Bab 4
Unsur-Unsur Pemukiman
B
eberapa rumah yang berkumpul menjadi satu belum bisa disebut sebagai pemukiman. Kumpulan rumah bisa disebut pemukiman jika memiliki seperangkat sarana dan prasarana yang mendukung kebutuhan dan kegiatan penduduknya. Ada beberapa jenis perangkat yang biasanya ada di dalam sebuah pemukiman. Sebagian besar perangkat sangat tergantung pada budaya dan kebiasaan masyarakatnya. Hampir tidak ada perangkat yang sifatnya mutlak harus ada, kecuali jaringan jalan. Fungsi jaringan jalan adalah menghubungkan masing-masing kediaman dengan perangkat pemukiman lainnya. Perangkat yang sifatnya sangat mendasar seperti jalan ini biasanya disebut prasarana lingkungan. Prasarana lingkungan adalah perangkat yang memungkinkan perangkat lainnya berfungsi. Perangkat ini mendukung kelangsungan hidup pemukiman secara langsung. Selain prasarana lingkungan, dikenal juga istilah utilitas. Namun, ada pendapat yang membedakan antara utilitas dengan prasarana lingkungan. Utilitas adalah perangkat yang mengikat hajat hidup orang banyak, misalnya jaringan air minum, listrik, dan telepon.
88 — PEMUKIMAN
Gbr. 4.01: Pertumbuhan sebuah kota yang mulai terlihat kepadatannya, di Mataram, Nusa Tenggara Barat
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 89
90 — PEMUKIMAN
Pengelolaan dan pemeliharaan prasarana lingkungan biasanya menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga masyarakat. Namun, bisa juga tanggung jawab itu diserahkan kepada suatu badan khusus terpercaya yang biasanya langsung diawasi atau dipantau oleh masyarakat untuk menghindari terjadinya penyimpangan. Selain prasarana lingkungan, dalam sebuah pemukiman diperlukan juga adanya sarana pemukiman. Sarana pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakatnya. Karena sifatnya sebagai penunjang, sarana ini tidak selalu ada dalam sebuah pemukiman. Keberadaannya tergantung pada budaya dan gaya hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, jenisnya bisa sangat beragam. Namun, di dalam buku ini hanya akan diuraikan beberapa sarana pemukiman yang terpenting.
4.1. Prasarana Lingkungan 4.1.1. Jaringan Perhubungan Jalan merupakan prasarana untuk mencapai rumah. Dalam suatu pemukiman tentu terdapat banyak jalan untuk mencapai berbagai tujuan. Misalnya, jika kita ingin pergi ke sekolah atau ke pasar, kita akan melalui beberapa jalan. Setiap pemukiman tentu memiliki tatanan jalan yang teratur dan berjenjang. Misalnya, jalan raya yang menuju ke sekolah memiliki ukuran yang berbeda dengan jalan setapak yang menuju rumah. Perbedaan ukuran ini bisa jadi disebabkan oleh jumlah penggunanya. Orang yang melintasi jalan raya menuju sekolah lebih banyak dibandingkan dengan orang yang melintasi jalan setapak yang menuju rumah. Tatanan jalan yang teratur dan berjenjang ini dinamakan jaringan jalan. Jaringan jalan di dalam suatu pemukiman merupakan bagian dari jaringan yang lebih besar, yang menghubungkannya dengan pemukiman lain. Selanjutnya, terdapat jaringan jalan yang lebih besar lagi, yaitu antarkota, antarprovinsi, bahkan antarnegara. Jaringan jalan seperti ini sering juga disebut sebagai jaringan perhubungan. Jaringan perhubungan dan lalu lintas bekerja dalam beberapa moda. Yang dimaksud dengan moda adalah jalur dan jenis kendaraan. Ada beberapa moda yang dapat kita ketahui, antara lain moda darat, moda air, moda terbang, dan moda bawah permukaan.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 91
Gbr. 4-02: Jalan Tol Jagorawi merupakan salah satu jaringan penghubung yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor, terlihat gerbang pintu masuk tol di mana kendaraan yang menggunakan jalan ini harus membayar.
Moda yang paling mudah dikenal dan banyak dijumpai adalah jalur darat. Pergerakannya di atas permukaan tanah, misalnya gerobak, mobil, bus, dan kereta api. Untuk menempuh jarak dekat dan menengah, moda ini belum bisa dikalahkan hingga saat ini. Hal ini disebabkan moda darat lebih mudah, murah, dan cepat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Pertama, hambatan pergerakan di permukaan tanah lebih ringan karena udara jauh lebih ringan daripada air. Kedua, karena kendaraan menempel ke permukaan bumi, hambatan dari gaya tarik bumi (gravitasi) pun paling sedikit. Ketiga, penggunaan roda dapat memperkecil daya dorong ke depan.
Gbr. 4-03: Perairan sebagai salah satu moda perjalanan yang banyak dijumpai di Indonesia
92 — PEMUKIMAN
Moda permukaan air hanya dimanfaatkan dalam keadaan yang tidak mungkin dicapai moda darat, baik dari segi teknis maupun biaya. Hambatan permukaan air yang bergesek dengan bidang lunas kapal memerlukan daya dorong lebih besar untuk menggerakkannya ke depan. Moda terbang membutuhkan daya dorong yang amat besar sehingga memerlukan bahan bakar jauh lebih banyak. Oleh karena itu, moda terbang biasanya hanya digunakan untuk jarak jauh (500 km atau lebih), atau yang sulit dicapai dengan moda lain. Tingkat pelayanannya pun hanya untuk antarkota, antarwilayah, atau antarnegara. Kalaupun digunakan, biasanya hanya sebagai moda darurat, hanya berperan besar ketika moda darat maupun air belum tersedia. Pencapaian ke desa-desa terpencil di pegunungan Jayawijaya, Papua dan pedalaman Kalimantan, misalnya, masih tergantung kepada moda ini.
Gbr. 4-04: Bandar Udara di Kota Sorong, Papua
Perhubungan bawah permukaan sudah dikenal di beberapa negara di dunia. Sebagai contoh, jaringan kereta bawah tanah sudah digunakan di beberapa kota besar dunia, begitu juga dengan terowongan yang melintasi laut atau selat, seperti penghubung antara Inggris dan Perancis di bawah Selat Inggris. Demikian penjelasan sekilas mengenai keempat jenis moda. Berikut ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai jaringan perhubungan darat dan air. Sementara untuk kedua moda terakhir akan dibahas di lain kesempatan.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 93
a. Jaringan Perhubungan Darat Dalam jaringan perhubungan darat, penjenjangan jalan dimulai dari jalan antarwilayah/kota, kemudian jalan utama dalam kota, jalan penghubung, jalan lingkungan, jalan setempat, dan akhirnya jalan pencapaian yang berhenti di depan rumah. Lebar jalan juga berjenjang dari yang paling lebar hingga yang paling sempit. Penjenjangan jalan berdasarkan lebarnya dimulai dari jalan bebas hambatan. Jalan bebas hambatan sangat lebar dan permukaannya sangat bagus. Sepanjang kedua sisinya diberi pagar sehingga kendaraan yang melintasinya dapat mengembangkan kecepatan tinggi. Jalan jenis ini hanya bisa digunakan oleh kendaraan beroda empat atau lebih. Kendaraan yang melintas pun ditentukan kecepatannya agar lalu-lintas tetap lancar. Ketika memasuki kota, ukuran jalan semakin menyempit karena kedua sisinya berbatasan dengan bangunan-bangunan gedung. Pengguna jalan pun semakin beragam dan semakin padat pula. Untuk itu, kecepatan harus dikurangi. Sementara untuk mencapai rumah, jalan pencapaiannya hanya cukup untuk sepeda motor dan pejalan kaki. Khusus untuk pejalan kaki, jalan pencapaiannya bisa berupa jalan setapak dan lorong.
b
a
d
c
Gbr. 4-05a,b,c,d: Beberapa jenis jalan berdasarkan ukuran seperti (a) Gang yang relatif lebih sempit, (b) Jalan lingkungan di perumahan, (c) Jalan utama kota Jakarta yang lebar, dan (d) Jalan tol (jalan bebas hambatan).
