CAKRAWALA HUKUM Oleh: Redaksi
BEBERAPA ISU DARI BANK NOTE CONFERENCE 2006, WASHINGTON D.C.
Bank Note Conference 2006 yang diselenggarakan di Washington D.C, USA dari tanggal 5 s.d 8 Nopember 2006 adalah forum internasional yang diadakan sejak tahun 1998. Konperensi Internasional ini diikuti oleh 416 delegasi dari berbagai negara yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) otoritas moneter (bank sentral dan otoritas moneter); (2) aparat kemanan (Interpol, kepolisian, dan US Secret Service); serta (3) pelaku usaha banknote and security printing industry. Forum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang up to date bagi para peserta untuk: (1) mengetahui trends dan berbagai kemajuan teknologi di bidang industri pencetakan uang (banknote industry) seperti desain uang dan teknologi produksi, dikaitkan dengan perkembangan terakhir tentang high security printing; (2) berbagai pencegahan
upaya/modus uang palsu
(preventive actions counterfeiting); serta
against
(3) knowledge sharing mengenai less-cash society dan efisiensi distribusi uang melalui program cash-center, penggantian uang rusak, dan currency changeover.
1. Trend dan kemajuan teknologi di bidang industri pencetakan uang. Dalam sesi pemaparan, banyak pembicara mengemukakan bahwa desain uang yang mengandung aspek lebih aman (safer), lebih maju secara teknologi (smarter), dan lebih aman (more secure) merupakan upaya untuk: (1) mempersulit pemalsuan uang, tetapi mempermudah masyarakat awam mengecek keasliannya; (2) berupaya lebih maju secara teknologi dari para pemalsu uang, a.l dengan menambah kompleksitas pengamanan uang; dan (3) senantiasa mempertahankan integritas mata uang.
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
55
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
Selain itu, dikemukakan pula pentingnya memperhatikan desain uang untuk memudahkan masyarakat membedakan antar denominasi mata uang, a.l melalui teknik pewarnaan, ukuran, gambar/tampak, dan rasa (untuk tuna netra). Otoritas mata uang diharapkan agar tetap berkomitmen untuk melakukan peningkatan kualitas mata uangnya, mengingat hal ini sangat erat kaitannya dengan kepentingan untuk melindungi ekonomi negara dan kepentingan individu rakyat yang telah bekerja keras untuk memperoleh pendapatan berupa uang. Untuk menjamin hal ini, dianjurkan agar desain uang yang baru sebaiknya dikeluarkan setiap 7 (tujuh) sampai 10 (sepuluh) tahun untuk menggantikan desain uang yang lama. Beberapa perkembangan teknologi baru disampaikan oleh industri, a.l dari banknote technology companies, security ink manufactures, banknote design companies, banknote security device manufactures, dan banknote processing equipment manufactures. Dalam beberapa pemaparan, diperoleh informasi bahwa dalam rangka pengembangan bilyet uang generasi baru, otoritas tetap harus memastikan integritas dan kualitas uang dengan a.l memperhatikan aspek-aspek sbb:
(1) Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk segera mengenali keaslian uangnya; (2) Memberikan kemudahan bagi bank sentral untuk mengkomunikasikannya; (3) Secara konsisten menerapkan high-security applications under a strict supply-chain control; (4) Menggunakan mesin cetak dengan standar teknologi yang modern dan terpercaya (sebaiknya mesin cetak berupa single pass production) dengan memperhatikan aspek produktivitas, ketahanan, dan biaya (termasuk kemampuan mesin untuk beradaptasi dengan perkembangan desain uang baru); (5) Berusaha untuk menciptakan bilyet uang yang hampir mustahil dipalsukan.
Terkait dengan aspek-aspek di atas, maka tantangan pengelolaan mata uang yang dihadapi dalam dekade mendatang antara lain adalah: (1) kebutuhan innovative;
features
yang
(2) ancaman teknologi baru dalam pemalsuan mata uang; (3) perlunya mengajak masyarakat untuk mengenali keaslian uang, memperlakukannya dengan baik,
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
56
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
dan memperhatikan kemungkinan uang yang dipegangnya adalah uang palsu; dan (4) perlunya mengembangan visi pengelolaan uang yang efisien, yang meliputi mata rantai mulai dari penerbitan, pengedaran uang (baru), penyimpanan, pengangkutan, pengedaran kembali (recycling of banknotes dengan memperhatikan keaslian dan standar layak edar), penarikan kembali, sampai dengan pemusnahan uang.
