BAHASA SLOGAN PADA MEDIA SPANDUK DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVET BANTARA SUKOHARJO: PERSPEKTIF IDEOLOGI GRAMATIKA Oleh: Benedictus Sudiyana, Sukarno, Sri Muryati Prodi PBSI FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Email:
[email protected] Abstract The aims of these research are about the language slogan at the banner media in the Campus Area of Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo are (a) to describe the language slogan using the thematic acpects, (b) to describe the language slogan constructing the grammatical based on ideological perspectives: (i) transitivity, (ii) active passive forms, (iii) positive-negative forms, (iv) declarative, interrogative, imperative modus, (v) relational modality, (vi) personal pronoun, and (vii) expressive modality. This research uses the qualitative approach. Data are the slogan texts in the Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo, at, February to June 2014. Data are text units. Data collecting instrument is the matrix form for the data generating. Data analysis uses the inventory, classify, and reflect-interpretative procedures. The result can be concluded (1) the language slogan at the banner media in the area of Veteran Bantara University of Sukoharjo from the thematic perspective addressed to the universal character public; (2) the language slogan constructed from the grammatical based on ideological perspectives (a) the transitivity systems are from the process, participant, and circumstance aspects indicate that textual effect is not strict in the actional language; (b) the choice active passive sentence compress to value of sympatic responses to natural procedural based on passive position; (c) the choice of active passive sentence indicates the strict of admission; (d) the choice of declarative modus(indicative)gives the practical expressive of authoritative power; (e) the choice of relational modality appears to the expression of obligation; (f) the choice of pronominal persona uses mechanical utensils of non ideogical, the ideology also to get on solidarityinclusive ideological, (g) the choice of expression modality shows certainty for a reality proposition Keywords: text slogan, grammatical based on ideological perspective Abstrak Tujuan penelitian bahasa slogan pada media spanduk di lingkungan kampus Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo ini adalah untuk (a) mendeskripsikan penggunaan bahasa slogan dari segi tematik pembicaraan, (b) mendeskripsikan konstruksi bahasa slogan dari perspektif ideologi gramatika aspek: (i) transitivitas, (ii) kalimat aktif pasif, (iii) bentuk kalimat positif dan 83
negatif, (iv) modus kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, (v) modalitas relasional, (vi) pronominal persona, dan (vii) modalitas ekspresif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data adalah teks slogan di kampus Univet Bantara Sukoharjo dalam rentang lima (5) bulan, Februari s.d. Juni 2014. Instrumen berupa format matriks untuk pembangkitan data.
Analisis data
dilakukan dengan prosedur inventarisasi, klasifikasi, dan refleksi/interpretasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan (1) penggunaan bahasa dari segi tematik ditujukan untuk khalayak manusia dengan karakter tema universal. (2) dari perspektif ideologi gramatika meliputi pilihan: (a) bahasa transitivitas mengindikasikan efek ideologis yang acuannya tidak faktual dan kurang tegas dalam aksional; (b) kalimat aktif pasif menekankan nilai respon simpatik pada partisipan posisi pasif dan nilai alamiah pada bentuk aktif; (c) bentuk kalimat positif dan negatif mengindikasikan ketegasan dalam pengakuan; (d) modus deklaratif (indikatif) memberikan efek ekspresi ideologi demokratis, dan pilihan modus imperatif/perintah mengindikasikan ekspresi praktik ideologi otoriter; (e) modalitas relasional memunculkan
realisasi
ekspresi obligasi wajib; (f)
pronominal persona menggunakan piranti mekanis non-ideologis, juga ideologis untuk ekspresi solidaritas-inklusif; dan (g) modalitas ekspresif menunjukkan kepastian atas proposisi suatu kenyataan. Kata Kunci: teks slogan, gramatika berdasarkan ideologi
hanya sebatas pada kata-kata dan
PENDAHULUAN Bahasa
slogan
banyak
bukan pada tindakan. Permasalahan
dijumpai di masyarakat. Slogan selain
yang
digunakan untuk membakar semangat
tentang bahasa slogan di lingkungan
ketika
kampus Universitas Veteran Bangun
dalam
diajukan
dalam
penelitian
masa
perjuangan
masa
mengisi
Nusantara
Sukoharjo
kemerdekaan bahkan juga sebagai
perspektif
ideologi
ornament (hiasan), dan tidak dapat
adalah bagaimanakah: (a) penggunaan
sebagai panduan standar operasional
bahasa slogan pada teks spanduk dari
prosedur sehingga kehadiran slogan
segi
kemerdekaan,
84
tematik
berdasarkan
gramatika
pembicaraan,
ini
(b)
konstruksi bahasa slogan pada teks
ingatan konsumen (Baskara, TT).
