EDISI 2010
Sejarah Kurikulum SD di Indonesia
S.Belen
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2010
Sejarah Kurikulum SD di Indonesia: Dari Mengajar tradisional ke belajar aktif
Penulis: Dr. S.Belen, S.Pd., B.Phil. Kontributor: A.F.Tangyong. M.A., M.A. Wahyudi Suseloardjo Drs. Sudyono. M.A. Dr. Sediono Abdullah, M.Si. Drs. Arief Sidharta, M.Pd.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Jalan Raya Gunung Sahari No. 4 Senen, Jakarta Pusat Telepon: ... Faximile: ...
Daftar Isi Sejarah Kurikulum SD di Indonesia Halaman Kata Pengantar Daftar Isi Bab
I
Pendahuluan
1
A. Kurikulum di alam kemerdekaan B.
Definisi dan organisasi kurikulum
C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum
Bab
II
Kurikulum SD pada Masa Hindia Belanda A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa Hindia Belanda B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda
Bab III
Kurikulum SD pada Masa Pendudukan Jepang A.
Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang
B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang
Bab IV
Kurikulum SD pada Masa Awal Kemerdekaan dan Masa Pemerintahan Orde Lama A. Landasan
hukum
perubahan
/
pengembangan
kurikulum B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama D. Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama E.
Perkembangan komponen kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
F.
Prinsip
pengembangan
kurikulum
pada
awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
Bab
V
Kurikulum SD pada Masa Pemerintahan Orde Baru A. Landasan
hukum
perubahan
/
pengembangan
kurikulum B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa Orde Baru C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde Baru D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa Orde Baru E.
Perkembangan komponen kurikulum pada masa Orde Baru
F.
Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde Baru
Bab VI
Kurikulum SD pada Masa Reformasi A. Landasan
hukum
perubahan
/
pengembangan
kurikulum B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa reformasi C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa reformasi D. Perkembangan struktur program kurikulum pada
masa reformasi E.
Perkembangan komponen kurikulum pada masa reformasi
F.
Prinsip
pengembangan
kurikulum
pada
masa
reformasi
Bab VII
Perkembangan Mata pelajaran dari Masa ke Masa
Bab VIII
Perkembangan Komponen Kurikulum dari Masa ke Masa
Bab IX
Kronologi Perkembangan Kurikulum: Pengembang & Ciri-ciri Kurikulum
Bab X
Refleksi Perkembangan Kurikulum SD di Indonesia
Daftar Pustaka
Daftar Tabel
Halaman Tabel 2.1
Struktur program kurikulum pada sekolah dasar dizaman Belanda
Tabel 3.1
Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat pada masa pendudukan Jepang
Tabel 4.1
Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan dan masa Orde Lama
Tabel 4.2
Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964
Tabel 4.3
Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa daerah sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947)
Tabel 4.4
Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947)
Tabel 4.5
Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore hari (Rencana Pelajaran 1947)
Tabel 4.6
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana Pendidikan 1964)
Tabel 4.7
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa
Indonesia dari Kelas I (Rencana Pendidikan 1964) Tabel 4.8
Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952
Tabel 4.9
Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964
Tabel 5.1
Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde Lama
Tabel 5.2
Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum pada masa Orde Baru
Tabel 5.3
Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968) (Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah sebagai bahasa pengantar)
Tabel 5.4
Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968) (Bagi sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I)
Tabel 5.5
Struktur Program Kurikulum Sekolah Dasar 1975
Tabel 5.6
Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar (1984)
Tabel 5.7
Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar 1994 *)
Tabel 5.8
Garis-garis Besar Program Pengajaran Bidang Studi IPA SD Kelas IV
Tabel 6.1
Landasan hukum pengembangan kurikulum pada masa reformasi
Tabel 6.2
Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 2004 dan 2006
Tabel 6.3
Struktur Kurikulum Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 6.4
Struktur Kurikulum SD/MI 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Tabel 6.5
Struktur Kurikulum SDN Pondok Bambu 14
Tabel 6.6
Tabel Kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2004)
Tabel 6.7
Tabel Contoh Kompetensi Dasar Kurikulum 2004
Tabel 6.8
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV Kurikulum 2006
Tabel 6.9
Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
Tabel 7.1
Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan olahraga dan kesehatan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Tabel 7.2
Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan kesenian dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Tabel 7.3
Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan keterampilan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Tabel 8.2
Perbandingan komponen Kurikulum 1947 s.d. 2006
Tabel 8.1
Kecenderungan penekanan materi atau kemampuan / kompetensi pada kurikulum IPA
Tabel 9.1
Kronologi Perkembangan Kurikulum di
Indonesia Tabel 9.2
Penyusun kurikulum-kurikulum di Indonesia
Daftar Bagan & Gambar
Halaman Bagan 2.1
Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20
Bagan 10.1
Perkembangan
anutan
pendekatan
pengembangan kurikulum di negara-negara maju Gambar 4. 1
Unsur kurikulum
Gambar 5.1
Langkah-langkah desain kurikulum
Gambar 5.2
Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini
Gambar 5.3
Unsur-unsur belajar aktif
Gambar 5.4
Prinsip-prinsip belajar aktif
Gambar 6.1
Input, proses, dan outcome kompetensi
PENDAHULUAN A.
Kurikulum di alam kemerdekaan
Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, paling tidak kita telah mengenal 9 kurikulum yang lengkap , yaitu kurikulum-kurikulum tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir 2006. Jeda waktu antara satu kurikulum dan kurikulum berikutnya berkisar dari 5, 12, 4, 7, 9, 10, 10, dan 2 tahun. Pergantian kurikulum yang semakin cepat dipengaruhi perubahan politik sehingga dalam kurun waktu 7 tahun setelah merdeka kita menerapkan 2 kurikulum. Dengan kata lain, turbulensi politik berdampak pergantian kurikulum. Dari tahun 1952 – 1964, selama 12 tahun kita bertahan menerapkan Kurikulum 1952. Dari satu segi kenyataan ini dapat dipandang sebagai akibat kurang diprioritaskannya pendidikan. Atau, karena konsistensi pemikiran pedagogis yang dianut para pengambil keputusan di bidang pendidikan. Kurikulum 1964 hanya diterapkan 4 tahun, lalu kita beralih ke Kurikulum 1968. Ini disebabkan oleh peralihan dari kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru. Kurikulum 1968 dilaksanakan selama 7 tahun, kemudian terbit Kurikulum 1975 yang cukup komprehensif dari segi pengembangan kurikulum. Kurikulum 1975 lahir sebagai dampak semakin terbukanya negara kita terhadap pengaruh Barat setelah PKI tersingkir dari arena perpolitikan Indonesia. Kurikulum ini lahir sebagai hasil kerja sama internasional karena dunia politik dan ekonomi Indonesia yang semakin terbuka terhadap Blok Barat. Kemudian, lahir Kurikulum 1984 sebagai dampak hasil riset pendidikan, inovasi kurikulum dan pendidikan di Indonesia, serta perkembangan di negara-negara lain sejak awal 1970-an yang perlu ditampung dalam kurikulum baru. Pemberlakukan kurikulum baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia itu penting sebagai motor penggerak pembaharuan atau pengadaan berbagai komponen pendidikan yang lain, seperti buku pelajaran, sarana belajar lain, metodologi mengajar, penilaian dan ujian, dan kurikulum lembaga pendidikan guru. Kemudian, lahir Kurikulum 1994 untuk menampung hasil inovasi kurikulum dan pendidikan yang sudah cukup meyakinkan, pendekatan komunikatif dalam
1
bahasa, belajar aktif dalam IPA, IPS, dan mata pelajaran lain, serta perlunya diterapkan mata pelajaran desain dan teknologi di sekolah. Walaupun pada Kurikulum 1947, 1964, dan 1968, lalu kemudian pada Kurikulum 1984 dan 1994 pendekatan belajar aktif ditekankan, sejak kemerdekaan, mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 1994, selama 47 atau hampir 50 tahun kita tetap belum terlepas dari pendekatan pengembangan kurikulum berbasis materi atau pengetahun (content-based curriculum development).
B.
Definisi dan organisasi kurikulum
Definisi kurikulum menurut tingkatan organisasi kurikulum yang digunakan dalam penulisan ini dikemukakan berikut ini.
Definisi kurikulum 1. Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh siswa di bawah bimbingan para guru. 2. Kurikulum mencakup semua kesempatan belajar yang diadakan oleh sekolah. 3. Kurikulum adalah sebuah rencana untuk semua pengalaman yang dihadapi siswa di sekolah. K
K
.. fo .
is lu m
ur ric u
…
um ul ik ur
…
C
C
um ul ik ur
a an nc re a
en co lu m
ur ric u
lu m ur ric u
…
C
um ul ik ur
m se ke
pl an
m pa
of t al l
ua
is
m se
n ta pa ...
h. ..
33% 33% 33%
K
Organisasi kurikulum • Tingkat masyarakat…politisi, panitia khusus, ahli • Tingkat institusi…ditetapkan di sekolah, kabupaten, universitas…biasanya disusun sejalan dengan disiplin mata pelajaran / kuliah • Tingkat instruksional…perencanaan guru dan pengajaran siswa • Tingkat ideologis…teoretisi belajar dan spesialis mata pelajaran
2
C. Prinsip-prinsip
pengambilan
keputusan
dan
proses
pengembangan kurikulum Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum yang berkenaan dengan desain, pengembangan, dan evaluasi dikemukakan berikut ini.
Prinsip 1: Keputusan tentang kurikulum harus dibuat berdasarkan alasan-alasan pendidikan yang valid (sahih), bukan berdasarkan alasan-alasan yang kedengaran bagus atau alasan bukan pendidikan.
Prinsip 2: Keputusan tentang kurikulum yang bersifat permanen harus dibuat berdasarkan bukti (evidensi) terbaik yang tersedia.
Prinsip 3: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks tujuan pendidikan yang bersifat umum.
3
Prinsip 4: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks keputusan yang dibuat sebelumnya dan dalam konteks kebutuhan untuk pembuatan keputusan tambahan sehingga keseimbangan dan pertimbangan kurikulum lainnya yang penting dapat dijamin aman.
Prinsip 5: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan paduan kekuatan yang berasal dari kodrat dan perkembangan pelajar, kodrat proses belajar, tuntutan masyarakat umumnya, persyaratan dari masyarakat lokal, dan hakikat dan struktur mata pelajaran yang akan dipelajari.
Prinsip 6: Keputusan kurikulum harus dibuat secara kooperatif oleh orangorang yang terlibat dalam dampak keputusan itu dan dengan partisipasi penuh orang-orang yang amat terkena dampak keputusan itu.
4
Prinsip 7: Keputusan kurikulum harus memperhatikan fakta-fakta baru tentang kehidupan manusia, seperti perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan rasa persatuan dalam keanekaragaman.
Prinsip 8: Keputusan kurikulum harus mempertimbangkan banyak perbedaan antar-siswa, terutama yang berhubungan dengan potensi perkembangan siswa, kemampuan intelektualnya, gaya berpikirnya, kemampuan menghadapi tekanan teman sebaya, dan kebutuhan akan pendidikan nilai dan penghargaan.
Prinsip 9: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan pandangan realistis tentang hal-hal pengorganisasian atau rekayasa yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan itu sendiri, seperti korelasi atau pemisahan mata pelajaran, distingsi antara materi kurikulum dan pengalaman siswa, dan penggunaan waktu.
5
Prinsip 10: Keputusan kurikulum harus dibuat berdadasarkan beberapa pandangan
mendahului
(antisipatif)
tentang
cara-cara
keputusan
itu
dikomunikasikan dan dibagi.
Prinsip 11: Keputusan kurikulum harus dibuat hanya dalam hubungan dengan mata pelajaran dan pengalaman siswa yang tidak dapat diberikan secara memuaskan di luar sekolah.
6
KURIKULUM SD PADA MASA HINDIA BELANDA A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa Hindia Belanda Pada masa penjajahan Belanda di tanah air berlaku tiga sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan tradisional yang dilakukan di pondok dan padepokan, sistem pendidikan Barat yang diperkenalkan penjajah Belanda, dan sistem pendidikan yang berciri nasional yang dirintis para tokoh pergerakan nasional, terutama sistem perguruan Taman Siswa yang dirintis dan dikembangkan Ki Hajar Dewantara. Pada pendidikan di padepokan seorang cantrik (murid) dididik oleh seorang begawan (guru) untuk menguasai bidang atau hal tertentu. Kemudian, sistem pendidikan seperti ini dilanjutkan dan dikembangkan menjadi sistem pendidikan pondok pesantren. Para murid atau santri dididik oleh seorang ulama yang menguasai ilmu Agama Islam secara mendalam. Ulama ini disebut kyai. Para santri tinggal di pondok pesantren atau di pondok-pondok sekitar rumah kyai. Sejak awal abad ke-20, sistem pendidikan tradisional ini terpengaruh sistem pendidikan kolonial dan akhirnya ada yang mengadopsi sistem sekolah seperti yang diperkenalkan Belanda sedangkan pelajaran Quran dan agama dijadikan mata pelajaran wajib. Karena itu, pada tahun 1919 misalnya Sekolah Adabiyah di Sumatera Barat amat menyimpang dari cara pendidikan tradisional dan berkembang menjadi sekolah serupa HIS. Perbedaan dengan HIS adalah pelajaran Quran dan Agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib. Selanjutnya, sistem seperti ini berkembang menjadi madrasah. (Mahmud Yunus, 1979 dalam Yasin Anwar, 1987). Ciri utama sistem pendidikan kolonial adalah eksploitatif
karena bertujuan
menghasilkan tenaga kerja rendahan untuk mendukung kebutuhan ekonomi penjajah. Ciri yang kedua adalah diskriminatif rasial karena membeda-bedakan perlakuan kepada anak-anak golongan Belanda atau Eropa, golongan Timur Asing, dan pribumi. Anak-anak pribumi juga dibedakan antara anak-anak
7
keluarga ningrat atau bangsawan (aristokrat), pemimpin agama (ulama), dan anakanak rakyat biasa.
Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20 6 Technische
Geneeskundige
Rechts
4
Pendidikan
Hoogeschool
Hoogeschool
Hoogeschool
3
tinggi
(Sekolah Tinggi
(Sekolah Tinggi
(Sekolah Tinggi
Teknik)
Kedokteran)
Hukum)
5
2 1 8 7 6 5 4
Mid.Vak-
Kweekschool
school
(Sekolah
(Sekolah
Guru)
Menengah
Pendidikan menengah
AMS
Atas)
LYCEA 3 2
HBS
1
V
MULO
10
HBS
Eur. Vak-school (Sek.
9
III
Kejuruan Eropa)
Voorklas
8 Schakel-
7 6
Pendidikan
Inlandsche-school
School (Sek.
Inl.
rendah
(Sekolah Bumiputera Kelas 1
Peralihan)
Vakschool (Sekolah
ELS 5
Kejuruan)
(Sekolah HCS
HIS
Volk-
Vervolg-
3
(Sekolah
(Sekolah
school
school
2
Cina
Bumiputera
(Sekolah
2 de Inlandsche-
1
Belanda)
Belanda
Desa)
school
Rendah Eropa)
(SD Kelas II) EROPA BELANDA
BUMIPUTERA
Berikut ini dikemukakan tentang beragam jenis sekolah pada masa penjajahan Belanda yang dapat dibedakan dalam tiga golongan.
8
1. Sekolah untuk anak pribumi yang terdiri dari Volksschool atau Sekolah Desa 3 tahun berbahasa pengantar bahasa daerah. Yang ditekankan pada sekolah desa adalah pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Tamatan sekolah desa dapat meneruskan ke sekolah sambungan (Vervolgschool) 2 tahun dengan bahasa pengantar bahasa daerah serta Sekolah Peralihan (Schakelschool) yaitu sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar seluruhnya 5 tahun dan berbahasa Belanda dalam kegiatan belajar-mengajar. Tamatan sekolah ini dapat melanjutkan ke sekolah guru (CVO) dan Normal School atau ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sekolah rendah yang diperluas (kirakiara setara dengan SMP masa kini). Selain itu, dikenal pula Erste Indlandscheschool (Sekolah Kelas I) dan Tweede Inlandscheschool (Sekolah Kelas II). 2. Sekolah untuk anak keluarga ningrat atau bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri adalah HIS (Hollandsch Inlandscheschool) 7 tahun yang sering juga disebut Sekolah Bumiputera Belanda yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Sedangkan, untuk anak rakyat jelata dapat bersekolah di Sekolah Bumiputera (Indlancsheschool) 5 tahun yang berbahasa pengantar bahasa daerah. Kemudian, anak-anak pribumi tamatan MULO dapat masuk ke Kweekschool (KS atau sekolah guru) atau Stovia (School Tot Opleiding van Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa dengan masa belajar 7 tahun. 3. Sekolah-sekolah untuk golongan Timur Asing seperti Sekolah Cina 5 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Cina dan HCS (Hollandsch Chineeseschool) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Selain itu ada pula sekolah untuk anak keturunan Arab, yaitu Hollandsch Arabischeschool (HAS) dan untuk anak-anak orang Ambon, yaitu Ambonsche Burgerschool dan untuk anak-anak serdadu KNIL asal Ambon – Ambonsche Soldaten School (ASS) yang terdapat di kota-kota garnisun besar, seperti Magelang, Jakarta atau Padang. Selain itu, atas usaha swasta seperti Zending dan Missi didirikan pula sekolah Jawa-Belanda atau Hollandsch Javaanscheschool (HJS). Untuk anak bangsawan didirikan juga sekolah dasar khusus yang disebut Sekolah Raja
9
(Hoofden School). Sekolah ini semula didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872 tapi kemudian diintegrasikan ke ELS atau HIS. Tamatan sekolahsekolah ini dapat melanjutkan ke MULO dan seterusnya ke AMS (Algemeene Middelbar School yang dapat disetarakan dengan SMA sekarang) 3 tahun mirip HBS (Hoogere Burger School) atau sekolah menengah lanjutan dari ELS. 4. Sekolah-sekolah untuk anak-anak Eropa, keturunan Timur Asing atau tokoh pribumi terkemuka dari pendidikan dasar s.d. pendidikan tinggi, yaitu ELS (Europesche Lagere School) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Tamatannya melanjutkan ke HBS (Hoogere Burger School) 3 tahun dan 5 tahun atau Lyceum (Lycea) 6 tahun, Middelbare Meisjeschool 5 tahun, Rechts Hoogeschool 5 tahun, atau Geneeskundige Hoogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran 8 setengah tahun dan Kedokteran Gigi 5 tahun. Sekolah dan kursus pada strata yang lebih tinggi yang didirikan Belanda antara lain GHS (Geneeskundige Hoogeschool), HAC (Hoofd Akte Cursus), RHS (Rechts
Hoogeschool),
THS
(Technische
Hogeschool),
HKS
(Hogeere
Kweekschool), HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool) Di luar jalur resmi pemerintah Hindia Belanda, ada sekolah-sekolah partikelir (swasta), seperti sekolah Taman Siswa, perguruan rakyat, Kristen dan Katolik. Pada jalur pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Muhammadiyah, madrasah, dan pondok pesantren. Peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama kali dikeluarkan pada tahun 1848 dan disempurnakan pada tahun 1892. Peraturan yang disempurnakan itu menetapkan bahwa pendidikan dasar harus ada pada setiap
karesidenan,
kabupaten,
kawedanan
atau
pusat-pusat
kerajinan,
perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu. Peraturan yang terakhir (1898) diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi dari Kerajaian Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda Wilhelmina pada 17 September 1901. Inti pidato itu berisi tiga hal penting, yaitu irigasi, transmigrasi, dan pendidikan.
10
Pembedaan sistem persekolahan ini didorong oleh politik penjajah untuk tetap menjajah Indonesia melalui strategi divide et impera, memecah-mecah dan menguasai. Anak-anak Belanda dan turunan Eropa mendapatkan privilese istimewa agar tamatan perguruan ini tetap berperan sebagai pemimpin. Tamatan sekolah-sekolah untuk turunan Timur Asing, seperti Cina, Arab, dan India dapat menjadi penyanggah dalam beragam kegiatan perdagangan / ekonomi. Sedangkan, tamatan sekolah untuk anak pribumi dapat menjadi tenaga rendahan untuk mendukung administrasi Belanda sebagai juru tulis dan berbagai pekerjaan rendah lainnya, terutama sebagai pegawai rendah dalam berbagai kantor pemerintah, perusahaan, dan perkebunan pemerintah Belanda. Tenaga rendahan ini dapat dibayar murah sehingga pemerintah Belanda tidak perlu mendatangkan tenaga seperti ini dari negeri Belanda yang harus dibayar tinggi. (Sumber: Jasin Anwar, 1987; Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia;
http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=119659,
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/HollandschInlandsche_School, dan M.Ryzki Wiryawan yang diambil dari P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi Yubileum, Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987).
B.
Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda
Kurikulum adalah istilah yang dikenal kemudian di alam Indonesia merdeka yang secara resmi digunakan untuk memberi nama kepada kurikulum yang lahir tahun 1968 sebagai Kurikulum 1968. Pada masa penjajahan Belanda digunakan istilah leerplan atau rencana pelajaran yang memuat daftar mata pelajaran dan alokasi (penjatahan) waktu per mata pelajaran. Sedangkan, istilah leervak atau vak yang dipakai berarti mata pelajaran. Dalam buku ini: ●
Rencana Pelajaran 1947 disebut penulis dengan istilah Kurikulum SD (Sekolah Dasar) 1947 atau disingkat Kurikulum 1947 yang berlaku untuk SD sesuai dengan konteks bahasan, sedangkan jika disebut bersama-sama dengan
11
kurikulum sekolah pada jenjang menengah akan digunakan istilah Kurikulum SD 1947, Kurikulum SMP 1947 atau Kurikulum SMA 1947; ●
Rencana Pelajaran Terurai 1947 untuk Sekolah Rakyat dengan istilah Kurikulum SD 1947 atau Kurikulum 1947;
●
Rencana Pendidikan Dasar dengan 1964 dengan istilah Kurikulum SD 1964 atau Kurikulum 1964;
●
Kurikulum SD 1968 atau Kurikulum 1968;
●
Kurikulum SD 1975 atau Kurikulum 1975;
●
Kurikulum SD 1994 atau Kurikulum 1994;
●
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dengan Kurikulum 2004; dan
●
Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dengan Kurikulum 2006.
Tanpa merinci jumlah jam per minggu mata-mata pelajaran pada berbagai jenis sekolah dasar pada zaman Belanda seperti dikemukakan Nasution (2995) disajikan berikut ini.
Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar di zaman Belanda ELS
HIS
HCS
Eerste
Tweede
Volkschool
Inlandscheschool
Indlandschesc
(Sekolah
hool
Desa)
Pelajaran Wajib:
Membaca
Bahasa Cina
Membaca &
Bahasa
Membaca
Menulis
Bahasa Inggris
Menulis Bahasa
Indonesia
Menulis
Berhitung
Bahasa Prancis
Daerah
Berhitung
Alfabet &
Berhitung
Bahasa Belanda
Bahasa Belanda
Menggambar
Bahasa
Bahasa Belanda
Ilmu Bumi
Berhitung
Bahasa Indonesia
Menyanyi
Indonesia
Sejarah
Bahasa Daerah
Membaca
Berhitung
Ilmu Bumi
Bercakap-
Ilmu Bumi
Bahasa Indonesia
Menulis
Ilmu Bumi
Ilmu Alam
cakap
Bahasa Jawa **
Sejarah
Indonesia
Bahasa Daerah
Berhitung
Pelajaran Tambahan:
Bahasa Jerman
Ilmu Bumi
Bahasa Belanda
Kesenian
Bahasa Prancis
Bahasa Inggris
Sejarah Dunia
Ilmu Alam
Kelas II:
Bahasa Jerman
Sejarah Dunia
Matematika *
Sejarah Lokal
Alfabet &
Bahasa Inggris
Matematika *
Kesenian
Menggambar
Tulisan Arab
Sejarah Dunia
Kesenian/Keterampila
Pendidikan
Ukur Tanah
Mendengar
Matematika *
n
Jasmani
Menyanyi
Kesenian/Keterampilan
Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani
Kelas I:
Kelas III: Ulangan Berhitung
12
Diolah kembali oleh penulis dari Ramli Murni, 2010 Catatan tambahan penulis: ELS: Europesche Lagere School atau Sekolah Rendah Eropa 7 tahun. HIS: Hollandsch Inlandscheschool atau Sekolah Bumiputera Belanda 7 tahun. HCS: Hollandsch Chineeseschool atau Sekolah Cina Belanda 7 tahun. Eerste Inlandscheschool: Sekolah Bumiputera Kelas I. Tweede Indlandsceschool: Sekolah Bumiputera Kelas II. Matematika * : Pada masa ini istilah Matematika belum dikenal. Kemungkinan mata pelajaran ini terdiri dari Aljabar dan Ilmu Ukur. Bahasa Jawa **: Kemungkinan hanya berlaku di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur
C.
Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda
Berikut ini disajikan foto-foto yang menggambarkan keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda.
Murid Vervolgschool, sekolah sambungan dari Sekolah Desa (Volksschool) melakukan gimnastik atau senam kesegaran jasmani
13
Pada sekolah desa digunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan pada foto ini tampak penulisan bukan dalam aksara Latin tapi aksara Jawa
Sekolah Taman Siswa di Bandung
14
Sekolah seperti ini menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar
Anak keluarga kaya dan terhormat ke sekolah naik dokar atau delman
15
Ini adalah dokar atau delman yang digunakan Bung Hatta ketika bersekolah di Bukittinggi dahulu pada zaman penjajahan Belanda
Di ruang kelas sekolah untuk anak pribumi
16
Ibu Soerjoadipoetro sedang berbincang-bincang dengan siswi-siswi National Onderwijs Instituut Lembaga Pengajaran Bangsa Taman Siswa di Bandung
Ijazah Meisjes Vervolgschool (Sekolah Sambungan khusus untuk wanita) di Mojokerto, Jawa Timur, tahun1937
17
Ijazah Meisjes Vervolgschool di Garut, Jawa Barat, tahun 1937
Ijasah Sekolah Desa di Mojokerto tahun 1922
18
Ijasah MULO (setingkat SMP) tahun 1933
Kelas lima sekolah dasar Modjowarno di Jawa Timur. Seorang siswa calon guru sedang mengajar, didampingi seorang guru pribumi
19
Tampak siswa turunan Belanda naik mobil sekolah di Pengalengan, Jawa Barat
Ruang menggambar sekolah guru di Jawa
20
Sekelompok siswa HIS sedang mengunjungi Cisarua di bawah pengawasan siswa Hogeere Kweekschool (sekolah pendidikan guru) Bandung di tahun ajaran 19251926
Sekolah pribumi di Barabai, Kalimantan Selatan
21
Sekolah pribumi (1915 – 1949) pada perusahaan Tanjung Morawa Senembah, Sumatera Utara
Sekolah swasta pribumi di Bogor, Jawa Barat
22
Siswa dari Hogeere Kweekschool (HKS) di Bandung mengajar senam anak-anak murid dari Hollands Inlandseschool (HIS) tahun ajaran 1925-1926
23
Rapor sekolah zaman Belanda dari Sekolah St. Ursula, Bandung, tahun ajaran 1933 – 1934 (Sumber foto: Diambil dari internet, terutama dari koleksi Tropenmuseum)
24
KURIKULUM SD PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang, sekolah-sekolah berbahasa Belanda ditutup. Seluruh sekolah dasar hanyalah berbentuk SR atau Sekolah Rakyat dengan lama belajar 6 tahun. Dengan demikian, masa pendudukan Jepang menyediakan jalan untuk menyederhanakan dan menyeragamkan sistem persekolahan yang bermacam-macam yang berciri diskriminatif. Keadaan sekolah dasar sebelum dan sesudah pendudukan Jepang di Indonesia kurang jelas karena langkanya data otentik. Dokumen militer Jepang yang disebut ‘Jawa ni okeru bunkyō no gaikyō’ menjadi satu sumber yang penting tentang hal ini. Jumlah sekolah dasar dan siswa dilaporkan menurun drastis. Namun dalam artikel Murni Ramli (Pascasarjana Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Nagoya, Jepang) “Primary School System in Java Before and Under Japanese Occupation (1940 – 1944)” dikemukakan bahwa jumlah sekolah dasar tidak menurun secara signifikan, dan bahkan jumlah siswa meningkat di Jawa. Sistem satu guru dua kelas dan satu ruang untuk dua kelas diterapkan untuk menanggulangi kekurangan guru. Kurikulum “di-Jepang-kan” melalui penerapan mata pelajaran baru, seperti bahasa Jepang, pendidikan mental, pendidikan jasmani, dan kegiatan keterampilan. Sekolah dasar pada masa pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak seperti sistem Belanda yang berciri akademis. Pendudukan Jepang hanya berlangsung tiga setengah tahun, namun muncul kebijakan pendidikan penting yang berlangsung terus sampai sekarang. Misalnya, sistem 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun sekolah menengah atas (sistem 6 – 3 – 3). Pendidikan jasmani atau senam fisik (disebut taisō) secara rutin dipraktikkan pagi hari pada waktu yang sama di seluruh Indonesia dan ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini merupakan asalmula Senam Pagi yang diwajibkan di semua sekolah dan kantor pemerintah pada salah satu hari dalam seminggu selama era pemerintahan Soeharto.
