Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
MUATAN SEJARAH PERISTIWA KONTROVERSIAL (SEJARAH KONTROVERSIAL) PADA BUKU TEKS SEJARAH SMA KURIKULUM 2013 CONTROVERSIAL HISTORY EVENTS CONTENT ON HIGH SCHOOL HISTORY TEXT BOOK CURRICULUM 2013 Arifin Suryo Nugroho1, Ipong Jazimah2 1,2
Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202, Purwokerto 53182, Telp. (0281) 636751 ext. 130 1 email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui muatan peristiwa sejarah kontroversial apa saja yang terdapat dalam buku teks Sejarah SMA kurikulum 2013, dan sebab peristiwa sejarah kontroversial muncul dalam penulisan sejarah, tidak terkecuali dalam buku teks. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, meskipun untuk mengungkap permasalahan yang terjadi, peneliti juga mempertimbangkan waktu dan tempat dalam dimensi sejarah. Hal ini karena dalam obyek kajiannya lebih melihat pada fenomena kekinian dan bukan fenomena sejarah. Rancangan penelitian diarahkan pada studi dokumentasi (study document), dan studi kepustakaan (library study).Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa peristiwa sejarah kontroversial yang termuat dalam buku teks sejarah SMA kurikulum 2013 kelas 10, 11, dan 12 yaitu mengenai teori-teori masuknya Islam ke Indonesia, organisasi bersifat nasional yang pertama, Serangan Umum 1 Maret 1949, Gerakan 30 September 1965, dan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Peristiwa sejarah yang bersifat kontroversial muncul sebagai bagian dari persepsi atas tafsir atau interpretasi terhadap peristiwa sejarah itu sendiri. Kata kunci: buku teks SMA, sejarah kontroversial ABSTRACT The purpose of this study was to determine any controversial historical events contained in the text book History of high school curriculum in 2013, what approach is used to describe author controversial historical events, and why the controversial historical events appear in the writing of history.Thisresearchisdescriptive qualitative research, althoughto uncoverthe problems that occurred, researchers alsoconsider thedimensionsof timeand place inhistory. This is becausetheobject ofstudyislooking atthe contemporaryphenomenonandnot ahistorical phenomenon. The study designis directed atthe studydocumentation, and aliterature study. Results fromthis studyis that thereare some historical eventscontroversialcontained intextbooksthe history ofhigh schoolcurriculumin 2013classes10, 11, and12arethe theoriesintroduction of IslamtoIndonesia, the organizationisthe first national, General OffensiveMarch 1, 1949, Movement30September 1965, and theSupersemar(supersemar). Controversialhistorical eventsappear as partof theperception of theinterpretationorthe interpretation of thehistorical event. Keywords: High school textbooks, The history of controversial PENDAHULUAN Hampir selama 30 tahun dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di tingkat sekolah, didominasi oleh interpretasi versi pemerintah Orde Baru dalam memaknai berbagai peristiwa sejarah. Kaitannya
131
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 dengan dunia pendidikan, mengajarkan materi sejarah kontroversial dengan tafsir tunggal hanya akan menjadikan kita terjebak pada determinisme sejarah yang tidak perlu dan secara tidak sadar hanya menguntungkan kepentingan politik golongan tertentu (Suwirta, 2000). Sejarah kontroversial baik sejarah kontroversial politis maupun sejarah kontroversial keilmuan menjadi menarik ketika memasuki ranah pendidikan. Sejarah berdiri sebagai salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dari tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Banyak sekali peristiwa-peristiwa kontroversi yang terdapat dalam materi pelajaran sejarah di SMP dan SMA dituliskan dalam versi tunggal yaitu versi pemerintah Orde Baru. Walaupun sekarang ini pemerintah Orde Baru sudah tidak berkuasa, namun tampaknya penulisan sejarah di ranah pendidikan belum sepenuhnya berubah. Bukan hal yang terlarang apabila pemerintah menuliskan versinya sendiri, namun menjadi sangat disayangkan