Bahasa Belanda dalam Kurikulum Pendidikan Sejarah Arsitektur Indonesia Dutch Languages for Indonesian Architectural History’s Curriculum Bimo Hernowo, M.Eng* Peneliti Independent Anggota Kampung Budaya Research Group
Abstrak: Hingga saat ini banyak peninggalan arsitektur zaman kolonial masih sering menjadi hal yang menarik di Indonesia dan dunia. Pertanyaan yang sederhana seperti, mengapa bangunan ini didirikan dan apa kegunaannya sering menjadi tanda tanya, padahal dokumen-dokumen penunjangnya diperkirakan masih tersimpan baik di tanah air ataupun perpustakaanperpustakaan di luar negeri yang masih banyak tertulis dalam bahasa Belanda. Sekarang ini bahasa Belanda yang dahulu digunakan sebagai sebagai media komunikasi zaman kolonial di Oos Indies telah benar-benar ditinggalkan pengunaannya di tanah air. Padahal pada kenyataannya bahwa Bahasa Belanda dahulu pernah dipakai dalam proses sejarah dan budaya nusantara. Arsitektur sebagai wujud suatu proses perjalanan sejarah banyak dipengaruhi oleh banyak hal seperti seni budaya, ekonomi, politik, perkembangan teknologi serta bahasa itu sendiri. Suatu pertimbangan perlu dan tidaknya bahasa Belanda dimuat dalam kurikulum pendidikan Arsitektur di Indonesia sepertinya perlu mendapat kajian. Paper ini berusaha secara singkat menunjukan dan menguraikan tentang pentingnya Bahasa Belanda dalam tantanan hidup di Hindia Belanda masa lalu, sehingga perlu pertimbangan untuk digunakan dalam kurikulum pendidikan sejarah arsitektur selain sebagai strategi titik balik pendidikan arsitektur Indonesia menembus dunia dengan keungulan khususnya. Kata kunci: Sejarah arsitektur, bahasa Belanda , Oost Indies
Pendahuluan Sejarah panjang arsitektur nusantara yang banyak terekam oleh para peneliti kebangsaan Belanda selama kurang lebih 350 tahun hingga saat ini masih banyak menarik perhatian. Dalam penelitian sejarah bukti peninggalan yang kasad mata (hard remains), sangatlah berperan penting proses penelaahan sisi sosiologis objek riset. Pada kasus-kasus penelitian dalam dunia sejarah arsitektur Indonesia sering kali ditemui kesulitan untuk menemukan dokumen-dokumen tesebut padahal bukti dokumen tersebut sangatlah vital dalam mencapai keberhasilan proses penelitian. Di sisi lain disinyalir bahwa dokumen-dokumen pendukung tentang sejarah arsitektur nusantara yang diperlukan tadi mungkin masih banyak ditemukan di kantor-kantor arsip yang ada. Data pendukung yang mungkin sangat penting tersebut diduga masih banyak tersimpan di bumi nusantara atau bahkan dinegara-negara lain yang kebetulan masih mengunakan bahasa Nederlands atau bahasa Belanda. Pada masa kolonial ternyata banyak peningalan dokumen sejarah yang terkait dalam dunia arsitektur sebelum masa kolonial yang saat itu telah menjadi objek penelitian atau hanya catatan perjalanan para pedagang maupun dari penjabat pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh buku perjalanan tulisan Francois Valentyn digambarkan dalam buku Oud en Nieuw Oost-Indien atau Hindia Belanda Lama dan Baru (1724). Yang disitu menceritakan perjalanan di moluccos(Maluku), Amboina (Ambon), Banda, Timor, Solor, Java (Jawa) juga Choromandel, Pegu, Arracan, Bengale, Mocha, Persien, Malaca, Sumatra, Cylon, Malabar, Celebes, Tonkin, Cambodia, Siam, Borneo, Bali, Kaap der goede hoop dan Mauritius. Disitu nampak bahwa banyak pulau-pulau nusantara yang disinggahi oleh F. Valentyn yang sangat menarik untuk di telusuri yang mungkin sampai saat ini kita tidak tahu isi ceritanya.