25
R.Thomas Murray (1966 seperti yang dikutip Murni Ramli) mengungkapkan beberapa kebijakan oleh militer Jepang di Indonesia, yaitu: ●
Menghapus bahasa Belanda di sekolah-sekolah;
●
Melarang penggunaan dan pengajaran bahasa Inggris dan Prancis di sekolah menengah dengan alasan itu adalah “bahasa musuh;
●
Pengajaran bahasa Jepang di sekolah dasar dan menengah;
●
Menetapkan bahasa Melayu / bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang digunakan di sekolah dan pemerintahan.
●
Menekankan kegiatan jasmani dan mengintensifkan latihan militer di sekolah menengah;
●
Menerapkan pekerjaan tangan atau kerja bakti untuk mendukung perang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti menanam sayur, beternak ikan atau hewan;
●
Mereorganisasi beberapa sekolah menengah Belanda menjadi sekolah kejuruan;
●
Menghapus pengajaran sejarah Belanda dan Eropa dan menggantinya dengan sejarah Asia dan Indonesia.
(Sumber: Murni Ramli pada International Journal of History Education No 1. Vol. XI, June 2010) Terbanyak literatur menyatakan bahwa semua jenis sekolah dasar disatukan menjadi Sekolah Rakyat (Kokumingakkō). Namun, menurut bunkyō no gaikyō, bab 2, dan gakkōkyouiku (pendidikan formal), bagian 2, kankōritsushokyōiku (Sekolah Negeri dan Swasta), ada beberapa model Sekolah Rakyat. Pertama, Sekolah Rakyat (Kokumingakō) yang memberikan pelajaran dasar (shotōka) dan pelajaran lanjutan atau komprehensif (futsūka), masing-masing diselenggarakan dalam 3 tahun. Kedua, Sekolah Pertama (otōkokumingakkō), yang hanya memberikan pendidikan selama 3 tahun. Ketiga, Sekolah Rakyat yang hanya memberikan pendidikan komprehensif (disebut Futsūka kokumingakkō). Sekolah jenis ini memiliki tipe yang lain, yaitu sekolah 4 tahun dan sekolah 7 tahun. Pada tahun ajaran 1944, semua sekolah jenis ini dijadikan sekolah 3 tahun dan semua
26
Sekolah Rakyat (Shotōkokumingakkō) dijadikan sekolah 6 tahun. (Sumber: bunkyō no gaikyō : halaman 34-35 seperti dikutip Ramli Murni, 2010). Kebanyakan sekolah rakyat 6 tahun di Jawa menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura. Siswa yang menyelesaikan sekolah rakyat hanya sampai kelas V tidak menerima ijasah kelulusan, tapi menerima semacam surat tanda tamat belajar yang dapat digunakan untuk bekerja di masyarakat sedangkan siswa yang sampai kelas VI atau sampai 7 tahun di sekolah rakyat mendapatkan ijasah kelulusan yang dapat digunakan untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Kedua sistem sekolah dasar ini diadopsi oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dalam proposalnya pada tahun 1946 seperti dikutip Tilaar (1995:72). Namun, Panitya Penyelidik Pengajaran pada tahun 1947 hanya menerima sekolah rakyat 6 tahun dan menghapuskan tipe sekolah yang lain.
B.
Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang
Literatur tentang kurikulum pada masa pendudukan Jepang amat langka. Karena itu, pada bagian ini hanya dikemukakan tentang struktur program kurikulum sekolah dasar yang berisi daftar mata pelajaran dan alokasi waktu tiap mata pelajaran per minggu.
Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Pada masa pendudukan Jepang
No.
Mata Pelajaran
Kelas I
II
III
IV
V
VI
1
Pendidikan semangat
2
2
2
2
2
2
2
Bahasa Jepang
3
4
5
6
6
6
3
Bahasa Indonesia
-
-
4
4
5
5
4
Bahasa Daerah
6
6
4
3
3
2
5
Sejarah
-
-
-
1
1
1
27
No.
Mata Pelajaran
Kelas
6
Ilmu Bumi
-
-
-
1
2
1
7
Berhitung
4
5
5
4
4
4
8
Ilmu Alam
-
-
-
1
1
2
9
Pendidikan Jasmani
3
3
3
3
10
Seni Suara
4
4
2
2
1
1
11
Kaligrafi
1
1
1
1
0
0
12
Pertukangan Kayu
2
2
2
2
2
2
13
Menggambar
2
2
1
1
1
1
14
Latihan Kerja
-
-
1
1
1
1
15
Ekonomi / Industri
-
-
-
1
2
2
16
Pekerjaan Rumah Tangga
-
-
-
1
2
3
24
26
30
34
36
36
(35)
(38)
(38)
Jumlah seluruhnya
Angka total dalam kurung adalah jumlah jam per minggu untuk sekolah anak perempuan. (Sumber: bunkyō no gaikyō seperti ditulis Ramli Murni, 2010)
28
KURIKULUM SD PADA AWAL KEMERDEKAAN DAN MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum
Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan dan masa Orde Lama
Kurikulum
1947
Pancasila &
TAP MPR &
UUD 1945
GBHN
UU
Peraturan
Keputusan Menteri
Pemerintah
Pancasila dan
Instruksi Menteri
UUD 1945
Pengajaran RI 29 Sept 1945 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, a.l. agar segala usaha pendidikan dan pengajaran berlandaskan dasar kebangsaan Indonesia, memelihara dan menguatkan “rasa cinta Nusa dan Bangsa dalam hati sanubari murid-murid dan pelajar-pelajar dengan memasukkan semangat kebangsaan dalam segala pelajaran, serta menghapuskan segala isi pengajaran yang dapat melemahkan semangat itu.”
1964
Manipol
Tap MPRS No.
UU POKOK
Terbit tanpa keputusan
(Manifesto
II / MPRS /
PENDIDIKAN No.
Menteri tapi hanya dengan
Politik) dan
1960: Politik
4 / 1950 (yo. No. 12
kata pengantar Pembantu
Usdek (UUD
dan sistem
/ 1954 Pasal 10,
Menteri
29
Kurikulum
Pancasila &
TAP MPR &
UUD 1945
GBHN
UU
Peraturan
Keputusan Menteri
Pemerintah
1945,
pendidikan
Ayat 1: Semua
Bidang Teknis Pendidikan,
Sosialisme
nasional ...
anak-anak yang
Depdikbud.
Indonesia,
supaya
sudah berumur 6
Demokrasi
melahirkan
tahun berhak dan
Terpimpin,
warga negara
yang sudah berumur
Ekonomi
Indonesia yang
8 tahun diwajibkan
Terpimpin, dan
berjiwa
belajar di sekolah,
Kepribadian
Pancasila ...,
sedikitnya 6 tahun
Indonesia
yang berjiwa
lamanya.
dengan poros
patriot komplit,
Nasakom
supaya
(Nasional-
melahirkan
Agama-
tenaga-tenaga
Komunis)
kejuruan yang
sebagai
ahli dan
kekuatan
berjiwa
pelaksanaan
revolusi
dalam
Agustus 1945,
mencapai
suatu politik
tujuan revolusi
dan sistem
nasional.
pendidikan
Kebijakan:
yang
Pancasila =
menitikberatka
dasar
n pendidikan
pendidikan
kejuruan.
nasional dan Pancawardhan a = sistem pendidikan nasional.
30
Tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mengusulkan kepada Kementerian Pengajaran untuk segera menyusun pedoman pendidikan dan pengajaran yang a.l.: 1) Sesuai dengan dasar susunan Negara Republik Indonesia, 2) Paham perseorangan haruslah diganti denganpahal kesusilaan dan rasa peri kemanusiaan yang tinggi, 3) Sesuai dengan dasar keadilan sosial, semua sekolah harus terbuka untuk tiap penduduk negara, 4) Untuk memperkuat kesatuan rakyat hendaklah diadakan satu macam sekolah (yang lama belajarnya 6 tahun untuk tiap-tiap anak-anak Indonesia) lambat laun harus dapat dilaksanakan secara merata. (Sumber Jasin Anwar 1987 dari Soegarda Poerbakawatja, Pendidikan di Alam Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1972). Dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya dasar kebangsaan yang dihubungukannya bukan hanya dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 2 (sistem pengajaran nasional), tetapi juga dengan Pasal 32 (kebudayaan nasional Indonesia) Pasal 36 (Bahasa Indonesia), Pasal 27 Ayat 1 (persamaan kedudukan segala warga negara di dalam hukum pemerintahan) dan Ayat 2 (hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. “Teranglah dari fatsal-fatsal dalam Undang-Undang Dasar tersebut itu, bahwa pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia haruslah berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia menuju ke arah kebahagiaan hidup batin serta keselamatan hidup lahir.” (Notula rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, 12-5-1946) dan lampirannya). Di samping dasar kebangsaan, sila-sila lain pun digunakan sebagai dasar untuk menentukan isi pendidikan dan pengajaran. Misalnya, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan menunjuk Pasal 29 UUD 1945 sebagai dasar untuk mengusulkan dimasukkannya pelajaran agama ke dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah negeri.
31
Dalam pembicaraan komisi-komisi Panita Penyelidik, dasar kebangsaan sangat menonjol dalam menentukan isi dan susunan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Tujuannya adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas antara pendidikan dan pengajaran kolonial dan pendidikan dan pengajaran nasional. Ini adalah gambaran penerapan Pancasila dan kondisi yang melahirkan Rencana Pelajaran (Kurikulum) 1947. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah merumuskan tujuan kurikuler pendidikan rendah sebagai berikut: Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak agar memiliki dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin, serta mengembangkan bakat dan minat.
B.
Dasar
pengambilan
keputusan
kurikulum
pada
awal
kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama Sesuai dengan paparan tentang dasar keputusan tentang kurikulum seperti telah dikemukakan pada Bab I. Pendahuluan, berikut ini disajikan hasil kajian tentang dasar-dasar yang digunakan para pengembang kurikulum dalam menyusun Kurikulum 1947 Kurikulum 1964. Kurikulum 1952 tidak dimasukkan karena sumber kepustakaannya amat terbatas, hanya satu buku tentang Rencana Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat 3 dan 6 Tahun.
Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964
Dasar keputusan tentang
Kurikulum 1947
Kurikulum 1964
kurikulum 1. Alasan pedagogis yang sahih
V Pengaruh psikologi
# Dominan pengaruh politik
belajar & praktik sekolah kebangsaan 2. Bukti (evidensi) terbaik yang
V Pengalaman zaman
V Bukti pengalaman transisi
tersedia
penjajahan & sekolah
dari penjajahan ke alam
kebangsaan
merdeka
32
Dasar keputusan tentang
Kurikulum 1947
Kurikulum 1964
3. Konteks tujuan pendidikan yang
V Pancasila, UUD 1945,
V Manusia sosialis Indonesia
umum
warga negara yang
(Tap MPRS No. II/1960)
kurikulum
humanis (Kepmen PP&K 1946) 4. Konteks keputusan sebelumnya
V
V
& kebutuhan keputusan tambahan 5. Paduan kekuatan pelajar, proses
V Tuntutan pendidikan
V Tuntutan Pancawardhana
belajar, tuntutan masyarakat &
di alam kemerdekaan
& kerja tangan
6. Kerja sama orang yang terlibat &
X Hanya Panitia
X Hanya lembaga struktural
orang yang paling terkena dampak
Penyelidik Pengajaran
Depdikdasbud
mata pelajaran
keputusan 7. Fakta baru kehidupan seperti perkembangan ilmu, rasa persatuan
V Nasionalisme negara
V Nasionalisme & tuntutan
baru merdeka
perkembangan ilmu
V Pengantar bahasa
V Pengantar bahasa daerah &
daerah & bahasa
bahasa Indonesia
& keanekaragaman 8. Perbedaan individual siswa
Indonesia 9. Pandangan realistis pengorganisasian: desain kurikulum, pengalaman siswa,
V Tampak dalam
V Mulai ide bidang studi
struktur program, mata pelajaran terpisah
pengaturan waktu 10. Pandangan tentang cara
X
X
V
V
komunikasi & diseminasi kurikulum 11. Pengalaman siswa yang tidak dapat diperoleh dengan memuaskan di luar sekolah
33
C.
Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
Kurikulum 1947: ●
Perasaan bakti kepada Tuhan YME
●
Perasaan cinta kepada ibu dan bapak
●
Perasaan cinta kepada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan
●
Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya
●
Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat
●
Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata tertib;
●
Keyakinan pada dasarnya manusia itu sama harganya karena itu harus hormat-menghormati, berdasar rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas harga diri sendiri
●
Keyakinan negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu kewajiban, judur dalam pikiran dan tindakan
(Keputusan Menteri PP&K 1946 No. 1186/Bahg.A)
Tujuan institusional sekolah dasar pada Kurikulum 1947: Tujuan pendidikan di sekolah rendah itu, agar murid-murid lambat laun dengan rasa tanggung jawab: ●
makin dapat menyelenggarakan sendiri kesehatannya,
●
rasa bahagia serta
●
faham hidupnya bersama penyesuaian diri dengan corak kebangsaan Indonesia (yang berdasar Ketuhanan YME dan kemanusiaan yang adil dan beradab),
●
dan makin tegas hasratnya untuk mengembangkan (dan mempergunakan) jiwa-raganya ke arah keluhuran kebudayaan serta kemakmuran Republik
34
Indonesia (sebagai negara kesatuan yang berbentuk kedaulatan ra’yat dan keadislan sosial). (Sumber: Laporan Panitia Penyelidik Pengajaran, Bagian Pengajarana Rendah, 1946)
Kurikulum 1964: ●
Semangat patriot
●
Gotong royong
●
Bersahaja
●
Mengutamakan kejujuran
●
Mendahulukan kewajiban daripada hak
●
Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
●
Susila dan budi luhur
●
Kerelaan berkorban
●
Hidup hemat
●
Disiplin
●
Kepandaian untuk menghargai waktu
●
Cara berpikir rasional dan ekonomis
●
Kesadaran bekerja untuk membangun dengan kerja keras
(Sumber: Tap MPRS No. II/MPRS/1960: Gambaran manusia sosialis Indonesia yang dimuat juga dalam Lampiran Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961).
35
D.
Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang berbahasa daerah sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947)
No.
Mata Pelajaran
Kelas
Keterangan
I
II
III
IV
V
VI
Di Kelas I
-
-
8
8
8
8
dan II lama
1
Bahasa Indonesia
2
Bahasa Daerah
10
10
6
4
4
4
tiap jam
3
Berhitung
6
6
7
7
7
7
pelajaran: 30
4
Ilmu Alam
-
-
-
-
1
1
menit; di
5
Ilmu Hayat *
-
-
-
2
2
2
Kelas IV ke
6
Ilmu Bumi
-
-
1
1
2
2
atas: 40 menit
7
Sejarah
-
-
-
1
2
2
8
Menggambar
-
-
-
-
2
2
9
Menulis
4
4
3
3
-
-
10
Seni Suara
2
2
2
2
2
2
11
Pekerjaan Tangan
1
1
2
2
2
2
12
Pekerjaan Keputrian **
-
-
-
(1)
(2)
(2)
13
Gerak Badan ***
3
3
3
3
3
3
14
Kebersihan dan Kesehatan
1
1
1
1
1
1
15
Didikan Budi Pekerti
1
1
2
2
2
3
Jumlah ****
28
28
35
36
38
39
-
-
-
2
2
2
28
28
35
38
40
41
16
Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya
Ε.
Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia.
**
Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.
*** Termasuk juga tari dan pencak. **** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.
36
***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama.
Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947)
No.
Mata Pelajaran
Kelas
Keterangan
I
II
III
IV
V
VI
Di Kelas I
1
Bahasa Indonesia
10
10
8
8
8
8
dan II lama
2
Berhitung
6
6
8
7
7
7
tiap jam
3
Ilmu Alam
-
-
-
-
1
1
pelajaran: 30
4
Ilmu Hayat *
-
-
-
2
2
2
menit; di
5
Ilmu Bumi
-
-
1
1
2
2
Kelas IV ke
6
Sejarah
-
-
-
1
2
2
atas: 40 menit
7
Menggambar
-
-
-
-
2
2
8
Menulis
4
4
4
4
-
-
9
Seni Suara
2
2
3
3
3
3
10
Pekerjaan Tangan
1
1
3
3
3
3
11
Pekerjaan Keputrian **
-
-
-
(1)
(2)
(2)
12
Gerak Badan ***
3
3
3
3
3
3
13
Kebersihan dan Kesehatan
1
1
1
1
1
1
14
Didikan Budi Pekerti
1
1
2
2
2
3
Jumlah ****
28
28
33
35
36
36
-
-
-
2
2
2
28
28
33
37
38
38
15
Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya
Ε.
Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia.
**
Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.
*** Termasuk juga tari dan pencak. **** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.
37
***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama.
Tabel 4. 5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang diselenggarakan sore hari (Rencana Pelajaran 1947)
No.
Mata Pelajaran I
II
III
IV
A B
A B
A B
A B
1
Bahasa Indonesia
7 -
7 -
8 8
8 8
2
Bahasa Daerah
- 7
- 7
- 6
- 4
3
Berhitung
5 5
5 5
9 8
8 7
4
Ilmu Alam
- -
- -
- -
- -
5
Ilmu Hayat
- -
- -
- -
- -
6
Ilmu Bumi
- -
- 1
1 1
1 1
7
Sejarah
- -
- -
- -
1 1
8
Menggambar
3 3
3 3
4 3
4 3
9
Menulis
- -
- -
- -
- -
10
Seni Suara
2 2
2 2
3 2
2 2
11
Pekerjaan Tangan
1 1
1 1
3 2
2 2
12
Pekerjaan Keputrian
- -
- -
- -
1 1
13
Gerak Badan
3 3
3 3
4 3
4 3
14
Kebersihan dan Kesehatan
1 1
1 1
1 1
1 1
15
Didikan Budi Pekerti
1 1
1 1
2 1
2 2
23 23
23 24
35 35
36 36
- -
- -
- -
2 2
23 23
23 24
35 35
36 38
Jumlah ** 16
Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya
Ε.
Kelas A = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I.
38
Kelas B = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah sampai kelas III.
**
Berdasarkan Edaran Mengteri PP dan K 8-1-1947 No. 203/B.
39
Ijasah Sekolah Rakyat 6 tahun di alam kemerdekaan (tahun 1956). Di balik ijasah ini tercantum nilai-nilai Ujian Negara
Susunan Rencana Pelajaran 1964 masih sederhana, yaitu mencakup unsur pokok: dasar dan tujuan serta sistem pendidikan dasar, struktur program kurikulum, garisgaris besar program pengajaran (GBPP) tiap wardhana, dan pedoman pelaksanaan hari krida di sekolah dasar. Rencana Pelajaran ini membedakan 2 macam struktur program, yaitu sebagai berikut: 1) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah dari kelas I sampai kelas III. 2) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa Indonesia mulai kelas I. Garis-garis besar susunan program pengajarannya adalah sebagai berikut:
40
Pertama, sesuai dengan struktur program yang disebutkan di atas, mata pelajaran atau bidang studi dikelompokkan sesuai dengan Pancawardhana menjadi 5 kelompok bidang studi, yaitu perkembangan moral, kecerdasan, emosionalartistik, keprigelan / keterampilan, dan jasmaniah. Kedua, susunan tiap wardhana adalah: 1) Uraian Pendahuluan tentang komposisi bidang studi yang termasuk dalam wardhana yang bersangkutan, tujuan kurikuler yang hendak dicapai, kriteria pemilihan bahan, dan petunjuk praktis dalam memilih kegiatan yang relevan; 2) Tiap bidang studi dibagi menurut kelas, dan urutan bahan yang disesuaikan dengan tujuan kurikuler dan instruksional tiap bidang studi; 3) Tiap tujuan instruksional disertai bahan-bahan yang diajarkan dan petunjuk praktiks dalam memilih dan menyelenggarakan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan tersebut; dan 4) Sistematika program pengajaran Pendidikan Agama belum disesuaikan dengan susunan seperti tersebut pada butir (2) dan (3) dan kurikulum Pendidikan Agama Islan disusun oleh Departemen Agama secara terpisah. Demikian juga halnya dengan kurikulum-kurikulum agama-agama lain, disusun oleh lembaga-lembaga keagamaan yang berwenang. (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996)
Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana Pendidikan 1964) Wardhana / Bidang Studi
No.
Kelas I
I
II
III
Keterangan
IV
V
VI
II, 1 jam
PERKEMBANGAN MORAL: 1.
Pendidikan Kemasyarakatan *
Kelas I dan
1
2
3
3
3
3
pelajaran:
41
Wardhana / Bidang Studi
No. 2. II
III
Pend Agama / Budi Pekerti
Kelas 1
2
2
Keterangan 2
2
2
30 menit; Kelas III
PERKEMBANGAN KECERDASAN 3.
Bahasa Daerah
9
8
5
3
3
3
s.d. VI: 30
4.
Bahasa Indonesia
-
-
6
8
8
8
menit.
5.
Berhitung
6
6
6
6
6
6
6.
Pengetahuan Alamiah
1
1
2
2
2
2
2
2
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
25
26
34
36
36
36
PERKEMBANGAN EMOSIONAL / ARTISTIK: 7. Pendidikan Kesenian **
IV
PERKEMBANGAN KEPRIGELAN: 8. Pendidikan Keprigelan ***
V
PERKEMBANGAN JASMANI: 9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan Jumlah
Ε.
Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.
**
Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama.
***
Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi / Tabungan, dan Keprigelan lain-lain
Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pendidikan 1964) Wardhana / Bidang Studi
No.
Kelas I
I
II
II
III
Keterangan
IV
V
VI
Kelas I dan II, 1 jam
PERKEMBANGAN MORAL: 1.
Pendidikan Kemasyarakatan *
1
1
4
4
4
4
pelajaran:
2.
Pend Agama / Budi Pekerti
1
2
2
2
2
2
30 menit; Kelas III
PERKEMBANGAN KECERDASAN 3.
Bahasa Indonesia
9
8
9
9
9
9
s.d. VI: 40
4.
Berhitung
6
6
6
6
6
6
menit.
42
Wardhana / Bidang Studi
No. 5. III
Pengetahuan Alamiah
Kelas
Keterangan
1
1
2
2
2
2
2
2
4
4
4
4
2
2
5
5
5
5
3
3
4
4
4
4
25
25
36
36
36
36
PERKEMBANGAN EMOSIONAL / ARTISTIK: 7. Pendidikan Kesenian **
IV
PERKEMBANGAN KEPRIGELAN: 8. Pendidikan Keprigelan ***
V
PERKEMBANGAN JASMANI: 9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan Jumlah
Ε.
Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.
**
Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama.
***
Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi / Tabungan, dan Keprigelan lain-lain
E.
Perkembangan
komponen
kurikulum
pada
awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Pada bagian ini akan dikemukakan tentang perkembangan komponen kurikulum dengan memilih mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai contoh dan perbandingan umum sajian komponen kurikulum dalam dokumen kurikulum.
Komponen desain • Tujuan – Apa yang harus dilakukan? • Mata pelajaran – Mata pelajaran apa yang harus dimasukkan? • Metode & organisasi – Strategi pengajaran, sumber, dan kegiatan apa yang akan digunakan? • Evaluasi – Metode dan alat apa yang akan digunakan untuk menilai hasil?
43
Dari segi komponen, kurikulum paling tidak mengandung 6 komponen, yaitu tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan belajar, sumber belajar yang terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan alokasi waktu.
Tujuan Sumber belajar
Materi UNSUR KURIKULUM
Alokasi waktu
Kegiatan belajar Penilaian
Gambar 4. 1 Unsur kurikulum
Perkembangan komponen kurikulum Dari segi komponen kurikulum, dikemukakan komponen-komponen kurikulum dari Kurikulum 1968 s.d. Kurikulum 2006. (Komponen Kurikulum 1947 dan 1964 tidak dikemukakan penulis dalam buku ini karena dokumen kurikulum yang dapat diperoleh belum lengkap).
Kurikulum 1952 Dari 6 komponen kurikulum seperti terlihat pada gambar di atas, Kurikulum 1952 berisi 2 komponen, yaitu bahan pengajaran (materi) dan apa yang dipentingkan dan peringatan, keindahan, dsb (kegitan belajar). Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Hayat kelas IV SD sebagai berikut:
44
Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952 No.
Bahan
Apakah yang dipentingkan
Peringatan, keindahan, dsb.
pengajaran
1a.
1b.
Biji
Bagian 1a:
1. Akar selalu menuju ke bawah, ke
1. kulit ari (kulit tipis)
dalam tanah.
2. pusat biji (asal tumbuh-
2. Batang selalu tegak ke luar di atas
tumbuhan
tanah.
3. keping (belahan), gunanya
3. Biji sedang tumbuh dapat
1-3
mengangkat segumpal tanah,
Biji yang sedang
Bagian 1b:
gunanya 1 – 3 (dengan tawakkal dan
tumbuh (kacang
1. akar
ketabahan hati tercapailah cita-cita.
tanah, kedelai,
2. batang
4. Keping selalu susut dan hilang
jagung, dsb.)
3. daun,
lenyap (ingatlah: manusia akan
gunanya 1 - 3 2
lenyap juga).
Akar
Bangsa akar:
1. Biji berkeping dua: berakar
(bandingkanlah
1. akar tunggang
tunggang.
akar kacang tanah
2. akar serabut
2. Biji tunggal: berakar serabut
dengan akar jagung)
3. Bulu akar: pengisap makanan Bagian nomor 1
4. Tudung akar: penjaga akar waktu
a. akar tunggang
menembus tanah.
b. akar cabang c. akar rambut
Tunjukkanlah: pembagian pekerjaan
d. bulu akar
alam.
e. tudung akar
Bagian nomor 2 a. akar serabut b. – (tak ada) c. – (tak ada) d. bulu akar e. tudung akar
45
Kurikulum 1964 Kurikulum 1964: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1964 berisi 4 komponen, yaitu Tujuan, Bidang / Bahagian (materi), Kegiatan / alat, dan Keterangan / Petunjuk bagi Guru yang mengarah ke kegiatan belajar. Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alamiah (IPA) kelas IV SD sebagai berikut:
Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964 Tujuan
Bidang /
Kegiatan / Alat
Keterangan / Petunjuk bagi Guru
Bahagian Lihat tujuan
Sekolah:
Lihat petunjuk kelas III.
Untuk menjelaskan dan
pada kelas III
(Lihat
Diperluas dan
melengkapkan pengertian
petunjuk
diperdalam dengan
sebaiknya mempergunakan alat
kelas III dan
pengertian: Apa,
peraga dengan seefisein-
diperluas
Mengapa, dan
efisiennya. (Kalau alat peraga
Bagaimana.
tidak ada, dibuat bersama dengan
Mempergunakan alat-
anak-anak dalam waktu-waktu
alat pembantu:
lain).