94 — PEMUKIMAN
Gbr. 4-06: Skema jenis jalan berdasarkan lebarnya
Selain lebar jalan, penutup jalan juga berbeda-beda. Perbedaan jenis penutup jalan ini didasarkan atas kecepatan yang diijinkan pada tiap jenjang. Penutup jalan antarkota adalah aspal bermutu tinggi yang tebal atau bahkan beton. Hal ini dimaksudkan agar kendaraan dapat mengembangkan kecepatan lebih tinggi. Sebaliknya, jalan setempat yang lebarnya hanya sekitar 4 meter, penutup permukaannya tidak perlu selalu aspal. Jalan yang hanya bisa untuk melintas dua mobil ini dapat menggunakan blok beton cetak, batu alam, atau tanah diperkeras saja.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 95
Tidak selamanya jalan menemukan permukaan yang sama. Kadangkadang jalan menemui hambatan, misalnya terpotong oleh sungai, jurang yang dalam, atau bukit dan tebing yang curam. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, perlu dibangun jembatan atau terowongan. Namun, bukan hanya faktor alam yang dapat menghambat kelancaran jalan. Di kota-kota besar sering kali muncul hambatan akibat persilangan sesama jalan atau rel kereta api. Hal itu pun dapat diatasi dengan memindahkan ketinggian salah satu jalan atau rel kereta api dengan jembatan atau terowongan.
Gbr. 4-07: Jembatan gantung sederhana yang terbuat dari kayu atau bambu.
a
b
Gbr. 4-08a,b: Jembatan juga bisa dibuat untuk menghubungkan daratan yang terpisah karena selat
Jika persilangan sudah melibatkan banyak jalur, jalur-jalurnya bisa tumpang tindih. Contoh untuk hal ini adalah jalur persilangan Jembatan Semanggi yang bentuknya seperti daun semanggi atau persilangan mie (spaghetti junction).
96 — PEMUKIMAN
a
b
Gbr: 4-09a,b: Jembatan tidak hanya dibuat karena terpotongnya jalan oleh sungai, jurang atau tebing yang curam. Tetapi juga karena tingkat kebutuhan transportasi yang tinggi dari kota tersebut.
Keadaan seperti yang dicontohkan di atas jarang terdapat di kawasan pemukiman. Kelengkapan seperti itu hanya dibuat untuk wilayah yang kepadatan lalu-lintasnya amat tinggi. Kalaupun ada dalam suatu lingkungan pemukiman, ukurannya tidak terlalu besar. Semua kendaraan yang digunakan pada moda ini bergerak di atas roda. Namun, dilihat dari jenis penggeraknya, ada kendaraan yang digerakkan oleh tenaga biologis, ada pula yang digerakkan oleh tenaga mesin. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga biologis antara lain gerobak, sado (delman atau dokar), pedati, becak, dan sepeda. Kendaraan jenis ini banyak ditemukan pada masa lalu. Untuk saat ini tinggal sedikit yang masih tersisa, terutama di daerah pedesaan. Sementara itu, kendaraan yang digerakkan oleh mesin antara lain sepeda motor, bemo dan bajaj yang beroda tiga, mobil dan sedan beroda empat, sampai truk pengangkut beroda 12 dan 18. Jenis kendaraan seperti ini banyak ditemukan pada saat ini. Pada zaman dahulu semua kendaraan digerakkan dengan tenaga biologis. Kendaraan paling tua adalah gerobak sederhana yang ditarik kerbau atau lembu. Gerobak adalah sebuah kotak besar yang diberi roda dan digerakkan oleh tenaga binatang. Raja-raja zaman dahulu pun menggunakan kendaraan seperti ini. Menurut naskah kuno Nagarakertagama, Raja Hayam Wuruk dari Majapahit menggunakannya ketika berkeliling Jawa Timur. Saat ini, kendaraan semacam itu masih bisa disaksikan di Keraton Cirebon dan di beberapa daerah pedesaan. Pada masa yang lebih kemudian, mulai digunakan kuda sebagai penghela. Kuda dapat berjalan lebih lincah dan lebih cepat. Oleh karena itu, rancangan keretanya juga berubah agar bisa menahan kecepatan yang lebih tinggi. Maka, muncullah sado dan dokar yang diadaptasi dari Eropa.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 97
a
b
d
c
Gbr. 4-10a, b, c, d: Sampai saat ini kendaraan jenis gerobak dan dokar masih banyak dipakai sebagai salah satu jenis transportasi. (a) Onta sebagai tenaga penggerak gerobak di India, (b) Kereta keraton Kasepuhan Cirebon yang ditarik oleh kerbau, (c) Sapi sebagai tenaga penggerak masih banyak terdapat di pedesaan, (d) Delman yang ditarik oleh kuda di Lombok Timur.
Kendaraan yang digerakkan tenaga biologis lainnya adalah becak. Pada awalnya becak berasal dari kendaraan bernama jinriksa yang banyak dipakai di China bagian timur dan Jepang sejak abad ke-17. Jinriksa sebenarnya hanya berupa tempat duduk beroda yang ditarik orang dengan berlari-lari. Baru pada abad ke-20 dibuat becak yang didayung, mengikuti model sepeda dari Eropa, menggunakan sistem rantai dan roda penghubung. Becak masuk ke Indonesia baru pada dasawarsa kelima abad ke-20. Kemungkinan diperkenalkan dari Singapura. Namun, setelah masuk, dengan segera becak menyebar ke seluruh Indonesia. Bahkan saat ini masing-masing tempat mempunyai ciri tersendiri. Dengan demikian, mudah dibedakan antara becak Medan, becak Semarang, becak Yogya, becak Makasar, dan becak dari daerah lain. Meskipun pada awalnya becak digerakkan dengan tenaga biologis, akhir-akhir ini terjadi perkembangan. Saat ini sudah ada becak yang digerakkan mesin, biasanya mesin sepeda motor. Becak bermotor yang paling terkenal adalah merk bajaj dari India. Tidak seperti becak lama yang pengemudinya di belakang penumpangnya, pengemudi bajaj duduk di depan. Perkembangan becak yang lain terjadi di Medan. Becak di
98 — PEMUKIMAN
Medan digerakkan oleh sepeda motor. Sepeda motor ini disambungkan dengan kerangka tempat duduk penumpang di sisinya. Penumpang duduk di kereta kecil yang beratap, sedangkan pengemudinya di samping kanan mengemudikan sepeda motornya. Ini merupakan pengembangan yang asalnya memang sepeda kayuh disambungkan dengan kereta serupa. Di luar Medan, masih banyak sepeda becak seperti ini.
a
b
d
c
Gbr. 4-11a,b,c, d: Becak sebagai alat transportasi mempunyai perbedaan bentuk dan tenaga penggeraknya. (a) Becak di kota Pekalongan, (b) becak di kota Makassar, (c) becak di Aceh, dan (d) becak di kota Medan.
b. Jaringan Perhubungan Air Sudah sejak lama manusia memanfaatkan moda perhubungan air. Bahkan nenek moyang kita yang datang dari daratan Asia Tenggara sejak ribuan tahun yang lalu pun sudah menggunakannya. Untuk kawasan hutan rimba tropis Nusantara ini, moda perhubungan air memang lebih cocok. Sebab, bergerak di permukaan air lebih mudah daripada menembus daratan yang tertutup rimba raya. Sampai abad ke-19, lalu-lintas dan perhubungan lebih banyak dilakukan dengan moda air. Semua jalur penting memanfaatkan permukaan air, baik itu sungai, danau, ataupun laut. Oleh karena itulah, kota-kota tua di Indonesia selalu terletak di tepi sungai atau laut. Hal ini disebabkan
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 99
belum lancarnya jalan darat. Pada masa itu jalan darat yang agak baik hanya terdapat di sebagian pantai utara Pulau Jawa, sedikit pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta sebagian kecil Sulawesi Selatan. Pada saat itu, perhubungan melalui sungai ini mendekatkan kotakota yang sekarang tampaknya amat jauh jika ditempuh melalui jalur darat. Sebagai contoh, perhubungan Kota Solo dengan Gresik dan Surabaya yang berjarak hampir 400 km melalui Bengawan (sungai) Solo jauh lebih lancar dibandingkan dengan Magelang yang jarak daratnya hanya 100 km. Demikian juga, pengaruh kesultanan Islam bisa menghubungkan Pontianak dengan Sintang yang jaraknya lebih dari 800 km berkat adanya Sungai Kapuas. Berbeda dengan moda darat yang jalurnya terlihat jelas, jalur moda air tidak segera tampak. Kebanyakan jalur itu ditentukan berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan dan hanya dikenal orang yang terlatih, terutama jika melintasi sungai besar, danau, atau laut terbuka. Karena itulah pemandu kapal menempati posisi yang amat penting. Sebagaimana moda darat, moda air pun mengalami kendala dalam operasionalnya. Misalnya di antara dua laut terdapat daratan yang menghalang sehingga menyebabkan perjalanan memutar jauh untuk menghubungkan dua tujuan penting. Untuk itu, diperlukan saluran yang dapat menembus daratan tersebut agar kapal dapat melintasinya. Saluran yang dapat menembus daratan ini kita sebut terusan. Beberapa contoh terusan adalah Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah serta Terusan Panama yang menghubungkan Lautan Pasifik dan Lautan Atlantik. Karena ketinggian permukaan tanahnya yang tidak sepenuhnya rata, maka di suatu terusan diperlukan beberapa pintu air untuk memindahkan kapal ke ketinggian yang berbeda. Kendala yang sama juga ditemui di sungai, yaitu adanya jeram yang menghalangi perjalanan di beberapa tempat. Contoh sungai yang banyak jeramnya terdapat di pedalaman Kalimantan Timur. Hal itu dapat diatasi dengan memindahkan perahu ke ketinggian yang berbeda dengan memanfaatkan tenaga manusia. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perhubungan air adalah tersedianya tempat khusus untuk berhenti atau menambatkan kapal/ perahu. Perahu atau kapal yang agak besar tidak dapat berhenti begitu saja di sembarang tempat karena selalu ada risiko kandas atau terhempas. Kapal hanya boleh berhenti di pelabuhan atau pelantar. Di tempat ini kapal dapat ditambat sehingga tidak akan hanyut terbawa arus. Selain itu, kapal juga terlindung dari pasang dan surut serta gelombang besar.
