Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014
Analisis Historiografis Pada Buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Arifin Suryo Nugroho 1, Sumiyatun Septianingsih2 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Historiografis Pada Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum Tahun 2013. Tujuan penelitian untuk mengetahui materi yang terkandung dalam Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas X kurikulum 2013, mengetahui pendekatan yang digunakan dalam penulisan Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas X kurikulum 2013, dan mengetahui bentuk penulisan seperti apa yang dikembangkan dalam penulisan Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas X kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis kualitatif dengan metode studi dokumen. Obyek penelitian ini adalah buku Sejarah Indonesia kelas X kurikulum 2013 yang merupakan buku wajib ajar dari Kemendikbud berdasarkan kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode studi dokumen. Sementara teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi, yang terdiri dari 3 teknik macam trianggulasi yaitu (1) trianggulasi data, (2) trianggulasi metode dan (3) trianggulasi teori. Hasil penelitian ini berdasarkan hasil analisis historiografi terhadap buku pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya buku tersebut sudah menggunakan pendekatan kronologis dan tematis. Hanya sesuai dengan pengembangan materi sejarah model ini, penggunaan spirial konsentris yang membahas peristiwa sejarah yang makin tinggi, makin dalam, dan makin meluas tidak tampak dalam penulisan sejarah. Untuk model penulisan tematis, tidak secara rinci dituliskan pembahasan mengarah pada salah satu bidang tematis. Peneliti mengkaji bahwa dalam pembahasan materi tersirat tema-tema sejarah, seperti tema politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain sebagainya. Sementara itu, bentuk penulisan sejarah yang ada, buku teks sejarah dapat dikategorikan dalam empat bentuk yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, argumentasi atau bahasan, dan eksposisi atau paparan. Dari bentuk-bentuk penulisan itu, bentuk penulisan pada buku sejarah pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 mayoritas mengarah pada bentuk narasi dan deskripsi. Kata Kunci: analisis historiografis, buku teks Sejarah Indonesia, kurikulum 2013 PENDAHULUAN Perkembangan historiografi Indonesia dari neerlandosentrisme, etnosentrisme, indonesiasentrisme sampai pada saintifisme, merupakan bentuk dari bagaimana jiwa zaman mempengaruhi pada penulisan sejarah hingga saat ini. Isu terbaru yang terbungkus dalam Implementasi kurikulum 2013 akhir-akhir ini adalah disusun dan diseragamkannya buku teks mata pelajaran tingkat SD, SMP, SMA sederajat oleh Departemen Pendidikan Nasional. Buku teks tersebut wajib dipakai oleh sekolah sebagai bagian dari implementasi kurikulum 2013. Penulisan buku sejarah dipengaruhi oleh semangat implementasi kurikulum 2013. Dalam pengantarnya di dalam buku siswa, Menteri Pendidikan M. Nuh (Kemendikbud RI, 2013) menyatakan bahwa Buku Teks Sejarah Indonesia bukan berisi materi pembelajaran yang dirancang hanya untuk mengasah kompetensi pengetahuan peserta didik, namun membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang dimensi ruang-waktu perjalanan sejarah Indonesia, keterampilan dalam menyajikan pengetahuan yang dikuasainya secara konkret dan abstrak, serta sikap menghargai jasa para pahlawan yang telah meletakkan pondasi bangunan negara Indonesia beserta segala bentuk warisan sejarah, baik benda maupun tak benda. Sehingga diharapkan terbentuk pola pikir peserta didik yang sadar sejarah. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis buku teks pelajaran Sejarah Indonesia yang digunakan di SMA kelas X dalam sudut pandang historiografis. Analisis historiografis maksudnya adalah peneliti akan melakukan analisis bagaimana buku-buku teks pelajaran sejarah tersebut merekonstruksi peristiwaperistiwa sejarah yang didasarkan kaidah-kaidah keilmiahan dari ilmu sejarah. Buku-buku teks pelajaran sejarah yang akan diteliti adalah buku teks pelajaran Sejarah Indonesia yang disusun oleh Depdikbud dan digunakan di SMA kelas X Kurikulum 2013.