spanduk
perspektif
Slogan merupakan salah satu model
ideologi gramatika, yang mencakupi
penggunaan bahasa untuk komunikasi
penggunaan pilihan (1) transitivitas,
sosial. Bahasa slogan dikategorikan
(2) kalimat aktif pasif, (3) bentuk
masuk pada persuasive writing (lihat
kalimat positif dan negatif, (4) modus
Tabel 1), pada prinsipnya digunakan
kalimat
interogatif,
untuk menggugah kekuatan tertentu
imperatif, (5) modalitas relasional, (6)
pada pengembangan karakter. Oleh
pronominal persona, dan (7) modalitas
karena itu, slogan termasuk salah satu
ekspresif;
bagaimanakah
genre. Genre merupakan “salah satu
persepsi dampak kehadiran bahasa
tipe teks” (Leeuwen, 2006: 122).
slogan pada teks spanduk tersebut
Pemakaian genre menentukan register
terhadap
yang dipengaruhi oleh komponen field
tersebut
dari
deklaratif,
dan
(c)
kegairahan
produktivitas
kinerja di kalangan warga universitas.
(Medan), mode (Saluran), dan tenor
Slogan adalah kalimat pendek
(Pelibat) (Martin, 2001:162).
yang unik dan khas yang dimiliki oleh sebuah
produk
untuk
memancing
Table 1 Kategori Teks dan Genre-Subgenre
Medium I
Medium II
Super-genre or
(?) or
Function
Genres or Sub-genres
Interaction Type SPOKEN
Dialog
Private
face-to-face conversations; phone calls
public
classroom lessons; broadcast discussions broadcast interviews; parliamentary debates legal
85
cross-examinations; business transactions monolog
Unscripted
spontaneous commentaries; unscripted speeches; demonstrations;legal presentations
Scripted
broadcast talks; non-broadcast speeches
Mixed
broadcast news
Non-
Non-rofessional
student essays; student
printed
writing
examination scripts
Correspondence social letters; business letters Printed
Academic
humanities; social sciences
writing
natural sciences; Academic writing; technology;
WRITTEN
Reportage
press news reports
Instructional
administrative/regulatory
writing
skills/hobbies
Persuasive
press editorials
writing Creative writing novels/stories (Lee, 2001:49-50)
Berkaitan
tema
semangat kebangsaan, (11) cinta tanah
karakter sosial dalam slogan, terdapat
air, (12) menghargai prestasi, (13)
setidaknya delapan belas (18) macam
bersahabat/komunikatif,
tema nilai karakter, yakni tema nilai
damai, (15) gemar membaca, (16)
karakter: (1) religius, (2) jujur, (3)
peduli lingkungan, (17) peduli sosial,
toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras,
dan (18) tanggungjawab (Anonim, TT
(6)
(8)
1). Misalnya slogan karakter peduli
demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
sosial,, “Masyarakat keadilan sosial
kreatif,
(7)
dengan
mandiri,
86
(14)
cinta
bukan saja meminta distribusi yang
keberpihakan ke arah orientasi,
adil, tetapi juga adanya produksi yang
modus kalimat deklaratif, interogatif,
secukupnya.”
imperatif
[Pidato
HUT
Proklamasi, 1950] (Anonim, TT 2). Ideologi
(4)
imperatifuntuk
mengidentifikasi
perbedaan
mempunyai
penempatan subjek yang asimetris
pengertian yang sangat kompleks dan
dengan objek. (5) modalitas relasional,
beraneka
berkenaan dengan penggunaan sikap
kajian.
