IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo A. Intan Niken Tari, Sri Hartati, Siswanti, Suparjono, Suharno Fak. Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jl. Letjen S. Humardani No. 1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Tel +62-271-593156,fax. +62-0271-591065 Abstract Soft skill merupakan kemampuan non teknis yang intangible (tidak terlihat) namun sangat diperlukan, salah satunya jiwa kewirausahaan. Bagi mahasiswa THP angkatan baru (2011) jiwa kewirausahaan penting ditanamkan agar lebih siap dan mandiri dalam menghadapi perkuliahan. Sedangkan bagi mahasiswa THP angkatan 2008, 2009 dan 2010, penanaman jiwa kewirausahaan penting dilakukan untuk tujuan : memperpendek masa tunggu setelah lulus , mempertinggi daya serap dunia kerja terhadap lulusan dan meningkatkan kemampuan menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah : menanamkan pentingnya pengembangan soft skill melalui jiwa kewirausahaan kepada mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian. Kegiatan dimulai dengan pretest, diikuti penyampaian materi/ teori dengan metode ceramah/diskusi tentang pengembangan soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery, dilanjutkan dengan pelatihan kewirausahaan dengan metode baking visit dan baking class ke perusahaan Roti Ganep, praktek dan pendampingan kewirausahaan dengan memproduksi roti kering selama 1 bulan dan diakhiri dengan post test. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta tentang pengembangan soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery sebesar 62,5%. Dari praktek kewirausahaan dengan produksi roti kering selama 1 bulan, dapat disimpulkan bahwa produksi roti kering merupakan kegiatan kewirausahaan yang menjanjikan secara ekonomi, dengan modal Rp 250.000, dapat untung Rp 36.000, PPC 6,9 bulan dan B/C ratio 1,11 Kata-kata kunci : Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian, Iptek bagi masyarakat
Pendahuluan Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) adalah salah satu bagian dari program studi-program studi yang ada di Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo (Univet Bantara Sukoharjo). Jumlah mahasiswa program studi THP termasuk golongan minoritas apabila dibandingkan dengan keseluruhan jumlah mahasiswa di Univet Bantara Sukoharjo, namun mereka mempunyai rasa percaya diri yang cukup tinggi. Pengamatan di lapang terhadap mahasiswa baru (Angkatan 2011) sebagian besar mereka belum mengenal program studi yang dipilih. Sedangkan untuk mahasiswa THP dengan angkatan yang lebih tua (angkatan 2010, 2009 dan 2008) kebanyakan sudah mengenal lebih baik program studinya, mata kuliah-mata kuliah yang akan diambilnya dan gambaran akan menjadi apa ketika lulus nantinya. Namun kesadaran tersebut belum dibarengi dengan kesadaran untuk mengembangkan diri sepenuhnya untuk bekal ketika mereka harus memasuki dunia kerja. Delapan puluh persen (80%) dari mereka mempunyai pemikiran bahwa kesuksesan memasuki dunia kerja akan dapat dilalui jika mereka mempunyai IP diatas 3 (mempunyai hardskill yang baik), hanya sisanya (20%) yang sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pengembangan softskill, diantaranya dengan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler
110
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Universitas seperti terjun dalam organisasi kemahasiswaan : kepencintaalaman (Mapala GAN) organisasi keolahragaan (Taekwondo), PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) serta kegiatan ekstrakokurikuler yang sifatnya insidental seperti LKTIM (Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa) dan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Segi positif mahasiswa Program Studi THP adalah mereka sangat terbuka terhadap dorongan dan motivasi untuk pengembangan diri mereka. Beberapa kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen dan mengajak mereka untuk terlibat, disambut dengan baik, demikian juga kegiatan-kegiatan internal