194
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis kualitatif dengan metode studi dokumen. Obyek penelitian ini adalah buku Sejarah Indonesia kelas X kurikulum 2013 yang merupakan buku wajib ajar dari Kemendikbud berdasarkan kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode studi dokumen. Sementara teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi, yang terdiri dari 3 teknik macam trianggulasi yaitu (1) trianggulasi data, (2) trianggulasi metode dan (3) trianggulasi teori. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Materi Sejarah yang Terkandung di dalam Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Dalam sebuah pembelajaran tidak terkecuali pembelajaran sejarah, materi berperan sangat penting. Karena faktor tersebutlah, materi sejarah yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, baik pendidikan dasar maupun menengah harus mencerminkan tujuan pembelajaran yang seungguhnya sesuai dengan perkembangan usia peserta didik yang bersangkutan. Baik dari dimensi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian, proses penalaran ilmu pengetahuan khususnya sejarah, dapat berjalan efektif. Kochhar juga mengungkapkan bahwa materi sejarah yang diajarkan disekolah harus disesuaikan dengan psikologi perkembangan peserta didik. Dan sejarah juga diyakini dapat dipelajari dengan benar dan tepat melalui proses perkembangan—tokoh, peristiwa dan gagasan, dan kesemuanya berperan untuk menciptakan sejarah. Upaya ini terutama digunakan dalam menyeleksi materi. Kochhar menyebutnya sebagai spiral belajar kumulatif tiga tahap (Kochhar, 2008:75-76). Sebagaimana dijelaskan oleh Sartono Kartodirdjo (1992: 54), bahwa materi sejarah merupakan sebuah konstruk yang selalu merupakan suatu kesatuan yang koheren. Koherensi itu mengandung tuntutan bahwa unsur-unsur (fakta-fakta) terkumpul tetapi tidak lepas dari satu sama lain, yaitu adanya hubungan yang saling megaitkan unsur-unsur itu, sehingga pada dasarnya saling ketergantungan (interdependensi), terutama fungsi-fungsinya. Kesemuanya berfungsi untuk mendukung fungsi secara totalitas. Dari pemaparan buku teks Sejarah Indonesia untuk Guru kelas X secara spesifik dengan urutan penjabaran sebagai berikut: 1.Bab I, memuat materi “Menelusuri Peradaban Awal Kepulauan Indonesia”. 2.Bab II, memuat materi “Pedagang, Penguasa dan Pujangga Pada Masa klasik (Hindhu-Buddha)”. 3.Bab III, memuat materi “Islamisasi dan Silang Budaya di Kepulauan Indonesia”. Urutan kompetensi dasar dan indikator dapat diurutkan lebih khusus. Secara spesifik materi-materi tersebut terurai seperti tabel berikut ini. Pendekatan yang digunakan dalam Penulisan Buku Teks Sejarah Kelas X Kuikulum 2013 Berdasarkan kajian pendekatan dalam penulisan teks pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 (Buku untuk Siswa) yang dikaji, secara teoretis terbagi ke dalam dua bagian, yaitu kronologis dan tematik. Dalam artikel ini, tidak seluruh contoh hasil kajian ditunjukkan, tetapi hanya mengambil salah satu saja dari bagian yang dikaji.
195
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Tabel 1. Deskripsi Materi Sejarah Indonesia Kelas X No
Kategori Bab I. Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia
Penjabaran Materi 1. Pra mengenal tulisan 2. Terbentuknya kepualauan Indonesia 3. Manusia Purba (di Sangiran dan Trinil Jatim) 4. Perkembangan teknologi manusia Purba 5. Kehidupan sosial, ekonomi dan kepercayaan manusia Purba 6. Kedatangan Deutro dan Protomelayu
II. Pedagang, Penguasa dan Pujangga Pada Masa Klasik (Hindhu dan Buddha).
1. Dari lembah Indus sampai Muarakaman (lahirnya agama Hindhu, Buddha dan pengaruhnya terhadap masyarakat Nusantara) 2. Kerajaan-kerajaan pada masa Hindhu-Buddha (Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng dan dinasti Warmadewa Bali). 3. Terbentuknya jaringan Nusantara melalui perdagangan 4. Akulturasi kebudayaan Nusantara da Hindhu-Buddha (bidang bangunan, seni rupa dan ukir, sastra dan aksara, kepercayaan dan pemerinathan.
III. Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara
1. Kedatangan Islam di Nusantara 2. Islama dan jaringan perdagangan antarpulau 3. Islam masuk Istana Raja a. Kerajaan Islam di Sumatera b. Kerajaan Islam di Jawa c. Kerajaan Islam di Kalimantan d. Kerajaan Islam di Sulawesi e. Kerajaan Islam di Maluku f. Kerajaan Islam di Papua g. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara 4. Terbentuknya jaringan keilmuan Nusanatara 5. Akulturasi budaya Islam (seni bangunan, seni ukir, aksara dan sastra, kesenian dan kalender). 6. Islam dan proses integrasi a. Peranan ulama dalam proses integrasi b. Peran perdagangan antarpulau c. Peran bahasa (Sumber: Buku Sejarah Indonesia untuk Siswa diadaptasi, Kemendikbud RI 2013: hal.v-vii) 1. Model Pendekatan kronologis Model pendekatan kronolologis merupakan salah satu model atau pola umum yang berorientasi kepada pengorganisasian materi pengajaran sejarah sebagai suatu pengembangan atas dasar urutan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah diorganisir atau diprogram berturutturut dari zaman pra sejarah-proto sejarah sampai sejarah kontemporer. Dalam pengembangan materi sejarah model ini, penggunaan pendekatan spiral konsentris dapat disajikan untuk membahas peristiwa sejarah yang makin tinggi, makin dalam, dan meluas. Ciri dari pengembangan materi model kronologis adalah adanya pengembangan atas dasar urutan tahun terjadinya peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk memudahkan apa yang terjadi dengan kehidupan manusia, dibuatlah periodisasi. Maksud dibuat periodisasi adalah untuk memudahkan penjelasan bagaimana perkembangan manusia dari waktu ke waktu. Periodisasi ini semacam serialisasi rangkaian menurut urutan zaman. Dengan demikian, konsep periodisasi yang tepat untuk mengurutkan suatu peristiwa adalah model kronologis. Dengan periodisasi model kronologis dapat diketahui ciri khas atau karakteristik kehidupan manusia pada masing-masing periode dan secara garis besar suatu peristiwa akan mudah dipahami. Dalam periodisasi ini akan diketahui perkembangan kehidupan manusia, kesinambungan antara periode yang satu dengan yang periode berikutnya, dan adanya perubahan dari satu periode ke periode berikutnya. Buku Sejarah Kurikulum 2013 terdapat tiga peristiwa sejarah dalam sejarah Indonesia yang disusun secara kronologis dan dibagi dalam tiga bab yakni periode peradaban awal di kepulauan 196
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Indonesia, periode Hindu-Buddha, periode Islamisasi dan Silang budaya. Berdasarkan hasil kajian model kronologis sebagai contohnya pada materi masa pra aksara di Indonesia. Dalam buku ini tidak lagi menggunakan istilah prasejarah. Menurut penulis buku, lebih tepat menggambarkan masa awal Indonesia dengan istilah praaksara. Hal ini dapat dilihat pada halaman 2 sebagai berikut : Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan adalah kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah prasejarah. Kronologisasi dalam penulisan sejarah masa pra aksara dimulai dari identifikasi masa terkait rentang waktu masa praaksara. Dalam buku dijelaskan zaman praaksara dimulai sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Zaman praaksara berakhir setelah manusianya mulai mengenal tulisan meskipun diakui sampai sekarang para ahli belum dapat secara pasti menunjuk waktu kapan mulai ada manusia di muka bumi ini. Kronologi perjalanan kehidupan di permukaan bumi rentang waktunya sangat panjang. Bumi sekarang diperkirakan mulai terjadi sekitar 2.500 juta tahun yang lalu. Kemudian menurut buku ini (hlm. 5), batasan masa praaksara selesai pada abad ke-4, ketika Prasasti Yupa menjadi pertanda berdirinya kerajaan Kutai. Sudah barang tentu zaman praaksara itu berakhir setelah kehidupan manusia mulai mengenal tulisan. Terkait dengan masa berakhirnya zaman praaksara masing-masing tempat akan berbeda. Penduduk di Kepulauan Indonesia baru memasuki masa aksara sekitar abad ke-4 dan ke-5 M. Hal ini jauh lebih terlambat bila dibandingkan di tempat lain misalnya Mesir dan Mesopotamia yang sudah mengenal tulisan sejak sekitar tahun 3000 SM. Fakta-fakta masa aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Penyusunan