ketika penerbitan versi lain dilarang. Penulisan sejarah di Indonesia berdampak pada pembelajaran sejarah di sekolah. Ketika sebuah sejarah berusaha untuk diluruskan maka yang berdampak secara langsung adalah kebingungan guru sejarah saat harus memberikan materi kepada siswa didik. Materi mana yang harus dan yang tidak boleh diberikan menjadi pertimbangan sulit untuk guru sejarah. Menurut Gonggong (tt : 9) menjadi hal yang wajar apabila murid-murid di sekolah mempertanyakan kepada gurunya tentang apa yang mereka ketahui dari media massa ternyata tidak sama dengan yang diterangkan oleh bapak ibu guru di sekolah. Siswa-siswi di sekolah diharuskan memahami sejarah yang sifatnya kontroversial terutama sejarah kontroversial politis hanya pada satu versi yaitu versi pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut sejarawan UGM,Bambang Purwanto (2009: 2) menyatakan bahwa materi sejarah kontroversial yang dimasukkan dalam kurikulum di sekolah lebih didasarkan pada pertimbangan politik daripada akademik. Materimateri yang ada dalam kurikulum sejarah kontroversial di sekolah cenderung merupakan hasil rekayasa yang sesuai dengan atmosfir kepentingan politik, bukan untuk menghadirkan kompetensi pengetahuan, berpikir, perilaku, dan ketrampilan yang bersumber pada tradisi keilmuan. Telah diakui dalam kalangan para sejarawan bahwa perubahan besar-besaran baru terjadi setelah reformasi, muncul tulisan sejarah yang ingin menulis sejarah secara apa adanya tanpa adanya kebohongan dan intervensi dari pemerintah. Setelah Orde Baru tumbang, banyak buku terbitan baru yang muncul di luar buku pelajaran sekolah. Sejarah daerah mempunyai tempat yang luas untuk mendefinisi ulang identitas suku dan identitas daerah, terutama tentang tema-tema ketika masa Orde Baru dilarang. Tulisan tentang Soekarno, buku-buku peristiwa 30 September 1965 dengan berbagai interpretasinya, penelitian baru terhadap hak asasi manusia di Aceh, Timor-Timur, dan Papua ikut meramaikan dunia perbukuan di Indonesia. Pada tahap inilah kebingungan guru sejarah kembali terjadi karena setelah Orde baru tumbang justru kebijakan yang diberlakukan pemerintah berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Contohnya ketika masa Orde Baru masih berkuasa, Peristiwa 30 September 1965 selalu ditulis dengan G30S/PKI. Mulai kurikulum 2004 hanya ditulis G30S saja tanpa embel-embel apapun (Adam, 2005: 60). Namun keputusan tersebut tidak berlangsung lama karena buku-buku teks sejarah di sekolah selanjutnya harus menulis G30S dengan embel-embel PKI di belakangnya. Sekolah lebih terikat dalam hal kurikulum dan ketatnya peraturan, mana yang boleh diajarkan dan mana yang tidak boleh. Guru-guru di sekolah kesulitan menjawab pertanyaan muridnya yang kritis seputar awal Orde Baru. Namun di sisi lain, media sangat leluasa memberikan tempat sebagai upaya meluruskan sejarah. Guru adalah penyampai kebenaran, pengajaran sejarah bukan sekedar persiapan ujian (Adam, 2009:10). Sejarah mengemban tugas mulia karena selain mencerdaskan bangsa namun juga membentuk karakter melalui penyampaian nilai-nilai bangsa. Permasalahan sejarah kontroversial dalam dunia pendidikan khususnya dalam buku teks sekolah selalu menarik untuk dikaji. Sejarah kontroversial yang muncul sebagai bagian dari dimensi politis maupun keilmuan, membuat sejarawan sebagai pengkisah sejarah memiliki tantangan yang cukup besar untuk menghadirkan sejarah tampil obyektif tidak terkecuali dalam penulisan sejarah di buku teks sekolah. Kurikulum sebagai bagian dari produk kebijakan politik, juga menjadi tantangan kedua bagi sejarawan untuk menghadirkan sejarah di bangku sekolah, lepas dari kepentingan dan intervensi politik. Isu yang terbungkus dalam implementasi kurikulum 2013 adalah disusun dan diseragamkannya buku teks mata pelajaran tingkat SD, SMP, SMA sederajat oleh Departemen Pendidikan Nasional. Buku
132