ragam
menurut
Dalam
bahasa,
memiliki ciri (1)
bidang ideologi
kekuasaan lebih
penutur
apakah
keharusan,
izin,
menyangkut kepastian
penting daripada kognisi, (2) ideologi
kecenderungan,
dapat membimbing penilaian individu,
persona, terkait dengan relasi otoritas
(3) ideologi menyediakan penduan
dan solidaritas, dan (7) modalitas
bertindak, dan (4) ideologi harus
ekspresif berkenaan dengan otoritas
koheren secara logis (Wodak and
pembicara/penulis atas kebenaran
Meyer, 2008:8). Dalam mengungkap ideologi
dalam
bahasa,
(6)
dan
pronominal
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sumber data
Fairclough (dalam Santoso (2009)
berupa
slogan
mengajukan gagasan bahwa pilihan
spanduk di lingkungan kampus Univet
gramatika
baik yang berada di dalam ruangan
atau
senyatanya
Norman
ketatabahasaan
membawa
teks
bahasa
pada
ideologi
(indoor) maupun luar ruang (outdoor).
tertentu. Gramatika yang membawa
Waktu penelitian selama lima (5)
ideologi ini terdapat dalam pilihan: (1)
bulan (Februari - Juni 2014). Prosedur
transitivitas,
pengumpulan data dilakukan dengan
menyangkut
pengungkapan
bahasa
sebagai
pemotretan
teks
spanduk
agar
pencerminan atau representasi makna
mendapatkan gambaran data yang
pengalaman melalui aspek partisipan,
lebih
process,
yang
penelusuran teks dengan dilengkapi
menentukan ideologi tertentu yang
pemahaman tentang objek penelitian
diungkap,
(2) kalimat aktif pasif,
(sebagai
berkenaan
dengan
disembunyikan
kelengkapan instrumen yang berupa
agen ataukah tidak, (3) bentuk kalimat
format pengumpulan data yang berupa
positif dan negatif, untuk mengungkap
matriks
dan
sirkumstansi
87
otentik,
lalu
software)
yang
dan
dilakukan
dengan
memungkinkan
pembangkitan
data
diinventarisasi,
untuk
atau munafik (S2)
diklasifikasi,
diinterpretasikan.
Data
c. Kesedihan utama manusia
yang
adalah sifat cemburu dan iri
dikumpulkan berjenis data kualitatif.
hati (S3)
Instrumen utama penelitian ini adalah
d. Orang yang bisa mensyukuri
peneliti sendiri. Adapun alat untuk
hal-hal kecil adalah orang
melengkapi instrumen utama berupa
yang paling bersyukur di
instrumen format klasifikasi aspek-
hidupnya (S4)
aspek teoretik sebagai alat deteksi penggunaan
teks
pembawa
ideologis
transitivitas,
kalimat
e. Setiap (orang yang) ingin
ketatabahasaan
sukses tidak cukup hanya
(seperti
dengan bermimpi, ia harus
aktif-pasif,
bangun
dari
tidur
bentuk kalimat postif-negatif, modus
bertindak
kalimat,
mewujudkannya (S5)
modalitas,
pronominal
persona, modalitas). Analisis data dilakukan
dengan
inventarisasi,
untuk
f. Bersatu untuk maju bersama
prosedur
kita sejahtera, laksanakan
dan
tugas dengan ikhlas dan
data
benar. (S6)
klasifikasi,
refleksi/interpretasi.
dan
Analisis
dilakukan dengan komparasi kasus antarsumber teks dan intrateks.
Keenam termuat
dalam
mencakupi
PEMBAHASAN Berdasarkan kajian tema data,
pembicaraan
peningkatan
slogan
dipaparkan sebagai berikut. (1)
di
(1)
atas, dosen
mahasiswa,
dalam
karier
dan
kerangka prestasi,
meskipun detil cara untuk mencapai
a. Dosen profesional selalu dirindukan
spanduk
yang
profesional, ditujukan untuk dosen dan
teks
slogan
tema:
tema-tema yang menjadi titik pangkal dalam
teks
kalsifikasi itu menjadi permasalahan
mahasiswa-
lain di luar slogan; (2) kebodohan
mahasiswanya (S1)
manusia ditujukan secara universal
b. Kebodohan utama manusia
manusia
adalah sifatnya yang penipu
(dosen,
karyawan,
dan
mahasiswa) diharapkan untuk tidak melakukan 88
penipuan
ataupun
kemunafikan. Melalui teks slogan ini
laksanakan; dan verba intransitif: (2)
kejujuran
yang
bersama, (3) bersatu, (4) bertindak,
(3) kesedihan utama
(5) harus bangun dari tidur. Proses
manusia ditujukan secara universal,
mental ditunjukkan melalui verba
untuk diarahkan agar orang menerima
transitif
apa yang dicapai besar atau kecil,
Proses relasional ditunjukkan melalui
sedikit atau banyak, tidak boleh
(1) adalah (ekuasional) dan (2) tidak
bersifat iri dengki, (4) kepekaan orang
cukup (atribut).