- Kartu-kartu catatan atau buku-buku - Pengukur hujan,
Seandainya alat peraga tidak dapat dibuat oleh anak-anak dan
termometer,
guru, mintalah bantuan atau
barometer
penerangan dari Balai Pendidikan
- Higrometer
Keperagaan dan Pengetahuan
- Himpunan batu-
Alam.
batuan; contoh tanah - Gambar-gambar anatomi dan model-
diciptakan, anak diberi tugas
model
untuk mengamati dan mencatat /
- Zat-zat penghilangan Peristiwaperistiwa alam: hujan, sungai,
Kalau alat peraga tidak dapat
hama (disinfeksi)
menggambar hasil tanggapannya tentang sesuatu benda dalam
- Gambar-gambar
segala hubungannya. Misalnya:
bakteri, dsb.
bulan terang pada malam hari, cuaca baik, bintang-bintang di
46
Tujuan
Bidang /
Kegiatan / Alat
Keterangan / Petunjuk bagi Guru
Bahagian banjir, angin,
- Contoh-contoh
langit waktu malam hendaklah
musim hijan /
makanan berasal dari
berdiri di tempat yang lapang
kemarau
tanam-tanaman
sehingga terlihat cakrawala.
- Model matahari, bulan, bumi (dibuat
Ini dibicarakan bila akibat
dari kawat, kayu,
peristiwa-peristiwa itu terasa di
bola, ds.)
tempat itu.
- Gambar-gambar dan peta - Model-model, perkakas, dan mesin-
Peristiwa-peristiwa tersebut akan dibicarakan lebih menfdalam di kelas V.
mesin a. Guru memberi penerangan 1. Mempergunakan peristiwa-peristiwa alam itu untuk keperluan manusia. 2. Turut berusaha mengatakan
tentang guna herbarium, aquaarium, dan terarium. b. Kegiatan-kegiatan ini hanya merupakan tambahan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, dsb.
kesulitan yang ditimbulkan oleh peristiwa atau bencana alam. Membuat herbarium. Pemeliharaan aquarium. Pemeliharaan terarium. Mempelajari anatomi sederhana badan manusia.
47
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta menyusun metodologi pengajaran.
Kurikulum 1947 Ada 5 prinsip (asas) pembaharuan yang melahirkan Kurikulum 1947, yaitu: 2. Asas pendidikan dan pengajaran sebagai alat pembangunan bangsa dan negara 3. Perkembangan yang seimbang dan harmonis 4. Isi pengajaran yang praktis dan beban yang tidak terlalu berat 5. Belajar aktif, kreatif, dan produktif 6. Menyesuaikan pendidikan dan pengajaran dengan tingkat perkembangan anak Kelima prinsip atau asas ini amat dipengaruhi oleh gagasan sekolah kerja (Arbeitschule dalam bahasa Jerman, Doe-school dalam bahasa Belanda atau Doing School dalam bahasa Inggris) yang diperbincangkan dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, terutama dalam Komisi Penyelidik II (Sekolah Kerja, Pekerjaan Tangan, Gerak Badan, dan Sekolah Partikelir). Gagasan ini dilontarkan untuk mengganti model sekolah lama yang disebut sebagai ”lusiteren praat-school” (sekolah ”dengar dan bicara”). Dalam laporan komisi tersebut ditandfaskan bahwa pembaharuan pendidikan untuk bangsa Indonesia akan berarti sebesar-besarnya jika pemgaharuan itu akan menghasilkan: a) Cara mendidiki yang dapat membuat bangsa kita terlepas dari tradisi kolonial, dan dapat membangkitkan serta mengembangkan kekuatan kreatif sehingga bangsa kita dapat merupakan masyarakat yang kuat serta sehat, baik lahir maupun batin, dan
48
b) Cara mendidik yang membawa kita kepada martabat perikemanusiaan yang tinggi. Dalam sekolah kerja anak-anak dipimpin supaya produktif dan berguna bagi masyarakat. Melalui sekolah kerja anak dapat berkembang secara seimbang dan harmonis karena ciri pendidikan kolonial adalah terlalu intelektualistik atau terlalu menekankan perkembangan kecerdasan otak (intelek). Pendidikan nasional hendaknya menekankan keseimbangan antara perkembangan kecerdasan otak dan perkembangan watak, budi pekerti, jasmani dan rasa keindahan, antara perkembangan manusia sebagai pribadi dan sebagai warga negara dan anggot masyarakat, antara isi pelajaran teoritis dan yang praktis dan keterampilan tangan. Untuk itu dalam memilih bahan pelajaran harus dijaga agar praktis atau relevan dengan kebutuhan anak, masyarakat dan pembangunan bangsa dan tidak terlalu berat bagi anak. Gagasan sekolah kerja ini tampak juga pada prinsip belajar aktif, kreatif, dan produktif. Melalui sekolah kerja anak dipimpin agar produktif dan berguna bagi masyarakat. Untuk itu, sekolah harus berusaha agar: a) Anak-anak bersifat aktif, kreatif, dan belajar atas dasar pengalaman, b) Anak-anak bisa mencari, mendapat, dan mempergunakan pengetahuan dan pengalamannya, c) Perhatian dan usaha pendidikan dipusatkan pada keadaan dan jiwa anak, d) Anak-anak dapat menghasilkan barang sesuatu dengan kemauan dan kekuatan sendiri, e) Anak-anak belajar menyediakan diri untuk keperluan masyarakat, f) Anak-anak kelak menjadi anggota masyarakat yang bertabiat sosial, dan g) Sekolah berwujud ’kuntum masyarakat’ dan kelas menjadi persekutuan kerja. Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan, pendidikan dan pengajaran di sekolah rendah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dengan selalu mengindahkan pusat-pusat perhatian murid serta batas-batas kejayaan atau kesanggupannya yang berhubungan dengan umur, corak jiwa, sifatnya (laki perempuan), agamanya, dan suasana lingkungan lainnya.
49
(Laporan Komisi II dan Laporan Komisi Pekerja tentang Pengajaran Rendah, , Panitia Penyelidik Pengajaran, 1946). Konsep sekolah kerja tampaknya dipengaruhi aliran psikologi belajar inkuiri yang pada masa itu amat dipengaruhi pandangan-pandangan John Dewey tentang pendidikan progresif. Ia menandaskan bahwa pendidikan warga negara yang terlibat mengandung: ●
Penghargaan terhadap keanekaragaman, dalam arti tiap individu harus diakui kemampuannya, minat, ide, kebutuhan, dan identitas budayanya, dan
●
Pengembangan
kecerdasan
kritis
dan
terlibat
secara
sosial
yang
memampuakan individu untuk memahami dan berpartisipasi secara efektif dalam urusan masyarakat setempat dalam upaya kerja sama untuk mencapai kebaikan umum. Belajar berbasis inkuiri berhubungan dengan: ●
Pertanyaan: muncul dari pengalaman
●
Bahan: bervariasi, otentik, menantang
●
Kegiatan: melibatkan, pengalaman konkret menggunakan tangan (hands-on experience), membuat kreasi, bekerja sama, menghidupi peran baru
●
Dialog: mendengarkan orang lain; mengartikulasi pemahaman
●
Refleksi: mengekspresikan pengalaman; bergerak dari konsep baru ke tindakan.
John Dewey menandaskan bahwa dalam menghadapi sebuah dunia yang berubah, gunakanlah metode ilmiah: ●
Menyadari suatu masalah
●
Rumuskan masalah itu
●
Ajukan hipotesis untuk memecahkannya
●
Selidiki konsekuensi hipotesis dalam cahaya pengalaman
●
Tes solusi yang paling mungkin
50
Inti gagasan sekolah kerja digambarkan berikut ini.
Tampaknya para penyusun Kurikulum 1947 hendak meninggalkan konsepsi tradisional kurikulum ini, yang amat menekankan konten atau isi ilmu pengetahuan yang terlalu intelektualistis.
Tampaknya melalui gagasan sekolah kerja, mereka menghendaki agar siswa-lah yang aktif mencari dan menemukan dalam dunia empirik dalam melakukan kegiatan belajar melalui dialog atau kerja sama antar-siswa. John Dewey mengatakan,“Education is life itself” (Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri).
51
Untuk itu, guru pun hendaknya melakukan hal yang sama dalam melakukan pengajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered learning). John Dewey mengatakan, “True learning is based on discovery guided by mentoring rather than the transmission of knowledge” (Belajar yang benar lebih berdasarkan penemuan yang dibimbing melalui mentoring daripada transmisi pengetahuan).
Siswa-lah yang melakukan aktivitas dalam siklus inkuiri ini
52
Kurikulum 1964 Pemikiran yang mendahului kelahiran Kurikulum 1964 menunjukkan keinginan yang kuat agar penyusunan kurikulum selalu didasarkan atas pertimbangan seberapa jauh program pengajaran atau kurikulum itu memberikan sumbangan bagi: 1. Kesejahteraan anak-anak didik di sekolah 2. pembangunan masyarakat di sekitar sekolah, dan 3. pembangunan bangsa dan negara dalam rangka mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi bagi rakyat dan masyarakat Indonesia, lahir dan batin. Keinginan tersebut tercermin pula dalam salah satu prinsip atau asas didaktik Kurikulum 1964 yang menyatakan bahwa semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan haruslah fungsional praktis dalam arti berguna bagi anak dan masyarakat, sekarang dan di masa yang akan datang, dalam mencapai tiga kerangka tujuan revolusi nasional. Sehubungan dengan gagasan sekolah kerja dan pendekatan inkuiri tampaknya gagasan ini belum terwujud pada sekolah dasar. Namun, upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran telah mulai dilembagakan secara struktural pada awal tahun 1950-an. Kementerian PP dan K mulai mendirikan lembaga-lembaga yang diserahi tugas membuat pembaharuan kurikulum, seperti: ●
Balai Pendidikan Pengetahuan Alam (Science Learning Center – STC) yang bertugas menatar guru dan mengembangkan kurikulum IPA.
●
Urusan Pengajaran Bahasa Indonesia dan Balai Bahasa Daerah (UPBID) dan Urusan Pengajaran Ilmu Kemasyarakatan (UPIK) yang bertugas mengawasi dan membina mata pelajaran serta membantu mengembangkan dan memperbaiki mata pelajaran yang bersangkutan.
●
Urusan penyelidikan (research) yang melanjutkan tugas Balai Penyelidikan dan Perancang Pendidikan dan Pengajaran (BP4) dalam menyelenggarakan sekolah-sekolah
percobaan,
mengembangkan
tes
hasil
belajar,
dan
mengumpulkan statistik persekolahan. Kurikulum yang diujicoba merupakan revisi rencana pelajaran Sekolah Dasar yang berlaku waktu itu.
53
●
Urusan Kewajiban Belajar yang menyelenggarakan percobaan pelaksanaan kewajiban belajar dan mengusahakan pembaharian isi pendidikan dan metode pengajaran, terutama Pendidikan Keterampilan.
●
Urusan Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat (UPTK/SR) sebagai bagian Jawatan Pendidikan Umum bertugas dan bertanggung jawab dalam perencanaan, pengawasan, dan penilaian pendidikan, termasuk perencanaan kurikulum dan penyelenggaraan ujian negara, yaitu Ujian Masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama secara rutin. Ketika Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan melalui Instruksi NO. 2 tahun 1961 memerintahkan mengadakan pembaharuan kurikulum sesuai dengan sistem Pancawarhana, UPTK/SR-lah yang melaksanakan penyusunan kurikulum sekolah dasar yang baru (1961). Konsep kurikulum sekolah dasar yang baru kemudian diujicoba. Akan tetapi, upaya itu hanya berjalan dua tahun (1962 – 1963) karena perencanaan yang kurang sistematik dan matang serta biaya dan sarana yang serba kurang. Setelah Jawatan Pendidikan Umum dihapuskan pada tahun 1963, dibentuk Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan Sekolah Luar Biasa. Direktorat baru ini meneruskan tugas UPTK/SR.
Upaya pembaharuan kurikulum yang mendahului Kurikulum 1964 tampaknya kurang membuahkan hasil yang diharapkan berkenaan dengan konsepsi sekolah kerja dan pendekatan inkuiri karena perencanaan yang kurang matang dan keterbatasan dana dan sarana.
54
KURIKULUM SD PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum
Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde Lama
Kurikulum
1968
Pancasila &
TAP MPR
UUD 1945
& GBHN
UU
Peraturan
Keputusan Menteri
Pemerintah
Pancasila dan
Tap MPRS
Kurikulum harus
UUD 1945
No.
memberikan
XXVII/1966
kemungkinan
tentang
perkembangan maksimal
tujuan dan isi
terhadap cipta, rasa, karsa,
pendidikan
dan karya anak yang
nasional.
sedang berkembang menjadi manusia yang bermental-moral-budi pekerti luhur dan kuat keyakinan agamanya, yang tinggi kecerdasan dan terampil dalam pembangunan dan yang memiliki fisik yang sehat dan kuat, sebagai manusia Pancasila.
Terbit tanpa keputusan Menteri tapi hanya dengan kata pengantar resmi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar. 1975
Pancasila dan
TAP MPR
Keputusan Mendikbud
UUD 1945
tahun 1973:
(Sjarif Thajeb) No.
Dasar dan
008c/U/1975 tentang
55
Kurikulum
Pancasila &
TAP MPR
UUD 1945
& GBHN
UU
Peraturan
Keputusan Menteri
Pemerintah
arah
Pembakuan Kurikulum
pembanguna
Sekolah Dasar
n di bidang pendidikan
GBHN 1973: Pembanguna n nasional adalah pembanguna n manusia Indonesia seutuhnya dan pembanguna n seluruh masyarakat Indonesia. 1984
Pancasila dan
Tap MPR
Undang-Undang
Keputuran Mendikbud
UUD 1945
No.
No. 2 Tahun 1989
No. 026/U/1985 tentang
IV/MPR/197
tentang Sistem
Pelaksanaan GBPP
8 tentang
Pendidikan
Pendidikan Sejarah
GBHN
Nasional
Perjuangan Bangsa pada
(Agama dan
jenjang pendidikan dasar
Kepercayaan
dan menengah
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sosialbudaya: Dasar & tujuan pendidikan nasional.
56
Kurikulum
Pancasila &
TAP MPR
UUD 1945
& GBHN
UU
Peraturan
Keputusan Menteri
Pemerintah
Unsur dalam GBHN 1983 tentang Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa dalam rangka Pendidikan Pancasila 1994
Pancasila dan
TAP MPR
UU No. 2 Tahun
PP No. 28 Tahun
Keputusan Mendikbud
UUD 1945
No.
1989 tentang
1990 tentang
(Fuad Hassan) No.
1945:
II/MPR/1993
Sistem Pendidikan
Pend Dasar:
060/U/1993 tentang
Mencerdaskan
yang berisi
Nasional:
Tujuan pend
Kurikulum Pendidikan
Kehidupan
tujuan
Tujuan pend
dasar: bekal
Dasar
bangsa
pendidikan
nasional (Pasal 4)
kemampuan dasar
Mengusahaka
nasional
Fungsi pend
kepada siswa
n&
nasional
untuk
menyelenggar
Hak warga negara
mengembangkan
akan satu
memperoleh
kehidupan &
sistem
pendidikan (Pasal
mempersiapkan
pengajaran
3, 5, 6).
siswa untuk
nasional
Tanggung jawab
mengikuti pend
penyelenggaraan
menengah.
pend: keluarga,
Jabaran tujuan
masyarakat,
SD: (Pasal 14)
pemerintah (Penjelasan). Isi kurikulum pend dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal 39 & Penjelasan)
57
Kurikulum SD 1968 terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu dasar, tujuan, dan asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila di sekolah dasar; struktur program atau kerangka kurikulum sekolah dasar; bahan pendidikan atau GBPP; serta pedoman evaluasi atau pengisian dan penggunaan buku rapor murid sekolah dasar. Dasar, tujuan, dan asas pendidikan nasional Pancasila di sekolah dasar meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, prinsip umum pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila yang meliputi 3 hal, yaitu prinsip integritas, kontinuitas, dan sinkronisasi. Kedua, landasaan idiil yang terdiri dari 3 ketentuan pokok, yaitu dasar pendidikan nasional adalah falsafah negara Pancasila, tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Pancasila sejati, dan isi pendidikan nasional terdiri dari 3 hal, yaitu mempertinggi mental budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta membina / memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketiga, prinsip umum pembinaan kurikulum meliputi 3 hal, yaitu kriteria pemilihan bahan atau isi kurikulum, prinsip-prinsip didaktik-metodik, dan sistem evaluasi yang meliputi prinsip-prinsip evaluasi yang bersifat menyeluruh, kontinu, dan objektif. Adapun yang menjadi objek penilaian adalah program, proses dan hasil, serta fungsi penilaian. Keempat, prinsip-prinsip pendidikan sekolah dasar mencakup 2 hal, yaitu tujuan pendidikan sekolah dasar dan garis besar kurikulum sekolah dasar yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pembinaan jiwa Pancasila, kelompok pembinaan pengetahuan dasar dan kelompok pembinaan kecakapan khusus. Kelima, asas-asas didaktik-metodik sekolah dasar yang uraiannya sama dengan yang tercantum di dalam rencana pendidikan tahun 1964. Selama periode Repelita I sampai IV, sistem pendidikan nasional masih didasarkan pada dua undang-undang yang belum mencerminkan adanya kesatuan sistem pendidikan nasional. Masih berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 yo Undang-Undang No. 12 Tahun 1954 dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1961 sering dipandang sebagai suatu kendala yang cukup mendasar bagi pembangunan pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang tersebut
58
tidak mencerminkan landasan kesatuan sistem pendidikan nasional karena didasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat juga tidak sebagaimana diamanatkan UUD 1945. (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996)
TAP MPR tahun 1973: Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk Manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. (Garis bawah: baru muncul).
Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN (Agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya): Dasar & tujuan pendidikan nasional. Ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk: ¾ meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ¾ kecerdasan, ¾ keterampilan, ¾ mempertinggi budi pekerti, ¾ memperkuat kepribadian dan ¾ mempertebal semangat kebangsaan agar dapat ¾ menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
59
UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional: ¾ Tujuan pend nasional (Pasal 4) ¾ Fungsi pend nasional: mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. ¾ Hak warga negara memperoleh pendidikan (Pasal 3, 5, 6). ¾ Tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan: keluarga, masyarakat, pemerintah (Penjelasan). ¾ Isi kurikulum pendidikan dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal 39 & Penjelasan)
PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar: Tujuan pendidikan dasar: memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pend menengah. Jabaran tujuan SD: Memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat perkembangan dan mempersiapkan mengikuti pendidikan di SLTP. Isi kurikulum pendidikan dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal 14) Pendidikan dasar (basic education) Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan tahun 1950 yunto Tahun 1954, pendidikan dasar dimaksudkan hanya mencakup sekolah dasar. Sejak diterbitkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, yang diselenggarakan enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan program 6 tahun terdiri atas sekolah dasar (umum)
60
dan sekolah dasar luar biasa. Bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan program 3 tahun sesudah program 6 tahun terdiri atas sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat pertama luar biasa. Selain itu, terdapat pula bentuk satuan pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama, yakni Madrasah Ibtidaiyah setingkat sekolah dasar dan Madrasah Tsanawiyah setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama. Berdasarkan PP NO. 28 / 1990, pendidikan dasar mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan pendidikan dasar berdasarkan UU yang berlaku sebelumnya. Ciriciri tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan dasar merupakan pendidikan umum, yaitu pendidikan minimal yang berlaku untuk semua warga negara tanpa kecuali. 2) Pendidikan dasar berlangsung 9 tahun yang meliputi 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP atau yang sederajat. Ini tidak berarti bahwa SD dan SMP menjadi bentuk satu atap melainkan tetap terpisah meskipun keduanya merupakan pendidikan dasar. 3) Pendidikan dasar tidak bersifat seragam, dan tidak berarti bahwa semua peserta didik mendapatkan materi kurikulum yang sama seluruhnya secara seragam, melainkan dimungkinkan adanya perbedaan di luar materi muatan nasional sebanyak 20% dari seluruh bidang kahian di SD dan SMP. 4) Pendidikan dasar diselenggarakan melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah pada berbagai jenis dan bentuk satuan pendidikan. 5) Lulusan pendidikan dasar adalah setara baik untuk jalur sekolah maupun luar sekolah beserta wahananya yang pada dasarnya sama dan diakui sederajat sehingga perserta didik memiliki keleluasaan gerak untuk memanfaatkan semua rumpun dan wahana dan bila perlu dapat berpindah dari wahana satu ke wahana lainnya dengan mendapatkan perlakuan yang sama. (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996)
61
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa Orde Baru Tabel 5.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum pada masa Orde Baru
Dasar keputusan tentang
Kurikulum
Kurikulum
Kurikulum
kurikulum
1968
1975
1984
1. Alasan pedagogis yang
# Dominan
sahih
pengaruh
Kurikulum 1994
V
V
V
politik 2. Bukti (evidensi) terbaik
# Lebih
V Berdasar
V Berdasar
V Berdasar hasil
yang tersedia
dipengaruhi
uji coba
uji coba
inovasi Proyek
kepentingan
inovasi,
inovasi
CBSA &
politis
terutama di
Proyek
supervisi SD,
sekolah lab 8
CBSA &
hasil penelitian &
IKIP yang
supervisi SD
perbandingan
sedang
yang sedang
kurikulum negara
berjalan
berjalan
lain
3. Konteks tujuan pendidikan
V Manusia
V Manusia
V Manusia
V Manusia
yang umum
Pancasilais
pembanguna
pembanguna
Pancasila sbg
sejati dan
n (Tap
n Pancasilais
manusia
cerdas (Tap
MPRS 1973
(Tap MPR
pembangunan
MPRS No.
dan
No.
yang bermutu
XXVII/1966)
kemudian
IV/MPR/197
tinggi (UU No. 2
dimasukkan
8 GBHN &
Tahun 1989 SPN)
Tap MPR
UU SPN)
1978 P4) 4. Konteks keputusan
V
V
V
V
sebelumnya & kebutuhan keputusan tambahan 5. Paduan kekuatan pelajar,
V Tuntutan
proses belajar, tuntutan masyarakat & mata pelajaran
V
V Tuntutan
V Tuntutan
penggabunga
memasukkan
belajar aktif &
n mata
PSPB &
pendekatan
pelajaran
keterampilan
komunikatif
62
Dasar keputusan tentang
Kurikulum
Kurikulum
Kurikulum
kurikulum
1968
1975
1984
Kurikulum 1994
proses
bahasa
6. Kerja sama orang yang
# Dilibatkan
V Dilibatkan
V Dilibatkan
V Dilibatkan
terlibat & orang yang paling
pejabat
intansi
orang
pakar dan praktisi
terkena dampak keputusan
pendidikan di
pemerintah
lapangan
lapangan yang
lapangan &
yang relevan
yang
relevan
unit-unit
& guru di
merintis
departemen
lapangan
inovasi
lain yang relevan 7. Fakta baru kehidupan seperti perkembangan ilmu, rasa persatuan &
# Pengaruh
V Tuntutan
V Tuntutan
V Tuntuan hasil
konsep
kembali
belajar aktif
inovasi belajar
Nasakom
kepada
keanekaragaman
aktif
Pancasila & UUD 1945
8. Perbedaan individual siswa
V Pengantar
# Pengantar
# Mulai
# Muatan lokal
bahasa
hanya bahasa
masuk
makin bervariasi
daerah &
Indonesia
muatan lokal
V Mulai
V Diterapkan
V GBPP:
V GBPP:
berbentuk
bidang studi
Ada contoh
dominan kegiatan
kegiatan
belajar aktif
bahasa Indonesia 9. Pandangan realistis pengorganisasian: desain kurikulum, pengalaman siswa,
bidang studi
pengaturan waktu 10. Pandangan tentang cara
belajar aktif X
V
V
V
V
V
V
V
komunikasi & diseminasi kurikulum 11. Pengalaman siswa yang tidak dapat diperoleh dengan memuaskan di luar sekolah
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde Baru Kurikulum 1968 disusun pada awal Orde Baru untuk mengoreksi penyimpangan tujuan dan dasar pendidikan pada Kurikulum 1964 di masa Orde Lama.
63
Kurikulum 1968: Tujuan pendidikan nasional adalah: “membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945” (Tap MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 3).
Isi pendidikan nasional: Untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan nasional, isi pendidikan adalah sebagai berikut: ●
Mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama
●
Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
●
Membina / memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat
(Tap MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 4). Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta menyusun metodologi pengajaran.
Kurikulum 1975: Tujuan pendidikan nasional adalah: ●
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila, dan untuk
●
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
●
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
●
dapat mengembangkan kreativitas dan
●
tanggung jawab,
●
dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
●
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai
64
●
budi pekerti yang luhur,
●
mencintai bangsanya dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945
Tujuan umum pendidikan SD adalah agar lulusan: ●
Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik;
●
Sehat jasmani dan rohani;
●
Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dasar yang diperlukan untuk: ¾
Melanjutkan pelajaran;
¾
Bekerja di masyarakat;
¾
Mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.
(Sumber: Depdikbud, 1976. Kerangka Program dan Dasar Metodik Pendidikan Moral Pancasila dalam Rangka Kurikulum 1975)
Kurikulum 1984: Tujuan pendidikan sekolah dasar mengacu pada tujuan pendidikan nasional seperti digariskan dalam GBHN 1983, yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Berdasarkan acuan di atas, tujuan pendidikan pada sekolah dasar diuraikan menjadi: Pertama, mendidik para murid untuk menjadi manusia pembangunan sebagai warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Ketiga, memberikan pula bekal dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, lingkungan, dan kebutuhan pembangunan.
65
(Sumber: Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta: Pusatbangkurrandik, Depdikbud, 1984).
Kurikulum 1994: Pendidikan dasar (SD dan SLTP atau sekolah lanjutan tingkat pertama) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyrakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar). Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. (Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta: Depdikbud, 1993).
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa Orde Baru Kurikulum SD 1968 masih menggunakan 2 macam struktur program, yaitu program untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah sampai kelas III dan program untuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia mulai dari kelas I. Susunan program pengajaran berdasarkan Kurikulum 1968 adalah sebagai berikut: 1) Program pengajaran tiap bidang studi diawali dengan tujuan-tujuan kurikuler bidang studi yang bersangkutan, didaktik-metodik bidang studi tersebut, termasuk kriteria pemilihan bahan- bahan yang akan diajarkan, kegiatan belajar-mengajar, dan alat-alat pelajaran yang digunakan; 2) Bahan tiap bidang studi dibagi menurut kelas; dan
66
3) Susunan bahan tiap kelas, yaitu tujuan-tujuan instruksional yang akan dicapai tiap kelas dengan jumlah berkisar antara 1 sampai 11 tujuan, tergantung dari banyaknya bahan atau kemampuan yang akan dicapai oleh kelas tertentu; dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang disarankan. (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996) Mulai tahun ajaran 1966 / 1967 diadakan perubahan sistem penilaian di dalam buku rapor atau buku laporan pendidikan. Dalam buku laporan yang baru terdapat 2 jenis nilai atau sekor, yaitu berupa huruf a, b, c, dan d untuk semua nilai kelas I dan II, dan berupa angka 10 s.d. 100 untuk kelas III sampai kelas VI. Selain itu, mulai tahun ajaran tersebut juga digunakan 3 macam nilai, yaitu nilai untuk prestasi, rara-rata kelas, dan usaha dalam mencapai prestasi. (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996)
Tabel 5.3 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968) (Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah sebagai bahasa pengantar)
No.
Kelompok / Segi Pendidikan
Kelas I
I
II
III
II
III
Keterangan IV
V
VI
Di kelas I dan II, 1
Pembinaan Jiwa Pancasila: 1.
Pendidikan Agama
2
2
3
4
4
4
jam
2.
Pendidikan Kewargaan Negara *
2
2
4
4
4
4
pelajaran =
3.
Pendidikan Bahasa Indonesia
-
-
6
6
6
6
30 menit.
