BAHAYA NARKOBA DAN MOTIVASI NARAPIDANA BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Nanda Prianto Saragih*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa Dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Phone : 081260290120 E-mail :
[email protected]
Abstrak Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihakpihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas Pusat Informasi masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) menyebutkan pada tahun 2009 anggka tersangka kejahatan narkoba di Sumatera Utara mencapai 1753 orang. Dimana Medan menduduki peringkat pertama dengan jumlah tersangka mencapai 757 orang.Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan Motivasi saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan
Kata Kunci : Narkoba, motivasi, narapidana PENDAHULUAN NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya ) atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah NARKOBA ( narkotika dan bahan / obat berbahaya ) menurut UU RI Nomor 22 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasaal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkoba melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anak-
anak. Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang akhirnya merugikan kader-kader penerus bangsa. Pengertian Narkoba Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Undangundang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika). Psikotropika adalah Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasian psikoaktif,
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika). Penggolongan Narkoba Narkotika Dalam pengertian lain, narkotika adalah zat obat yang dapat mengakibatkan ketidak sadaran atau pembiusan karena zatzat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf. Menurut UU No 22 tahun 1997 yang menyangkut penggolongan narkotika disebutkan bahwa narkotika digolongkan menjadi : (a) Golongan I, (b) Golongan II, (c) Golongan III. Psikotropika Didalam Undang-Undang No.5 1997 diuraikan bahwa psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental perilaku. Dalam bidang farmalogi, psikotropika terdiri dari : (a) Golongan Psikostimulasi, (b) Golongan Psikodepresan, (c) Golongan Halusinogen Zat adiktif Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan keraj biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan mengkomsumsi terus menerus. Didalam Undang-Undang no.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, jenis obat yang memiliki zat adiktif antara lain : amfetamin, amobarbital, flunitrazeam, diahepam, bromazepam, fenobarbital, minuman beralkohol, tembakau, halusinogen, bahan pelarut (solvent, bensin, tener, cariaqn lem dan cat ). (Wreswiniro dkk,1999)
Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-Undang No.5 Tahun 1997, tentang Psikotropika dan pasal 84, 85 dan 86, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika. Faktor-faktor Penyalahgunaan Narkoba Menurut pendapat Sumarno Ma’sum, bahwa factor terjadinya penyalahgunaan (narkoba) secara garis besar dikelompokkam kepada tiga bagian, (Mardani, 2008) yaitu : (1) Obat kemudahan didapatinya obat secara sah atau tidak, status hukumannya yang masih lemah dan obatnya mudah menimbukan ketergantungan dan adiksi. (2) Kepribadian meliputin pekerbangan fisik dan mental yang labil, kegagalan cita – cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain – lain, menutup diri dengan dari lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat keras, bertulang dengan sensasi yang penuh resiko dalam mencari identiias kepribadian, kurangnya rasa disiplin, kepercayaan agamanya minim. (3) Lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau, masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang masih lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman. Bahaya Narkoba Menurut Armelia (2003) Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang. 1. Secara fisik : gangguan pada sistem saraf (neurologis), gangguan pada jantung (kardiovaskuler), gangguan pada kulit
(dermatologis), gangguan pada paru-paru, gangguan pada kesehatan reproduksi, 2. Secara psikis : lamban bekerja, ceroboh pada saat bekerja, hilang kepercayaan diri, agitatif, tingkah laku menjadi brutal, sulit berkonsentrasi, cenderung menyakiti diri, 3. Secara sosial : gangguan mental, anti sosial, asusila, merepotkan dan menjadi beban keluarga, pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram. Pengertian Motivasi Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons (Nancy, 2001). Menurut Sarwono (2002), motivasi menunujuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Beberapa aspek motivasi adalah : (1) Aspek aktif atau dinamis merupakan motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. (2)Aspek pasif atau statis merupakan motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu ke arah tujuan yang diinginkan. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang mendorong untuk berbuat dan beraksi yang bersifat dinamis dan merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai tujuan dalam memuaskan kebutuhankebutuhan dirinya, sehingga mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang ada.