menjadi
diutamakan,
yang
bersyukur,
hal
ditujukan
untuk
pasif
selalu
Berdasarkan
konfigurasi
universal diharapkan tidak mudah
penggunaan
protes,
dan
menonjolkan
(5)
material (5) yang mengindikasikan
dan
disyukuri
harus
suka
diterima
atau
duka,
proses
dirindukan.
bahwa
untuk seluruh sivitas agar keinginan
digunakan
itu
pengungkapan
dibarengi
usaha
dan
atas,
penggunaan
keinginan sukses orang ditujukan
harus
di
teks-teks itu
slogan
berkenaan “aktivitas
teks proses
yang dengan dan
bertindak, tentu juga dilandasi doa,
peristiwa” (Eggins, 1994:317). Proses
dan
aktivitas dengan verba aksi yang
(6)
tindakan
kebersatuan,
ditujukan untuk seluruh sivitas yang
intransitif
(berjumlah
dimaksudkan
menuntut
kehadiran
kerukunan,
kebersamaan, persatuan,
4)
yang
satu
aktor,
dan
pengungkapan aktivitas dalam teks
melaksanakan tugas kepercayaan akan
slogan tersebut lebih banyak pada
mencapai kesejahteraan.
persoalan pengungkapan aksi fisik
Berdasarkan
konstruksi
yang intangible atau tidak dapat
ideologi
dihitung (Eggins, 1994:317). Perilaku
gramatika aspek transitivitas, bahasa
verba intransitif dan yang hanya
slogan dapat dilihat dari aspek proses
menuntut kehadiran satu aktor tersebut
dalam ketatabahasaan menggunakan
meneguhkan bahwa realisasi teks lebih
tiga jenis proses, yaitu proses material,
menonjolkan „aksional
mental, dan relasional. Ketiga jenis
transaksi‟ (Reah, 2002:74).
proses itu meliputi proses material,
material dengan verba transitif (yang
mental, dan relasional. Proses material
memerlukan kehadiran dua partisipan
ditunjukkan melalui verba transitif: (1)
yang berposisi sebagai subjek selaku
bahasa
slogan
perspektif
89
yang nonProses
aktor
dan
objek
yang
dijadikan
relasional ada dua jenis yakni dengan
sasaran) hanya berjumlah satu, yakni
realisasi
laksanakan.
realisasi tidak cukup (atribut). Dari
satu
Proses mental hanya
pada
realisasi
dirindukan transitif
yang pasif.
adalah
(ekuasional)
dan
verba
selalu
aspek partisipan dapat dilihat dari
bersifat
verba
jenis manusia, non-manusia abstrak
Adapun
proses
dan non-manusia nyata.
Tabel 2 Partisipan Berdasarkan Hasil Analisis Transitivitas dalam Bahasa Slogan pada Spanduk di Lingkungan Univet Bantara Sukoharjo
Manusia (tipe)
Non-manusia (tipe)
dosen profesional (fenomenon)
sifatnya yang penipu atau munafik (Atribute)
mahasiswa-mahasiswanya
orang yang paling bersyukur di hidupnya
(senser)
(Atribute)
Orang yang bisa mensyukuri Kebodohan utama manusia (token) hal-hal kecil (carrier) Kesedihan utama manusia (token)
Teks
slogan
di
atas
menunjukkan aksional dalam rupa
menggunakan partisipan dalam proses
benda
material
partisipan dalam aksional yang non-
yang menunjukkan adanya
non-manusia.
realisasi sifat aksional, sedangkan
transitif
carrier
realisasi teks yang nonpowerfull atau
dalam
menunjukkan
proses
relasional
adanya
realisasi
menunjukkan
Penggunaan
penggunaan
kurang tegas (Haigh, 2007:53).
proposisional, dan senser–fenomenon
Penggunaan
aspek
dalam proses mental menunjukkan
sirkumstansi pada bahasa slogan dapat
adanya
perspektual.