100 — PEMUKIMAN
a
Gbr. 4-12a,b: Terusan Suez yang menghubungkan laut merah dan laut Mediterania dibuat pada pertengahan abad 19. (a) Diagram jalur Terusan Suez, (b) Suasana Terusan Suez pada abad 19.
b
a
Gbr. 4-13a,b: Terusan Panama yang dibuat untuk mempersingkat rute perjalanan kapal di benua Amerika. (a). Peta Terusan Panama, (b). Suasana Terusan Panama
b
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 101
a
c
b
Gbr. 4-14a,b,c: Pelabuhan sebagai tempat bersandarnya kapal disesuaikan menurut kebutuhan dari masing-masing tempat. (a) Pelabuhan di kota Manado, (b) pelabuhan kecil di sungai di daerah Kalimantan, (c) Pelabuhan untuk kapal kapal-kecil di sebuah muara di kota Padang.
Kendaraan yang digunakan dalam moda air ada beberapa jenis, tergantung pada kebutuhan daya angkut dan keadaan jalur airnya. Semakin besar daya angkutnya, semakin besar pula ukuran kendaraannya. Semakin besar ukurannya, semakin rumit pula penggeraknya. Selain itu, kendaraan air yang besar memerlukan jalur air yang lebih dalam pula. Dalam buku ini hanya akan dibahas kendaraan yang berkaitan dengan pemukiman saja. Oleh karena itu, kapal penumpang dan kapal barang antarbenua serta kapal raksasa pengangkut minyak, misalnya, tidak akan kita singgung. Di samping itu, karena dalam kenyataannya jenis dan ukuran sampan serta kapal amat banyak, penjelasan yang akan disampaikan di sini hanya sekedar contoh. Rakit bambu adalah kendaraan air yang paling sederhana. Rakit ini biasanya dibuat dari batang-batang bambu yang diikat menjadi satu
102 — PEMUKIMAN
sehingga orang dapat berdiri di atasnya. Rakit hanya dapat digunakan di air yang tenang, bagian hilir sungai atau danau. Pengendaliannya juga hanya menggunakan galah panjang untuk mendorongnya perlahan-lahan. Apabila akan digunakan untuk menahan beban yang lebih berat atau untuk perjalanan agak jauh, rakit dapat diperkuat. Caranya dengan menyusunnya dalam beberapa lapis atau menambahkan pelampung seperti drum bekas minyak atau ban mobil bekas.
Gbr. 4-15: Rumah apung di danau Tempe, Sulawesi Selatan
Berikutnya adalah biduk atau sampan. Kendaraan air ini dibuat dari kayu dan berukuran kecil. Fungsinya hanya untuk mengangkut kurang dari sepuluh orang. Bentuk sampan yang paling sederhana adalah yang dibuat dari batang pohon yang dilubangi. Namun, saat ini lebih banyak sampan yang dibuat dari rangkaian papan kayu. Kendaraan ini dapat digerakkan dengan dua cara, yaitu dengan tenaga manusia menggunakan dayung atau dengan motor kecil. Karena ringan dan lincah, sampan dapat melaju jauh lebih cepat daripada rakit. Namun, daya tempuhnya terbatas, hanya sesuai untuk jarak pendek, serta rawan terhadap ombak dan alun air. Selain digunakan sebagai moda pengangkutan, sampan sebenarnya digunakan juga untuk berbagai keperluan, seperti berburu dan menangkap ikan, bahkan diperlombakan sebagai olahraga. Oleh karena itu, bahan dan bentuknya juga sangat beragam.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 103
a
c
b
Gbr. 4-16a,b,c: Sampan sebagai moda air dengan berbagai bentuk dan fungsinya. (a) sampan di daerah Mentawai, (b) Sampan kecil yang dipakai anak-anak di Banjarmasin, dan (c) bentuk lain dari sampan di perairan Kendari.
Kapal lintas laut dan tongkang berukuran lebih besar karena digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang berjarak jauh. Oleh karena itu, untuk menggerakkannya diperlukan alat bantu, seperti layar atau mesin motor bertenaga besar. Kapal yang berbahan kayu, teknik pembuatannya lebih rumit dibandingkan sampan. Dibutuhkan tenaga ahli untuk membangunnya. Saat ini ada kapal yang dibuat dari semen, fibreglass, bahkan plastik dan keramik untuk jenis kapal mewah. Jenis-jenis kapal sangat banyak, tergantung tujuan penggunaannya dan keadaan jalurnya. Tongkang digunakan untuk memuat barang sampai puluhan ton untuk jalur antarpulau yang gelombangnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, bentuknya kokoh dan lebar. Phinisi juga merupakan kapal pengangkut. Bentuknya lebih ramping untuk memecah gelombang. Kapal ini merupakan hasil kebudayaan suku Makassar yang dibuat dengan tujuan agar sanggup berlayar di samudera luas. Wakang
104 — PEMUKIMAN
dan jung adalah jenis kapal pengangkut penumpang yang berasal dari China Selatan. Kapal jenis ini mampu melintasi Laut China Selatan yang terkenal ganas. Sementara kapal baja modern bermesin melayani penumpang dengan tujuan seluruh Nusantara.
b
a
c
Gbr. 4-17a,b,c: Kapal jenis pengangkut, seperti (a) Sandek dari Mandar, (b) Phinisi dari Bugis, dan (c) kapal penumpang Pelni.
Jenis kapal yang agak khusus adalah Ferry. Kapal baja bermesin ini digunakan khusus untuk mengangkut penumpang dan kendaraan. Ferry biasanya digunakan untuk menyambung moda perhubungan darat yang terpisah oleh permukaan air, misalnya selat, sungai besar, dan danau. Karena tugasnya hanya menghubungkan dua titik, ferry tidak perlu membalikkan badan untuk kembali. Ferry berbentuk seperti selongsong yang dapat dibuka di kedua ujungnya. Jadi, tidak ada bedanya antara haluan dan buritan. Dengan begitu kendaraan yang dimuat juga tidak perlu memutar hadapannya. Begitu sampai di titik tujuan langsung berjalan ke depan berdasarkan urutan masuknya. Pada hakikatnya Ferry adalah pengganti jembatan. Ketika jembatan Sungai Kapuas di Sekadau sudah selesai dibangun, Ferry yang melayaninya dipindahkan ke tempat lain.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 105
Gbr. 4-18: Ferry adalah jenis kapal pengangkut, baik penumpang, maupun kendaraan. Pada umumnya digunakan untuk menyeberangi selat.