1
Gambar 1.: Buku Francois Valentyn en Oud en Nieuw Oost-Indiën (Valentijn 1724, I)
Sumber: Kees Groeneboer, weg tot het westen
Tujuan Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan arsitektur sejarah tentang Indonesia khususnya, dirasa perlu adanya gagasan tentang pengajaran bahasa Belanda guna melengkapi ataupun membekali para lulusan pendidikan arsitek Indonesia dengan sesuatu kemampuan khusus, guna meningkatkan daya saing didalam dunia arsitektur sejarah tingkat nasional, asia tengara, bahkan dunia. Latar Belakang Pada zaman kolonial Belanda yang menjadi babak baru pengaruh arsitektur barat di bumi nusantara setelah pengaruh kebudayaan Portugis yang sebagian hingga kini masih tegak berdiri dan sebagian telah hancur. Sulitnya mengetahui latar belakang proses pendirian bangunan-bangunan tersebut memang sangat disayangkan. Tidak adanya dokumen ataupun mungkin tidak terbacanya dokumen-dokumen tersebut karena dalam bahasa Belanda mungkin menjadi salah satu alasannya. Juga ketergantungan pada para peneliti asing yang banyak menerbitkan terjemahan dokumen-dokumen sejarah tentang arsitektur nusantara dari bahasa Belanda kedalam bahasa Ingris patut mendapat perhatian dan dicari langkah pemecahannya guna menghidari peng-instant-an pendidikan sejarah bagi arsitek-arsitek muda Indonesia yang sekarang banyak terjadi. Dalam bidang penelitian sejarah tentang nusantara pengetahuan bahasa Belanda sangatlah penting. Sehingga bagi arsitek historian Indonesia, kurangnya memahami bahasa Belanda setidaknya akan menjadi kendala dalam proses penelitian dan pengembangannya. Selain itu mempelajari bahasa Belanda dirasa juga menjadi langkah penting untuk melindungi objek penelitian guna tujuan pengembangannya di tanah air. Melihat fenomena tersebut maka diperlukan suatu langkah yang tepat untuk mengatasi dan melengkapi kekurangan dalam kurikulum pendidikan arsitektur terutama dalam sejarah arsitektur Indonesia yaitu dengan menambah kurikulum pengajaran bahasa Belanda. Bagi historian melihat sendiri naskah asli dan menerjemahkan sendiri dari dokumen-dokumen yang orisinil menjadi hal yang sangat
2
penting, sehingga untuk tidak melewatkannya kegunaan naskah-naskah yang ada, maka suatu terobosan dunia pendidikan arsitektur Indonesia perlu dilakukan, salah satunya dengan memasukan bahasa Belanda sebagai salah satu mata kuliah. Gambar 2.: Dokumen Planning Kota Surakarta dengan legenda bahasa Belanda (1945)
Sumber: Centrale Bibliotheek Kon. Inst.v.d. Tropen, Amsterdam. Gambar 3. Dokumen peta Oost –Indie yang dapat diakses online
Sumber: Centrale Bibliotheek Kon. Inst.v.d. Tropen, Amsterdam.