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 teks tersebut wajib dipakai oleh sekolah sebagai bagian dari implementasi kurikulum 2013. Tidak terkecuali penulisan buku teks mata pelajaran sejarah.Penelitian ini berupaya untuk menganalisis sejauh mana muatan sejarah peristiwa kontroversial hadir dalam buku teks pelajaran Sejarah Indonesia yang digunakan di SMA.Sejarah kontroversial sebagaimana telah dipahami secara politis maupun masalah keilmuan itu sendiri membuat selalu hadir dalam historiografi sejarah termasuk di dalamnya historiografi dalam buku teks sekolah. Perlu dilakukan analisa berhubungan dengan pendekatan yang digunakan penulis sejarah dalam merekonstruksi sejarah peristiwa kontroversial tersebut sehingga bisa dipahami kehadirannya dalam historiografi. Buku-buku teks pelajaran sejarah yang akan diteliti adalah buku teks pelajaran Sejarah Indonesia Kurikulum 2013 yang disusun oleh Depdikbud dan digunakan di jenjang Sekolah Menengan Atas. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui muatan peristiwa sejarah kontroversial apa saja yang terdapat dalam buku teks Sejarah SMA kurikulum 2013, dan sebab peristiwa sejarah kontroversial muncul dalam penulisan sejarah, tidak terkecuali dalam buku teks. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam deskriptif kualitatif, karena lebih menekankan pada permasalahan proses peristiwa dan atau fenomena, yang akan diinterpretasikan melalui data-data kata atau pernyataanpernyataan yang saling bertautan sehingga memberikan sebuah makna yang integral. Sementara strategi penelitian yang digunakan adalah studi dokumen.Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini melalui studi pustaka. Pengumpulan data dengan studi pustaka merupakan sebuah proses pengumpulan sumber data, yang menitikberatkan atau memfokuskan buku sebagai sumber utama penelusuran, khususnya buku- buku yang ditulis oleh ahli yang memahami, mengerti dan menekuni bidang kajian yang sedang peneliti teliti. Karena buku menjadi sumber rujukan pokok, maka sudah tentu buku- buku tersebut memuat berbagai referensi yang menjadi fokus utama penelitian. Buku yang menjadi sumber data adalah buku teks pelajaran SejarahIndonesia untuk SMA kurikulum 2013. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Politeknik Negeri Media Kreatif, tahun 2013. HASIL PENELITIAN Peristiwa yang dapat dikategorikan dalam sejarah kontroversial yang termuat dalam buku teks SMA di kelas 10 (Tim Penulis, 2013) yaitu materi mengenai teori masuknya Islam ke Indonesia. Dalam buku teks disebutkan bahwa ada 3 teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia yaitu : 1) Pendapat sarjana barat yang menyatakan Islam berasal dari Gujarat, 2) Pendapat Husein Djajadiningrat yang menyatakan Islam berasal dari Persia/Iran, 3) Pendapat dari Buya Hamka yang menyatakan bahwa Islam berasal dari Mekah, 4) Teori Cina. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Siswa perlu mempelajari keempat teori tersebut sebagai bagian dari sifat sejarah yang tidak linier dan kontroversial. Peristiwa yang dapat dikategorikan dalam sejarah kontroversial yang termuat dalam buku teks SMA di kelas 11 (Tim Penulis, 2014) yaitu materi mengenai organisasi yang meletakkan dasar kesadaran nasional pertama di Indonesia dan mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949. Diskusi di kalangan sejarawan, Budi Utomo dianggap sebagai organisasi yang keanggotaannya masih tertutup yaitu orangorang Jawa priyayi. Kesadaran nasional untuk menggalang kebangkitan rakyat pada umumnya belum sepenuhnya menjadi visi dan misi Budi Utomo. Kedudukan Budi Utomo secara politik memang kurang begitu penting serta tidak ada dukungan massa. Jalan tengah terhadap polemik tersebut ditawarkan oleh Asvi Warman Adam. Menurutnya tentang Budi Utomo yang kelahirannya, 20 Mei 1908, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional terdapat kritik terhadap organisasi ini yang dinilai bersifat kedaerahan. Sedangkan Sarekat Islam yang berdiri pada 1905 lebih nasionalis walau namanya sendiri berunsur agama. Asvi Warman Adam (2007, 21-27) berpendapat bahwa peringatan tersebut dapat dilakukan, namun dengan mengenang dan mempersandingkan kedua organisasi perintis tersebut.