4.
Bahasa Daerah
8
8
2
2
2
2
Di kelas III
5.
Pendidikan Olahraga
2
2
3
3
3
3
s.d. VI, 1 jam
Pembinaan Pengetahuan Dasar: 6.
Berhitung
7
7
7
6
6
6
pelajaran =
7.
Ilmu Pengetahuan Alam
2
2
4
4
4
4
40 menit.
8.
Pendidikan Kesenian
2
2
4
4
4
4
9.
Pend Kesejahteraan Keluarga
1
1
2
2
2
2
Pembinaan Kecakapan Khusus:
67
No.
Kelompok / Segi Pendidikan
Kelas
Keterangan
I
II
III
IV
V
VI
2
2
5
5
5
5
28
28
40
40
4
40
7. Pendidikan Kejuruan **
Jumlah
*
Mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.
**
Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan). Teknik (pekerjaan tangan, perbengkelan) Ketatalaksanaan / jasa (tabungan dan koperasi)
Tabel 5.4 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968) (Bagi sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I)
No.
Kelompok / Segi Pendidikan
Kelas I
I
II
III
II
III
Keterangan IV
V
VI
Di kelas I dan II, 1
Pembinaan Jiwa Pancasila: 1.
Pendidikan Agama
2
2
3
4
4
4
jam
2.
Pendidikan Kewargaan Negara *
2
2
4
4
4
4
pelajaran =
3.
Pendidikan Bahasa Indonesia
8
8
8
8
8
8
30 menit.
4.
Pendidikan Olahraga
2
2
3
3
3
3
Di kelas III s.d. VI, 1
Pembinaan Pengetahuan Dasar: 5.
Berhitung
7
7
7
7
7
7
jam
6.
Ilmu Pengetahuan Alam
2
2
4
4
4
4
pelajaran =
7.
Pendidikan Kesenian
2
2
4
4
4
4
40 menit.
8.
Pend Kesejahteraan Keluarga
1
1
2
2
2
2
2
2
5
5
5
5
28
28
40
40
4
40
Pembinaan Kecakapan Khusus: 7. Pendidikan Kejuruan **
Jumlah
*
Mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.
**
Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan). Teknik (pekerjaan tangan, perbengkelan)
68
Ketatalaksanaan / jasa (tabungan dan koperasi)
Tabel 5.5 Struktur Program Kurikulum Sekolah Dasar 1975
No
Bidang Studi
Kelas
Keterangan
I
II
III
IV
V
VI
Di kelas I dan
1
Agama
2
2
2
3
3
3
II, 1 jam
2
Pendidikan Moral Pancasila
2
2
2
2
2
2
pelajaran = 30
3
Bahasa Indonesia
8
8
8
8
8
8
menit.
4
Ilmu Pengetahuan Sosial
-
-
2
2
2
2
Di kelas III s.d.
5
Matematika
6
6
6
6
6
6
VI, 1 jam
6
Ilmu Pengetahuan Alam
2
2
3
4
4
4
pelajaran = 40
7
Olahraga dan Kesehatan
2
2
3
3
3
3
menit.
8
Kesenian
2
2
3
4
4
4
9
Keterampilan Khusus
2
2
4
4
4
4
26
26
33
36
36
36
Jumlah
Catatan: 1. Pendidikan
Kesejahteraan
Keluarga
dan
Pendidikan
Kependudukan
diintegrasikan ke dalam beberapa bidang studi yang relevan. 2. Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah-sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI. 3. Di kelas I dan II, 1 jam pelajaran = 30 menit. Di kelas III ke atas, 1 jam pelajaran = 40 menit.
69
Tabel 5.6 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar (1984)
No.
Bidang Studi
Kelas
Jumlah
I
II
III
IV
V
VI
1
Pendidikan Agama
2
2
2
3
3
3
15
2
Pendidikan Moral Pancasila
2
2
2
2
2
2
12
3
Pendidikan Sejarah Perjuangan 1
1
1
1
1
1
6
8/7
8/7
8/7
8/7
8/7
8/7
48/42
Bangsa 1) 4
Bahasa Indonesia 2)
5
Ilmu Pengetahuan Sosial
-
-
2
3
3
3
11
6
Matematika
6
6
6
6
6
6
36
7
Ilmu Pengetahuan Alam
2
2
3
4
4
4
19
8
Olahraga dan Kesehatan
2
2
3
3
3
3
16
9
Pendidikan Kesenian
2
2
3
3
3
3
16
10
Keterampilan Khusus
2
2
4
4
4
4
20
11
Bahasa Daerah 3)
(2)
(2)
(2)
(2)
(2)
(2)
(12)
26/
26/
33/
36/
36/
36/
193/
27
27
33
37
37
37
199
(28)
(28)
(35)
(38)
(38)
(38)
(205)
Jumlah
Catatan: 1) Diberikan setiap caturwulan III 2) Pada caturwulan I dan II diberikan 8 jam / minggu, caturwulan III diberikan 7 jam / minggu 3) Daerah / sekolahyang memberikan bidang studi Bahasa Daerah Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasionalm, sebagai pendidikan umum, kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurangkurangnya bidang-bidang kajian berikut: ¾ pendidikan Pancasila ¾ agama ¾ kewarganegaraan ¾ bahasa Indonesia ¾ membaca dan menulis
70
¾ matematika (termasuk berhitung) ¾ pengantar sains dan teknologi ¾ ilmu bumi ¾ sejarah nasional dan sejarah umum ¾ kerajinan tangan dan ¾ kesenian ¾ pendidikan jasmani dan kesehatan ¾ menggambar serta ¾ bahasa Inggris Bidang-bidang itu bukan nama mata pelajaran tetapi nama kajian untuk membentuk kepribadian dan unsur-unsur kemampuan yang diajarkan dan dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari satu unsur kajian dapat digabung dalam satu mata pelajaran atau sebaliknya satu unsur kajian dapat dibagi ke dalam lebih dari satu mata pelajaran. Berdasarkan UU No. 2 / 1989 Pasal 39, selanjutnya diatur oleh Keputusan Mendikbud No. 060/U/1993, secara rinci kurikulum pendidikan dasar memuat 10 mata pelajaran: 1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2) Pendidikan Agama 3) Bahasa Indonesia (termasuk membaca dan menulis) 4) Matematika (termasuk Berhitung) 5) Ilmu Pengetahuan Alam (pengantar sains dan teknologi) 6) Ilmu Pengetahuan Sosial (termasuk ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum) 7) Kerajinan Tangan dan Kesenian (termasuk menggambar( 8) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 9) Bahasa Inggris, dan 10) Muatan lokal (sejumlah mata pelajaran). (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996).
71
Dengan mengacu kepada Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN (Agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya): Dasar & tujuan pendidikan nasional, UU No. 2 / 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan PP dan PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar serta hasil inovasi yang telah dilakukan, tersusunlah struktur program Kurikulum 1994 berikut ini.
Tabel 5.7 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar 1994 *)
No.
Mata Pelajaran
Kelas I
II
III
IV
V
VI
Kewarganegaraan
2
2
2
2
2
2
2
Pendidikan Agama
2
2
2
2
2
2
3
Bahasa Indonesia
10
10
10
8
8
8
4
Matematika
10
10
10
8
8
8
5
Ilmu Pengetahuan Alam
-
-
3
6
6
6
6
Ilmu Pengetahuan Sosial
-
-
3
5
5
5
7
Kerajinan Tangan dan Kesenian
2
2
2
2
2
2
8
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
2
2
2
2
2
2
9
Muatan Lokal
2
2
4
5
7
7
30
30
38
40
42
42
1
Pendidikan Pancasila dan
(sejumlah mata pelajaran) Jumlah
Keterangan: a. Lamanya 1 jam pelajaran 1) Kelas I dan II SD
1 jam pelajaran = 30 menit
2) Kelas III s.d. VI SD
1 jam pelajaran = 40 menit
b. Jumlah jam pelajaran per minggu: 1) SD Kelas I dan II
= 30 jam pelajaran
2) SD Kelas III
= 38 jam pelajaran
3) SD Kelas IV
= 40 jam pelajaran
4) SD Kelas V dan VI
= 42 jam pelajaran
72
c. Jumlah jam pelajaran dalam satu minggu adalah jam pelajaran minimum yang diselenggarakan secara klasikal. d. Jatah waktu pada tabel di atas dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam setiap mata pelajaran. (Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar, Depdikbud, 1993) *) Tabel ini diambil dari Tabel Susunan Program Pengajaran Kurikulum 1994 Pendidikan Dasar (SD dan SLTP)
E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa Orde Baru Kurikulum 1968: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1968 berisi 4 komponen, yaitu alokasi waktu, tujuan, bahan (materi), dan kegiatan. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD sebagai berikut: KELAS IV: (4 jam) A. Tujuan: Memperdalam
dan
memperluas
pengenalan
serta
mensistematisir
pengamatan anak didik mengenai tumbuh-tumbuhan. B. Bahan: Tanaman-tanaman yang ada di lingkungan seperti: jagung, padi, kacang tanah, singkong (ubi kayu), ubi jalar, pohon pepaya, bawang, keladi, jeruk, mangga, dsb. Yang dipelajari ialah: kehidupan (tempat tumbuhnya, kebutuhan hubungannya
hidupnya, dengan
cara
hidupnya,
manusia,
fungsi
pemeliharaan,
bagian-bagiannya, kegunaan
dan
pengolahannya bagi kehidupan manusia serta segi ekonominya.
C. Kegiatan: 1. Karyawisata, mengadakan kunjungan ke luar kelas, ke tempat tumbuhnya tanam-tanaman, ke sawah, ladang, kebun, taman, hutan
73
dekat sekolah, dll., untuk mengadakan observasi (pengamatan) dan penyelidikan. 2. Membaca buku-buku yang menuliskan tentang tanam-tanaman yang sedang dipelajari. 3. Membuat laporan (karangan) dari hasil pengamatan murid-murid disertai gambar-gambar atau ilustrasi. 4. Memelihara tanam-tanaman di sekolah, di rumah maupun di tempattempat lain. 5. Mengadakan koleksi daun-daunan, bunga-bungaan, tanam-tanaman, biji-bijian, dsb. (membuat herbarium). A. Tujuan: Mensistematisir pengamatan serta memperdalam dan memperluas pengenalan anak-anak didik tentang hewan dan kegunaannya bagi kehidupan manusia. B. Bahan: Ternak dan hewan yang ada di lingkungan sekolah yang banyak hubungannya dengan kehidupan masyarakat di daerah itu, seperti: ayam, kucing, lembu, kerbau, kuda, anjing, itik, merpati, burung-burung lain, babi, tikus, musang, tupai, monyet, harimau, ikan, dsb. Mempelajari kehidupan, lingkungan, gunanya / ruginya, pemeliharaan, pengolahan (kalau hewan itu diolah menjadi makanan manusia, misalnya ikan dan daging dalam kalenga) dan segi ekonominya bagi kehidupan manusia. C. Kegiatan: 1. Karyawisata, mengadakan kunjungan ke luar kelas ke tempat pemeliharaan ternak, kebun binatang, dll. untuk mengadakan observasi. 2. Menggunakan kepustakaan mengenai hewan yang sedang dipelajari. 3. Membuat laporan (karangan) tentang hasil pengamatan anak yang disertai dengan gambar-gambar atau ilustrasi. 4. Memelihara ternak: di sekolah baik diadakan pula kandang ayam, kelinci, dll., dan kolam ikan yang mudah dapat diusahakan.
74
5. Mengadakan koleksi (membuat aquarium dan terarium). A. Tujuan: 1. Mengembangkan daya berpikir kritis anak dan membiasakan anakanak ingin menyelidiki kejadian-kejadian alam yang sebenarnya. 2. Belajar mengeksploitir kekayaan alam dan mengatasi kejadiankejadian alam yang membahayakan / merugikan kehidupan manusia. B. Bahan: 1. Peristiwa-peristiwa alam: hujan, sungai banjir, angin, cuaca, musim hujan / kemarau. Mempelajari gunanya bagi kehidupan manusia serta penyesuaian dan usaha manusia untuk mengatasinya. 2. Perumahan yang baik disesuaikan dengan keadaan daerahnya. C. Kegiatan: 1. Mengamati alat pengukur hujan, barometer, arah angin, dan termometer. 2. Mengadakan
catatan-catatan,
kesimpulan-kesimpulan,
mencari
masalah-masalah dan pemecahannya. 3. Menggunakan perpustakaan.
A. Tujuan: Belajar menjaga kesehatan badan, kebersihan badan, dan lingkungan hidup. B. Bahan: 1. Meneruskan bahan kelas III. 2. Membandingkan tubuh dan hidup binatang dengan manusia. 3. Hidup sehat: makanan, pakaian, perumahan, udara, beberapa jenis penyakit. 4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK). C. Kegiatan: 1. Meneruskan kegiatan-kegiatan pada kelas III. 2. Menggunakan kepustakaan.
75
3. Mengunjungi instansi-instansi kesehatan setempat. 4. Mengadakan diskusi dan membuat laporan (karangan) tentang hasilhasil pengamatan anak-anak. Catatan: 1. Dalam melaksanakan kegiatan pada I, II, III, dan IV dapat diberi tugas kelompok (kelas dibagi dalam beberapa kelompok). 2. Dapat pula diminta bantuan dari orang-orang atau instansi setempat dalam memberikan
penjelasan-penjelasan
maupun
fasilitas-fasilitas
untuk
kelancaran belajar anak-anak. 3. Pameran kelas / sekolah diadakan secara berkala. (Sumber: Kurikulum Sekolah Dasar 1968, Jakarta: Direktorat Pendidikan Prasekolah / Sekolah Dasar / SLB, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1968).
Kurikulum 1975: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1975 berisi 4 komponen, yaitu tujuan (Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional), materi (Pokok Bahasan & Subpokok Bahasan; Bahan Pengajaran), sumber belajar (Sumber bahan), dan alokasi waktu.
Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD sebagai berikut:
76
77
78
79
80
81
82
Kurikulum 1984: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1984 itu lengkap karena berisi 6 komponen, yaitu tujuan (Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional), Bahan Pengajaran (Pokok Bahasan dan Uraian yang mengarah kepada petunjuk kegiatan belajar), alokasi waktu, metode, Sarana / Sumber, Penilaian, dan keterangan. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD sebagai berikut:
83
IPA Kelas IV: Tabel 5.8 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN BIDANG STUDI: ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH: SEKOLAH DASAR (SD) KELAS: IV TUJUAN
TUJUAN
KURIKULER
INSTRUKSIONAL
BAHAN PENGAJARAN
URAIAN
POKOK
PROGRAM
KLS
BAHASAN (1)
(2)
(3)
(4)
1. Melalui
1.1 Air
Air mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
pengamatan,
1.1.1 Sifat-
-
mengkomunikasika
sifat air
(5) IV
METODE
CA
JAM
WU
PEL
(6)
(7)
1
(8)
SARANA /
PENIL
KETERAN
SUMBER
AIAN
GAN
(9)
(10)
(11)
24
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
n hasil pengamatan
-
permukaannya selalu mendatar
Percobaan,
Buku paket
Tes
dan menarik
-
bentuknya sesuai dengan wadahnya
widyaiswara
Kit IPA SD
tertulis
kesimpulan murid
-
dapat meresap melalui celah-celah kecil
, diskusi dan
Lingkungan
Tes
memahami dan
-
dapat berubah ujud jika dipanaskan /
pemberian
sekitar
lisan
didinginkan
tugas.
Buku lain
dapat menerapkan sifat-sifat dan
-
yang sesuai
dapat melarutkan berbagai macam zat
kegunaan air
Demonstrasi Setiap konsep dapat dikembangkan dengan
,
cara melakukan percobaan, yang kemudian
widyaiswara
melalui pengolahan dan pembahasan hasilnya
, diskusi dan
diambil kesimpulannya, juga dengan penerapan
pemberian
konsep itu sendiri.
tugas.
84
TUJUAN
TUJUAN
KURIKULER
INSTRUKSIONAL
BAHAN PENGAJARAN
POKOK
URAIAN
PROGRAM
KLS
BAHASAN (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
METODE
CA
JAM
WU
PEL
(6)
(7)
(8)
SARANA /
PENIL
KETERAN
SUMBER
AIAN
GAN
(9)
(10)
(11)
Percobaan, diskusi, pemberian tugas.
Ceramah, diskusi dan pemberian tugas.
1.1.2
Air mempunyai kegunaan misalnya:
Percobaan,
Buku paket
Tes
Kegunaan air
-
untuk pengairan
widyaiswara
Kit IPA SD
tertulis
-
sebagai pembangkit tenaga listrik
, diskusi.
Lingkungan
Tes
-
untuk pengangkutan
sekitar
lisan
Widyaiswar
Buku lain
85
TUJUAN
TUJUAN
KURIKULER
INSTRUKSIONAL
BAHAN PENGAJARAN
POKOK
URAIAN
PROGRAM
KLS
BAHASAN (1)
(2)
(3)
(4) Setiap kegunaan dapat dikembangkan melalui
(5)
METODE
CA
JAM
WU
PEL
(6)
(7)
(8) a, diskusi
SARANA /
PENIL
KETERAN
SUMBER
AIAN
GAN
(9)
(10)
(11)
yang sesuai
percobaan sederhana, pengamatan langsung atau mengamati demonstrasi yang dilakukan guru dan disertai dengan diskusi.
86
Kurikulum 1994: IPA Kelas IV Caturwulan 1: Konsep-konsep yang dibahas di kelas IV adalah: 1. a. Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya. b. Berbagai benda padat bila dimasukkan ke dalam air, benda itu akan mengalami pristiwa yang berbeda 2. 6 dan 11. mutu suatu karya bergantung pada daya cipta, bahan, alat dan keindahan. 3. Batuan merupakan bagian dari kerak bumi. 4. Tanah merupakan bagian dari kerak bumi. 5. Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya bagi kehidupan. 6. Pernapasan memerlukan udara dan berlangsung dalam alat-alat tertentu. 7. Dalam tubuh manusia dan hewan terdapat rangka dan organ-organ yang sudah tertentu letaknya. 8. Pertumbuhan dialami oleh semua makhluk hidup. 9. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar dan mempunyai sifat-sifat tertentu.
Rambu-rambu 1. GBPP ini merupakan pedoman mengajar bagi guru yang mengandung tujuan yang harus dicapai siswa, bahan kajian yang telah dirumuskan dalam konsepkonsep, serta pembelajarannya. 2. Tujuan pelajaran menggambarkan hasil berlajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut. Hasil belajar meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. 3. Urutan materi telah disesuaikan dengan sistematika keilmuan mata pelajaran IPA, tetapi apabila dalam pelaksanaannya dipandang perlu guru masih diperkenankan mengubah urutan tersebut asal masih berada dalam caturwulan yang sama. 4. Pembelajaran menggambarkan keluasan dan kedalaman bahan kajian, kemampuan siswa yang dikembangkan atau kegiatan siswa dalam proses
87
belajar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan saran untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. 5. Pengembangan dan penggunaan keterampilan proses harus dilaksanakan dengan tuuan untuk memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah. 6. Program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Belajar itu hendaknya bermakna b. Belajar itu hendaknya dimulai dari yang: -
dekat ke yang jauh,
-
sudah diketahui ke yang belum diketahui,
-
konkret ke yang abstrak
-
mudah ke yang sukar,
-
sederhana ke yang rumit.
c. Memperhatikan perbedaan perorangan dalam minat dan kemampuan. 7. Penanaman dan penerapan konsep hendaknya dilakukan dengan cara menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan daerah setempat. 8. Penilaian hasil belajar mencakup penilaian pemahaman konsep dan penguasaan keterampilan proses.
II. PROGRAM PENGAJARAN Kelas IV Tujuan: 1. Siswa mampu melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya untuk memahami sifat-sifat, kegunaan, dan daur air. 2. Siswa mampu melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya untuk mengenali sifat-sifat, kegunaan, dan cara pelapukan batuan serta memahami bagian-bagian tanah, penyuburan dan pengikisannya, sehingga menyadari perlunya perlindungan dan pelestarian alam. 3. Siswa memahami susunan, sifat, dan kegunaan udara serta pengertian atmosfer, dengan melakukan percobaan, pengamatan dan menafsirkan informasi.
88
4. Siswa mengenali pernapasan, susunan tubuh, fungsi dan kekuatan rangka, serta tanda-tanda pertumbuhan makhluk hidup, dengan menafsirkan informasi dan hasil pengamatannya. 5. Siswa mampu melakukan percobaaan untuk memahami bunyi dan sifatsifatnya. 6. Siswa dapat mengembangkan kemampuan merancang dan membuat karya berupa benda atau sistem sederhana dengan menerapkan pengetahuannya tentang air, udara, dan bunyi. Caturwulan: 1 (72 jam Pelajaran) 1. Siswa mampu melakukan percobaan untuk memahami sifat-sifat, kegunaan, dan daur air serta peristiwa-peristiwa lainnya tentang air, dengan menafsirkan informasi dan hasil pengamatannya. Air 1.1 Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya. 1.1.1
Air menempati ruang dan mempunyai berat. •
Melakukan
percobaan
untuk
menunjukkan
bahwa
air
membutuhkan ruang dan memiliki berat. 1.1.2
Permukaan air yang tenang selalu datar. •
Mengamati permukaan air tenang pada kedudukan yang berbeda, kemudian membandingkan kedataran permukaan air tenang dengan air yang bergelombang.
•
Membuat alat pengukur kedataran sebagai contoh penerapan konsep ini.
1.1.3
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. •
Melakukan percobaan sederhana dan membahas hasilnhya bahwa air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
•
Memecahkan masalah bagaimana mengalirkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi menggunakan alat-alat sederhana.
1.1.4
Air dapat melarutkan berbagai zat. o Melakukan percobaan untuk menentukan zat yang larut dan yang tidak larut.
89
• 1.1.5
Membahas manfaat kelarutan zat dalam air bagi makhluk hidup.
Air menekan ke segala arah. •
Melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa air menekan ke segala arah.
1.1.6
Air meresap melalui celah-celah kecil. •
Melakukan
percobaan
peresapan
air
dan
membandingkan
kecepatan peresapannya pada bahan-bahan berserat. •
Membahas penerapan konsep ini, misalnya naiknya minyak tanah pada pemeliharaan kompor / lampu tempel agar nyala apinya baik.
1.1.7
Air dapat berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan. •
Melakukan percobaan yang menunjukkan perubahan wujud air (menguap, mengembun)
•
Membahas peristiwa terjadinya hujan dan dauir air.
•
Membahas bagaimana air dapat berubah menjadi zat padat (membeku) dengan pendinginan, dan mengamati perubahan wujud padat air (es) menjadi cair (mencair).
1.1.8
Air yang bergerak dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. •
Membahas (secara sederhana) tentang cara kerja pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
1.2 Berbagai benda padat bila dimasukkan ke dalam air, benda itu akan mengalami peristiwa yang berbeda. 1.2.1 Benda dikatakan terapung jika benda itu berada di permukaan air dan dikatakan tenggelam bila benda itu turun hingga ke dasar. •
Meramalkan benda-benda mana yang akan terapung atau tenggelam, dan melakukan percobaan untuk mengujinya.
•
Memecahkan masalah, membuat benda-benda yang tenggelam menjadi
terapung
atau
sebaliknya,
misalnya
dengan
menggabungkan gabus dengan kawat atau paku kecil. 1.1.2 Benda dikatakan melayang jika benda itu berada di antara permukaan dan dasar.
90
•
Membuat benda melayang, misalnya dengan menggabungkan benda tenggelam dengan benda terapung.
(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdikbud, 1993),
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde Baru Walaupun Kurikulum 1968 termasuk dalam kurikulum pada masa pemerintahan Orde Baru, namun prinsip dan pendekatan pengembangannya masih sama dengan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama.
Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 dikembangkan dengan menggunakan prinsip dan pendekatan pengembangan yang berbeda dengan era sebelumnya. Kurikulum 1975 didahului oleh kondisi pembaharuan pendidikan dan kurikulum sekolah dasar selama pelaksanaan Repelita I tahun 1969 - 1974 berikut ini. 1. Usaha pembaharuan kurikulum dan metode mengajar yang dilaksanakan Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PKMM) yang meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah (Jawa dan Sunda), IPA, IPS, dan Pendidikan Kesenian. Proyek PKMM Jakarta yang menangani mata pelajaran Bahasa Indonesia berhasil menyusun satu seri buku pelajaran yang menggunakan metode struktural-analitis-sintetis (SAS), baik untuk pelajaran membaca (permulaan dan lanjutan) maupun untuk pelajaran bahasa. Seri buku ini dicetak secara massal setelah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dalam uji coba pada 50 SD di Jakarta. Proyek-proyek PKMM yang lain berhasil juga menyusun seri buku pelajaran lain untuk diujicoba tetapi tidak dicetak massal karena ada proyek Paket Buku SD yang menangani penulisan buku-buku yang bersangkutan, terutama buku pelajaran Matematika baru, IPA, dan IPS.
91
2. Sekolah Laboratorium IKIP Malang yang diikutsertakan dalam proyek ini mengadakan percobaan pembaharuan pendidikan SD untuk seluruh mata pelajaran. 3. Usaha penulisan dan pengadaan buku-buku pelajaran SD yang mulai dicetak massal, yaitu seri Bahasa Indonesia (hasil Proyek PKMM), Matematika, IPA, dan IPS (hasil Proyek Paket Buku SD). Langkah pembaharuan yang paling maju adalah diperkenalkannya Matematika Baru. Dengan digunakannya bukubuku pelajaran ini,m de facto Kurikulum 1968 mulai ditinggalkan dan Kurikulum 1975 mulai dirintis. 4. Usaha identifikasi permasalahan pendidikan nasional melalui pengamatan lapangan yang dilakukan Poryek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) sekitar tahun 1970-an, melalui seminar seperti yang dilakukan di Cipayung, Bogor. 5. Usaha mencari kerangka kerja dan mekanisme pembaharuan kurikulum melalui lokakarya, seperti yang diadakan Lembaga Pengembangan Kurikulum Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) Agustus 1971 di Bandung. 6. Usaha identifikasi dan penyusunan tujuan kurikuler lembaga-lembaga pendidikan (SD, SLTP, SLTA) pada tahun 1971 / 1972 yang dilakukan sekelompok peserta latihan penggunaan pendekatan sistem (system approach) dlam perencanaan pendidikan. Latihan ini dilakukan BPP bersama American Institute for Research (AIR) yang disponsori Unesco. Latihan ini ternyata menjadi titik awal usaha menyusun kurikulum peralihan yang dikenal sebagai Kurikulum 1975 yang sebelumnya diujicoba pada sekolah-sekolah Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) di 8 IKIP, yaitu IKIP Padang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Ujung Pandang. 7. Pada sekolah-sekolah PPSP ini diperkenalkan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSP) yang berorientasi tujuan yang kemudian berkembang menjadi satuan pelajaran pada Kurikulum 1975. Semua usaha ini dimungkinkan karena ada biaya pembangunan dan bantuan luar negeri, dan bantuan Unesco.
92
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 1975 adalah sebagai berikut: 1. Prinsip fleksibilitas program: Penyelenggaraan pendidikan keterampilan di SD misalnya
harus
mengingat
faktor-faktor
ekosistem
dan
kemampuan
menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya program tersebut 2. Prinsip efisiensi dan efektivitas 3. Prinsip berorientasi pada tujuan 4. Prinsip kontinuitas 5. Prinsip pendidikan seumur hidup (Kurikulum Sekolah Dasar 1975: Garis-garis Besar Program Pengajaran, Buku I: Ketentuan-ketentuan Pokok, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976). Prinsip berorientasi pada tujuan amat dipengaruhi model rasional Ralph Tyler yang telah digunakan dalam pengembangan kurikulum di Amerika Serikat. Pada tahun 1971 Depdikbud mengundang Ralph Tyler untuk memberikan saran-saran pada tahap awal pengembangan Kurikulum 1975, terutama tentang bagaimana mengidentifikasi kebutuhan tiap sektor kehidupan masyarakat yang penting dan bagaimana menterjemahkan dan menjabarkan kebutuhan itu dalam tujuan pendidikan dan kurikulum. Bertolak dari tujuan-tujuan itu, dikembangkan tujuantujuan lain yang lebih spesifik, materi, sistem instruksional, metode belajarmengajar, dan sistem evaluasi. Empat pertanyaan kunci dalam mendesain kurikulum menurut model teknologi Tyler adalah: 1. Apa tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai sekolah? 2. Pengalaman apa yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan-tujuan ini? 3. Bagaimana pengalaman belajar itu dipilih dan diorganisasi agar berguna untuk mencapai tujuan itu? 4. Bagaimana mengevaluasi efektivitas pengalaman belajar atau ketercapaian tujuan itu? (Tyler R W, 1949)
93
Selanjutnya, proses mendesain kurikulum mengikuti langkah-langkah seperti tertera pada gambar berikut ini.
Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum (Sumber: http://www.uni.edu/~bian/curri/day%20three%20curriculum.ppt)
Proses desain kurikulum sampai kepada persiapan mengajar guru kemudian dirumuskan dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instuksional (PPSI) yang diujicoba pada 8 sekolah PPSP pada 8 IKIP. Selanjutnya, PPSI ini dirumuskan dalam bentuk satuan pelajaran yang diperkenalkan melalui Kurikulum 1975. Tujuan introduksi satuan pelajaran ini adalah agar sebelum mengajar guru hendaknya membuat persiapan mengajar. Seluruh model Tyler sampai PPSI ini tampaknya membawa dampak kecenderungan terlalu ditekankannya tujuan-tujuan instruksional yang berciri behavioristik yang kurang sesuai dengan kecenderungan pola pikir deduktif-logis dalam membentuk manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila. Selain itu, pola pencapaian tujuan instruksional yang terlalu behavioristik cenderung melemahkan upaya penerapan model sekolah kerja dan pendekatan inkuiri yang menjadi harapan utama dalam pelaksanaan Kurikulum 1947, 1964, dan 1968.
94
Kurikulum 1984 Prinsip dan pendekatan pengembangan Kurikulum 1984 berbeda dengan yang digunakan pada Kurikulum 1975. Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 1984 dikemukakan berikut ini: 1. Pendekatan belajar lebih menekankan bagaimana anak belajar daripada apa yang dipelajari, tanpa mengabaikan ketuntasan belajar yang memperhatikan kecepatan belajar murid. Hal ini dapat dilaksanakan dengan kelompok. Dengan kelompok tersebut murid dapat belajar sambil berbuat agar mampu mengelola perolehannya. Pendekatan ini disebut keterampilan memproses perolehan. 2. Kegiatan penilaian terutama diarahkan kepada upaya untuk menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan, baik yang bersifat proses maupun hasil belajar yang
diinginkan,
telah
terwujud.
Penilaian
dilakukan
secara
berkesinambungan dan menyeluruh dalam rangka memperoleh umpan balik secepat mungkin agar dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar dan ketuntasan belajar. 3. Pengembangan kurikulum sekolah dasar berpedoman pada: a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945: Kurikulum dikembangkan dengan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta berpedoman pada GBHN yang berlaku dalam rangka mewujudkan citacita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya. b. Relevansi: Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan baik tuntutan kebutuhan murid pada umumnya maupun tuntutan kebutuhan murid secara perorangan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya, serta kebutuhan lingkungan pada khususnya. c. Pendekatan pengembangan: Pengembangan kurikulum dilakukan secara terus-menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebijaksanaan pemerintah, dan hasil-hasil penilaian terhadap
95
pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai untuk mengadakan perbaikan dan pemantapanpengembangan lebih lanjut. d. Pendidikan seumur hidup: Kurikulum dikembangkan untuk membuka kemungkinan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. e. Keluwesan:
Kurikulum
dikembangkan
dengan
mempertimbangkan
keluwesan program dan pelaksanaannya.
(Sumber: Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta: Pusatbangkurrandik, Depdikbud, 1984). Pengembangan Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan keterampilan proses (process skill approach), yang diperkenalkan Wynne Harlen, seorang ahli sains untuk sekolah dasar dari Inggris yang menjadi konsultan sains bagi Pusat Kurikulum dalam rangka kerja sama antara Pemerintah Inggris dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili Pusat Kurikulum BP3K. Konsultan yang menjadi koordinator adalah Hugh Hawes dari Institute of Education University of London, yang kemudian dilanjutkan oleh Roy Gardner. Kerja sama ini diawali dengan kegiatan sains untuk SD dan kemudian dirintis Proyek Supervisi bagi guru SD di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang dimulai pada tahun 1979. Proyek ini kemudian dinamakan Active Learning through Professional Support (ALPS) Project. Di Indonesia proyek ini dikenal sebagai Proyek CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Selain itu, gagasan baru supervisi guru melalui forum kerja sama guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), kepala sekolah melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Penilik Sekolah (KKPS), dan Pusat Kegiatan Guru (PKG) secara resmi dimasukkan ke dalam pedoman pembinaan guru pada Kurikulum 1984. Keterampilan proses pada dasarnya adalah keterampilan ilmiah yang amat jelas dilatih dalam pelajaran IPA. Contoh keterampilan proses disajikan berikut ini. Dasar (basic): - Melakukan observasi (dengan pancaindera) - Membandingkan - Membuat klasifikasi
96
- Mengukur dan menggunakan alat - Mengkomunikasikan - Membuat inferensi (kesimpulan sementara) - Membuat prediksi - Melakukan analisis - Membuat generalisasi - Melakukan evaluasi - Membuat hipotesis Terintegrasi (integrated): - Memecahkan masalah secara kreatif - Mengambil keputusan - Menyelidiki
Karena pendekatan keterampilan proses dianut dalam pengembangan Kurikulum 1984, dirumuskan berbagai keterampilan proses dalam berbagai mata pelajaran. Berikut ini disajikan ilustrasi sejumlah keterampilan proses yang pada dasarnya dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran
97
98
99
100
101
102
Kurikulum 1994 Hasil-hasil dari Proyek Supervisi bagi guru SD yang kemudian dikenal dengan sebutan populer “Proyek CBSA” yang dimulai di Cianjur pada tahun 1979 kemudian direplikasi di Kota Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Maros di Sulawesi Selatan, Kota Binjai di Sumatera Utara, Kota Bandar Lampung di Lampung, Kabupaten Sidoarjo di Jawa Timur, dan Kabupaten Tanah Laut di Kalimantan Selatan. Selain itu, Pusat Kurikulum juga bekerja sama dengan beberapa daerah lain dalam upaya replikasi ini. Sejalan dengan itu, direktorat sekolah dasar pada Ditjen Dikdasmen melakukan melakukan diseminasi melalui penataran terpusat dan kantor-kantor wilayah Depdikbud melakukan penataran tingkat provinsi yang dilanjutkan ke tingkat kebupaten dan kecamatan. Di samping itu, ada juga inisiatif sejumlah perguruan swasta yang bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan daerah-daerah binaan replikasi untuk menerapkan cara belajar siswa aktif. Penerbit swasta juga ikut mengupayakan introduksi atau integrasi pendekatan belajar aktif dalam buku pelajaran yang diterbitkan. Dasawarasa 1980-an adalah dasawarsa kegairahan mencoba dan menerapkan cara belajar siswa aktif. Proyek Supervisi atau CBSA itu secara resmi diakhiri pada tahun 1992 sejalan dengan keputusan ODA / DFID Pemerintah Inggris mengakhiri bantuan kepada proyek ini. Hasil-hasil pengembangan cara belajar siswa aktif dan supervisi guru ini dimasukkan ke dalam Kurikulum 1994 dan pedoman-pedomannya. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada Kurikulum 1994 dikemukakan berikut ini: 1. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal yang mengelompokkan anak dengan usia dan kemampuan rata-rata hampir sama menerima pelajaran dari seorang guru dalam mata pelajaran yang sama dalam waktu dan tempat yang sama. Bila diperlukan dapat dibentuk penglompokan sesuai dengan tujuan dan keperluan pengajaran.
103
2. Kegiatan belajar-mengajar pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta kemampuan penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dalam rangka mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan pengembangan sikap bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan pendapat, serta kemandirian dalam mengambil keputusan. 3. Mengingat anekaragamnya mata pelajaran, cara penyajian pelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat peraga, lingkungan alam dan budaya, serta masyarakat dan narasumber. 4. Kegiatan belajar-mengajar sebagai pembelajaran tambahan dapat diberikan kepada siswa baik yang akan melanjutkan ke pendidikan menengah maupun yang akan memasuki lapangan kerja / masyarakat umum. Siswa dapat mengikuti satu atau beberapa mata pelajaran sebagai pelajaran tambahan di luar jam pelajaran pada susunan program pengajaran, dengan jatah waktu yang sesuai dengan keadaan. Kegiatan pembelajaran tambahan dapat berupa kegiatan perbaikan atau kegiatan pengayaan. (Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan, Depdikbud, 1993). Jika diamati secara teliti, dalam berbagai kurikulum (GBPP) mata pelajaran pendekatan belajar aktif menjadi warna yang menonjol. Dari segi penyajian isi kurikulum dalam GBPP, komponen kegiatan belajar amat ditekankan. Hal ini terlihat dari uraian tentang kegiatan belajar yang aktif yang merupakan porsi utama dan terbesar dalam keseluruhan GBPP. Khusus dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan dengan menggunakan pendekatan komunikatif berbahasa
(communicative mengganti
approach)
pendekatan
yang
struktural
menekankan (structural
keterampilan
approach)
yang
menekankan tatabahasa dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya (Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1984). Penerapan pendekatan komunikatif dalam Bahasa Indonesia berdampak juga kepada pengembangan kurikulum Bahasa Inggris SMP dan SMA yang menggunakan pendekatan yang sama.
104
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan belajar aktif merupakan pendekatan pengembangan yang dianut dalam mengembangkan Kurikulum 1994. Gagasan-gagasan utama pendekatan ini dikemukakan dalam gambar-gambar berikut ini.
Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini Pendekatan belajar aktif adalah implementasi pandangan konstruktivisme dalam belajar. Vygotsky (1978) menekankan konvergensi elemen-elemen sosial dan praktis dalam belajar. Momen yang amat signifikan dalam lintasan perkembangan intelektual terjadi ketika berbicara (speech) dan kegiatan praktik, dua jalur perkembangan yang sebelumnya sepenuhnya tak saling tergantung (independen), berkonvergensi. Melalui kegiatan praktik seorang anak mengkonstruksi makna dalam
dirinya
(pada
tingkat
intrapribadinya),
sedangkan
berbicara
menghubungkan makna ini dengan dunia antar-pribadi yang di-share oleh anak dan budayanya. Pandangan Vigotsky ini dapat digambarkan berikut ini.
105
Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif Dalam penerapan belajar aktif unsur-unsur pendekatan belajar aktif ini meruapakan ciri-ciri sejauh mana sebuah sekolah telah melaksanakan pendekatan belajar aktif.
106
Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif Inilah prinsip-prinsip operasional pendekatan belajar aktif.
107
KURIKULUM SD PADA MASA REFORMASI A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum
Tabel 6.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada masa reformasi Kurikulum
2004
Pancasila &
TAP MPR &
UUD 1945
GBHN
UU
Peraturan
Keputusan Menteri
Pemerintah
UUD 1945
Tap MPR No.
Undang-Undang
Peraturan
Terbit tanpa keputusan Menteri
dan
IV/MPR/1999
No. 20 Tahun
Pemerintah No.
tapi hanya dengan kata
perubahannya
tentang GBHN
2003 tentang
25 Tahun 2000
pengantar Kepala Balibang dan
Sistem
tentang
Direktur Jenderal Pendidikan
Pendidikan
Kewenangan
Dasar dan Menengah, Depdiknas
Nasional
Pemerintah dan Kewenangan
Undang-Undang
Provinsi sebagai
No. 22 Tahun
Daerah Otonom
1999 tentang Pemerintah Daerah 2006
UUD 1945
Undang-Undang
Peraturan
Peraturan Mendiknas No. 22
dan
No. 20 Tahun
Pemerintah
Tahun 2006 tentang Standar Isi
perubahannya
2003 tentang
Nomor 19 Tahun
untuk Satuan Pendidikan Dasar
Sistem
2005 tentang
dan Menengah, No. 23 tentang
Pendidikan
Standar Nasional
Standar Kompetensi Lulusan
Nasional
Pendidikan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan No. 24 tentang Pelaksanaan Kepmen No. 22 dan 23
Pengembangan kurikulum pada masa reformasi amat ditentukan oleh: ●
Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
●
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
●
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
●
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
●
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
108
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa reformasi
Tabel 6.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 2004 dan 2006
Dasar keputusan tentang
Kurikulum 2004
Kurikulum 2006
kurikulum 1. Alasan pedagogis yang sahih
V
# Alasan mengganti kurikulum kurang kuat
2. Bukti (evidensi) terbaik yang
V Berdasar perbandingan
# Hanya modifikasi
tersedia
kurikulum di negara lain
Kurkulum 2004
3. Konteks tujuan pendidikan yang
V Ciri-ciri manusia Indonesia
V Sama dengan Kurikulum
umum
berdasarkan UU SPN 2002
2004
4. Konteks keputusan sebelumnya &
V
#
kebutuhan keputusan tambahan 5. Paduan kekuatan pelajar, proses
V Tuntutan pendekatan
# Terlalu cepat pergantian
belajar, tuntutan masyarakat & mata
kompetensi pengembangan
kurikulum
pelajaran
kurikulum
6. Kerja sama orang yang terlibat &
V Dilibatkan pakar, praktisi,
# Melibatkan praktisi
orang yang paling terkena dampak
konsultan, dan instansi yang
lapangan, hanya waktu amat
keputusan
relevan
singkat
7. Fakta baru kehidupan seperti perkembangan ilmu, rasa persatuan & keanekaragaman 8. Perbedaan individual siswa
9. Pandangan realistis pengorganisasian: desain kurikulum,
V Tuntutan perkembangan
X Belum ada perkembangan
ilmu & teknologi informasi &
baru
komunikasi # Belum tergambar dalam
# Kompetensi dasar tanpa
iindikator kompetensi
indikator
V Masuk ide guru membuat
V Sama dengan Kurikulum
silabus
2004
V
V
V
V
pengalaman siswa, pengaturan waktu 10. Pandangan tentang cara komunikasi & diseminasi kurikulum 11. Pengalaman siswa yang tidak dapat diperoleh dengan memuaskan di luar sekolah
109
Tabel ini menunjukkan bahwa dasar-dasar pengambilan keputusan kurikulum sebagaimana berlaku umum di dunia internasional semakin diikuti dalam pengembangan kurikulum-kurikulum di Indonesia. Semakin lama semakin baik dan sesuai dasar pengambilan keputusan yang digunakan.
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa reformasi Kurikulum 2004: Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Dasar berlangsung selama 9 tahun, yaitu mulai dari kelas I hingga kelas IX. Di jalur sekolah dan madrasah, Pendidikan Dasar dimulai dari kelas I sampai kelas VI Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) atau Madrasah Intidaiyah (MI), dan dilanjutkan mulai kelas VII smpai kelas IX di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di jlaur nonformal, Pendidikan Dasar setara dengan Paket A dan B. Wajib belajar berlaku bagi peserta didik berumur 7 tahun sampai menamatkan jenjang Pendidikan Dasar. Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut: •
Mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakini.
•
Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan.
•
Berpikir secara logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalu berbagai media.
•
Menyenangi keindahan.
•
Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat.
•
Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.
(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).
110
Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni: 1. Pendidikan
Dasar,
yang
meliputi
SD/MI/SDLB/Paket
A
dan
SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) selengkapnya adalah: SD/MI/SDLB*/Paket A 1. Menjalankan
ajaran
agama
yang
dianut
sesuai
dengan
tahap
perkembangan anak 2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri 3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya 4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya 5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif 6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik 7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya 8. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari 9. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar 10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
111
11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia 12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal 13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang 14. Berkomunikasi secara jelas dan santun 15. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya 16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis 17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung (Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP); (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Meil 2006. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)).
112
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa reformasi Kurikulum 2004: Tabel 6.3 Struktur Kurikulum Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah
Alokasi Waktu Kelas A. Mata
Pendidikan
Pelajaran
Agama Bahasa Indonesia
I dan II
III s.d. IV 3
Pendekatan TEMATIK
5
113
Alokasi Waktu Kelas
I dan II
III s.d. IV
Matematika
5
Sains
4
Pengetahuan
4
Sosial Kerajinan
4
Tangan dan Kesenian Pendidikan
4
Jasmani B. Kegiatan Belajar
Kegiatan
2
Pembiasaan
Pembiasaan Jumlah
27
31
Penjelasan untuk Kelas I dan II 1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar pembiasaan dengan menggunakan pendekatan tematik diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah. 2) Penjelasan teknis pendekatan tematik diatur dalam pedoman tersendiri. 3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 27 jam pelajaran per minggu. Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi waktu total atau
114
mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, madrasah atau daerah. 4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit. 5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40 minggu dan jam tatap muka per minggu adalah 945 menit (16 jam), jumlah jam tatap muka per tahun adalah 544 jam (32 640 menit). 6) Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan bobot berkisar: (a) 15% untuk Agama; (b) 50% untuk Membaca dan Menulis Permulaan serta Berhitung; dan (c) 35% untuk Sains, Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian dan Pendidikan Jasmani. 7) Sekolah dan madrasah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan kemampuannya. Penjelasan untuk Kelas III, IV, V, dan VI: 1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar pembiasaan diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah. 2) Penjelasan teknis kegiatan belajar pembiasaan diatur dalam pedoman tersendiri. 3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 31 jam pelajaran per minggu. Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi waktu toal tau mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, madrasah atau daerah. 4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40 minggu, dan jam tatap muka per minggu adalah 21 jam ( 1 240 menit) jumlah jam tatap muka per tahun adalah 714 jam (42 840 menit). 5) Sekolah dan madrasah dapat memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris mulai kelas IV sesuai dengan kemampuan.
115
6) Sekolah dan madrasah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai kemampuan. 7) Sekolah dan madrasah bertaraf internasional dapat menggunakan Bahasa Inggris dan bahasa asing lain sebagai bahasa pengantar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. (Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003)
Kurikulum 2006: Tabel 6.4 Struktur Kurikulum SD/MI 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu I
II
III
IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran 1.
Pendidikan Agama
3
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
2
3.
Bahasa Indonesia
5
4.
Matematika
5
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
4
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
3
7.
Seni Budaya dan Keterampilan
4
8.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
4
Kesehatan B. Muatan Lokal
2
C. Pengembangan Diri Jumlah
2*) 26
27
28
32
*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
116
Penerapan struktur ini pada tingkat sekolah tampak sebagai berikut: Tabel 6.5 STRUKTUR KURIKULUM SDN PONDOK BAMBU 14
Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen I
II
III
IV, V, DAN VI
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
3
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
3.
Bahasa Indonesia
5
4.
Matematika
5
5. Ilmu Pengetahuan Alam
4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
3
7. Seni Budaya dan Ketrampilan
4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
4
B. Muatan Lokal 1. Kesenian Jakarta
1
2. PLKJ
1
3.
2
Bahasa Inggris
C. Pengembangan Diri 1. Pramuka
1
2. Komputer
1 Jumlah
30
31
32
36
E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa reformasi Kurikulum 2004: Contoh Sains Kelas IV A. Kerja Ilmiah Standar
Kompetensi:
mendeskripsikan,
Siswa
menggunakan
mampu standar
melakukan
pengukuran
pengamatan,
sederhana,
serta
mengembangkan sikap ilmiah.
117
Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2004) Kompetensi
Hasil Belajar
Indikator
Dasar
Materi Pokok
1. Melakukan
1.1 Mengajukan
* Mengemukakan pendapat
Terintegrasi
penyelidikan
pertanyaan penelitian
tentang suatu topik untuk
dalam
ilmiah
sederhana
mendata yang telah diketahui.
pembelajaran
* Membuat pertanyaan dengan bantuan guru misalnya: “apa yang ingin kita cari?”, “bagaimana cara kita menemukan / menyelidiki?”
1.2 Menyusun
* Mendiskusikan sesuatu yang
perencanaan kerja
didengar atau dilihat
ilmiah melalui
* Memberikan gagasan dalam
pengamatan atau
merencanakan suatu penyelidikan
percobaan 1.3 Mengumpulkan
* Melakukan penyelidikan
informasi / data
sederhana dengan dua atau tiga langkah, misalnya: mengumpulkan hewan-hewan kecil dan menggolongkannya. * Melakukan pengamatan dan pengukuran dengan menggunakan alat. * Membuat catatan hasil pengamatan dan pengukuran.
1.4 Mengolah
* Mengelompokkan informasi /
informasi / data
data. * Menganalisis data. * Menafsirkan hasil analisis.
2. Berkomunikasi
2.1 Membuat laporan
* Membuat kesimpulan dari hasil
Terintegrasi
ilmiah
ilmiah sederhana.
penyelidikan.
dalam
* Mendeskripsikan hasil
pembelajaran
118
penyelidikan ilmiah sederhana dalam bentuk laporan. 2.2 Menyajikan
* Menyusun informasi sains
informasi sains
dengan menggunakan sarana dan sumber. * Menyajikan informasi sains dengan berbagai cara.
3. Menujukkan
dst.
dst.
dst.
dst.
dst.
dst.
kreativitas dalam memecahkan masalah 4. Bersikap ilmiah
B. Pemahaman konsep dan Penerapannya 1. Makhluk hidup dan Proses Kehidupan Standar Kompetensi: Siswa mampu memahami hubungan antara bagian alat tumbuh makhluk hidup dengan fungsinya, dan memahami bahwa beragam makhluk hidup memiliki daur hidup yang berbeda, serta memahami bahwa interaksi terjadi antar-makhluk hiudp serta antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar Kurikulum 2004
Kompetensi
Hasil Belajar
Indikator
Materi
Dasar
Pokok
1. Mencari
1.1 Mendeskripsikan
* Menjelaskan kegunaan rangka.
* Rangka
hubungan antara
rangka manusia, fungsi,
* Mempraktikkan cara merawat
manusia,
bagian alat tubuh
dan pemeliharaannya
rangka, misal mengkonsumsi
fungsi, dan
makhluk hidup
makanan yang mengandung Vitamin
pemeliharaan
dengan fungsinya
D, kalsium, fosfor serta sikap tubuh
nya
sewaktu duduk, berdiri, tidur, dan berjalan. * Mencari informasi tentang penyakit dankelainan yang umumnya terjadi pada rangka. 1,2 Mendekripsikan alat
* Mengidentifikasi ala indera
* Alat indera
119
Kompetensi
Hasil Belajar
Indikator
Dasar
Materi Pokok
indera manusia, fungsi,
manusia berdasarkan pengamatan.
manusia,
dan pemeliharaannya
* Menjelaskan kegunaan alat indera.
fungsi, dan
* Mencari informasi tentang
pemeliharaan
kelainan alat indera yang disebabkan
nya.
oleh kebiasaan buruk, misalna membaca di tempat yang kurang terang, dan minum air panas. * Memberi contoh cara merawat alat indera. 1.3 Menggolongkan
* Mengidentifikasi jenis makanan
Jenis
hewan berdasarkan jenis
hewan.
makanan
makanan
* Menggolongkan hewan-hewan
hewan
yang termasuk pemakan tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora), dan pemakan segala (omnivora). 1.4 Mendeskripsikan
* Mengidentifikasi bagian tubuh
Bagian-
bagian-bagian tubuh
tumbuhan dan fungsinya bagi
bagian
tumbuhan dan fungsinya
tumbuhan itu sendiri.
tumbuhan
bagi tumbuhan itu
* Membandingkan bagian-bagian
sendiri
tumbuhan, seperti perakaran, bunga, dan daun.
2. Menyajikan
2.1 Menjelaskan daur
* Mendeskripsikan urutan daur
Daur hidup
informasi yang
hidup hewan
hidup hewan misalnya kupu-kupu,
hewan
menggambarkan
nyamuk, dan kecoa secara
daur hidup
sederhana.
beberapa hewan
* Menyimpulkan berdasarkan
yang dikenalnya
pengamatan bahwa tidak semua
secara sederhana
hewan berubahnya bentuk pada
dan cara
hewan menunjukkan adanya
memperlakukan
p[ertumbuhan.
hewan.
* Membuat laporan hasil pengamatan daur hidup hewan yang dipeliharanya.*) 2.2 Menerapkan cara
* Mengidentifikasi cara merwat dan
Perawatan
120
Kompetensi
Hasil Belajar
Indikator
Materi
Dasar
Pokok memperlakukan hewan
memelihara hewan peliharaan.
dan
* Mendemonstrasikan cara merawat
pemeliharaan
dan memelihara hewan peliharaan
hewan peliharaan
3. Menyimpulkan
3.1 Mendeskripsikan
* Mengidentifikasi.hubungan khas
Saling
adanya saling
jenis hubungan khas
antarmakhluk hidup (simbiosis),
ketergantunga
ketergantungan
antar-makhluk hidup
misalnya lebah / kupu-kupu dan
n
antar-makhluk
bunga, tumbuhan parasit dan
antarmakhluk
hidup dan antara
inangnya.
hidup
makhluk hidup
* Mengkomunikasikan manfaat dan
dengan
kerugian yang terjadi akibat
lingkungannya.
hubungan antar-makhluk hidup. 3.2 Menafsirkan
* Mengamati bentuk-bentuk saling
hubungan antara
ketergantungan antara hewan dan
makhluk hidup dan
tumbuhan di lingkungan sekitar,
lingkungannya
misalnya hewan memakan rumput, cacaing, memakan daun-daun busuk dan berguna bagi kesuburan tanah. * Menggambarkan hbuungan antara makan dan dimakan antar-makhluk hidup melalui rantai makanan sederhana. * Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi bila lingkungan berubah, misalnya akibat dari pencemaran di sungai, kebakaran di hutan, dan penebangan pohon.
121
Kurikulum 2006: IPA Kelas IV, Semester 1 Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV Kurikulum 2006 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan 1. Memahami
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
hubungan antara struktur organ tubuh
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka
manusia dengan
tubuh
fungsinya, serta pemeliharaannya
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
2. Memahami hubungan
2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar
antara struktur bagian tumbuhan dengan
tumbuhan dengan fungsinya 2.2
fungsinya
Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya
2.3
Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya
2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya
3. Menggolongkan
3.1
Mengidentifikasi jenis makanan hewan
122
Standar Kompetensi hewan, berdasarkan
Kompetensi Dasar 3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis
jenis makanannya
4. Memahami daur
makanannya
4.1
Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di
hidup beragam jenis
lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk,
makhluk hidup
kupu-kupu, kucing 4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan
5. Memahami hubungan
5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas
sesama makhluk
(simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan”
hidup dan antara
antar makhluk hidup (rantai makanan)
makhluk hidup dengan
5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
lingkungannya
Benda dan Sifatnya 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara
6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair Æpadat Æ cair; cair Æ gas Æ cair; padat Æ gas
penggunaan benda berdasarkan sifatnya
6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya
123
Muatan Kurikulum di SDN Pondok Bambu 14 Muatan kurikulum meliputi 8 mata pelajaran, 3 muatan lokal, dan 2 pengembangan diri. 1.
Mata Pelajaran
Mata Pelajaran di SDN Pondok Bambu 14 terdiri dari 8 mata pelajaran yaitu : 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya dan Ketrampilan 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2.
