BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, dan hutan bakau. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hayati yang paling banyak. Kerusakan hutan secara berlebihan akan mengakibatkan menurunnya jumlah fungsi hutan yang penting bagi keberlangsungan peradaban manusia seperti pengaturan tata air dan perlindungan daerah aliran sungai, jasa serapan karbon, dan keanekaragaman hayati yang terkandung dalam ekosistem hutan. Kerusakan mangrove di wilayah Pantai Utara Pulau Jawa menyebabkan kawasan tersebut menjadi kritis. Abrasi pantai telah mengancam sarana dan prasarana umum di daerah sekitar pantai. Beberapa di antaranya dapat dilihat yang terjadi di Wilayah Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang. Di daerah pantai Brebes, kerusakan mangrove sebagian besar karena adanya penebangan, sehingga tidak sesuai lagi dengan fungsi yang dimilikinya (Poedjirahajoe, 1995). Rehabilitasi mangrove pantai utara Brebes yang dilaksanakan sejak tahun 1980 telah membawa manfaat besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Rehabilitasi mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan. Kegiatan rehabilitasi dilakukan karena kawasan tersebut telah mengalami kerusakan sehingga mengancam keseimbangan ekosistem,
1
2
rehabilitasi dimaksudkan agar keberadaan mangrove dapat lebih berkembang dan hidup kembali dengan pemanfaatan fungsi secara optimal dan rasional. Pada tahun tahun 2002, 2004, 2007 dan 2009 kegiatan rehabilitasi kembali dilakukan namun belum diketahui dampak rehabilitasi mangrove terhadap kondisi habitat, Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tahun tanam rehabilitasi terhadap perbaikan habitat Keseimbangan ekosistem dan baiknya kondisi suatu habitat sangat dibutuhkan dan dijadikan sebagai habitat utama oleh beragam jenis hewan laut dan biota perairan payau, sehingga hilangnya hutan mangrove secara signifikan tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan fisik tetapi juga berdampak pada terancamnya kelangsungan komunitas yang ada pada kawasan tersebut. Beragam jenis hewan laut dan perairan payau merupakan bagian dari ekosistem dan rantai makanan, sehingga terganggunya rantai makanan akan berakibat berkurangnya kestabilan ekosistem dan siklus energi. Secara ekologis ekosistem hutan mangrove memiliki peran utama sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) sebagian besar jenis biota laut (ikan,udang,kepiting) yang bernilai ekonomi penting. Menurut Snedaker (1984), bahwa sekitar 80% dari jenis-jenis ikan laut daerah tropika menghabiskan masa hidupnya paling tidak satu fase dalam daur hidupnya di daerah pesisir hutan mangrove. Pentingnya peranan hutan mangrovesebagai suatu ekosistem bagi komunitas beragam jenis binatang laut dan perairan payau ini menjadi alasan dilakukannya penelitian mengenai fungsi hutan mangrove.Salah satu cara untuk
3
mengetahui peranan hutan mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem adalah dengan meneliti kondisi habitat perairan yang ada di hutan mangrove dengan mengetahui kondisi komponen biotik dan abiotiknya. Komponen biotik itu meliputi kerapatan vegetasi, kepadatan plankton, kepadatan nekton, dan kepadatan benthosnya. Komponen abiotik meliputi kondisi fisik kimia lingkungannya antara lain kadar oksigen terlarut, suhu, salinitas air, pH dan ketebalan lumpur.
1.2 . Permasalahan Hutan mangrove merupakan mata rantai utama dalam jaringan makanan di ekosistem perairan. Sebagai suatu ekosistem, peranan hutan mangrove ini berperan penting menciptakan keseimbangan dan kestabilan ekosistem, salah satu indikatornya adalah kerapatan vegetasi, sifat fisik kmia perairan, dan biota perairannya. Adanya keberadaan biota perairan plankton dalam ekosistem mangrove berperan dalam kegiatan suplai makanan bagi konsumen perairan (nekton) dalam rantai makanan dan benthos sebagai pengurai/pendekomposisi. Diharapkan dengan adannya rehabilitasi mangrove maka ekosistem dan rantai makanan akan stabil dan seimbang dan kualitas habitat lebih baik. Apakah program rehabiltasi yang telah dilakukan berpengaruh terhadap perbaikan habitat ? Suatu kegiatan aktivitas rehabilitasi bukan suatu persoalan yang mudah karena karakteristik mangrove senantiasa dinamis dan menciptakan ragam kondisi yang berubah-ubah setiap waktunya. Untuk mengetahui kondisi karakteristik mangrove yang seantiasa dinamis tersebut maka diperlukan
4
informasi mengenai pengaruh rehabilitasi terhadap perbaikan kualitas habitat untuk menilai program rehabilitasi yang telah dilaksanakan.
1.3.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kerapatan vegetasi hasil rehabilitasi hutan mangrove pada tahun tanam 2002, 2004 dan 2009. 2. Untuk mengetahui faktor fisik kimia perairan, ketebalan lumpur, kepadatan plankton, kepadatan nekton dan kepadatan makrobenthos pada kawasan rehabilitasi hutan mangrove tahun tanam 2002, 2004 dan 2009. 3. Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan tahun tanam rehabilitasi terhadap kondisi habitat di kawasan hutan mangrove.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai kemampuan rehabilitasi dalam memulihkan habitat ekosistem mangrove. 2. Informasi mengenai komponen ekosistem di hutan mangrove dapat dijadikan sebagai indikasi kondisi hutan mangrove termasuk kondisi habitat biota perairan, sedangkan informasi mengenai pengaruh rehabilitasi mangrove terhadap perbaikan habitat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan mangrove yang dilaksanakan tahun tanam 2002, 2004, dan 2009. 3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah menjelaskan peranan hutan mangrove dalam menjaga dan memberikan ruang hidup bagi biota perairan termasuk plankton, nekton dan makrobenthos.
5
4. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh instansi Balai Lingkungan Hidup dalam pengembangan rehabilitasi hutan mangrove di kawasan pantai utara jawa tengah agar dapat memberikan manfaat yang lebih optimal baik secara biologis, fisik maupun ekonomis.