kemahasiswaan yang bersifat pengembangan diri diikuti dan dilakukan dengan baik, bahkan pernah mendapat penghargaan untuk PKM (masuk sebagai finalis tingkat nasional) dan LKTIM (sebagai juara harapan 1). Kecenderungan pengembangan softskills menjadi sangat penting karena adanya fenomena banyaknya lulusan yang sulit memperoleh pekerjaan (tidak lulus seleksi), konflik-konflik diri lulusan Perguruan Tinggi saat di lingkungan kerja, dan ketidakpuasan kalangan industri dan jasa terhadap aspek non-akademik lulusan Perguruan Tinggi yang bekerja di lingkungannya. Softskills didefinisikan sebagai : "Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance“ atau ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skill) yang mampu mengembangkan secara maksimal unjuk kerja (performans) seseorang (Berthal (? ) cit. Sailah (2010)). Mahasiswa tidak hanya perlu kemampuan intelektual (hardskill) tetapi juga softskill, salah satunya jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan tidak semata-mata menjadi seorang wirausaha. tetapi setiap mahasiswa wajib memiliki jiwa kewirausahaan untuk mendukung kemampuan intelektualnya. Jiwa kewirausahaan tersebut antara lain kemandirian, jujur-inovatif-kreatif-inisiatif, sikap daya juang atau pantang menyerah, integritas yang tinggi (Anonim, 2009) Menanamkan softskill terutama jiwa kewirausahaan penting bagi mahasiswa THP pada setiap angkatan. Bagi mahasiswa THP angkatan baru (2011) jiwa kewirausahaan penting ditanamkan agar lebih siap dan mandiri dalam menghadapi perkuliahan. Sedangkan bagi mahasiswa THP angkatan 2008, 2009 dan 2010, penanaman jiwa kewirausahaan penting dilakukan memperpendek masa tunggu setelah lulus , mempertinggi daya serap dunia kerja terhadap lulusan dan meningkatkan kemampuan menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain kerja bagi diri sendiri dan orang lain (Kasidi, 2009 ). Sehingga pengenalan jiwa kewirausaahaan tidak hanya bersifat teori tetapi mahasiswa perlu dilatih dengan terjun langsung ke perusahaan pangan, misalnya di perusahaan bakery. Produk bakery diperkenalkan ke Indonesia sejak jaman penjajahan. Saat ini, aneka produk bakery sudah banyak yang dimodifikasi dan dikenal menyatu dengan kebiasaan hidup berbagai lapisan masyarakat. Roti manis yang dijajakan keliling kampung adalah satu jenis produk bakery yang sangat popular. Industri bakery didominasi oleh industri skala kecil- bahkan rumah tangga, dengan teknologi pelanggan, dan teknik pemasaran tradisional. Namun banyak juga bermunculan industri kecil, skala toko atau butik bakery yang menggunakan mesin, teknologi, serta teknik pemasaran modern. Pada kenyataannya baik skala kecil, menengah maupun besar, industry bakery masih dalam pertumbuhan yang pesat dan dapat mencapai 10% (Haryadi, 2011) Dengan latar belakang tersebut, maka perlu diselenggarakan kegiatan IbM mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo.
111
WIDYATAMA
Intan Niken Tari, Sri Hartati, dkk. IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo
Metode Adapun Metode pemecahan masalah (solusi) yang ditawarkan untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi langkah-langkah berikut (Gambar 1) : Mulai
Persiapan : materi, perijinan, tempat Pretest Tahap I Penyuluhan : Pengembangan soft skill : jiwa kewirausahaan
Tahap II Penyuluhan dan motivasi berwirausaha di bidang bakery
Tahap III Pelatihan kewirausahaan di Perusahaan Roti Ganep
Tahap IV Pembuatan salah satu produk bakery di Fakultas dan pendampingan kegiatan kewirausahaan di Fakultas selama 1 bulan
Post test
Selesai
Gambar 1 Diagram Alir Metode Penerapan Ipteks bagi Masyarakat Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo
Tahap I yaitu menggunakan metode ceramah dengan cara : Pemberian teori / pengetahuan tentang softskills: Pentingnya character building bagi mahasiswa melalui jiwa kewirausahaan. Tujuan : Memberikan pengetahuan tentang pentingnya softskills dalam membangun karakter terutama jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa dalam menempuh studi dan memasuki dunia kerja. Pelaksanaan dalam bentuk ceramah, dan diskusi (Tanya jawab). Durasi waktu ± 1 hari x 60 menit di R kuliah Fakultas Pertanian