Pada Gbr.2 dan Gbr.3 diatas ditunjukan bahwa saat ini terdapat kemudahan untuk mengakses berbagai sumber dokumen sejarah. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini sangatlah mungkin untuk mengakses berbagai dokumen sejarah yang penting di museum-museum dan perpustakaan Belanda maupun di negara lain, misalnya; akses via internet ke Centrale Bibliotheek Amsterdam, KITLV, berbagai perpustakaan sejarah dan museum-museum lainnya. Dalam kasus ini maka penguasaan bahasa asing tertentu menjadi semakin penting untuk menelusuri secara lebih jauh dan detail mengenai objek-objek penelitian yang ditekuni. Pada kenyataan meskipun banyak dokumen-dokumen yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris tetapi untuk mendapat data orisinal tentang sejarah arsitektur secara lebih detil menjadi suatu nilai
3
tertentu, sehingga diyakini masih saja diperlukan arsitek-arsitek Indonesia yang mampu memahami bahasa Belanda. Banyak kasus bahwa gudang-gudang dokumen ditanah air masih menjadi gudang tumpukan kertas usang yang belum terolah menjadi gudang ilmu, bahkan sebagian besar mungkin sudah menjadi debu karena tidak dimanfaatkan. Disini arti penting mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan sejarah arsitektur nusantara perlu di galakan. Banyak alasan kenapa bahasa Belanda layak dan perlu masuk dalam katergori matakuliah dalam dunia arsitektur Indonesia. Alasan bahwa bahasa Belanda layak masuk dalam kurikulum pendidikan arsitektur adalah antara lain: • Latar belakang sejarah nusantara • Dominasi arsitektur peninggal Belanda di seluruh dunia di berbagai benua; Asia, Afrika, Australia dan Amerika. • Banyaknya dokumentasi berbahasa Belanda yang masih tersimpan di Indonesia. • Banyaknya dokumen dalam bahasa Belanda tentang Indonesia yang sangat berguna bagi studi arsitektur nusantara. • Bahasa Belanda banyak menjadi bahasa sumber ilmu-ilmu sejarah dan arsitektur dunia. • Diperlukanya kekhasan tertentu lulusan arsitektur di Indonesia guna membongkar dokumen-dokumen sejarah agar dapat dikenal oleh para mahasiswa jurusan sejarah, arkheologi dan sejarah arsitektur. Sumber Informasi Zaman Belanda In the study of the development of the Indonesian city, as well as in the history of the Indonesia archipelago in general, three phases are often disstinguisshed: early, the colonial and the modern period (Nas and Boender,2000).
Nas dan Boeder mengatakan bahwa dalam studi perkembangan kota-kota di Indonesia termasuk sejarahnya, maka disitu sangatlah untuk penting membedakan fase zaman awal, zaman kolonial dan periode modern. Dalam hal ini maka patut mejadi suatu perhatian untuk mempelajari ketiga fase tersebut guna kepentingan studi arsitektur Indonesia. Pada kenyataannya salah satu kendala untuk mempelajari arsitektur dan kota-kota Indonesia masa lampau adalah karena mahalnya harga buku-buku terbitan internasional juga bahasa yang digunakan kebanyakan bahasa asing, disamping bukubuku ataupun dokumen-dokumen tersebut memang susah dijumpai secara luas. Selain itu karena kebanyakan buku-buku tersebut masih berbahasa Belanda maka kadang masih banyak karya yang hampir tidak pernah tersentuh dalam dunia pendidikan sejarah arsitektur di tanah air. Padahal objek penelitian sejarah arsitektur Indonesia malah lebih banyak diminati para peneliti dari