Teori motivasi 1. Teori motivasi Abraham Maslow (1943-1970) Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. 2. Teori motivasi Herzberg (1966) Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 3. Teori motivasi Vromm (1964) Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi
seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: (a) Ekspektasi (harapan), (b) Instrumentalis, (c) Valensi. 4. Theory Achievement Mc Clellan Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: (a)Need for achievement (kebutuhan akan prestasi), (b)Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow), (c) Need for Power (dorongan untuk mengatur). 5. Clayton Alderfer ERG Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 6. Teori theory)
penguatan
(reinforcement
B.F Skinner mengungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku di mada lampau mempengaruhi tindakan di mada depan dalam suatu proses belajar. Teori ini menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman stimulus, respons, dan konsekuensi. Jadi teori ini melibatkan pengkondisian operan. Penguatan adalah sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung menyebabkan pengulangan perilaku yang didahului oleh penguatan. Tanpa penguatan tidak ada modifikasi perilaku yang dapat diukur.
Narapidana Menurut UU no. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga permasyarakatan. Menurut Harsono (1995), narapidana adalah manusia yang tengah berada di persimpangan jalan karena narapidana harus memilih akan meninggalkan atau tetap pada perilakunya yang dahulu dan tengah mengalami krisis disosialisasi dengan masyarakat. Harsono juga mengatakan bahwa narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman atau sanksi, yang kemudian akan ditempatkan di dalam sebuah bangunan yang disebut rutan, penjara atau lembaga pemasyarakatan. Bangunan penjara dirancang secara khusus sebagai tempat untuk membuat jera para pelanggar pidana, baik secara fisik maupun psikologis. Lembaga Pemasyarakatan Pengertian lembaga, lebih menunjuk pada suatu bentuk dan sekaligus juga mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri daripada lembaga tersebut. Norma-norma dalam masyarakat: yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-norma tersebut apabila diwujudkan dalam hubungan antar manusia dinamakan social-organization. Di dalam perkembangan selanjutnya, norma-norma tersebut berkelompok-kelompok pada berbagai keperluan pokok daripada kehidupan manusia seperti misalnya; kebutuhan hidup, kekerabatan, kebutuhan pencaharian hidup, kebutuhan akan pendidikan, dsb. Misalnya kebutuhan hidup kekerabatan menimbulkan lembagalembaga kemasyarakatan seperti keluarga
batih, pelamaran, perkawinan, perceraian, dll. Kebutuhan pencaharian hidup menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pertanian, peternakan, koperasi, industri. (Soekanto, 1995:217) DAFTAR PUSTAKA Abraham H. Maslow. (1994). Motivasi dan Kepribadian 1 ( Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan manusia). Jakarta : PT.PBP Arep, Ishak & Tanjung Hendri. (2003). Manajemen Motivasi. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Armelia, H.(2003). Tentang Penyalahgunaan Narkoba Dan Akibat Yang Ditimbulkan, Reksa. Jakarta BNN. RI. (2004). Komunikasi Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. BNN : Jakarta. Firani, Suci D. (2011). BNN : Pemakai Narkoba di Indonesia Meningkat. http://news.detik.com. Diakses 7 Mei 2012. Harsono, Hs, C.I. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Jembatan, 1995. Hasibuan S.P. (1996). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara Hawari, Dadang. (2001). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. FK UI : Jakarta. Kistyarini. (2011). BNN : 5 Juta Pengguna Narkoba di Indonesia. http://kompas.com. Diakses 7 Mei 2012.
Robbins. (2001), Teori Motivasi McClelland dan Teori Dua Faktor Hezberg. Jakarta Sadang, Prof,Dr. 2000. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakrta : PT. Bina Aksara Sarwono, S.W. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survey. LP3ES : Jakarta. Stevenson, Nancy. 2001. Seni Motivasi. Penerjemah Dwi Prabantini. Edisi 1. Yogyakarta: Andy