Gbr. 4-19: Moda air lainnya adalah tongkang, yang digunakan untuk mengangkut barang
4.1.2 Utilitas Beberapa perangkat yang dianggap penting untuk menunjang kelangsungan hajat hidup orang dan distribusinya memerlukan jaringan khusus disebut utilitas. Pada pokoknya utilitas adalah perangkat untuk menunjang kelangsungan hidup dalam suatu pemukiman. Masalah air bersih menjadi bahasan pertama dan utama karena semua orang
106 — PEMUKIMAN
membutuhkan air bersih agar bisa tetap hidup. Suatu tempat yang tidak bisa menyediakan air bersih tidak mungkin dihuni manusia dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, pemukiman yang baik harus selalu mempunyai sumber air bersih. Utilitas yang lain adalah penanganan sampah, energi, dan tele komunikasi. Suatu utilitas dianggap penting di suatu pemukiman, tetapi belum tentu penting di pemukiman lainnya. Misalnya, kehidupan di kota yang kepadatan orang maupun bangunannya lebih tinggi, sangat memerlukan penanganan sampah dengan pengaturan yang baik. Sementara itu, penanganan sampah di pemukiman pedesaan lebih mudah karena sebagian besar terdiri dari sampah organik. Demikian juga energi dan telekomunikasi lebih dibutuhkan oleh warga pemukiman kota dibandingkan warga pedesaan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa kehidupan kita semakin lama semakin mengarah pada kehidupan perkotaan. a. Air Bersih Kedekatan manusia dengan air tampak jelas sekali pada banyaknya nama tempat (pemukiman) yang menggunakan kata ‘air’. Tak terhitung nama tempat di Jawa Barat yang diawali kata ‘ci’, di Bali ‘yeh’ dan ‘toya’, di Sumatra ‘way’, ‘muara’, ‘lubuk’, ‘sei’, di Kalimantan ‘nanga’, ‘tumbang’, dan seterusnya. Semua kata dalam bahasa daerah itu bermakna air atau sungai atau muara sungai. Mata air, lubuk, dan pertemuan dua sungai hampir selalu dianggap tempat yang khusus dan diperlakukan secara khusus karena dianggap memiliki kekuatan istimewa. Bahkan sungai sering dipandang seperti manusia, yaitu mempunyai kepala (hulu) dan mempunyai sisi kiri dan kanan. Semua ini memperlihatkan eratnya hubungan antara manusia dengan air. Bahkan tubuh manusia sebenarnya terbuat dari air sebanyak 80%. Kalau kadar air ini menurun sedikit saja, sudah akan terjadi gejala dehidrasi dan bila tidak segera ditanggulangi, dapat dengan cepat mengundang kematian. Dari sisi ini sangat wajar bila kita menghargai dan menghormati air, bahkan beberapa kebudayaan menganggap air adalah lambang kesucian, kalau bukan kesucian itu sendiri. Banyak upacara keagamaan dan kemasyarakatan yang melibatkan air sebagai unsur utamanya. Air adalah kehidupan. Dahulu, setiap pemukiman memanfaatkan dan mengelola sumber air bersih mereka sendiri-sendiri. Bahkan sumur dapat dikatakan ada pada hampir tiap rumah. Walaupun demikian, pada beberapa pemukiman, ada kalanya sumber air bersih terdapat di tempat yang jauh sehingga banyak mengorbankan waktu serta tenaga untuk
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 107
memperolehnya. Air diperoleh dengan susah payah setelah diangkut tenaga manusia maupun binatang.
Gbr. 4-20: Jaringan pipa air bersih di pedesaan yang pada umumnya dibuat secara swadaya oleh warganya.
Dengan bantuan teknologi, maka pengorbanan itu dapat dihapus melalui pembangunan jaringan perpipaan dan pembangunan tandon (wadah air). Bahkan tempat-tempat yang dulunya sulit mendapat air, bisa dibantu dengan pompa artesis. Pompa tersebut mampu mencapai kandungan air di bawah lapisan kedap air, yang dengan teknologi lama tidak dapat dicapai. Di lingkungan perkotaan sudah tentu jaringan air bersih harus melayani jumlah orang lebih banyak dan dalam volume lebih besar lagi. Maka, pasokan air tidak bisa hanya mengandalkan air sumber alam. Biasanya ada perangkat penjernihan dan pemurnian air yang amat besar sehingga harus dikelola oleh badan yang benar-benar mampu. Badan ini sekaligus mengelola produksi dan distribusi. Air dimurnikan kemudian disalurkan ke rumah-rumah melalui sistem perpipaan. Dalam pemukiman yang amat padat, kadang-kadang penyaluran air ini kurang lancar. Oleh karena itu, dibuatlah hidran umum untuk memenuhi kebutuhan air warga sekitarnya. Sering kali dijumpai juga sarana MCK (mandi, cuci, kakus) di situ. Dengan adanya sarana ini, maka rumah bisa diperkecil atau diperpadat karena fungsi-fungsi itu bisa dikeluarkan dari rumah. Jika kawasan itu tidak terjangkau langsung oleh jaringan, terpaksa orang mendapatkan air dengan perantaraan penjaja air keliling.
108 — PEMUKIMAN
Gbr. 4-21: Penjual air bersih keliling yang sampai saat ini masih banyak dijumpai di kota besar seperti Jakarta
Gbr. 4-22: Sungai yang masih digunakan sebagai sarana MCK (mandi, cuci, kakus)
Gbr. 4-23: Penjernihan air milik PAM (Perusahaan Air Minum) di Surabaya yang nantinya akan disalurkan ke pemukiman
Seharusnya air yang dihasilkan dari penjernihan ini lebih baik mutunya daripada sumber air alam. Ini disebabkan oleh pengolahannya yang dapat dikendalikan. Di negara maju, mutu air bersih cukup tinggi sehingga bisa langsung diminum. Namun, kita biasanya tidak dianjurkan untuk meminum air bersih dari penjernihan. Walaupun di penjernihan
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 109
sudah baik, tetapi jaringan pipa distribusinya belum tentu dijamin aman dari kebocoran. Oleh karena itu, ketika sampai di rumah-rumah, mutunya sudah menurun banyak. Kesulitan lain adalah kapasitas produksi instalasi kita. Tak satu pun instalasi sanggup melayani seluruh kota. Akibatnya air bersih hanya dinikmati sebagian kecil warga kota. Bagian terbesar masih harus memperoleh air dari sumber-sumber lain, yang tidak terjamin mutunya. b. Jaringan Air Kotor Tidak hanya air bersih yang memerlukan penanganan, tetapi air hujan dan air kotor pun harus ditangani dengan tepat. Air hujan harus secepat mungkin diarahkan ke salurannya. Sebab, air yang mengalir dengan cepat dapat menghanyutkan lapisan tanah yang berarti menurunkan kesuburan tanah. Selain itu, daya rusaknya pada permukaan jalan pun amat besar. Bahkan, permukaan aspal dapat terkelupas akibat aliran itu. Air yang mengalir dapat merusak karena tenaganya. Sementara itu, air yang menggenang juga menghancurkan benda-benda, terutama yang terbuat dari kayu tipis dan bahan organik lain seperti kain dan kertas. Kekuatan bagian-bagian bangunan yang tidak dikerjakan dengan benar pun akan merosot mutu dan kekuatannya akibat genangan air. Di luar kota permukaan tanahnya masih banyak ditutupi tanaman dan pepohonan. Oleh karena itu, biasanya air hujan cepat meresap ke tanah atau diarahkan ke batang air yang lebih besar. Namun, permukaan tanah di perkotaan sudah hampir semuanya kedap air. Karena itulah air hujan harus dialirkan dengan baik atau akan terjadi genangan bahkan banjir yang membahayakan.
Gbr. 4-24: Bantaran sungai di kota-kota besar yang kanan kirinya menjadi tempat pemukiman. Ini menjadi penyebab timbulnya musibah banjir karena pendangkalan sungai dan sampah.
110 — PEMUKIMAN
Air kotor yang dahulu bisa diserap oleh alam secara langsung, sekarang tidak mungkin lagi, baik karena jumlahnya maupun sifatnya. Air kotor bekas kamar mandi, dapur, dan terutama kakus, seyogyanya ditangani lebih dahulu sebelum dilepas ke alam bebas. Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini jumlah sabun dan deterjen yang dibuang dari kamar mandi dan pencucian, juga minyak dan gemuk sisa pengolahan dapur jumlahnya sudah amat banyak. Oleh karena itu, limbah tersebut tidak bisa dibuang ke alam bebas dengan begitu saja. Semua itu perlu ditangani terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan alam yang kelak menjadi ancaman bagi lingkungan hidup kita. Limbah kakus seharusnya ditampung di septic tank agar diurai lebih lanjut oleh bakteri, sebelum dibuang bersama air kotor lain. Air yang telah ditangani ini harus secepatnya dikembalikan ke bumi. Untuk kawasan perkotaan yang permukaannya sudah semakin kedap air, pilihan pemecahannya adalah melalui sumur resapan.