periodisasi tergantung pada jenis sejarah yang akan ditulisnya. Periodisasi dapat disusun berdasarkan perkembangan politik, sosial-ekonomi, kebudayaan, agama, dan sebagainya. Dalam historiogafi pada buku Sejarah Kurikulum 2013 kelas X ini, penulis sudah berusaha mengadopsi pendekatan ilmu-ilmu sosial itu. Perkembangan politik misalnya pada periode kerajaan-kerajaan HinduBuddha dan periode Islam. Periode kerajaan Hindu-Buddha mulai dari kerajaan tertua yaitu Kutai sampai dengan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali, Kerajaan Hindu terakhir di Nusantara setelah runtuhnya Majapahit. Akhir dari kerajaan Majapahit di Jawa, menjadi tanda masuknya periode kerajaan-kerajaan Islam. Dalam setiap periode kerajaan tersebut diceritakan tentang kekuasaan raja-raja khususnya yang berperan besar. Periodisasi berdasarkan sosial ekonomi masih dapat terlihat pada materi pada buku Sejarah Kurikulum 2013 kelas X misalnya, dalam Bab I melihat perkembangan kehidupan manusia mulai dari masa berburu, mengumpulkan makanan, mulai menanam, berkebun atau bersawah sampai dengan masa produksi. Pada setiap periode tersebut memiliki karakteristiknya. Masa berburu dan mengumpulkan makanan misalnya masa dimana manusia masih tergantung pada alam. Untuk mencapai kebutuhannya kehidupan manusia tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Kehidupan sosial pada masa berburu yaitu berkelompok-kelompok dan berpindah-pindah atau nomaden. Masa berkebun atau bersawah kehidupan manusia sudah mulai menetap, karena manusia sudah mampu mengolah alam dalam bentuk berkebun atau bersawah. Kehidupan sosial-ekonominya, sudah tidak lagi tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Ada proses produksi walaupun masih sederhana. Pada bab II uraian terkait perkembangan ekonomi ditekankan pada terbentuknya jaringan nusantara melalui perdagangan yang dijalin oleh raja-raja nusantara masa Hindu-Buddha yang dijelaskan secara kronologis mulai terbentuknya jalur laut hingga pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antarpulau yang kemudian melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara pada abad ke-16. Pada Bab III, proses Islamisasi diuraikan tanpa melepaskan pengaruh ekonomi dalam jaringan perdagangan nusantara pada masanya. Dimulai dengan penjelasan bahwa jaringan perdagangan di nusantara sudah berlangsung sejak abad-abad pertama Masehi sampai dengan abad ke-16. Dalam membahas materi ini, buku ini telah menggunakan pendekatan kronologis dengan menguraikan pembabakan. Untuk menjelaskan proses evolusi bumi dalam materi Peradaban Awal di kepulauan Indonesia misalnya, dibagi dalam beberapa periode sebagai berikut.
197
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 a. Azoicum, yaitu zaman sebelum adanya kehidupan, b. Palaezoicum, yaitu zaman purba tertua, sudah meninggalkan fosil flora dan fauna (berlangsung 350 juta tahun), c. Mesozoicum, yaitu zaman purba tengah, hewan mamalia,amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada (berlangsung 140 juta tahun), d. Neozoicum, yaitu zaman purba baru (dimulai sejak 60 juta tahun yang lalu) yang dibagi dalam zaman tersier dan quarter. Materi zaman kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan Islam, juga memiliki kronologisasi yang jelas. Masa Hindu-Buddha di awali dengan penjelasan materi lahirnya agama Hindu-Buddha hingga masuknya ke nusantara. Kemudian perkembangan kerajaan bercorak Hindu-Buddha dimulai secara kronologis dari Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kediri, Singhasari, Majapahit, Buleleng dan Dinasti Warmadewa di Bali. Penjelasan materi masa Hindu-Buddha diakhiri dengan uraian tentang akulturasi kebudayaan Nusantara dan Indonesia. Alur kronologi yang hampir serupa juga disajikan dalam penjelasan materi zaman Islam. Diawali dengan kedatangan Islam di Nusantara, hingga berpengaruh terbentuknya kerajaan di Nusantara yang bercorak Islam. Kerajaan Islam dijelaskan dalam bingkai kronologi sesuai tempat dimana kerajaan itu berdiri. Misalnya, pertama dijelaskan kerajaan yang berkembang di Sumatera dimulai dari Kerajaan Samudera Pasai (1270 M), Kesutanan Aceh Darussalam (1520 M). Kemudian kerajaan Islam di Jawa, dijelaskan pertama adalah