dilihat dari jenis realisasi sirkumstansi
Partisipan non-manusia kategori token
dan jenisnya, yakni: hanya dengan
dan attribut dalam proses relasional
bermimpi, dengan ikhlas dan benar
menunjukkan adanya realisasi propo-
(Circumstantial Manner, berjumlah 2),
sisional. Goal dalam proses material
untuk mewujudkannya, untuk maju,
realisasi
90
(untuk)
sejahtera
(Circumstantial
teks ini, kalimat memiliki struktur
Ration: Purpose, berjumlah 3). Kedua
Subjek-Predikat-Pelengkap
jenis sirkumstansi ini mengindikasikan
Dalam kasus ini, dosen profesional
acuannya bukan pada objek dunia
berperan
yang tangible (dapat dilihat), tetapi
ditempatkan
pada acuan intangibel (tidak dapat
sedangkan
dilihat) atau ada dalam tataran pikiran
sebagai senser ditempatkan sebagai
penutur dan bukan pada pengalaman
pelengkap pelaku. Efek penggunaan
nyata (nonfactual) yang ditunjukkan
bentuk pasif ini dalam proses mental
oleh ketiadaan acuan tentang waktu
adalah
dan ruang.
fenomenon yang dijadikan sebagai
Penggunaan
transitivitas
sebagai
Pelaku.
fenomenon
sebagai mahasiswanya
subjek, berperan
menempatkan
sesuatu
yang
dipentingkan
unsur
dalam
melibatkan aspek proses (menonjolkan
perspektif pikiran penutur (Eriyanto,
aksi non-transaksi), partisipan (satu
2009:157). Melalui cara ini, penutur
aktor dan menonjolkan proposisi), dan
teks slogan memberikan penekanan
sirkumstansial (sifat intangibel yang
nilai respon simpatik yang lebih tinggi
beracuan
tanpa
pada posisi yang ditampilkan sebagai
penunjukan ruang dan waktu) tampak
subjek pasif dibandingkan dengan
bahwa teks slogan dalam spanduk
unsur senser yang ditempatkan pada
mengambarkan
posisi
yang
ide,
non-faktual,
pemakaian
deskriptif
ideasional
bahasa non-
teks
dengan
gramatika
tampak pada teks berikut: (2) a. ia harus bangun dari tidur
pengonstruksi teks kurang tegas (less karena
condong
(S5a)
hanya
b. dan
sampai pada tataran ide dan bukan
bertindak
untuk
mewujudkannya (S5b)
aksional. Penggunaan
(Reah,
Pada pilihan kalimat aktif
demikian ini mengindikasikan bahwa
powerful)
pelaku
2002:84).
empirik. Efek ideologis penggunaan kategoteri
pelengkap
c. Bersatu untuk maju (S6) pilihan
pasif
d. bersama kita sejahtera (S6a)
dapat ditunjukkan dalam teks slogan
f. laksanakan tugas dengan ikhlas
Dosen profesional selalu dirindukan
dan benar (S6b)
mahasiswa-mahasiswanya (S1). Pada 91
Kutipan (2) menunjukkan
kategori
variasinya ini, penutur menggunakan
Struktur yang
penekanan yang merupakan kebalikan
terbangun dapat dikemukakan bahwa
dari motif penggunaan bentuk pasif
S-P (Subjek - Predikat) tampak pada
sebagaimana dikemukakan di atas
kalimat/klausa aktif.
(Eriyanto, 2009:157; Reah, 2002:84). (2.a)
ia harus bangun dari
Kebalikannya dari efek bentuk pasif
tidur
ini adalah dalam penggunaan bentuk
(2c) Bersatu untuk maju,
aktif
(2d) bersama kita sejahtera,
subjek, berempati pada proses normal
(2f) laksanakan tugas dengan
alamiah. Aktor dinyatakan secara
ikhlas dan benar
menekankan
sebagai
eksplisit, kecuali bila aktor subjek tersebut
telah
diketahui
bersama
antarpihak penutur dan yang diajak
(2b) dan (ia) bertindak untuk
tutur,
mewujudkannya. (2c) (Kita)
aktor
penunjukan
aktor
subjek
dilesapkan, tetapi jejak aktor masih
Bersatu untuk
bisa dengan mudah direkonstruksi atau
maju, (2d) bersama kita sejahtera,
dimunculkan kembali. Hal ini terjadi
(2f) (Kita) laksanakan tugas
pada: Pilihan bentuk positif hampir
dengan ikhlas dan benar.
digunakan
untuk
seluruh
kutipan (2.a). Unsur Predikat atau P
klausa/kalimat dalam teks slogan.
saja dengan Subjek disembunyikan
Fairlough
(dilesapkan) tampak pada kutipan (2b)
bahwa pernyataan bentuk positif ini
dan (2.c), sedangkan kutipan (2f)
sebagai
memiliki
empatik‟, seperti kutipan (3) berikut.
struktur
P-K
(Predikat
Keterangan) dengan S dilesapkan.