negara-negara lain seperti Belanda, Jepang, Amerika, Inggris, Singapore dan seterusnya. Dari penelusuran yang dilakukan ternyata banyak karya penelitian yang sangat penting untuk dijadikan patokan penting bagi bahan studi arsitektur maupun arkeologi, misalnya karya-karya untuk masa studi masa peradapan awal sebelum masa kolonial misalnya karya Nicholas Johannes Krom dalam catatan-catatan yang menceritakan tentang borobudur dalam De opgraving en restauratie van de borobudur juga dalam Inleiding tot de Hidoe-Javansche kunst (1919), berschrijving van borobudur, HindoeJavaansche Gechiedenis (1926), Gouverneur-general Gustaaf Willem van Imhof (1941) yang semua tertulis dalam bahasa Belanda. Sedangkan untuk masa kolonial
4
dikenal Juga karya F.D.K. Bosch, Bijdragen tot de taal-land en Volkenkunde van Nederlandisch-Indie (1946) yang mungkin sekali sangat menarik untuk di kaji. Kemudian untuk masa modern juga banyak catatan-catatan sejarah tentang kegiatan pembangunan di masa Hindia Belanda yang perlu diperkenalkan kepada pada caloncalon arsitek Indonesia, antara lain; (gbr. 4) seperti buku Soerabaja 1900-1950 Havens, marine, stadsbeeld ,Port, Navy, Townscape (2004), Batavia/ Djakarta/ Jakarta Beeld van een metamorfose (1997), Djogja/ Solo Beeld van de Vorstenden (1998) dan juga terdapat kumpulan peta-peta kuno Grootste Atlas van de Verenigde Oost Indische Companie (2006) serta buku-buku lainnya yang sempat disebutkan dalam paper ini.. Melihat fenomena seperti yang diungkapkan diatas maka memperkenalkan tulisantulisan dan dokumen-dokumen terkait dalam bahasa aslinya kepada mahasiswa arsitektur akan menjadi tantangan tersendiri bagi dunia arsitektur sejarah di tanah air. Gambar. 4: Buku-buku yang berbahasa Belanda
Sumber: http://www.asiamaior.nl/produchtenned.htm, Soerabaja 1900-1950 Havens, marine, stadsbeeld ,Port, Navy, Townscape (2004), Batavia/ Djakarta/ Jakarta Beeld van een metamorfose (1997), Djogja/ Solo Beeld van de Vorstenden (1998)
“Taalpolitiek” Bahasa Politik dan Pendidikan Zaman Oost Indies Pada awalnya bahasa belanda tidak begitu diserap oleh negeri jajahan, sehingga perkembanganya di negara jajahan memang tidak begitu dominan. Tetapi setelah kultur industri pertanian Belanda, maka dinegeri-negeri jajahan termasuk di Oost Indies pembangunan begitu pesat dan pengunaan bahasa perantara menjadi sangat penting. Pada awalnya bahasa Belanda diterapkan di Hindia Belanda untuk menghambat laju perkembangan bahasa Portugis, karena saat itu pemerintah Hindia Belanda melihatnya sudah tidak relevan lagi, maka tujuannya dialihkan untuk mengontrol fungsi pemerintahan, dimana dengan bahasa ini seluruh penduduk secara sosiologis diikat didalamnya. Tahun 1901 tepatnya tanggal 19 september Ratu Wilhemina yang baru naik tahta dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda diungkapkan bahwa pemerintah Belanda mempunyai “een eerschuld” pangilan moral dan hutang budi terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Yang kemudian disebut dengan kebijakan “ethis koers” (politik etis), yang terangkum dalam program “Trias Politika” yang meliputi: • Pengairan, membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. • Emigrasi yaitu mengajak penduduk untuk transmigrasi.
5
•
Memperluas dala bidang pengajaran dan edukasi(wikipedia Indonesia, 2007).
