PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove banyak ditemui di pantai, teluk yang dangkal, delta dan daerah pantai yang terlindung. Ada sebanyak 1.470.000 ha hutan mangrove tersebar di Sumatera. Peraturan Menteri Kehutanan (2004), menyatakan bahwa hutan mangrove merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Berdasarkan hasil identifikasi lahan kritis mangrove oleh Ditjen RLPS, tahun 2000 dapat diidentifikasi bahwa luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 9.361.957,59 ha. Berdasarkan kondisinya 2.567.103,42 ha (27 %) dalam kondisi baik, 4.632.919,38 ha (48 %) dalam kondisi rusak sedang dan 2.161.934,79 ha (23 %) kondisinya rusak. Kerusakan
hutan
mangrove
di
Sumatera
Utara
juga
cukup
mengkhawatirkan. Menurut Ditjen RLPS tahun 2000 dari total luas hutan mangrove di Sumut yaitu 85.177,54 ha yang terdapat di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, dimana 23.756,94 ha kondisinya baik, 33.514,99 ha dalam kondisi rusak sedang dan 27.905,61 ha kondisinya rusak. Salah satunya adalah kawasan daerah aliran sungai (DAS) Belawan
tepatnya Desa Paluh Kurau,
Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Hutan dan masyarakat sekitar hutan memiliki saling ketergantungan. Kondisi masyarakat yang berada di sekitar hutan mendorong mereka untuk 1 Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan fungsi hutan secara terus menerus tanpa menyadari akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan hutan untuk menyangga kehidupan sosial ekonomi sangat terasa apabila hutan sudah mulai rusak. Saenger (1983), menyatakan bahwa fungsi ekosistem mangrove mencakup: fungsi fisik; menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut; mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah.
Fungsi biologis ; tempat pembenihan ikan, udang, tempat
pemijahan beberapa biota air; tempat bersarangnya burung; habitat alami bagi berbagai jenis biota. Fungsi ekonomi, sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan dll. Pada saat ini masyarakat telah banyak mendapat kerugian akibat dari kerusakan hutan mangrove. Misalnya karena sedikitnya hutan mangrove menyebabkan kurangnya penahan gelombang pada saat tsunami di Aceh dan Nias. Sedikitnya penghasilan dari tambak karena kurangnya tempat pemijahan bagi biota laut, dan lain – lain. Selain kerusakan yang disebabkan oleh faktor alami seperti bencana alam, juga disebabkan perbuatan manusia yang sengaja maupun tidak sengaja mengambil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun untuk dijual dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan suatu upaya pemulihan dan peningkatan kemampuan fungsi dan produktifitas hutan dan lahan. Salah satunya pemberdayaan
masyarakat
lokal
dengan
melibatkan
masyarakat
untuk
berpartisipasi aktif dalam program pembangunan kehutanan. Sejak
tahun
2003
Departemen
Kehutanan
telah
memfasilitasi
penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL /
Universitas Sumatera Utara
GERHAN) melalui berbagai kegiatan pembuatan tanaman, pembuatan bangunan konservasi tanah dan air serta kegiatan rehabilitasi hutan lainnya yang bersifat spesifik sesuai kebutuhan dan karakteristik lokasi. Dengan partisipasi masyarakat akan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya akan memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan serta membuka peluang berusaha tanpa harus mengorbankan fungsi hutan itu sendiri. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) bertujuan untuk melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan terencana dengan melibatkan para pihak seperti instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat agar kondisi lingkungan hulu sungai kembali berfungsi sebagai daerah resapan air hujan yang baik, dapat terwujud perbaikan lingkungan, berfungsinya sungai dan prasarana pengairan serta menggerakkan ekonomi rakyat. Kemitraan diantara stakeholder utama (pemerintah dan masyarakat) dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan merupakan hal penting yang harus digalang untuk mencapai pengelolaan dan pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan (Fathoni, 2003). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan kajian untuk mengetahui tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diharapkan Memberikan masukan bagi pemerintah setempat dan masyarakat yang terdapat di Desa Paluh Kurau, agar dapat mengelola sumber daya hutan dengan memperhatikan prinsip kelestarian hutan.
Universitas Sumatera Utara
Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Banyaknya kegiatan masyarakat yang memanfaatkan hutan mangrove, menyebabkan kerusakan lahan hutan sehingga perlu diketahui persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan khususnya hutan mangrove di Desa Paluh Kurau. 2. Keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dipengaruhi oleh peran serta masyarakat, sehingga perlu diketahui tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan khususnya hutan mangrove di Desa Paluh Kurau.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui persepsi anggota kelompok tani terhadap kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. 2. Mengetahui tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Memberikan masukan bagi pemerintah setempat dan masyarakat yang terdapat di Desa Paluh Kurau, agar dapat mengelola sumber daya hutan dengan memperhatikan prinsip kelestarian hutan. 2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari para pembaca tentang kegiatan rehabilitasi hutan mangrove.
Universitas Sumatera Utara
Batasan Penelitian Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1. Pengetahuan anggota kelompok tani tentang perlu tidaknya dilaksanakan kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) di Desa Paluh Kurau, 2. Pengetahuan anggota kelompok tani tentang keberadaan hutan mangrove dan dampaknya apabila terjadi kerusakan hutan mangrove di Desa Paluh Kurau, 3. Pengetahuan angota kelompok tani tentang hak dalam pemanfaatan hutan, dan 4. Pengetahuan anggota kelompok tani tentang perlu tidaknya pemerintah mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Peran serta yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1. Partisipasi anggota kelompok tani dalam perencanaan kegiatan yaitu hadir dalam pertemuan untuk merencanakan kegiatan GERHAN dan memberi usulan untuk kelancaran kegiatan, 2. Partisipasi anggota kelompok tani dalam pelaksanaan kegiatan yaitu mengikuti pelatihan dari Dinas Kehutanan, melaksanakan pemilihan bibit, penanaman serta pemeliharaan bibit di lapangan, dan 3. Partisipasi angota kelompok dalam evaluasi berupa pelaporan hasil survey tanaman di lapangan setelah penanaman.
Universitas Sumatera Utara