Muatan Lokal
Muatan Lokal di SDN Pondok Bambu 14 terdiri atas: 1. Kesenian Jakarta 2. Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ) 3. Bahasa Inggris
3. Pengembangan Diri Pengembangan diri di SDN Pondok Bambu 14 terdiri atas : 1. Pramuka 2. Komputer
124
Contoh silabus dan RPP di sekolah: 3. SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SEMESTER 1 STANDAR
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
•
Mahluk Hidup dan proses kehidupan
Mendeskripsikan hubungan
INDIKATOR
•
antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
1. Memahami •
hubungan antara struktur organ tubuh manusia
•
dengan
•
rangka
tubuh
Mempraktikan sikap tubuh
kesehatan kerangka tubuh
bentuk rangka, misalnya cara
tidur. •
Mencari penyakit yang berhubungan dengan rangka
Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indra
manusia
duduk, cara berdiri dan cara
Mendeskripsikan hubungan
pemeliharaanya •
Struktur organ
yang baik untuk menjaga
dengan fungsinya
POKOK
Menjelaskan kegunaan
Menerapkan cara memelihara
antara struktur panca indra
fungsinya, serta
MATERI
•
Mengidentifikasikan panca indra manusia berdasarkan pengamatan.
•
Menjelaskan kegunaan panca indra (Mata, telinga, hidung, lidah kulit).
•
Mencari informasi tentang kelainan panca indra yang sebabkan oleh kebiasaan buruk, misalnya membaca ditempat yang kurang terang.
•
Memberi contoh car merawat panca indra (Mata, telinga, hidung, lidah kulit).
2. Memahami hubungan antara struktur bagian
•
Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan
•
Mengidentifikasi bagian
Struktur
tumbuhan dan fungsinya
bagian tumbuhan
125
STANDAR
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI tumbuhan dengan
INDIKATOR
•
•
Menjelaskan hubungan antara
POKOK
bagi tumbuhan itu sendiri.
fungsinya
fungsinya
MATERI
•
Membandingkan bagian-
struktur batang tumbuhan
bagian tumbuhan, seperti
dengan fungsinya
perakaran, bunga dan daun
Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya
•
Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya
3. Menggolong-kan
•
hewan, berdasarkan
Mengidentifikasikan jenis
•
makanan hewan •
jenis makananya
Menggolong-kan hewan
•
berdasarkan jenis makananya
Mengidentifikasi jenis
Jenis
makanan hewan
makanan
Menggolongkan hewan-
hewan
hewan yang termasuk pemakan tumbuhan (herbivora), pemakan daging (carnivora), dan pemakan segala (Omnivora).
4. Memahami daur
•
Mendeskripsi-kan daur hidup
•
Mendeskripsikan urutan
Daur hidup
hidup beragam
beberapa hewan dilingkungan
daur hidup kecoa, nyamuk,
hewan dan
jenis makhluk
sekitar, misalnya kecoa,
kupu-kupu, kucing.
cara
hidup
nyamuk, kupu-kupu, kucing •
•
Menyimpulkan berdasarkan
Menunjukan kepedulian
pengamatan bahwa tidak
terhadap hewan peliharaan,
semua hewan berubah
misalnya kucing, ayam, ikan
bentuk dengan cara yang
memelihara hewan
sama. •
Menyimpulkan bahwa berubahnya bentuk pada hewan menunjukan adanya pertumbuhan
126
STANDAR
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI 5. Memahami
•
Mengidentifikasikan beberapa
•
Mengidentifikasi hubungan
hubungan
jenis hubungan khas
khas antar mahlukh hidup
sesama makhluk
(simbiosis) dan hubungan
(simbiosis), misalnya kupu-
hidup dan antara
”makan dan dimakan” antara
kupu, lebah, bunga,
makhluk hidup
makhluk hidup (rantai
tumbuhan parasit dan
dengan
makanan)
benalu.
lingkunganya
•
Mendeskripsikan hubungan
MATERI
INDIKATOR
•
POKOK •
Mengkomunikasikan
antara makhluk hidup dengan
manfaat dan kerugian yang
lingkunganya.
terjadi akibat hubungan makhluk hidup. •
Mengamati bentuk-bentuk salaing ketergantungan antar hewan dan tumbuhan yang terdekat dilingkungan, misalnya cacing memakan daun-daun busuk dan berguna bagi kesuburan tanah.
•
Menggambarkan hubungan makanan dan dimakan antar makhluk hudup melalui rantai makanan
•
Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi jika lingkungan berubah, misalnya sebagai akibat dari penebangan hutan secara sembarangan
Benda dan sifatnya 6. Memahami beragam sifat dan perubahan
•
Mengidentifikasi wujud benda
•
padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu
Mengidentifikasikan sifat
•
benda padat, cair dan gas. •
Mengelompokan bendabenda berdasarkan
127
STANDAR
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI wujud benda
•
berdasarkan
•
•
POKOK
Mengidentifikasikan
cairÆpadatÆcair,caiÆgasÆca
perubahan wujud benda
ir, padatÆgasÆ
yang dapat kembali ke wujud semula.
Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan
MATERI
wujudnya.
Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud
sifatnya
INDIKATOR
•
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan
kegunaannya
wujud benda •
Memberi contoh perubahan wujud benda
•
Menghidentifikasi kesesuaian sifat bahan dengan kegunaannya, misalnya plastik untuk membuat payung.
•
Membandingkan berbagai bahan untuk menentukan bahan yang paling cocok untuk tujuan tertentu
•
Membandingkan bahan tertentu sesuai sifat dan kegunaannya, misalnya penyerapan air pada berbagai jenis kertas.
•
Membuat daftar berbagai bahan kemasan suatu produk makanan yang dikaitkan dengan sifatnya, misalnya pembungkus permen coklat dari alumunium foil.
•
Membuat daftar berbagai
128
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
MATERI POKOK
alat rumah tangga yang dihubungkan dengan sifat bahan dan kegunaannya.
129
Mata Pelajaran Kelas/Semester
: Ilmu Pengetahuan Alam : IV/Satu
Standar Kompetensi : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Kompetensi Dasar
: 1.1
Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
1.2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh. Alokasi waktu
Materi
Kegiatan
Pokok/
Pembelajaran
: 4 x 35 menit
Indikator
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
Pembelajaran Struktur tubuh manusia
• Mengamati tulangtulang yang ada didalam
• Menjelaskan kegunaan rangka
tubuh masing-masing
• Membandingkan
dengan cara memukul
fungsi rangka
dengan jari kebagian
manusia dan
anggota tubuh yang
rangka hewan
keras • Melaporkan hasil
• Lembar
4 x 35’
•
m KTSP
pengama-tan • Performan-ce
•
test
Buku IPA
• Test tertulis
kelas IV •
• Mempraktikkan sikap tubuh yang
Kurikulu
Rangka manu-sia
•
Gam-bar
pengamatan dan
baik untuk
rangka
membuat kesimpulan
menjaga bentuk
manu-sia
• Mengamati dan
rangka misalnya
membandingkan rangka
cara duduk, cara
manusia akan rangka
berdiri dan cara
hewan dengan
tidur.
menggunakan gambar • Mengamati fungsi
• Mencari informasi tentang
rangka manusia dan
penyakit yang
bagian-bagianya dengan
berkaitan dengan
alat peraga atau gambar
rangka
• Membuat kesimpulan
130
•
•
Membuat sketsa
•
Menjelaskan
•
Tes Tertulis :
6 x 35’
Gambar
petunjuk
kembali isi
Membuat
denah
Membuat denah rumah
petunjuk untuk
denah rumah
sekolah ke
sampai ke sekolah
mengecek
ke sekolah
kelurahan
kebenaran •
•
Tes Perbuatan :
Mengikuti
Berjalan ke
petunjuk untuk
suatu tempat
menemukan
berdasarkan
suatu tempat
petunjuk
4. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SDN PONDOK BAMBU 14
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester
: IV / Satu
Aspek
: Rangka Manusia, fungsi dan pemeliharaanya
Standar Kompetensi : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Waktu
I.
:
KOMPETENSI DASAR 1.
Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara perawatanya.
2.
II.
Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh.
INDIKATOR •
Menjelaskan kegunaan rangka
•
Membandingkan fungsi rangka manusia dan rangka hewan
•
Mempraktikan sikap tubuh yang baik untuk menjaga bentuk rangka misalnya cara duduk, cara berdiri dan cara tidur.
•
Mencari informasi tentang penyakit yang berkaitan denganm rangka.
131
III.
MATERI POKOK Rangka manusia
IV.
URAIAN MATERI 1.
Kegunaan rangka
2.
Membandingkan fungsi kerangka tubuh manusia dan kerangka tubuh hewan
3.
Sikap tubuh yang baik
4.
Beberapa penyakit yang berkaitan dengan rangka
V. PENGALAMAN BELAJAR A. Kegiatan awal (persepsi) Siswa mengamati tulang-tulang yang ada di dalam tubuhnya masingmasing dengan cara memukul dengan jari ke bagian anggota tubuh yang keras.
B. Kegiatan inti 1. Siswa mengamati dan membandingkan rangka manusia dan rangka hewan, dengan menggunakan gambar. 2. Siswa menyebutkan fungsi rangka. 3. Guru menjelaskan rangka manusia dan bagian-bagianya dengan alat peraga atau gambar. 4. Dengan bantuan gambar rangka manusia siswa mengamati bentuk tulang dan menunjukan contohnya. 5. Siswa mencari informasi tentang zat penyusun tulang. 6. Siswa mengamati sendi dan macam-macam persendian. 7. Siswa mengamati gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh sikap duduk yang tidak benar. 8. Siswa mengamati rangka hewan dan membandingkannya dengan rangka manusia.
132
9. Siswa mengamati bentuk rangka hewan yang ditiru oleh manusia seperti pondasi cakar ayam, pesawat terbang dan kapal selam.
VI. PENUTUP (TINDAK LANJUT) Siswa membuat kesimpulan tentang rangka manusia, fungsi rangka, dan cara memulihkan kesehatan rangka.
VII. METODE/SUMBER BELAJAR A. Metode 1. Informasi 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi 4. Diskusi 5. Inkuiri (penemuan) B. Sumber belajar 1. Kurikulum 2006 2. Buku IPA kelas IV 3. Rangka manusia
VIII.
PENILAIAIAN A. penilaian produk 1. Siswa mengamati rangka manusia dan hewan, apakah hewan tersebut di bawah ini memiliki tulang kepala, tulang badan dan tulang anggota gerak. 2. Siswa mengisi kolom yang kosong dengan membubuhkan tanda ;
No.
NAMA HEWAN
1.
Manusia
2.
Kucing
MEMILIKI
MEMILIKI
TULANG
TULANG
KEPALA
BADAN
MEMILIKI TULANG ANGGOTA GERAK
133
No.
NAMA HEWAN
3.
Katak
4.
Kambing
5.
Ikan
6.
Burung
7.
Belalang
8.
Ayam
9.
Laba-laba
10.
MEMILIKI
MEMILIKI
TULANG
TULANG
KEPALA
BADAN
MEMILIKI TULANG ANGGOTA GERAK
Cicak
2. Menjawab pertanyaan 1. Di hewan yang tertulis pada tabel ada yang tidak memiliki tulang kepala ? 2. Adakah hewan yang tertulis pada tabel adayang tidak mempunyai tulang badan ? 3. Adakah hewan yang tertulis pada tabel yang tidak mempunyai tulang anggota gerak ? Buatkan kesimpulan
Prersentase penilaian •
Ketepatan dan kelengkapan pada pengisisan kolom
•
Ketepatan menjawab pertanyaan
•
Ketepatan membuat kesimpulan
+
Jumlah
134
I.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang paling benar ! 1.
2.
3.
4.
Rangka yang berguna melindungi otak adalah ... a. tulang tengkorak
c. tulang pinggul
b. tulang dada
d. tulang rusuk
Paru-paru dan jantung dilindungi oleh ... a. tulang rusuk dan rahang
c. tulang dada dan selangka
b. tulang pinggang dan punggung
d. tulang rusuk dan dada
Persambungan tulang yang tidak dapat digerakkan terdapat pada ... a. tulang leher
c. tulang lengan
b. tulang kepala
d. tulang paha
Di bawah ini adalah fungsi rangka, kecuali ... a. melindungi bagian-bagian tubuh yang penting b. tempat melekatnya otot dan daging c. membentuk tubuh d. membentuk daging
5.
Berikut ini yang dinamakan tulang anggota gerak adalah ... a. tungkai dan lengan b. tungkai dan tulang belakang c. lengan dan leher d. kepala dan tungkai
6.
Menurut bentuknya, tulang dapat dibedakan seperti di bawah ini, kecuali ... a. tulang pendek
c. tulang pipih
b. tulang panjang
d. tulang pipa
135
7.
Hubungan dua tulang yang dapat digerakkan kesegala arah disebut sendi ...
8.
a. peluru
c. engsel
b. putar
d. pelana
Rangka hewan yang ditiru manusia karena kekuatannya menyangga beban berat adalah ...
9.
a. kaki gajah
c. kaki ayam
b. kaki kuda
d. kaki cicak
Di bawah ini kelompok hewan yang termasuk hewan berkerangka dalam adalah ... a. laba-laba, kepiting udang b. kepiting, siput, ikan c. burung, ayam, kambing d. kambing, belalang, ikan
10.
II.
Kelainan akibat tulang punggung membungkuk ke belakang disebut ... a. kifosis
c. rahitis
b. skoliosis
d. lordosis
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat ! 1.
Otak manusia dilindungi oleh rangka ...
2.
Tulang rusuk berfungsi melindungi ...
3.
Pesawat terbang dibuat berdasarkan tiruan rangka ...
4.
Rangka anggota gerak bawah terdiri dari tulang ...
5.
Berdasarkan zat penyusunnya tulang dibedakan menjadi tulang ... dan ...
6.
Tulang rusuk berjumlah ...
7.
Persambungan tulang yang tidak dapat digerakkan terdapat pada ...
136
8.
Sisik dan sirip ikan merupakan rangka ... ikan.
9.
Ikan berenang meliukkan badannya kearah yang dituju dengan bantuan ...
10.
Kelainan tulang akibat tulang punggung terlalu bongkok ke depan disebut...
III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar ! 1.
Secara garis besar rangka manusia dapat dikelompokan menjadi 3 bagian sebutkan ! Jawab _____________________________________________________
2.
Sebutkan 3 macam sendi yang dapat digerakkan ! Jawab _____________________________________________________
3.
Sebutksn tiga macam kegunaan rangka ! Jawab _____________________________________________________
4.
Sebutkan 3 macam hewan yang bentuk rangkanya ditiru manusia dalam karyanya membuat peralatan ! Jawab _____________________________________________________
5.
Sebutkan zat-zat yang menyusun tulang. Jawab _____________________________________________________
137
Mengetahui Kepala Sekolah
Jakarta,
Juli 2006
Guru mata pelajaran
SDN Pondok Bambu 14
Dra. Dwi Tyas Utami
Dra. Eko Lestariyanti, MPd
NIP. 131 463 770
NIP. 131438 274
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa reformasi Kurikulum 2004 Inovasi pendekatan belajar aktif kemudian digabungkan dan diintegrasikan ke dalam inovasi melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diprakarsai Unicef bekerja sama dengan Direktorat Sekolah Dasar Ditjen Dikdasmen dan Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas yang dirintis pada tahun 1999. Kemudian inovasi ini dikenal dengan nama MBS-Pakem (Pakem adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semula yang konsepsi Proyek MBS-Pakem ini dirintis pada Kabupaten Mojokerto di Jawa Timur, Kabupaten Magelang dan .... di Jawa Tengah, dan Kabupaten Bantaeng di Sulawesi Selatan. Dalam waktu singkat provinsi-provinsi lain ingin bergabung dalam gerakan ini, seperti provinsi NTT, Maluku, dan Papua. Kemudian, Ditjen Dikdasmen dan Unicef mengundang berbagai NGO yang berkiprah di sekolah dasar untuk mendorong dan menerapkan MBS-Pakem. Berbagai dinas pendidikan di daerah-daerah juga melibatkan diri dalam gerakan ini sehingga gagasan yang diperkenalkan ini dapat dikatakan telah diadopsi dalam sistem pendidikan nasional. Berdasarkan pertimbangan kondisi MBS-Pakem di lapangan dan tuntutan otonomi daerah sambil belajar dari studi banding dan penelusuran literatur tentang pengembangan kurikulum di dunia internasional, akhirnya Pusat Kurikulum
138
bersama pimpinan Balitbang Depdiknas memilih pendekatan berbasis kompetensi (competence-based curriculum development) dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disebut pula Kurikulum 2004. Dokumen nasional Kurikulum 2004 yang pada akhirnya diterapkan di lapangan kembali menggunakan matriks atau tabel yang terdiri dari 4 kolom, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Berdasarkan dokumen
kurikulum nasional
ini,
tiap
sekolah
diberi
otonomi
untuk
mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri. Pengertian kompetensi adalah kemampuan yang merupakan hasil belajar (oucome) berupa karya siswa 2 dimensi (yang ditulis pada kertas / wadah yang rata berdimensi panjang dan lebar) dan 3 dimensi (dimensi panjang, lebar, dan tinggi), unjuk kerja (performance), dan perilaku. Kemampuan ini dikembangkan dari proses belajar-mengajar yang mengolah dan memproses “air” pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai (yang berasal dari “air” ‘anak sungai’ pengetahuan, ‘anak sungai’ keterampilan, dan ‘anak sungai’ nilai dan sikap sedangkan dalam ‘sungai besar’ “air” dari tiga ‘anak sungai’ itu telah terintegrasi, tidak dibeda-bedakan lagi dalam ‘sungai besar’ proses belajar-mengajar). Amati gambar berikut ini!
Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi
139
Kemampuan yang dapat digolongkan sebagai kompetensi paling tidak memiliki 5 kriteria, yaitu demonstrable (dapat didemonstrasikan, ditunjukkan siswa), observable (dapat diamati dengan pancaindera), consistent (konsisten atau ajek atau cenderung telah menetap), specific (spesifik, khusus, tidak terlalu umum), dan integrated (memadukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai).
Dalam mengembangkan silabus dan RPP, guru dapat menggunakan langkahlangkah seperti ditunjukkan pada 2 gambar ini.
140
Dalam praktik bersama para guru ternyata pengembangan silabus dan RPP akan lebih realistis dan mudah jika guru mulai dengan gagasan kreatif kegiatan belajar, kemudian mengidentifikasi alat, sumber, bahan, lalu mengidentifikasi materi dan jabarannya, barulah dicari dan diidentifikasi kompetensi dasar (standar
141
kompetensi dilihat sesudahnya). Terakhir, dari kegiatan belajar yang dirancang dapat diperkirakan kegiatan mana yang akan menghasilkan kompetensi (kemampuan yang telah memenuhi 5 kriteria tersebut) dan indikator kompetensi (tanda-tanda tercapainya kompetensi) disusun setelah diyakini kemampuan mana yang telah layak digolongkan sebagai kompetensi.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 2004 adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya. 2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. 3. Penguatan integritas nasional 4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. 5. Pengembangan kecakapan hidup. 6. Pilar pendidikan: belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat kreatif, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya. 7. Komprehensif dan berkesinambungan. 8. Belajar sepanjang hayat.
142
9. Diversifikasi kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini untuk mendukung pertumbuhan siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon berikut ini.
Prinsip-prinsip pelaksanaan: 1. Kesamaan memperoleh kesempatan. 2. Berpusat pada anak. 3. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. 4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan. (Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).
Kurikulum 2006 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) disajikan pada tabel berikut ini.
143
Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006 ASPEK 1. Format
Kurikulum 2004
Kurikulum 2006
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Standar Kompetensi +
Hasil Belajar (SD), Indikator, Materi
Kompetensi Dasar
Pokok 2. Definisi
Hasil belajar siswa yang berdampak
Hasil belajar (dampaknya
kompetensi
(outcome), berupa karya, unjuk kerja, dan
kurang diperhatikan)
perilaku
Definisi kompetensi tak jelas / tak ada
3. Dasar pemilihan
Hasil inovasi, evaluasi kurikulum, studi
Polesan dokumen Kurikulum
kompetensi
banding kurikulum + implementasi
2004
negara2 lain, tradisi sekolah 4. Pendekatan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
kurikulum 5. Contoh hasil
●
Proyek PPSP 8 IKIP
Tidak merujuk ke hasil-hasil
inovasi
●
CBSA: 1980 – 1994
berbagai inovasi
●
Pendidikan luar biasa
●
Jaringan kurikulum
●
MBS: 1999 – kini
●
Pendidikan HAM
●
Kurikulum muatan lokal
●
Kerja sama dengan instansi & lembaga internasional
6. Contoh hasil riset
7. Silabus
Beragam riset Pusat Penelitian & Pusat
Tidak merujuk ke hasil-hasil
Kurikulum Balitbang, meta-analisis
riset
Unsur-unsur penting untuk PBM
Unsur-unsur = Kurikulum
Contoh-contoh lebih terinci
2004 Contoh seperti satpel
8. Kalender
220 hari belajar per tahun
204 – 228 hari per tahun
Penentuan standar kelulusan
Masih sama
pendidikan 9. Penilaian
Ujian Nasional: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika. Bentuk soal: Pilihan
144
ASPEK
Kurikulum 2004
Kurikulum 2006
ganda 10. Akuntabilitas
Puskur Balitbang bekerja sama dengan
“Panitia ad hoc” 15 orang
Ditjen Dikdasmen 11. Ruang lingkup
Lebih jelas karena ada indikator
Kabur karena tak ada
kompetensi &
“Mengikat” komitmen pengembangan UN
indikator
materi
“Tak mengikat” komitmen
12. Materi
Sebagian besar materi
kurikulum
Kurikulum 2004 ada dalam Kurikulum 2006
13. Pendekatan
Kelas I dan II
Kelas I – III
tematik di SD
Data pada tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut. 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
145
2.
Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan
dan
kesinambungan
yang
bermakna
dan
tepat
antarsubstansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
146
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini untuk mendukung pertumbuhan siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon berikut ini.
147
PERKEMBANGAN MATA PELAJARAN DARI MASA KE MASA
Pada bab ini dikemukakan tentang perkembangan mata-mata pelajaran pada umumnya selalu muncul pada kurikulum dari masa ke masa.
Pendidikan Moral: Pendidikan moral dalam sejarah kurikulum Indonesia cenderung ditekankan dan mengalami perubahan dari zaman ke zaman. ●
Pada kurikulum pertama setelah kemerdekaan, yaitu Kurikulum 1947, pendidikan moral berdiri sendiri sebagai satu mata pelajaran, yang diberi nama “Didikan Budi Pekerti” yang diajarkan sejak kelas I SD. Isi atau materinya bersumber pada nilai moral tradisional dalam tradisi atau adatistiadat, yang cenderung amat dipengaruhi sopan santun atau tata krama masyarakat Jawa.
●
Pada Kurikulum 1964, pendidikan budi pekerti digabungkan dengan Pendidikan Agama dengan nama Pendidikan Agama / Budi Pekerti. Asumsi di balik penggabungan ini adalah perlunya keserasian antara nilai-nilai moral yang bersumber dari agama dan nilai-nilai moral yang bersumber dari tradisi atau adat-istiadat. Diharapkan tidak terjadi konflik nilai antara nilai-nilai moral yang berasal dari dua sumber ini.
●
Namun, kemudian Departemen Agama tidak setuju dengan mengajukan keberatan secara lisan. Nama mata pelajaran dengan garis miring dapat diartikan Pendidikan Agama atau Budi Pekerti. Akibatnya, seakan-akan sekolah dapat memilih Pendidikan Agama atau Budi Pekerti. Dikhawatirkan Pendidikan Budi Pekerti dapat dianggap bisa menggantikan Pendidikan Agama. Karena keberatan ini, dalam Kurikulum 1968 Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri sedangkan budi pekerti dimasukkan sebagai bagian Pendidikan Kewargaan Negara yang dianggap tidak sekadar mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.
148
●
Dalam Kurikulum 1975, pendidikan moral mengalami perkembangan baru dengan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sebenarnya, PMP menjadi bidang studi tersendiri hanya merupakan legitimasi dari perkembangan sebelumnya melalui penerbitan buku pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang telah dipakai di sekolah-sekolah dari SD s.d. sekolah menengah tingkat atas (SMA dan sekolah kejuruan).
●
Bidang Studi PMP dipertahankan pada Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 nama bidang studi ini menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 nama bidang studi ini menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menekankan demokrasi, khususnya demokrasi Pancasila.
Pendidikan Agama ●
Pada Kurikulum 1947 Pendidikan Agama menjadi satu mata pelajaran tersendiri yang diajarkan dari kelas III s.d. kelas VI SD. Namun, di Sumatera Pendidikan Agama diajarkan sejak kelas I SD.
●
Pada Kurikulum 1964 Pendidikan Agama dagabungkan dengan Didikan Budi Pekerti dengan nama mata pelajaran Pendidikan Agama / Didikan Budi Pekerti yang diajarkan sejak kelas I SD.
●
Pada Kurikulum 1968 unsur budi pekerti dimasukkan ke dalam Pendidikan Kewargaan Negara dan Pendidikan Agama kembali menjadi mata pelajaran tersendiri. Kedudukan Pendidikan Agama sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri dipertahankan pada kurikulum-kurikulum selanjutnya s.d. KTSP 2006.
●
Pada umumnya pada sistem SD di Indonesia Pendidikan Agama diajarkan oleh guru khusus Pendidikan Agama, bukan oleh guru kelas. Kalau tak ada guru khusus agama, Pendidikan Agama diajarkan oleh guru kelas.
149
Bahasa ●
Dalam sejarah kurikulum Indonesia, bahasa Indonesia mendapatkan kedudukan dan peran yang amat penting. Sejak Kurikulum 1947 s.d. KTSP 2006 bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri.
●
Sejak Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968, sekolah dasar dibedakan menjadi dua, yaitu sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dari kelas I s.d. VI dan sekolah yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada kelas I s.d. kelas III sejak kelas I s.d. VI ada tambahan mata pelajaran, yaitu mata pelajaran Bahasa Daerah. Pada golongan sekolah yang terakhir ini, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran tersendiri sejak kelas III.
●
Namun, sejak Kurikulum 1975 bahasa daerah sebagai mata pelajaran tersendiri tidak dicantumkan lagi dalam struktur program kurikulum nasional. Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah-sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI.
●
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2002, ada kebijakan baru mengenai penggunaan bahasa pengantar. Pada Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1994 bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Indonesia. Namun, sejak KBK 2004 dan kemudian dipertahankan pada KTSP 2006, selain bahasa Indonesia sekolah dapat memilih bahasa asing seperti bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Kini banyak sekolah national plus dan sekolah berstandar internasional di perkotaan memilih bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Gejala yang sama terjadi juga pada perguruan tinggi. Universitas tertentu yang menetapkan kebijakan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Alasan utama penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tampaknya kepentingan siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Faktor pendorong lain adalah demi membekali siswa dengan keterampilan berbahasa Inggris yang semakin dibutuhkan perusahaan-perusahaan asing di Indonesia. Faktor umum lainnya
150
adalah semakin dibutuhkannya keterampilan berbahasa Inggris dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Berhitung / Matematika ●
Rencana Pelajaran 1947 yang disebut saja Kurikulum 1947 dan Rencana Pelajaran Terurai atau disebut saja Kurikulum 1952 dalam mata pelajaran Berhitung menekankan keterampilan berhitung lisan dan tertulis serta hafalan, yaitu hitungan angka dan hitungan soal, dan pembentukan sikap hemat. Kecuali pembentukan sikap hidup hemat penekanan pada Kurikulum 1947 pada dasarnya sama dengan rencana pelajaran atau kurikulum Holandsch Inlandscheschool (HIS) pada zaman penjajahan Belanda.
●
Rencana Pendidikan atau Kurikulum 1964 menekankan: ¾ Sifat
berhitung praktis fungsional bagi kehidupan dan keperluan
masyarakat ¾ Memupuk dan mengembangkan sikap rasional dan ekonomis ¾ Kemampuan berpikir rasional, logis, dan kritis dalam memecahkan soal-
soal yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari kini dan di masa mendatang. ●
Kurikulum 1968 menekankan sifat berhitung yang sama dengan Rencana Pendidikan atau Kurikulum 1964. Pada kedua kurikulum ini masih ada hitungan angka tetapi lebih ditekankan latihan penguasaan empat operasi berhitung, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang fungsional dalam kehidupan anak sehari-hari.