Gbr. 4-25: Skema sumur resapan
Gbr. 4-26: Skema septic tank
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 111
Di masyarakat yang masih dekat dengan alam, masalah air kotor sangat diperhatikan. Bagi masyarakat Baduy di pedalaman Banten, aliran air tidak boleh dicemari dengan limbah. Limbah rumah tangga dibakar atau ditanam ke dalam tanah dan bukan dilempar ke air. Pada masyarakat Dayak Sungulo Palin di Hulu Kapuas yang menggantungkan semua kebutuhan airnya pada Sungai Palin, ada aturan bahwa tempat untuk mencuci (makanan dan pakaian) lebih ke hulu dari tepian sedangkan untuk mandi dan tempat tandas ada paling hilir. Dengan urutan ini tampak derajat kebersihan yang ada pada adat mereka. c. Limbah Rumah Tangga Limbah adalah benda sisa kegiatan manusia yang tidak digunakan lagi. Sehabis makan, tentu ada sisa seperti potongan tulang atau duri yang tidak dimakan dan harus dibuang. Inilah yang disebut limbah. Kegiatan mempersiapkan makanan menghasilkan limbah lebih banyak lagi, seperti bahan pembungkus, kulit buah-buahan, potongan sayuran dan sebagainya. Limbah semacam ini disebut limbah padat rumah tangga atau sampah. Hampir semua sampah padat jaman dahulu berasal dari bahan organik. Oleh karena itu, pembusukan alamiah mampu menguraikannya kembali ke alam. Selain itu kebanyakan sampah itu dibakar terlebih dahulu baru ditanam ke tanah. Melalui pembakaran, benda-benda diurai pada susunan kimiawi yang lebih sederhana. Dengan demikian, limbah dapat lebih cepat lagi diserap alam dan dikembalikan pada tanah.
Gbr. 4-27: Saluran pembuangan limbah rumah tangga
112 — PEMUKIMAN
Akan tetapi, sejak ditemukannya bahan plastik, fungsi bahan organik sebagai pengemas mulai tergeser. Plastik mudah dibuat, murah, kuat, dan bersih. Akibatnya, bahan plastik segera menguasai dunia. Hampir semua alat dibuat dari plastik. Kelemahannya adalah bahwa plastik bukan bahan yang dapat diurai alam dengan baik sehingga harus dicari pemecahan lain. Ternyata plastik dapat didaur ulang, yaitu diproses kembali menjadi bahan asalnya dan kemudian dapat dibentuk kembali. Rupanya proses daur-ulang ini menjadi jawaban paling tepat untuk mengatasi masalah sampah. Proses alam pada dasarnya adalah pendauran ulang. Limbah diurai pada zat-zat pembentuknya, dikembalikan ke tanah untuk kemudian diserap pepohonan menjadi bahan makanan kembali. Proses ini sekarang bisa dipercepat dengan menggunakan bakteribakteri tertentu dalam keadaan yang tertentu pula. Sampah organik yang mengalami proses dekomposi seperti ini berubah menjadi tanah yang amat subur. Proses daur ulang ini dapat diterapkan juga pada limbah lain, seperti plastik, bahkan gelas, logam, dan karet. Dalam kehidupan modern, ada lagi limbah yang meningkat tajam, yaitu kertas. Limbah ini memerlukan penanganan yang lebih serius, tidak hanya sekadar dibuang. Namun, Gbr 4-28: Tempat pembuangan sampah sementara yang biasanya tersedia prosesnya menuntut kerja di setiap kelurahan sama antara penghasil sam pah, yaitu segenap warga masyarakat, pemerintah yang mengendalikan dan mendukung, serta pihak pemilik modal yang mem biayai pembangunan per alatannya. Kalau hal ini tidak dijalankan, sampah akan menggunung dengan cepat dan menjadi ancaman bagi kesehatan dan kebersihan Gbr. 4-29: Tempat pembuangan sampah akhir yang mempunyai areal lebih lingkungan. luas.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 113
Dalam beberapa tahun terakhir ini kita sudah menyaksikan beberapa kasus ‘krisis sampah’ yang melanda beberapa kota besar di Pulau Jawa. Awalnya terjadi di Jakarta tahun 2003, disusul dengan peristiwa di Surabaya pada tahun berikutnya (2004), dan puncaknya di Bandung pada 2006. Krisis ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya para pengelola tidak menguasai permasalahan dan kurang memiliki rasa tanggung jawab pada tugasnya. Di sisi lain, para penghasil sampah, masyarakat luas, juga tipis kesadarannya akan penanganan sampah. Akibatnya, bencana muncul ke permukaan, bukan hanya di pemukiman, tetapi juga di tempat pembuangan akhir. Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Bandung pernah longsor tanpa kendali sehingga mengubur satu pemukiman berikut penghuninya. Mengingat semua itu, seharusnya kita semua semakin menyadari pentingnya penanganan sampah yang lebih baik. Hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah memisahkan sampah menjadi tiga jenis sebelum keluar rumah, yaitu sampah organik, logam, dan plastik. Dengan demikian, proses daur ulang bagi tiap jenis dapat lebih cepat dijalankan.
Gbr. 4-31: Di Bontang ada pengelompokan lain untuk tempat sampah, yaitu khusus untuk menampung sampah pecah belah
Gbr. 4-30: Tempat sampah dua warna untuk membedakan jenis sampah basah atau kering
Gbr. 4-32: Gerobak pengangkut sampah
114 — PEMUKIMAN
d. Energi dan Telekomunikasi Pasokan energi juga merupakan masalah mendasar dalam kehidupan masyarakat. Pada masyarakat sederhana, energi atau sumber daya untuk memasak makanan mereka peroleh dari lingkungan alam di sekelilingnya. Misalnya, ranting dan bahan kayu yang berserakan di sekitar pemukiman. Pada awalnya kegiatan pengumpulan kayu bakar ini bertujuan untuk menjaga lingkungan. Proses daur ulang limbah alam dipercepat melalui pembakaran di tungku untuk menanak nasi dan mematangkan sayur. Satu langkah maju untuk menghasilkan energi adalah dengan pembuatan arang kayu. Arang kayu dapat menghasilkan panas lebih tinggi dan mengurangi asap sehingga lebih nyaman dipakai. Namun, proses pembuatan arang menyita lebih banyak waktu dan tenaga karena arang dihasilkan dengan membakar kayu dalam keadaan tertutup. Kayu bakar hanya menjadi umpan untuk menghasilkan arang dari kayu yang berukuran lebih besar (bukan kayu bakar). Energi memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Selain untuk mempersiapkan makanan di dapur, manusia juga membutuhkan energi untuk penerangan pada malam hari. Api dalam lentera dan dian membutuhkan bahan bakar yang berbeda, yaitu minyak yang berbentuk cairan sehingga mudah penanganannya. Minyak yang dipakai adalah minyak nabati yang berasal dari kacang, jarak, atau kelapa. Minyak yang berasal dari lemak hewan jarang dipakai karena lebih disukai sebagai bagian dari makanan. Keadaan sedikit berubah setelah datang lilin yang lebih murah dan penggunaan minyak tanah. Namun demikian, untuk menghemat pada zaman itu, penerangan akan dipadamkan bila orang tidur. Selain karena minyak harganya mahal, hal itu juga dimaksudkan untuk mengurangi risiko kebakaran. Masalah penyediaan sumber energi dapat diatasi ketika tenaga listrik tersedia. Dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya, listrik sebagai sumber daya jauh lebih murah. Karena itulah kita sering lupa mematikan lampu sampai pagi, padahal sudah tidak digunakan. Semurah apa pun jika tidak dihemat, akan menjadi mahal bila digunakan dengan semena-mena. Saat ini listrik sudah dianggap kebutuhan pokok. Pada awalnya listrik hanya digunakan untuk penerangan pada malam hari. Namun, sekarang hampir tidak terbayangkan hidup tanpa ada tenaga listrik. Hampir semua peralatan sehari-hari kita membutuhkan energi listrik untuk menggerakkannya. Di masa depan, ketergantungan kita kepada sumber daya ini akan semakin besar. Listrik didistribusikan melalui kabel-kabel yang dipasang (biasanya)
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 115
bersama dengan jaringan jalan dan utilitas lain. Di negara yang sudah berkembang, jaringan-jaringan itu biasanya disatukan dan dipendam di sepanjang jaringan jalan. Dengan demikian, tampak jauh lebih rapi serta jauh lebih aman bagi penduduk di sekitarnya.