(2003:212) „pernyataan
(3 a. Dosen
memandang tegas
profesional
Adapun kutipan (2.d) menggunakan
dirindukan
struktur P-K-Pelengkap dengan S
mahasiswanya (S1)
yang
selalu
mahasiswa-
dilesapkan dan membentuk klausa
b. Kebodohan utama manusia
imperatif. Kutipan (2) yang Melalui
adalah sifatnya yang penipu
konstruksi gramatika bentuk struktur
atau munafik (S2)
kalimat/klausa aktif dengan segala 92
c.
Kesedihan
utama
manusia
negatif yang sesungguhnya, tetapi kata
adalah sifat cemburu dan iri
tidak
hati (S3)
sebagai ekspresi upaya mengondisikan
bersyukur
di
Pilihan
hidupnya] (S4)
deklaratif,
f. ia harus bangun dari tidur
modus
kalimat
interogatif,
imperatif
ditunjukkan dalam teks slogan. Pilihan
(S5a) g. dan
manipulatif
(orang yang) ingin sukses”.
hal-hal kecil] adalah orang paling
bersifat
pada bagian yang diterangkan “Setiap
d. Orang [yang bisa mensyukuri
[yang
cukup
deklaratif terdapat pada: bertindak
untuk
(5)
a.
mewujudkannya (S5b)
dengan
adalah sifatnya yang penipu atau munafik (S2) c.
mengindikasikan
positif adanya
mahasiswa-
b. Kebodohan utama manusia
ikhlas dan benar (S6b)
Bentuk
selalu
mahasiswanya (S1)
i. bersama kita sejahtera (S6a) tugas
profesional
dirindukan
h. Bersatu untuk maju (S6)
j. laksanakan
Dosen
Kesdeihan
utama
manusia
adalah sifat cemburu dan iri
ekspresi
hati (S3)
pernyataan yang tegas dan pasti
d. Orang yang bisa mensyukuri
(contoh kutipan 3a, 3b, 3c, 3d).
hal-hal kecil adalah orang yang
Kutipan 3f, 3g, 3h, 3i, dan 3j
paling bersyukur di hidupnya
menandakan pernyataan positif yang
(S4)
tegas dalam aksional. Ketegasan tutur
f. Setiap
ini dapat dijadikan indikator ideologi
sukses
tegas bukan ragu.
dengan bermimpi, (S5)
Teks slogan juga
memunculkan satu data pilihan bentuk
cukup
ingin hanya
(S5a)
(4) Setiap (orang yang) ingin sukses cukup
tidak
yang)
g. ia harus bangun dari tidur
negatif, yakni:
tidak
(orang
hanya
h. dan
dengan
bertindak
untuk
mewujudkannya (S5b)
bermimpi,…( S5) Kutipan
“…tidak
cukup
hanya
Modus deklaratif dalam teks
dengan bermimpi” bukan bersifat
slogan 93
cukup
dominan.
Modus
deklaratif ini menunjukkan realisasi penggunaan
bahasa
mengindikasikan
ideologi
Teks slogan dengan modalitas
yang
relasional digunakan terkait dengan
ekspresi
otoritas partisipan dalam hubungannya
demokratis (Zainuddin dan Ansari,
dengan partisipan lainnya (Santoso,
tanpa tahun) atau kategori modus
2009:99). Konsep ini sesuai dengan
indikatif (Adawi, tanpa angka tahun).
modalitas deontik dalam pandangan
Modus ini dapat berupa pernyataan
Alwi
fakta
“perintah,
yang
positif
atau
negatif.
yang
mengandung izin,
dan
Adapun penggunaan modus imperatif
(Santosa, 2009:100).
atau perintah dalam
slogan,
teks slogan
tampak pada:
makna larangan”
Dalam teks
modalitas
relasional
ini
tampak pada kutipan berikut.