●
Pada periode Pelita I tampaknya belum ada niat memperkenalkan Matematika modern. Yang ditekankan adalah pembaharuan kurikulum dan metode mengajar di sekolah dasar. Upaya meningkatkan penerapan metode yang berorientasi kepada belajar aktif dilakukan oleh Ibu Dr Supartinah Pakasi dari IKIP Malang di sekolah laboratorium IKIP Malang yang dikaitkan dengan proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PKMM) di sekolah dasar. Dalam rangka upaya ini, Ibu Pakasi menyusun satu seri buku pelajaran Berhitung dengan judul “Belajar berhitung dengan i-in dan a-an”. Dalam buku
151
ini digunakan metode yang relatif baru yang berbeda dengan buku-buku pelajaran yang dipakai di sekolah-sekolah. ●
Pada tahun 1970 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membeli hak penerbitan buku ini untuk kelas I SD. Dalam kata pengantar Menteri P dan K Mashuri, SH pada buku ini terdapat satu “kesalahan teknis” kecil melalui pernyataan bahwa “Buku Berhitung ini sengaja disusun dengan maksud agar dapat menjadi rintisan pengantar ke suasana pengajaran matematika modern.” Sebenarnya yang disajikan dalam buku ini adalah pelajaran berhitung tradisional dengan pendekatan belajar aktif tanpa ada hubungan apa pun dengan matematika modern. Dalam kenyataan, “kesalahan teknis” ini menjadi titik awal diperkenalkannya Matematika baru di sekolah dasar. Muncul kecaman terhadap “kesalahan teknis” ini dan karena itu buku berhitung ini tidak dilanjutkan untuk kelas-kelas berikutnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kebijakan menyusun seri baru buku pelajaran matematika modern yang merupakan saduran Entebbe Mathematics Series”. (Edisi awal seri buku ini disusun oleh “Entebbe Mathematics Workshop” dan diterbitkan oleh Silver Burdett Company, Morristown, New Yersey untuk “The African Education Program of Educational Services Inc.”, Watertown, Massachusetts, 1964 – 1969).
●
Karena buku Belajar Berhitung untuk kelas I telah terlanjur dicetak dalam jumlah besar dan diedarkan, seri buku matematika baru dimulai dari kelas II dan untuk kelas I disusun paling akhir setelah buku untuk kelas VI selesai. Dengan digunakannya seri buku matematika baru ini, dalam praktik Berhitung telah mulai ditinggalkan beberapa tahun sebelum lahir Kurikulum 1975.
●
Kurikulum 1975 memberi legitimasi penerapan matematika modern. Kebijakan memasukkan matematika modern ke dalam Kurikulum 1975 membuat Indonesia melangkah maju mengejar ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan modern. Lebih dari berhitung, melalui matematika modern ini, anak-anak antara lain dapat: ¾ Belajar berpikir matematis sehingga dapat ikut serta menemukan fakta dan
ide matematis, dalam arti mengetahui dan memahami unsur-unsur
152
matematika dalam lingkungannya, memahami ide-ide fundamental tentang bilangan, pengukuran, dan bangun-bangun, serta memahami bahasa dan hubungan matematika. ¾ Menghargai matematika. ¾ Terampil dalam komputasi.
Dalam penerapan matematika modern ini walaupun berhitung merupakan salah satu unsur, peran berhitung yang praktis dan fungsional dalam kehidupan sehari-hari bagi anak kian memudar. ●
(Sumber: Anwar Jasin. 1987, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka, halaman 256 – 258).
Ilmu Pengetahuan Alam z
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam sejarah kurikulum kita pada awalnya terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu Tumbuhtumbuhan, Ilmu Hewan dan Tubuh Manusia, kemudian muncul dengan nama Ilmu Hayat dan Ilmu Alam, lalu menjadi bidang studi (broad field of subject matters) Pengetahuan Alamiah dan terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.
●
Kedudukan dan peran IPA dalam kurikulum kita cenderung mirip, bukan hanya sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan tentang gejala-gejala alam serta sikap ilmiah dan kritis, termasuk menghilangkan kepercayaan tahyul tetapi juga sebagai alat untuk mengembangkan sikap kagum kepada Sang Maha-Pencipta atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, IPA juga menekankan pentingnya segi praktis pengetahuan alam dalam kehidupan sehari-hari guna membantu anak mengatasi masalah praktis yang menyangkut gejala atau kejadian alam dalam kehidupan sehari-hari. (Jasin Anwar, 1987).
●
Pada Kurikulum 1968, kepada IPA diberikan peran atau beban yang lebih berat karena di samping perannya pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, juga diberi peran memupuk dan mengembangkan rasa sayang kepada sesama makhluk, alam sekitar, dan dengan demikian memupuk dan mengembangkan rasa cinta kepada tanah air, serta memupuk dan mengembangkan kegiatan
153
kerja dan daya cipta dalam mengeksploitasi dan menguasai kekayaan alam untuk kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya, peran-peran ini diteruskan pada Kurikulum 1975 (Jasin Anwar, 1987) dan kurikulum selanjutnya. ●
Pada Kurikulum 1947 IPA mulai diajarkan sejak kelas IV (Ilmu Hayat) sedangkan Ilmu Alam sejak kelas V. Pada Kurikulum 1964 terjadi perubahan penting karena IPA diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini diteruskan pada Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan Kurikulum 1984. Pada Kurikulum 1994 tradisi ini terputus karena pelajaran IPA kembali diajarkan sejak kelas III, bukan kelas I, seperti pada Kurikulum 1947. Pada KTSP atau Kurikulum 2006 tradisi ini dikembalikan lagi karena IPA kembali diajarkan sejak kelas I walaupun di kelas I – III IPA diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran lain dengan pendekatan tematik.
●
Dilihat dari segi alokasi waktu jam pelajaran per minggu tampak kecenderungan penambahan jumlah jam pelajaran IPA dari kurikulum ke kurikulum dan mencapai puncaknya pada Kurikulum 1994 (IPA diajarkan dari kelas III – VI dengan alokasi waktu berturut-turut 3 – 6 – 6 – 6 - 6). Namun, pada Kurikulum 2006 terjadi penurunan karena alokasi waktu untuk IPA pada kelas IV – VI masing-masing turun menjadi 4 jam pelajaran.
●
Dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dapatlah dikatakan bahwa ada kecenderungan memberi porsi jam pelajaran yang hampir sama antara IPA dan IPS dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968. Namun, sejak Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum 2006 jatah jam pelajaran bagi IPA cenderung sedikit lebih banyak daripada IPS. Hal ini menggambarkan pandangan bahwa untuk mengejar ketertinggalan dalam perkembangan Iptek, mata pelajaran IPA perlu lebih ditekankan daripada IPS.
●
Pendekatan pengembangan kurikulum IPA menunjukkan perkembangan. Kurikulum IPA 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan materi atau pendekatan konsep. Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan pendekatan keterampilan proses (process skill approach) yang lebih menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan ilmiah daripada materi atau konsep IPA dan sebagai konsekuensinya hanya dipilih konsep-
154
konsep esensial saja. Pendekatan keterampilan proses yang dimulai dari rintisan dan uji coba mata pelajaran IPA pada Pusat Kurikulum Balitbang Dikbud akhirnya diterima sebagai pendekatan umum dalam pengembangan mata-mata pelajaran lain dalam Kurikulum 1984. Faktor lain yang mendukung adopsi pendekatan pengembangan ini adalah mulai terlihat kemajuan dalam proyek rintisan cara belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan Pusat Kurikulum yang dimulai di Cianjur lalu berkembang ke 8 daerah di Indonesia dan akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia. ●
Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan pengembangan kurikulum IPA mengikuti pendekatan pengembangan yang ditempuh Pusat Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based curriculum development approach). Pendekatan yang sama diteruskan dalam pengembangan KTSP / Kurikulum 2006.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) z
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sejarah kurikulum kita pada awalnya terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu Bumi, Sejarah, dan kemudian muncul dengan nama Pendidikan Kemasyarakatan (Kurikulum 1968) yang terdiri dari Ilmu Bumi, Sejarah, dan kemudian berganti nama menjadi Pendidikan Kewargaan Negara Negara yang mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics, lalu menjadi bidang studi (broad field of subject matters) dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Kurikulum 1975, yang menggabungkan aspek masa lampau, wilayah geografis, dan kegiatan hidup manusia. Dasar penggabungan dalam IPS ini adalah karena masalah yang dihadapi anak atau warga negara tidaklah terpisah-pisah secara tegas seperti yang yang dilakukan dalam sistem kurikulum mata pelajaran terpisah sebelumnya.
z
Pada Kurikulum 1975, Pendidikan Kewargaan Negara atau Civics dipisahkan dari IPS dan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
155
●
Ada 2 fungsi IPS dalam Kurikulum 1975, yaitu: (1) membina pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang bermanfaat bagi perkembangan dan kelanjutan pendidikan siswa, terutama kemampuan menelaah masalahmasalah kemasyarakatan secara ilmiah, dan (2) membina sikap-sikap yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
●
Pada Kurikulum 1947 IPS mulai diajarkan sejak kelas III (Ilmu Bumi) sedangkan Sejarah sejak kelas IV. Pada Kurikulum 1964 terjadi perubahan penting karena IPS diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini diteruskan pada Kurikulum 1968. Pada Kurikulum 1975 pelajaran IPS kembali diajarkan sejak kelas III. Pada Kurikulum 1984 walaupun IPS tetap diajarkan sejak kelas III namun terjadi perubahan penting karena Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) diajarkan sejak kelas I SD. Pada Kurikulum 1994, PSPB telah dihapuskan dan IPS sebagai bidang studi tetap diajarkan sejak kelas III. Pada KTSP atau Kurikulum 2006 IPS kembali diajarkan sejak kelas I walaupun di kelas I – III IPS diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran lain dengan pendekatan tematik.
●
Pendekatan pengembangan kurikulum IPS menunjukkan perkembangan. Kurikulum IPS 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan materi. Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan pendekatan keterampilan proses (process skill approach) yang lebih menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan IPS daripada materi pokok IPS
dan sebagai
konsekuensinya hanya dipilih materi pokok saja. Pada kurikulum ini gagasangagasan IPS yang baik hasil pengemgangan melalui proyek rintisan cara belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan Pusat Kurikulum di Cianjur mewarnai isi kurikulum IPS. ●
Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan pengembangan kurikulum IPS mengikuti pendekatan pengembangan yang ditempuh Pusat Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. Pendekatan yang sama diteruskan dalam pengembangan KTSP / Kurikulum 2006. Dalam Kurikulum 2006 aspek kependudukan yang ada pada Kurikulum 2004 dihapuskan dalam mata pelajaran IPS.
156
Olahraga dan Kesehatan Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan olahraga dan kesehatan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Kurikulum Nama Mata Pelajaran
Alokasi Waktu dari kelas I - VI
Tahun ... 1947
1964
Gerak Badan
3-3-3-3-3-3
Kebersihan dan Kesehatan
1-1-1-1-1-1
Pendidikan Jasmani /
3-3-4-4-4-4
Kesehatan 1968
Pendidikan Olahraga
2-2-3-3-3-3
1975
Olahraga dan Kesehatan
2-2-3-3-3-3
1984
Olahraga dan Kesehatan
2-2-3-3-3-3
1994
Pendidikan Jasmani dan
2-2-2-2-2-2
Kesehatan 2004
Pendidikan Jasmani
Kelas I – II diajarkan secara tematik dan kelas III - VI 2 jam. Kesehatan masuk ke Sains
2006
Pendidikan Jasmani
Kelas I – III diajarkan secara tematik dan kelas IV - VI 4 jam. Kesehatan masuk ke IPA
●
Olahraga dan Kesehatan selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan diajarkan dari kelas I s.d. VI walaupun ada perubahan berupa pemisahan atau penggabungan olahraga dan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa
157
olahraga dan kesehatan tetap dipandang penting dalam pendidikan anak untuk mencapai keharmonisan antara perkembangan jasmani dan rohani. ●
Pada Kurikulum 1975 fungsi olahraga pendidikan adalah meningkatkan pertumbuhan biologis dan fisiologis, kesegaran jasmani dan kesehatan, ketangkasan
dan
keterampilan,
pengetahuan
dan
kecerdasan,
serta
perkembangan emosi dan sosial. ●
Pada Kurikulum 2006 fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan diperluas sampai kepada pembentukan dasar karakter moral seperti tampak tujuan yang dijabarkan berikut ini. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: 2. Mengembangkan
keterampilan
pengelolaan
diri
dalam
upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 3. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 5. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 6. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis 7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 8. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
158
Kesenian ●
Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan kesenian dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Kurikulum Nama Mata Pelajaran
Alokasi Waktu dari kelas I - VI
Tahun ... 1947
1964
Menggambar
Kelas V – VI 2 jam
Seni Suara
2-2-3-3-3-3
Pendidikan Kesenian
2-2-4-4-4-4 Unsur-unsur: Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sasra / Drama
1968
Pendidikan Kesenian
2-2-4-4-4-4
1975
Kesenian
2-2-3-4-4-4 Terdiri dari Seni Musik, Seni Rupa, dan Seni Tari. Sastra dimasukkan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1984
Pendidikan Kesenian
2-2-3-3-3-3
1994
Kerajinan Tangan dan
2-2-2-2-2-2
Kesenian 2004
2006
●
Kerajinan Tangan dan
Kelas I – II diajarkan secara tematik
Kesenian
dan kelas III - VI 4 jam.
Seni Budaya dan
Kelas I – III diajarkan secara tematik
Keterampilan
dan kelas IV - VI 4 jam.
Kesenian selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan diajarkan dari kelas I s.d. VI, kecuali pada Kurikulum 1947 hanya Menggambar yang diajarkan pada kelas V dan VI, walaupun ada perubahan berupa pemisahan
159
atau penggabungan dengan Keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa kesenian tetap dipandang penting dalam pendidikan anak. ●
Tujuan Pendidikan Kesenian pada Kurikulum 1975 adalah memperkuat kepribadian nasional, memperkuat kebangsaan nasional, memperkuat kesatuan nasional, menggali kesenian daerah untuk memperkaya kesenian Indonesia, dan menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia.
●
Tujuan Pendidikan Seni Budaya pada Kurikulum 2006 terangkum dalam tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan: 1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan 2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan 3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan 4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Keterampilan ●
Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan keterampilan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Kurikulum Nama Mata Pelajaran
Alokasi Waktu dari kelas I - VI
Tahun ... 1947
Pekerjaan Tangan
1-1-3-3-3-3
Pekerjaan Keputrian
- - - 1-2-2
1964
Pendidikan Keprigelan
2-2-5-5-5-5
1968
Pendidikan Kesejahteraan
2-2-4-4-4-4
Keluarga
2-2-5-5-5-5 Agraria: pertanian,
Pendidikan Kejuruan
peternakan, dan perikanan
160
Kurikulum Nama Mata Pelajaran
Alokasi Waktu dari kelas I - VI
Tahun ... Teknik: pekerjaan tangan dan perbengkelan 1975
Keterampilan Khusus
2-2-4-4-4-4
1984
Keterampilan Khusus
2-2-4-4-4-4
1994
Kerajinan Tangan dan
2-2-2-2-2-2 Digabungkan dengan
Kesenian
Kesenian
Kerajinan Tangan dan
Kelas I – II diajarkan secara
Kesenian
tematik dan kelas III - VI 4 jam.
Seni Budaya dan Keterampilan
Kelas I – III diajarkan secara
2004
2006
tematik dan kelas IV - VI 4 jam. Nama Kesenian menjadi Seni Budaya
●
Keterampilan selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan diajarkan dari kelas I s.d. VI, walaupun ada perubahan berupa pemisahan atau penggabungan dengan Kesenian. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan tetap dipandang penting dalam pendidikan anak.
●
Ruang lingkup Keterampilan dalam Kurikulum 1975 mencakup 6 bidang, yaitu Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, pertanian, peternakan, perikanan, teknik & kerajinan, dan jasa. Fungsinya adalah sebagai dasar untuk pengembangan bakat dan kesukaan (hobi) serta dapat sekadar sarana membantu orang tua untuk mencari nafkah.
●
Tujuan Keterampilan pada Kurikulum 2006 terangkum dalam tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan seperti yang telah dikemukakan terdahulu.
161
Dari seluruh uraian pada bab ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: z Terjadi penambahan mata pelajaran dalam sejarah kurikulum SD. Jumlah mata pelajaran kemudian dikurangi pada Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum 2006, namun jika diamati isi (volume) mata pelajaran tampak ada penambahan materi yang amat meningkat pada Kurikulum 1975. Walaupun Kurikulum 1984 dimaksudkan untuk mengurangi beban Kurikulum 1975, tampaknya upaya mengurangi materi ini belum terjadi secara signifikan. Kurikulum 1994 yang dimaksudkan untuk mengurangi beban materi Kurikulum 1984 ternyata belum cukup berhasil. Materi masih terlalu banyak sehingga pada tahun 1998 diterbitkan Suplemen Kurikulum 1994. z Kurikulum 2004 dan 2006 tampaknya cukup berhasil mengurangi materi kurikulum melalui penekanan kompetensi siswa. Namun, tampaknya justru terjadi peralihan ke ekstrim yang lain, yaitu terjadinya kepadatan kompetensi. Padatnya materi atau padatnya kompetensi tetap membebani siswa dalam belajar. z Walaupun terjadi perubahan nama mata pelajaran dan desain kurikulum, mata-mata pelajaran yang selalu ada dan bertahan dalam sejarah kurikulum SD di Indonesia adalah: ¾ Pendidikan moral atau pendidikan kewarganegaraan ¾ Pendidikan agama ¾ Bahasa Indonesia ¾ Berhitung / matematika ¾ Ilmu pengetahuan alam ¾ Ilmu pengetahuan sosial ¾ Olahraga dan kesehatan ¾ Kesenian ¾ Keterampilan
162
PERKEMBANAN KOMPONEN KURIKULUM DARI MASA KE MASA Berdasarkan paparan tentang komponen kurikulum pada bab-bab sebelumnya, terutama pada Bab IV s.d. Bab VI, pada bab ini dikemukakan tentang perkembangan komponen kurikulum dari masa ke masa. Seperti telah dikemukakan pada Bab IV, pada umumnya kurikulum paling tidak mengandung 6 komponen, yaitu tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan belajar, sumber belajar yang terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan alokasi waktu.
Tujuan Sumber belajar
Materi UNSUR KURIKULUM
Alokasi waktu
Kegiatan belajar Penilaian
Belajar tentang dan belajar dari Dari pengamatan terhadap paparan komponen-komponen kurikulum pada berbagai kurikulum ini, khususnya dari mata pelajaran IPA dari segi materi atau belajar tentang apa (learning about) dan dari segi kompetensi atau kemampuan yang diperoleh dari belajar tentang apa (learning from), kecenderungan umumnya disajikan pada tabel berikut ini.
163
Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau kemampuan / kompetensi pada kurikulum IPA
Kurikulum
Learning about zz Materi lebih dominan
1968
Learning from z Kemampuan ilmiah ada tapi kurang ditekankan
1975
1984
1994
zzzzzz Materi lebih
zz Kemampuan ilmiah ada tapi
dominan
kurang ditekankan
zzzzz Materi = konsep
zzzzzz Keterampilan proses
esensial
lebih ditekankan
zzzz Materi masih padat
zzzzzzz Kemampuan ditekankan melalui kegiatan belajar yang lebih dominan
zzz Materi sedikit
2004
zzzzzzzz Kompetensi ditekankan
zz Materi lebih sedikit
2006
zzzzzz Kompetensi ditekankan
z = Simbol ini menggambarkan keluasan atau sebesar apa penekanan (aksentuasi)
Perbandingan komponen kurikulum Amatilah tabel berikut ini yang menggambarkan komponen kurikulum dalam sejarah kurikulum di Indonesia!
Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947 s.d. 2006 No
Kurikulum
Tujuan
Materi
Desain
Metode /
Sumber
kegiatan
belajar
Penilaian
Bentuk penyajian
belajar 1
Kurikulum
Nasional
Tersendiri
Separated
1947 2
Kurikulum
Didaktik-
-
-
Naratif
Alat
-
Naratif
metodik Nasional
Tersendiri
Separated
Didaktik-
164
No
Kurikulum
Tujuan
Materi
Desain
Metode /
Sumber
kegiatan
belajar
Penilaian
Bentuk penyajian
belajar 1952
&
metodik
institusion al 3
Kurikulum
Nasional
1964
&
Tersendiri
Separated
Didaktik-
-
-
Naratif
Alat
-
Naratif
metodik
institusion al 4
Kurikulum
Nasional,
Tersendiri
1968
institusion
(“Bahan”)
Separated
Gambaran KBM
al, kurikuler, instruksion al 5
Kurikulum
Ibid
1975
Tersendiri
Broad-fields
Hanya
Alat,
Teknik &
Matriks:
(Pokok
sebutkan
sumber
alat
GBPP
Bahasan &
metode
bahan
penilaian;
(kata /
Sub-Pokok
mengajar
pedoman
konsep)
Bahasan) 6
Kurikulum
Ibid
1984
penilaian
Tersendiri
Broad-fields;
Metode
Alat,
Alat
Matriks:
(Pokok
konsep
mengajar
bahan,
penilaian;
GBPP
Bahasan &
esensial
& contoh
sumber
pedoman
(contoh
penilaian
kegiatan:
Sub-Pokok
kegiatan
Bahasan) &
belajar
naratif)
dalam contoh kegiatan belajar 7
Kurikulum 1994
Ibid
Tersendiri
Broad-fields
Daftar
(Pokok
& integrated
kegiatan
GBPP,
belajar
terutama
Bahasan &
-
-
Matriks:
Sub-Pokok
Daftar
Bahasan) &
kegiatan:
dalam daftar
naratif
kegiatan belajar
165
No
Kurikulum
Tujuan
Materi
Desain
Metode /
Sumber
kegiatan
belajar
Penilaian
Bentuk penyajian
belajar 8
Kurikulum
Nasional,
Dalam
Broad-fields
2004
institusion
kompetensi
al,
dasar, hasil
kelompok
belajar,
disusun
mapel,
indikator,
guru
kurikuler,
materi pokok
-
-
Indikator
Silabus
/ strand &
kompetens
(pengganti
integrated
i
GBPP)
instruksion al 9
Kurikulum
Ibid
2006
Dalam
Broad-fields
kompetensi
/ strand &
disusun
dasar
integrated
guru
-
-
-
Silabus
Tabel ini menunjukkan hal-hal berikut ini. •
Kurikulum 1947 s.d. 1968 berisi 3 komponen, yaitu tujuan, materi, dan metode atau kegiatan belajar dalam rumusan didaktik-metodik. Pada Kurikulum 1952 terkadang komponen alat dimasukkan dalam kolom Contoh dan Penjelasan sedangkan pada Kurikulum 1968 terkadang alat digabungkan dengan kegiatan. Komponen sumber belajar dan penilaian tak dicantumkan.
•
Kurikulum 1975 s.d. 1984 berisi 5 komponen, yaitu tujuan, materi, metode / kegiatan belajar, dan sumber belajar (alat, bahan, dan / atau sumber), dan alat penilaian..
•
Kurikulum 1994 berisi 3 komponen, kecuali sumber belajar yang dimasukkan ke dalam pedoman proses belajar-mengajar dan alat penilaian yang dibahas dalam pedoman penilaian.
•
Sebagai kurikulum berbasis kompetensi, komponen Kurikulum 2004 terdiri dari 4 komponen, yaitu tujuan dan materi yang terkandung dalam standar kompetensi, kompetensi dasar (dan hasil belajar untuk SD), dan materi pokok serta indikator kompetensi yang menggambarkan ruang lingkup materi dan dapat dijadikan acuan membuat alat penilaian. Sebagai
166
suatu kurikulum yang lengkap, komponen-komponen kurikulum, yaitu tujuan (kompetensi), materi (kompetensi dasar), dan indikator tinggal diambil dari dokumen kurikulum nasional, sedangkan kegiatan belajar, alat penilaian, dan sumber belajar ditentukan oleh guru. Semua komponen yang lengkap tersebut tercantum dalam silabus yang disusun guru. •
Kurikulum 2006 pada prinsipnya sama dengan Kurikulum 2004. Perbedaannya adalah pada Kurikulum 2006, indikator dan materi pokok tidak dicantumkan. Indikator harus disusun oleh guru dalam penyusunan silabus.
Tabel ini menunjukkan pula hal-hal lain berikut ini. •
Dari segi tujuan, sejarah kurikulum memperlihatkan pencantuman hirarki tujuan yang semakin lengkap, mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional (jenjang sekolah), tujuan kurikuler per kelompok mata pelajaran dan tujuan mata pelajaran sampai dengan tujuan instruksional (pengajaran).
•
Dari segi materi, dari Kurikulum 1947 – 1975 materi yang harus diajarkan dicantumkan tersendiri di bawah topik “Bahan” dan kemudian topik “Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan, terlepas dari tujuan dan kegiatan belajar. Pada Kurikulum 1984, materi dicantumkan tersendiri pada topik “Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan, yang dijabarkan dalam kolom Uraian. Pada kolom Uraian ini materi dijabarkan dan diuraikan dan disertai pula dengan gambaran atau contoh kegiatan belajar. Pada Kurikulum 1994, materi dicantumkan tersendiri pada topik “Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan serta terjabarkan pada daftar kegiatan belajar. Pada Kurikulum 2004, materi tergambar dalam kompetensi dasar, hasil belajar (SD), indikator, dan materi pokok. Sedangkan, pada Kurikulum 2006, materi tergambar dalam kompetensi dasar.
•
Dari segi bagaimana kurikulum didesain, kita mengenal tahapan ciri mata pelajaran yang unsur-unsur materinya diajarkan secara terpisah (separated subject matters) tanpa dikaitkan satu sama lain. Misalnya, untuk Bahasa
167
Indonesia pada Kurikulum SD 1968, Bercakap-cakap, Mengarang, Membaca, Pengetahuan Bahasa, dan Menulis diajarkan secara terpisah tanpa saling dikaitkan atau dihubungkan. Untuk IPA, Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan Ilmu Kimia diajarkan secara terpisah tanpa saling dikaitkan. Desain separated subject matters ini tampak menonjol dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968. Sejak Kurikulum 1975, mulai diterapkan desain broad-fields of subject matters atau bidang studi untuk menampung semakin banyak mata pelajaran yang dituntut masuk ke dalam kurikulum. Dengan demikian, bidang studi IPA terdiri dari Ilmu Hayat dan Ilmu Alam. Bidang studi IPS terdiri dari Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, Ekonomi, Kependudukan, dan Politik. Matematika terdiri dari Berhitung (Aritmatika), Aljabar, Ilmu Ukur, dan Statistik. Di SD unsur-unsur materi tiap bidang studi mulai diintegrasikan, meskipun masih tampak ciri unsur materi. •
Pada Kurikulum 1984 desain broad-fields lebih diintegrasikan melalui upaya pemilihan dan penentuan konsep esensial atau materi pokok. Pada Kurikulum 1994 desain broad-fields
masih dominan namun semakin
diintegrasikan melalui rincian kegiatan belajar. Ciri desain integrated of subject matters (terintegrasi, terpadu) mulai tampak menonjol pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dan relatif tampak pula pada mata pelajaran IPA dan IPS di SD. Pada Kurikulum 2004 desain broad-fields lebih diintegrasikan melalui penerapan strand (unsur-unsur pokok suatu mata pelajaran) dan penekanan kompetensi dasar, bukan materi, serta untuk SD penerapan pendekatan tematik di kelas I dan II. Ciri integrated tampak jelas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya, dan secara relatif pada mata pelajaran Matematika, IPA, dan IPS di SD. Desain Kurikulum 2006 tak berbeda dengan desain Kurikulum 2004. Penyebutan mata pelajaran IPA Terpadu dan IPS Terpadu belum mencerminkan desain integrated. •
Dari segi metode mengajar atau kegiatan belajar, dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1964 metode mengajar tak dicantumkan secara eksplisit tetapi
168
tercermin dalam ketentuan didaktik-metodik atau contoh dan penjelasan, sedangkan pada Kurikulum 1968 dalam gambaran kegiatan belajarmengajar. Pada Kurikulum 1975 metode mengajar dicantumkan pada kolom tersendiri, sedangkan pada Kurikulum 1984 metode mengajar dicantumkan pada kolom tersendiri dan tercermin pula pada contoh kegiatan belajar yang disarankan. Pada Kurikulum 1994, metode mengajar tak dicantumkan dalam kolom tersendiri, namun tergambar jelas pada contoh kegiatan belajar. Pada Kurikulum 2004, metode mengajar dan kegiatan belajar tak dicantumkan karena dokumen kurikulum nasional hanya terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dan materi pokok dan standar isi. Demikian pula, pada Kurikulum 2006, metode mengajar dan kegiatan belajar tak dicantumkan karena dokumen nasional hanya terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. •
Dari segi sumber belajar, Kurikulum 1947 – 1964 tak mencantumkan sumber belajar. Pada Kurikulum 1968 terkadang dicantumkan pula alat yang perlu digunakan pada judul Kegiatan / Alat, pada Kurikulum 1975 dicantumkan alat dan sumber bahan, pada Kurikulum 1984 dicantumkan alat, bahan, dan sumber. Pada Kurikulum 1994, alat, bahan, dan sumber tak dicantumkan secara eksplisit tapi tergambar dalam kegiatan belajar. Pada Kurikulum 2004 dan 2006 sumber belajar tak dicantumkan karena harus ditentukan guru dalam silabus.
