Mhd. Yudya Bakti. Ijincmrikn Peroirnn cfi SElnfnn Jaws Tinrrir - Bnli Pach Dr. Ir. Molia Purba, MSc. Sebagai Ketua komisi Pembimbing, Dr. Ir. Vincel~tius P. Siregar d r u ~ Ir. S ~ ~ r t t o s o Rahardjo, Msc sebagai anggota komisi pembimbing. h41tsinr Tinrur 1990, di bawah bimbingan
RINCKASAN Lautan masih tetap merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi sebagian besar bangsa di Asia Tenggara. Namun penelitian mengenai laut itu sendiri sampai saat ini rnasih sangat sedikit sekali. Dernikian pula halnya dengan Indonesia, yang mempakan negara kepulauan, memiliki wilayah laut seluas 5.8 juta krn2 (terrnasuk Zona Ekonorni Eksklusif seluas 3.7 juta kmz) memiliki 17.508 buah pulau besar dan kecil dan mempunyai garis pantai sepanjang kurang lebih 81.290 km, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lautnya belum dilakukan secara optimal. Salah satu penyebab dari kondisi ini diperkirakan akibat minimnya pengetahuan mengenai sifatsifat laut itu serta potensi yang terkandung di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa mengapa intensitas rmp~,elli~rg yang terjadi di perairan Selatan Jawa Timur Bali pada tahun 1990 lebih besar dibandingkan dengan lokasi lain di perairan selatan Jawa - Bali serta mengkaji apakah ada pengamh pasokan massa air dari Selat Lombok terhadap intensitas rmpu~ellingyang tinggi yang terjadi di perairan selatan Jawa Timur - Bali. Dalam penulisan tesis data yang digunakan adalah hasil ekspedisi kapal Baruna Jaya I yang diperoleh dari Pusat Data Kelautan Baruna Jaya, Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam, BPP Teknologi. Ekspedisi dilakukan di perairan selatan Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa antara 104"BT - I lSOBTdan 9OLS - 12'30'BT pada tanggal 23 Agustus 1990 - 30 September 1990 mewakili musim timur. Stasiun pengamatan oseanografi pada masing-masing ekspedisi berjumlah 29 stasiun yang dikelompokkan ke dalarn 4 transek, yakni transek A yang terletak di perairan selatan daerah Jawa Barat, transek B di perairan selatan Jawa tengah, transek C di perairan selatan Jawa Timur dan Bali dan transek D di perairan selatan Sumbawa. Namun yang dibahas lebih detil di dalam tesis ini hanyalah data dari transek C dan D yakni di perairan selatan Jawa Timur - Bali. Data kelautan dari Selat Lombok diperoleh dari hasil penelitian Lon LIP1 dan Universitas Lousiana USA dalam proyek Lombok yang dilakukan pada bulan september 1985 di empat titik pengambilan contoh. Dalam tesis ini yang diperkirakan mewakili massa air Selat Lombok adalah stasiun ke empat yakni yang terletak di'mlmra' Selat Lombok sebelum memasuki perairan Sa~nuderaHindia. Dari data citra suhu permukaan laut yang di peroleh baik dari CSIRO (~resswell, 1997) maupun dari BPPT (Hendiarti et a/., 1996), pada bulan Juni - September, yang mempakan periode musim timur, terlihat adnl~yathermal front yang memberi indikasi tejadinya r,pwel/it~g di perairan Selatan Jawa Timur-Bali. Massa air yang dingin
berada di sisi pantai dan massa air hangat berada di lepas pantai. Dari citra yang diperoleh terlihat bahwa rrpweliit7g dapat dengan jelas terlihat pada citra bulan September. Hal ini diperkirakan pada bulan tersebut tiupan angin musson tenggara berada pada puncaknya sehingga intensitas ilp+vellingyang tejadi lebih tinggi. Dari yang tejadi pada perairan selatan Jawa citra yang diperoleh tampak bahwa irpn~elli~~g Timur - Bali adalah sekitar I" - 1,s" atau sekitar 111 - 166 km yakni pada sekitar 114' -1 16' BT dan 8,5" - 10" LS. Dari hasil penelitian Tim Fakultas Perikanan IPB (1997), diperoleh informasi bahwa irpwellir?g yang tejadi di transek C ( perairan Selatan Jawa Timur- Bali) lebih intensif dibandingkan dengan transek lainnya. Hal ini terlihat dari analisa sebaran menegak sigma -t dan anomali kedalaman dinamik, dimana gradien densitas di transek C lebih menukik dibandingkan pada transek A,B dan D. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya diperkirakan irpwelling yang tejadi di perairan selatan Jawa - Bali akibat hembusan angin musson tenggara yang bertiup pada saat tersebut. Adanya intensitas 71pn~eNitrgyang lebih tinggi pada transek C (perairan selatan Jawa Timur - Bali) dibandingkan dengan transek lainnya (Tim Fakultas Perikanan), diduga akibat adanya faktor lain yang berpengaruh pada tingginya intensitas iipwelii?7g tersebut. Faktor lain yang berperan tersebut diperkirakan akibat adanya pasokan massa air dari Selat Lombok dan massa air AKS. Dengan melakukan overlny terhadap profil massa air Selat Lombok dan massa air transek C terlihat adanya kemiripan profil suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO) dan sigma-t massa air Selat Lombok dengan profil suhu, salinitas, DO dan sigma-t massa air transek C, khususnya pada stasiun 21 dan 22. Masuknya massa air Selat Lombok ke perairan selatan Jawa Timur - Bali (transek C) mendorong massa air di transek C tersebut sehingga bergerak lebih cepat ke arah barat. Adanya percepatan arus ini menyebabkan trrnlsport ekmnt~ yang awalnya disebabkan oleh angin meningkat, sehingga upwellir7g yang tejadi di transek C intensitasnya menjadi tinggi. Pada saat yang bersamaan poros AKS (Arus Khatulistiwa Selatan) bergeser ke utara (Wyrtki, 1961; 1962) dimana hampir sebagian besar kekuatan AKS tersebut melingkupi transek C sehingga makin mempercepat pergerakan arus di wilayah tersebut. Sirkulasi massa air yang diakibatkan oleh sebaran medan tekanan memperlihatkan arus geostropik yang dipetakan pada topografi dinamik menempati poros AKS. Dari garnbar topografi dinamik terlihat arus geostropik meliuk ke arah barat daya pada sisi barat daerah studi. Kondisi ini tejadi disebabkan adanya pusat anornali kedalaman dinamik tinggi dan rendah pada sisi barat wilayah studi. Pola meliuk ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Wyrtki (1962). Sirkulasi arus geostropik ini hanya mengalami kekuatan yang berarti sampai kedalaman 300 meter, sedangkan pada kedalaman dibawahnya sirkulasi yang tejadi sangat lemah. Dengan demikian pemilihan papar acuan pada kedalaman 600 meter
sudah cukup baik. Besarnya transport massa air yang melewati trans& A adalah sebesar 7,6 Sv, Yank?, melewati transek B 18,9 Sv, yang melewati transek C sebesar 33, 8 Sv dan yang melewati transek D sebesar 16, 6Sv. Berdasarkan persamaan k o i a s massa air yang masuk ke dala~nsuatu kontrol volume adalah sama dengan massa air yang keluar bila tidak ada perubahan di dalam kontrol volume tersebut. Jika kontrol volume dianggap perairan selatan Jawa Timur - Bali, maka transek C merupakan batas barat kontrol volume, transek D batas timur, massa air dari Selat Lombok merupakan masukan dari utara dan massa air AKS merupakan masukan dari sisi selatan kontrol volume. .Besamya transport massa air yang melewati perairan selatan Jawa Timur - Bali diperkirakan berhubungan dengan pasokan massa air dari Selat Lombok dan bergesernya poros AKS ke utara yang kehatannya sebagian besar melingkupi perairan tersebut. Dengan mengetahui besarnya transport massa air dari Selat tombok yang masuk ke perairan selatan Jawa Timur-Bali 4Sv, maka besamya transport massa air dari AKS yang masuk ke perairan selatan Jawa Timur - Bali diperkirakan sebesar 13,l Sv. H u h m dasar gerak fluida menyebutkan bila aliran makin cepat dan aliran itu bergerak sepanjang garis pantai, maka massa air akan lebih menumpuk di sisi kiri (BBS). Akibat pasokan massa air dari Selat Lombok, maka muka air akan menjadi lebih tinggi di sisi kiri (lepas pantai) dari transek C dibandingkan dengan transek lainnya. Di samping itu bertiupnya angin musson tenggara menyebabkan poros AKS bergeser ke utara yang diperkirakan berada di sekitar stasiun terluar (stasiun 17) dari transek C dan kekuatan AKS ini sebagian besar meliputi transek C tersebut. Secara teoritis kondisi ini mengakibatkan muka air di sisi selatan (BBS) aliran AKS akan menjadi lebih tinggi pula dan muka airpun menjadi lebih miring. Akibatnya gradien tekanan menjadi semakin besar dan zipwelling yang tejadipun menjadi makin intensif Dari hasil gambar sebaran melintang anomali kedalaman dinamik besarnya jarak kemiritlgari mirka lair/ di transek C sekitar l o - 2" atau sekitar 11 1 - 222 km. Dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Gill and Clarke (1974), radiiis of defonnariorl dari rrpu~ellingyang terjadi di perairan Selatan Jawa TimurBali ( transek C) adalah sekitar IS6 km dari sisi pantai hingga ke lepas pantai atau sekitar 1,4S0. Adanya perbedaan jarak trpwellir~gyang tejadi antara hasil dari sebaran anomali kedalaman dinamik serta dari hasil analisa citra satelit diperkirakan akibat proses percampuran dan penyebaran massa air oleh tiupan angin. Massa air dingin yang terangkat di sisi pantai pada saat trp~vellittgterjadi akan terseret dan terbawa arus baik ke arah barat maupun ke arah menjauhi pantai oleh hembusan angin yang terus bertiup. Adanya pengadukan massa air oleh angin inilah yang menyebabkan hingga jar& 166 km dari pantai massa air dingin masih dapat teridentifikasi s e ~ e r t i yang terlihat pads gambar sebaran melintang anomah kedalaman dinamik mauPun dari hasil citra satelit.