Gbr. 4-33: Meter listrik yang terpasang di tiap rumah pelanggan untuk mengukur banyaknya pemakaian tiap bulan
Gbr. 4-34: Gardu listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara), yang menyalurkan listrik untuk tiap rumah
Utilitas lain yang dibahas di sini adalah alat telekomunikasi. Alat telekomunikasi paling awal adalah mulut manusia sendiri. Para peternak pegunungan Alpen mempunyai irama khusus untuk menyampaikan berita melintasi jurang-jurang pegunungan. Cara ini dinamai yodel. Dalam bentuk yang lebih sederhana, cara yang serupa masih digunakan di berbagai tempat di Nusantara. Orang-orang di sekitar Danau Toba mengenal beberapa macam teriakan untuk komunikasi jarak jauh. Bahkan kalau seorang lelaki atau pemuda harus melintasi tempat mandi kaum perempuan, ia wajib meneriakkan semacam suara. Tujuannya adalah agar apabila di tempat itu ada perempuan yang sedang mandi, ia dapat membalas teriakan itu sehingga tidak sampai terjadi keadaan yang melanggar adat. Alat yang benar-benar menjadi perangkat telekomunikasi adalah kentongan (kulkul) untuk menyampaikan berita-berita darurat. Pola-pola tertentu dalam melakukan pemukulan menyampaikan maksudmaksud yang telah disepakati sebelumnya.
116 — PEMUKIMAN
Teknologi elektronik menawarkan sarana telekomunikasi yang sesungguhnya, yaitu telepon. Dengan pesawat ini kita bisa berhubungan dengan orang lain yang jaraknya tak terbatas lagi dengan mutu seperti kalau benar-benar berhadapan. Telepon pada awalnya hanya digunakan untuk keperluan dinas dan niaga. Sampai dasawarsa 70-an abad lalu barulah telepon menjadi pesawat yang umum ditemui di rumah-rumah. Teknologinya masih menggunakan sambungan kabel tembaga. Revolusi telepon selular terjadi hanya 20 tahun kemudian. Telepon ini menggunakan gelombang radio, sehingga bisa dibawa ke manamana, tidak tergantung lagi pada kabel. Lima belas tahun yang lalu, telepon selular masih merupakan barang mewah yang hanya dimiliki dan digunakan untuk kepentingan dinas dan darurat. Bersamaan dengan turunnya tarif sambungan, telepon selular (ponsel), menjadi perangkat komunikasi pribadi yang tak terpisahkan. Teknologi yang juga akan besar dampaknya pada kehidupan kita adalah internet. Untuk pendidikan dan pengajaran sebenarnya saat ini internet adalah perlengkapan yang sangat penting. Sayang bahwa sambungan internet belum cukup luas dan murah untuk semua orang.
Gbr. 4-35: Utilitas lainnya adalah menara BTS (Base Tranceiver System) yang digunakan untuk menerima dan mengirimkan informasi perangkat telepon seluler. Karena tingginya penggunaan telekomunikasi seluler tidak menutup kemungkinan dalam satu area terdapat beberapa menara BTS.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 117
4.2. Sarana Pemukiman Perangkat ini dibutuhkan untuk membantu dan memperlancar kebutuhan dan kegiatan warganya. Jika prasarana lingkungan melayani semua atau sebagian besar warga secara terus-menerus, biasanya sarana lingkungan dimanfaatkan secara sendiri-sendiri dan pada kurun waktu tertentu saja. Karena itulah beberapa sarana lingkungan dimiliki dan dikelola secara niaga. Kadang-kadang suatu sarana digunakan bersama-sama oleh beberapa pemukiman, bahkan mungkin satu kota. Misalnya rumah sakit khusus kanker, tidak perlu tiap pemukiman memiliki sendiri. Satu sudah cukup untuk melayani seluruh kota atau bahkan wilayah. 4.2.1. Sarana Keamanan Sarana ini merupakan salah satu yang terpenting dalam suatu pemukiman. Sejak awal fungsi keamanan dan perlindungan merupakan tujuan berdirinya pemukiman. Pada zaman dahulu untuk menghadapi ancaman keamanan dari luar, dibuat tembok yang tinggi. Dengan demikian, musuh dan tamu yang tak dikehendaki dapat dicegah atau dipersulit memasuki pemukiman. Bahaya pada masa itu bisa bermacam-macam, seperti serangan musuh, binatang buas, dan ancaman kebakaran karena alat penerangan berupa api bebas.
Gbr. 4-36: Gardu jaga yang terdapat di sebuah desa di Yogyakarta
Gbr. 4-37: Gardu jaga atau pos kamling (keamanan lingkungan) yang terdapat di sebuah desa di Banyuwangi
Pada masa sekarang, seharusnya keamanan sudah menjadi tanggung jawab petugas khusus yang memang ditugaskan untuk itu. Di negara yang sudah mapan, biasanya ada petugas polisi yang 24 jam meronda kawasan pemukiman. Akan tetapi, di negara kita biasanya peronda bukanlah petugas khusus. Mereka adalah petugas sukarelawan atau swadaya. Polisi hanya melakukan koordinasi dan bertindak kalau dibutuhkan.
118 — PEMUKIMAN
Akhir-akhir ini bahkan banyak dibangun kembali penghalangpenghalang seperti gerbang pagar besi, portal (palang jalan), dan penghalang jalan yang biasa disebut ‘polisi tidur’. Semuanya diadakan untuk menghambat atau menghalangi pendatang yang tak disukai. Selain itu, pengadaan petugas keamanan swasta (satpam/satuan pengamanan) untuk berjaga-jaga di kawasan-kawasan tertentu mulai marak.
Gbr. 4-38: Selain gardu jaga, kadang sebuah pemukiman juga menggunakan pintu gerbang sebagai sarana keamanan
Gbr. 4-39: Gardu jaga di sebuah perumahan di kota besar.
4.2.2. Sarana Niaga Pada umumnya masyarakat pedesaan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, khususnya kebutuhan pokok. Sementara masyarakat perkotaan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya pun sangat tergantung pada masyarakat pedesaan. Namun, seiring perkembangan zaman, kebutuhan pada masyarakat pedesaan pun meningkat jumlah dan jenisnya, sehingga tidak lagi bisa dipenuhi oleh mereka sendiri. Untuk itulah diperlukan pasar atau pusat kegiatan niaga yang memungkinkan masyarakat untuk bisa mendapatkan atau saling menukarkan barang yang dibutuhkannya. Pasar atau pusat kegiatan niaga sejak dahulu kala merupakan salah satu sarana terpenting suatu pemukiman. Tujuan utama pasar adalah perniagaan, yaitu tempat orang membeli segala kebutuhannya. Pada saat yang sama, mereka pun bisa menawarkan barang miliknya yang kelebihan. Pada masa komunikasi belum sebaik sekarang, pasar sering juga berperan sebagai pusat berita dan komunikasi dengan dunia luar. Peristiwa yang terjadi di suatu tempat, menyebar melalui obrolan para pedagang yang berpindah-pindah dari pasar ke pasar, yang kemudian juga berkeliling ke desa-desa. Jadi, dapat dikatakan bahwa pasar bukan sekadar pusat kegiatan ekonomi, tetapi juga merupakan ajang sosial, tukar-menukar informasi, atau forum silaturahmi yang dapat menjalin persahabatan.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 119
Gbr. 4-40: Pasar tradisional sebagai sarana perekonomian di desa
Terdapat beberapa jenis pasar yang kita kenal hingga saat ini. Berdasarkan waktu bukanya, kita mengenal adanya Pasar Minggu, Pasar Jumat, Pasar Rebo, Pasar Kliwon, Pasar Legi, dan lainlain (nama pasar tersebut diambil dari nama hari dalam sistem perhitungan Jawa). Penamaan ini merupakan warisan dari suatu masa ketika pasar-pasar itu dibuka secara berkala pada hari itu saja. Dalam suatu wilayah, misalnya, desa A membuka pasarnya pada hari pertama. Hari berikutnya para pedagang pindah ke desa B yang berdekatan. Kemudian hari Gbr. 4-41: Warung kelontong di desa yang menjual kebutuhan hidup sehari-hari orang-orang di sekitarnya. ketiga membuka pasar di desa C. Demikian seterusnya sampai kembali ke hari pertama dan pasar dibuka kembali di desa A. Sistem ini disebut mancapat, dan menjadi dasar kerja sama dari desa-desa yang berdekatan itu.
120 — PEMUKIMAN
Berdasarkan lokasinya, kita mengenal adanya pasar tetap, pasar senggol, dan pasar kaget atau pasar tumpah. Pasar tetap adalah kegiatan niaga yang diadakan di tempat yang telah ditentukan. Di kota sering muncul pasar yang digelar bukan di tempat yang seharusnya dan biasanya hanya berlaku pada waktu tertentu. Contohnya adalah pasar malam atau sering disebut pasar senggol. Pasar tersebut diadakan hanya malam hari di tempat yang pada siangnya dipakai untuk kegiatan lain (seperti terminal kendaraan umum atau lapangan olahraga). Sementara itu, pasar kaget atau pasar tumpah dapat ditemukan pada bulan-bulan tertentu, misalnya Ramadhan (bulan Puasa). Biasanya para pedagang berjualan di jalan atau bagian jalan.