Kaum Etis di pelopori oleh Pieter Brooshof seorang wartawan koran de Lokomotief dan C. Van Deventer. Setelah pemberlakuan “politik etis” tersebut maka pendidikan bahasa Belanda di nusantara menjadi lebih gencar. Bahkan bahasa Belanda digunakan sebagai taalpolitiek (bahasa politik) yaitu bahasa yang digunakan dalam hal-hal kenegaraan disamping dijadikan bahasa utama dalam pendidikan dan pemerintahan. Dalam tab.1 ditunjukan jumlah penduduk yang mampu berbahasa Belanda di Hindia Belanda yang terdata pada mulai tahun 1900 sampai dengan 1942 terus mengalami peningkatan. Angka pemakai bahasa Belanda bagi kalangan pribumi meningkat dari 5.000 orang pada tahun 1900 menjadi 863.000 orang pada tahun 1942 dan bila dijumlah dengan yang berbahasa Belanda pasif menjadi 1.294.000 orang. Jumlah peningkatan ini dinilai sangatlah penting dalam kaitannya dengan dunia kearsipan. Sehingga bisa sedikit ditarik kaitannya bahwa bahasa Belanda merupakan akses penting untuk keperluan pendataan dan rekaman pembangunan kala itu yang saat ini mungkin sangat diperlukan sebagai bahan studi sejarah budaya dan arsitektur Indonesia. Tabel.1:Prosentase Jumlah Penduduk berbahasa Belanda di Hindia Belanda (1900-1942) Orang Eropa
Orang pribumi
tahun
Jumlah Penduduk berbahasa Belanda
(%) dari total jumlah Penduduk Orang Eropa
(%) bebas buta huruf
1900 1920 1930 1942
36.000 131.716 172.089 300.000
40 77.6 71 75
94.9 95.3 95
Jumlah Penduduk berbahasa Belanda
Pendatang lainnya (%) dari total jumlah Penduduk Pribumi
(%) bebas buta huruf
Jumlah Penduduk berbahasa Belanda
5.000 0.012 600 60.621 0.12 4 10.372 187.708 0.3 5 41.080 863.000 1.2 225.000 1.294.000 1.8* 337.000 Sumber: Kees Groeneboer, weg tot het westen (p.392) ,* termasuk yang berbahasa Belanda pasif.
(%) dari total jumlah Penduduk Pendatang lain
0.1 1.2 3.0 10.1 16.0*
(%) bebas buta huruf
5.1 11.1
Bahasa Belanda Zaman Jepang(1942-1945) In addition, there were profound cultural implications from the Japanese invasion of Java.In administration, business, and cultural life, the Dutch language was discharded in favor of Malay and Japanese. (http://www.country-studies.com/indonesia/,2007) Gambar.5: Propaganda Jepang 1942
Pada masa tahun 1942-1945 Jepang dengan propagandanya, ”Japans aanplakbiljet: ‘Volwassenen en kinderen, laten we Japans spreken. Japans, de taal van Groot-Oost-Azië’ (L. de Jong 1985:237, Groeneboer 2006: 438). Dewasa dan anak berbicara dalam bahasa Jepang, bahasa Jepang adalah bahasa Asia Raya. Jepang menghentikan pengunaan bahasa Belanda dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Hanya bahasa Indonesia/ melayu dan bahasa Jepang yang diperbolehkan untuk digunakan. Bahkan semua simbol-simbol barat di larang termasuk kegiatan kebudayaan semacam drama, film, kesenian dan sebagainnya hingga nama toko-toko “schoenmaker” diganti dengan bahasa melayu “Toekang Sepatoe”. Nama Batavia diganti dengan Jakarta guna memeriahkan penumbangan patung Jan Pieterszoon Coen. Sehingga selama tiga
Sumber: Kees Groeneboer, weg tot het westen (p.438)
6