133
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Dalam historiografi Orde Baru seputar Serangan Umum 1 Maret 1949 itu, peran dari Soeharto dibesar-besarkan. Berbagai gugatan atas sejarah resmi seputar Serangan Umum itu muncul ke permukaan setelah reformasi dan jatuhnya kekuasaan Suharto. Mantan asisten intelijen Soeharto dan sekaligus menjadi pelaku Serangan Umum yakni Marsudi dan Rahardjo Darsoprajitno, pada Desember 1998 menyatakan bahwa Soeharto telah memalsukan sejarah dengan klaim bahwa seolah-olah dialah pencetus ide Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Pada periode singkat itu terdapat aktor-aktor sejarah yang tersingkirkan, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Panglima Besar Soedirman. Persoalan dalam Serangan Umum adalah siapakah yang memiliki ide cemerlang untuk melancarkan Serangan Umum? Soeharto dalam otobiografinya Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, mengklaim bahwa serangan umum itu atas inisiatifnya. “Saya perintahkan setiap pasukan mempersiapkan diri untuk melaksanakan serangan umum. Waktu saya tentukan pada tanggal 1 Maret, serangan pagi”. Benar bahwa Soeharto yang memimpin penyerangan tersebut, tetapi apakah benar Serangan Umum dalam skala besar tersebut inisiatifnya sebagai seorang Komandan Brigade. Serangan Umum versi Orde Baru, menempatkan Soeharto pada peran yang paling sentral. Peran Sultan HB IX tidak disinggung sama sekali, padahal menurut para saksi sejarah kemudian (yang ketika masa Orde Baru terbungkam) menyebutkan Sultan HB IX adalah pencetus Serangan Umum. Sebagai seorang raja di Yogyakarta dan juga memiliki kedudukan di pemerintah, lebih rasional bila serangan yang besar dan melibatkan mayoritas pejuang itu digerakkan olehnya. Peristiwa sejarah kontroversial yang terdapat dalam buku teks SMA kurikulum 2013 kelas 12 (Tim Penulis, 2015) adalah peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar). Sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, dan berkembangnya arus informasi, makin banyak masyarakat yang berani bersikap kritis terhadap versi tunggal sejarah yang dikedepankan dalam buku-buku sejarah resmi di Indonesia. Sampai saat ini, beberapa peristiwa sejarah pada periode Indonesia mutakhir (setelah tahun 1955) masih buram, terutama peristiwa-peristiwa sejarah yang berungkali kali dibicarakan seperti peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar). Hal-hal tersebut terjadi terutama karena minimnya keterangan atau kesaksian baru, juga bukti otentik yang belum ditemukan, di samping sejumlah versi yang sifatnya masih sebagai sumber kajian. Selain itu, minimnya saksi primer yang mengungkapkan peristiwa ini sehingga banyak wilayah gelap yang belum terjawab. Dalam beberapa peristiwa sejarah, Gerakan 30 September 1965 misalnya, besar kemungkinan sisi gelap ini berhubungan dengan aktivitas intelegen yang bersifat tertutup. Keterbukaan tafsir sosial dengan bermunculan kesaksian para saksi sejarah yang selama pemerintahan Orde Baru berkuasa “terpinggirkan” dan terbungkam memunculkan berbagai interpretasi sejarah baru dalam beberapa peristiwa sejarahmisalnya Gerakan 30 September 1965 dan Supersemar. Seputar peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang kemudian