(6) a. laksanakan tugas dengan ikhlas dan benar (S6b)
(7) ia harus bangun dari tidur (S5a)
b. Bersatu untuk maju (S6)
Modalitas harus ini berkaitan dengan
c. bersama kita sejahtera (S6a)
relasi partisipan lain dari seseorang penutur, yang bisa disetarakan dengan
Penggunaan modus imperatif
kata modalitas wajib.
yang termasuk kategori kuat pada kutipan
(6a)
dengan
melesapkan
subjek
orang
kedua
“laksanakan
Pilihan
kata
ganti
yang
terdapat dalam teks slogan disajikan dalam kutipan:
tugas dengan ikhlas dan benar”. Kata
(8)
kerja
dirindukan mahasiswa-mahasiswanya
imperatif
laksanakan
yang
dilesapkan bagian afiks kata tersebut menjadi
indikator
kalimat
a.
Dosen
profesional
selalu
(S1)
modus
b.
Kebodohan
utama
manusia
imperatif atau perintah. Kutipan (6a)
adalah sifatnya yang penipu atau
menunjukkan ekspresi sikap power
munafik (S2)
(kekuasaan), memerintah, otoritas, dan
c. Orang yang bisa mensyukuri hal-
sejenisnya. Kutipan (6b) dan (6c)
hal kecil adalah orang yang
menunjukkan solidaritas kebersamaan
paling bersyukur di hidupnya
dengan
(S4)
unsur
imperatif
ajakan,
…(Kita) Bersatu untuk maju, ….
d. Setiap (orang yang) ingin sukses
Bersama kita sejahtera .
tidak 94
cukup
hanya
dengan
bermimpi, ia harus bangun dari
bagaimana
tidur
realitas fakta. Kedua kata tersebut
dan
bertindak
untuk
mewujudkannya (S5, a, b)
terkait
e. Bersatu untuk maju bersama kita sejahtera
laksanakan
relasi
dengan
penutur
nilai
dengan
subjektivitas
penutur. Kata selalu menunjukkan
tugas
kepastian
frekuensi
dengan ikhlas dan benar (S6, a,
dalam
ekspresi
b)
realitas dan bisa paling Kata ganti nya dan ia dalam
tingkat
penutur
tinggi
terhadap
atau dapat serta
menunjukkan
modalitas
proposisi suatu kenyataan.
teks slogan di atas lebih bersifat mekanistis sebagai piranti kebahasaan pengacuan
yang
menunjuk
ke
SIMPULAN
belakang dan tidak membawa makna ideologis.
Kata
lebih
pada spanduk di lingkungan Univet
bersifat ideologis yang memuat nilai
Bantara Sukoharjo dari segi tematik
solidaritas antara pihak pembicara dan
pembicaraan ditujukan untuk segmen
lawan
bersifat
khalayak yang beragam yakni dosen,
ekspresi inklusif (melibatkan semua
mahasiswa, karyawan, serta manusia
pihak).
secara universal, dengan tema dosen
bicara
ganti
kita
Penggunaan bahasa slogan
sehingga
profesional, Pilihan modalitas ekspresif
manusia,
kesedihan utama manusia, kepekaan
tampak pada kutipan berikut.
orang
(9)
sukses
a. Dosen profesional selalu dirindukan
kebodohan
mahasiswa-
yang
bersyukur,
orang,
kebersatuan.
keinginan
dan
tindakan
Konstruksi
bahasa
mahasiswanya (S1)
slogan tersebut dari perspektif ideologi
b. Orang yang bisa mensyukuri
gramatika
dalam
(a)
pilihan
hal-hal kecil adalah orang yang
transitivitas
paling bersyukur di hidupnya
proses material yang mengindikasikan
(S4)
bahwa
teks
mempertonjolkan aspek
tersebut
mengungkap
“aktivitas dan peristiwa” secara fisik Piranti kebahasaan modalitas selalu
yang intangible (tidak dapat dihitung);
dan
juga menggunakan partisipan yang
bisa–paling
menunjukkan 95
lebih menonjol
aktor
yang non-
harus/wajib; (f) pilihan pronominal
transitif sehingga menimbulkan efek
persona selain menggunakan piranti
realisasi
mekanis yang non-ideologis dengan -
ekspresi
teks
yang
nonpowerfull atau kurang tegas dalam
nya
aksional;
aspek
pronomina kita yang bersifat ideologis
menonjolkan
untuk ekspresi solidaritas-inklusif; (g)
sedangkan
sirkumstansi
lebih
dan
ia,
juga
sirkumstansi purpose tanpa acuan
pilihan
tentang waktu dan ruang sehingga
menunjukkan kepastian atas proposisi
efek ideologis penggunaan kategoteri
suatu kenyataan.