WIDYATAMA
112
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
(R4).. Pelaksana : Tim IbM prodi THP Univet Bantara Sukoharjo (Ir. Sri Hartati,MP). Partisipasi mitra : keikutsertaan sebagai peserta aktif Tahap II yaitu menggunakan metode ceramah dengan cara : Pemberian teori / pengetahuan tentang motivasi berwirausaha di bidang bakery. Tujuan : (a) Memberikan pengetahuan tentang pentingnya “ATM” dalam berwirausaha (b) Teori singkat teknologi pengolahan roti dan kue. Pelaksanaan dalam bentuk ceramah, dan diskusi (Tanya jawab). Durasi waktu ± 1 hari x 60 menit di R kuliah Fakultas Pertanian (R4). Pelaksana : Tim IbM prodi THP Univet Bantara Sukoharjo (Siswanti,S.TP, M.Sc dan Ir. A. Intan Niken Tari,MP) Partisipasi mitra : keikutsertaan sebagai peserta aktif Tahap III yaitu menggunakan metode pelatihan : Memberi Pelatihan kewirausahaan dengan baking visit dan baking class ke pabrik roti Ganep. Tujuan : (a) Memberikan inspirasi bisnis dan gambaran prospek kerja lulusan Prodi THP (b). Pelatihan pembuatan aneka roti dan kue. Pelaksana : Tim IbM Univet Bantara Sukoharjo (Koordinator Ir. A. Intan Niken Tari, MP dan Ir.Sri Hartati,MP). Partisipasi mitra : keikutsertaan sebagai peserta aktif Tahap IV. Praktek Pembuatan salah satu produk bakery untuk dikembangkan di toko Fakultas Pertanian Tujuan : (a). Menerapkan pengetahuan pelatihan bakery dari perusahaan roti Ganep ke toko F. Pertanian (b). Pelatihan dan pendampingan kewirausahaan dalam pembuatan produk bakery. Jumlah peserta 1 kelompok mahasiswa atau yang berminat. Pelaksana : Tim IbM Univet Bantara Sukoharjo (Koordinator Ir. A. Intan Niken Tari, MP dan Suharno, S.TP). Pengamatandan pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan. Partisipasi mitra : keikutsertaan sebagai peserta aktif Evaluasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum program dimulai (pre test) dan sesudah program dimulai (post test). Setiap jawaban diberi skor berdasarkan kriteria pemahaman : Skor 4 = Sangat baik, skor 3 = Baik, skor 2 = Sedang, Skor 1 = Kurang, dan Skor 0 = Tidak paham. Nilai peserta program adalah rerata skor seluruh jawaban. Nilai keseluruhan adalah rerata seluruh peserta program. Evaluasi terhadap indikator keberhasilan program, bila skor post test mengalami peningkatan ≥ 25 % dari pada skor pre test . Evaluasi dikoordinir oleh Suparjono, S.TP Hasil Pelaksanaan kegiatan IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian dilakukan dalam 4 tahap. Tahap pertama dan kedua adalah pemberian teori tentang soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery. Tahap pertama pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pretest, kemudian dilanjutkan dengan pemberian teori mengenai “ Pengembangan soft skill : Jiwa Kewirausahaan” oleh Ir. Sri Hartati, MP, “ Kewirausahaan : Pentingnya bagi Mahasiswa dan Langkah-langkah Memulainya” oleh Siswanti, S.TP, M.Sc serta “ Pengenalan Teknologi Roti” oleh Ir. A. Intan Niken Tari, MP. Kegiatan pemberian teori ini dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi interaktif. Ceramah dilakukan dengan cara presentasi menggunakan program power point dan alat LCD. Kegiatan ini dilakukan pada hari Selasa 6 Maret 2012 jam 08.00 sampai jam 11.00 di Ruang kuliah Fakultas Pertanian Univet Bantara Sukoharjo, diikuti oleh mahasiswa program studi Teknologi Hasil Pertanian, juga dihadiri oleh ketua program studi THP beserta 4 orang dosen pendamping.. Pada Gambar 2. Terlihat mahasiswa THP antusias dalam menerima materi/ teori .
113
WIDYATAMA
Intan Niken Tari, Sri Hartati, dkk. IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo
Gambar 2
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo penuh perhatian dalam mengikuti teori tentang pengembangan soft skill, penyuluhan dan motivasi berwirausaha dibidang bakery.