2. Upaya pencegahan uang palsu (preventive actions against counterfeiting). Materi penting yang juga menjadi perhatian para peserta adalah informasi tentang berbagai modus dan teknik pemalsuan uang yang terjadi di berbagai belahan dunia. Dalam beberapa pemaparan diketahui bahwa ancaman pemalsuan uang pada dekade ini adalah: (1) kemajuan teknologi, yakni inovasi komputer, inkjet, fotokopi warna, dan cetak digital; (2) perkembangan kejahatan pemalsuan uang oleh sindikat internasional; serta
(3) kemungkinan terjadinya uang asli tapi palsu (“aspal” atau supernote), yaitu dalam hal terdapat oknum dari pihak berwenang ikut serta terlibat dalam kejahatan ini. Sebagai upaya untuk mengatasinya, para pembicara mengemukakan: (1) Perlunya untuk senantiasa memiliki teknik yang “lebih maju” dari pemalsu uang; (2) Di Eropa, Europol mengupayakan perbaikan model kerjasama antar instansi berwenang yang terkait guna meningkatkan efektivitas dalam rangka mencegah dan memerangi sindikat pemalsu uang (termasuk aspek transnasional dari kejahatan ini). Strategi seperti ini juga diimplementasikan oleh Canada yang kepolisiannya (RCMP) membentuk dedicated Regional Counterfeit Coordinators yang secara proactive (proactive role) bekerjasama dengan otoritas dan aparat hukum untuk memperoleh data, trends, dan laporan intelejen, serta kerjasama dengan Bank of Canada dalam bidang edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat; (3) Dalam praktek di USA, selain upaya memerangi kejahatan pemalsuan uang, pihak otoritas juga melakukan edukasi kepada masyarakat dengan menyediakan
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
57
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
sosialisasi dan leaflet kepada masyarakat yang berisi pedoman bagi pemegang uang tunai (cash handlers) dan konsumen tentang langkah apa saja yang harus dilakukan oleh seseorang jika mencurigai bahwa uang yang diterimanya adalah uang palsu. Sementara itu DNB (Belanda) memaparkan hasil penelitiannya tentang: (1) perlunya edukasi kepada masyarakat; dan (2) pesan agar masyarakat berhatihati menerima lembaran uang baru. Untuk mengukur keberhasilan model edukasinya (berupa cd-rom) dilakukan test kemampuan kasir dan masyarakat dalam mengenali uang asli dengan cara “tanpa alat” dan “menggunakan alat” dengan menganalisis 2 (dua) himpunan sample, yaitu “sample yang belum diberi edukasi” dan “sample yang telah diberi edukasi”. Dapat dilaporkan pula, mengingat tingkat ancaman pemalsuan uang yang signifikan, maka telah dibentuk forum kerjasama internasional, yaitu CBCDG (the Central Bank Counterfeit Detterence Group) sebagai perwujudan mandat G10 Central Bank untuk bekerjasama dengan digital imaging and printing industry guna mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi
dalam upaya mencegah pemalsuan uang. Pada saat ini anggota CBCDG sebanyak 27 bank sentral.
3. Efisiensi penggunaan dan distribusi uang
uang
Dalam forum ini disampaikan pula tentang perlunya upaya efisiensi dalam proses currency management, termasuk distribusi uang, antara lain pemikiran tentang less-cash society, cash center program, dan visi keterkaitan antara vending machines dengan desain uang. a. Dalam pembahasan less-cash society antara lain mengemuka tentang perlunya otoritas untuk melakukan penelitian guna mengevaluasi kembali the cost of cash dengan tujuan untuk:
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
(1) to identify and quantify the costs related to the payment instruments used at the point of sale (cash, debit cards, credit cards, and epurse include the main parties involved, i.e. central bank, commercial banks, retailers, etc); (2) to calculate the savings resulting from the substitution of costly payments instruments by more efficient ones.