setengah tahun bahasa Belanda ditinggalkan dan tidak digunakan lagi. Paska Kemerdekaan 1945-1950 hingga saat ini Pengunaan Bahasa Belanda atau Bahasa Melayu juga sudah menjadi perdebatan sejak zaman pergerakan Indonesia. Akan tetapi Bahasa Belanda ditinggalkan karena merupakan sikap penolakan terhadap penjajahan Belanda. Disisi lain mendudukan sejarah pada tempatnya dan memanfaatkannya untuk dunia pendidikan mungkin menjadi jawaban dari perdebatan penolakan dan dukungan terhadap pengunaan bahasa Belanda di bumi nusantara dimasa lampau setelah kemerdekaan. Gagasan pengajaran bahasa Belanda dalam kurikulum pendidikan arsitektur perlu suatu perencanaan jika memang dirasa diperlukan. Dalam kenyataannya saat ini bahwa bahasa Belanda merupakan bahasa kunci dari berbagai fenomena sejarah arsitektur dan kebudayaan Indonesia serta dunia pada masa penjajahan. Maka ke hadiran mata kuliah bahasa Belanda dalam pendidikan arsitektur mungkin diperlukan. Diskusi dan Kesimpulan Peningkatan penguna bahasa Belanda dari tahun 1900-1942 (tab.2), mungkin bisa menjadi salah satu petunjuk dan pertimbangan untuk mengolah dan memanfaatkan catatan-catatan sejarah yang mungkin patut untuk di telusuri dalam kaitannya dengan dunia arsitektur nusantara. Digunakannya bahasa Belanda dalam dunia pendidikan, administrasi dan bahasa percakapan didalam kehidupan zaman Hindia Belanda cukup mempertegas bahwa perlunya memanfaatkan bahasa Belanda dalam membuka fenomena-fenomena dalam dunia arsitektur ditanah air. Dengan kata lain dengan pembelajaran bahasa Belanda tersebut memungkinkan pemunculan pemahamanpemahaman baru mengenai dokumen-dokumen lama penting dalam sejarah dan pembangunan kota. Tabel.2 :Jumlah Penduduk berbahasa Belanda di Hindia Belanda (1900-1942)
1000000
Orang Eropa 900000
863000
Pribumi
pendatang lain
800000
jumlah orang
700000 600000 500000 400000 300000
300000 172716
200000 100000
225000 187708
131716 60621 41080
36000 5000
10372
600
0 1900
1920
1930
1942
tahun Sumber: Kees Groeneboer, weg tot het westen (p.392)
7
Bahasa dan Dunia Arsitektur Sejarah Pada kenyataan bahwa penelitian sejarah sangat banyak mengantungkan pada dokumen-dokumen yang tersisa yang kebanyakan masih naskah berbahasa Belanda. Dalam hal ini bahasa Belanda seolah menjadi bahasa yang sangat erat kaitannya dengan proses transformasi dari zaman kerajaan, zaman kolonial hingga jaman kemerdekaan. Sehingga memanfaatkannya dengan cara mengabungkan metode penelitian yang diterapkan oleh historian dan sosiolog dalam dunia arsitektur sejarah menjadi lebih multidisiplin dirasa perlu. Dengan memanfaatkan bahasa Belanda diharapkan dapat sangat membantu dalam proses studi dan pemahaman dunia sejarah Arsitektur nusantara bagi para generasi muda arsitek-arsitek Indonesia. Bahasa Belanda sebagai Kekhasan Arsitek Sejarawan Indonesia Selain itu posisi kepulauan nusantara sangatlah menentukan dalam kaitannya dengan sejarah dunia dan asia tengara. Sejarah keterkaitan Indonesia dengan VOC masih banyak menjadi perhatian bagi sejarahwan-sejarahwan dunia. Bahkan baru-baru ini penerbitan Grootste Atlas van de Verenigde Oost Indische Companie (2006) menunjukan betapa pentingnya studi sejarah kaitannya dengan peningalan-peningalan VOC termasuk peningalan arsitekturnya diseluruh dunia. Dengan latar tersebut maka sepertinya menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing para arsitek-arsitek peneliti Indonesia salah satunya dengan modal kemampuan khusus berbahasa Belanda. Modal dan Strategi Masa Depan Pendidikan Arsitektur Sejarah Perkembangan arsitektur nusantara dalam sejarah yang tidak pernah lepas dari sejarah kolonial yang pernah ada di bumi nusantara. Dimana latar belakang multi budaya serta sejarah budaya ekonomi dan politik serta perkembangan teknologi terkait dengan sejarah pengunaan Bahasa Belanda yang diterapkan pemerintahan Hindia Belanda. Banyak maanfaat yang akan didapat para