menjadi salah satu sebab tumbangnya rezim Soekarno, menyisakan fakta-fakta yang masih buram. Sulistyo (2000, 61-77) mengungkapkan beberapa studi sekitar Gerakan 30 September itu. Tafsir/ versi terhadap peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang muncul dan hangat diperbincangkan dalam pembelajaran sejarah periode Indonesia mutakhir di antaranya: 1) PKI sebagai dalang, 2) G 30 S adalah persoalan intern TNI/AD, 3) Kudeta Soeharto, 4) Keterlibatan Soekarno, 5) G30S sebagai provokasi asing. Persepsi atas tafsir beberapa peristiwa sejarah yang dianggap kontroversial yang berkembang saat ini cukup beragam didasarkan pada batasan-batasan menurut pendapat individu, dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang khusus. Tafsir individu tidak terlepas dari teks, konteks, dan penafsir. Keberagaman tafsir muncul ketika individu membaca, mendengar, melihat atau mengamati sesuatu akhirnya mengakumulasi dan menawarkan dunia potensial bagi individu yang bersangkutan. Atau dengan kata lain individu mempertemukan dunia yang dianjurkan oleh teks, yang dilihat, didengar, diamati tersebut. Di sinilah kemudian muncul pembaharuan cakrawala atau wawasan individu yang pada akhirnya melahirkan persepsi. Maka tidak heran bila persepsi individu atas suatu peristiwa bersifat dinamis, berubah tergantung pengorganisasian individu itu dalam menerima stimulus Tafsir bersifat luas dan kemunculannya tidak bisa dilepaskan dari lingkungan yang menyangkut kondisi politik, sosial, maupun budaya.
134
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Munculnya pelbagai tafsir atau versi-versi atas sejarah, dalam Gerakan 30 September 1965 misalnya sebagai contoh kasus, disinyalir sudah muncul sejak masa pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Adanya indikasi keterlibatan Soeharto dengan peristiwa Gerakan 30 September 1965, menyebabkan berbagai tafsir atas peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak muncul ke permukaan, apalagi dengan adanya berbagai indoktrinasi yang mengarah ke politis saat itu. Tafsir-tafsir itu baru lahir ke permukaan ketika era reformasi. Namun sejatinya polemik Gerakan 30 September 1965 adalah sesuatu yang belum ditemukan fakta kerasnya dan kita harus berkesimpulan bahwa dalang tunggal peristiwa Gerakan 30 September 1965 belum ditemukan. Kekuasaan Orde Baru dalam mengatur penulisan sejarah berakhir sejalan dengan runtuhnya rezim Orde Baru pada Mei 1998. Dampaknya terlihat pada penulisan sejarah nasional Indonesia. Penulisan sejarah nasional menurut versi pemerintah Orde Baru tidak lagi dipercaya, namun sejarah alternatif juga belum muncul. Hal ini cukup membingungkan para pengajar sejarah terutama ditingkat sekolah-sekolah menengah. Orde Baru yang membungkam suara dari pihak-pihak yang dianggap mengganggu dan mengancam pemerintahan militer yang berkuasa benar-benar tumbang setelah rakyat menuntut reformasi total di tubuh pemerintah. Muncullah berbagai upaya yang dilakukan beberapa pihak untuk menuliskan kembali sejarah dengan persepsi baru tentang mana yang harus disorot dan mana yang harus dihapus, pelaku-pelaku mana yang dianggap memainkan peranan utama dan mana yang kurang berarti dalam perjalanan sejarah. Di dunia pendidikan, terkait