Kerajaan Demak (1500 M) Kerajaan Mataram (1520 M), Kesultanan Banten (1526 M). Di pulau Kalimantan terdapat Kerajaan Islam Tanjungpura dan Lawe (1512 M). Di Sulawesi dijelaskan Kerajaan Goa Tallo (1605 M), di Maluku dijelaskan Kerajaan Ternate Tidore . Di Papua, kerajaan Islam meliputi Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati, Kerajaan Sailolof, Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati, Kerajaan Kowiai, Kerajaan Aiduma, dan Kerajaan Kaimana. Kerajaan itu diperkirakan berkembang pada pertengahan abad ke-15. Kemudian yang terakhir yaitu Kerajaan Islam di Nusa Tenggara, meliputi Kerajaan Lombok dan Sumbawa (1618 M). Pendekatan kronologis yang bersifat kontinuitas ditampilkan dalam beberapa materi. Pengertian kontinuitas artinya antar suatu fakta sejarah atau peristiwa memiliki hubungan kesinambungan. Misalnya dalam materi tentang kerajaan Hindu-Buddha di Jawa khususnya pada kerajaan Mataram Kuno hingga Kerajaan Majapahit. Raja-raja Mataram Kuno yang dimulai dari Dinasti Sanjaya dan Syailendra, Kerajaan Singasari dan raja-raja Majapahit memiliki hubungan geneologis. Penyajian materi sejarah dengan pendekatan kronologis dalam buku Sejarah Indonesia Kelas X ini akan menjadi lebih baik apabila dilengkapi peta konsep maupun pohon silsilah. Untuk menjelaskan silsilah raja-raja misalnya, akan sangat baik jika disajikan pula dalam pohon silsilah. Hal ini akan sangat membantu pemahaman siswa terkait silsilah para raja di nusantara yang memiliki pola hubungan genealogis. Sangat disayangkan dalam buku ini tidak terdapat peta konsep maupun pohon silsilah. 2. Model Pendekatan Tematis Dijelaskan diawal bahwa pada hakikatnya ilmu sejarah bukanlah sebuah keilmuan yang berdiri sendiri dalam menjelaskan permasalahan yang menggelutinya. Namun demikian bukan berarti ilmu sejarah tidak mampu mandiri tanpa mempunyai identitas. Sebagai bagian dari ilmu kemanusiaan (humaniora), ia mempunyai ikatan yang cukup kuat dengan ilmu-ilmu lain, baik ilmu politik, antropologi, sosiologi, ekonomi, psikologi, geografi dan lainnya. Ilmu-ilmu sosial tersebut yang kemudian mempengaruhi tulisan sejarah dalam menyajikan sudut pandang tematisnya. Model ”tematis” adalah salah satu model dalam mengembangkan materi bahan ajar atau pelajaran sejarah. Model ini mengembangkan tema-tema kehidupan masyarakat yang bermanfaat bagi pengembangan potensi-potensi tertentu, seperti nilai-nilai bagi potensi individu, potensi kemasyarakatan, intelektual, emosional, religius, atau dipusatkan kepada hal-hal yang sangat menarik perhatian peserta didik. Jika disederhanakan, materi dikelompokan pada tema-tema, di antaranya politik, militer, sosial, ekonomi, budaya, intelektual, pendidikan, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Sejarah Indonesia Kelas X, penulis buku ini tampaknya sudah berusaha meninggalkan tradisi penulisan sejarah dengan dominasi tema politik. Secara sederhana tema politik biasanya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam kekuasaan terdapat berbagai komponen misalkan penguasa atau pemerintah, sistem pemerintahan, parlemen, undang-undang, partai politik, negara, kerajaan, dan lain-lain. Sajian historiografi dalam buku Sejarah Indonesia Kelas X ini sudah mempertimbangkan tema sosial, ekonomi, budaya untuk disajikan secara berimbang di samping tema politik. 198
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Tema sosial, ekonomi, dan budaya cukup dominan dalam penulisan sejarah masa praaksara, masa Hindu-Buddha, maupun masa Islam di buku ini. Kehidupan masa Praaksara misalnya dijelaskan secara cukup detail dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Kehidupan sosial misalnya, selama ratusan ribu tahun sejak zaman tua sampai zaman batu tengah masyarakat prasejarah indonesia hidup sebagai masyarakat nomaden. Mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk berburu dan mencari makanan (hlm. 39-41). Pada halaman 41-51 menyajikan pembahasan seputar bidang ekonomi dan budaya. Dijelaskan bahwa perkembangan teknologi bahwa secara evolusioner mereka telah bisa membuat serta menggunakan batu perimbas serta alat-alat lainnya untuk berburu dan meramu makanan.Untuk menunjang kehidupan ekonomi masa