Gbr. 4-42: Pasar kaget yang menempati area parkir kendaraan
Selain beberapa pasar tersebut diatas, dalam sebuah pemukiman tertentu, contohnya di lokasi perumahan para pekerja perkebunan atau pabrik–pabrik yang wilayahnya terletak jauh dari pasar niaga umum, terdapat sebuah tradisi penyelenggaraan pasar yang diadakan khusus memenuhi dan melayani kebutuhan konsumen masyarakat tersebut. Di daerah Banyuwangi ada sebuah perkebunan yang mempunyai pasar berkala seperti ini, mereka biasa menyebutnya pasar bayaran. Diadakan
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 121
rutin tanggal 6 dan 21 setiap bulannya, karena pada tanggal tersebut seluruh pekerja perkebunan dibayarkan upah atau gajinya. Mungkin di beberapa tempat lain juga mempunyai tradisi seperti ini.
Gbr. 4-43: Di pasar apung, penjual menghampiri pembeli dengan menggunakan perahu jukung seperti dijumpai di Banjarmasin
Berdasarkan jangkauan pembeli serta jenis barang yang disediakan, dikenal adanya warung kelontong, toserba, pasar induk, supermarket, bahkan mal. Sarana niaga yang dapat kita temukan di tingkat pemukiman adalah warung kelontong dan toserba (toko serba ada) yang melayani kebutuhan sehari-hari dan pernak-pernik kecil. Pasar induk biasanya melayani wilayah yang lebih luas, bukan hanya satu pemukiman. Di perkotaan sering kali pasar sudah digantikan oleh pasaraya atau supermarket yang menyediakan berbagai jenis barang dan kebutuhan pokok. Sementara itu, di kota-kota besar mulai bermunculan plaza atau mal-mal yang merupakan pusat perniagaan terpadu. Bukan hanya barang kebutuhan sehari-hari yang ditawarkan, melainkan juga barang-barang mewah dan pelayanan jasa. Hal menarik yang dapat kita amati, bagaimana suasana yang kita temui di sebuah pasar tradisional. Kita bisa lihat penjual dan pembeli yang berbaur datang untuk melakukan transaksi sekaligus interaksi. Mereka datang dari berbagai tempat, berbagai usia dan latar belakang: tua, muda, laki-laki, perempuan, bermodal besar maupun kecil, bahkan dari berbagai suku/daerah. Biasanya mereka ini menjual barang khas daerah asalnya, bisa berupa makanan, bahan pakaian, peralatan tradisional dan
122 — PEMUKIMAN
lain sebagainya. Contohnya orang Palembang berjualan empek-empek, orang Madura berjualan sate dengan cara membawa pikulan kayu sekaligus peralatan untuk membakarnya. Selain itu kita bisa lihat “riuh”nya proses tawar menawar antara pembeli dan penjual. Si penjual berhak menentukan harga dan si pembeli berhak pula menawar. Ketika keduanya sepakat maka terjadilah transaksi. Si penjual merasa puas barangnya terbeli, sebaliknya si pembeli juga merasa senang dapat membeli barang sesuai dengan harga tawaran yang dikehendakinya. Proses tawar menawar inilah yang membuat hubungan penjual dan pembeli menjadi lebih akrab. Ada kedekatan dan kehangatan di situ. Ada proses interaksi dan komunikasi sosial yang manusiawi. Si pembeli biasanya sudah mengenal dengan baik si penjual, dan begitupun sebaliknya. Konsep pelanggan atau langganan agaknya cocok dengan realitas semacam ini. Dalam komunitas masyarakat pasar tradisional biasanya juga dibentuk semacam asosiasi atau perkumpulan perwakilan para pedagang, dimana segala ketentuan, aturan dan sistem yang berlaku diputuskan melalui musyawarah bersama. Di sinilah terwujud nilai-nilai kebersamaan. Ada sikap saling menghormati dan saling menghargai. Segala permasalahan yang terjadi akan dapat diselesaikan dengan baik. Kepentingan bersama lebih diperhatikan daripada kepentingan orang per orang. Dan pada realitasnya, terciptalah persaingan yang sehat di antara penjual. Dapat dibayangkan misalnya dalam satu pasar terdapat 10 orang penjual daging, lokasi berjualan mereka berdekatan bahkan berdampingan. Di sini penjual tentu punya jurus masing-masing untuk menciptakan pelayanan/servis kepada pembeli (baik kualitas barang, harga yang ditawarkan dll) sebagai bentuk promosi mereka untuk mendapatkan pelanggan. Namun seperti yang banyak terlihat, tidak ada perselisihan di situ. Masing-masing penjual tahu posisi dan perannya. Ada sikap saling menghargai. Dan pada umumnya, para penjual juga sudah punya pelanggan tetap sendiri, yang selalu setia membeli di tempatnya. Suasana semacam inilah yang membuat unsur kekeluargaan hadir diantara para pedagang sendiri, atau dengan pembelinya. Mungkin sering kita dengar prinsip “rejeki Tuhan yang mengatur,” jadi mereka ikhlas berapapun rejeki yang mereka terima hari itu. Selain hubungan yang terjadi antara penjual dan pembeli, pasar tradisonal selalu memiliki denyut kekuatan hidup manusia yang tiada henti. Beberapa orang mampu mendapatkan “ruang” baru sebagai tenaga kerja “lepas” atau “serabutan” yang berusaha mengais rejeki dari aktivitas yang terjadi di dalam pasar. Misalnya menjadi kuli angkut atau buruh gendong (di Yogyakarta dilakukan oleh para wanita), tukang parkir dan penjaga keamanan pasar.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 123
Selanjutnya coba kita melihat juga realitas yang terjadi dalam sebuah pasar yang berkonsep modern, dimana sang pemilik modal dan pengelola dipegang oleh perorangan atau individu berasal dari kalangan tertentu. Sehingga tata aturan,ketentuan dan sistem yang berlaku dalam manajemen perusahaan tersebut dibuat dan dikeluarkan oleh sang pemilik atau pengelola bukan lagi berdasarkan kesepakatan bersama. Sistem transaksi yang terjadi juga cukup instan dan sederhana, pembeli bebas memilih dan mencari barang yang diperlukan, sambil sesekali membaca papan petunjuk yang disediakan pihak pengelola bila barang yang dicarinya tidak ketemu. Setelah barang didapat kemudian pembeli langsung membayar barang di kasir sesuai harga yang sudah tertera. Interaksi terasa lebih statis dan tidak dinamis. Tenaga kerja yang bisa tertampung juga terbatas selain jumlah, terdapat beberapa hal yang menuntut persyaratan lebih spesifik. Misalnya gender, usia, latar belakang pendidikan bahkan juga pengalaman. Tata managemen yang cenderung teratur, terikat membangun ruang kerja yang tidak beragam. Bentuk bangunan yang lebih modern (konsep tata ruang yang teratur) seakan-akan membuat kesan eksklusif dan mahal. Hal ini membuat kalangan menengah ke bawah terkadang tidak merasa nyaman untuk berbelanja ke tempat ini.
Gbr. 4-44: Mini market
Gbr. 4-45: Pasar Induk
4.2.3. Sarana Sosialisasi dan Rekreasi Sosialisasi merupakan kehidupan bermasyarakat. Artinya, bertemu dan bergaul dengan sesama warga masyarakat. Dahulu suatu pemukiman selalu mempunyai ikatan budaya dan perkerabatan sehingga sesama warga saling mengenal dan mengetahui posisi masing-masing. Ikatan-ikatan inilah yang menyatukan sekelompok orang untuk selalu bertemu dan bercengkerama. Bahkan di tempat perantauan yang jauh sekalipun masih sering ditemukan perkumpulan orang-orang sedaerah asal.
124 — PEMUKIMAN
Gbr. 4-46: Kedai kopi juga biasa digunakan untuk sarana sosialisasi antar warga.
Pengertian sosialisasi tidak hanya melakukan tegur sapa, tetapi harus berlanjut pada kegiatan bersama meskipun hanya sementara waktu. Sosialisasi biasanya terjadi di antara sesama warga masyarakat, bukan hanya keluarga. Apabila hanya melibatkan satu keluarga, kegiatan tersebut hanya disebut sebagai rekreasi keluarga. Kegiatan sosialisasi dapat berlaku bagi semua tingkatan, baik orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Perbedaan tingkatan tersebut juga menyebabkan perbedaan sarana yang digunakan. Sarana bagi orang dewasa berbeda dengan sarana untuk remaja dan berbeda pula dengan sarana untuk anak-anak. Meskipun tempatnya sama, waktunya akan berbeda. Misalnya, pagi hari digunakan oleh anak-anak, sore hari oleh para remaja, dan sesudah makan malam para dewasa. Pola ini sering tampak di tempat-tempat umum seperti balai desa, rumah ibadah, lapangan olahraga, dan lain-lain.