dengan masalah sejarah kontroversial yang terus menerus mengalami perkembangan sejalan dengan runtuhnya rezim Orde Baru berusaha untuk dicarikan solusinya. Pada tahun 1999 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Juwono Sudarsono meminta MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) yang bekerjasama dengan Direktorat Sejarah Depdikbud untuk menyusun suplemen pengajaran sejarah yang menjelaskan masalah-masalah yang kontroversial dalam sejarah Indonesia (Adam, 2007:14). Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret, peranannya diturunkan sedangkan nama Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai pengambil pemrakarsa lebih ditonjolkan. Supersemar juga dipertanyakan persoalannya, namun ternyata suplemen tentang sejarah kontroversial yang disusun tersebut juga masih bersifat kontroversial. Kudeta 1965 dan peranan militernya tidak diubah, sedangkan korban 1965-1966 masih dibungkam. Revisi buku pelajaran setelah 1999 mengubah penyajian periode sejarah masa Orde Baru. Jika pada kurikulum 1994 Orde Baru dijelaskan mengenai kelahiran, hasil-hasil, dan nilai-nilai Orde Baru termasuk integrasi Timor-Timur. Pada edisi revisi tahun 2001 sejarah Orde Baru dipadatkan hanya 3 bagian yaitu daftar menteri Orde Lama yang digantikan oleh kabinet baru 1966, peristiwa mengenai Supersemar beserta kontroversi mengenai keaslian dokumen tersebut, pembukaan Orde Baru yang disertai banyak keberhasilan namun berakhir karena korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kontroversi tentang penulisan sejarah terutama yang menyangkut buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah ternyata masih terus berlanjut. Akhirnya tanggal 5 Maret 2007 Jaksa Agung mengeluarkan Surat Keputusan no. 019/A/JA/03/2007 yang melarang buku-buku pelajaran sejarah yang tidak membahas pemberontakan tahun 1948 dan 1965. Pelarangan tersebut sebenarnya bersifat salah larang karena buku-buku yang dilarang adalah buku-buku kelas I dan II, sementara materi tentang pemberontakan 1948 dan 1965 baru diajarkan di kelas III pada Bab Era Kemerdekaan. Contoh penulisan masa Orde Baru yang menggunakan versi pemerintah dapat dijumpai di buku SNI. Seperti yang diungkapkan oleh Adam (2007:xxv) ada fakta yang berbeda dari berbagai buku yang membahas masalah yang sama yaitu peristiwa Madiun 1948. Contohnya Amir Syarifuddin tokoh yang dianggap terlibat dalam peristiwa Madiun 1948 tidak dicantumkan dalam buku SNI (Sejarah Nasional Indonesia) jilid IV dalam peranannya sebagai tokoh nasionalis yang menolak bekerjasama dengan Jepang padahal tokoh-tokoh yang lain dicantumkan, seperti Sutan Syahrir dan Tjipto Mangunkusumo. Contoh lainnya pada buku SNI jilid III banyak propaganda dari pemerintah Orde Baru masa itu tentang peristiwa Madiun 1948 yaitu ditampilkannya foto tentang keganasan pemberontakan PKI Madiun tanpa ada sumber atau kreditasi darimana foto tersebut berasal. Pada halaman 153 di buku yang sama tertulis “dengan ditumpasnya pemberontakan PKI Madiun, selamatlah RI dari ancaman kaum ekstrim kiri yang berlandaskan ideologi asing yang dikendalikan oleh kekuatan asing pula”. Hal tersebut semakin memperjelas bahwa pemerintah sengaja menggunakan versinya dan melarang versi-versi yang lain.