menetap, manusia prasejarah menciptakan alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menunjang pengolahan makanan sebelum dikonsumsi masyarakat prasejarah telah memiliki kepandaian membuat gerabah. Perubahan dari masyarakat nomaden dan food gathering ke masyarakat bercocok tanam atau tradisi food producing berjalan secara evalusioner. Evolusi tersebut masih dipengaruhi oleh waktu yang panjang, perubahan dalam kemampuan berpikir serta berbagai tantangan alam yang dihadapi. Dalam masyarakat yang hidup menetap, pada saat bercocok tanam diperlukan pembagian tugas untuk itu diperlukan organisasi sosial. sistem kepercayaan manusia prasejarah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme melalui daya berpikirnya tentang suatu kejadian atau gejala-gejala alam. Selain tema politik yang dijelaskan dalam Bab II dan III, tema ekonomi dan budaya banyak memperoleh perhatian. Dijelaskan dalam buku ini, silang budaya Nusantara di zaman praaksara terlihat jelas ketika masuknya pengaruh budaya Austronesia. Sebagian besar dimungkinkan berkat posisi silang letak geografis Nusantara (di antara dua benua dan dua samudera). Pola itu diulangi lewat integrasi budaya dominan seperti Hindu-Buddha. Sistem ekonomi dan budaya yang kemudian berkembang di Indonesia mulai abad ke-5 sebagai akibat dari hubungan interaksi antara budaya Nusantara dan HinduBuddha. Dalam bab III, tema sosial budaya menjelaskan akulturasi antara kebudayaan pra-Islam dengan ketika Islam masuk, baik berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir atau pahat, dan karya sastra maupun yang menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya. Dalam bidang kebudayaan, umat Islam mempunyai ciri yang khusus dari budaya material (material culture) dalam kehidupan sehari-hari, sampai kepada budaya spiritual (spiritual culture). Kesinambungan antara tradisi Islam dengan tradisi budaya spiritual pra-Islam sedikit banyak diwarnai dengan tradisi Hindu, Buddha, dan bahkan tradisi keagamaan spiritual lokal. Bentuk Penulisan yang Dikembangkan dalam Penulisan Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Berdasarkan hasil analisis historiografi, bentuk penulisan teks sejarah dalam buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2014 dapat dikatagorikan dalam empat bentuk yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, argumentasi atau bahasan, dan eksposisi atau paparan. 1. Narasi Narasi ialah penulisan sejarah yang hanya menekankan pada urutan waktu, rangkaian peristiwa dari awal hingga akhir cerita. Penulisan model ini hampir sama dengan penulisan sejarah kronologis, sehingga urutan waktu dalam peristiwa tampak terlihat. Materi-materi sejarah yang berbentuk tulisan narasi seperti ini banyak ditemukan dalam buku ini, diantaranya untuk menuliskan materi seperti terbentuknya jaringan nusantara melalui perdagangan, kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha, terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara, dan Kerajaan-kerajaan Islam. Berikut ini contoh bentuk penulisan narasi (hlm. 147-148) Pada abad ke-15, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Muslim di Gowa terutama Raja Gowa Muhammad Said (1639-1653) dan putra penggantinya, Hasanuddin (1653-1669) telah menjalin hubungan dagang dengan Portugis. Bahkan Sultan Muhammad Said dan Karaeng Pattingaloang turut memberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan Fr. Vieira, meskipun mereka beragama Katolik. Kerjasama ini didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku. Hubungan Ternate, Hitu dengan Jawa sangat erat sekali. Ini ditandai dengan adanya seorang raja yang dianggap benar-benar telah memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1500) yang pernah belajar di Madrasah Giri. Ia dijuluki sebagai Raja Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku sebagai persembahan. Cengkih, pala, dan bunga pala (fuli) hanya terdapat di 199