teks
ini
mengindikasikan
menunjukkan
kecenderungan penekanan nilai respon simpatik yang lebih tinggi pada posisi penggunaan pasif, dan kecenderungan penekanan
Anonim. Tanpa Tahun 1. “Pendidikan Karakter” http://perpustakaan.kemdikna s.go.id/download/Pendidikan %20Karakter.pdf (diakses: 68-2013).
prosedur alamiah pada
penggunaan bentuk aktif; (c) pilihan bentuk kalimat positif dan negatif mengindikasikan
adanya
untuk
DAFTAR PUSTAKA Adawi, Rabiah. (tanpa angka tahun). “Modus, Modalitas, dan Evidensialitas Bahasa Jawa”. http://digilib.unimed.ac.id/pu blic/UNIMED-Article-23345rabiah%20adawi.pdf (diakses: 01-06-2014)
dari acuan factual; (b) pilihan kalimat pasif,
ekspresif
bahwa
pengonstruksi teks tidak berangkat
aktif
modalitas
menggunakan
ekspresi
pernyataan penutur yang tegas dan Anonim. Tanpa Tahun 2. “Kumpulan Mutiara Amanat Bung Karno”. http://serbasejarah.files.word press.com/2010/01/katamutiara-bung-karno.pdf (diakses: 30-12-2013)
pasti dalam pengakuan; (d) pilihan modus digunakan modus deklaratif atau indikatif yang memberikan efek ekspresi ideologi demokratis, dan adanya
slogan
imperatif/perintah adanya
ekspresi
yang
Baskara,
mengindikasikan ideologi
dengan praktik power pilihan
bermodus
bahasa
otoriter; (e)
modalitas
relasional
memunculkan pelaksanaan ekspresi relasi
obligasi
dengan
indikasi 96
I Ketut. Tanpa tahun. “Prinsip Desain Komunikasi Visual” http://repo.isi/tdps.ac.id/781/1 /Prinsip_Desain_Komunikasi _Visual.pdf
Eggins,
Texts”. Analysing English in a Global Context: A Reader. Anne Burns and Caroline Coffin (Eds.). London: Routledge.
Suzanne. 1994. An Introduction Systemic Functional Linguistics. London: Pinter Publishers.
Eriyanto, 2009. Analisis Wacana: pengantar Analisis Edisi cet. VII. Teks Media. Yogyakarta: LKis.
Reah, Danuta. 2002. The Language of Newspaper. 2th Edition. London: Routledge.
Fairclough, Norman. 2003. Language and Power: Relasi Bahasa, Kekuasaan, dan Ideologi. Alih Bahasa: Indah Rohmani. Malang: Boyan Publishing.
Santoso,
Anang. 2009. Bahasa Perempuan: Sebuah Potret Ideologi Perjuangan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Wodak, Ruth and Michael Meyer. 2008. “Critical Discourse Analysis: Histor y, Agenda, Theory, and Methodology” http://www.sagepub.in/upmdata/24615_01_Wodak_Ch_0 1.pdf : (diunduh: 19-102013).
Haig, Edward. 2007. “A Critical Discourse Analysis and Systemic Functional Linguistics Approach to Measuring Participant Power in a Radio News Bulletin about Youth Crime”. An audio recording. http://www.lang.nagoyau.ac.jp/media/public/mediaso ciety/vol4/pdf/haig.pdf (diakses: 13-3-2013).
Zainuddin dan M. Isa Ansari. (tanpa angka tahun). “Analisis Ideologi dalam Teks Upacara Melengkan Budaya Etnik Gayo Dalam Perspektif Semiotika Sosial”. http://digilib.unimed.ac.id/pu blic/UNIMED-Article-304892.Zainuddin.pdf (diakses: 21-5-2014)
Lee, David YW. 2001. “Genres, Registers, Text Types, Domains, and Styles: Clarifying the Concepts and Navigating a Path Through the Bnc Jungle.” Language Learning & Technology. September 2001, Vol. 5, Num. 3. 3 pp. 37-72. http://llt.msu.edu/vol5num3/p df/lee-pdf (diakses: 1-5-2014) Leeuwen, Theo van. 2006. Introduction Social Semiotics. Oxon: Routledge. Martin, J.R. 2001. “Technicality and Abstraction: Language for the Creation of Specialized 97
98