135
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Pada saat individu menghayati, menerima, membaca atau mendengar atas suatu peristiwa baik yang disampaikan melalui teks, televisi maupun penuturan, maka ia mempertemukan dunia yang dianjurkan oleh stimulus yang ada dengan dunianya yang kongkrit. Di sini kemudian muncullah interpretasi yang menentukan sikap dan tindakan. Interpretasi sendiri berarti pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritik terhadap sesuatu (tafsiran). Persepsi gurupada akhirnya akan melahirkan interpretasi. Interpretasi ini kemudian akan berpengaruh terhadap pemberian kesan, sikap dan penyampaian terhadap individu yang lain. Interpretasi guru yang lahir dari persepsi akan berimplikasi terhadap proses pembelajaran. Walaupun pada ranah tertentu interpretasi itu dibatasi oleh situasi dan kondisi, misalnya adanya keterbatasan waktu dan banyaknya materi yang harus disampaikan. Stimulus dari luar atau keharusan dari faktor ekstern dapat menyebabkan interpretasi individu akan persepsi tidak optimal. Keterbatasan waktu mengharuskan gurumemadatkan materi, yang pada akhirnya menentukan metode pembelajaran dan proses pembelajaran. Sumber informasi atau yang sering disebut sebagai sumber belajar berperan dalam membangun pemahaman siswa sebagai siswa didik kaitannya dengan materi sejarah kontroversial. Pendidik (dosen) masih menjadi sumber informasi utama, kemudian beberapa media lain seperti buku, surat kabar, internet, dan beberapa di antaranya adalah kelompok diskusi. Sumber-sumber informasi tersebut akan memberikan pengaruh yang besar pada persepsi dan pemahaman siswa.Dalam melakukan pembelajaran, pengajar maupun peserta didik membutuhkan suatu sumber yang dipergunakan sebagai acuan dalam mengajar. Pengajaran merupakan suatu proses sistemik yang meliputi banyak komponen, salah satunya adalah sumber belajar. Sumber belajar memiliki fungsi dalam proses maupun aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, di luar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi dan memudahkan diri mereka pada saat pengajaran berlangsung. KESIMPULAN Pembelajaran sejarah kontroversial yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas diharapkan dapat meningkatkan pola pikir yang lebih kritis. Siswa diberi kebebasan untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Kemandirian dan kebebasan yang menjadi karakter dalam pendidikan di perguruan tinggi membentuk siswa yang berjiwa kritis. Dalam permasalahan sejarah kontroversial misalnya, siswa memahami bahwa sejarah kontroversial adalah sejarah yang masih belum jelas faktanya, sejarah yang penuh ambiguitas, berbeda pendapat atau sejarah yang memiliki banyak versi. Karena itu, siswa mengungkapkan bahwa isu-isu dalam sejarah kontroversial yang subyektif harus disikapi secara kritis metodologis. DAFTAR PUSTAKA Adam & Purwanto. (2005). Menggugat Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Gonggong, A., Tt, ‘Kontroversi dan Dinamika Sejarah Indonesia: dari Dasar Negara, Serangan Umum sampai G30S” dalam Jurnal Sejarah: Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi. Diterbitkan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia. Hermawan Sulistyo. (2000). Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan (Jombang-Kediri 1965-1966). Jakarta: Gramedia. Suwirta. A., (2000). “Masalah Sejarah Kontemporer di Indonesia: Beberapa Isu Kontroversial “ dalam Historia Jurnal Pendidikan Sejarah No. 2 Vol. 1 Tahun 2000 Diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Tim Penulis. (2013). Buku Siswa Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: Depdikbud. Tim Penulis. (2014). Buku Siswa Sejarah Indonesia Kelas XI. Jakarta: Depdikbud. Tim Penulis. (2015). Buku Siswa Sejarah Indonesia Kelas XII. Jakarta: Depdikbud.
136