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Kepulauan Indonesia bagian timur, sehingga banyak barang yang sampai ke Eropa harus melewati jalur perdagangan yang panjang dari Maluku sampai ke Laut Tengah. Cengkih yang diperdagangkan adalah putik bunga tumbuhan hijau (szygium aromaticum atau caryophullus aromaticus) yang dikeringkan. Satu pohon ini ada yang menghasilkan cengkih sampai 34 kg. Hamparan cengkih ditanam di perbukitan di pulau-pulau kecil Ternate, Tidore, Makian, dan Motir di lepas pantai barat Halmahera dan baru berhasil ditanam di pulau yang relatif besar, yaitu Bacan, Ambon dan Seram. Meningkatnya ekspor lada dalam kancah perdagangan internasional, membuat pedagang nusantara mengambil alih peranan India sebagai pemasok utama bagi pasaran Eropa yang berkembang dengan cepat. Selama periode (1500-1530) banyak terjadi gangguan di laut sehingga bandar-bandar Laut Tengah harus mencari pasokan hasil bumi Asia ke Lisabon. Oleh karena itu secara berangsur jalur perdagangan yang ditempuh pedagang muslim bertambah aktif, ditambah dengan adanya perang di laut Eropa, penaklukan Ottoman atas Mesir (1517) dan pantai Laut Merah Arabia (1538) memberikan dukungan yang besar bagi berkembangnya pelayaran Islam di Samudera Hindia. Meskipun banyak kota bandar, namun yang berfungsi untuk melakukan ekspor dan impor komoditi pada umumnya adalah kota-kota bandar besar yang beribu kota pemerintahan di pesisir, seperti Banten, Jayakarta, Cirebon, Jepara - Demak, Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Banjarmasin, Malaka, Samudera Pasai, Kesultanan Jambi, Palembang dan Jambi. Kesultanan Mataram berdiri dari abad ke-16 sampai ke18. Meskipun kedudukannya sebagai kerajaan pedalaman namun wilayah kekuasaannya meliputi sebahagian besar pulau Jawa yang merupakan hasil ekspansi Sultan Agung. Kesultanan Mataram juga memiliki kota-kota bandar, seperti Jepara, Tegal, Kendal, Semarang, Tuban, Sedayu, Gresik, dan Surabaya. 2. Deskripsi Deskripsi atau perian adalah bentuk penulisan yang berusaha menggambarkan latar sejarah tertentu dalam periode tertentu. Melalui perian, siswa diharapkan ikut melihat, mendengar sebagaimana yang dilihat, dirasakan, dan didengar oleh penulis sejarah. Dalam praktiknya, deskripsi sering dikombinasikan dengan narasi, argumentasi, dan eksposisi. Berdasarkan hasil kajian teks, materi yang dideskripsikan antara lain mengenai terbentuknya kepulauan Indonesia, latar belakang perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia, terbentuknya jaringan nusantara melalui perdagangan, kedatangan Islam di nusantara. Sebagian besar sudah dideskripsikan dengan berbagai tinjauan ilmu sosial, seperti ilmu geografi, antropologi, sosiologi, ekonomi. Seluruh peristiwa dalam sejarah hendaknya dideskripsikan tidak hanya di narasikan apa yang semestinya terjadi, tetapi melalui deskripsi pembahasan menjadi jauh lebih luas dan mendalam. 3. Argumentasi Argumentasi adalah penulisan sejarah yang ditujukan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian, atau membujuk orang agar mau menerima pernyataan atau uraiannya. Berikut ini contoh kutipan penulisan bentuk argumentasi pada buku yang dikaji (hlm. 138-140). Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Islam ke Kepulauan Indonesia, terutama perihal waktu dan tempat asalnya. Pertama, sarjana-sarjana Barat—kebanyakan dari NegeriBelanda— mengatakan bahwa Islam yang masuk ke KepulauanIndonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13 M atau abad ke-7 H. Pendapat ini mengasumsikan bahwa Gujarat terletak diIndia bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Letaknya sangat strategis berada di jalur perdagangan antara timur dan barat.Pedagang Arab yang bermahzab Syafi’i telah bermukim di Gujaratdan Malabar sejak awal tahun Hijriyah (abad ke7 M). Orang yangmenyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dariorang Arab langsung, melainkan para pedagang Gujaratyang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur. Pendapat J. Pijnapel kemudian didukung oleh C. Snouck Hurgronye, dan J.P. Moquetta (1912). Argumentasinyadidasarkan pada batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yangwafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M di Pasai,Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makamMaulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama denganbatu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquettakemudian berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujaratatau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Kedua, Hoesein Djajadiningrat mengatakan bahwa Islam yangmasuk ke Indonesia berasal Persia (Iran sekarang). Pendapatnyadidasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembangantara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalamtradisi tabot di Pariaman di Sumatra Barat dan Bengkulu. 200
Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1 Purwokerto, 6 September 2014 Ketiga, Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya,yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung padaabad-abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Senada dengan pendapat Hamka, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah dikemukakan Anthony H. Johns. Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir (kaum pengembara) yang datang ke Kepulauan Indonesia. Kaum ini biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya dengan motivasihanya pengembangan agama Islam. Semua teori di atas bukan mengadaada, tetapi mungkin bisa saling melengkapi. Islamisasi di Kepulauan Indonesia merupakan hal yang kompleks dan hingga kini prosesnya masih terus berjalan. Pasai dan Malaka, adalah tempat dimana tongkat estafet Islamisasi dimulai. 4. Eksposisi Eksposisi atau paparan adalah penulisan sejarah yang bertujuan untuk memberikan informasi, penjelasan, dan pemahaman tentang peristiwa sejarah pada kurun dan lokalitas tertentu. Berdasarkan hasil kajian, penulisan bentuk ini jarang dilakukan. Rata-rata penulisan menggunakan bentuk narasi, deskripsi, dan argumentasi. Tetapi ada beberapa yang penulisannya mengarah pada bentuk penulisan paparan. Berikut ini kutipan teksnya (hlm. 161). Di Mataram dikenal beberapa kelompok dalam masyarakat. Ada golongan raja dan keturunannya, para bangsawan dan rakyat sebagai kawula kerajaan. Kehidupan masyarakat bersifat feodal karena raja adalah pemilik tanah beserta seluruh isinya. Sultan dikenal sebagai panatagama, yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, Sultan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rakyat sangat hormat dan patuh, serta hidup mengabdi pada sultan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis historiografi terhadap buku pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya buku tersebut sudah menggunakan pendekatan kronologis dan tematis. Hanya sesuai dengan pengembangan materi sejarah model ini, penggunaan spirial konsentris yang membahas peristiwa sejarah yang makin tinggi, makin dalam, dan makin meluas tidak tampak dalam penulisan sejarah. Untuk model penulisan tematis, tidak secara rinci dituliskan pembahasan mengarah pada salah satu bidang tematis. Peneliti mengkaji bahwa dalam pembahasan materi tersirat tema-tema sejarah, seperti tema politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain sebagainya. Sementara itu, bentuk penulisan sejarah yang ada, buku teks sejarah dapat dikategorikan dalam empat bentuk yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, argumentasi atau bahasan, dan eksposisi atau paparan. Dari bentuk-bentuk penulisan itu, bentuk penulisan pada buku sejarah pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 mayoritas mengarah pada bentuk narasi dan deskripsi. Berdasarkan hasil kajian ini, ada beberapa hal yang perlukan perhatikan: 1. Dalam historiografi sejarah, kaidah-kaidah keilmiahan perlu terus diperhatikan, terutama yang menyangkut pendekatan dan bentuk penulisan sejarah. Pengembangan materi sejarah untuk SMA perlu ada perluasan, sehingga tidak ada pengulangan materi sejarah dengan materi di tingkat satuan pendidikan sebelumnya. 2. Perlu adanya peta konsep maupun pohon silsilah untuk menjelaskan materi yang berhubungan dengan genealogi. 3. Media peta dalam bentuk gambar di dalam buku teks sejarah sangat penting sehingga perlu dipertahankan dan dioptimalkan keberadaannya. DAFTAR PUSTAKA Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah “Teaching of History”. Jakarta: Gramedia Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kemdikbud RI. 2013. Buku Guru Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: DepDikbud -----------------. 2013. Buku Siswa Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: DepDikbud
201