arsitek Indonesia bila penguasaan bahasa Belanda. Disamping guna membongkar babon dan rahasia arsitektur yang masih banyak tersimpan di museum-museum ditanah air, yang jika tidak segera dilakukan mungkin akan menjadi debu tanpa diketahui apa isinya. Selain itu langkah ini juga bisa dijadikan sebuah strategi, modal dan tantangan guna pengembangan bagi pendidikan arsitektur di tanah air. Sekaligus berguna untuk menarik benang merah sejarah arsitektur nusantara dan menjadikanya batu pijakan bagi arsitek masa depan atau bahkan menjadi salah satu ke ungulan khas arsitekarsitek Indonesia dalam kancah persaingan dunia arsitektur sejarah. Rekomendasi dan Saran Berikut ini adalah rekomendasi dan saran singkat terkait dengan ide bahasa Belanda dalam Kurikulum Pendidikan Sejarah Arsitektur Indonesia yang perlu mendapat perhatian, antara lain: • Perlu dibentuknya dibentuk tim penggagas guna mematangkan konsep bagaimana bahasa Belanda dalam Kurikulum Pendidikan Sejarah Arsitektur Indonesia nantinya diterapkan. • Sebaiknya agar pengajaran bahasa Belanda dalam kurikulum kuliah arsitektur di arahkan langsung dalam kasus-kasus tematik dunia arsitektur, dimana segi gramatik menjadi sisi pendukung. • Pengajaran bahasa Belanda di gunakan dengan mendiskusikan buku-buku atau dokumen-dokumen sejarah yang berbahasa Belanda.
8
• •
Membuat kelompok studi sejarah arsitektur dan mengangkat isu pengunaan bahasa asing dalam studi arsitektur. Membuat jaringan sejarah untuk bisa menjangkau dokumen-dokumen sejarah di luar negeri. Termasuk kemungkinan kerjasama dengan jurusan sejarah, sastra Belanda dan arkeologi.
Daftar Pustaka: • Groeneboer, Kees(1993) Weg tot het Westen het Nederlands voor indie 16001950, KITLV, Leiden. • Nas,P.J.M and Boender, Welmoet(1999) The Indonesian City in Urban Theory, paper, Leiden University. • Burke, Peter (1980) Sociology and History, George allen & Unwin ltd, London. • Beasley,W.G.(2003) Pengalaman Jepang, Sejarah Singkat Jepang, penerjemah Masri Maris, Yayasan Obor Indonesia. • ---------(2007) Boagrapfie Van Krom, Nicholas Johannes http://www.inghist.nl/Onderzoek/Projecten/BWN/lemmata/bwn3/krom,02/03,3:03 am • ---------(2007)Koninklijk Instituut voor de Tropen, http://maps.kit.nl/. • ---------(2007)Asia Maior(2007), http://www.asiamaior.nl/produchtenned.htm,17/03, 5:01 am • Wikipedia Indonesia(2007) ,Politik Etis http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_etis,17/03, 5:38 am • Juliastuti, Nuraini (2007) Indis dalam Indonesia Masa Kini http://www.kunci.or.id/esai/misc/juliastuti_indis.htm17/03,9:52 pm. • ------------(2007) Country Studies, The japanese Occupation, 1942-45 http://www.country-studies.com/indonesia/,17/03,9:57 pm. • ----------(2007) Nederlands,http://nl.wikipedia.org/wiki/Nederlands,18/03,12:39 am.
--------------------------------------------------------------Bimo Hernowo, M.Eng, Arsitek Peneliti Independent Anggota Kampung Budaya Research Group dan Planner Anggota SIADP, Dortmund, Email:
[email protected] ------------------------------------------------------------Paper ini dimuat dalam: Prosiding Semiloka Nasional Pendidikan Arsitektur, Methode Pembelajaran Yang Tepat Untuk Matakuliah Berbasis Studio Pada Jurusan Arsitektur, Dalam Rangka Program Hibah Kompetisi(PHK A2) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional, Jakarta, 14 April 2007. Diterbitkan oleh Jurusan Arsitiektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, ISBN : 978-979-15605-1-0
9