Tahap ketiga pelaksanaan IbM adalah pelatihan kewirausahaan dengan kegiatan Baking Visit dan Baking Class ke Pabrik Roti Ganep Surakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis 8 Maret dari pukul 09.00 sampai 13.00 WIB, diikuti oleh seluruh mahasiswa dan dosen program studi Teknologi Hasil Pertanian. Kegiatan diawali dengan Baking Class. Mahasiswa dan dosen diberi kesempatan melihat demo pembuatan roti kering sekaligus mempraktekkannya, seperti terlihat pada Gambar 3a. Pada kegiatan Baking Visit, selain seluruh sivitas akademika program studi THP dapat mengetahui sejarah dan struktur organisasi perusahaan Roti Ganep juga berkesempatan melihat kegiatan proses produksi berbagai jenis roti terutama roti kecik yang menjadi andalan pabrik roti Ganep. Kegiatan ini dilakukan di sela-sela waktu menunggu proses pengovenan roti kering yang telah dipraktekkan sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 3b.
a
b
Gambar 3. Kegiatan Baking Class (a) dan Baking Visit (b) ke perusahaan Roti Ganep Surakarta. Tahap keempat IbM adalah praktek kewirausahaan bagi mahasiswa dengan pembuatan roti kering di Fakultas dan pendampingan kegiatan kewirausahaan selama 1 bulan. Kegiatan ini diikuti oleh 1 kelompok mahasiswa yang berminat belajar kewirausahaan di bidang bakery. Kelompok mahasiswa tersebut diberi modal Rp 250.000, kemudian diberi tugas memproduksi 1 atau 2 jenis roti kering yang resepnya
WIDYATAMA
114
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
telah diperoleh dari roti Ganep, kemudian menjualnya. Selama kegiatan berlangsung,kelompok mahasiswa ini diberi pendampingan, mulai dari proses produksi roti kering, pengemasan dan pelabelan, penetapan harga serta penjualan. Adapun dosen pendamping kegiatan ini adalah Ir. A. Intan Niken Tari, MP dan Suharno, S. TP. Kegiatan terakhir dari rangkaian pelaksanaan IbM mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian adalah post test. Kegiatan ini diikuti oleh 9 orang mahasiswa THP. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan pengetahuan mahasiswa tentang soft skill dan kewirausahaan di bidang bakery, dengan mengerjakan kembali soal yang telah diujikan pada kegiatan pretest. Pembahasan 1. Pemahaman teori tentang soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery Evaluasi diberikan kepada khalayak sasaran sesuai dengan tujuan program IbM. Evaluasi terhadap indikator keberhasilan program dilakukan dua kali yaitu sebelum program dimulai, berupa pretest dan setelah pelatihan dan praktek kewirausaan selesai dilakukan, berupa post test. Setiap jawaban diberi skor berdasarkan kriteria pemahaman : Nilai > 80 diberi skor 4, nilai 60-80 diberi skor 3, nilai 40-59, diberi skor 2 dan nilai 2039 diberi skor 1, sedang nilai < 20 diberi skor 0. Adapun makna skor tersebut adalah sebagai berikut : Skor 4 = Sangat baik, skor 3 = Baik, skor 2 = Sedang, Skor 1 = Kurang, dan Skor 0 = Tidak paham. Nilai peserta program adalah skor seluruh jawaban. Nilai keseluruhan adalah rerata seluruh peserta program. Hasil pretest dan post test para peserta dapat dilihat pada Gambar 4
Keterangan : Skor 4 = sangat baik, skor 3 = baik,s skor 2 = sedang, skor 1 = kurang dan skor 0 = tidak paham
Gambar 4. Rerata tingkat pemahaman peserta Dari Gambar 4, terlihat bahwa rerata tingkat pemahaman peserta terhadap materi tentang soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery sebelum dilakukan penjelasan (pretest) masih pada tingkatan kurang sampai sedang dengan skor rata-rata 1,6. Hal ini dapat dipahami, karena hampir sebagian mahasiswa THP belum mengenal tentang teori kewirausahaan dan teknologi roti yang diberikan pada semester VI (sekitar 45% mahasiswa masih duduk di semester II dan IV). Sedangkan teori tentang soft skill rata-rata semua mahasiswa pada berbagai angkatan sudah sering mendengarnya, namun 115
WIDYATAMA
Intan Niken Tari, Sri Hartati, dkk. IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo
mereka kurang memahaminya, sehingga rerata nilai pretest masih pada kisaran kurang sampai sedang (1,60). Rerata tingkat pemahaman peserta terhadap materi tentang soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery setelah dilakukan penjelasan, pelatihan dan bahkan pendampingan kegiatan berwirausaha (post test) mengalami peningkatan cukup signifikan menjadi 2,6 (kategori sedang sampai dengan baik) dengan presentase kenaikan sebesar 62,5%. Dengan demikian pemberian teori tentang soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery kepada mahasiswa program studi Teknologi Hasil Pertanian Sukoharjo, dapat dikatakan berhasil dengan baik. 2. Evaluasi terhadap pelatihan dan pendampingan kewirausahaan di bidang bakery (pembuatan roti kering) Evaluasi terhadap keberhasilan pelatihan dan pendampingan kewirausahaan di bidang bakery dalam hal ini roti kering selama 1 bulan pelaksanaan, dilakukan dengan memperhatikan kelayakan usaha, yang meliputi modal investasi, biaya produksi, pendapatan dan analisis ekonomi. Adapun perhitungan kelayakan usaha setelah 1 bulan pelatihan dan pendampingan sebagai berikut : a. Modal investasi = Rp. 250.000,b. Biaya produksi 1).Biaya produksi roti kering dan pie*) = Rp.300.000,2) Transport = Rp. 14.000,______________ + = Rp.314.000,Keterangan *) Karena terbatasnya dana tidak ada biaya tetap, hanya biaya variabel (bahan baku)
c. Pendapatan Penjualan roti kering = 91 x Rp 2000= Rp. 182.000,Penjualan pie = 48 x Rp 2500= Rp. 120.000,Penjualan roti kering ukuran besar (250 g) = 4 x Rp.12.000=Rp. 48.000,__________+ Jumlah pendapatan Rp. 350.000,Jumlah total (modal & pendapatan) = Rp.600.000,d. Analisis ekonomi 1. Keuntungan = Pendapatan- biaya = Rp. 350.000 – Rp. 314.000 = Rp. 36.000,2. PPC (Pay Back Period of Credit) Modal investasi PPC = ------------------------- = angka x 1 bulan (waktu pelaksanaan) Keuntungan Rp. 250.000,PPC = ------------------------ = 6.9 x 1 bulan Rp. 36.000 = 6.9 bulan Jadi modal investasi dapat kembali dalam waktu 6,9 bulan
WIDYATAMA
116
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Pendapatan 3. B/C Rasio = ---------------------- = angka (lebih dari 1 = laba) Biaya Rp. 350.000 = -----------------= 1.11 Rp 314.000 Jadi B/C Rasio menunjukkan keuntungan (angka 1,11 lebih besar dari 1) dan lebih layak dibandingkan dengan bunga bank yang saat ini 4%. Dari analisis ekonomi sederhana terhadap hasil pelatihan kewirausahaan dan pendampingan selama 1 bulan, maka dapat dikatakan usaha pembuatan roti kering ini layak diusahakan dan diteruskan, apalagi bila diusahakan pada bulan-bulan mendekati hari raya, sehingga peluang usaha semakin terbuka. Kesimpulan Dan Saran Hasil kegiatan IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan pemahaman peserta tentang pengembangan soft skill dan motivasi berwirausaha di bidang bakery sebesar 62,5%. Dari praktek kewirausahaan dengan produksi roti kering selama 1 bulan, dapat disimplkan bahwa produksi roti kering merupakan kegiatan kewirausahaan yang menjanjikan secara ekonomi, dengan modal Rp 250.000, dapat memperoleh keuntungan Rp 36.000, dengan PPC 6,9 bulan dan B/C ratio 1,11 Kegiatan IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo dalam pengembangan soft skill perlu dilanjutkan secara berkesinambungan dengan tahapan pembinaan kegiatan kemahasiswaan, dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut : Pengenalan diri, nilai-nilai moral, kepribadian (mahasiswa semester I-II), Pengembangan kreativitas (mahasiswa semester III-IV), Kepemimpinan dan kewirausahaan (semester V-VI) dan Kesiapan meraih sukses lapangan kerja (mahasiswa semester VII-VIII) Daftar Rujukan Anonim. 2009. Membangun Karakter Entrepreneur Sukes. http://bisnisukm.com/membangun-karakter-entrepreneur-sukses.html. diakses tanggal 6 Maret 2012 Haryadi, P. 2011.Bakery Insight. Food Review Indonesia Vol VI No 7 Juli 2011 Kasidi, R. 2009. Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Jiwa Kewirausahaan (kasus Pembelajaran di UNS Solo) Universitas Sebelas Maret Solo Sailah, I.2010. Pengembangan Soft Skill di Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
117
WIDYATAMA