penulis bermaksud memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami dan mendalami sebuah karya fiksi khususnya pemahaman mengenai tokoh utama, sebagai tokoh yang paling banyak disoroti dalam cerita. Dalam penulisan ini tokoh utama yang dianalisis adalah tokoh yang bernama Yoshihide dalam cerpen Jigokuhen karya Akutagawa Ryuunosuke.
1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah metode penelitian studi kepustakaan deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menggunakan sumber-sumber tertulis yang mencakup buku-buku referensi, artikel, internet dan sebagainya untuk menganalisis data yang ada. Sedangkan dengan deskriptif analitis penulis menjelaskan pengertian dan menganalisis data dengan menggunakan teori yang ada. Selain itu untuk menganalisis perilaku menyimpang yang dialami tokoh utama dalam cerpen tersebut penulis akan menggunakan pendekatan psikologis dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud yaitu studi mengenai kejiwaan manusia dimana watak atau kepribadian manusia dibagi menjadi tiga yaitu id, ego dan superego. (Siswantoro, 2005: 38)
7
1.6 Sistematika Penulisan Penulis menempatkan Bab I sebagai pendahuluan yang menjelaskan gambaran umum skripsi terbagi dalam latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan dalam skripsi ini, Bab II sebagai kerangka teori, Bab III menganalisis data, Bab IV menjawab pembahasan hasil penelitian. Berikut adalah gambaran susunan skripsi yang akan penulis tulis: Bab I
: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum skripsi berupa latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II
: LANDASAN TEORI Bab ini memuat landasan teori yaitu tentang teori kesusastraan, fiksi, teori karakter (karakterisasi) dan teori psikoanalisis Sigmund Freud yang akan digunakan untuk menganalisis data pada bab III berdasarkan pendekatan psikologis, psikoanalisis.
Bab III
: ANALISIS DATA Dalam bab ini penulis akan menganalisis karakter dan perilaku menyimpang tokoh utama Yoshihide dalam cerpen Jigokuhen dengan menggunakan teori yang terdapat dalam Bab II yaitu berupa: 1. Analisis karakter; watak tokoh Yoshihide. 2. Analisis perilaku menyimpang Yoshihide. 2.1. Sebagai ayah. 2.2. Sebagai pelukis. 8
Bab IV
: KESIMPULAN & SARAN Bab ini memuat simpulan yang merupakan jawaban permasalahan yaitu mengenai bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang dialami tokoh utama dalam cerpen Jigokuhen sehingga akhirnya memunculkan kesimpulan akhir berupa penyebab perilaku menyimpang tokoh utama Yoshihide. Dan juga berisi saran mengenai manfaat yang dapat dipetik, serta hal-hal menarik yang dapat dilakukan sebagai kelanjutan dari hasil penelitian.
Bab V
: RINGKASAN Bab ini berisi ringkasan singkat seluruh isi skripsi dimana latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban permasalahan diungkapkan kembali secara singkat dan padat.
9