•
Dari segi (alat) penilaian, Kurikulum 1947 – 1968 tak mencantumkan alat penilaian. Pada Kurikulum 1975 dicantumkan teknik dan alat penilaian dan dijabarkan pada pedoman penilaian. Pada Kurikulum 1984 dicantumkan alat penilaian dan dijabarkan pada pedoman penilaian. Pada Kurikulum 1994, alat penilaian tak dicantumkan. Seluruh penilaian dibahas dalam pedoman penilaian.
Pada Kurikulum 2004 alat penilaian tak dicantumkan karena harus ditentukan guru dalam silabus berdasarkan indikator kompetensi yang dicantumkan dalam kurikulum nasional. Pada Kurikulum 2006, indikator kompetensi dihapuskan dan diserahkan kepada guru untuk menyusunnya.
169
•
Dari segi penyajian, Kurikulum 1947 – 1968 disajikan secara naratif berupa uraian vertikal ke bawah. Sejak Kurikulum 1975 mulai diperkenalkan penyajian kurikulum dalam bentuk matriks, dalam format GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran). Bentuk sajian ini diteruskan ke Kurikulum 1984. Penyajian Kurikulum 1994 mulai kembali lagi ke bentuk naratif. Namun pada Kurikulum 2004, penyajian kembali ke bentuk matriks, bukan dalam format GBPP, tapi dalam format Kompetensi Dasar, Hasil Belajar (SD), Indikator, dan Materi Pokok. Format GBPP secara tak langsung tercermin dalam format silabus yang harus diisi oleh guru. Pada Kurikulum 2004 format tersebut disederhanakan ke dalam matriks 2 kolom, yaitu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
170
KRONOLOGI PERKEMBANGAN KURIKULUM: PENGEMBANG & CIRI-CIRI KURIKULUM Dilihat dari segi landasan hukum pengembangan kurikulum dapatlah disimpulkan berikut ini. z Landasan hukum perubahan kurikulum cenderung mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945, kecuali pada Kurikulum 1964 yang amat dipengaruhi pandangan politik Nasakom dan Manipol Usdek pada masa itu. Namun, kemudian terjadi koreksi pada Kurikulum 1968 dan dimantapkan pada Kurikulum 1975 dan kurikulum-kurikulum selanjutnya. z Kurikulum 1947 lahir melalui instruksi menteri, namun Kurikulum 1964 dan 1968 hanya melalui kata pengantar. Kurikulum 1975, 1984, dan 1994 lahir melalui keputusan menteri, namun Kurikulum 2004 lahir melalui kata pengantar. Kurikulum 2006 lahir melalui keputusan menteri. z Kurikulum 1984 dan 2004 lahir atas tuntutan baru dalam undang-undang pendidikan yang baru. z Kurikulum 1994, 2004, dan 2006 mengacu juga kepada peraturan pemerintah, di samping mengacu pula kepada undang-undang. z Dalam sejarah kurikulum tampaknya landasan hukum dari konstitusi s.d. keputusan menteri cenderung semakin lengkap. z Perubahan kurikulum merupakan keputusan politik karena kurikulum dipandang sebagai salah satu wahana strategis untuk merealisasi keputusan politik. Dilihat dari segi unsur-unsur kurikulum, pada prinsipnya tampak pendekatan pengembangan kurikulum pada 5 kurikulum berorientasi kepada kegiatan belajar sedangkan hanya 3 kurikulum yang berorientasi kepada tujuan. Amati diagram berikut ini!
171
Setelah ditelaah berbagai aspek kurikulum dari Bab I s.d. Bab VIII, dapatlah disimpulkan tentang kronologi perkembangan kurikulum di Indonesia, dalam hal ini ditinjau dari kurikulum SD sebagai fokus bahasan, yaitu tentang pengembang dan ciri-ciri kurikulum. Tabel 9.1 Kronologi Perkembangan Kurikulum di Indonesia Tahun 1947
Kurikulum
Keterangan
Rencana
Kurikulum pertama di Indonesia setelah
Pelajaran 1947
kemerdekaan. Pada dasarnya masih ada kemiripan dengan kurikulum HIS. Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
1954
1964
Rencana
Masih sama dengan kurikulum sebelumnya,
Pelajaran 1954
yaitu Rencana Pelajaran 1947
Rencana
Dasar pendidikan nasional: Pancasila &
Pendidikan
Manipol
Usdek
dan
introduksi
sistem
172
Tahun
1968
Kurikulum
Keterangan
1964
Pancawardhana
Kurikulum
Kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia.
1968
Beberapa mata pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial. Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPA) atau yang terkadang disebut Sains.
1975
1984
1994
2004
2008
Kurikulum
Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom
1975
yang sangat rinci.
Kurikulum
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
1984
dari kurikulum 1975
Kurikulum
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
1994
dari kurikulum 1984
Kurikulum
Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
Berbasis
sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah
Kompetensi
dijadikan uji coba dalam rangka proses
(KBK)
pengembangan kurikulum ini.
Kurikulum
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP,
Tingkat Satuan
karena
Pendidikan
mengadopsi KBK.
KTSP
sesungguhnya
telah
(KTSP) Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
(Sumber: Rosita Oktaviani pada http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2009/11/07/sejarah-kurikulumindonesia/)
173
Pengembang / penyusun kurikulum Tabel 9.2 Penyusun kurikulum-kurikulum di Indonesia Tahun 1947
Kurikulum
Pengembang / penyusun kurikulum
Rencana
Panitia
Penyelidik
Pengajaran
(Ketua
Pelajaran 1947
Menteri Ki Hadjar Dewantara dan sekretaris Soeganda Poerbakawatja). Anggota: para ahli pendidikan, pejabat Kementerian PP dan K, guru berpengalaman, wakil perguruan swasta, PGRI, dan lembaga pemerintah lainnya. Jumlah 50 orang. Hampir semuanya tokoh pendidikan di Yogyakarta, kecuali beberapa tokoh dari Jakarta, a.l. Prof Sarwono
dan
Prof
Soepomo.
Dalam
pelaksanaan tuas panitia ini terdiri dari 2 komisi, yaitu Komisi Penyelidik dan Komisi Pekerja yang anggotanya tumpah tindih bisa pada kedua komisi. 1954
1964
Rencana
Tak disebut di sini karena belum ditemukan
Pelajaran 1954
dokumen pendukung.
Rencana
Bagian Isi Pendidikan pada Direktorat
Pendidikan
Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan
1964
Sekolah Luar Biasa sebagai koordinator memanfaatkan lembaga-lembaga struktural Departemen Kebudayaan.
Pendidikan Untuk
Dasar
dan
mengintegrasikan
semua bahan kurikulum yang disusun dibentuk satu kelompok kerja beranggota sekitar 30 orang yang anggotanya mewakili
174
Tahun
Kurikulum
Pengembang / penyusun kurikulum lembaga yang bersangkutan dan secara ex officio
diketuai
Kepala
Bagian
Isi
Pendidikan. Turut dilibatkan pula Inspeksi Pendidikan
Taman
Kanak-kanak
dan
Sekolah Dasar dari provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, beberapa Kepala Inspeksi TK/SD kabupaten yang berpengalaman pendidikan
dalam
pembaharuan
keterampilan
di
daerah
percontohan kewajiban belajar (Pasuruan dan Tasikmalaya), Departemen Olahraga, Direktorat
Pendidikan
Kesenian,
dan
Departemen Agama. 1968
Kurikulum
Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah
1968
Dasar, dan Sekolah Luar Biasa, dalam hal ini Dinas Pendidikan Sekolah Dasar. Untuk pengolahan menjadi draft terakhir dibentuk kelompok
kerja
yang
sebagian
besar
anggotanya terdiri dari mantan anggota kelompok
kerja
penyusun
Rencana
Pendidikan 1964. 1975
Kurikulum
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
1975
Pendidikan
BP3K
Depdikbud.
Dibentuk
(Balitbang Tim
Dikbud)
Penyusunan
Kurikulum (sekitar 50 orang) yang terdiri dari 3 komponen, yaitu Tim Pengarah, Tim Pengembang
Bidang
Studi,
dan
Tim
Sanctioning. 1984
Kurikulum
Pengembangan Pengembangan Kurikulum
175
Tahun
Kurikulum 1984
Pengembang / penyusun kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud Depdikbud
1994
2004
Kurikulum
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
1994
Pendidikan Balitbang Dikbud Depdikbud
Kurikulum
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
Berbasis Kompetensi (KBK) 2008
Kurikulum
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Tingkat Satuan
yang pada dasarnya sama dengan KBK
Pendidikan
2004; hanya membuat perbaikan / perubahan
(KTSP)
seperlunya.
176
Ciri Utama Kurikulum Tabel 9.3 Ciri Utama Kurikulum-kurikulum di Indonesia
Kurikulum
Ciri Utama
Rencana Pelajaran
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
1947
yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Rencana
Pelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu
Pendidikan 1964
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968
Perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan fisik yang sehat dan kuat .
Kurikulum 1975
Menekankan tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode dan materi dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI, yang dikenal dengan istilah satuan pelajaran.
Kurikulum 1984
Menekankan pendekatan keterampilan proses dalam cara belajar siswa aktif. Walaupun kurikulum ini menekankan pendekatan proses tapi tujuan tetap penting.
Kurikulum 1994
1)
Penerapan sistem caturwulan.
2)
Berorientasi kepada materi pelajaran/isi.
3)
Bersifat populis: Memberlakukan satu sistem
kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Daerah dapat mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. 4)
Pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-
177
Kurikulum
Ciri Utama mengajar. 5)
Menekankan
pengembangan
konsep
dan
keterampilan memecahkan masalah. • Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara
Kurikulum Berbasis
individual maupun seluruh kelas.
Kompetensi 2004
• Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. • Pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-mengajar. • Penggunaan lingkungan dan beragam sumber belajar. • Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar • Penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam
pengembangan kompetensi. Kurikulum Tingkat
Kelanjutan KBK 2004. Perbedaannya, sekolah diberi
Satuan Pendidikan
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya
(KTSP) 2006
dengan mengacu pada standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabus.
(Sumber:
ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kuriklum-
indonesia-dari-1947-2006/)
178
REFLEKSI PERKEMBANGAN KURIKULUM SD DI INDONESIA Berdasarkan paparan dan uraian dari Bab I s.d. Bab IX, dikemukakan sejumlah kesimpulan dan pandangan yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi tentang perkembangan kurikulum sekolah dasar di Indonesia. Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda tampak berciri diskriminatif dan eksploitatif, membedakan-bedakan sistem persekolahan dan anak-anak sesuai dengan garis keturunan sesuai dengan strategi penjajah untuk melanggengkan kekuasaan di tanah jajahan melalui politik divide et impera. Pada masa pendudukan Jepang, walaupun singkat sistem persekolahan disederhanakan dan sistem sekolah dasar dijadikan satu dengan lama belajar 6 tahun. Di alam kemerdekaan, sistem pendidikan terus diperbaiki dan diperbaharui. Dari segi kurikulum telah dilakukan pergantian kurikulum dalam kurun waktu yang berbeda; ada yang panjang dan ada yang amat singkat. Perubahan kurikulum tampaknya ditentukan oleh faktor perubahan politik (khususnya yang bersifat ideologis), faktor pembangunan dan ekonomi, faktor perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan dan kebutuhan masyarakat, faktor adaptasi dengan tuntutan baru, dan faktor perlunya menerapkan hasil-hasil pembaharuan atau inovasi. Dari segi jumlah mata pelajaran secara sepintas tampak ada pengurangan jumlah mata pelajaran dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 karena diterapkannya desain bidang studi atau broad fields of subject matters. Namun, jika dilihat dari keluasan
dan
kedalaman
isi
berbagai
mata
pelajaran
tampaknya
ada
kecenderungan bertambahnya beban belajar bagi siswa. Kurikulum 1975 menandainya melonjaknya beban belajar per mata pelajaran dibandingkan dengan isi Kurikulum 1947, 1964, dan 1968 yang relatif sesuai dengan kemampuan “pikul” siswa SD. Prinsip beban belajar yang tidak terlalu berat bagi siswa yang dipertahankan pada tiga kurikulum terdahulu ternyata “jebol” pada Kurikulum 1975. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab
179
adalah kurangnya antisipasi dan perkiraan para pengembang kurikulum waktu menyusun pokok dan subpokok bahasan yang berciri judul atau topik tanpa rincian. Faktor penyebab lainnya adalah perasaan para pengembang seolah-olah “wajib” memasukkan materi yang telah ada pada buku-buku pelajaran yang telah terbit selama Repelita I dalam kurun waktu pelaksanaan Kurikulum 1968. Sejarah perkembangan kurikulum memperlihatkan bahwa perubahan dan tuntutan zaman mengakibatkan meningkatnya materi yang diajarkan kepada siswa. Walaupun telah ditempuh kiat penerapan desain broad-fields, penerapan pendekatan tematik pada kelas I s.d. III, penekanan kegiatan belajar dan kompetensi, materi pelajaran cenderung masih banyak, mengakibatkan semakin padatnya materi. Walaupun materi tampak berkurang pada Kurikulum 2004 dan 2006,
terlihat
kecenderungan
masih
padatnya
kompetensi
yang
harus
dikembangkan dalam diri siswa. Kecenderungan ini menuntut hal-hal yang melebihi kapasitas belajar siswa, dan membebani siswa secara berlebihan. Masalah ini melanggar hak asasi anak untuk beristirahat, bermain, berekreasi, dan berkarya seni budaya. (Lihat UU Perlindungan Anak).
Non multa sed multum. Yang lebih penting adalah mutu belajar, bukan banyaknya materi yang dipelajari.
180
Tampaknya pengembang kurikulum belum berani memangkas materi pelajaran dan kompetensi yang tak terlalu urgen dan relevan. Tampaknya pengembang kurikulum masih menganut pandangan keliru, bahwa semakin banyak dan semakin sering anak belajar semakin cerdas anak. Pandangan ini bertolak belakang dengan hasil riset, terutama tes internasional, yang menandaskan bahwa semakin lama anak belajar ternyata anak tidak semakin cerdas. Prestasi belajar anak justru tergantung dari ketepatan metode mengajar atau kegiatan belajar yang diterapkan. Karena itu, pendekatan belajar aktiflah yang seharusnya digalakkan dalam melaksanakan tiap kurikulum baru. Anekaragam kompetensi siswa tak mungkin bertumbuh-kembang dalam diri siswa melalui pola mengajar satu arah yang didominasi ceramah, pengerjaan soal, dan tes tertulis. Anekaragam kompetensi siswa hanya dapat dicapai melalui penerapan belajar aktif.
Dua gambar ini memperlihatkan perbedaan guru yang masih mengajar secara tradisional dan guru yang telah pendekatan belajar aktif. Apa makna perbedaan antara kedua guru ini, dilihat dari perbedaan bentuk dan besarnya mulut, telinga, dan mata?
181
Pembinaan profesional guru dalam menerapkan pendekatan belajar aktif selalu terkendala oleh masih dominannya penerapan bentuk tes tertulis, terutama pilihan ganda (multiple choice test) yang diterapkan sejak tengah 1980-an dalam EBTANAS dan diteruskan sampai dengan Ujian Nasional dewasa ini. Selama 40 tahun kita berpilihan ganda ria tanpa menyadari bahwa faktor inilah yang memerosotkan mutu pendidikan kita. Guru-guru di seluruh dunia cenderung menganut prinsip kerja teaching to test (mengajar sesuai dengan tuntutan tes, tuntutan ujian nasional). Jika kita tidak menggunakan faktor penggertak (trigger factor) melalui penerapan alat penilaian praktik unjuk kerja dan alat penilaian karya (hasil kerja) siswa, seperti English conversation, berpidato, memimpin lagu, percobaan / eksperimen IPA, penulisan karya ilmiah, problem-solving dalam matematika, dan portofolio dalam ujian nasional, upaya “raksasa” membina guru menerapkan belajar aktif sama seperti menggantang asap. Apalagi, jika kita terpeleset mengikuti usul penghapusan ujian nasional oleh para penentang ujian nasional, guru-guru, terutama guru berstatus PNS akan “tidur”, dan mimpi kita meningkatkan mutu pendidikan hanyalah tinggal mimpi untuk 50 tahun ke depan.
182
Jika evaluasi melalui UN hanya mengandalkan bentuk tes tertulis terutama pilihan ganda, terjadi pengurangan atau reduksi penilaian kompetensi yang dituntut kurikulum.
183
Jika evaluasi melalui UN mengadopsi juga bentuk penilaian yang berciri belajar aktif seperti penilaian unjuk kerja (praktik) dan hasil karya siswa, terjadi peningkatan kompetensi yang dituntut kurikulum.
Kurikulum berbasis kompetensi akhirnya diterapkan Setelah mengkaji perkembangan literatur, kurikulum, buku panduan, dan buku pelajaran negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Singapura, perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di negara-negara maju dapat digambarkan berikut ini.
Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di negara-negara maju Kurun Waktu
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
1910-an s.d. tengah 1960-an
1. Pendekatan berbasis materi (content-based approach)
Akhir 1960an s.d tengah 1980-an
2. Pendekatan berbasis kompetensi (competence - based approach) dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning approach)
Akhir 1980-an s.d. awal 1990-an
3. Pendekatan berbasis outcome (outcome - based approach)
Tengah 1990-an s.d. sekarang
4. Pendekatan
berbasis
standar
(standard - based
approach)
Sejarah
perkembangan
kurikulum
di
Indonesia
memperlihatkan
bahwa
pendekatan berbasis materi dilaksanakan sejak masa penjajahan Belanda, diteruskan sampai ke alam kemerdekaan, dan baru ditinggalkan pada tahun 2004.
184
Padahal, negara-negara maju telah meninggalkan pendekatan berbasis materi pada tengah 1960-an (pada waktu di Indonesia terjadi G30S/PKI). Baru pada tahun 2004 kita beralih ke pendekatan berbasis kompetensi setelah ketinggalan selama sekitar 40 tahun. Pendekatan berbasis kompetensi ini dianut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas setelah melewati pengalaman panjang pengembangan kurikulum secara profesional sejak awal 1970-an sampai awal 2000-an. Dengan diterapkannya pendekatan ini, dapatlah ditampung berbagai hasil inovasi kurikulum yang dilakukan Pusat Kurikulum, seperti eksperimentasi model PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) pada tahun 1975 s.d. 1984 di 8 IKIP (Padang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Ujung Pandang), inovasi pendidikan IPA, inovasi Pembinaan Profesional dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di SD di sejumlah kabupaten/kota di berbagai provinsi, pengembangan pendidikan luar biasa, TK, dan anak berbakat, pengembangan jaringan kurikulum di berbagai provinsi, dan keterlibatan Pusat Kurikulum dalam pengembangan muatan lokal keterampilan di Lampung, serta pengembangan dan diseminasi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) SD, yang mencakup manajemen sekolah, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), serta partisipasi masyarakat. Pada awalnya, ada pengembang kurikulum yang tertarik pada gagasan untuk langsung meloncat ke menerapkan kompetensi berupa outcome (hasil belajar siswa yang berdampak) atau pendekatan berbasis outcome. Namun, gagasan itu belum dilanjutkan dengan uji coba di lapangan. Dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi masih diterapkan standar kelulusan belajar minimal atau kriteria kelulusan minimal untuk menentukan seorang siswa lulus ulangan suatu mata pelajaran atau harus menempuh tes remedial. Dalam penerapan sistem evaluasi seperti ini, seorang siswa yang tak lulus tes harus diajarkan guru dengan metode atau kegiatan belajar yang berbeda (remedial teaching) sebelum siswa itu mengikuti tes remidial. Dalam pelaksanaan di sekolah tampaknya pengajaran remidial ini tidak dilakukan dan guru langsung memberi tes remedial setelah jeda waktu tertentu.
185
Sistem evaluasi seperti ini pernah diterapkan pada sekolah-sekolah PPSP pada 8 IKIP yang menerapkan sistem modul dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Jika seorang siswa tidak lulus tes, ia mengikuti pengajaran remidial dan kemudian tes remidial. Namun, pendekatan seperti ini tampaknya cocok dengan kurikulum berbasis materi yang lebih dominan menekankan ranah kognitif atau pengetahuan. Pengetahuan yang dipelajari siswa dapat langsung dites untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap pengetahuan itu. Namun, untuk pengembangan kompetensi diperlukan waktu yang lebih panjang dan guru membimbing siswa sambil memberikan umpan balik. Selain itu, dalam penilaian digunakan portofolio hasil kerja siswa. Hasil penilaian akhir pendekatan kompetensi adalah melaporkan posisi siswa dalam rentang penguasaan kompetensi. Karena itu, penggunaan standar atau kriteria ketuntasan minimal tidak relevan diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi. (Lihat juga Belen S, Kompetensi, Indikator & Penilaian dalam Belajar Aktif KTSP, 2008).
Dari learning about ke learning from yang tidak hanya berakhir pada kompetensi tapi bertransformasi kepada kebijaksanaan yang amat penting dalam hidup
186
Belajar aktif dalam pendekatan kompetensi lebih menekankan know how daripada know what, namun pada era ledakan Iptek dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tampaknya know where akan lebih menuntut perhatian dan penekanan. Ledakan informasi yang luar biasa melalui jaringan internet menuntut pembekalan siswa mencari di mana terdapat informasi itu (know where) untuk meningkatkan know what dan know how. Selain itu belajar know where berarti juga pentingnya konteks belajar yang mendorong siswa gemar belajar.
Roda-roda dalam “weker” kita belum semuanya berputar Sistem pendidikan itu ibarat weker yang berfungsi dengan lancar dan efektif jika semua rodanya berputar untuk menggerakkan jarum jam. Salah satu kelemahan strategis yang selalu terulang dalam pembenahan sistem pendidikan Indonesia dan peningkatan mutu pendidikan adalah dibenahinya “roda-roda” tertentu tetapi dilalaikan perbaikan “roda-roda” yang lain. Kita membenahi “roda” kurikulum. “roda” pengadaan jumlah guru yang memadai, “roda” pembangunan gedung dan prasarana sekolah lainnya, serta “roda” pengadaan alat peraga dan alat praktikum. Namun, kita melalaikan perbaikan “roda” pengembangan kemampuan profesional guru, kepala sekolah, dan pengawas, “roda” pendanaan kebutuhan proses belajar-
187
mengajar, “roda” kesejahteraan guru, “”roda” peningkatan mutu lembaga pendidikan guru.
Untuk mensinergikan perputaran “roda-roda weker” pendidikan, diperlukan konsistensi kebijakan, profesionalisme dalam mengurus pendidikan, keberanian melakukan terobosan, dan kerendahan hati mengikuti panggilan hati untuk berpihak kepada anak didik.
188
Daftar Pustaka 1. Belen S (2005). Apa, Mengapa, dan Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas 2. Belen S (2005). Silabus dalam KBK (Kurikulum 2004), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas 3. Belen S (2008). “Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia: Masih menyisakan sederet masalah”, artikel pada Buku Agenda Penerbit Erlangga 2008, Jakarta: Penerbit Erlangga 4. Belen S (2008). Kompetensi, Indikator & Penilaian dalam Belajar Aktif KTSP, Jakarta: Kegiatan Peningkatan Wawasan Keagamaan (PWK) Ditjen Mandikdasmen Depdiknas 5. BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP 6. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku I: Ketentuanketentuan Pokok, Jakarta: Balai Pustaka 7. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku II.F: Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Balai Pustaka 8. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku III.A.2: Model Satuan Pelajaran, Jakarta: Balai Pustaka 9. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku III.A.1: Pedoman Khusus, Jakarta: Balai Pustaka 10. Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Kelas IV Sekolah Dasar (SD), Jakarta: Depdikbud (Lapiran II Kepmendikbud No. 060/U/1993 Tanggal 25 Februari 1993) 11. Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta: Depdikbud 12. Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kebijaksanaan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas 13. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas 14. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Naskah Akademik, Jakarta: Depdiknas 15. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Depdiknas
189
16. Depdiknas (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2006 – Pelaksanaan Permen No. 22 dan 23, Jakarta: Depdiknas 17. Direktorat Pendidikan Dasar / Prasekolah, Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (1964). Rencana Pendidikan Sekolah Dasar 1964, Jakarta. 18. Direktorat Pendidikan Prasekolah / Sekolah Dasar / SLB Ditjen Pendidikan Dasar Depdikbud (1968). Kurikulum Sekolah Dasar 1968, Jakarta 19. Djojonegoro
Wardiman
(1996).
Lima
Puluh
Tahun
Perkembangan
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Balitbang Depdikbud 20. Dokumen-dokumen yang relevan dari Kurikulum 1952, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 pada Pusat Dokumentasi Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas, Jakarta 21. ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kurikulum-
indonesia-dari-1947-2006/ 22. Foto-foto dari Tropenmuseum yang diambil dari internet 23. Hasibuan YY & Belen S (1979). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Buku I Teori & Praktik, Buku II Studi Analisa Kurikulum SD 1968, Buku III Studi Analisa Kurikulum SD 1975, IKIP Malang
24. http://singlawas.blogspot.com/2008_11_01_archive.htmlhttp://www.ngobr olaja.com/showthread.php?t=119659 25. http://www.uang-kuno-indonesia.com/2010_04_01_archive.html 26. http://www.uni.edu/~bian/curri/day%20three%20curriculum.ppt:
R.W.
Tyler, Basic principles and instruction. (Chicago: University of Chicago Press, 1949. 27. Jasin Anwar (1987). Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar sejak Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka 28. Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (1952). Rencana Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat III dan VI Tahun, Jakarta. 29. Kementerian
Pendidikan,
Pengajaran,
dan
Kebudayaan
(1954).
Dasar
Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta.
190
30. Marzano Robert J & Kendall John S (1996). A Comprehensive Guide to Designing Standards-Based Districts, Schools, and Classroonms, Virginia: ASCD & Colorado: McRel. 31. National Institute for Educational Research (NIER) (1999). An International Comparative Study of School Curriculum, Tokyo : NIER.
32. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1984). Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta. 33. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1985). Kurikulum 1984: Pedoman Proses Belajar-Mengajar, Jakarta. 34. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1986). Kurikulum Sekolah Dasar (SD): Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 35. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2001). Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Edisi Agustus 2003, Jakarta. 36. Ramli Murni, “Primary School System in Java Before and Under
Japanese Occupation (1940 – 1944)”, Bandung: International Journal of History Education No 1. Vol. XI, June 2010. 37. Ryzki Wiryawan M yang diambil dari P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi Yubileum, Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987 38. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
39. Wikipedia
bahasa
Indonesia,
ensiklopedia
bebas
http:
//id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-Inlandsche_School
191