58
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
Terkait dengan isu ini, BOJ memaparkan hasil penelitiannya yang menarik tentang persentase sirkulasi uang tunai dibandingkan dengan GDP di 5 (lima) negara maju, dengan hasil “Japanese love the banknotes”: (1) USA 6.1%; (2) Inggris 3.1%; (3) Euro zone 7.2%; (4) Canada 3.4%; dan (5) Jepang 15.7%. Bahkan dari riset tersebut diketahui pula bahwa dalam bertransaksi, masyarakat. Jepang lebih sering menggunakan uang tunai daripada alat pembayaran lainnya. b. Dalam pembahasan mengenai cash center program, beberapa bank sentral menjelaskan pengalamannya tentang implementasi program ini. Bundesbank menjelaskan tentang Banknote Recycling Framework (BRF), yaitu a.l (1) menetapkan standar uang yang tergolong masih layak untuk diedarkan kembali melalui ATM dan ”other customer-operated systems”. Dalam implementasinya, proses ini meliputi pula pengecekan keaslian uang (authentication), penilaian kelayakan uang (fitness check), dan menyusun sistem pelaporannya; (2) menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat; serta (3) memberantas dan mencegah
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
pemalsuan uang. Terkait dengan isu pada angka (2) di atas, BOJ juga memaparkan bahwa BOJ menghendaki agar private sector memelihara kualitas bank notes yang beredar. Hal penting yang ditekankan dalam pelaksanaan program ini adalah tetap terjaminnya kelancaran pengedaran uang dan terwujudnya efisiensi biaya, dengan tetap memadukannya dengan kontijensi dan krisis planning. Sementara itu, Banco Central do Brasil (BACEN) menambahkan tentang perlunya bank sentral bertindak sebagai pengawas terhadap prosedur dan kualitas jasa, dengan tugas: (1) pengawasan langsung; (2) pengawasan tidak langsung; dan (3) memonitor kualitas uang yang beredar di masyarakat, a.l melalui survai. Beberapa kebijakan lain yang ditempuh Brasil adalah: (1) bank dibebani tugas untuk mengedarkan uang logam dan uang kertas dengan denominasi kecil, (2) guna menjamin kelancaran cash center program, BACEN dapat membentuk Board of Counsellors (terdiri dari wakil BACEN, penyelenggara kas titipan (custodian institution), asosiasi perbankan, dan Kadin (National Trade Company Association)), dengan tugas
59
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
mesin atau diperlukannya penggantian modul mesin (software change atau equipment replacement). Oleh karena itu diusulkan agar otoritas:
melakukan penelitian dan mengajukan usul-usul currency management solutions; (3) BACEN dapat menetapkan fee maksimum yang harus dibayar oleh bank sebagai pengganti biaya jasa yang diberikan. Rumus perhitungan yang digunakan adalah:
(1) segera menarik uang yang tidak memenuhi standar layak edar; (2) secara periodik melakukan studi tentang kondisi uang yang beredar, khususnya mata uang dengan denominasi kecil; dan
Fee = Total Costs Value of cash operations of banking institutions
c. Dalam pembahasan mengenai visi keterkaitan antara vending machines dengan desain uang dan kondisi uang yang layak edar, a.l dijelaskan mengenai perlunya komitmen antara otoritas mata uang dengan asosiasi produsen vending machines agar desain uang dan kualitas uang yang beredar di masyarakat senantiasa dapat mendukung operasional vending machines yang sudah tersebar di masyarakat, misalnya mesin ATM, kotak penjualan makanan/minuman, telepon umum, gerobak belanja/airport dll. Diingatkan bahwa perubahan desain (ukuran, bahan, ketebalan) atau menurunnya kualitas bilyet uang beredar akan berakibat pada kerugian yang substantial pada perekonomian, sebagai dampak tidak bekerjanya
(3) menghindari penggantian 2 (dua) denominasi koin dengan 1 (satu) lembar uang kertas.