Gbr. 4-47: Alun-alun menjadi salah satu tempat rekreasi warga sekitarnya.
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 125
Kehidupan perkotaan yang semakin berjarak dan serba terburu-buru menyebabkan hubungan antarwarga masyarakat mengendur. Bukan hal yang aneh jika seseorang tidak mengenal tetangga sebelah rumahnya sekalipun. Situasi ini jelas tidak mendukung adanya kebersamaan. Oleh karena itulah, sarana sosialisasi sangat diperlukan di kawasan perkotaan. Pilihan untuk bersosialisasi di perkotaan lebih luas, apalagi masyarakat perkotaan sering kali bersosialisasi tanpa memandang tempat kediaman atau asalnya. Namun, ada ritual sosialisasi yang selalu terjadi dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, pemeluk agama akan secara teratur berjamaah pada hari-hari tertentu. Selain itu, peringatan hari Kemerdekaan, hari raya keagamaan, dan Pemilihan Umum juga menjadi ajang sosialisasi setempat yang tak mungkin dihindari.
Gbr. 4-48: Mulut gang sering dijumpai sebagai tempat berkumpul remaja.
Gbr. 4-49: Taman Kota selain digunakan untuk sarana rekreasi juga untuk olahraga.
Karena kegiatan sosialisasi sangat beragam, sarana yang tersedia pun sangat beragam. Sarana yang dapat digunakan mulai dari mulut gang sempit, perempatan, rumah salah satu warga, sampai sarana niaga seperti warung atau kedai tertentu, cafe, bioskop, mal, dan seterusnya. Sarana yang paling serba guna adalah ruang terbuka yang bisa digunakan untuk bermacam-macam kegiatan. 4.2.4. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan sangat penting karena di sinilah cikal bakal generasi penerus disiapkan dan dikenalkan dengan norma-norma dasar. Dengan begitu kelanjutan dan kesinambungannya akan terjamin. Pada masyarakat sederhana, pendidikan tidak berdiri sendiri. Akan tetapi, pendidikan terjadi di rumah dan lingkungan secara langsung. Anak-anak melihat dan mengalami sendiri segala sesuatunya di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang lebih tua. Jika pengetahuan sudah
126 — PEMUKIMAN
mulai rumit dan membutuhkan keahlian khusus (misalnya, pendidikan agama), pendidikan dipusatkan pada salah seorang ahlinya. Suatu pemukiman seharusnya memiliki sedikitnya sarana Sekolah Dasar, yaitu pendidikan 6 tahun pertama dalam Program Wajib Belajar 9 tahun. Namun dalam kenyataannya sering kali satu Sekolah Dasar melayani beberapa pemukiman. Hal ini terjadi karena alasan efisiensi perbandingan guru dan murid. Sarana yang lebih sering tampak di tingkat pemukiman adalah pendidikan prasekolah, yaitu tingkat Taman Kanak-kanak, TPA (Taman Pengajian Alquran), atau Sekolah Minggu. Sarana TK dan taman bermain banyak dijalankan oleh swasta. Sementara itu, TPA dan Sekolah Minggu digabungkan dengan sarana keagamaan masing-masing. Sarana lainnya seperti perpustakaan sebagai dasar pendidikan informal, jarang sekali ditemui, kecuali sebagai pelengkap pelajar. Kalau pun ada, kebanyakan merupakan usaha perorangan berupa persewaan buku bacaan ringan belaka.
Gbr. 4-50 a,b: (a) TK dan (b) SD merupakan sarana pendidikan yang terdapat di setiap kawasan pemukiman
Gbr. 4-51: Karena terjadi bencana alam seperti gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 membuat beberapa bangunan sekolah rusak, untuk mengatasi itu dibuatlah sekolah dasar darurat dari tenda
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 127
4.2.5 Sarana Kesehatan Dalam suatu pemukiman, kesehatan memperoleh perhatian yang besar. Sebab, masalah kesehatan merupakan urusan kelangsungan hidup seseorang. Sarananya pun berkembang terus. Bahkan, dapat dikatakan bahwa masalah kesehatan ini merupakan bidang yang paling pesat berkembang di masa kini. Di pemukiman sederhana, perhatian terbesar adalah masalah kesehatan ibu dan anak. Setiap anak yang lahir merupakan tenaga baru, calon penerus kehidupan sekaligus tambahan tenaga kerja. Jadi, pelaku kesehatan yang terutama adalah paraji atau dukun bayi. Paraji ini biasanya seorang wanita paruh baya yang memiliki keahlian membantu persalinan dan mengenal masalah kesehatan ibu dan anak. Selain itu, ia juga sering merangkap sebagai penasihat kesehatan umum, untuk melayani warga masyarakat lainnya.
Gbr. 4-52: Beliat (dukun) yang dipercaya oleh suku Dayak di Kalimantan untuk melakukan pengobatan.
Teknologi modern memperkenalkan konsep kebersihan lingkungan (hygiene) dan obat-obatan serta antibiotik mutakhir. Semua ini membawa dampak yang sangat besar. Persalinan yang dulu selalu menjadi pertaruhan nyawa seorang ibu, sekarang sudah dapat dianggap hal yang aman. Justru masa ini yang perlu diperhatikan adalah masalah pembatasan kelahiran melalui kegiatan Keluarga Berencana. Sarana kesehatan yang ada di tingkat pemukiman adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Sarana kesehatan ini terutama melayani kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana. Untuk masalah yang lebih rumit, biasanya disarankan ke klinik atau rumah sakit.
128 — PEMUKIMAN
Gbr. 4-53: Sarana kesehatan untuk tingkat Kecamatan yaitu Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Gbr. 4-54: Di setiap wilayah pemukiman terdapat Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) yang melayani kesehatan ibu dan anak
4.2.6 Sarana Keagamaan Sarana ibadah dalam suatu lingkungan tergantung kepada komposisi pemeluk agama tersebut. Jika jumlah penganut agama tertentu terlalu sedikit, biasanya sarana ibadahnya disatukan dalam tingkat pemukiman yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu pemukiman hanya ditemukan satu macam sarana ibadah.
Gbr. 4-55: Klenteng di Tanjung Pinang
Gbr. 4-56: Masjid kecil di kawasan pemukiman
Gbr. 4-57: Bentuk bangunan lain dari gereja yang terbuat dari bambu seperti yang terdapat di daerah Ganjuran, Yogyakarta
UNSUR-UNSUR PEMUKIMAN — 129
4.2.7 Pemakaman Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Setiap orang pasti akan mengalaminya. Untuk itu, setiap pemukiman harus menyediakan pemakaman. Dalam beberapa sistem agama, kematian bisa menjadi peristiwa yang sangat besar dan lebih penting dari peristiwa lain. Oleh karena itu, kebutuhannya sangat berbeda. Cara menyemayamkan mayatnya pun berbeda-beda pula. Semua ini melahirkan keragaman yang tak habishabisnya. Di lingkungan pedesaan, kuburan selalu tersedia untuk seluruh desa. Letaknya ada yang berdampingan dengan desa, ada yang di dalam desa, dan ada juga yang agak jauh dari perumahan. Biasanya ini tergantung pada sikap budaya dan keagamaan masing-masing.
a b
d
c
Gbr. 4-58a,b,c,d: Pemakaman juga merupakan sarana lain yang terdapat di pemukiman. Tiap daerah mempunyai ciri sendiri dari bentuk makamnya. (a) Pemakaman di Manado, (b) makam batu di Nias, (c) Pemakaman di San Antonio Amerika Serikat, dan (d) pemakaman umum di Jawa.
130 — PEMUKIMAN
Tugas 1. Periksa lingkunganmu - periksa prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas apa saja yang ada - cari rincian perangkat-perangkat itu. Ukuran, kapasitas, unjukkerja Berikan pendapatmu mengenai - kebutuhan dan ketersediaan masing-masing perangkat-perangkat lain yang kamu anggap perlu ada, sertai dengan alasan. 2. Carilah Undang-undang dan peraturan yang berlaku bagi lingkunganmu. - diskusikan isinya dengan kenyataan yang ada - carilah berita-berita mengenai hal-hal yang berkaitan Kerjakan - usulan mengenai hal-hal yang perlu agar lingkunganmu bisa lebih baik lagi - mintalah pendapat dari warga masyarakat yang lain Catatan: tugas ini bisa dikerjakan oleh kelompok terdiri dari 3-4 orang.