4. Pengaturan penggantian uang rusak di USA. Menarik untuk dikemukakan pula bahwa pemerintah USA (dalam hal ini Bureau of Engraving and Printing, Department of the Treasury) dapat memberikan penggantian penuh (face value) kepada masyarakat terhadap uang rusak yang digolongkan sebagai mutilated currencies. Kriteria mutilated currencies adalah uang kertas asli yang wujudnya tidak jelas lebih dari separuhnya dan/atau uang kertas asli yang karena kondisinya menyebabkan nilai nominalnya dipertanyakan dan oleh karena itu
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
60
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
memerlukan penelitian khusus untuk menentukan besar nilainya. Penyebab yang umum dari terjadinya kondisi mutilated currencies adalah kerusakan uang kertas karena hangus terbakar, rusak terendam air, meleleh/menggumpal terkena bahan kimia, hancur/menggumpal terkena ledakan, kerusakan disebabkan oleh binatang atau serangga atau tercabik-cabik. Berdasarkan peraturan Department of the Treasury, mutilated currency dapat diberikan penggantian penuh apabila: (1) lebih dari 50% dari lembar uang tersebut dapat diidentifikasi sebagai uang asli; atau (2) 50% atau kurang dari lembar uang tersebut dapat diidentifikasi sebagai uang asli, dan penyebab dari kerusakan uang dan buktibukti pendukungnya memang dapat dipahami oleh the Treasury bahwa sebagian dari uang tersebut memang benar sudah musnah. Ketentuan seperti ini sebenarnya menunjukkan adanya tanggungjawab negara untuk melindungi harta rakyatnya yang telah bekerja keras untuk memperoleh uang. Pada sisi yang lain, ketentuan ini juga menunjukkan tanggung jawab lembaga yang ditugaskan
mencetak dan mengedarkan uang kertas, dengan teknologi dan expertise-nya, untuk mampu mengenali keaslian uang yang diterbitkannya, walaupun keadaan uang tersebut sudah sangat rusak (mutilated).
5. Currency changeover (Turki CBRT) Bank sentral Turki (CBRT) memaparkan keberhasilannya melaksanakan program currency changeover, yaitu bahwa pada akhir tahun 2004 telah terjadi perubahan fundamental dalam sejarah mata uangnya (dan berbagai dampak ikutannya), ketika sebanyak 6 (enam) angka “nol” pada uang Turkish Lira (TRL) dan nama mata uangnya diganti menjadi New Turkish Lira (YTL). Pecahan TRL 20.000.000 yang mendominasi pasar, menimbulkan dampak ikutan yang sangat serius. Secara teknis berakibat pada kesulitan penyimpanan, distribusi, dan pengelolaan uang di CBRT. Selain menimbulkan kesulitan dalam penanganan fisik uang, pecahan uang dengan denominasi sangat besar itu menimbulkan kesulitan dalam proses hitung-hitungan dan akutansi, yang bukan hanya dirasakan oleh manusia tetapi juga penerapannya dalam software, mesin hitung, dan komputer.
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
61
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006
Pecahan yang sangat besar itu juga menyebabkan orang sulit membacanya dalam sekejap, serta mengakibatkan dampak psikologis dan dampak pada persepsi masyarakat terhadap agregat moneter yang cenderung menjadi kabur. Atas dasar alasan psikologis dan teknis itulah maka Turki melakukan program redenominasi mata uangnya. Untuk memulainya, dengan belajar dari proses the Euro changeover, maka diundangkanlah the New Currency Unit Law no.5083 pada tanggal 31 januari 2004 sebagai dasar hukum bagi the New Turkish Lira Steering Committee untuk mengkoordinasikan badanbadan publik dan privat melaksanakan kerja kerasnya melalui
3 (tiga) sub-komite, yaitu: (1) Manajemen IT; (2) Akunting; dan (3) Perusahaan; yang secara bersamaan juga mengkampanyekannya kepada masyarakat, a.l melalui kewajiban menempelkan label harga secara ganda. Melalui proses yang transparan dan terpercaya, akhirnya YTL dapat diterima menjadi mata uang baru yang lebih compatible, berharga, dapat diterima sebagai sarana transaksi, dan tidak berdampak inflatoir. Dikemukakan pula bahwa dengan terlaksananya currency changeover ini, maka uang logam Kurush digunakan kembali oleh masyarakatnya.
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
62
Volume 4, Nomor 3, Desember 2006